• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar Di Kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar Di Kota Bogor"

Copied!
113
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI F24102072

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(2)

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI

F24102072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(3)

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI F24102072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984

Di Sumedang

Tanggal lulus : 11 April 2007

Menyetujui,

Bogor, 14 Mei 2007

Prof. Dr. Winiati P Rahayu Pembimbing Akademik

Mengetahui

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 di

Sumedang, Jawa Barat. Penulis adalah anak ke-2 dari 3

bersaudara, pasangan keluarga Drs.Agus Salim, AR. MSi

dan Emin Rukmini (alm). Riwayat pendidikan penulis

dimulai dari TK Pertiwi Merauke (1988–1990), SD Negeri 1

Merauke (1990–1993), SD Negeri Sukatali Sumedang

(1993–1996), SMP Negeri 1 Merauke (1996 – 1999) dan

SMU Negeri 1 Merauke (1999 – 2002).

Penulis kemudian masuk Institut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002 dan terdaftar sebagai mahasiswa

pada Program Studi Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor,

Penulis pernah mengurus beberapa acara sebagai anggota panitia pelaksana seperti

Lepas Landas Sarjana, BAUR dan sebagainya. Penulis melakukan Kuliah Kerja

Nyata di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan

judul “Bergerak Bersama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan,

Kewirausahaan serta Kelestarian Lingkungan”.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

(5)

Rina Nuzulia Fitri. F24102072. Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibawah bimbingan: Prof. Dr. Winiati P. Rahayu. 2007.

RINGKASAN

Anak sekolah dasar merupakan objek yang sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh pangan jajanan. Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga (Engel et al., 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan. Guru sebagai panutan bagi siswa sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawasan terhadap keamanan pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah, baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan terhadap ibu rumah tangga dan guru yang jumlahnya dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Simamora, 2002)

Penelitian dilakukan dengan penyebaran kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok. Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas terhadap kuisioner penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah dengan microsoft excel dan program SPSS (Crosstabulation).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa orang tua (71,98%) dan guru (75,63%) memiliki persepsi yang cukup bagus terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah. Hal ini ditunjang dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kedua responden terhadap hal-hal yang menyangkup keamanan pangan jajanan. Sebanyak 85,78% orang tua mengetahui jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 94,97% mengetahui pengaruh yang akan timbul akibat bahan kimia berbahaya tersebut. Namun pengetahuan orang tua tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis masih kurang (24,57%). Sedangkan guru semuanya telah mengetahui jenis-jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 99,38% diantaranya juga mengetahui pengaruh yang akan ditimbulkan akibat pengkonsumsian bahan kimia berbahaya tersebut. Selain itu, sebanyak 70,00% guru mengetahui tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis.

(6)

terjadi karena menurut guru pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah hanya sebagian yang aman (69,38%) dan kurang bersih (85,00%). Untuk pencegahan baik ibu (96,98%) maupun guru (92,50%) sudah mengingatkan anak untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pangan.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, hidayah serta nikmat yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: “PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU

TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan

skripsi ini, terutama kepada:

1. Ayah Drs. Agus Salim Ar, MSi dan Bunda Encum Aan Hasanah S.sos yang

selalu memberikan dukungannya berupa doa dan kasih sayang, semangat dan

materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

Karya ini kupersembahkan untuk kalian.

2. Prof. Dr. Winiati P. Rahayu selaku Pembimbing Akademik atas bantuan,

bimbingan, saran, kritik dan dukungan pada penulis selama penulis menimba

ilmu di ITP.

3. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, MS dan Ibu Dra. Waysima, MSc yang telah

meluangkan waktu serta telah memberikan masukan kepada penulis.

4. Kepala Sekolah dan Para Guru tempat penulis melakukan penelitian serta

para orang tua atas bantuan maupun kerjasamanya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir.

5. Seluruh Staf pengajar ITP yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

selama belajar di ITP.

6. Almarhumah Mamah Mien, Tetehku Revy JuniaSari, ade-adeku: Alfindra

Sepalawandika dan Reni Febrianti serta keponakan kecilku Ervian Ikhsandi

Sentosa.

7. Seluruh keluarga di Sumedang dan di Aceh yang selalu memberikan

semangat agar penulis cepat menyelesaikan tugas akhir dan atas doa yang

diberikan selama ini.

8. Sahabat terbaikku: Meilina, Rizky, Dian, Hana, Denok, Retno, Vero, Ira, dan

(8)

9. Dadan Moh. Ramdan, SP yang selalu memberi warna dan keceriaan dalam

kehidupanku. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya semoga untuk

selamanya.

10.Teman-teman sebimbingan: Yayah, Ocha, mba’ Nur, mba’ Anita, mba’ Rini,

dan mba Aryani.

11.Anak-anak golongan C ITP 39, khususnya C2 (Arti, Rizky yandi, Aulia,

Bekti) dan semua anak-anak ITP 39 lainnya atas kebersamaan selama ini.

12.MrQ crew: Nita, Mega, dan Vivi atas segala dukungan dan persahabatannya.

13.Teman-teman KKN Purwasari (Heri, anggi, Elka, Tuti, Rina, Erik, Dikky).

Terima kasih atas persahabatan yang tetap ada hingga saat ini.

14.Teman-teman lain (Dewi, Elis, Dida, Itang, Afriandi, Anggun, dan Dodi,).

Atas kebersamaan dan dukungannya.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

karenanya saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dalam perbaikan

selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta

pembaca umumnya….amin.

Bogor , 14 Mei 2007

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

C. KEGUNAAN PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH ... 4

B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH ... 6

C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN... 8

D. PERSEPSI TERHADAP KEAMANAN PANGAN ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 15

B. CARA PENENTUAN SAMPEL ... 15

1. Penentuan SD ... 15

2. Penentuan Orang Tua dan Guru ... 16

C. CARA PENGUMPULAN DATA ... 17

D. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUISIONER ... 18

1. Validitas ... 19

2. Reliabilitas ... 20

E. ANALISIS DATA ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 24

(10)

C. RELIABILITAS KUISIONER ... 28

D. PROFIL RESPONDEN ... 28

1. Orang Tua ... 28

2. Guru ... 30

E. PERSEPSI ORANG TUA ... 34

1. Rutinitas Sarapan ... 34

2. Kebiasaan Jajan ... 36

3. Pangan Jajanan di Sekolah ... 38

F. PERSEPSI GURU ... 40

1. Aktifitas Guru untuk Memonitor Pangan Jajanan dan Mengingatkan Anak Didik ... 40

2. Pangan Jajanan di Sekolah ... 41

3. Kebersihan Pangan jajanan ... 42

G. PERBANDINGAN ANTARA PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU ... 42

1. Gangguan Kesehatan ... 42

2. Bahan Kimia Berbahaya ... 44

3. Sanitasi dan Higienis ... 45

4. Informasi Tentang Keamanan Pangan ... 48

5. Klasifikasi Tingkat Persepsi Responden ... 49

H. KORELASI ANTAR PARAMETER TERHADAP PERSEPSI .... 50

1. Orang Tua ... 50

2. Guru ... 51

V. KESIMPILAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 52

B. SARAN ... 53

1. Orang Tua ... 54

2. Guru ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(11)

SKRIPSI

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI F24102072

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(12)

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI

F24102072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2007

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

(13)

DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR

Oleh

RINA NUZULIA FITRI F24102072

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Teknologi Pertanian

Pada Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984

Di Sumedang

Tanggal lulus : 11 April 2007

Menyetujui,

Bogor, 14 Mei 2007

Prof. Dr. Winiati P Rahayu Pembimbing Akademik

Mengetahui

Dr. Ir. Dahrul Syah, MSc

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 16 Juni 1984 di

Sumedang, Jawa Barat. Penulis adalah anak ke-2 dari 3

bersaudara, pasangan keluarga Drs.Agus Salim, AR. MSi

dan Emin Rukmini (alm). Riwayat pendidikan penulis

dimulai dari TK Pertiwi Merauke (1988–1990), SD Negeri 1

Merauke (1990–1993), SD Negeri Sukatali Sumedang

(1993–1996), SMP Negeri 1 Merauke (1996 – 1999) dan

SMU Negeri 1 Merauke (1999 – 2002).

Penulis kemudian masuk Institut Pertanian Bogor melalui Jalur USMI

(Undangan Seleksi Masuk IPB) pada tahun 2002 dan terdaftar sebagai mahasiswa

pada Program Studi Teknologi Pangan, Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan,

Fakultas Teknologi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor,

Penulis pernah mengurus beberapa acara sebagai anggota panitia pelaksana seperti

Lepas Landas Sarjana, BAUR dan sebagainya. Penulis melakukan Kuliah Kerja

Nyata di Desa Purwasari, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor Jawa Barat dengan

judul “Bergerak Bersama dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan,

Kewirausahaan serta Kelestarian Lingkungan”.

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas

(15)

Rina Nuzulia Fitri. F24102072. Persepsi Orang Tua dan Guru Terhadap Keamanan Pangan Jajanan Anak Sekolah Dasar di Kota Bogor. Dibawah bimbingan: Prof. Dr. Winiati P. Rahayu. 2007.

RINGKASAN

Anak sekolah dasar merupakan objek yang sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh pangan jajanan. Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga (Engel et al., 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat dihilangkan. Guru sebagai panutan bagi siswa sekolah diharapkan dapat berperan dalam pengawasan terhadap keamanan pangan jajanan, khususnya yang terdapat di sekolah, baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah sebagai dasar pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah. Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan terhadap ibu rumah tangga dan guru yang jumlahnya dihitung dengan menggunakan rumus Slovin (Simamora, 2002)

Penelitian dilakukan dengan penyebaran kuisioner sebagai alat pengumpul data pokok. Sebelum dilakukan pengambilan data, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan realibilitas terhadap kuisioner penelitian. Data yang diperoleh dari penelitian kemudian diolah dengan microsoft excel dan program SPSS (Crosstabulation).

Dari hasil penelitian diketahui bahwa orang tua (71,98%) dan guru (75,63%) memiliki persepsi yang cukup bagus terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah. Hal ini ditunjang dengan pengetahuan, sikap dan perilaku kedua responden terhadap hal-hal yang menyangkup keamanan pangan jajanan. Sebanyak 85,78% orang tua mengetahui jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 94,97% mengetahui pengaruh yang akan timbul akibat bahan kimia berbahaya tersebut. Namun pengetahuan orang tua tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis masih kurang (24,57%). Sedangkan guru semuanya telah mengetahui jenis-jenis bahan kimia berbahaya untuk pangan dan 99,38% diantaranya juga mengetahui pengaruh yang akan ditimbulkan akibat pengkonsumsian bahan kimia berbahaya tersebut. Selain itu, sebanyak 70,00% guru mengetahui tentang pengaruh yang akan timbul akibat pangan yang tidak higienis.

(16)

terjadi karena menurut guru pangan jajanan yang dijual di sekitar sekolah hanya sebagian yang aman (69,38%) dan kurang bersih (85,00%). Untuk pencegahan baik ibu (96,98%) maupun guru (92,50%) sudah mengingatkan anak untuk mencuci tangan sebelum menyentuh pangan.

(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan

rahmat, hidayah serta nikmat yang telah diberikannya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul: “PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU

TERHADAP KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH DASAR DI KOTA BOGOR”.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang

sebesar-besarnya untuk semua pihak yang telah membantu penyelesaian penulisan

skripsi ini, terutama kepada:

1. Ayah Drs. Agus Salim Ar, MSi dan Bunda Encum Aan Hasanah S.sos yang

selalu memberikan dukungannya berupa doa dan kasih sayang, semangat dan

materi sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan tugas akhir ini.

Karya ini kupersembahkan untuk kalian.

2. Prof. Dr. Winiati P. Rahayu selaku Pembimbing Akademik atas bantuan,

bimbingan, saran, kritik dan dukungan pada penulis selama penulis menimba

ilmu di ITP.

3. Bapak Dr. Ir. Yadi Haryadi, MS dan Ibu Dra. Waysima, MSc yang telah

meluangkan waktu serta telah memberikan masukan kepada penulis.

4. Kepala Sekolah dan Para Guru tempat penulis melakukan penelitian serta

para orang tua atas bantuan maupun kerjasamanya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir.

5. Seluruh Staf pengajar ITP yang telah memberikan ilmunya kepada penulis

selama belajar di ITP.

6. Almarhumah Mamah Mien, Tetehku Revy JuniaSari, ade-adeku: Alfindra

Sepalawandika dan Reni Febrianti serta keponakan kecilku Ervian Ikhsandi

Sentosa.

7. Seluruh keluarga di Sumedang dan di Aceh yang selalu memberikan

semangat agar penulis cepat menyelesaikan tugas akhir dan atas doa yang

diberikan selama ini.

8. Sahabat terbaikku: Meilina, Rizky, Dian, Hana, Denok, Retno, Vero, Ira, dan

(18)

9. Dadan Moh. Ramdan, SP yang selalu memberi warna dan keceriaan dalam

kehidupanku. Terima kasih atas bantuan dan dukungannya semoga untuk

selamanya.

10.Teman-teman sebimbingan: Yayah, Ocha, mba’ Nur, mba’ Anita, mba’ Rini,

dan mba Aryani.

11.Anak-anak golongan C ITP 39, khususnya C2 (Arti, Rizky yandi, Aulia,

Bekti) dan semua anak-anak ITP 39 lainnya atas kebersamaan selama ini.

12.MrQ crew: Nita, Mega, dan Vivi atas segala dukungan dan persahabatannya.

13.Teman-teman KKN Purwasari (Heri, anggi, Elka, Tuti, Rina, Erik, Dikky).

Terima kasih atas persahabatan yang tetap ada hingga saat ini.

14.Teman-teman lain (Dewi, Elis, Dida, Itang, Afriandi, Anggun, dan Dodi,).

Atas kebersamaan dan dukungannya.

15.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna,

karenanya saran dan kritik yang membangun sangat dibutuhkan dalam perbaikan

selanjutnya. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi penulis serta

pembaca umumnya….amin.

Bogor , 14 Mei 2007

(19)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG ... 1

B. TUJUAN ... 3

C. KEGUNAAN PENELITIAN ... 3

II. TINJAUAN PUSTAKA A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH ... 4

B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH ... 6

C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN... 8

D. PERSEPSI TERHADAP KEAMANAN PANGAN ... 13

III. METODOLOGI PENELITIAN A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 15

B. CARA PENENTUAN SAMPEL ... 15

1. Penentuan SD ... 15

2. Penentuan Orang Tua dan Guru ... 16

C. CARA PENGUMPULAN DATA ... 17

D. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUISIONER ... 18

1. Validitas ... 19

2. Reliabilitas ... 20

E. ANALISIS DATA ... 21

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. KEADAAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 24

(20)

C. RELIABILITAS KUISIONER ... 28

D. PROFIL RESPONDEN ... 28

1. Orang Tua ... 28

2. Guru ... 30

E. PERSEPSI ORANG TUA ... 34

1. Rutinitas Sarapan ... 34

2. Kebiasaan Jajan ... 36

3. Pangan Jajanan di Sekolah ... 38

F. PERSEPSI GURU ... 40

1. Aktifitas Guru untuk Memonitor Pangan Jajanan dan Mengingatkan Anak Didik ... 40

2. Pangan Jajanan di Sekolah ... 41

3. Kebersihan Pangan jajanan ... 42

G. PERBANDINGAN ANTARA PERSEPSI ORANG TUA DAN GURU ... 42

1. Gangguan Kesehatan ... 42

2. Bahan Kimia Berbahaya ... 44

3. Sanitasi dan Higienis ... 45

4. Informasi Tentang Keamanan Pangan ... 48

5. Klasifikasi Tingkat Persepsi Responden ... 49

H. KORELASI ANTAR PARAMETER TERHADAP PERSEPSI .... 50

1. Orang Tua ... 50

2. Guru ... 51

V. KESIMPILAN DAN SARAN A. KESIMPULAN ... 52

B. SARAN ... 53

1. Orang Tua ... 54

2. Guru ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 55

(21)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data korban dan penyebab kasus keracunan pangan di

lingkungan sekolah pada tahun 2006 ... 5

Tabel 2. Gejala diare akibat bakteri pathogen ... 9

Tabel 3. Pemanis buatan yang diizinkan digunakan oleh Badan POM dan aturannya ... 12

Tabel 4. Distribusi penentuan sampel orang tua dan guru ... 17

Tabel 5. Nilai angka kritik r* ... 20

Tabel 6. Skor beberapa pertanyaan tertutup ... 22

Tabel 7. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian ... 24

Tabel 8. Responden yang mengisi kuisioner secara lengkap ... 25

Tabel 9. Hasil uji validitas kuisioner responden orang tua ... 26

Tabel 10. Hasil uji validitas kuisioner responden guru ... 27

Tabel 11 Sebaran orang tua berdasarkan usia ... 28

Tabel 12 Sebaran orang tua berdasarkan pekerjaan ... 29

Tabel 13 Sebaran orang tua berdasarkan pengeluaran ... 30

Tabel 14 Sebaran orang tua berdasarkan pendidikan ... 31

Tabel 15. Gangguan kesehatan anak menurut responden orang tua dan guru ... 43

Tabel 16. Pengetahuan orang tua dan guru tentang bahan kimia berbahaya45 Tabel 17. Respon orang tua dan guru terhadap sanitasi dan higienis ... 46

Tabel 18. Informasi tentang keamanan pangan ... 48

(22)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Proses terjadinya persepsi ... 13

Gambar 2. Tabulasi antara umur dan jenis kelamin guru ... 33

Gambar 3. Sebaran tingkat pendidikan guru ... 34

Gambar 4. Tabulasi silang antara kebiasaan dan rutinitas sarapan anak .. 35

Gambar 5. Frekuensi pemberian dan jumlah uang saku anak... 36

Gambar 6. Jajanan yang dibeli oleh anak sekolah ... 38

Gambar 7. Tabulasi silang antara gejala gangguan kesehatan anak dan

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data sekolah dasar di kota Bogor (Dinas Pendidikan Kota

Bogor tahun 2006) ... 60

Lampiran 2. Contoh kuisioner untuk orang tua ... 68

Lampiran 3. Contoh kuisioner untuk guru ... 73

Lampiran 4. Data responden yang melakukan pengujian kuisioner ... 77

Lampiran 5. Pertanyaan yang bersifat tertutup ... 77

Lampiran 6. Identifikasi jenis pangan jajanan ... 77

Lampiran 7. Hasil uji reliabilitas kuisioner responden orang tua ... 79

Lampiran 8. Hasil uji reliabilitas kuisioner responden guru ... 80

Lampiran 9. Sebaran orang tua berdasarkan tingkatan kelas anak ... 81

Lampiran 10.Sebaran guru berdasarkan umur ... 81

Lampiran 11.Sebaran guru berdasarkan jenis kelamin ... 81

Lampiran 12.Sebaran guru berdasarkan kelas ... 81

Lampiran 13.Rutinitas sarapan pagi anak ... 82

Lampiran 14.Kebiasaan sarapan anak ... 82

Lampiran 15.Tabulasi silang antara kebiasaan sarapan dengan rutinitasarapan

anak ... 82

Lampiran 16.Persepsi orang tua tentang kepraktisan membawa bekal ... 82

Lampiran 17.Pemberian uang saku pada anak ... 82

Lampiran 18.Jumlah uang saku anak per hari ... 83

Lampiran 19.Tabulasi silang antara pemberian uang saku dan besarnya uang

saku ... 83

Lampiran 20.Kegunaan uang saku oleh anak ... 83

Lampiran 21.Peran orang tua untuk memonitor jajanan yang dikonsumsi

anak ... 83

Lampiran 22.Persepsi orang tua tentang pangan jajanan... 83

Lampiran 23.Penyajian pangan jajanan yang baik menurut orang tua ... 83

Lampiran 24.Lingkungan penjual pangan jajanan menurut orang tua ... 84

(24)

Lampiran 26.Kegiatan guru menghimbau sarapan pagi pada anak ... 84

Lampiran 27.Kegiatan guru menghimbau anak agar tidak jajan sembarangan 84

Lampiran 28.Ada/Tidaknya fasilitas kantin ... 84

Lampiran 29.Persepsi guru tentang keamanan pangan jajanan ... 84

Lampiran 30.Persepsi guru tentang pangan yang tidak aman dikonsumsi ... 85

Lampiran 31.Persepsi guru tentang kebersihan jajanan di kantin dan di

sekitar sekolah ... 85

Lampiran 32.Tabulasi silang antara gejala gangguan kesehatan dan waktu

gangguan kesehatan yang dialami anak ... 85

Lampiran 33.Jenis bahan kimia berbahaya pada pangan jajanan menurut

responden ... 85

Lampiran 34.Hasil analisis statistika persepsi responden orang tua... 86

(25)

I.

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang terpenting dalam

menjaga kesehatan tubuh, pertumbuhan, pemeliharaan dan peningkatan derajat

kesehatan serta kecerdasan masyarakat. Oleh karena itu, pangan yang

dikonsumsi harus dapat memenuhi kebutuhan manusia baik dari segi jumlah,

jenis, maupun mutu, sehingga tidak akan menimbulkan penyakit bagi yang

mengkonsumsinya. Pangan aman dikonsumsi apabila pangan tersebut bebas (di

bawah toleransi maksimum yang dipersyaratkan) dari cemaran biologis, kimia,

dan benda asing yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan

manusia.

Pangan jajanan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan

manusia. Selain harga yang murah dan jenisnya yang beragam, pangan jajanan

juga menyumbangkan kontribusi yang cukup penting akan kebutuhan gizi.

Tidak dapat dipungkiri bahwa setiap orang, terutama anak-anak sekolah sangat

menyukai pangan jajanan. Oleh sebab itu, para pedagang berupaya untuk

memberikan penampilan yang menarik dan rasa yang disenangi anak–anak

dengan menambahkan bahan–bahan tertentu tanpa memperdulikan

keamanannya (Fardiaz, 1993).

Di sisi lain, pangan jajanan dapat menimbulkan berbagai efek yang

negatif terhadap kesehatan apabila proses produksinya atau penyajiannya tidak

memperhatikan persyaratan keamanan pangan. Sebagian besar pangan jajanan

dibuat di lingkungan keluarga sebagai industri rumah tangga, dimana perhatian

terhadap praktek sanitasi dan higienitas masih sangat minimal khususnya dalam

menangani, mengolah dan menyajikan pangan jajanan.

Menurut Rahayu (2006a), kasus keracunan pangan yang paling sering

dilaporkan dari tahun 2004-2006 di Indonesia adalah keracunan akibat pangan

jajanan dan keracunan akibat pangan olahan. Pengujian yang dilakukan Badan

Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) tahun 2006 terhadap pangan jajanan

(26)

memenuhi syarat dan 1.665 (12,31%) sampel tidak memenuhi syarat. Pangan

yang tidak memenuhi syarat disebabkan karena menggunakan pemanis buatan

bukan untuk makanan diet (31%), menggunakan benzoat melebihi batas

(7,93%), menggunakan formalin (8,88%), menggunakan boraks (8,05%),

menggunakan pewarna bukan untuk makanan (12,67%), cemaran mikroba

(19,10%) dan TMS lainnya (12,13%) (Badan POM, 2007).

Berita media massa seringkali memuat terjadinya kasus keracunan

pangan serta penggunaan bahan kimia berbahaya yang membahayakan

kesehatan. Sebagian masyarakat Indonesia seperti kurang menyadari pentingnya

permasalahan keamanan pangan yang dihadapinya. Terjadinya kasus keracunan

pangan dianggap sebagai hal yang lumrah bila tidak memakan korban jiwa.

Demikian juga penyalahgunaan bahan kimia berbahaya yang tidak memberi

efek akut masih banyak terjadi. Ironisnya kasus keracunan pangan tersebut

sering kita jumpai terhadap anak sekolah.

Pangan jajanan (street food) untuk anak sekolah umumnya dan anak

sekolah dasar pada khususnya perlu mendapat perhatian lebih dari semua pihak,

baik dari orang tua maupun pihak sekolah. Siswa sekolah dasar merupakan

objek yang sangat rentan terhadap penyakit yang ditimbulkan oleh pangan

jajanan. Anak sekolah merupakan konsumen makanan jajanan yang cukup besar

jumlahnya. Mereka mempunyai sifat yang berubah-ubah terhadap makanan,

selalu ingin mencoba makanan yang baru dikenal, dan secara umum nafsu

makan mereka tidak mengalami masalah (Komalasari, 1991). Makanan ringan,

sirup, bakso, mie ayam dan sebagainya menjadi makanan jajanan sehari-hari di

sekolah.

Kebiasaan jajan pada anak sangat erat hubungannya dengan kehidupan

ekonomi dan kebiasaan makan yang terdapat di lingkungan keluarga. Untuk itu

perlu peran orang tua, terutama ibu rumah tangga sebagai penjaga gerbang (gate

keeper) yang bertanggung jawab dalam pemilihan dan persiapan hidangan bagi

seluruh keluarga (Engel et al., 1994). Selain itu, peran guru tidak dapat

dihilangkan dimana guru sebagai panutan bagi siswa sekolah diharapkan dapat

berperan dalam pengawas terhadap peredaran pangan jajanan, khususnya yang

(27)

B. TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua dan guru

terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah dasar sebagai dasar

pengembangan strategi untuk memasyarakatkan pengetahuan keamanan pangan

bagi orang tua dan guru sehingga orang tua dan guru dapat berkontribusi lebih

maksimal terhadap keamanan pangan jajanan di sekolah.

C. KEGUNAAN PENELITIAN

Diharapkan penelitian ini berguna sebagai masukan bagi :

1. Orang tua untuk lebih waspada terhadap pangan jajanan yang dikonsumsi

oleh anak mereka.

2. Guru dan pihak sekolah untuk ikut aktif mengawasi pangan jajanan yang

beredar di kantin dan di sekitar sekolah.

3. Instansi Pemerintah yang bertanggung jawab mengawasi jajanan, khususnya

yang beredar di sekolah agar dapat aktif memberdayakan orang tua dan guru

untuk meningkatkan keamanan pangan jajanan sekolah dan meningkatkan

aktifitas pembinaan dan pengawasan keamanan pangan jajanan anak

(28)

II.

TINJAUAN PUSTAKA

A. KEAMANAN PANGAN JAJANAN ANAK SEKOLAH

Keamanan pangan atau food safety kini menjadi isu yang sangat popular

di dunia. Keamanan pangan diartikan sebagai kondisi dan upaya yang

diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologi, kimia

dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan dan membahayakan

kesehatan manusia (UU RI No 7, 1996). Aspek keamanan pangan bila tidak

diperhatikan dapat menjadikan pangan berbalik menjadi sumber malapetaka,

sumber penyakit, bahkan kematian (Sulaeman, 1996).

Keamanan pangan tercermin dari angka keracunan pangan di suatu

negara. Keracunan pangan pada prinsipnya disebabkan karena seseorang

memakan pangan yang mengandung senyawa beracun. Senyawa beracun

tersebut mungkin saja terkandung dalam pangan secara alami, tercemar

lingkungan, terbentuk akibat proses pengolahan, atau terbentuk karena hidupnya

mikroba pembentuk racun.

Kasus keracunan pangan tampaknya sudah menjadi langganan di

Indonesia, namun masih sangat sedikit yang dilaporkan. Hal tersebut

mengakibatkan angka keracunan pangan yang tercatat under estimate, jauh lebih

kecil dari angka sebenarnya (fakta) (Krisnovitha, 2004). Berdasarkan data yang

dihimpun oleh Badan POM RI, kasus keracunan pangan yang dilaporkan

masyarakat dari tahun 2003 hingga tahun 2005 terdapat peningkatan yaitu dari

34 kasus pada tahun 2003 menjadi 164 kasus pada tahun 2004 dan 184 kasus

pada tahun 2005. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pelaporan kasus keracunan

pangan sehingga yang terlaporkan hanya 106 kasus (Rahayu, 2006a). Sedangkan

untuk kasus keracunan yang terjadi pada anak sekolah dapat dilihat pada Tabel

(29)

Tabel 1. Data korban dan penyebab kasus keracunan pangan di lingkungan sekolah pada tahun 2006

Tempat Korban Makanan

RT

Olahan Jajanan Jasa Boga Lain-lain

TK 144

SD 584 2 6 8 3

SLTP 78 2 1

SLTA 25 2 1

PT 71 1

Total 902 2 6 12 4 1

Sumber: Rahayu (2006b)

Menurut Rahayu et al. (2005), terjadinya kasus keracunan atau

gangguan kesehatan di lingkungan sekolah akibat keamanan pangan

dikarenakan oleh: (1) ditemukannya produk pangan olahan di lingkungan

sekolah yang tercemar bahan berbahaya (mikrobiologis dan kimia); (2) kantin

sekolah dan pangan siap saji di sekolah yang belum memenuhi syarat higienitas;

(3) donasi pangan yang bermasalah.

Menurut data Badan POM RI, kasus keracunan pangan terbesar di

Indonesia salah satunya masih bersumber pada pangan jajanan (Rahayu, 2006a).

Pangan jajanan adalah pangan yang diproduksi oleh pengusaha sektor informal

dengan modal terbatas atau kecil dan dijajakan di tempat-tempat keramaian,

sepanjang jalan serta di pemukiman/perkampungan dengan cara berjualan

berkeliling, menetap atau kombinasi dari kedua cara tersebut. Aspek positif dari

pangan jajanan yaitu dapat memberikan kontribusi yang nyata terhadap

kelompok konsumen tertentu yang pada umumnya tidak mempunyai cukup

waktu untuk makan di rumah seperti pelajar, mahasiswa, buruh dan karyawan.

Pangan jajanan yang dijual para pedagang umumnya masih rendah

dalam hal mutu mikrobiologi dan kimiawi (Fardiaz dan Fardiaz, 1992). Pangan

jajanan sering tidak disiapkan secara higienis baik saat pengolahan maupun di

tempat berjualan, biasanya dibiarkan terbuka dan dapat terkontaminasi serangga,

polusi debu dan asap knalpot kendaraan. Pangan yang terlihat bersih baik

(30)

dianggap aman oleh konsumen untuk di konsumsi (Fardiaz, 1993). Disamping

itu, pedagang sering menambah bahan berbahaya dan menggunakan bahan

tambahan yang dilarang atau melebihi batas penggunaan yang diizinkan pada

pangan jajanan, sehingga cepat atau lambat akan mengakibatkan gangguan

kesehatan.

Menurut Rahayu et al. (2005), pangan jajanan di sekolah umumnya

dikelompokkan menjadi beberapa kategori, yaitu makanan utama (nasi goreng,

nasi soto, mie bakso, mie ayam, gado-gado, siomay, dan sejenisnya), penganan

atau kue-kue (tahu goreng, cilok, martabak telur, apem, keripik, jelly, dan

sejenisnya), minuman (es campur, es sirup, es teh, es mambo, dan sejenisnya),

dan buah-buahan (pepaya potong, melon potong, dan sejenisnya).

Pada penelitian yang dilakukan terhadap pangan jajanan di Bogor telah

ditemukan Salmonella paratyphi A di 25% - 50% sampel minuman yang dijual

oleh pedagang kaki lima. Bakteri ini berasal dari es batu yang tidak dimasak

terlebih dahulu. Selain cemaran mikrobiologis, cemaran kimiawi juga

ditemukan pada pangan jajanan seperti penyalahgunaan bahan kimia berbahaya

seperti Boraks (pengempal yang mengandung logam berat Boron), formalin

(pengawet yang digunakan untuk mayat), Rhodamin B ( pewarna merah pada

tekstil), dan Methanil Yellow (pewarna kuning pada tekstil) (Judarwanto, 2006).

Bahan-bahan ini dapat terakumulasi pada tubuh manusia dan bersifat

karsinogenik yang dalam jangka panjang menyebabkan penyakit-penyakit

seperti antara lain kanker dan tumor pada organ tubuh manusia. Pengaruh

jangka pendek penggunaan bahan kimia berbahaya ini menimbulkan

gelaja-gejala yang sangat umum seperti pusing dan mual.

B. KEBIASAAN JAJAN ANAK SEKOLAH

Kebiasaan jajan merupakan salah satu bentuk dari kebiasaan makan.

Kebiasaan jajan adalah istilah untuk menggambarkan kebiasaan dan perilaku

manusia yang berhubungan dengan makanan dan makan seperti tata krama

makan, frekuensi makan, jenis makanan, jumlah makanan, kepercayaan

(31)

keluarga, penerimaan terhadap makanan (misalnya suka atau tidak suka), dan

cara pemilihan makanan yang hendak dimakan (Suhardjo, 1989).

Ada banyak faktor yang mempengaruhi kebiasaan jajan. Hasil Penelitian

Susanto (1986), menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam

memilih pangan jajanan adalah faktor psikologi, kesukaan dan pengetahuan.

Selain itu terdapat faktor pembatas yaitu uang jajan dan makanan.

Kebiasaan jajan ini mempunyai kebaikan dan keburukan. Kebaikan dari

jajan adalah jika makanan yang dibeli sudah memenuhi syarat-syarat kesehatan,

maka bisa melengkapi atau menambah kebutuhan gizi anak; mengisi

kekosongan lambung; dan dapat digunakan untuk mendidik anak dalam memilih

jajan menurut standar gizi empat sehat lima sempurna. Sedangkan keburukan

dari kebiasaan jajan adalah dapat memboroskan keuangan rumah tangga apabila

jajan tanpa perhitungan; jajan yang terlalu banyak bisa mengurangi nafsu makan

di rumah; dan membahayakan kesehatan apabila jajanan yang dibeli tidak

terjamin kesehatannya (Martoatmodjo et al., 1973).

Hasil penelitian Komalasari (1991), menyatakan bahwa alasan anak

sekolah mempunyai kebiasaan jajan antara lain :

• Tidak sempat sarapan sebelum pergi sekolah, karena ibu yang tidak sempat

menyiapkan makanan, atau anak yang tidak bernafsu untuk makan

sehingga suka jajan di luar

• Alasan psikologi, dimana mereka merasa tidak solider pada teman atau

gengsi turun jika tidak jajan

• Ibu tidak sempat menyiapkan bekal untuk ke sekolah • Anak biasa mendapat uang jajan dari orang tua

• Kebutuhan biologi yang perlu dipenuhi, walaupun anak sudah makan di rumah tetapi tambahan pangan jajanan masih diperlukan karena kegiatan

fisik di sekolah yang memang memerlukan tambahan energi.

Kebiasaan makan yang teratur dalam keluarga akan membentuk

kebiasaan yang baik bagi anak-anak. Selanjutnya pola makan dalam keluarga

harus juga diperhatikan, frekuensi makan bersama dalam keluarga, pembiasaan

makan yang seimbang gizinya, tidak membiasakan makanan atau minuman

(32)

makan dan sebagainya. Bagi anak sekolah dasar, peranan guru dan

kebijaksanaan sekolah sangat berarti, karena mereka sudah tidak diawasi oleh

orang tua. Misalnya bagaimana seorang guru memotivasi bahwa membawa

bekal dari rumah itu lebih baik daripada jajan, kemudian memberi penerangan

bekal yang baik dan sehat untuk dibawa. Hal lain yang dapat dilakukan sekolah,

misalnya membatasi, menyeleksi dan memonitor pangan jajanan yang

disodorkan penjual baik yang ada di kantin maupun di sekitar sekolah. Selain

itu, para guru juga harus memberi teladan yang baik dalam menerapkan

kebiasaan makan, misalnya tidak turut mengkonsumsi pangan jajanan

sembarangan.

C. RISIKO BAHAYA KERACUNAN PANGAN

Keracunan pangan (foodborne disease) adalah penyakit yang disebabkan

oleh mikroorganisme dan racunnya, kimia atau racun alami. Penyakit yang

ditimbulkan oleh ketiga hal tersebut diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu sebagai

berikut: (1) penyakit yang disebabkan oleh mikroba yang mencemari pangan

dan masuk ke dalam tubuh, kemudian hidup, berkembang biak, dan

menyebabkan infeksi pada saluran pencernaan (food infection), (2) penyakit

yang disebabkan oleh racun atau toksin yang dihasilkan oleh mikroba pada

pangan (food poisoning), dan (3) penyakit yang disebabkan oleh bahan kimia

dan unsur alami (Badan POM RI, 2003). Tingkat keparahan penyakit foodborne

disease tergantung pada jumlah pangan terkontaminasi yang dimakan dan pada

besarnya pengaruh pangan tersebut terhadap individu.

Penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme antara lain berasal dari

bakteri patogen. Terdapat jenis penyakit foodborne disease yang disebabkan

bakteri patogen yaitu infeksi dan intoksifikasi. Infeksi dihasilkan karena

mikroorganisme patogen berkembang biak dalam tubuh dan menghasilkan

penyakit, sedangkan intoksifikasi muncul ketika toksin diproduksi oleh patogen

yang terkonsumsi. Intoksifikasi tidak memerlukan tumbuhnya bakteri dalam

tubuh manusia, sehingga onset time (jarak waktu konsumsi dan timbulnya gejala

penyakit) intoksifikasi umumnya lebih singkat daripada infeksi. Intoksifikasi

(33)

pertumbuhan patogen dan memproduksi toksin. Pengolahan pangan dapat

menghancurkan mikroorganisme tapi tidak toksinnya (Supardi dan Sukamto,

1999).

Gejala keracunan pangan yang muncul pertama kali yaitu berupa diare

yang dapat disebabkan oleh beberapa bakteri patogen.Gejala-gejala tersebut

dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Gejala diare akibat bakteri patogen

Waktu Inkubasi Penyebab Etiologi

7 – 12 jam Toksin bakteri Bacillus cereus

Clostridium perfringens

18 – 72 jam Bakteri

Campylobacter jejuni Kolera

Vibrio cholerae Escherichia coli

Salmonellosis Salmonella enteritidis

Shigellosis Vibrio parahaemolyticus

Yersiniosis

> 72 jam

Virus Gastroenteritis norwalk

Gastroenteritis virus non-spesifik

cacing

Disenteri amuba (Amebiasis) Anisakiasis

Infeksi cacing pita daging (Taeniasis) Infeksi cacing pita babi

(Diphyllobothriasis) Giardiasis

Infeksi cacing pita daging babi (Taeniasis)

Sumber : Badan POM RI (2006)

Penyakit yang disebabkan kimia berasal dari senyawa atau

bahan-bahan kimia yang sengaja ditambahkan atau yang telah ada pada bahan-bahan pangan

itu sendiri. Salah satu cemaran bahan kimia dapat terjadi karena

penyalahgunaan bahan berbahaya. Contoh penyalahgunaan bahan berbahaya

yang banyak terjadi pada pangan jajanan adalah formalin, boraks, zat pewarna,

(34)

Pemerintah Indonesia telah menetapkan sejumlah bahan kimia yang

diperbolehkan ditambahkan dalam pangan dan bahan kimia yang dilarang

ditambahkan dalam pangan disertai pengaruh yang akan ditimbulkan bahan

kimia bagi tubuh. Hal ini diatur di dalam Peraturan Menteri kesehatan No.722/

Menkes/ Per/ IX/ 88 (Syah et al., 2005)

Formalin merupakan zat pengawet terlarang yang paling banyak

disalahgunakan untuk produk pangan. Zat ini termasuk bahan beracun dan

berbahaya bagi kesehatan manusia. Pemakaian formalin pada pangan akan

memberikan efek negatif yang cukup fatal. Sifat formalin sangat mudah diserap

melalui saluran pernapasan dan pencernaan sehingga formalin yang

dicampurkan dalam pangan, akan bereaksi cepat dengan lapisan lendir di

saluran pernapasan dan saluran pencernaan. Pada dosis rendah, formalin dapat

menyebabkan sakit perut yang akut disertai muntah-muntah, menimbulkan

depresi susunan syaraf, gangguan peredaran darah, iritasi lambung, alergi,

bersifat karsinogenik (menyebabkan kanker) dan bersifat mutagen

(menyebabkan perubahan fungsi sel/jaringan). Konsumsi formalin pada dosis

tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang–kejang), haematuri (kencing

darah), dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian.

Selain itu, penggunaan formalin dalam jangka panjang dapat menimbulkan

kerusakan hati dan ginjal (Syah et al., 2005).

Asam borat atau boraks (boric acid) merupakan bahan kimia berbahaya

yang tidak diizinkan digunakan sebagai campuran bahan pangan. Boraks adalah

senyawa berbentuk kristal, tidak berbau dan stabil pada suhu dan tekanan

normal. Toksisitas boraks tidak langsung dirasakan oleh orang yang

mengkonsumsi pangan yang mengandung boraks, akan tetapi boraks dapat

diserap oleh tubuh secara komulatif dalam hati, otak, atau testis (buah zakar).

Winarno (1997), menyatakan bahwa boraks berpengaruh buruk, seperti

mengganggu berfungsinya testis dan metabolisme enzim. Pada dosis tinggi,

boraks dalam tubuh akan menyebabkan timbulnya gejala pusing-pusing,

muntah, diare, kram perut, cyanis dan konvulsi. Bagi anak kecil dan bayi, bila

(35)

sedangkan untuk orang dewasa, kematian terjadi pada dosis 10-20 gram atau

lebih.

Penambahan pewarna pada makanan bertujuan untuk membuat makanan

lebih menarik. Namun tidak semua pewarna aman untuk dikonsumsi. Peraturan

Menteri Kesehatan No: 239/Menkes/per/V/85 menetapkan beberapa pewarna

yang dinyatakan berbahaya adalah Alkanet, Auramine, Black 7984, Burnt

Umber, Butter Yellow, Chocolate Brown FB, Chrysoidine R, Crysoine S, Citrus

Red no. 2, Fast Red E, Fast Yellow AB, Guinea Green B, Indanthrene Blue RS,

Magenta, Metanil Yellow, Oil Orange SS, Orcein, Orange G, Orange GGN,

Orange RN, Violet dan Rhodamine B. pada jangka waktu lama

pewarna-pewarna tersebut berisiko merusak organ tubuh dan berpotensi memicu kanker

(Syah et al., 2005).

Jenis jajanan yang mengandung zat pewarna yang dilarang antara lain

pewarna Amaranth yang sering ditambahkan pada pembuatan sirup, minuman

ringan/limun, es campur; Auramine pada sirup, limun, saos, es mambo, bakpau,

es cendol, es kelapa; Metanil Yellow pada sirup, limun, pisang goreng, manisan

mangga/kedondong; Rhodamine B pada sirup, limun, es mambo, bakpao, es

cendol, es kelapa, serta beberapa kue basah (Effendy, 2006).

Pemanis buatan merupakan bahan tambahan pangan yang dapat

menyebabkan rasa manis pada produk pangan yang tidak atau sedikit

mempunyai nilai gizi atau kalori, hanya boleh ditambahkan ke dalam produk

pangan dalam jumlah tertentu (Badan POM, 2004). Berdasarkan Surat

Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan No.HK.00.05.5.1.4547

tahun 2004 ada 13 jenis pemanis buatan yang diizinkan digunakan dalam

produk pangan tertentu. Penentuan izin penggunaan ketiga belas jenis pemanis

buatan tersebut didasarkan suatu kajian dan penelitian yang dilakukan oleh

Expert Commonitte on Food Additives (JECFA). Kajian dan penelitian yang

dilakukan JECFA digunakan untuk menetapkan acceptable daily intake (ADI)

atau jumlah batas maksimum konsumsi pemanis buatan dalam satu hari yang

aman bagi kesehatan. ADI dinyatakan dalam mg/kg berat badan (mg/kg BB).

Ketiga belas pemanis buatan yang diizinkan digunakan tersebut disertai ADI

(36)
[image:36.612.157.516.111.308.2]

[

Tabel 3. Pemanis buatan yang diizinkan digunakan oleh Badan POM dan aturannya

No Pemanis Buatan mg/kg BB

1 Acesulfam-K(Acesulfame-K) 15

2 Alitam (Alitame) 0.34

3 Aspartam (aspartame) 50

4 Siklamat (Cyclamate) 11

5 Neotam (Neotame) 2

6 Sakarin (Saccharin) 5

7 Sukralosa (Sucralose) 11-15

8 Isomalt Not specified

9 Laktitol (Lactitol) Not specified

10 Maltitol Not specified

11 Manitol (Mannitol) Not specified

12 sarobitol Not specified

13 Xilitol (Xylitol) Not specified

Keterangan:

Not specified berarti dapat digunakan dalam pangan tanpa pembatas sesuai dengan Cara Produksi Pangan yang Baik (GMP)

Sumber: Syah et al. (2005)

Pemanis buatan yang umum digunakan dan menjadi kontroversi di

kalangan dunia adalah sakarin, siklamat, dan aspartam. Sakarin merupakan zat

pemanis tertua dan biasanya dijual dalam bentuk garam Na atau Ca. Sakarin

tidak mengandung kalori tetapi memiliki tingkat kemanisan 300 kali dari gula.

Zat pemanis ini larut dalam air dan etanol, berasa pahit dan menimbulkan

aftertaste (Varnam dan Sutherland, 1994).

Siklamat termasuk pemanis buatan nonkalori yang telah digunakan lebih

dari 50 negara. Tingkat kemanisan siklamat adalah 30-80 kali lebih manis dari

gula dan siklamat tidak membentuk aftertaste seperti halnya sakarin.Siklamat

merupakan garam natrium dan kalsium dari asam siklamat dan berbentuk kristal

halus (Varnam dan Sutherland, 1994). Pemakaian siklamat umumnya dicampur

dengan sakarin (10:1). Sedangkan Aspartam adalah senyawa metil dipeptida,

yaitu L-aspartil-L-phenil-alanin-metil ester yang memiliki tingkat kemanisan

150-200 kali lebih manis daripada gula pasir. Aspartam berupa kristal putih dan

tidak memiliki aftertaste pahit seperti sakarin. Aspartam tidak stabil pada

temperatur 150oC, namun memiki kestabilan yang tinggi pada produk-produk

(37)

D. PERSEPSI TERHADAP KEAMANAN PANGAN

Menurut Cohen (1981), persepsi merupakan suatu proses yang timbul

akibat adanya rangsangan yang mengenai organ sensori dari seorang individu.

Di dalam proses persepsi, seorang individu akan menyusun dan menerjemahkan

rangsangan sensori sehingga dikembangkan suatu pengertian tersendiri akan

dunia di sekitarnya. Rangsangan (stimulus) adalah energi dari dalam tubuh yang

dapat merangsang bagian-bagian tubuh untuk memproduksi suatu efek dalam

makhluk hidup itu sendiri. Sedangkan sensasi (sensation) adalah akibat,

pengertian atau terjemahan dari rangsangan yang terjadi secara langsung dan

cepat menciptakan suatu sikap dan perilaku. Persepsi adalah interpretasi dari

sensasi, sehingga persepsi dapat diartikan juga sebagai proses kompleks yang

dipilih, disusun dan diterjemahkan oleh individu serta merangsang panca indera

untuk menghasilkan gambaran yang mempunyai arti dan saling berhubungan

(Gambar 1).

Gambar 1. Proses terjadinya persepsi

Persepsi yang dibentuk seseorang dipengaruhi oleh pikiran dan

lingkungan sekitarnya dan secara substansi bisa sangat berbeda dengan realitas,

dengan kata lain persepsi tidak hanya tergantung pada rangsangan fisik tetapi

juga pada rangsangan yang berhubungan dengan lingkungan sekitar juga

keadaan individu yang bersangkutan. Persepsi memiliki sifat subjektif karena

setiap orang akan memandang suatu objek atau situasi dengan cara yang

berbeda-beda (Setiadi, 2003). Stimulus

Persepsi

Sensasi

Organ Sensori

Pengertian Sikap dan

(38)

Menurut Robbins (2002), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi

dibagi kedalam tiga bagian, yaitu: (1) faktor situasi meliputi waktu, keadaan

pekerjaan dan keadaan sosial, (2) faktor si pengamat sendiri seperti

sikap/pendirian, alasan yang mendasari/motivasi, perhatian/minat, pengalaman,

dan harapan, serta (3) faktor target meliputi sesuatu (kesenangan) yang baru,

gerakan dan suara. Ulfa (2002) menambahkan bahwa pengalaman masa lampau

mempengaruhi setiap hipotesis persepsi yang dibentuk.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Pratomo (2002), diketahui bahwa

secara umum persepsi konsumen terhadap keamanan pangan jajanan

berbeda-beda, tergantung pada usia, pekerjaan, jenis kelamin, pendidikan, dan

pengeluaran. Dari hasil tersebut juga dapat diketahui bahwa sebagian besar

konsumen mengetahui tentang keamanan pangan namun konsumen kurang

waspada dan kurang memperhatikan keamanan dan aspek nutrisi dari pangan

jajanan.

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di enam kecamatan terhadap dua belas Sekolah

Dasar (SD) yang berada di wilayah Kota Bogor. Dari setiap kecamatan dipilih

dua kategori sekolah yaitu Sekolah Dasar Negeri dan Sekolah Dasar Swasta.

Penelitian dilaksanakan selama empat bulan dari bulan Juni 2006 sampai

Oktober 2006.

B. CARA PENENTUAN SAMPEL

Sampel adalah sebagian populasi yang dianggap mewakili seluruh

populasi. Populasi adalah jumlah seluruh unit analisa yang ciri-cirinya akan

diduga. Pengambilan sampel pada penelitian ini dilakukan secara multistage

(39)

yang merupakan satuan-satuan pengambilan sampel. Pengambilan sampel

dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap pertama ditetapkan wilayah Kota

Bogor sebagai daerah penelitian. Dari Kota Bogor diambil

kecamatan-kecamatan yang tersebar di dalam wilayah tersebut yaitu Bogor Utara, Bogor

Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal,

selanjutnya dari kecamatan tersebut diambil beberapa sekolah dasar yang akan

dijadikan sebagai sampel. Multistage random sampling merupakan probability

sampling, sehingga hasilnya dapat dievaluasi secara objektif (Singarimbun dan

Effendi, 1995).

1. Penentuan SD

Penentuan sampel SD dilakukan secara purposive (sengaja) dengan

memilih sejumlah SD dari 299 SD yang terdaftar di Dinas Pendidikan Kota

Bogor tahun 2006 (Lampiran 1). Kriteria yang digunakan dalam penentuan

sekolah adalah (1) mewakili tiap-tiap kecamatan, (2) memiliki jumlah

murid minimal 464 anak, (3) memiliki letak dan lokasi yang mudah

dijangkau oleh kendaraan umum, (4) memiliki tingkat sosial ekonomi

berbeda-beda, (5) jenis pangan jajanan yang dijual pedagang di lokasi

penelitian baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah bervariasi. Pada

penelitian ini jumlah sekolah yang digunakan sebagai sampel adalah 12 SD

yang terdiri dari SD negeri dan SD swasta yang tersebar di 6 kecamatan di

Kota Bogor.

2. Penentuan Sampel Orang Tua dan Guru

Orang tua yang digunakan sebagai sampel adalah ibu rumah tangga,

dimana ibu rumah tangga memegang peranan penting dalam rumah tangga

sebagai penjaga gerbang (gate keeper) yang bertanggung jawab dalam

pemilihan dan persiapan hidangan bagi seluruh keluarga. Ibu berperan

sebagai penentu dan pembuat keputusan dalam keluarga, khususnya yang

menyangkut anak (Engel et al., 1994). Sedangkan Guru bertanggung jawab

(40)

Jumlah Orang tua dan Guru yang akan digunakan sebagai sampel

dalam penelitian ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin

(Simamora, 2002):

2

.

1

N

e

N

n

+

=

Keterangan : n = Ukuran sampel

N = Ukuran populasi

e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan

pengambilan r yang masih dapat ditolelir atau di

inginkan (10 %)

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik Kota Bogor tahun

2005-2006, jumlah ibu rumah tangga di Kota Bogor sebanyak 194.357 orang dan

jumlah guru di Kota Bogor sebanyak 3.923, sehingga diperoleh jumlah

sampel minimal yang dapat digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak

100 orang ibu rumah tangga dan 98 orang guru. Namun untuk

meningkatkan keakuratan data serta untuk mengantisipasi kemungkinan

yang tidak diinginkan saat penelitian di lapangan, pada penelitian jumlah

responden yang diambil sebagai sampel sebanyak 250 orang ibu rumah

[image:40.612.174.500.533.700.2]

tangga dan 180 orang guru. Distribusi lengkapnya disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Distribusi penentuan sampel orang tua dan guru

Persepsi 0rang tua Guru

Bogor Utara 40 28

Bogor Selatan 40 30

Bogor Timur 40 30

Bogor Barat 44 32

Bogor tengah 42 30

Tanah Sareal 44 30

(41)

C. CARA PENGUMPULAN DATA

Data yang dihimpun meliputi identitas responden (usia, pekerjaan,

pengeluaran keluarga, pendidikan, dan jenis kelamin), pengetahuan tentang

keamanan pangan jajanan, sumber informasi, persepsi tentang keamanan pangan

jajanan, dan kebiasaan anak. Hal ini diperoleh dengan jalan penyebaran

kuisioner kepada ibu rumah tangga dan guru. Penyebaran kuisioner dilakukan

dengan 2 cara yaitu melakukan wawancara langsung dengan responden dan

melakukan kerja sama dengan pihak sekolah. Wawancara langsung dengan

responden baik orang tua maupun guru dilakukan dilingkungan sekolah

sehingga responden mengetahui kondisi jajanan anak sekolah yang ada di kantin

dan di sekitar sekolah. Sedangkan kerja sama dengan pihak sekolah dilakukan

karena pada saat pengambilan data sedang dilakukan ulangan umum, yang tidak

memungkinkan peneliti melakukan wawancara secara langsung dengan

responden orang tua maupun guru. Selain itu, ada pula data pendukung berupa

keadaan umum sekolah diperoleh dari pengamatan langsung serta wawancara

dengan pihak sekolah yang bersangkutan.

D. PENYUSUNAN DAN PENGUJIAN KUISIONER

Pertanyaan dalam kuisioner penelitian ini disusun sesuai dengan tujuan

yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan tersebut dibagi tiga yaitu

pertanyaan bersifat tertutup, pertanyaan semi terbuka dan pertanyaan terbuka

(Lampiran 2 dan Lampiran 3). Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang tidak

memungkinkan responden untuk memberikan jawaban selain dari pilihan

jawaban yang disediakan. Pertanyaan semi terbuka adalah pertanyaan yang

memungkinkan responden untuk menjawab dengan memilih salah satu atau

lebih alternatif jawaban yang telah disediakan atau menulis jawabannya sendiri

jika tidak tersedia pada pilihan jawaban. Sedangkan pertanyaan terbuka adalah

pertanyaan yang diisi sendiri oleh responden atau tidak terdapat pilihan jawaban

yang harus dipilih.

Sebelum daftar pertanyaan (kuisioner) disebarkan kepada responden,

(42)

apakah ada pertanyaan yang perlu dihilangkan atau ditambah, apakah responden

dapat mengerti arti pertanyaan tersebut, apakah urutan pertanyaan perlu diubah,

apakah pertanyaan yang sensitif dapat diperhalus dengan mengubah bahasa dan

berapa lama waktu yang diperlukan dalam wawancara.

Pengujian kuisioner dilakukan sebelum penelitian. Pengujian ini

masing-masing dilakukan terhadap 30 responden. Jumlah responden tidak ada patokan

yang pasti dan sangat tergantung pada homogenitas responden. Untuk pengujian

kuisioner umumnya digunakan 30-50 kuisioner dan dipilih responden yang

keadaannya kurang lebih sama dengan responden yang sesungguhnya akan

diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Pada penelitian ini, ke tiga puluh

responden dipilih berdasarkan kedekatannya dengan karakteristik responden

yang akan diuji dan dipilih dari beberapa sekolah yang berada di wilayah Kota

Bogor (Lampiran 4).

Ketepatan pengujian suatu hipotesa tentang hubungan variabel penelitian

sangat tergantung pada kualitas data yang dipakai dalam pengujian tersebut.

Pengujian hipotesa penelitian tidak akan tepat mengenai sasarannya bila data

yang dipakai untuk menguji hipotesa adalah data yang tidak reliabel dan tidak

menggambarkan secara tepat konsep yang diukur atau tidak valid (Singarimbun

dan Effendi, 1995).

1. Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat kelebihan

suatu instrumen. Suatu instrumen dianggap valid bila mampu mengukur

apa yang ingin diukur atau dengan kata lain mampu memperoleh data yang

tepat dari variabel yang diteliti (Singarimbun dan Effendi, 1995). Dari jenis

pertanyaan yang diajukan dalam kuisioner, uji validitas hanya dilakukan

pada pertanyaan yang bersifat tertutup (Lampiran 5). Pengujian validitas

kuisioner dilakukan dengan menggunakan rumus teknik korelasi product

moment pada selang 5%, sehingga kemungkinan terjadi kesalahan akan

kecil sekali. Adapun rumus product moment yang digunakan adalah sebagai

(43)

(

) (

)

(

)

[

2 2

]

[

2

(

)

2

]

Y Y N X X N Y X XY N r ∑ − ∑ − ∑ − ∑ ∑ × ∑ − ∑ =

Keterangan: X = Skor pertanyaan

Y = Skor total pertanyaan

N = Banyaknya responden

r = Indeks validitas

Secara statistik angka korelasi yang dihasilkan untuk tiap–tiap

pertanyaan harus dibandingkan dengan angka kritik tabel nilai korelasi r

(Tabel 5). Cara melihat angka kritik adalah dengan melihat baris N-2.

Dalam penelitian ini, jumlah N yang digunakan bernilai 30, maka angka

kritik yang dilihat adalah melihat baris 30 – 2 = 28. Apabila r hitung lebih

besar daripada r tabel, maka pertanyaan tersebut dianggap valid. Demikian

sebaliknya, apabila r hitung lebih kecil daripada r tabel, maka pertanyaan

tersebut kemungkinan mempunyai susunan kalimat yang kurang baik

sehingga menimbulkan penafsiran yang berbeda bagi responden

[image:43.612.176.391.78.169.2]

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

Tabel 5. Nilai angka kritik r*

Derajat bebas

Taraf

Kepercayaan Derajat bebas

Taraf Kepercayaan

5 % 1% 5% 1%

1 0.997 1.000 16 0.468 0.575 2 0.950 0.990 17 0.456 0.561 3 0.878 0.959 18 0.444 0.549 4 0.811 0.917 19 0.433 0.537 5 0.754 0.874 20 0.432 0.526 6 0.707 0.834 21 0.413 0.526 7 0.666 0.798 22 0.404 0.515 8 0.632 0.765 23 0.396 0.505 9 0.602 0.735 24 0.338 0.495 10 0.576 0.708 25 0.381 0.485 11 0.553 0.684 26 0.374 0.478 12 0.532 0.661 27 0.367 0.463 13 0.497 0.623 28 0.361 0.463

14 0.497 0.606 29 0.355 0.456 15 0.482 0.590 30 0.349 0.449

(44)

2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu

alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Bila alat pengukur tersebut

digunakan untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukurannya

relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut dinyatakan reliabel

(Singarimbun dan Effendi, 1995).

Teknik pengukuran reliabilitas dilakukan dengan menggunakan

teknik pengukuran ulang (test-retest). Dalam teknik ini, responden yang

sama menjawab pertanyaan yang sama. Jarak waktu antara pengukuran

pertama dan pengukuran kedua adalah selama 2 minggu. Pengukuran

pertama dinyatakan sebagai x dan pengukuran kedua dinyatakan sebagai y.

Hasil pengukuran pertama dikorelasikan dengan hasil pengukuran kedua

dengan menggunakan teknik korelasi product moment.

E. ANALISIS DATA

Kuisioner yang didapat dari responden pertama - tama dipilih dengan

melihat jawaban yang ada. Kuisioner dinyatakan valid apabila responden

menjawab semua pertanyaan secara benar, dengan ketentuan sebagai berikut: 1)

Identitas responden dijawab semua; 2) Untuk jawaban dari

pertanyaan-pertanyaan tentang persepsi dijawab sesuai perintah; 3) Setiap pertanyaan-pertanyaan

tertutup jawabannya hanya satu; 4) Setiap pertanyaan semi terbuka jawabannya

hanya satu, apabila dijawab lebih dari satu maka dianggap menjawab

“lainnya”; 5) Setiap pertanyaan terbuka diisi sesuai pertanyaan.

Persepsi terhadap keamanan pangan jajanan anak sekolah diukur

dengan cara memberikan sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan aspek

keamanan pangan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dianalisis secara

deskriptif dan statistik. Pertama-tama data ditampilkan dalam bentuk tabel

kontingensi yang berupa persentase dari kelompok jawaban yang sama dari

semua responden pada suatu pertanyaan. Untuk pertanyan yang bersifat terbuka

dan semi terbuka, pengolahan data hanya sampai disini. Sedangkan untuk

(45)

SPSS, yaitu Crosstabulation (tabulasi silang). Keluaran dari Crosstabulation

berupa nilai chi-square.

Nilai Chi-square berguna untuk melihat ada tidaknya hubungan antar

satu parameter dengan parameter yang lain (Santoso, 2001). Dimana hipotesis

yang digunakan adalah:

H0 : Tidak ada hubungan antara parameter

H1 : Ada hubungan antara parameter

Dengan dasar pengambilan keputusan sebagai berikut:

(a) Berdasarkan probabilitas

Jika probabilitas < 0.05, maka tolak H0

Jika probabilitas > 0.05, maka terima H0

(b) Berdasarkan perbandingan Chi-square hitung dan tabel

Jika chi-square hitung < chi-square tabel, maka terima H0

Jika chi-square hitung > chi-square tabel, maka tolak H0

Keterangan:

chi-square tabel dapat dilihat pada tabel chi-square dengan tingkat signifikansi (α) = 5% dan derajat bebas (df) tertentu.

Sebelum dimasukkan ke dalam program SPSS, pertanyaan yang bersifat

tertutup diolah terlebih dahulu untuk mengetahui tingkat persepsi responden

terhadap keamanan pangan. Skala yang digunakan untuk menentukan tingkatan

adalah skala Likert (Khomsan, 2000), masing-masing pertanyaan diberi skor

sebagai berikut:

Pertanyaan positif : Ya (3), Kadang-kadang atau sebagian (2),Tidak (1)

(46)
[image:46.612.153.514.118.323.2]

Untuk beberapa pertanyaan tertutup lainnya dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Skor beberapa pertanyaan tertutup

Responden Persepsi Skor

1 2 3 4

Orang tua Kebiasaan Sarapan 1-2 kali/minggu 3-5 kali/minggu Setiap

hari -

Jumlah Uang Saku < Rp 1.000,00 Rp 1.000,00 – Rp 5.000,00 > Rp 5.000,00 – Rp 10.000,00 > Rp 10.000 Guru Kondisi jajanan kantin

Kotor Kurang

Bersih Bersih

Kondisi Jajanan Sekitar sekolah

Kotor Kurang

Bersih Bersih

Kemudian pertanyaan tertutup tersebut dibuat klasifikasi menjadi tiga

kategori, yaitu bagus, sedang dan buruk. Klasifikasi tersebut mengacu pada

Slamet (1993) dengan mencari rata-rata dan standar devisiasi: • Bagus = Skor > (μ + sd)

• Sedang = (μ - sd) < Skor < (μ + sd) • Buruk = Skor < (μ – sd)

Keterangan : μ = Nilai rata-rata

sd = Standar devisiasi

Setelah diperoleh nilai chi-sguare dan spearman, data tersebut di

regresi untuk mengetahui kekuatan hubungan antar dua variabel sehingga akan

diperoleh nilai R square. Nilai R square berkisar pada angka 0 sampai 1,

dengan catatan semakin kecil angka R square maka semakin lemah hubungan

(47)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. KEADAAN UMUM LOKASI DAN SAMPEL PENELITIAN

Sekolah Dasar (SD) yang menjadi lokasi penelitian berjumlah 12

sekolah yang berada di 6 kecamatan di wilayah Kota Bogor yaitu Bogor Utara,

Bogor Selatan, Bogor Timur, Bogor Barat, Bogor Tengah dan Tanah Sareal.

Sekolah yang menjadi lokasi penelitian adalah sekolah dasar negeri dan sekolah

dasar swasta dari tiap-tiap kecamatan di Kota Bogor yang distribusi lengkapnya

[image:47.612.165.511.321.493.2]

ditampilkan pada Tabel 7.

Tabel 7. Sekolah yang menjadi lokasi penelitian

Kecamatan Sekolah Dasar Keberadaab UKS Negeri Swasta Negeri Swasta

Bogor Utara Bantarjati 5 Bogor Raya Ada Ada

Bogor Selatan Batu Tulis 2 Mardi Waluya Ada Ada

Bogor Timur Ciheuleut 2 Advent Ada Tidak Ada

Bogor Barat Cilendek 1 Insan Kamil Ada Ada

Bogor Tengah Polisi 4 Regina Pacis Ada Ada

Tanah Sareal Pondok

Rumput 1 Bina Insani Ada Ada

Dari hasil penelitian diketahui bahwa sekolah yang dijadikan lokasi

penelitian memiliki jumlah siswa sebanyak 464 siswa, kecuali SD Bogor Raya.

SD Bogor Raya yang dijadikan sampel penelitian memiliki jumlah siswa

sebanyak 201 siswa. Pengambilan Sampel SD Bogor Raya disebabkan oleh

letak sekolah yang mewakili kecamatan Bogor Utara untuk SD swasta.

Kecamatan Bogor Utara hanya memiliki dua SD swasta yaitu SD Bogor Raya

(201 siswa) dan SD Hanaeka (58 siswa). Sekolah yang dijadikan lokasi

penelitian umumnya berada di wilayah yang mudah dijangkau oleh kendaraan

umum, memiliki tingkat sosial ekonomi berbeda-beda, sebagian besar memiliki

(48)

pedagang di lokasi penelitian baik di kantin sekolah maupun di sekitar sekolah

bervariasi (Lampiran 6).

Dari hasil pengambilan data menunjukan bahwa responden yang mengisi

kuisioner secara lengkap adalah sebanyak 232 orang responden ibu rumah

tangga dan 160 orang responden guru (Tabel 8). Jumlah tersebut sudah

memadai, mengingat jumlah minimal yang harus diambil masing-masing 100

orang ibu rumah tangga dan 98 orang guru. Namun jumlah responden yang

diperoleh tersebut lebih kecil dari jumlah awal responden yang akan diuji dalam

penelitian, yaitu sebanyak 250 untuk responden ibu rumah tangga dan 180 untuk

responden guru. Hal ini disebabkan karena sebanyak 18 responden ibu dan 20

responden guru sisanya tidak mengembalikan kuisioner dikarenakan hilang dan

tidak mengisi kuisioner secara lengkap atau tepat sehingga tidak memungkinkan

dilakukannya pengolahan data.

Sekolah yang diteliti umumnya memiliki koperasi/kantin sekolah selain

pedagang yang berjualan di sekitar sekolah. Namun ada satu sekolah yang tidak

memiliki kantin sekolah yaitu SDN Pondok Rumput 1 yang terletak di

kecamatan Tanah Sareal. Alasan tidak terdapatnya kantin sekolah pada SDN

Pondok Rumput 1 tersebut dikarenakan pengelola kantin telah meninggal dunia

[image:48.612.200.479.492.662.2]

dan belum ada yang melanjutkan usaha pengelolaan kantin tersebut.

Tabel 8. Responden yang mengisi kuisioner secara lengkap

Persepsi 0rang tua Guru

Bogor Utara 37 22

Bogor Selatan 38 24

Bogor Timur 36 27

Bogor Barat 41 29

Bogor tengah 40 26

Tanah Sareal 40 32

(49)

B. VALIDITAS KUISIONER

Uji validitas kuisioner dilakukan terhadap 30 responden ibu yang

mewakili orang tua dan 30 responden guru. Uji tersebut dilakukan terhadap

pertanyaan yang bersifat

Gambar

Gambar 1. Proses terjadinya persepsi ......................................................
Tabel 1. Data korban dan penyebab kasus keracunan pangan di lingkungan sekolah  pada tahun 2006 Tempat Korban Makanan Olahan JajananJasa Boga Lain-lain
Tabel 3. Pemanis buatan yang diizinkan digunakan oleh Badan POM dan aturannya
Tabel 4. Distribusi penentuan sampel orang tua dan guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pernyataan-pernyataan di atas, maka untuk dapat melakukan smash yang keras, menukik ke bawah mengarah kesisi bagian yang tidak terjangkau oleh lawan diperlukan

Motivasi ibu hamil untuk mengikuti kelas Ibu Hamil di Wilayah Puskesmas 2 Mandiraja Kabupaten Banjarnegara sebagian besar mempunyai motivasi baik yaitu sebanyak 32

Konfigurasiawal dimulai dengan menggunakan aplikasi XCTU pada modul setiap XBee-ZB-PRO agar parameter ATCH, ATID, ATMM, ATBD, dan ATAP sesuai dengan nilai yang

Industri farmasi digunakan untuk obat anti diare, obat sakit perut, obat bisul, dan obat luka bakar.industri kayu lapis saat ini banyak menggunakan tanin dari tumbuhan

Teman janda Crusoe menyimpan uangnya dengan aman, dan setelah pergi ke Lisbon, Crusoe mendengar dari kapten orang Portugis bahwa perkebunannya di Brazil telah mendapatkan

DANIEL 8:9 Maka dari salah satu tanduk itu muncul suatu tanduk kecil, yang menjadi sangat besar ke arah selatan, ke arah timur dan ke arah Tanah Permai.. Pdt Gerry

Setelah jamaah haji datang di rumah masing-masing, tidak sedikit masyarakat Islam yang datang dan meminta berkah kepada orang yang telah melaksanakan ibadah haji. Karena itu,

Ibu Treesia Sujana, MN selaku Wali studi selama ± 1 tahun, Kemudian Ibu Natalia Ratna Yulianti, S.Kep, Ns, MAN selaku Wali studi selama ±2 tahun yang sudah