• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tanggung Jawab Hukum Operator Seluler Terkait SPAM SMS (Short Message Service) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen JUNCTO Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tanggung Jawab Hukum Operator Seluler Terkait SPAM SMS (Short Message Service) Dihubungkan Dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen JUNCTO Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

viii

CONSUMER PROTECTION JUNCTO LAW NUMBER 36/1999 ABOUT TELECOMMUNICATIONS

ABSTRACT

ISRAEL FANNY

The rapid development of science and technology spawned a variety facilities for everyone in doing any activities. Through this technology, cheap communication and highly capable with a variety of systems can be realized. Short Message Service is one feature that definitely exist in every cell phone, but these technologies can lead to an unlawful action, one of them is a sms spam. Accordingly be some problems, that is how Law Number 8/1999 About Consumer Protection juncto Law Number 36/1999 About Telecommunications regulating legal liability of cellular operators and legal action can be done to cellular operators by its cellular customers.

This research is using an analytical description with normative juridical approach. The data has been qualitative juridical analyzed considering the hierarchy of the regulations itself and to achieve legal certainty.

(2)

vii

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG TELEKOMUNIKASI ABSTRAK

ISRAEL FANNY

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melahirkan berbagai kemudahan bagi setiap orang dalam melakukan setiap kegiatannya. Melalui teknologi ini, komunikasi yang murah dan berkemampuan tinggi dengan berbagai sistem dapat diwujudkan. Short Message Service (SMS) atau pesan singkat merupakan salah satu fitur yang pasti ada dalam setiap telepon genggam, akan tetapi teknologi tersebut dapat memicu terjadinya suatu perbuatan melawan hukum, salah satunya adalah spam sms. Oleh karena itu timbul beberapa masalah, yakni bagaimanakah Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen juncto Undang-Undang Nomor 36 Tahunn 1999 Tentang Telekomunikasi mengatur mengenai tanggung jawab operator seluler serta tindakan hukum yang dapat dilakukan terhadap operator seluler oleh para pelanggan seluler.

Penelitian dalam skripsi ini dilakukan secara deskriptif analitis, dengan pendekatan yuridis normatif. Data yang dihasilkan dianalisis secara yuridis kualitatif agar perundang-undangan yang satu dengan perundang-undangan yang lainnya tidak saling bertentangan, serta memperhatikan hirarki peraturan perundang-undangan untuk mencapai kepastian hukum.

(3)

1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan Nasional bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur, baik material maupun spiritual berdasarkan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945. Upaya dalam rangka mewujudkan pembangunan nasional salah satunya yaitu perlu ditingkatkan kualitas dan produktivitas dalam berbagai sektor perekonomian, karena sektor perekonomian merupakan faktor penting dalam mendukung pembangunan nasional. Berhasilnya perekonomian nasional di Indonesia tidak terlepas dari dukungan perekonomian yaitu melalui sektor telekomunikasi.

Perkembangan teknologi informasi telah berdampak besar bagi perekonomian nasional, khususnya bidang telekomunikasi. Jasa telekomunikasi seluler di Indonesia memiliki pasar yang sangat besar. Pasar yang sangat besar dalam industri jasa telekomunikasi ini tentu patut diikuti dengan sistem perlindungan hukum. Tujuannya untuk melindungi jutaan masyarakat yang menggunakan jasa telekomunikasi seluler agar pelaku usaha memberikan pelayanan yang baik kepada konsumennya.

(4)

kewajiban pelanggan, dan perbuatan yang dilarang bagi pelaku usaha, serta pengawasan pemerintah terhadap pelaku usaha. Proses penyelesaian ganti kerugian dapat dilaksanakan di luar peradilan maupun melalui proses peradilan dengan merujuk Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen. Selanjutnya Undang-Undang Nomor 36 Tentang Telekomunikasi menentukan bahwa penyelenggara jasa telekomunikasi seluler bertanggung jawab memberikan ganti kerugian atas kelalaian dan kesalahannya yang menimbulkan kerugian kepada pelanggan. Pengecualiannya jika penyelenggara dapat membuktikan sebaliknya.

Berdasarkan penelusuran Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia, ditemukan bahwa sedikitnya 25 juta data pelanggan telekomunikasi di Indonesia sudah bocor, fakta ini ditemukan dari sebuah iklan di koran harian nasional. Dalam iklan tersebut perusahaan penyedia layanan SMS gateway, yaitu PT Bumi Kharisma Lininusa, yang memiliki

software SMS center bernama Sempro Data itu menyebutkan “Menyediakan

25 juta data pelanggan seluler aktif, valid dan legal, seluruh Indonesia untuk

SMS promo anda.”1

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis mencoba mengusulkan tentang permasalahan tersebut ke dalam bentuk sebuah usulan penulisan hukum dengan judul : TANGGUNG JAWAB HUKUM

OPERATOR SELULER TERKAIT SPAM SMS (SHORT MESSAGE

SERVICE) DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

1

(5)

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG

TELEKOMUNIKASI

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan pada bagian sebelumnya, maka penulis membatasi masalah-masalah yang dapat dirumuskan, sebagai berikut :

1. Bagaimana tanggung jawab operator seluler yang membocorkan data pelanggan seluler kepada pihak lain sehingga mengakibatkan pelanggan seluler merasa terganggu dengan adanya spam SMS menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi ?

2. Tindakan hukum apa yang dapat dilakukan oleh pelanggan seluler kepada operator seluler yang telah melakukan spam SMS menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi ?

C. Maksud dan Tujuan

(6)

2. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan oleh pelanggan seluler kepada operator seluler yang telah melakukan

spam SMS.

D. Kegunaan Penulisan

Penelitian diharapkan dapat memperoleh kegunaan baik secara teoritis maupun secara praktis, yaitu :

1. Secara Teoritis

Secara teoritis penelitian ini dapat menambah pengetahuan tentang ilmu hukum pada umumnya dan pada khususnya dapat menambah materi tentang spam SMS yang diakibatkan bocornya data pelanggan selular.

2. Secara Praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan adanya pengamanan mengenai data pelanggan selular melalui sistem teknologi informasi yang dilakukan oleh operator seluler untuk mencipatakan situasi yang kondusif.

E. Kerangka Pemikiran

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea kedua yang menyebutkan bahwa:

(7)

rakyat Indonesia kedepan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka , bersatu, berdaulat, adil dan makmur”.

Makna tersirat dari kata ”adil dan makmur” dalam alinea kedua tersebut

merupakan keadilan yang diperuntukan bagi seluruh rakyat Indonesia dalam berbagai sektor kehidupan.2 Konsep pemikiran utilitarisme nampak melekat

pada pembukaan alinea kedua, terutama pada makna ”adil dan dan makmur”. Sebagaimana dipahami bahwa tujuan hukum pada dasarnya

adalah memberikan kesejahteraan bagi masyarakat, sebagaimana Bentham

menjelaskan ”The great happiness for the greatest number”. Konsep tersebut

menjelaskan bahwa hukum memberikan kebahagiaan sebesar-besarnya kepada orang sebanyak-banyaknya.

Pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum sebagaimana tercantum dalam alinea keempat Undang-Undang Dasar 1945 yaitu:

”kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintahan negara

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berdaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada...”

Pembukaan alinea keempat ini menjelaskan tentang Pancasila yang terdiri dari lima sila yang menyangkut keseimbangan kepentingan, baik kepentingan individu, masyarakat dan penguasa. Pancasila secara substansial merupakan konsep yang luhur dan murni. Luhur karena

2

(8)

mencerminkan nilai-nilai bangsa yang diwariskan turun-menurun dan abstrak. Murni karena kedalaman substansi yang menyangkut beberapa aspek pokok, baik agamis, ekonomi, ketahanan, sosial dan budaya yang memiliki corak partikular.3 Amanat dalam alinea keempat tersebut merupakan konsekuensi hukum yang mengharuskan pemerintah tidak hanya melaksanakan tugas pemerintah saja, melainkan juga pelayanan hukum melalui pembangunan nasional.

Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 menyebutkan bahwa Negara Indonesia merupakan negara hukum, maka segala kegiatan yang dilakukan di negara Indonesia harus sesuai dengan aturan yang berlaku, tidak terkecuali dalam hal pelaksanaan pembangunan dalam kegiatan perekonomian nasional dan kesejahteraan sosial dalam pembangunan. Demikian juga dalam penyelenggaraan kerjasama dengan perusahaan-perusahaan asing harus tunduk kepada hukum yang berlaku di Indonesia.

Indonesia sebagai negara hukum menganut asas dan konsep Pancasila yang terkandung dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu4 :

1. Azas ketuhanan mengamanatkan bahwa hukum tidak boleh ada produk hukum yang anti agama dan anti ajaran agama;

2. Azas kemanusiaan mengamanatkan bahwa hukum nasional harus menjamin, melindungi hak asasi manusia;

3

Ibid, hlm.158 4

(9)

3. Azas kesatuan dan persatuan mengamanatkan bahwa hukum Indonesia harus merupakan produk hukum nasional yang berlaku bagi seluruh bangsa Indonesia, berfungsi sebagai pemersatu bangsa;

4. Azas demokrasi mengamanatkan bahwa kekuasaan harus tunduk pada hukum yang adil dan demokrasi;

5. Azas keadilan sosial mengamanatkan bahwa semua orang sama dihadapan hukum.

Berdasarkan Pasal 28F Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen keempat, diatur hak masyakat terhadap kebebasan untuk memperoleh informasi yang menyebutkan bahwa :

“...setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan menggunakan segala jenis saluran yang tersedia.”

(10)

pribadi atau hak-hak privat atau hak-hak privasi (privacy rights).5 Kebebasan memperoleh informasi adalah hak asasi yang harus berakhir apabila muncul garis embarkasi perlindungan terhadap hak-hak pribadi.6

Telekomunikasi merupakan salah satu cabang produksi yang penting dan strategis dalam kehidupan nasional, maka pengawasannya dilakukan oleh negara yang dalam penyelenggaraannya ditujukan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan dan kemakmuran rakyat. Hal ini sesuai dengan Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi yang menyatakan bahwa telekomunikasi dikuasai oleh negara dan pembinaannya dilakukan oleh pemerintah.

Sesuai dengan perkembangan keadaan, fungsi pengaturan, pengawasan dan pengendalian penyelenggaraan telekomunikasi dapat dilimpahkan kepada suatu badan regulasi dan dalam efektifitas pembinaan, pemerintah melakukan koordinasi dengan instansi terkait penyelenggaraan telekomunikasi dan mengikutsertakan peran masyarakat.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi dalam Pasal 42 ayat (1) disebutkan bahwa :

“Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi

yang dikirim dan atau diterima jasa telekomunikasi melalui jaringan komunikasi dan/atau jasa telekomunikasi yang diselenggarakan.”

5

Danrivanto Budhijanto, Hukum Telekomunikasi, Penyiaran, & Teknologi Informasi Regulasi & Konvergensi, Refika Aditama, Bandung, 2010, hlm.3

(11)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen dalam Pasal 4, menyebutkan bahwa :

1. Hak untuk mendapatkan jaminan kenyamanan dan keamanan mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2. Hak atas informasi yang benar, jelas, jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

3. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

4. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut.

Permasalahan yang dihadapi konsumen Indonesia saat ini, tidak hanya pada soal cara memilih barang, tetapi jauh lebih kompleks, yaitu mengenai kesadaran semua pihak, baik pengusaha, pemerintah, maupun konsumen sendiri tentang pentingnya perlindungan konsumen. Pelaku usaha menyadari bahwa mereka harus menghargai hak-hak konsumen dengan memproduksi barang dan/atau jasa yang berkualitas, aman dimakan/digunakan, mengikuti standar baku yang berlaku, serta harga yang sesuai (reasonable).7

Pada kenyataannya, dalam suatu peristiwa hukum termasuk perbuatan melawan hukum atas spam sms tidak terlepas dari kemungkinan timbulnya pelanggaran yang dilakukan oleh pihak-pihak tertentu, dan

7

(12)

perlanggaran hukum tersebut mungkin saja dapat dikategorikan sebagai Perbuatan Melawan Hukum (Onrechtmatigedaad) sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa :

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada

seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

Berdasarkan definisi tersebut diatas, suatu perbuatan dapat dianggap perbuatan melawan hukum apabila memenuhi unsur-unsur yaitu8:

1. Ada perbuatan melawan hukumnya; 2. Ada kesalahannya;

3. Ada kerugiannya;

4. Ada hubungan timbal balik antara perbuatan melawan hukum yang dilakukan, kesalahan serta kerugian yang timbul.

Kerugian yang disebabkan oleh perbuatan melanggar hukum dapat berupa kerugian materiil dan dapat berupa kerugian immaterial (idiil).9 Kerugian materiil dapat terdiri dari kerugian yang nyata diderita dan hilangnya

8

Wirjono Prodjodikoro, Perbuatan Melawan Hukum, Sumur Bandung, Bandung, 1967, hlm.16

9

(13)

keuntungan yang diharapkan, sementara kerugian immaterial adalah kerugian berupa pengurangan kesenangan hidup.10

Berdasarkan Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 1/PER/M.KOMINFO/01/2009 Tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium dan Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short Message Service/SMS) Ke Banyak Tujuan (Broadcast) dalam Pasal 18, menyebutkan bahwa :

“Pengiriman jasa pesan singkat (short message service/sms) ke banyak tujuan (broadcast) dilarang mengirimkan pesan yang bertentangan dengan kepentingan umum, kesusilaan, keamanan, dan

atau ketertiban umum.”

Masyarakat memiliki kewajiban untuk menciptakan perlindungan atas pelanggaran hak berupa pengungkapan (disclosures), publikasi (publicity), dan gangguan terhadap penentuan keputusan pribadi maupun identitasnya.11

Berdasarkan ketentuan-ketentuan diatas yang sangat jelas dan kuat aspek legalnya, penyelenggara telekomunikasi harus waspada terkait dengan data pelanggan seluler agar data tersebut tidak digunakan oleh pihak lain untuk mengirimkan spam sms. Dengan demikian peraturan-peraturan untuk menciptakan kepastian hukum bagi masyarakat dalam menggunakan fasilitas seluler adalah dengan menegakkan peraturan perundang-undangan

10

Ibid, hlm 266-267 11

(14)

yang memberikan jaminan atas perlindungan terhadap permasalahan yang timbul.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis dalam menyusun skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan adalah deskriptif analisis yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan cara menggambarkan data dan fakta baik berupa :

a. Data sekunder bahan hukum primer yaitu berdasarkan peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perlindungan konsumen dan telekomunikasi, diantaranya : 1) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang

Perlindungan Konsumen.

2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi.

(15)

4) Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/01/2009 Tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium Dan Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short Messaging Service / SMS) Ke Banyak Tujuan (Broadcast) 5) Peraturan perundang-undangan lainnya yang

berkaitan dengan penelitian ini.

b. Data sekunder bahan hukum sekunder berupa doktrin atau pendapat para ahli hukum terkemuka.

c. Data sekunder bahan hukum tersier berupa bahan-bahan yang didapat dari majalah, brosur, artikel-artikel, surat kabar dan internet.

2. Metode Pendekatan

(16)

dengan tujuan sosial yang seharusnya diberikan pada undang-undang yang berlaku dewasa ini.

3. Tahap Penelitian

Penelitian yang dilakukan penulis melalui dua tahap meliputi : a. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan dilakukan untuk memperoleh bahan hukum primer, sekunder dan tersier yang berhubungan dengan sistem transaksi elektronik.

b. Penelitian Lapangan (Field Research)

Penelitian lapangan dilakukan untuk menunjang dan melengkapi studi kepustakaan dengan cara wawancara. 4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik Pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut:

a. Studi Dokumen, yaitu teknik pengumpulan data yang berupa data primer, sekunder dan tersier yang berhubungan dengan permasalahan yang penulis teliti. b. Wawancara, yaitu mengadakan tanya jawab dengan

(17)

5. Metode Analisis Data

Analisis data dan penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dilakukan secara yuridis kualitatif, bersifat yuridis karena penelitian ini tidak menggunakan rumus statistik dan matematis, kemudian hasil penelitian tersebut di analisis untuk ditarik suatu kesimpulan.

6. Lokasi penelitian

Lokasi Penelitian diambil untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, yaitu:

a. Perpustakaan, diantaranya:

1) Universitas Komputer lndonesia Jl.Dipati Ukur No.112 Bandung Penulis memilih perpustakaan UNIKOM sebagai salah satu lokasi penelitian karena terdapat banyak referensi dan contoh skripsi untuk melakukan Penulisan hukum.

2) Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran Jl.lmam Bonjol No.21 Bandung Penulis memilih perpustakaan UNPAD sebagai salah satu lokasi penelitian karena terdapat banyak referensi dan contoh skripsi untuk melakukan Penulisan hukum.

b. Browsing disitus :

(18)
(19)

17

ASPEK HUKUM MENGENAI PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN

TELEKOMUNIKASI

A. Ketentuan Hukum Mengenai Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Dasar 1945, sebagai sumber hukum tertinggi di Indonesia, mengamanatkan bahwa pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Tujuan pembangunan nasional diwujudkan melalui sistem pembangunan ekonomi yang demokratis sehingga mampu menumbuhkan dan mengembangkan dunia yang memproduksi barang dan jasa yang layak dikonsumsi oleh masyarakat.

Masalah perlindungan konsumen semakin banyak dibicarakan. Permasalahan ini tidak akan pernah habis dan akan selalu menjadi bahan perbincangan di masyarakat. Selama masih banyak konsumen yang dirugikan, masalahnya tidak akan pernah tuntas. Oleh karena itu, masalah perlindungan konsumen perlu diperhatikan.

(20)

didalam pergaulan hidup. Hukum konsumen pada pokoknya lebih berperan dalam hubungan dan masalah konsumen yang kondisi para pihaknya berimbang dalam kedudukan sosial, ekonomi, daya saing maupun pendidikan.1

Perlindungan hukum terhadap konsumen menyangkut dalam banyak aspek kehidupan terutama dalam aspek kegiatan bisnis. Dalam Black’s Law

Dictionary, pengertian konsumen diberi batasan yaitu :

“… A person who buys goods or services for personal family or

householduse, with no intention of resale; a natural person who uses

products for personal rather than business purposes.”2

Dengan demikian, berdasarkan pengertian tersebut, konsumen adalah orang yang membeli suatu produk hanya untuk digunakan olehnya (pemakai akhir), bukan untuk dijual kembali. Namun masalah perlindungan konsumen pada kenyataannya perlu diimbangi dengan langkah-langkah pengawasan agar kualitas dari barang yang bersangkutan tetap terjamin dan tidak merugikan konsumen.

Berdasarkan Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, perlindungan konsumen adalah segala upaya yang menjamin adanya kepastian hukum untuk memberikan perlindungan kepada konsumen, sedangkan menurut Pasal 1 butir 2,

1

Az Nasution, Hukum Perlindungan Konsumen, Daya Widya, Jakarta, 1999, hlm.64-65 2

(21)

konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain, maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan.

Menurut Pasal 2, hukum perlindungan konsumen mengenal 5 (lima) asas antara lain :

1. Asas Manfaat

Mengamanatkan bahwa segala upaya dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan konsumen dan pelaku usaha secara keseluruhan.

2. Asas Keadilan

Partisipasi seluruh rakyat dapat diwujudkan secaara maksimal dan memberikan kesempatan kepada konksumen dan pelaku usaha untuk memperoleh haknya dan melaksanakan kewajiba secara adil.

3. Asas Keseimbangan

Memberikan keseimbangan antara kepentingan konsumen, pelaku usaha dan pemerintah dalam arti materiil maupun spiritual. 4. Asas Keamanan dan Keselamatan Konsumen

(22)

5. Asas Kepastian Hukum

Baik pelaku usaha maupun konsumen mentaati hukum dan memperoleh keadilan dalam penyelenggaraan perlindungan konsumen, serta negara menjamin kepastian hukum.

Kelima asas tersebut dibuat untuk mengatur dan melindungi konsumen dalam hubungan dan masalahnya dengan para penyedia barang dan/atau jasa.

Menurut Pasal 3, tujuan perlindungan konsumen meliputi :

1. Meningkatkan kesadaran diri, kemampuan, dan kemandirian konsumen untuk melindungi diri;

2. Mengangkat harkat dan martabat konsumen dengan cara menghindarkan dari ekses negatif pemakaian barang dan/atau jasa;

3. Meningkatkan pemberdayaan konsumen dalam memilih, menentukan, dan menuntut hak-haknya sebagai konsumen; 4. Menetapkan sistem perlindungan konsumen yang mengandung

unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi;

(23)

6. Meningkatkan kualitas barang dan/atau jasa yang menjamin kelangsungan usaha produksi dan/atau jasa, kesehatan, kenyamanan, keamanan, dan keselematan konsumen.

Jika dilihat lebih lanjut, konsumen ternyata tidak hanya dihadapkan pada persoalan lemahnya kesadaran dan ketidakmengertian (pendidikan) mereka terhadap hak-haknya sebagai konsumen. Lebih dari itu, konsumen ternyata tidak memiliki bargaining position (posisi tawar) yang berimbang dengan pihak pelaku usaha. Hal itu terlihat sekali pada perjanjian baku yang siap untuk ditandatangani dan bentuk klausula baku atau ketentuan baku yang tidak informatif dan tidak bisa ditawar-tawar lagi.3 Berdasarkan kondisi diatas, upaya pemberdayaan konsumen menjadi sangat penting.

Menurut Pasal 4, hak-hak konsumen meliputi :

1. Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa;

2. Hak untuk memilih barang dan/atau jasa serta mendapatkan barang dan/atau jasa tersebut sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan;

3. Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa;

4. Hak untuk didengar pendapat dan keluhannya atas barang dan/atau jasa yang digunakan;

3

(24)

5. Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian sengketa perlindungan konsumen secara patut; 6. Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen; 7. Hak untuk diperlakukan dan dilayani secara benar dan jujur serta

diskriminatif;

8. Hak untuk mendapatkan konpensasi, ganti rugi/penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya;

9. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Pengetahuan tentang hak-hak konsumen sangat penting agar orang bisa bertindak sebagai konsumen yang kritis dan mandiri. Tujuannya, jika ditengarai adanya tindakan yang tidak adil terhadap dirinya, ia secara spontan menyadari akan hal itu. Konsumen kemudian bisa bertindak lebih jauh untuk memperjuangkan hak-haknya.4

Hak-hak dasar konsumen tersebut sebenarnya bersumber dari hak-hak dasar umum yang diakui secara internasional. Hak-hak-hak dasar umum tersebut pertama kali dikemukakan oleh John.F.Kennedy, Presiden Amerika Serikat, pada tanggal 15 Maret 1962, melalui “A special Message for the Protection of Consumer Interest” atau yang lebih dikenal dengan istilah

“Deklarasi Hak Konsumen” (Declaration of Consumer Right). Deklarasi

4

(25)

tersebut menghasilkan empat hak dasar konsumen yang meliputi hak-hak sebagai berikut5 :

1. Hak untuk mendapatkan atau memperoleh keamanan atau the right to be secured;

2. Hak untuk mendapatkan informasi atau the right to be informed; 3. Hak untuk memilih atau the right to choose;

4. Hak untuk didengarkan atau the right to be heard.

Empat hak dasar sebagaimana disampaikan oleh Presiden Amerika Serikat, John.F.Kennedy tersebut memberikan pemikiran baru tentang perlindungan hak-hak konsumen. Empat dasar tersebut sering digunakan dalam merumuskan hak-hak dan perlindungan konsumen.

Menurut Pasal 5, kewajiban konsumen antara lain :

1. Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

2. Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;

3. Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

4. Mengikuti upaya penyelesaian hukum sengketa perlindungan konsumen secara patut.

5

(26)

Kewajiban-kewajiban tersebut sangat berguna bagi konsumen agar selalu berhati-hati dalam melakukan transaksi ekonomi dan hubungan dagang. Melalui cara seperti itu, setidaknya konsumen dapat terlindungi dari kemungkinan-kemungkinan masalah yang akan menimpanya. Untuk itulah, perhatian terhadap kewajiban sama pentingnya terhadap hak-haknya sebagai konsumen.6

Selanjutnya pengertian pelaku usaha adalah setiap perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum, maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan dan melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi sebagaimana diatur dalam ketentuan Pasal 1 butir 3 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, dalam kaitannya dengan hubungan perniagaan antara konsumen dengan pelaku usaha akan terkait dengan obyek perjanjian. Obyek perjanjian tersebut bisa merupakan suatu barang ataupun jasa yang diperjanjikan. Barang adalah setiap benda, baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bergerak, dapat dihabiskan maupun tidak dapat dihabiskan, yang dapat untuk diperdagangkan, dipakai, dipergunakan atau dimanfaatkan oleh konsumen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 4 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, sedangkan jasa adalah setiap layanan yang berbentuk pekerjaan atau

6

(27)

prestasi yang disediakan bagi masyarakat untuk dimanfaatkan oleh konsumen. sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 5 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

Menurut Pasal 6, hak pelaku usaha meliputi :

1. Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

2. Hak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang beritikad baik.

3. Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum sengketa konsumen;

4. Hak untuk rehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian konsumen tidak diakibatkan oleh barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

5. Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Hak pelaku usaha dimaksudkan untuk menciptakan kenyamanan dalam berusaha dan untuk menciptakan pola hubungan yang seimbang antara pelaku usaha dan konsumen.7

Menurut Pasal 7, kewajiban pelaku usaha antara lain :

1. Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

7

(28)

2. Melakukan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan, dan pemeliharaan;

3. Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

4. Menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

5. Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

6. Memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian atas kerugian akibat penggunaan, pemakaian, dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan;

7. Memberi kompensasi ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

(29)

hak konsumen untuk meminta pertanggungjawaban dari pelaku usaha yang telah merugikannya.8

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengamanatkan bahwa terhadap pelanggaran yang dilakukan pelaku usaha dapat dilakukan gugatan oleh :

1. Seorang konsumen yang dirugikan atau ahli waris yang bersangkutan;

2. Sekelompok konsumen yang mempunyai kepentingan yang sama;

3. Lembaga perlindungan konsumen swadaya masyarakat yang memenuhi syarat, yaitu berbentuk badan hukum atau yayasan, yang dalam anggaran dasarnya menyebutkan dengan tegas bahwa tujuan didirikannya organisasi tersebut adalah untuk kepentingan perlindungan konsumen dan telah melaksanakan kegiatan sesuai dengan anggaran dasarnya;

4. Pemerintah dan/atau instansi terkait apabila barang dan/atau jasa yang dikonsumsi atau dimanfaatkan mengakibatkan kerugian materi yang besar dan/atau korban yang tidak sedikit.

Penjelasan Pasal 46 huruf b Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengamanatkan bahwa Undang-Undang ini mengakui gugatan kelompok atau class action. Gugatan atau class action

8

(30)

harus diajukan oleh konsumen yang benar-benar dirugikan dan dapat dibuktikan secara hukum, salah satu di antaranya adalah adanya bukti transaksi.

B. Ketentuan Hukum Mengenai Perlindungan Konsumen Dikaitkan Dengan Telekomunikasi

Telekomunikasi terdiri dari kata “tele” yang berarti jarak jauh (at a

distance) dan “komunikasi” yang berarti hubungan pertukaran ataupun penyampaian informasi.9 Menurut Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi, definisi telekomunikasi adalah sebagai kegiatan pemancaran, pengiriman, dan/atau penerimaan dari setiap informasi dalam bentuk tanda-tanda, isyarat, tulisan, gambar, suara, dan bunyi melalui sistem kawat, optik, radio, atau sistem elektromagnetik lainnya.

Asas penyelenggaraan telekomunikasi menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi diselenggarakan berdasarkan :

1. Asas Manfaat

Berarti bahwa pembangunan telekomunikasi khususnya penyelenggaraan komunikasi akan lebih berdaya guna dan berhasil guna baik sebagai infrastruktur pembangunan, sarana

9

(31)

penyelenggaraan pemerintahan, sarana pendidikan, sarana perhubungan, maupun sebagai komoditas ekonomi yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lahir dan batin.

2. Asas adil dan merata

Berarti bahwa penyelenggaraan telekomunikasi memberikan kesempatan dan perlakuan yang sama kepada semua pihak yang memenuhi syarat dan hasil-hasilnya dinikmati oleh masyarakat secara adil dan merata.

3. Asas kepastian hukum

Berarti bahwa pembangunan telekomunikasi, khususnya penyelenggaraan telekomunikasi, harus didasarkan kepada peraturan perundang-undangan yang menjamin kepastian hukum dan memberikan perlindungan hukum, baik bagi para investor, penyelenggara telekomunikasi, maupun kepada pengguna telekomunikasi.

4. Asas kepercayaan pada diri sendiri

(32)

5. Asas kemitraan

Memiliki makna bahwa penyelenggaraan telekomunikasi harus dapat mengembangkan iklim yang harmonis, timbal balik, dan sinergis dalam penyelenggaraan telekomunikasi.

6. Asas keamanan

Dimaksudkan agar dalam penyelenggaraan telekomunikasi selalu memperhatikan faktor keamanan dalam perencanaan, pembangunan dan pengoperasiannya.

7. Asas etika

Dimaksudkan agar dalam penyelenggaraannya, telekomunikasi senantiasa harus dilandasi oleh semangat profesionalisme, kejujuran, kesusilaan, dan keterbukaan.

(33)

transparan, serta membuka kesempatan lebih banyak bagi pengusaha kecil dan menengah.

Terkait perlindungan konsumen, privasi data dan/atau informasi pribadi dari pelanggan telekomunikasi adalah hal yang harus diperhatikan agar privasi data tidak disalahgunakan oleh pihak lain yang tidak bertanggung jawab. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengamanatkan bahwa konsumen, berhak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengkonsumsi barang dan/atau jasa, konsumen yang dimaksud disini adalah pelanggan telekomunikasi.10

Masyarakat internasional sendiri memberikan pengakuan kepada perlindungan hak-hak pribadi. Privacy merupakan hak asasi manusia, sebagaimana dimuat dalam Pasal 12 dari The Universal Declaration of Human Rights - 1948, yaitu11 :

No-one should be subjected to arbitrary interference with his privacy,

family, home, or correspondence, nor to attack on his honor or

reputation. Everyone has the right to the protection of the Law such interferences or attacks.”

Berdasarkan pengertian tersebut disebutkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan perlindungan hukum terhadap gangguan-gangguan atau

10

www.detik.com, diakses pada hari Kamis, Tanggal 24 Maret 2011, Pukul 22:35 WIB 11

(34)

pelanggaran terhadap urusan pribadi, keluarga, rumah tangga, hubungan surat menyurat, kehormatan, dan nama baik.

Secara garis besar diketahui ada beberapa aspek dari privasi baik yang dilindungi atau diatur oleh hukum maupun yang tidak. Pada umumnya ada tiga aspek dari privasi, yaitu12 :

1. Privasi mengenai pribadi seseorang (Privacy of a Person’s

Persona)

Hak atas privasi ini didasarkan pada prinsip umum bahwa setiap orang mempunyai hak untuk dibiarkan sendiri (the right to be let alone)

2. Privasi dari data tentang seseorang (Privacy of Data About a Person)

Hak privasi dapat juga mengikat pada informasi mengenai seseorang yang dikumpulkan dan digunakan oleh orang lain. Penyalahgunaan informasi-informasi yang dikumpulkan atas anggota-anggota suatu organisasi / lembaga atau atas pelanggaran-pelanggaran dari suatu perusahaan termasuk dalam pelanggaran hak privasi seseorang.

3. Privasi atas komunikasi seseorang (Privacy of a Person’s

Communications)

Dalam situasi tertentu, hak atas privasi dapat juga mencakup komunikasi secara online. Dalam hal-hal tertentu, pengawasan

12

(35)

dan penyingkapan isi dari komunikasi elektronik oleh orang lain bukan oleh pengirim atau orang yang dikirim dapat merupakan pelanggaran dari privasi seseorang.

Privasi mempunyai konsep yang lebih luas dari kerahasiaan karena pembatasan kegiatan yang lebih luas berhubungan dengan suatu informasi pribadi; dalam pengumpulan, penyimpanan, penggunaan, serta penyingkapannya.13 Data user diharapkan dapat bertanggung jawab atas keamanan penyimpanan dari informasi pribadi yang dipercayakan kepada mereka tersebut. Jadi, suatu hubungan kepercayaan yang timbul antara data subjects dan data user, yang menimbulkan suatu kewajiban pemeliharaan dan jaminan atas kerahasiaannya, dari penyingkapan yang tidak sah kepada pihak ketiga.14

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi juga memerhatikan hak masyarakat sebagai pengguna.15 Pasal 14 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi mengamanatkan bahwa setiap pengguna telekomunikasi mempunyai hak yang sama untuk menggunakan jaringan telekomunikasi dan jasa telekomunikasi dengan memerhatikan peraturan yang berlaku. Pasal 15 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi mengamanatkan bahwa atas kesalahan dan kelalaian penyelenggara telekomunikasi yang menimbulkan kerugian, maka pihak-pihak yang dirugikan berhak untuk mengajukan

(36)

tuntutan ganti rugi kepada penyelenggara telekomunikasi. Ganti rugi yang dimaksud adalah ganti rugi yang diberikan penyelenggara telekomunikasi kepada pengguna atau masyarakat luas yang dirugikan karena kelalaian atau kesalahannya. Ganti rugi wajib diberikan kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan kelalaiannya. Penyelesaian ganti rugi dilaksanakan dengan cara melalui mediasi atau arbitrase atau konsiliasi.16 Apabila penyelesaian ganti rugi melalui cara tersebut tidak berhasil dapat dicari penyelesaian melalui pengadilan.

16

(37)

35

ASPEK HUKUM MENGENAI BOCORNYA DATA PELANGGAN

SELULER DAN

SPAM

SMS (

SHORT MESSAGE SERVICE

)

A. Pengertian Spam, SMS, dan Spam SMS

Spam secara umum didefinisikan sebagail email yang tidak diharapkan.1 Akan tetapi, spam juga dihubungkan dengan permintaan jenis penipuan yang melibatkan uang (con artist).2 Spamming adalah hal yang mengkhawatirkan karena volume pesan yang dapat mengisi server email

serta kotak email besar, dan karenanya menyumbat sistem dengan berbagai

file tidak penting.3

Kata spam sebenarnya berasal dari merek daging kalengan, dengan bahan dasar babi, yang diproduksi di Amerika Serikat. Istilah spam

terinspirasi dari sebuah sketsa komedi acara televisi Monty Phyton di Inggris.4 Dalam acara itu, sekelompok orang menyanyikan “Spam” berulang -ulang dengan suara keras sehingga obrolan orang-orang lain tidak

1

James A.Hall dan Tommie Singleton, Audit Teknologi Informasi Dan Assurance, Edisi 2, Salemba Empat, Jakarta, 2007, hlm.106

2 Ibid 3

Ibid 4

(38)

terdengar.5 Efek serupa terjadi ketika email promosi memenuhi inbox

seseorang hingga email non promosi menjadi tidak terbaca.6

Bentuk spam yang dikenal secara umum meliputi7 :

1. Spam surat elektronik

Dikenal sebagai surat elektronik massal yang tidak diminta (unsocialicited bulk email atau UBE), junk email, atau surat eletronik komersial yang tidak diminta (unsocialited commercial email atau UCE), adalah praktik pengiriman pesan dalam surat elektronik yang tidak diinginkan, sering bersifat komersial, dan masuk dalam jumlah besar kepada siapa pun.

2. Spam pesan instan

Spam pesan instan memanfaatkan sistem dari pesan instan.

Spam pesan instan cenderung tidak diblokir oleh firewall sehingga saluran ini sangat berguna bagi para spammers.

3. Spam usenet newsgroup dan forum

Jenis spam yang sasarannya adalah usenet newsgroup. Spam ini sering masuk secara berulang dengan subtansi pesan yang sama. Spam forum adalah menciptakan pesan berupa iklan atau pesan yang tidak diinginkan di forum internet. Kebanyakan spam

di forum terdiri dari link ke situs eksternal, dengan tujuan selain

(39)

untuk meningkatkan visibilitas mesin pencari, juga untuk menghasilkan lebih banyak lalu lintas dalam situs web komersial itu.

4. Spam telepon genggam

Spam ini diarahkan pada layanan pesan teks di ponsel. Spam ini bisa sangat menggangu pelanggan karena bukan hanya masalah ketidaknyamanan, tetapi juga karena biaya yang mungkin dikenakan dari setiap pesan teks yang diterima.

5. Spam mesin pencari informasi web (web search engine spam)

Spam ini disebut juga spamdexing, singkatan dari spamming dan

indexing. Spamdexing ini mengacu pada praktek di www dari modifikasi halaman HTML untuk meningkatkan kesempatan mereka dalam menempatkan spam di mesin pencari dengan relevansi paling tinggi.

6. Spam blog

Spamblog atau “blam” secara singkat adalah spam pada weblog.

Spam ini mengambil keuntungan dari komentar terbuka dalam blog perangkat lunak moveble type dengan berulang kali menempatkan komentar untuk berbagai posting blog.

(40)

alias email sampah.8 Menurut penyelidikan hampir 50% email dari lalu lintas

email yang beredar di dunia adalah spam.9 Alamat-alamat email yang valid dari alamat spam ada yang diperjualbelikan di sindikat spammer, sehingga proses spamming ini akan terus berjalan.10

Ciri-ciri Spam11 :

1. Beberapa layanan email memiliki fasilitas khusus untuk memfilter

email yang sifatnya spam, biasanya email spam akan masuk ke dalam direktori bulk atau direktori massal.

2. Spam biasanya berisi penawaran barang, software, video, musik, atau konten berbau pornografi.

3. Isi spam terkadang berisi sesuatu hal yang tidak kita lakukan, misalnya Anda adalah pemenang undian (lotere), padahal Anda belum pernah mengikutinya sama sekali.

4. Spam biasanya berisi himbauan kepada Anda untuk mengisi identitas pribadi dan rahasia yang Anda miliki.

5. Spam ada juga yang isinya menawarkan produk obat-obatan atau kesehatan. Misalnya saja, cara meninggikan badan secara cepat atau menurunkan berat badan secara cepat.

6. Spam sifatnya tidak merusak, tetapi membuat Anda tidak nyaman.

8

Happy Chandraleka, Trik Mengantisipasi Hacking Email, Mediakita, Jakarta Selatan, 2009, hlm.58

9

(41)

7. Spam bisa dijadikan sebagai media penghubung virus, misalnya ketika Anda mengklik link yang diberikan oleh email spam

tersebut, padahal itu hanya tipuan agar virus bisa tereksekusi.

Setiap orang tentu memiliki tujuan dalam hidupnya, termasuk juga yang mengirimkan spam. Kalau kita berbicara mengenai tujuan orang mengirim spam, tentunya ada beberapa hal yang menyebabkannya12 :

1. Orang yang ingin menawarkan produk tertentu dengan cara yang cepat dan mudah.

2. Spam adalah media promosi yang murah dan bisa banyak menjaring banyak orang, sebab mereka tidak perlu banyak mengeluarkan biaya untuk melakukannya.

3. Isi pesan bisa diberikan sama, dalam jumlah yang banyak.

4. Spam bisa juga sebagai cara untuk melakukan penipuan, biasanya mereka meminta Anda untuk memasukan data pribadi yang Anda miliki, termasuk permintaan untuk mentransfer sejumlah uang.

5. Untuk tujuan-tujuan politik, biasanya himbauan untuk melakukan hal-hal yang sifatnya politis, misalnya untuk memilih partai tertentu atau pejabat yang ingin mendapat dukungan.

12

(42)

Kerugian yang disebabkan oleh spam diantaranya13 :

1. Spam mengakibatkan waktu kita terbuang percuma, sebab kita harus membaca satu per satu email, apalagi jumlahnya cukup banyak.

2. Ada beberapa email spam sifatnya jahat, ketika kita mengakses

email spam tersebut tanpa disadari komputer kita telah disusupi

spyware, malware, rookit, dan bahkan virus.

3. Kerugian materiil, ada juga beberapa orang yang terkena penipuan, bahkan kehilangan ratusan dollar akibat email spam

yang berisi pesan fiktif.

4. Jika Anda memiliki kapasitas mailbox yang terbatas, maka pesan-pesan yang sebenarnya penting tidak bisa masuk (pending) sebab mailbox dipenuhi oleh email spam.

5. Mengurangi dan menghambat traffic internet 6. Mengurangi produktifitas kerja karyawan.

SMS (Short Message Service) adalah sebuah layanan yang dilaksanakan dengan sebuah telepon genggam untuk mengirim atau menerima pesan-pesan pendek.14 SMS merupakan sebuah layanan yang banyak diaplikasikan pada sistem komunikasi tanpa kabel (wireless).

13

Ibid, hlm.68-69 14

(43)

SMS memiliki beberapa keunggulan, diantaranya adalah15 :

1. Harganya murah.

2. Merupakan “delivered oriented service”, artinya pesan akan selalu

diusahakan untuk dikirimkan ke tujuan. Jika suatu saat nomor tujuan sedang tidak aktif atau diluar jaringan, maka pesan akan disimpan di SMSC (SMS Center) dan akan dikirimkan seg era setelah nomor tujuan aktif kembali. Pesan juga akan terkirim ke tujuan walaupun nomor tujuan sedang sibuk.

3. Dapat dikirim ke banyak penerima sekaligus pada saat bersamaan.

4. Pesan dapat dikirim ke berbagai tujuan, seperti email, ataupun aplikasi lain.

5. Kegunaannya banyak untuk berbagai macam keperluan seperti kuis, votting, chatting, survey, tergantung dengan kegunaan dan fungsi aplikasi content yang terhubung dengan SMSC.

Melihat semakin populernya penggunaan sms, membuat sebagian orang memanfaatkan sms sebagai ajang promosi. Apalagi biaya untuk promosi melalui sms ini tergolong jauh lebih murah daripada promosi melalui cara konvensional, seperti penyebaran pamflet, spanduk, atau brosur. Promosi melalui sms ini sering kali dikirimkan ke orang banyak sekaligus. Hal inilah yang dinamakan dengan sms spam, yaitu sebuah sms yang memuat iklan yang dikirimkan ke banyak orang sekaligus dalam sekali pengiriman

15

(44)

sms. Jumlah penerima sms tersebut bisa mencapai ratusan atau bahkan ribuan penerima.

B. Aspek Hukum Mengenai Kerahasiaan Data Pelanggan

Pertumbuhan teknologi informasi yang semakin cepat berpengaruh dengan banyak ditemukannya orang atau perusahaan menawarkan produk atau jasanya melalui sarana sms sebagai media komunikasi atau alat untuk mempromosikan produk miliknya kepada costumer atau konsumen. Cara yang digunakan adalah dengan mengirimkan pesan ke banyak tujuan secara bersamaan. Padahal praktik demikian tidak dibenarkan sebagaimana diatur pada Pasal 17 Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 01/Per/M.KOMINFO/01/2009 Tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium Dan Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short Messaging Service / SMS) Ke Banyak Tujuan (Broadcast) yang mengamanatkan bahwa pengiriman jasa pesan singkat (short messagin service/sms) ke banyak tujuan dilarang mengirimkan pesan yang bertentangan dengan kepentingan umum, kesusilaan, keamanan, dan atau ketertiban umum.

(45)

nomor telepon selular. Padahal data pribadi sejatinya bersifat privat dan memiliki hak-hak yang terkait perlindungan properti (property rights).16 Dengan demikian data merupakan hak milik yang harus dijaga kerahasiaannya dan dilindungi dari penyalahgunaan oleh pihak-pihak yang tidak berwenang.

Berdasarkan fakta yang ada pada saat ini, banyak sekali pelanggan seluler menerima sms spam yang berisi promosi atau penawaran terhadap barang dan jasa. Hal tersebut sudah tentu mengganggu kenyamanan dan membuat resah dari pelanggan seluler itu sendiri. Hal ini bisa terjadi karena pengirim pesan singkat tersebut memiliki data pribadi seseorang berupa nomor telepon selularnya.

Data pribadi didefinisikan sebagai informasi yang berhubungan untuk mengindentifikasikan atau dapat mengidentifikasikan seseorang.17 Data pribadi hanya dapat digunakan untuk tujuan-tujuan yang sah untuk alasan data-data tersebut dikumpulkan dan disimpan dalam suatu bentuk serta tidak boleh disimpan lebih lama dari waktu yang diperlukan untuk tujuan tersebut.18 Data pribadi dapat diproses hanya dengan persetujuan dari subjek data jika secara hukum dipersyaratkan, atau untuk melindungi kepentingan umum atau kepentingan yang sah dari pihak swasta (private

16

http://antikorupsijateng.wordpress.com diakses pada hari Rabu, Tanggal 13 April 2011, Pukul 22:15 WIB

17

Edmon Makarim, Op.Cit, hlm.166 18

(46)

party), kecuali jika kepentingan-kepentingan tersebut melanggar kepentingan subjek data.

Ketentuan mengenai data pelanggan antara lain diatur di Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi yang mengamanatkan bahwa :

“Penyelenggaraan jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi yang dikirim dan/atau diterima oleh pelanggan jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan/atau jasa telekomunikasi yang

diselenggarakannya.”

Isi Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi telah jelas menyebutkan bahwa penyelenggara jasa telekomunikasi harus merahasiakan informasi yang dikirim dan/atau diterima pelanggan telekomunikasi, dengan kata lain operator seluler sebagai penyedia jasa telekomunikasi tidak diperkenankan untuk membocorkan data-data pelanggan telekomunikasi.

Kemudian diatur lebih spesifik di Pasal 5 Peraturan Menkominfo Nomor 23/M.KOMINFO/10/2005 Tentang Registrasi Terhadap Pelanggan Jasa Telekomunikasi yang mengamanatkan bahwa :

1. Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menyimpan identitas pelanggan jasa telekomunikasi prabayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) selama pelanggan jasa telekomunikasi aktif menggunakan jasa telekomunikasi dimaksud.

(47)

dalam Pasal 4 ayat (2) sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal dimulai ketidak aktifan pelanggan jasa dimaksud.

3. Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan data pelanggan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b dalam rangka perlindungan hak-hak privat pelanggan.

4. Dikecualikan dari ketentutan ayat (3), penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menyerahkan identitas pelanggan jasa telekomunikasi prabayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atas permintaan :

a. Jaksa agung dan/atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk proses peradilan tindak pidana terkait. b. Menteri yang membidangi telekomunikasi untuk keperluan

kebijakan di bidang telekomunikasi.

c. Penyidik untuk proses peradilan tindak pidana tertentu lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Isi Pasal 5 Peraturan Menkominfo Nomor 23/M.KOMINFO/10/2005 Tentang Registrasi Terhadap Pelanggan Jasa Telekomunikasi telah jelas menyebutkan bahwa operator seluler wajib menyimpan identitas dan merahasiakan data pelanggan jasa telekomunikasi. Operator seluler hanya boleh menyerahkan identitas pelanggan telekomunikasi apabila diminta oleh pihak-pihak yang berwenang seperti Jaksa Agung dan/atau Kepolisian Republik Indonesia, Menteri, dan Penyidik.

(48)

karena kerahasiaan data pelanggan merupakan suatu aset yang sangat

confidential.19

19

(49)

47

ANALISIS HUKUM MENGENAI TANGGUNG JAWAB OPERATOR

SELULER TERHADAP PELANGGAN SELULER TERKAIT

SPAM

SMS DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8

TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN

JUNCTO

UNDANG-UNDANG NOMOR 36 TAHUN 1999 TENTANG

TELEKOMUNIKASI

A. Tanggung Jawab Operator Seluler Yang Membocorkan Data Pelanggan Seluler Sehingga Mengakibatkan Pelanggan Seluler Merasa Terganggu

Dengan Adanya Spam SMS Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun

1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi

(50)

Semakin ketatnya persaingan di dunia usaha membuat para pelaku usaha mencoba berbagai macam cara dalam mempromosikan barang/jasa yang akan dijualnya kepada konsumen. Salah satu penyalahgunaan yang marak terjadi saat ini adalah mempromosikan barang/jasa melalui sms. Pelaku usaha mengirimkan pesan ke banyak nomor telepon seluler untuk menawarkan barang/jasa untuk dijual. Cara ini dilakukan oleh pelaku usaha karena murahnya biaya yang dikeluarkan dibandingkan harus menggunakan jasa iklan di media cetak atau media elektronik. Hal ini dapat terjadi apabila pelaku usaha memiliki sejumlah data pelanggan seluler yang jumlahnya banyak sehingga pesan yang dikirimkan dapat diterima oleh banyak orang pula. Dalam hal ini dimungkinkan terjadinya kebocoran terkait data pelanggan akibat kelalaian yang dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi yang kemudian dimanfaatkan oleh pelaku usaha untuk kemudian data tersebut dimanfaatkan dalam kegiatan promosi barang dan/atau jasa melalui pesan singkat.

(51)

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi disusun sedemikian rupa oleh pemerintah sebagai upaya dalam menunjang dan mendorong kegiatan perekonomian, memantapkan pertahanan dan keamanan, mencerdaskan kehidupan bangsa, memperlancar kegiatan pemerintahan, memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa dalam kerangka wawasan nusantara, dan memantapkan ketahanan nasional serta meningkatan hubungan antar bangsa.

Pengaturan yang menyangkut data pelanggan tertuang dalam Pasal 42 ayat 1 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi yang mengamanatkan bahwa :

“Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan informasi yang dikirim dan/atau diterima oleh pelanggan jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan/atau jasa telekomunikasi yang

diselenggarakannya.”

Pasal tersebut diatas merupakan landasan hukum bagi penyelenggara telekomunikasi untuk melindungi setiap informasi yang dikirim dan/atau diterima oleh pelanggan telekomunikasi. Terkait data pelanggan seluler kemudian diatur lebih spesifik di Pasal 5 Peraturan Menkominfo Nomor 23/M.KOMINFO/10/2005 Tentang Registrasi Terhadap Pelanggan Jasa Telekomunikasi yang mengamatkan bahwa :

1. Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menyimpan identitas pelanggan jasa telekomunikasi prabayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) selama pelanggan jasa telekomunikasi aktif menggunakan jasa telekomunikasi dimaksud.

(52)

pelanggan jasa telekomunikasi prabayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) sekurang-kurangnya 90 (sembilan puluh) hari terhitung sejak tanggal dimulai ketidak aktifan pelanggan jasa dimaksud.

3. Penyelenggara jasa telekomunikasi wajib merahasiakan data pelanggan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf b dalam rangka perlindungan hak-hak privat pelanggan.

4. Dikecualikan dari ketentuan ayat (3), penyelenggara jasa telekomunikasi wajib menyerahkan identitas pelanggan jasa telekomunikasi prabayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) atas permintaan :

a. Jaksa agung dan/atau Kepala Kepolisian Republik Indonesia untuk proses peradilan tindak pidana terkait. b. Menteri yang membidangi telekomunikasi untuk keperluan

kebijakan di bidang telekomunikasi.

c. Penyidik untuk proses peradilan tindak pidana tertentu lainnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Isi Pasal 5 Peraturan Menkominfo Nomor 23/M.KOMINFO/10/2005 Tentang Registrasi Terhadap Pelanggan Jasa Telekomunikasi tersebut telah jelas menyebutkan bahwa operator seluler wajib menyimpan identitas dan merahasiakan data pelanggan jasa telekomunikasi. Operator seluler hanya boleh menyerahkan identitas pelanggan jasa telekomunikasi apabila diminta oleh pihak-pihak yang berwenang seperti Jaksa Agung dan/atau Kepolisian Republik Indonesia, Menteri, dan Penyidik.

(53)

keuntungan semaksimal mungkin dengan modal seminimal mungkin. Prinsip ini sangat potensial merugikan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Konsep tanggung jawab hukum merupakan bagian dari kewajiban hukum. Prinsip tentang tanggung jawab merupakan bagian yang sangat penting dalam hukum perlindungan konsumen dan hukum telekomunikasi.

Prinsip-prinsip umum yang terkandung dalam tanggung jawab pelaku usaha dapat dibebankan sebagai berikut1 :

1. Prinsip tanggung jawab berdasarkan unsur kesalahan (fault liability)

Prinsip ini menyatakan bahwa pelaku usaha baru dapat dimintai pertanggungjawaban secara hukum jika ada unsur kesalahan yang dilakukannya. Kesalahan disini maksudnya adalah unsur yang bertentangan dengan kepatutan, kesusilaan, dan hukum yang berlaku. Prinsip tersebut terkandung dalam Pasal 1365

Burgerlijk Wetboek yang mengharuskan terpenuhinya 4 (empat) unsur pokok untuk dapat dimintai pertanggungjawaban hukum dalam perbuatan melawan hukum, yaitu :

a. Adanya perbuatan yang melawan hukum; b. Unsur kesalahan;

c. Kerugian yang diderita, dan

d. Hubungan kausalitas antara kesalahan dan kerugian.

1

(54)

2. Prinsip praduga untuk selalu bertanggungjawab (presumption of liability principle)

Prinsip ini menyatakan bahwa pelaku usaha/konsumen yang diduga melakukan kesalahan selalu dianggap bertanggung jawab sampai dapat dibuktikan ia tak bersalah. Oleh karena itu, beban pembuktian berada pada pihak yang diduga melakukan kesalahan. Berdasarkan Pasal 22 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, bahwa beban pembuktian berada pada pelaku usaha dalam sengketa yang terjadi dengan konsumen.

3. Prinsip praduga untuk tidak selalu bertanggung jawab

Prinsip ini merupakan kebalikan dari prinsip yang disebutkan dalam butir kedua diatas. Prinsip ini dikenal dalam lingkup transaksi konsumen yang sangat terbatas, maksudnya bahwa pelaku usaha tidak selalu harus bertanggung jawab terhadap kerugian yang diderita konsumen, karena mungkin saja konsumen yang melakukan kesalahan.

4. Prinsip tanggung jawab mutlak (strict liability)

(55)

5. Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan

Prinsip tanggung jawab dengan pembatasan ini sering kali dilakukan oleh pelaku usaha untuk membatasi beban tanggung jawab yang seharusnya ditanggung oleh mereka. Umumnya dikenal dengan pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian standar yang dibuatnya.

Bentuk-bentuk tanggung jawab pelaku usaha dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen, antara lain2 :

1. Contractual liability

Yaitu tanggung jawab perdata atas dasar perjanjian atau kontrak dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau memanfaatkan jasa yang diberikannya.

2. Product liability

Yaitu tanggung jawab perdata terhadap produk secara langsung dari pelaku usaha atas kerugian yang dialami konsumen akibat menggunakan produk yang dihasilkan. Pertanggungjawaban produk tersebut didasarkan pada perbuatan melawan hukum (tortius liability). Unsur-unsur dalam dalam tortius liability antara lain adalah unsur perbuatan melawan hukum, kesalahan, kerugian, dan hubungan kausalitas antara perbuatan melawan hukum dan kerugian yang timbul.

2

(56)

3. Profesional liability

Yaitu tanggung jawab pelaku usaha sebagai pemberi jasa atas kerugian yang dialami konsumen sebagai akibat memanfaatkan atau menggunakan jasa yang diberikan.

4. Criminal liability

Yaitu pertanggungjawaban pidana dari pelaku usaha sebagai hubungan antara pelaku usaha dengan negara.

Pengaturan menyangkut tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen tertuang dalam Pasal 19 ayat 1 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen mengamanatkan bahwa :

“Pelaku usaha bertanggung jawab memberikan ganti rugi atas

kerusakan, pencemaran, dan/atau kerugian konsumen akibat mengkonsumsi barang dan/atau jasa yang dihasilkan atau

diperdagangkan. “

Pasal tersebut merupakan landasan hukum terkait tanggung jawab pelaku usaha terhadap konsumen yang telah dirugikan. Berdasarkan Pasal tersebut maka pelanggan seluler berhak untuk mendapatkan ganti rugi dari operator seluler atas kerugian yang dialaminya akibat gangguan spam sms yang diterima karena bocornya data pelanggan seluler.

(57)

“Atas kesalahan dan atau kelalaian penyelenggara komunikasi yang menimbulkan kerugian, maka pihak-pihak yang dirugikan berhak

mengajukan tuntutan ganti rugi kepada penyelenggara komunikasi.”

Berdasarkan Pasal tersebut, konsumen yang dalam hal ini pelanggan seluler berhak untuk mengajukan ganti rugi karena kerugian yang disebabkan oleh kesalahan atau kelalaian yang dilakukan oleh operator seluler sehingga mengakibatkan bocornya data pelanggan. Adanya unsur kesalahan atau kelalaian dan kerugian yang diderita oleh pelanggan seluler yang dilakukan oleh operator seluler, maka dapat dianggap perbuatan yang dilakukan oleh operator seluler adalah perbuatan melawan hukum sebagaimana diatur di dalam Pasal 1365 BW.

Selanjutnya Pasal 15 ayat 2 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 Tentang Telekomunikasi mengamanatkan bahwa :

“Penyelenggara telekomunikasi wajib memberikan ganti rugi

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), kecuali penyelenggara telekomunikasi dapat membuktikan bahwa kerugian tersebut bukan diakibatkan oleh kesalahan dan atau kelalaiannya.”

(58)

bertanggung jawab untuk mengirimkan spam sms kepada para pelanggan seluler.

Ada beberapa kemungkinan penuntutan yang didasarkan pada Pasal 1365 BW, yaitu3 :

1. Ganti rugi atas kerugian dalam bentuk uang;

2. Ganti rugi atas kerugian dalam bentuk natura atau dikembalikan dalam keadaan semula;

3. Pernyataan bahwa perbuatan adalah melawan hukum; 4. Larangan dilakukannya perbuatan tertentu;

5. Meniadakan suatu yang diadakan secara melawan hukum; 6. Pengumuman keputusan dari sistem yang telah diperbaiki.

B. Tindakan Hukum Yang Dapat Dilakukan Pelanggan Seluler Kepada

Operator Seluler Yang Telah Melakukan Spam SMS Menurut

Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Dan Undang-Undang Nomor 36 Tentang Telekomunikasi

Dalam era teknologi digital yang berkembang pesat saat ini, bentuk dan metode penawaran terhadap barang dan jasa menggunakan berbagai macam cara. Media yang digunakan oleh para pelaku usaha tidak lagi sekedar menggunakan sarana konvensional seperti iklan di koran atau

3

(59)

menyebarkan brosur tetapi juga mengalami digitalisasi, seperti melalui sms atau pesan singkat. Hal ini dilakukan oleh para pelaku usaha karena metode ini relatif murah dari sisi biaya.

Bagi sebagian orang, jika sms yang berisi penawaran terhadap barang ataupun jasa itu diterima sekali atau dua kali saja, mungkin tidak akan menjadi masalah. Namun jika frekuensi penerimaannya cukup sering maka pelanggan seluler pun akan merasa dirugikan karena merasa terganggu.

Pelanggan seluler yang mengalami kerugian atas spam sms dapat menempuh proses hukum melalui lembaga peradilan umum secara perdata, yaitu berdasarkan Pasal 1365 BW, dimana spam sms dapat dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum (Onrechtmatigedaad) sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1365 BW yang mengamanatkan bahwa :

“Tiap perbuatan melanggar hukum, yang membawa kerugian kepada

seorang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan

kerugian itu, mengganti kerugian tersebut.”

Berdasarkan isi Pasal diatas, suatu perbuatan dapat dianggap perbuatan melawan hukum apabila memenuhi unsur-unsurnya, diamana unsur-unsur tersebut yaitu :

1. Perbuatan melanggar hukum, 2. Unsur kesalahan,

3. Adanya kerugian,

(60)

Penerapan Pasal 1365 BW dilakukan dengan cara melakukan penafsiran hukum ekstensif yaitu memperluas arti kata perbuatan melawan hukum itu sendiri, tidak hanya yang terjadi di dunia nyata, tetapi juga dimungkinkan perbuatan melawan hukum yang terjadi di dunia maya4, dalam hal ini pada perbuatan melawan hukum mengenai spam sms. Selain itu, dapat pula diterapkan Pasal 1365 BW dengan melakukan konstruksi hukum analogi yakni dengan cara membandingkan antara perbuatan melawan hukum yang dilakukan di dunia nyata dengan perbuatan melawan hukum yang dilakukan di dunia maya, sehingga unsur-unsur perbuatan melawan hukum sebagaimana disyaratkan dapat terpenuhi.

Suatu perbuatan dapat dikatakan perbuatan melawan hukum apabila perbuatan tersebut memang melanggar peraturan perundang-undangan, bertentangan dengan kesusilaan dan ketertiban umum. Meskipun demikian, suatu perbuatan yang telah dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum ini harus dapat dipertanggungjawaban apakah mengandung kesalahan atau tidak.

Pengaturan menyangkut spam sms diatur dalam Pasal 17 Peraturan Menteri Komunikasi Dan Informatika Nomor 01/PER/M.KOMINFO/01/2009 Tentang Penyelenggaraan Jasa Pesan Premium Dan Pengiriman Jasa Pesan Singkat (Short Messaging Service / SMS) Ke Banyak Tujuan (Broadcast) yang mengamanatkan bahwa :

4

Referensi

Dokumen terkait

API Location menghasilkan informasi lokasi secara fisik yang dapat digunakan untuk landmark yang dapat disimpan.. JSR 179 membutuhkan Connected Device Configuration (CDC) atau

Pendidikan Jiwa (al-Tarbiyah al-Nafs) adalah Suatu upaya untuk membina, medidik, memelihara, menjaga, membimbing dan membersihkan sisi dalam diri manusia (Jiwa)

[r]

Dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan pasien, tidak terlepas pada sistem yang sedang berjalan tetapi dalam klinik dimana salah satu permasalahan yang dihadapi adalah

Dimana cara kerja alat ini adalah apabila salah satu dari tiga tombol ditekan maka LED yang terhubung dengan tombol tersebut akan menyala, dan apabila setelah itu terjadi

To conclude, the researchers’ reason to conduct this research are based on the importance subject-verb agreement in the succes of writing, the result of the previous research

Penelitian ini membahas tentang pengelompokan jumlah daerah yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD) berdasarkan provinsi. Metode yang digunakan adalah Data mining K-

Siswa yang memiliki motivasi belajar akan bergantung pada apakah aktivitas tersebut memiliki isi yang menarik atau proses yang menyenangkan.. Intinya, motivasi