• Tidak ada hasil yang ditemukan

Delman Horse Perfomance as Transportation Tool in Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Delman Horse Perfomance as Transportation Tool in Bogor"

Copied!
138
0
0

Teks penuh

(1)

PERFORMA KUDA DELMAN SEBAGAI ALAT

TRANSPORTASI DI KOTA BOGOR

SKRIPSI ANGGA

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

(2)

RINGKASAN

ANGGA. D14050172. 2009. Performa Kuda Delman sebagai Alat Transportasi di Kota Bogor. Skripsi. Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Pembimbing Utama : Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS Pembimbing Anggota : Prof. Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini M

Kuda (Equus caballus) merupakan salah satu ternak yang sejak lama sudah memiliki hubungan dengan manusia. Peran kuda dalam kehidupan manusia dapat dilihat dari fungsinya sebagai mata pencaharin, alat transportasi, olahraga, dan sarana rekreasi. Delman merupakan salah satu alat transportasi tradisional di Kota Bogor yang memanfaatkan tenaga seekor kuda. Delman biasa digunakan untuk memindahkan orang dan barang dari satu tempat ke tempat lain. Kehadiran teknologi sekarang ini telah merubah peran dan fungsi delman dari alat transportasi atau pengangkutan menjadi alat untuk sarana rekreasi.

Penelitian ini bertujan untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pemeliharaan yang diterapkan pada kuda delman, yang digunakan sebagai alat transportasi di Kota Bogor dan mengetahui permasalahan yang ada pada alat transportasi delman tersebut.

Penelitian ini dilakukan pada awal bulan Maret sampai dengan pertengahan bulan April 2009 di pangkalan delman Pasar Bogor dan tempat tinggal kusir di Kota Bogor. Metode yang digunakan berupa pengamatan dan wawancara. Analisis penelitian dilakukan secara deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan pekerjaan sebagai kusir delman merupakan sumber penghasilan utama kusir. Pendidikan sebagian besar kusir menunjukkan bahwa tidak diperlukan pendidikan yang tinggi untuk menjadi kusir. Pendapatan dengan menjadi kusir saja tidak memberikan keuntungan yang cukup untuk menutupi pengeluaran yang besar. Pendapatan yang rendah dengan pengeluaran yang besar memperlihatkan ketidaksejahteraan kusir.

Kuda yang digunakan sebagai penarik delman adalah kuda Sumba berjenis kelamin jantan yang didatangkan dari Kota Bandung. Sebagian besar kuda bertanda wajah polos, dengan warna dasar bulu badan coklat, berbadan kurus, dan bentuk punggung lurus. Manajemen pemeliharaan kuda yang diterapkan masih bersifat tradisional, sehingga perlu perbaikan yang lebih baik terutama perkandangan, pakan, dan kesehatan. Minimnya pengetahuan kusir terhadap manajemen pemeliharaan kuda memperlihatkan ketidaksejahteraan kuda. Kesejahteraan kusir dan kuda pun turut dipengaruhi oleh kehadiran teknologi transportasi, sehingga berdampak pada manajemen pemeliharaan kuda.

(3)

ABSTRACT

Delman Horse Perfomance as Transportation Tool in Bogor Angga, P.H. Siagian, and S.S. Mansjoer

This research was done from March up to April 2009 by observation and interview of coachman that used as draft animal or called “delman” in Bogor. The aim of this research was to collect information of management horse system for human transportation in Bogor. The data were analyzed descriptively. The research showed that the job as coachman was main source of money and doesn’t need a good education to be a coachman. The horses that used for draft animal was Sumba horse. The coachman bought their horse and the equipment in Bandung. The majority of horses has a solid facial marking with brown basic colour of coat. The maintenance management of horses that used by coachman is very traditional because the limited knowledge that coachman known. The coachman have their knowledge from other friends that work as coachman and legacy that have been passed on from one generation to other generation in their family. The presence of technology has been influence the prosperity of coachman and horse. It would have had an effect of maintenance management of horses. The government and coachman play an important role to increase the prosperity of horse with a good maintenance management.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 31 Desember 1986 di Bogor, Jawa Barat. Penulis anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Suryanadi Degawijaya dan Ibu Rahayu Dewi Sri Asih.

Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 1999 di SD Mardi Yuana Bogor, pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2002 di SMP Mardi Yuana Bogor dan pendidikan lanjutan menengah umum diselesaikan pada tahun 2005 di SMU Mardi Yuana Bogor.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberkati Penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Manajemen Pemeliharaan Kuda Delman sebagai Alat Transportasi di Kota Bogor.

Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih kepada Prof. Dr. Ir. Pollung H. Siagian, MS selaku dosen pembimbing utama, Prof. Dr. Ir. Hj. Sri Supraptini Mansjoer selaku dosen pembimbing anggota, dan kepada keluarga yang telah mengarahkan dan mendukung Penulis dari persiapan hingga akhir selesainya skripsi ini.

Ketertarikan Penulis terhadap kuda delman dikarenakan delman merupakan alat transportasi khas Kota Bogor dan merupakan icon budaya Kota Bogor serta keinginan Penulis untuk mengetahui manajemen pemeliharaan kuda delman. Delman dapat dikatakan sebagai salah satu alat transportasi yang hampir tersingkirkan akibat adanya perkembangan teknologi yang pesat. Skripsi ini merupakan hasil penelitian mengenai manajemen pemeliharaan kuda delman yang ada di Kota Bogor. Manajemen pemeliharaan yang baik diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan kuda dan kusir delman sehingga keberadaan delman dapat dilestarikan sebagai bagian dari kebudayaan Kota Bogor.

Tak ada gading yang tak retak, Penulis menyadari karya kecil ini masih jauh dari sempurna. Penulis berharap penelitian ini dapat menjadi masukan dan informasi yang bermanfaat kepada pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, September 2009

(6)

DAFTAR ISI

Penentuan Umur Berdasarkan Gigi ... 9

Manajemen Pemeliharaan Kuda ... 10

Reproduksi ... 10

Perkandangan ... 11

Pakan ... 12

Morfologi ... 13

Kuda Sebagai Alat Transportasi ... 14

MATERI DAN METODE Keadaan Umum Daerah Penelitian ………... 20

Karakteristik Kusir ……….………... 21

Karakteristik Kuda ……… 25

(7)

Morfologi Kuantitatif Kuda Delman ……… 27

Manajemen Pemeliharaan Kuda Delman ………..……… 30

Perkandangan ……….... 30

Pakan ………. 34

Penanganan Kesehatan ………... 37

Perawatan ……….. 39

Peralatan yang Digunakan pada Kuda Delman ……….... 41

Karakteristik Gerobak atau Delman ……….. 43

Pengaruh Perkembangan Teknologi Transportasi terhadap Delman sebagai Alat Transportasi ………….……….….…. 46

Fungsi Delman, Kusir, Manajemen Pemeliharaan, dan Performa Kuda ….……….………...…. 46

Solusi untuk Meningkatkan Kesejahteraan Kusir dan Kuda .. 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ……… 49

Saran ……….. 49

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. 50

DAFTAR PUSTAKA ... 51

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat

Asli ………. ……… 5

2. Karakteristik Kusir Delman di Pasar Bogor ……… . 21

3. Morfologi Kuantitatif Kuda Delman ………. 28

4. Sistem dan Jenis Perkandangan Kuda Delman ………. …. 30

5. Luas dan Jarak Kandang ke Rumah Kusir ………. 31

6. Jenis Pakan Hijauan Kuda Delman ………... 34

7. Jumlah, Harga, Waktu, dan Frekuensi Pemberian Pakan ………... 36

8. Waktu Pemeriksaan Kondisi Kuda ………. 38

9. Penanganan Kuda Sebelum Mati ……… 38

10. Waktu Pemandian Kuda ………... 40

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Warna Bulu Kaki Kuda …..………...17

2. Tanda Wajah Kuda ……….………..………... 17

3. Panjang Badan, Lingkar dada, dan Tinggi Badan Kuda ……….…..….. 18

4. Kebun Tempat Pembuangan Feses Kuda ………..…………... 32

5. Tempat Penampungan Feses Selama Kuda Bekerja ……….. 33

6. Pakan Hijauan Rumput Gajah dan Alang-alang ……… 35

7. Bagian Tali Pendukung pada Tubuh Kuda Delman ……….. 42

8. Bagian Tali Penarik pada Tubuh Kuda Delman ………. 43

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Data Karakteristik Kusir Delman ………….……….….. 54 2. Perhitungan Rataan Karakteristik Kusir Delman ……… 56 3. Data Karakteristik Kuda Delman ………..………. 57 4. Data Usia, Lama Kerja, Lama Istirahat, Sistem Pembiakan, dan

Tempat Pembelian Kuda Delman ………..……… 58 5. Perhitungan Rataan Karakteristik, Usia, Lama Kerja, dan Lama

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kuda merupakan salah satu ternak yang sudah melekat dalam kehidupan manusia sejak beribu-ribu tahun yang lalu. Hubungan kuda dengan manusia dapat dilihat dari pemanfaatan kuda sebagai sumber pangan pada awal kehidupan manusia. Kuda yang ada sekarang merupakan kuda hasil domestikasi, sehingga peranannya menjadi semakin banyak dalam kehidupan manusia. Peran ini dapat terlihat dari pemanfaatan kuda yang tidak lagi hanya sebagai sumber pangan, tetapi sudah banyak bergeser menjadi alat transportasi, rekreasi, dan olahraga.

Namun, fungsi kuda sebagai alat transportasi sehari-hari sudah banyak mengalami penurunan, karena adanya alat-alat transportasi berteknologi tinggi seperti mobil atau angkutan umum lainnya. Akan tetapi, di beberapa tempat di Indonesia kuda masih banyak digunakan sebagai alat transportasi. Delman adalah alat transportasi yang masih bertahan hingga saat ini, disamping sebagai sarana rekreasi di Kota Bogor. Delman dikendalikan oleh seorang kusir dengan menggunakan seekor kuda, dan jarang sekali menggunakan lebih dari satu ekor kuda. Delman merupakan sumber pendapatan bagi kusir, karena fungsi delman sebagai alat transportasi untuk pengangkutan barang atau orang dari tempat satu ke tempat lain.

Delman merupakan kendaraan tradisional peninggalan kebudayaan Betawi, dengan struktur dan bentuknya yang khas. Delman Betawi ini mempunyai umbul-umbul yang terbuat dari kembang kelapa. Untuk berjalan delman menggunakan roda setinggi 1,4 m dengan diameter 80 cm yang terbuat dari kayu jati atau kayu asem yang dilapisi karet “berpelek“ besi. Delman dapat mengangkut empat sampai lima orang dengan ditambah kusir sebagai pengemudi atau dapat juga digunakan untuk mengangkut barang.

(12)

pesat turut merubah fungsi delman, sehingga akan memberikan dampak yang cukup besar bagi tingkat pendapatan bagi kusir.

Perubahan fungsi delman sebagai alat transportasi atau pengangkutan menjadi alat untuk sarana rekreasi, adalah sebagai akibat adanya perkembangan teknologi yang akan berpengaruh terhadap kusir, kuda, dan manajemen pemeliharaan kuda delman. Perubahan dapat dilihat dari tingkat pendapatan kusir, jam kerja kusir dalam beroperasi menggunakan delman, serta manajemen pemeliharaan kuda yang diterapkan meliputi jumlah pakan yang diberikan, luas kandang, cara perawatan, dan peralatan yang digunakan untuk memelihara kuda.

Perumusan Masalah

Delman digunakan untuk membawa barang dan orang dari satu tempat ke tempat lain yang ditarik seekor kuda. Hadirnya mobil, sepeda motor dan angkutan umum yang dirasakan lebih praktis dan cepat dalam memobilisasi, memberi dampak yang besar bagi peran delman yang digunakan sebagai alat transportasi. Manajemen pemeliharaan yang diterapkan oleh pemilik kuda (kusir) pun turut berubah seiring dengan meningkatnya perkembangan teknologi di tengah-tengah masyarakat Kota Bogor.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai manajemen pemeliharaan kuda yang digunakan untuk delman sebagai alat transportasi di Pasar Bogor dan mengetahui pengaruh teknologi transportasi terhadap Delman, serta memberikan solusi dalam memelihara kuda sebagai alat transportasi.

Manfaat Penelitian

(13)

TINJAUAN PUSTAKA Kuda

Kuda digolongkan kedalam filum Chordata (bertulang belakang), kelas Mamalia(menyusui anaknya), ordo Perssodactyla(berteracak tidak bermamahbiak), famili Equidae, dan spesies Equus caballus. Para pakar percaya bahwa dahulu kala terdapat hewan prakuda dengan jumlah jari kaki sebanyak lima buah yang disebut Paleohippus. Hewan tersebut kemudian berkembang dengan empat jari dan satu penunjang (split), sedangkan kaki belakangnya terdiri atas tiga jari dan satu split (Eohippus). Evolusi berlanjut dengan terbentuknya Mesohippus dan Meryhippus yang memiliki teracak kaki depan dan belakang sebanyak tiga buah. Pliohippus menjadi hewan teracak tunggal pertama yang selanjutnya berkembang menjadi kuda seperti saat ini (Equus caballus) (Blakely dan Blade, 1991).

Kuda berasal dari spesies Equus caballusyang dahulu merupakan bangsa dari jenis kuda yang liar, kini kuda sudah menjadi hewan yang didomestikasi dan secara ekonomi memegang peranan penting bagi kehidupan manusia terutama dalam pengangkutan barang dan orang selama ribuan tahun. Kuda dapat ditunggangi manusia dengan menggunakan sadel dan dapat pula digunakan untuk menarik sesuatu, seperti kendaraan beroda, atau bajak. Pada beberapa daerah, kuda digunakan sebagai sumber pangan. Walaupun peternakan kuda diperkirakan telah dimulai sejak tahun 4.500 SM, bukti-bukti penggunaan kuda untuk keperluan manusia baru ditemukan sejak 2.000 SM (Wikipedia, 2008a).

Berdirinya kerajaan-kerajaan Hindu dan Budha pada abad ketujuh di Indonesia telah menunjukkan bahwa kuda memiliki peran yang penting dalam menentukan kehidupan kerajaan. Peran kuda antara lain sebagai sarana angkutan dari ibu kota kerajaan ke daerah pedalaman, digunakan sebagai kendaraan perang dan kendaraan raja untuk berburu maupun tampil dalam parade (Parakkasi, 1986).

(14)

Populasi kuda di seluruh dunia mencapai kira-kira 62 juta ekor, yang terdiri dari 500 bangsa, tipe dan varietas. Bangsa kuda pada awalnya dianggap sebagai hewan yang berkaitan dengan lokasi geografis tempatnya dikembangbiakkan untuk memenuhi kebutuhan manusia secara khusus (Bowling dan Ruvinsky, 2004).

Domestikasi kuda terjadi sekitar 5000 tahun yang lalu. Kuda pertama kali digunakan adalah sebagai sumber pangan, untuk perang dan olahraga, serta untuk tujuan pengangkutan. Kuda tersebut digunakan sebagai alat transportasi cepat untuk mengangkut orang dan memindahkan muatan yang berat. Kuda juga menjadi ternak penting dalam bidang pertanian, pertambangan, dan kehutanan (Bogart dan Taylor, 1983).

Kuda telah menjadi teman bagi orang-orang karena keberadaannya sejak domestikasi dilakukan. Kuda berperan penting dalam perang, pengiriman surat, pengendali ternak lain, pertanian, pemungutan hasil panen hutan, dan pertambangan. Sekarang ini kuda digunakan dalam balapan, pertunjukan, pengendali ternak lain, dan teman bagi orang yang menyukai kuda. Kuda telah menjadi daya tarik bagi orang, baik anak muda maupun orang dewasa (Bogart dan Taylor, 1983).

(15)

Tabel 1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli.

Tipe Kegunaan Jenis Kuda Tinggi Bobot Badan Habitat Asli

Kuda Tunggang Kuda tunggang

(16)

Kuda Lokal Indonesia

Penduduk asli Indonesia telah beternak kuda sebelum kedatangan bangsa Eropa. Peternakan kuda pada saat itu belum memenuhi persyaratan teknis beternak, karena kuda hidup dialam bebas dan sangat tergantung pada kebaikan alam. Akibatnya peternakan kuda rakyat menghasilkan kuda dengan kualitas yang rendah. Kuda lokal di Indonesia terdiri atas kuda Gayo, Batak, Priangan, Jawa, Sulawesi, Bali, Sumbawa, Flores, Sandel, dan Timor (Soehardjono, 1990).

Kuda yang terdapat di Indonesia pemuliaannya dipengaruhi oleh iklim tropis serta lingkungannya. Tinggi badannya berkisar antara 1,15–1,35 m, sehingga tergolong dalam jenis poni. Bentuk kepala umumnya besar dengan wajah rata, tegak, sinar mata hidup serta daun telinga kecil. Ciri-ciri lain, bentuk leher tegak dan lebar. Tengkuk umumnya kuat, punggung lurus dan pinggul kuat. Letak ekornya tinggi dan berbentuk lonjong, dada lebar, sedang tulang rusuk berbentuk lengkung serasi. Kakinya berotot kuat, kening dan persendiannya baik. Bentuk kuku kecil dan berada diatas telapak yang kuat. Jika kuda ini berdiri, akan tampak sikapnya yang kurang serasi (kurang baik), karena kedua kaki bagian muka lebih berkembang bila dibandingkan dengan kaki belakang. Sikap berdiri seperti ini terdapat pada berbagai jenis kuda di Asia Tenggara (Jacoebs, 1994).

Kegunaan kuda lokal Indonesia sebagian besar adalah sebagai sarana transportasi, pengangkut barang, sarana hiburan, dan juga sebagai bahan pangan masyarakat lokal (Prabowo, 2003). McGregor dan Moris (1980), menyatakan kuda poni di Indonesia merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk transportasi dan pengembangan peternakan.

Kuda Sumba dan Kuda Timor

Edwards (1994) menyatakan bahwa kuda lokal Indonesia (termasuk kuda Sumba) digolongkan kedalam kuda poni. Roberts (1994), menyatakan seluruh kuda poni (termasuk kuda Sumba didalamnya) telah beradaptasi secara fisik dan merubah gaya hidup mereka untuk bertahan dari kondisi tempat mereka hidup.

(17)

tahun 1841 pejantan-pejantan kuda unggul, diekspor ke Pulau Jawa, Singapura dan Malaysia (Straits Settlements), Manila dan Mauritius (Afrika Timur). Sebagai akibatnya hanya disisakan pejantan yang berkualitas rendah, sehingga mutu peternakan merosot. Sampai akhir tahun 1918 jumlah kuda di Pulau Sumba sekitar 16.000 ekor dan memperlihatkan dua jenis bentuk, yaitu kuda yang berbentuk kecil di daerah selatan dan timur serta kuda yang berbentuk agak besar didaerah utara dan barat (Soehardjono, 1990).

Kuda Sumba memiliki penampilan yang primitf, tinggi sekitar 1,27 m, perbandingan kepala lebih besar daripada badan, dan bagian kepala lebih mengarah tipe Mongolian dengan leher yang pendek. Konformasi kuda Sumba tidak sempurna tetapi bagian punggung sangat kuat (Edwards, 1994).

Jaman pemerintahan Portugis di Indonesia pada abad ke-16, populasi kuda Timor sangat tinggi. Rasio antara pemilik kuda dengan kuda Timor adalah 1:6, dimana satu orang memiliki enam ekor kuda. Kuda Timor digunakan untuk membawa barang, alat transportasi, dan berkuda. Kuda Timor memiliki ciri-ciri tinggi badan 1,22 m dan leher yang pendek serta bentuk punggung yang lurus (Edwards, 1994).

Kuda Priangan

(18)

Kuda Batak

Kuda Batak memiliki pengaruh dari darah kuda Arab yang dikembangkan oleh pemerintah Belanda dalam rangka meningkatkan keturunan ternak kuda Indonesia melalui persilangan antara kuda lokal dengan kuda Arab. Kuda Batak berasal dari Sumatera Tengah dan biasa digunakan oleh suku Batak sebagai sumber daging dan alat pembayaran dalam perjudian. Masa sekarang, kuda Batak merupakan kuda kerja dan secara luas digunakan untuk berkuda. Kuda Batak memiliki peranan penting sebagai inti dari perkembangbiakan kuda Indonesia. Kuda Batak merupakan kuda yang cakap, dengan karakter kuda Arab dan proporsi yang baik, serta memiliki tinggi badan sampai 1,32 m. Sifat kuda Batak antara lain jinak, gesit, dan cerdas sehingga mudah dalam pemeliharaan (Edwards, 1994).

Kuda Jawa dan Kuda Padang

Kuda Arab dan kuda Barb diperkirakan datang ke Indonesia dibawa oleh pedagang Arab pada awal abad ke-17, pada jaman pemerintahan Hindia Belanda, dan memiliki pengaruh terhadap kuda keturunan Jawa. Keturunan kuda terpilih, dikembangkan di Padang Mengabe dan diperkirakan memiliki pengaruh dalam meningkatkan konformasi kuda poni lokal Sumatera. Kuda Arab tidak hanya mempengaruhi penampilan kuda poni Jawa, tetapi mempengaruhi stamina dan daya tahan terhadap suhu panas. Kuda Barb memiliki peran utama juga dalam perkembangan kuda poni Jawa dalam karakter dan ketaguhan yang luar biasa. Kuda poni Padang merupakan perkembangan dari keturunan kuda Batak dan memiliki darah dari kuda Arab yang dikembangkan di Padang Mengabe oleh pemerintah Hindia Belanda (Edwards, 1994).

(19)

Penentuan Umur Berdasarkan Gigi

Umur kuda dapat diperkirakan melalui bentuk dan jumlah gigi. Anak kuda yang berumur 6 sampai 10 bulan mempunyai gigi sebanyak 24 buah yang disebut dengan gigi susu, dimana gigi tersebut terdiri dari 12 gigi seri dan 12 gigi geraham. Gigi seri meliputi tiga pasang pada bagian rahang atas dan tiga pasang pada bagian rahang bawah (Bogart dan Taylor, 1983).

Mengunyah dapat membuat gigi seri menjadi usang (aus atau menipis). Proses pengusangan gigi seri dimulai pada gigi seri bagian pusat (dari pertengahan) dan berlanjut secara menyamping. Anak kuda dengan umur satu tahun, bagian pusat gigi seri sudah mulai usang; umur 1,5 sampai 2 tahun gigi seri mulai pada bagian pertengahan hingga bagian luar dan mengarah ke samping sudah mulai usang. Proses penanggalan gigi seri dimulai pada umur 2,5 tahun. Gigi seri bagian pusat tanggal terlebih dahulu dan akan menjadi gigi permanen. Kuda yang berumur empat tahun ditandai dengan tanggalnya gigi bagian pertengahan dan pada umur lima tahun, bagian luar, atau samping, gigi seri sudah mulai tanggal dan digantikan dengan gigi permanen. Kuda yang berumur lima tahun ini dikatakan telah bermulut ”penuh”, karena semua gigi telah permanen. Umur 6 sampai 8 tahun gigi permanen sudah usang yang dimulai dari bagian pusat hingga bagian pertengahan mengarah kesamping (Bogart dan Taylor, 1983).

Manajemen Pemeliharaan Kuda Reproduksi

Seekor kuda dikatakan telah dewasa kelamin apabila telah memperlihatkan tanda-tanda estrus bagi betina dan telah mampu berkopulasi untuk yang jantan dan apabila terjadi kopulasi dapat menghasilkan individu baru (Hafez, 1967).

(20)

kawin. Pejantan yang akan digunakan sebagai pemacek sebaiknya sudah berumur empat tahun (Jacoebs, 1994).

Seekor kuda betina mencapai masa dewasa kelamin pada umur sekitar 12-15 bulan. Sedangkan untuk kuda jantan dewasa kelamin dicapai pada umur sekitar 24 bulan (Blakely dan Bade, 1991).

Jacoebs (1994) menyatakan kuda betina yang baru pertama kalinya dikawinkan, dipilih yang berumur tiga tahun. Masa subur kuda betina hanya berlangsung selama lima hari dan ini merupakan waktu yang baik untuk dikawinkan, karena biasanya kuda betina hanya mau dikawinkan bila dalam kondisi subur. Masa subur dapat diketahui dengan mendekatkan kuda betina ke pejantan dan apabila tidak menghindar sewaktu dinaiki kuda jantan, kemungkinan besar kuda betina memang sedang dalam keadaan subur.

Masa subur kuda betina yang baru beranak dapat dihitung dengan kisaran 9-30 hari sesudah beranak. Kuda betina yang masa suburnya melewati kisaran tersebut dapat dikawinkan 21 hari kemudian. Lama bunting kuda betina sekitar 11 bulan atau 340 hari. Kelahiran dapat terjadi pula pada waktunya atau 7 hari maju atau 7 hari mundur. Pengawinan ulang sesudah beranak adalah 30 hari kemudian (McBane, 1991).

Kuda betina akan birahi setiap 21 hari sekali jika tidak dalam keadaan bunting. Kuda betina umumnya memproduksi hanya satu anak per kelahiran. Kuda betina mencapai dewasa kelamin pada umur 12 sampai 18 bulan, sedangkan kuda betina yang digunakan untuk bekerja mencapai dewasa kelamin umur 30 bulan (Bogart dan Taylor, 1983).

Perkandangan

Membangun kadang di daerah tropis, diusahakan agar ada ventilasi sehingga pertukaran udara bisa berjalan lancar dan tidak menimbulkan hawa panas didalamnya. Air hujan jangan sampai masuk kedalam kandang. Untuk kuda yang akan beranak, dipergunakan kandang yang agak tertutup (Jacoebs, 1994).

(21)

pernafasan. Udara yang bersih sangat penting untuk kesehatan dan kenyamanan kuda serta akan mempengaruhi kekuatan dari kuda tersebut. Ventilasi yang baik adalah berbentuk puncak pada atapnya dan akan sangat berpengaruh pada penanganan masalah kuda. Jendela pada kandang kuda harus berada pada posisi sejajar dengan kepala kuda (McBane, 1991).

McBane (1991) menyatakan bagian kandang harus tersedia air bersih. Air minum harus diperhatikan bagi kuda betina yang sedang menyusui, karena jika kuda betina tersebut kekurangan air dalam kondisi menyusui maka air susu induk akan berkurang pula. Kandang juga harus memiliki sistem pembuangan kotoran yang baik dan adanya ketersediaan listrik untuk lampu, kipas, dan lain sebagainya.

Kuda betina dan anaknya yang ditempatkan dalam satu kandang harus memiliki ukuran kandang lebar agar anak kuda dapat bergerak bebas, sedangkan kandang pejantan harus lebih kuat daripada kandang betina atau kandang anak. Letak kandang jantan lebih jauh dari kandang betina agar kuda betina tidak terganggu terutama saat merawat anaknya (Jacoebs, 1994).

Alas kandang kuda harus selalu dalam keadaan bersih dan lunak serta beralaskan serbuk gergaji atau jerami. Alas yang lunak bertujuan agar melindungi kuda ketika sedang berguling, memberikan kehangatan dan untuk kenyaman kuda serta melindungi kaki kuda, terutama untuk kuda olahraga dan kuda pacu (McBane, 1994).

Peternakan kuda lebih baik dilengkapi dengan fasilitas pendukung seperti tempat penyimpanan peralatan, tempat penyimpanan pakan, ruang groompada setiap kandang sehingga memudahkan dalam pengawasan kuda (McB

Pakan

(22)

terdiri dari gandum, jagung, produk tepung, sorgum, berbagai produk padi dan produk non sereal yang terdiri dari gula bit, rumput kering, kacang-kacangan (legum) seperti kedelai dan kacang (McBane, 1994).

Pakan kuda yang diberikan harus sesuai dengan umur dan fungsi kuda tersebut. Umur kuda dapat dibagi menjadi empat kelompok, yaitu 1-6 bulan, 6-12 bulan 12-24 bulan, dan diatas 24 bulan. Kuda yang berumur 1-6 bulan tidak disediakan pakan khusus, karena masih dalam masa menyusu dengan induknya. Induk kuda yang sedang menyusui memerlukan kebutuhan pakan yang cukup banyak baik untuk induk kuda maupun anaknya. Induk menyusui dan induk bunting memerlukan pakan tiga kali lipat terutama untuk vitamin dan mineral, kacang-kacangan dan bungkil yang dapat membantu pembentukan air susu dalam jumlah yang cukup. Pengaturan pemberian pakan dapat dilakukan 2-3 kali sehari yaitu pagi, siang, dan sore hari tergantung dari kuda dan fungsi kuda tersebut (Jacoebs, 1994).

Morfologi

Fungsi dasar tulang adalah membentuk kerangka yang sifatnya kaku untuk melindungi semua bagian lunak serta memelihara bentuk tubuh. Kerangka melindungi bagian organ yang vital, seperti otak dalam tempurung dan sistem saraf dibagian tulang belakang. Hal ini sangat penting sehingga konformasi kuda menjadi salah satu pertimbangan, karena panjang, posisi dan kelurusan tulang yang benar berkaitan dengan gerak kuda yang baik (Hammer, 1993).

Sambungan tulang terjadi pada dua atau lebih tulang yang saling bersinggungan. Sistem sambungan dan pertautan otot akan menjadikan pergerakan yang bebas dari tulang. Kombinasi antara otot dengan tulang akan memberikan bentuk pada kuda (Hammer, 1993).

(23)

kecepatan, dan susunan kaki belakang yang lurus menopang berat dari seperempat bagian belakang (Hammer, 1993).

Leher yang memanjang keatas sampai batas penglihatan serta membentuk lengkung digaris bagian atas, secara natural memberikan posisi kepala yang nyaman (Knowles, 1994). Ekspresi wajah dari kuda dan gerakan kepala serta leher memberikan kesan pertama yang bermanfaat. Kepala memiliki ukuran proporsi besar, kepala yang padat serta pendek membutuhkan leher yang kuat untuk menopangnya. Panjang dari leher dapat menjelaskan panjang langkah, dimana sebagian besar otot yang ada di leher berperan dalam pergerakan bahu dan kaki depan. Hal ini membuat keterbatasan pada kuda untuk meletakkan kaki depan melewati garis hidung saat bergerak (Hammer, 1993).

Konformasi yang baik terlihat dari susunan kepala, panjang leher yang baik dan bagus, punggung yang baik dan kuat serta tidak terlalu panjang atau pendek, daerah bagian pinggang yang kuat dan seperempat bagian belakang yang kuat (Hammer, 1993).

Kuda Sebagai Alat Transportasi

Delman adalah kendaraan transportasi tradisional beroda dua, tiga, atau empat, yang dalam pengoperasiannya tidak menggunakan mesin melainkan menggunakan kuda sebagai penggantinya. Variasi alat transportasi yang menggunakan kuda antara lain adalah Kereta Perang, Kereta Kencana, dan Kereta Kuda (Wikipedia, 2008b).

Nama kendaraan delman berasal dari nama penemunya, yaitu Charles Theodore Deeleman, seorang litografer dan insinyur dimasa Hindia Belanda. Orang Belanda sendiri sering menyebut kendaraan ini dengan nama dos-a-dos (punggung pada punggung, arti harfiah bahasa Perancis), yaitu sejenis kereta yang posisi duduk penumpangnya saling memunggungi. Istilah dos-a-dos kemudian oleh penduduk pribumi Batavia disingkat lagi menjadi sado (Wikipedia, 2008b).

(24)

Gerobak adalah sebuah kendaraan atau alat yang memiliki dua atau empat buah roda yang digunakan sebagai sarana transportasi. Gerobak dapat ditarik oleh hewan seperti kuda, sapi, kambing, zebu, atau dapat pula ditarik oleh manusia. Gerobak tangan yang didorong oleh manusia digunakan secara luas di seluruh dunia. Contoh gerobak yang paling umum di dunia adalah kereta belanja atau troli. Kereta belanja pertama kali muncul di Oklahoma City pada tahun 1937 (Wikipedia, 2008d).

Tujuan utama penggunaan kekangan pada kuda adalah untuk membantu dalam mengendalikan kuda, biasanya kekangan tidak hanya dililitkan pada bagian kepala, ada juga kekangan yang diletakkan di dalam mulut kuda sehingga kuda menggigit kekangan tersebut. Kekangan yang diletakkan di dalam mulut kuda disebut juga bit. Bit bisa terbuat dari besi, plastik, atau karet. Penggunaan bahan-bahan untuk bit sangat penting mengingat mulut kuda sangat sensitif dan mudah terluka (McBane, 1995).

(25)

MATERI DAN METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-April 2009 bertempat di pangkalan delman dan di tempat para kusir serta kudanya tinggal, di sekitar Pasar Bogor, Bogor Selatan.

Materi dan Alat

Materi yang diamati dalam penelitian adalah kusir, kuda, dan delman yang ada disekitar Pasar Bogor sebanyak 17 dari 20 orang kusir (85%). Responden yang dilibatkan meliputi kusir dan sekaligus pemilik kuda. Peralatan yang digunakan meliputi alat tulis, alat ukur meteran, satu unit kamera dan lembar wawancara yang telah dipersiapkan terlebih dahulu.

Metode Penelitian Pengumpulan Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara langsung. Peubah-peubah yang diamati mencakup karakteristik kualitatif dan kuantitatif.

1. Karakteristik kusir, meliputi status kepemilikan, jumlah pendapatan, lama bekerja, waktu bekerja, wilayah yang ditelusuri, dan jumlah kuda yang dimiliki. 2. Morfologi kualitatif kuda, meliputi tanda wajah (blaze, stripe, bald face, star, atau

snip; seperti terihat pada Gambar 2), warna bulu badan (bay, black, chestnut, gray, atau white), bentuk tubuh (kurus, atau gemuk), bentuk kaki (tegak lurus, atau bengkok/pincang), warna bulu kaki (coronet, half pastern, sock, stocking, atau half cannon; seperti terihat pada Gambar 1), dan bentuk punggung (lurus atau melengkung).

(26)

Gambar 2. Tanda Wajah Kuda

3. Morfologi kuantitatif kuda, meliputi tinggi badan (tinggi atau rendah), lingkar dada (besar atau kecil), dan panjang badan (panjang atau pendek), dengan cara pengukuran seperti terlihat pada Gambar 3

(27)

4. Pakan, meliputi jenis pakan yang diberikan baik rumput maupun konsentrat dan frekunesi pemberian pakan dalam sehari serta waktu (jam) pemberian pakan. 5. Perawatan, meliputi peralatan yang digunakan dan cara perawatan yang diberikan

pada kuda.

6. Perkandangan, meliputi bentuk, luas, alas, tata letak dan lantai kandang serta tempat pembuangan limbah.

7. Penyakit, meliputi jenis penyakit, waktu pemeriksaan kondisi kuda, dan cara penanganan penyakit.

8. Gerobak/delman, meliputi tinggi gerobak (m), panjang gerobak (m), diameter roda gerobak (m), jenis roda, jumlah muatan, harga delman, dan tempat pembelian.

9. Peralatan, meliputi jenis-jenis tali yang dipasangkan pada tubuh kuda, bahan tali, dan peralatan lain/hiasan yang terdapat pada delman.

Pengumpulan Data Sekunder

Data sekunder diperoleh melalui penelusuran informasi pustaka, laporan-laporan, jurnal, dan internet. Data ini meliputi :

1. Anatomi kuda, seperti ukuran-ukuran standar tubuh kuda (baik morfologi kuantitatif maupun morfologi kualitatif);

2. Asal-usul (silsilah), jenis-jenis dan jumlah populasi kuda lokal di Indonesia; dan Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara survei ke lokasi dan wawancara langsung dengan responden menggunakan borang yang telah disiapkan terlebih dahulu. Data primer yang diperoleh dari responden melalui wawancara langsung sedangkan data sekunder diperoleh melalui penelusuran informasi pustaka, laporan-laporan, jurnal, dan internet.

Analisis Data

Data hasil wawancara (pengisian borang) akan dianalisis menggunakan : 1. Analisa deskriptif, merupakan penggambaran dari keadaan umum identitas

responden (kusir), karakteristik kuda, dan gerobak serta informasi-informasi yang didapat dan yang berhubungan dengan data sekunder yang didapat; dan

(28)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Keadaan Umum Daerah Penelitian

Kota Bogor terletak diantara 106°43’30”BT - 106°51’00”BT dan 6°30’30”LS – 6°41’00”LS dengan ketinggian 190 sampai 330 m di atas permukaan laut (dpl) dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 km. Udaranya relatif sejuk dengan suhu udara rata-rata setiap bulannya 26°C dan kelembaban udaranya kurang lebih 70%. Kota Bogor mempunyai luas wilayah 11.850 ha dan dilalui oleh beberapa sungai yang permukaan airnya jauh di bawah permukaan kota, yaitu sungai Ciliwung, Cisadane, Cikapancilan, Cidepit, dan Cibalok.

Kota Bogor berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk, dan Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor di sebelah Selatan, Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi di sebelah Timur, Kecataman Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor di sebelah Utara, sedangkan di sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor.

Penelitian dilakukan di Kota Bogor, lebih tepatnya di sekitar Pasar Bogor dan di rumah pemilik kuda. Pasar Bogor terletak di Jalan Oto Iskandardinata di samping pintu masuk Kebun Raya Bogor sedangkan rumah pemilik kuda menyebar di beberapa daerah di kota Bogor.

Pasar Bogor merupakan tempat yang sudah sejak lama dijadikan sebagai pusat pangkalan delman untuk mencari penumpang, baik digunakan sebagai alat pengangkutan barang, alat transportasi, maupun sarana rekreasi. Lokasi ini berdekatan dengan area pasar malam yang terletak di samping Kebun Raya Bogor, sehingga sering disebut sebagai daerah Pasar Bogor.

(29)

Karakteristik Kusir

Karakteristik kusir yang diamati dalam penelitian ini meliputi alamat atau domisili, umur, pendidikan, jumlah anggota keluarga, pendapatan, jumlah pengeluaran keluarga, masa kerja, pekerjaan lain, lama kerja, dan wilayah yang ditelusuri. Kusir yang diamati sebanyak 17 orang atau 85% dari 20 orang yang masih aktif saat ini bekerja sebagai kusir delman. Hasil pengamatan karakteristik kusir disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2. Karakteristik Kusir Delman di Pasar Bogor

No Kriteria Rataan Simpanga

n Baku

KK

Selang

(%)

1 Umur (tahun) 36,65 16,38 44,69 23-78

2 Jumlah anggota keluarga (orang) 6,59 2,71 41,12 3-14 3 Pendapatan Senin-Jumat (Rp/bulan) 183.528,- 67.160,- 36,59 40-400* 4 Pendapatan hari libur (Rp/bulan) 414.704,- 72.120,- 17,39 360-510* 5 Pengeluaran keluarga (Rp/bulan) 1.111,-* 760.665,- 70,64 600-3.000* 6 Masa kerja (tahun) 17,53 11,64 66,4 2-51 7 Lama kerja (jam/hari) 6,62 0,96 14,5 5,5-9 8 Lama kerja (hari/minggu) 5,53 1,74 41,79 3-7 9 Jarak yang ditempuh (km/hari) 27,65 3,99 14,43 20-35 Keterangan : (*) dalam ribu

KK : koefisien keragaman

Berdasarkan hasil wawancara, tempat tinggal kusir tersebar di beberapa daerah di Kota Bogor, seperti daerah Semplak, Bubulak, Bantarjati, Bantarkambing, Ciapus, Laladon, dan Pagelaran. Keseluruhan kusir (100%) di Kota Bogor berjenis kelamin laki-laki dan status kepemilikan delman merupakan milik sendiri.

(30)

Jika ditinjau dari segi umur, kusir delman rata-rata berumur 36,65 ± 16,38 tahun dengan selang antara 23-78 tahun. Umur kusir yang berada di bawah 30 tahun sebanyak 52,94%, sedangkan umur kusir di atas 30 tahun sebanyak 41,18% dimana dari persentase ini terdapat 5,88% yang berumur 78 tahun. Data umur menunjukkan, bahwa yang menjadi kusir umumnya adalah anak muda. Kusir yang berumur muda menyatakan bahwa mereka menjadi kusir dengan alasan meneruskan usaha keluarganya.

Rataan jumlah anggota keluarga kusir adalah 6,59 ± 2,71 orang dengan kisaran antara 3-14 orang termasuk kusirnya sendiri. Pekerjaan dari masing-masing anggota keluarga kusir berbeda-beda dan hanya beberapa anggota keluarga saja yang menjadi kusir delman sedangkan sisa anggota keluarga memilih pekerjaan di bidang lain dengan alasan dapat memperoleh penghasilan yang lebih baik daripada penghasilan kusir delman.

Sebanyak 88,24% kusir menyatakan bahwa pekerjaan sebagai kusir merupakan pekerjaan utama untuk menghidupi keluarga, sedangkan sisanya 11,76%, mempunyai pekerjaan lainnya seperti pembuat miniatur pesawat, petani, dan pedagang (jual beli) kuda.

Besar pendapatan tiap kusir tergantung pada jumlah hari kerja yang dilakukan oleh kusir dalam satu minggu. Pendapatan pada hari Senin-Jumat (hari kerja) umumnya lebih sedikit dibandingkan pada hari libur nasional (termasuk hari Sabtu dan Minggu). Rataan jumlah pendapatan kusir pada hari Senin-Jumat adalah Rp. 183.528,-/bulan/orang sedangkan pada hari libur sebesar Rp. 414.704,-/bulan/orang. Rendahnya pendapatan pada hari kerja dikarenakan masyarakat Kota Bogor umumnya menggunakan sarana angkutan umum (angkot dan motor) pada hari kerja dalam bermobilisasi maupun melakukan aktivitas lainnya seperti berangkat kerja atau pergi sekolah. Delman ramai digunakan pada hari libur karena delman bukan hanya digunakan sebagai sarana transportasi tetapi juga sebagai sarana rekreasi.

(31)

umumnya mencari tempat yang ramai) antara kusir yang satu dengan yang lain apabila terdapat kusir yang tidak bergabung dalam antrian tersebut atau lebih memilih tempat lain dalam menunggu penumpang.

Besarnya rataan pengeluaran setiap keluarga kusir adalah Rp. 1.111.111,- ± 760.665,- dengan selang antara Rp. 600.000,- - 3.000.000,-. Data besar pengeluaran diambil dari sembilan keluarga kusir sedangkan sisanya tidak mengetahui berapa jumlah pengeluaran keluarga mereka secara pasti. Besar pengeluaran kusir dapat dipengaruhi oleh banyak atau sedikitnya jumlah anggota keluarga dimana semakin banyak anggota keluarga maka pengeluaran akan semakin besar pula, yang diperlihatkan koefisien keragaman yang tinggi yaitu sebesar 70,64%. Besarnya pengeluaran setiap kusir tidak semuanya sama dikarenakan beberapa alasan, seperti masih adanya anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah, tidak memiliki pekerjaan selain menjadi kusir delman, dan adanya anggota keluarga yang masih bersekolah.

Jumlah pendapatan yang diperoleh kusir adalah mencapai Rp. 598.232,-/bulan/orang, yang merupakan penjumlahan antara pendapatan hari Senin-Jumat dan hari Libur selama satu bulan, sedangkan jumlah pengeluaran adalah sebesar Rp. 1.111.111,-/bulan/keluarga kusir. Dari data pendapatan dan pengeluaran dapat diketahui bahwa tidak adanya keuntungan yang diperoleh kusir, tetapi data pengeluaran merupakan pengeluaran yang dihitung berdasarkan satu keluarga kusir termasuk kusir sendiri sedangkan data pendapatan merupakan pendapatan dari kusir saja. Sebagian besar kusir menyatakan bahwa pendapatan yang diterima dengan hanya mengandalkan pekerjaan sebagai kusir delman saja tidaklah cukup.

(32)

Lama kerja kusir per hari berkisar antara 5-9 jam dengan waktu kerja 3-7 hari per minggu. Lama kerja pada hari libur umumnya lebih panjang yaitu 8-9 jam, sedangkan lama kerja pada hari kerja 5-6 jam. Waktu jam kerja biasanya antara pukul 08.00-11.00 dan pukul 11.00-15.00 pada hari kerja (Senin-Jumat) sedangkan pada hari libur (Sabtu, Minggu, dan libur nasional) pada pukul 08.00-17.00. Jam kerja kusir tergantung pada waktu yang ditetapkan sendiri oleh masing-masing kusir sehingga tidak ada kesepakatan yang dilakukan antara sesama kusir delman.

Lama kerja kusir dipengaruhi oleh jumlah pendapatan yang mereka terima setelah hari libur berakhir, apabila jumlah pendapatan yang diterima diperkirakan cukup atau lebih besar daripada pendapatan pada hari kerja maka keesokan harinya kusir akan libur dan baru akan bekerja pada keesokan harinya. Hari libur bagi kusir ditetapkan secara tidak menentu dalam satu minggu, tergantung dari jumlah pendapatan yang diterima, adanya pekerjaan lain, kondisi cuaca, dan kondisi kesehatan kuda serta kusir itu sendiri.

Jarak yang ditempuh oleh delman, secara keseluruhan selama bekerja dapat dikatakan seragam dengan rataan 27,65 km/hari dan koefisien keragaman sebesar 14,43%. Hali ini dikarenakan semua kusir menempuh rute perjalanan yang sama dan tempat tinggal kusir jauh dari pangkalan delman. Rute jelajah terhitung mulai dari rumah kusir, berkeliling wilayah Pasar Bogor (termasuk jalan Bangka) dan Kebun Raya Bogor, dan kembali lagi ke rumah kusir. Rute jelajah delman lainnya adalah Merdeka, Warung Jambu, Taman Kencana, Pajajaran, dan Empang. Rute diluar wilayah Pasar Bogor dan Kebun Raya Bogor dapat ditelusuri tergantung dari permintaan penumpang.

Pangkalan atau tempat kusir menunggu penumpang terletak di beberapa lokasi sekitar Pasar Bogor atau Jalan Oto Iskandardinata, yaitu didepan pintu masuk Kebun Raya Bogor, disamping mal Jogja Departemen Store (samping tembok Kebun Raya), didepan Jalan Bangka, di Tugu Kujang (samping Restoran Bakmi Japos Bogor), dan di depan Bogor Trade Mall.

(33)

tempat mangkal yang baik pada pagi hari karena banyak masyarakat yang berangkat kerja atau melakukan aktivitas lain melalui Jalan Oto Iskandardinata menuju luar Kota Bogor atau tempat lain di dalam Kota Bogor. Kusir yang memilih kerja pada siang hari atau sekitar pukul. 10.00, lebih banyak menunggu penumpang di Jalan Bangka dan disamping Tugu Kujang.

Karakteristik Kuda

Kuda yang digunakan untuk menarik delman, seluruhnya (100%), adalah Kuda Sumba yang berasal dari Bandung. Sebagian besar kusir menyatakan bahwa kuda Sumba terkenal dengan kekuatan fisiknya dan cenderung jinak, seperti pernyataan Edwards (1994), sehingga lebih baik jika digunakan untuk menarik delman daripada kuda lain.

Kriteria pembelian kuda yang diterapkan oleh para kusir antara lain penurut, jinak, sehat, dan memiliki kaki yang normal serta tidak cacat tubuh. Penanganan awal kuda sebelum digunakan sebagai penarik delman tidak dilakukan oleh kusir, karena kuda yang dibeli merupakan kuda bekas yang telah terbiasa digunakan untuk menarik delman sebelumnya atau sudah dilatih terlebih dahulu sebelum dibeli oleh kusir.

Kuda yang dimiliki oleh kusir dibeli dengan harga yang bervariasi yaitu berkisar antara Rp. 5.000.000,--12.000.000,- tergantung dari status kuda (bekas atau baru), bentuk fisik, dan kesehatan.

Alasan kusir tidak melakukan pelatihan kuda sebelum digunakan sebagai penarik delman karena tidak adanya waktu untuk melatih kuda dan keinginan kusir untuk segera mendapatkan penghasilan dari kuda yang dibelinya. Penanganan kuda setelah dibeli kusir adalah langsung dengan memakaikan peralatan-peralatan pada kuda tersebut agar terbiasa.

Morfologi Kualitatif Kuda Delman

(34)

delman dengan tanda wajah yang berbeda tergantung pada kesukaan kusir saja (selera).

Warna bulu badan kuda delman terdiri dari tiga warna dasar, yaitu warna hitam (black), coklat (brown), dan putih (white). Warna-warna ini memiliki campuran dengan warna lain akibat perkawinan silang yang dilakukan sehingga warna bulu badan kuda bervariasi antara kuda yang satu dengan kuda yang lain. Kuda yang memiliki bulu badan dasar coklat, hitam, dan putih masing-masing sebesar 47,06; 41,18; dan 11,76%.

Kuda delman dengan warna bulu badan dasar coklat umumnya telah berdilusi menjadi warna coklat tua, coklat muda, coklat kehitaman, coklat kemerahan, dan coklat dengan bergaris putih. Warna coklat muda biasa disebut juga warna gambir sehingga warna yang timbul terlihat hampir berwarna krem. Kuda delman dengan warna bulu badan dasar hitam telah berdilusi menjadi warna hitam kemerahan, hitam berbintik putih (dawuk), dan hitam kecoklatan. Hal serupa juga terjadi pada warna bulu badan dasar putih yang berdilusi menjadi warna putih berbintik hitam.

Kuda yang memiliki warna bulu kaki berupa stocking, polos, dan coronet masing-masing sebesar 58,82; 35,29; dan 5,88%. Pemilihan warna bulu kaki pada kuda tidak tergantung pada kesukaan kusir seperti pada pemilihan tanda wajah, tetapi kusir lebih mengutamakan kekuatan dan bentuk kaki yang baik dan tidak cacat.

Bentuk tubuh kuda delman yang diamati memperlihatkan bahwa 35,29% kuda bertubuh kurus, 47,06% bertubuh sedang, dan 17,65% bertubuh gemuk. Bentuk tubuh kuda ditentukan berdasarkan menonjol atau tidaknya tulang pada tubuh kuda, yang diamati secara kasat mata. Kuda bertubuh kurus akan memperlihatkan penonjolan tulang pada tubuhnya sedangkan kuda bertubuh gemuk penonjolan tulang tidak terlihat.

(35)

Morfologi Kuantitatif Kuda Delman

Hasil pengamatan mengenai morfologi kuantitatif kuda delman, jumlah kuda, umur kuda, usia produktif kuda, usia awal kuda bekerja menarik delman, lama kerja kuda, dan lama istirahat kuda disajikan pada Tabel 3. Pengukuran morfologi kuantitatif kuda delman meliputi pengukuran tinggi badan, panjang badan, dan lingkar dada.

Kuda yang digunakan oleh kusir untuk menarik delman semuanya (100%) berjenis kelamin jantan. Hal ini tidak disebabkan faktor kesukaan, melainkan hanya karena kemudahan dalam pemeliharaan. Kuda jantan yang digunakan tidak pernah dikawinkan karena akan menyebabkan tenaga kuda jantan menjadi berkurang. Pembiakan tidak dilakukan oleh pemilik kuda juga dikarenakan tidak adanya betina dalam jumlah banyak di Kota Bogor dan keterbatasan dari lahan yang dimiliki.

Tabel 3. Morfologi Kuantitatif Kuda Delman

No Kriteria Rataan Simpangan

Baku

KK

Selang

(%)

1 Tinggi badan kuda (m) 1,34 0,04 2,98 1,28-1,41 2 Panjang badan (cm) 89,88 5,81 6,46 82-98 3 Lingkar dada (cm) 61,17 3,41 5,57 57-67 4 Umur kuda jantan (tahun) 7,97 3,38 42,41 4-15 5 Usia produktif kuda (tahun) 13,88 4,12 29,68 8-20 6 Usia awal kuda kerja (tahun) 4,05 2,55 62,96 2-11 7 Lama kerja kuda (jam/hari) 7,00 0,93 13,29 6-9 8 Lama kerja kuda (hari/minggu) 5,23 2,19 41,87 3-7 9 Lama istirahat kuda (jam/hari) 15,76 1,25 7,93 14-18 Keterangan : KK : koefisien keragaman

(36)

Terdapat dua ekor kuda betina yang dimiliki oleh seorang kusir. Pengadaan kuda betina tersebut tidak digunakan untuk menarik delman melainkan hanya diperjualbelikan ke peternakan pelatihan kuda, dengan tujuan memperoleh keuntungan secara ekonomi. Beberapa kusir menyatakan bahwa penggunaan kuda betina untuk menarik delman dapat mengganggu aktivitas dari kuda jantan, melalui bau pheromones yang dikeluarkan, saat menarik delman sehingga dapat menarik perhatian kuda jantan dan akan membahayakan kusir.

Umur pejantan yang digunakan sebagai penarik delman adalah bervariasi untuk semua kuda dengan umur rata-rata 7,97 ± 3,38 tahun dalam selang 4-15 tahun. Beberapa kusir menyatakan bahwa kuda dapat bertahan hidup dan dapat digunakan untuk menarik delman dengan umur lebih dari 15 tahun. Usia produktif kuda delman adalah 13,88 tahun. Usia produktif ini memperlihatkan bahwa kuda dapat dimanfaatkan untuk menarik delman selama 15-20 tahun. Koefisien keragaman yang tinggi pada umur pejantan yaitu sebesar 42,41%, dikarenakan kuda jantan yang digunakan untuk menarik delman tidak harus berhenti pada umur dibawah 10 tahun tetapi bisa juga yang sudah berumur lebih dari 10 tahun asalkan kondisi fisik masih baik dan sehat.

Rataan usia awal kuda yang dimanfaatkan sebagai penarik delman adalah 4,05 ± 2,55 tahun dengan selang antara 2-11 tahun. Beberapa kusir menyatakan bahwa kuda dapat digunakan pada umur dua tahun jika kondisi kesehatan baik, penurut, dan sudah terbiasa menarik delman. Kusir lainnya menyatakan bahwa penggunaan kuda dengan umur diatas enam tahun akan lebih baik lagi karena kuda tidak memerlukan pelatihan dalam menarik delman dan kuda tersebut merupakan kuda bekas yang sudah terbiasa menarik delman.

Lama kerja kuda delman berkisar 6-9 jam per hari dengan rataan 7 ± 0,93 jam per hari dan 5,23 ± 2,19 hari per minggu. Lama kerja kuda dan kusir adalah sama karena umumnya satu kuda jarang dimanfaatkan oleh dua atau lebih kusir. Lama kerja kuda dipengaruhi oleh kondisi kuda dan keadaan ekonomi dari kusir. Jika kuda dalam kondisi tidak baik atau kusir memiliki pendapatan lebih baik maka kuda tidak dipakai menarik delman (libur).

(37)

pada waktu hari kerja dan tidak pada hari libur, karena jika diliburkan pada hari libur akan merugikan kusir secara ekonomi. Sebagian (94,12%) kusir memberi jatah waktu libur kepada kuda selama 1-2 hari dalam satu minggu dan terdapat juga kusir (5,88%) yang tidak memberikan waktu libur pada kuda dalam satu minggu.

Rataan lama istirahat kuda adalah 15,76 ± 1,25 jam per hari dengan selang 14-18 jam per hari dimulai setelah kuda pulang bekerja (sore hari) sampai keesokan harinya. Koefisien keragaman pada lama istirahat kuda dapat dikatakan rendah, yaitu sebesar 7,93% karena lama istirahat juga diterapkan pada semua kuda delman yang ada, dan secara umum, kuda tidak mempunyai waktu kerja yang teratur pada setiap harinya (masih sangat tergantung dari keinginan kusir).

Manajemen Pemeliharaan Kuda Delman Perkandangan

Kandang kuda yang ada di rumah kusir atau pemilik kuda merupakan kandang tertutup dan kandang terbuka. Sistem dan jenis perkandangan sebagian besar menggunakan sistem terbuka individu, seperti yang disajikan pada Tabel 4. Sebagian besar (70,59%) kusir menyatakan lebih memilih sistem kandang terbuka individu karena akan membuat kuda lebih nyaman saat istirahat dan lebih ekonomis dalam pembuatannya.

Tabel 4. Sistem dan Jenis Perkandangan Kuda Delman

Sistem Kandang Jenis Kandang Jumlah Persentase

(Orang) (%)

Terbuka Individu 12 70,59

Terbuka Koloni 1 5,88

Tertutup Individu 1 5,88

Tertutup Koloni 3 17,65

Jumlah 17 100,00

(38)

kuda yang dimilikinya sehingga harus digabungkan dengan kuda lain dalam satu kandang. Kandang individu berisi kuda yang dimiliki kusir yang berjumlah satu ekor per kandang.

Rataan luas kandang kuda yang digunakan adalah 8,17 ± 4,17 m² per ekor, dengan selang antara 3-16 m². Ukuran luas kandang yang ditempati kuda ditentukan oleh jumlah kuda dalam satu kandang (individu atau koloni), besar atau tidaknya tubuh kuda, dan luas lahan yang dimiliki oleh kusir. Koefisien keragaman yang tinggi, (51,04%), pada luas kandang terjadi karena perbedaan luas lahan yang dimiliki oleh masing-masing kusir sangat beragam. Luas dan jarak kandang ke rumah kusir disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas dan Jarak Kandang ke Rumah Kusir

No Peubah Rataan Simpangan

Baku

KK

(%) Selang

1 Luas Kandang (m²/ekor) 8,17 4.17 51,04 3-16 2 Jarak Kandang ke rumah kusir (m) 6,05 4.62 76,36 1-15 Keterangan : (*) KK : koefisien keragaman

Jarak kandang dari rumah kusir adalah berkisar antara 1-15 m dengan rataan sebesar 6,05 ± 4,62 m. Jarak kandang yang dekat, berjarak kurang dari 5 meter, dengan rumah responden adalah 70,59% umumnya terletak dibelakang atau disamping rumah kusir dan sisanya (29,41%) jauh dari rumah kusir (berjarak lebih dari 5 meter). Letak kandang yang baik adalah berdekatan dengan rumah kusir dikarenakan akan memudahkan kusir dalam merawat dan mengontrol aktivitas kuda.

(39)

Kusir yang menggunakan bahan lantai kandang dari bambu menyatakan lebih baik karena tidak akan menimbulkan genangan air saat musim hujan dan lebih membuat nyaman kuda saat kuda beristirahat sehingga tidak memerlukan alas kandang seperti jerami atau serbuk geraji. Sedangkan kusir yang menggunakan lantai tanah adalah dikarenakan lantai yang ada telah hancur dan belum dapat memperbaiki karena faktor ekonomi.

Tempat pembuangan limbah kuda berupa feses diletakkan pada beberapa tempat seperti di lubang galian, kebun, sungai, dan tanah kosong. Kusir yang membuang feses pada lubang galian sebanyak 47,06%. Lubang galian merupakan lubang yang sengaja digali oleh kusir dengan kedalaman tertentu. Feses yang terkumpul dibiarkan beberapa hari dikarenakan masih dalam keadaan panas, kemudian feses yang mulai dingin sebagian digunakan sebagai pupuk dan sebagian lagi digunakan ke kebun untuk menyuburkan rumput.

Kebun dipilih oleh (29,41%) kusir untuk dijadikan tempat pembuangan limbah feses sedangkan 17,65 dan 5,88% kusir masing-masing menggunakan sungai dan tanah kosong sebagai tempat pembuangan feses seperti diperlihatkan pada Gambar 4. Sungai digunakan sebagai tempat pembuangan feses karena letaknya berdekatan dengan rumah pemilik.

(40)

Beberapa kusir menyatakan bahwa pembuangan feses di kebun tidak menimbulkan masalah bau sehingga penduduk sekitar tidak merasa terganggu. Letak kebun umumnya berada dibelakang kandang dan berdekatan dengan kolam penampungan air hujan. Air dari kolam penampungan biasanya digunakan untuk memandikan kuda sedangkan air minum menggunakan air bersih.

Tempat penampungan feses saat kuda bekerja atau menarik gerobak adalah dengan cara menggunakan karung plastik (yang biasa digunakan untuk menampung beras) seperti diperlihatkan pada Gambar 5. Karung ini diikatkan pada bagian bawah delman. Urin kuda tidak ditampung sebagaimana menampung feces baik saat kuda bekerja maupun saat kuda berada di kandang. Urin kuda cukup dibersihkan dengan air mengalir di kandang sedangkan saat bekerja kuda membuang urin di jalan.

Pencucian karung plastik dilakukan setiap hari setelah kusir selesai mempekerjakan delman. Penggunaan karung plastik akan lebih menguntungkan dibandingkan karung goni karena karung plastik tidak menyerap bau dan lebih mudah dibersihkan.

Keterangan : A = karung plastik

Gambar 5. Tempat Penampungan Feses Selama Kuda Bekerja Pakan

(41)

pengambilan hijauan tersebut. Sebanyak 52,94% kusir menyatakan lebih memilih rumput gajah dan alang-alang sebagai pakan hijauan untuk diberikan pada kuda. Jenis hijauan yang diberikan sebagai pakan kuda disajikan pada Tabel 6.

Pencampuran hijauan, seperti rumput gajah dengan alang-alang atau rambat kawat dan daun, dilakukan agar kebutuhan hijauan untuk kuda tetap terpenuhi dalam setiap harinya. Pencampuran hijauan juga dilakukan karena jumlah hijauan yang ada di sekitar rumah kusir sangat terbatas.

Tabel 6. Jenis Pakan Hijauan Kuda Delman

Jenis Hijauan Jumlah Persentase

Pemberian hijauan bisa dihitung dalam jumlah kg maupun dalam satu karung namun tidak ada batasan yang tetap dalam pemberian hijauan. Sebanyak 58,82% kusir memberikan hijauan dalam jumlah kg dengan kisaran antara 10-60 kg, sedangkan 17,65% kusir memberikan hijauan sebanyak satu karung. Jumlah hijauan yang diberikan dalam satu karung, kebanyakan mereka (76,47%) tidak mengetahui secara pasti dalam jumlah kg, namun hijauan dalam satu karung dapat diketahui banyaknya (dalam jumlah kg) oleh 23,53% kusir saja yaitu berkisar antara 15-40 kg per karung. Hijauan berupa rumput gajah dan alang-alang yang biasa diberikan pada kuda diperlihatkan pada Gambar 6.

Pakan hijauan biasanya diperoleh dari daerah sekitar rumah kusir, daerah Pasar Bogor dan Kebun Raya Bogor (dekat Tugu Kujang), dan sepanjang perjalanan saat kusir pulang atau pergi kerja. Sebagian besar (88,24%) kusir memperoleh hijauan secara gratis sedangkan yang lainnya (11,76%) memperoleh hijauan dengan membeli seharga Rp. 5.000-6.000/ karung.

(42)

malam. Pemberian pakan hijauan juga dilakukan oleh 41,18% kusir lainnya namun dengan frekuensi dan waktu yang tidak menentu. Beberapa kusir menyatakan bahwa pemberian pakan hijauan dengan frekuensi dan waktu yang tidak menentu bertujuan agar energi kuda tetap terjaga dari kelaparan yang berlebihan. Jumlah, harga, waktu, dan frekuensi pemberian pakan disajikan pada Tabel 7.

Gambar 6. Pakan Hijauan Rumput Gajah dan Alang-alang

Pakan konsentrat yang diberikan pada kuda adalah berupa dedak. Jumlah pemberian konsentrat rata-rata mencapai 4,88 kg/ekor/hari dengan selang 3-6 kg/ekor/hari. Jumlah pemberian konsentrat dilakukan dua kali dengan waktu pemberian pakan pada saat pagi hari sebelum berangkat kerja dan sore hari setelah pulang kerja. Pemberian konsentrat pada pagi hari dilakukan antara pukul 04.00-08.00 dan sore hari antara pukul 15.00-18.00.

Koefisien keragaman pada harga konsentrat adalah 0% sehingga dapat dikatakan seragam karena secara keseluruhan kusir menyatakan bahwa konsentrat dibeli pada tempat penjualan pakan yang sama dan sudah berlangganan.

(43)

Tabel 7. Jumlah, Harga, Waktu, dan Frekuensi Pemberian Pakan

No Peubah Rataan Simpangan

Baku

KK

(%) Selang

1 Jumlah konsentrat (kg/ekor/hari) 4,88 0,6 12,2 3-6 2 Harga konsentrat (Rp/kg) 2.000 0,0 0,0 0 3 Frekuensi makan konsentrat (kali) 2,12 0,33 15,56 2-3 4 Pemberian pakan pagi (jam) 5,00 1,41 28,2 4-8 5 Pemberian pakan sore (jam) 4,41 1,8 40,8 3-6 Keterangan : (*) KK : koefisien keragaman

Pemberian pakan dilakukan dengan cara mencampur dengan hijauan dan sisa hijauan akan diberikan pada siang hari dan pada malam hari. Waktu pemberian pakan ini perlu diperhatikan agar kondisi tenaga kuda tetap terjaga, karena apabila kuda dibiarkan lapar dalam waktu terlalu lama maka akan menyebabkan tenaga kuda berkurang dan dapat merugikan kusir secara ekonomi.

Penanganan Kesehatan

Penanganan kesehatan pada kuda delman sangat penting mengingat kuda merupakan mata pencaharian utama bagi sebagian besar kusir. Kuda yang sakit akan berpengaruh terhadap keadaan ekonomi dari kusir.

Penyakit yang sering dialami oleh kuda delman antara lain kaki pegal, sakit perut, badan kaku, keluar lendir dari hidung (flu), kembung, dan kram kaki. Kaki pegal dan kram kaki akan memperlihatkan gejala kaki dan badan yang terlihat kaku atau sulit digerakkan (tidak lincah). Penyebab penyakit ini adalah waktu kerja yang terlalu lama atau terlalu sering berjalan dengan waktu libur yang diberikan sangat sedikit sehingga kuda hanya memanfaatkan waktu istirahat yang lebih singkat untuk memulihkan tenaganya.

(44)

Penanganan kesehatan adalah meliputi pencegahan dan pengobatan penyakit. Minimnya pengetahuan kusir dan mahalnya biaya dokter hewan merupakan dua alasan kusir melakukan pengobatan penyakit dengan menggunakan cara dan obat tradisional. Penanganan kesehatan terutama pengobatan penyakit dengan menggunakan obat tradisional masih dipercaya oleh kusir dapat menyembuhkan penyakit dan menjaga kesehatan kuda.

Pencegahan penyakit pada kuda masih dilakukan secara tradisional, yaitu dengan memijit bagian-bagian tubuh kuda terutama bagian kaki agar tidak menyebabkan kaki menjadi kaku, pegal, kram, dan badan kaku. Pencegahan penyakit lainnya yang dilakukan adalah dengan memeriksa kondisi kuda terutama pada bagian tubuh dan frekunensi pemeriksaan seperti yang diperlihatkan pada Tabel 8.

Tabel 8. Waktu Pemeriksaan Kondisi Kuda

Waktu Pengecekan Kondisi Kuda Jumlah Persentase

(orang) (%)

Setiap hari 12 70,68

Jarang 5 29,42

Jumlah 17 100,00

Pengobatan secara tradisional dilakukan untuk mengobati penyakit flu, sakit perut, dan kram kaki dengan memberikan obat tradisional yang telah diramu sebelumnya. Obat tradisional terbuat antara lain dari kunyit yang dicampurkan dengan telur ayam, cabe rawit, dan jahe; kunyit yang dicampur daun salak; kopi yang dicampur dengan jahe, beras kencur, dan daun jeruk; jamu yang dicampur susu cap beruang; dan pemberian minuman ringan sprite. Pengobatan tradisional untuk bagian tubuh dan bagian kaki yang sakit hanya dilakukan dengan cara pemijatan saja.

Sebanyak 94,12% kusir menyatakan tidak ada penularan penyakit yang terjadi dari satu kuda ke kuda lainnya karena perawatan yang dilakukan cukup baik dan kusir umumnya hanya mempunyai satu ekor kuda saja. Sebanyak 5,88% kusir menyatakan penularan penyakit terjadi dari kuda yang sudah tua ke kuda yang masih muda.

(45)

kandang dengan melakukan penanganan atau pencegahan sebelum kuda mati seperti disajikan pada Tabel 9

Tabel 9. Penanganan Kuda Sebelum Mati

Tindakan Jumlah Presentase

(orang) (%)

Dijual 13 76,47

Dijual/ditukar 3 17,65

Disembelih 1 5,88

Jumlah 17 100,00

Kuda yang telah berumur 20 tahun keatas biasanya sudah mulai tidak digunakan sebagai penarik delman. Hal ini dikarenakan tenaga kuda sudah menurun dan gerakan kaki tidak lincah. Kuda tersebut dapat dikatakan akan mengalami kematian. Sebagian (76,47%) kusir akan menjual kuda yang sudah tua, sedangkan sisanya (17,65%) akan menjual atau menukar dengan kuda yang berumur lebih muda atau dengan peralatan delman.

Kemungkinan terjadinya penjualan kuda oleh kusir dikarenakan keterbatasan lahan yang dimiliki untuk mengubur kuda apabila kuda mengalami kematian. Kusir menyatakan bahwa kemungkinan untuk melakukan penyembelihan kuda yang tua sangatlah jarang (5,88%) karena daging kuda tidak terlalu disukai sehingga lebih baik dijual dan sudah jelas akan menguntungkan secara ekonomi.

Perawatan

Perawatan kuda meliputi peralatan yang digunakan, pemotongan kuku, waktu pemandian, dan pencukuran bulu. Metode perawatan yang diterapkan kusir masih terbilang sederhana, hal ini dapat dilihat dari peralatan yang digunakan bukan peralatan mesin dan masih digunakan secara manual.

(46)

digunakan untuk memandikan kuda, sedangkan gunting digunakan untuk mencukur bulu badan kuda.

Ladam atau tapal kuda biasanya diganti jika permukaannya tidak rata lagi (bengkok) dan ladam tidak pernah dilepas dari telapak kaki kuda walaupun kuda sedang istirahat dikandang kecuali tidak sengaja terlepas.

Pemotongan kuku jarang sekali dilakukan oleh kusir dikarenakan tidak semua kusir memiliki alat untuk memotong kuku dan kurangnya pengetahuan mengenai cara pemotongan kuku kuda. Seluruh kusir menyatakan bahwa pemotongan kuku baru akan dilakukan jika kuda mengalami kesulitan dalam berjalan atau pincang.

Perawatan yang harus dilakukan agar bulu badan kuda tetap bersih adalah memandikan kuda. Frekuensi waktu pemandian kuda yang diterapkan oleh kusir masih tergantung pada kondisi cuaca dan musim (kemarau atau hujan) saat kuda akan dimandikan. Frekunesi waktu pemandian kuda disajikan pada Tabel 10.

Sebagian besar kusir sering memandikan kuda dalam satu minggu, mulai dari 1- 4 kali dalam seminggu dan bahkan ada yang memandikan kuda sampai setiap hari. Beberpa kusir menyatakan bahwa frekuensi pemandian kuda yang jarang dilakukan, seperti dua minggu sekali atau satu bulan sekali, dikarenakan kuda dapat mengalami sakit apabila terlalu sering dimandikan.

Frekuensi pemandian kuda juga tergantung dari banyak atau tidaknya kuda bekerja pada waktu tertentu, seperti dalam satu minggu atau satu bulan, sehingga semakin sering kuda bekerja menarik delman maka kuda akan sering dimandikan untuk menghilangkan kotoran yang menempel pada tubuh kuda.

Tabel 10. Waktu Pemandian Kuda

Frekuensi Jumlah Persentase

(orang) (%)

Setiap hari 2 11,76

1 minggu 1 kali 4 23,53

1 minggu 2 kali 5 29,42

1 minggu 3 kali 3 17,65

1 minggu 4 kali 1 5,88

2 minggu sekali 1 5,88

(47)

Jumlah 17 100,00

Pemandian kuda dilakukan agar bulu kuda tetap dalam keadaan bersih dari kotoran, debu, dan bau asap kendaraan. Sebelum pemandian dilakukan, bulu kuda terlebih dahulu dibersihkan dengan menggunakan roskam. Pemandian akan semakin sering dilakukan pada musim kemarau sedangkan pada musim hujan pemandian jarang dilakukan karena dikhawatirkan akan mengganggu kesehatan kuda.

Seluruh kusir menyatakan bahwa pencukuran bulu sangat jarang dilakukan dikarenakan prosesnya akan memakan waktu yang lama. Gunting yang digunakan dalam pencukuran bulu adalah gunting kertas biasa sehingga dalam proses pencukuran bulu akan lama karena gunting akan cepat tumpul.

Peralatan yang Digunakan pada Kuda Delman

Peralatan yang dikenakan pada tubuh kuda untuk menarik delman disebut sebagai “pakaian kuda”. “Pakaian kuda” terdiri dari beberapa bagian yang dikenakan pada tubuh kuda dan dihubungkan ke gerobak. Bagian-bagian ini secara garis besar berfungsi untuk mengendalikan kuda dalam menarik delman.

Bagian-bagian dari pakaian kuda yang dikenakan pada tubuh kuda dapat dibagi menjadi dua fungsi yaitu bagian yang berfungsi untuk menarik gerobak dan bagian pendukung. Disebut tali pendukung karena tali tersebut tidak berperan utama untuk menarik gerobak. Tali pendukung biasanya dililitkan pada tubuh kuda untuk mendukung penarikan gerobak dan dapat berupa asesoris, seperti penutup muka. Bagian yang berfungsi untuk menarik gerobak antara lain tali dada(Gambar 7), tali gendongan, tali lestreng, dan tali ekor (Gambar 8). Tali gendongan berfungsi juga untuk menahan delman agar tidak jatuh kebelakang.

(48)

Bahan dasar tali pada “pakaian kuda” antara lain predi, kulit sapi, dan plastik. Seluruh kusir menyatakan bahwa tali-tali pada “pakaian kuda” dan peralatan lainnya dibeli di daerah Ciampelas Bandung, merupakan pasar khusus yang menjual peralatan untuk keperluan menarik delman. Harga “pakaian kuda” bervariasi mulai dari Rp. 1.000.000,- - 2.500.000,- per paket tergantung bahan yang diinginkan oleh kusir. Tali-tali pada “pakaian kuda” dapat dibeli secara eceran, tidak membeli per paket, dengan cara membeli pada kusir lainnya.

(49)

Gambar 8. Bagian Tali Penarik pada Tubuh Kuda Delman Karakteristik Gerobak atau Delman

Karakteristik gerobak atau delman meliputi tinggi dan panjang, jenis dan, diameter roda, jumlah maksimal penumpang dan posisi duduk dalam satu delman, cara membeli delman, tempat pembelian, dan harga beli. Kusir umumnya tidak menentukan ukuran yang diinginkan karena sudah demikian adanya saat membeli, sehingga dapat dilihat bahwa koefisien keragaman tinggi dan panjang gerobak adalah rendah atau lebih seragam.

Tinggi gerobak sangat dipengaruhi oleh jenis atau ukuran roda yang digunakan sedangkan panjang gerobak tidak dipengaruhi faktor apapun karena panjang gerobak dipilih berdasarkan keinginan kusir saja. Karakteristik gerobak selengkapnya disajikan pada Tabel 11.

Kusir umumnya hanya menentukan jenis roda yang akan digunakan pada gerobak. Diameter roda tergantung dari jenis roda yang digunakan dan lapisan karet yang menempel pada permukaan roda. Rataan diameter roda dari delman adalah 64,52 ± 20,02 cm dengan selang antara 50-100 cm. Diameter roda menggunakan ban mobil dan ban gerobak berkisar antara 50-60 cm sedangkan diameter ban kayu berkisar antara 99-100 cm.

Gambar

Tabel 1. Tipe, Kegunaan, Jenis, Tinggi, Bobot Badan dan Habitat Asli.
Gambar 2. Tanda Wajah Kuda
Tabel 2.   Karakteristik Kusir Delman di Pasar Bogor
Tabel 3.  Morfologi Kuantitatif Kuda Delman
+7

Referensi

Dokumen terkait

Perbedaan penelitian ini dengan keempat penelitian di atas adalah dilihat dari lokasi penelitian di Unit Rawat Jalan Utara dan Selatan PKSC Jakarta (Renni Septini di RSPAD

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini saya buat dengan sesungguhnya, dan apabila dikemudian hari terdapat keterangan yang tidak benar, saya bersedia dituntut di

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberi kekuatan dan petunjuk serta melimpahkan rahmat, dan hidayah-Nya, sehingga penulis

Sesuai hasil penelitian, pada indikator ini terdata sejumlah 50% subjek dari unsur siswa memilih skala 3 yang menyatakan bahwa ilustrasi yang disajikan pada Buku Sekolah

Siswa menemukan masalah dari hasil pengamatan lagu tersebut berupa perbedaan bahasa antara satu daerah dengan daerah lain.. Siswa melakukan kegiatan unatuk menyusun pernyataan

Dengan menggunakan 3 anak dengan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda sebagai informan yang berada di Banyuwangi, fokus perhatian dalam analisis ini adalah praktik

Bagi yang akan melanjutkan penelitian tentang terhadap pembentukan perilaku sosial. siswa, disarankan melakukan penelilitian lebih spesifik

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pencarian informasi pengguna Ruang Cyberlib Perpustakaan Universitas Sumatera Utara (USU) dalam upaya pemenuhan