• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Film Bergenre Drama Berunsur Komedi Farce Dengan Plot Linear Circular Yang Berjudul "Agus".

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Film Bergenre Drama Berunsur Komedi Farce Dengan Plot Linear Circular Yang Berjudul "Agus"."

Copied!
79
0
0

Teks penuh

(1)

YANG BERJUDUL “AGUS”

TUGAS AKHIR

Oleh :

Nama : Agus Rizali Fitrah

NIM : 07.51016.0007

Program Studi : DIV Komputer Multimedia

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

(2)

Agus Rizali Fitra (2007)1

Karsam, MA., Ph.D. dosen pembimbing 1

Achmad Yanu Aliffianto, S.T., M.B.A. dosen pembimbing 2 1

Program DIV Komputer Multimedia

Film adalah gambar-hidup, juga sering disebut movie. Film, secara kolektif, sering disebut sinema. Sinema itu sendiri bersumber dari kata sinematik atau gerak. Jadi pengertiannya adalah melukis gerak dengan cahaya. Penulis membuat sebuah film komedi dengan menggunakan plot Linear Circular sebagai alur ceritanya. Metode yang digunakan adalah bermula dari pembuatan konsep cerita, pengumpulan data tentang teknik-teknik pembuatan film dan editing video.

Sebelum penulis memulai pembuatan film ini, penulis melakukan beberapa metode penelitian, diantaranya adalah kepustakaan, yaitu dengan mencari buku-buku yang berkaitan dengan proses pembuatan film. Selain itu penulis juga melakukan analisis dari beberapa film yang di jadikan acuan dalam pembuatan karakter serta menganalisis properti yang biasa di gunakan dalam sebuah film komedi.

Film “AGUS” ini menceritakan tentang kehidupan seseorang pemuda dari desa yang hendak mengadu nasib di kota. Yang kemudian dihadapkan pada sebuah dilema, dimana ia harus memutuskan dengan bijak atas apa yang dialaminya.

Proses pembuatan Film ini dimulai dari proses pra produksi yaitu perancangan karya yang berawal dari ide dan konsep. Penulis mengembangkannya dalam bentuk film dengan memakai teknik pembuatan film pada umumnya.

Film ini menggunakan bantuan software editing video pada penyempurnaanya, hal ini juga akan mempermudah penulis dalam menyempurnakan Tugas Akhirnya. Harapan penulis adalah agar laporan Tugas Akhir ini menjadi yang terbaik, sehingga dapat menjadi panutan bagi orang lain, baik secara teknis maupun pesan moral yang terkandung dalam film, dan melalui hasil karya ini, penulis mampu memberikan hiburan yang berbeda sehingga bisa menggeser minat pasar dari film-film yang berunsur erotisme ke film-film yang berkualitas.

(3)

KATA PENGANTAR ...………...

1.1 Latar Belakang Masalah ...

1.2 Rumusan Masalah ...

2.2 Jenis Film menurut Cerita ...

2.3 Segmentasi Film...

2.4 Jenis dan Format Kamera...

2.5 Teknik Pengambilan Gambar...

2.6 Warna...

2.7 Tahapan Dalam Membuat Film...

(4)

3.2 Perancangan Karya ...

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 4.1 Produksi ...

4.2 Pasca Produksi...

BAB V PENUTUP ... 5.1 Kesimpulan ...

5.2 Saran ...

DAFTAR PUSTAKA BIODATA PENELITI LAMPIRAN

49

59

59

63

71

71

71

73

74

(5)

1 1.1 Latar Belakang Masalah

Kemajuan teknologi telah menjadi bagian terpenting dalam pembuatan film

di berbagai belahan dunia, termasuk bangsa ini. Produksi film menjadi sangat

mudah dan cepat dengan teknologi kamera video digital ditambah dengan

kapasitas komputer semakin besar sehingga membuat leluasa berimajinasi, dan

disamping itu pula membuka kesempatan selebar-lebarnya bagi amatiran maupun

profesional dalam membuat film.

Wiryanto dalam webnya http://www.andry-wiryanto.net menjelaskan, film

yang baik tidak hanya menonjolkan unsur hiburan semata, tetapi lebih kepada

tanggung jawab moral untuk mengangkat nilai nasionalisme bangsa dan jati diri

bangsa yang berbudaya. Tetapi yang terpenting dari semua itu adalah bagaimana

film bisa dijadikan alat atau media informasi, pendidikan, alternatif gagasan atau

ide yang banyak memberi manfaat bagi masyarakat. Setiap suguhan/tayangan

berbobot adalah yang bisa diterima dengan cara pandang sederhana, tetapi di sisi

lain bisa membawa pandangan baru berupa nilai-nilai tersirat dan bukan unsur

hiburan semata.

Seiring dengan kemajuan teknologi tersebut, maka film-film yang ada kini

semakin beragam ditinjau dari segi cerita. Beberapa macam film yang kita kenal

saat ini antara lain adalah komedi, aksi/laga, horor, misteri, dan drama.

Menurut Arianto dalam webnya http://www.tomipurba.net, film komedi

(6)

terhibur. Sejarah perfilman Indonesia juga mengenal salah satu dari genre film

komedi. Bahkan dulu sekitar tahun 70-an dan 80-an, film jenis ini banyak

menghiasi layar kaca Indonesia.

Arianto dalam webnya http://www.tomipurba.net juga menyatakan

kekecewaannya pada industri perfilman Indonesia yang pada perkembangannya

sekarang sudah sangat jarang melahirkan film-film komedi. Tidak seperti dulu,

perkembangan film komedi sempat mencapai puncaknya ketika industri perfilman

Indonesia melahirkan tokoh maupun kelompok peran komedi yang selalu

menghiasi bioskop-bioskop Indonesia.

Siapa yang tidak ingat dengan film komedi Indonesia yang berjudul warkop

DKI, dimana dibintangi oleh Dono, Kasino, dan Indro. Tak jarang dengan tingkah

lucu mereka, membuat kita terpingkal-pingkal dibuatnya. Bahkan setiap kali

mereka tampil di layar kaca, penonton tidak mau melewatkan begitu saja. Pada

jamannya, film warkop ini merajai dunia perfilman komedi di Indonesia. Bahkan

sebelumnya film ini diputar melalui bioskop-bioskop, bukan di televisi.

Sementara sekarang ini, banyak film Indonesia yang tayang dengan genre

horor, biasanya dipadukan dengan adegan erotis. Katanya hal itu diperlukan guna

menarik minat masyarakat untuk menonton. Namun ternyata, disisi lain masih

banyak film-film yang bersifat edukatif yang berhasil menarik minat penonton

tanpa embel-embel erotis (Pratista, 2008: 24).

Film-film yang beredar saat ini, sudah sangat berbeda dengan film jaman

dulu. Film sekarang lebih banyak mengutamakan keuntungan dengan membuat

(7)

ataupun film yang menggambarkan bahwa tokohnya adalah orang yang sangat

kaya raya sampai akhirnya tidak ada unsur pembelajaran yang dapat diambil

(Wijaya, 2007: 12).

Film yang dibuat bukanlah film yang berkualitas, tetapi justru hanyalah

merupakan film-film yang dianggap menguntungkan. Pada akhirnya para sineas

yang lain pun berlomba-lomba menciptakan film yang aneh, yang dianggap

sangatlah menjual. Untunglah, masih ada para sineas yang membuat film bukan

dari sisi keuntungan semata.

Sudah saatnya kini para sineas di Indonesia memikirkan bagaimana cara

mengembalikan kualitas film Indonesia pada tempatnya yang lebih baik.

Termasuk dengan menghadirkan kembali film-film dengan genre komedi yang

lebih berkualitas. Diharapkan dengan adanya film-film seperti itu, bukan hanya

sekedar mampu menghibur dan memberikan kesegaran bagi para penontonnya,

tapi juga mampu menyampaikan pesan moral yang terkandung di dalamnya.

Berangkat dari fenomena tersebut, maka tugas akhir yang akan dibuat ini

adalah film berjenis drama berunsur komedi farce yang berjudul "AGUS". Film

ini bertemakan tentang kehidupan seseorang yang berniat hendak mengadu nasib

di kota.

Peneliti berharap film “AGUS” ini mampu menyuguhkan hiburan yang

berbeda dan memberikan kesegaran bagi para penonton, serta mampu

menyampaikan pesan moral yang terkandung di dalamnya. Selain itu, film ini pun

diharapkan mampu menggeser minat pasar akan film-film tidak berkualitas yang

(8)

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan di atas, yang

menjadi pokok permasalahan adalah bagaimana membuat sebuah film komedi

yang menyuguhkan hiburan yang berbeda, namun tetap mampu memberikan

pesan moral yang positif kepada audience.

1.3 Batasan Masalah

Berdasarkan perumusan masalah, maka pembatasan masalah dari tugas

akhir ini adalah:

1. Membuat sebuah film komedi yang menyuguhkan hiburan yang berbeda.

2. Membuat film komedi yang mampu memberikan pesan moral yang positif

kepada audience.

1.4 Tujuan

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah:

1. Menyuguhkan hiburan yang berbeda, melalui sebuah film komedi.

2. Agar pesan moral yang ada dalam film ini dapat tersampaikan dengan baik

kepada audience.

3. Mengaplikasikan ilmu yang penulis dapat selama ini di bangku kuliah.

1.5 Manfaat

Manfaat dari Tugas Akhir ini adalah:

(9)
(10)

6 2.1 Film

Film yang saat ini beredar memiliki berbagai jenis, seperti yang dijelaskan

Himawan Pratista dalam buku Memahami Film (2008: 10), bahwa film adalah

salah satu sarana komunikasi massa, selain jaringan radio, televisi dan

telekomunikasi. Film membawa pesan-pesan komunikasi untuk diperlihatkan

pada penonton, sesuai yang ingin diberikan oleh sutradara, entah dalam drama,

horor, komedi dan action.

Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1992 Tentang

Perfilman, tertulis film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media

komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi

dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan

hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui

proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara,

yang dapat dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik,

elektronik, dan/atau lainnya.

Menurut Rayya Makarim dalam Askurifai Baksin dalam bukunya Membuat

Film Indie Itu Gampang (2003: 4) dikatakan, bahwa film adalah deretan kata-kata.

Kata-kata itu yang dapat saja diperoleh dari novel, kisah nyata atau kisah rekaan,

(11)

2.2 Jenis-Jenis Film Menurut Cerita

Jenis-jenis film cerita menurut Himawan Pratista dalam bukunya Memahami

Film (2008: 11) terdiri dari:

1. Film Drama

Drama adalah jenis cerita fiksi yang bercerita tentang kehidupan dan perilaku

manusia sehari-hari. Jenis drama terdiri dari:

a. Drama tragedi

Drama yang ceritanya berakhir dengan duka lara atau kematian.

b. Drama komedi

Drama komedi terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

1) Komedi situasi

Cerita lucu yang kelucuannya bukan berasal dari para pemain,

melainkan karena situasinya.

2) Komedi slapstic

Cerita lucu yang diciptakan dengan adegan menyakiti para pemainnya,

atau dengan gerak vulgar dan kasar.

3) Komedi satire

Cerita lucu yang penuh sindiran tajam.

4) Komedi farce

Cerita lucu yang bersifat dagelan, sengaja

(12)

c. Drama misteri

Drama misteri terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

1) Kriminal

Misteri yang sangat terasa unsur ketegangannya/suspense, dan biasanya

menceritakan seputar kasus pembunuhan atau pemerkosaan.

2) Horor

Misteri yang bercerita tentang hal-hal yang berkaitan dengan roh halus

atau makhluk yang menakutkan, semacam setan.

3) Mistik

Misteri yang bercerita tentang hal-hal yang bersifat klenik,

perdukunan, atau unsur gaib.

d. Drama laga/action

Drama laga terdiri dari beberapa jenis, yaitu :

1)Modern

Cerita drama yang lebih banyak menampilkan adegan perkelahian atau

pertempuran, namun dikemas dalam setting yang modern.

2)Tradisional

Cerita drama yang juga menampilkan adegan laga, namun dikemas

secara tradisional.

e. Melodrama

Drama Skenario jenis ini bersifat sentimental dan melankolis. Emosi

(13)

f. Drama sejarah

Cerita jenis drama yang menampilkan kisah-kisah sejarah masa lalu, baik

tokoh maupun peristiwanya.

2. Dokumenter

Dokumenter adalah kisah non-fiksi atau non-drama. Biasanya jenis ini

menampilkan sebuah kisah nyata dan dibuat di tempat aslinya, seperti:

a. Adat istiadat

Berbicara seputar adat istiadat.

b. Tempat bersejarah

Mengangkat cerita seputar tempat-tempat bersejarah.

c. Biografi

Bercerita tentang perjalanan seorang tokoh beserta kisah yang

sesungguhnya.

3. Propaganda

Propaganda bertujuan untuk mempromosikan sesuatu. Film jenis propaganda

dapat dikelompokkan menjadi 2, yaitu:

a. Layanan masyarakat

Propaganda yang memuat hal-hal berkaitan dengan masalah

kemasyarakatan. Bahasa dalam skenario ini biasanya lebih sederhana,

lugas dan mudah dipahami banyak orang.

b. Layanan niaga

Propaganda layanan niaga berisi produk yang ingin ditawarkan atau

(14)

dialog,_tapi lebih banyak menonjolkan unsur produk yang ditawarkan,

terlebih dari sisi keunggulannya dibandingkan produk lain.

2.3 Segmentasi Film

Lembaga sensor film mengatakan bahwa penggolongan usia penonton film

dibagi dalam 4 bagian meliputi:

1. Untuk penonton semua umur.

2. Untuk penonton usia 13 (tiga belas) tahun atau lebih.

3. Untuk penonton usia 17 (tujuh belas) tahun atau lebih.

4. Untuk penonton usia 21 (dua puluh satu) tahun atau lebih.

2.4 Jenis dan Format kamera

Penggolongan jenis kamera bisa didasarkan pada format media penyimpan

yang digunakan. Ada dua shooting format yang ada yakni analog dan digital

(Smith, 2006: 63):

1. Analog

Pada kamera analog signal diproses langsung ke pita film sehingga harus di

transfer untuk editing sehingga kualitas gambar dapat menurun dan rentan

terhadap gangguan, baik secara internal maupun eksternal. Kamera analog

juga kebanyakan memiliki harga yang cukup mahal, tetapi kamera ini

memiliki kelebihan pada hasil yang lebih colorful. Contohnya kamera yang

(15)

2. Digital

Pada era kamera digital proses penyimpanan disimpan pada memory card

yang terdapat pada kamera. Sehingga data video dapat langsung diproses

dalam komputer, harga kamera pun relatif lebih murah dibandingkan kamera

analog. Contoh kamera MD 10000, AG-DV 102 maupun kamera DSLR.

2.5 Teknik Pengambilan Gambar

Berikut ini beberapa teknik pengambilan gambar menurut Askurifai Baksin

dalam bukunya Membuat Film Indie Itu Gampang (2003: 42):

1. Menurut jenis sudut pengambilan gambar

a. Bird Eye View

Teknik dengan ketinggian kamera diatas ketinggian objek yang direkam,

hasilnya memperihatkan lingkungan yang demikian luas dengan

benda-benda lain yang tampak di bawah demikian kecil dan berserakan tanpa

mempunyai makna.

b. High Angle

Sudut pengambilan dari atas objek sehingga kesan objek jadi mengecil,

mempunyai kesan dramatis, yakni nilai „kecil‟.

c. Low Angle

Sudut pengambilan dari arah bawah objek sehingga kesan objek jadi

membesar. Memperlihatkan kesan dramatis, yakni prominance

(16)

d. Eye Level

Sudut pengambilan gambar sejajar dengan objek. Tidak memberikan kesan

dramatis.

e. Frog Eye

Teknik pengambilan gambar yang dilakukan dengan ketinggian kamera

sejajar dengan dasar atau alas kedudukan objek atau dengan ketinggian

yang lebih rendah dari dasar kedudukan objek. Menghasilkan satu

pemandangan objek yang sangat besar, mengerikan, dan penuh misteri.

2. Menurut Tingkat Ukuran Gambar

a. ECU (Extreme Close Up)

Pengambilan gambar sangat dekat sekali, hingga terlihat detail teksturnya.

b. BCU/VCU/HS (Big Close Up/Very Close Up/Head Shot)

Pengambilan gambar dari sebatas kepala hingga dagu objek.

c. CU (Close Up)

Pengambilan gambar dari atas kepala sampai bawah leher.

d. BS/MCU (Bust Shot/Medium Close Up)

Ukuran gambar sebatas dari atas kepala sampai dada.

e. WS/MS (Waist Shot/Mid Shot)

Ukuran gambar sebatas dari kepala sampai pinggang.

f. KS/MS (Knee Shot/Medium Shot)

Ukuran gambar sebatas dari atas kepala hingga lutut.

g. FS (Full Shot)

(17)

h. LS (Long Shot)

Pengambilan melebihi Full Shot. Menunjukkan objek dengan latar

belakangnya.

3. Gerakan kamera

a. Zoom In/Zoom Out

Mendekati atau menjauhi objek dengan cara menekan tombol zooming.

b. Panning

Memperlihatkan tampilan gambar mendatar (horisontal) secara berurutan

dan halus, kamera dapat digerakkan secara panning dengan kamera tetap

berada di tempat.

c. Tilting

Memperlihatkan gambar dari bawah ke atas atau sebaliknya. Mempunyai

kesan agung.

d. Dolly

Kedudukan kamera di tripot atau dilandasan roda (dolly) sehingga kamera

dapat digerakkan ke arah mana saja.

e. Follow

Gerakan kamera mengikuti objek yang bergerak searah.

f. Crene Shot

Gerakan kamera yang dipasang di atas mesin beroda (crane) dan bergerak

sendiri bersama juru kamera, baik mendekat maupun menjauhi objek.

g. Fading

(18)

h. Framing

Objek memasuki framing shot.

2.6 Warna

Warna adalah spektrum tertentu yang terdapat di dalam suatu cahaya

sempurna (berwarna putih). Seperti yang dipaparkan Martha Gill dalam bukunya

Color Harmony Natural (2000: 55), teori warna ini menyederhanakan

warna-warna yang ada di alam menjadi 4 kelompok warna-warna, yaitu warna-warna primer,

sekunder, tersier, dan warna netral. Kelompok warna ini sering disusun dalam

lingkaran warna brewster. Lingkaran warna brewster mampu menjelaskan teori

kontras warna (komplementer), split komplementer, triad, dan tetrad. Adapun

penjelasan kategori warna-warna tersebut adalah sebagai berikut:

1. Warna Primer

Merupakan warna dasar yang tidak merupakan campuran dari warna-warna

lain. Warna yang termasuk dalam golongan warna primer adalah merah, biru,

dan kuning. Warna primer menurut teori warna pigmen dari Brewster adalah

warna-warna dasar. Warna-warna lain dibentuk dari kombinasi warna-warna

primer. Pada awalnya, manusia mengira bahwa warna primer tersusun atas

warna Merah, Kuning, dan Hijau. Namun dalam penelitian lebih lanjut,

dikatakan tiga warna primer adalah:

a.Merah (seperti darah)

b.Biru ( seperti langit dan laut)

(19)

Ini kemudian dikenal sebagai warna pigmen primer yang dipakai dalam dunia

seni rupa. Campuran dua warna primer menghasilkan warna sekunder.

Campuran warna sekunder dengan warna primer menghasilkan warna tertier.

Akan tetapi secara teknis, merah – kuning – biru, sebenarnya bukan warna

pigmen primer. Tiga warna pigmen primer adalah magenta, kuning dan cyan.

(Oleh karena itu apabila menyebut ”merah, kuning, biru” sebagai warna

pigmen primer, maka ”merah” adalah cara yang kurang akurat untuk

menyebutkan ”magenta” sedangkan ”biru” adalah cara yang kurang akurat

untuk menyebutkan ”cyan”). Biru dan hijau adalah warna sekunder dalam

pigmen, tetapi merupakan warna primer dalam cahaya, bersama dengan

merah.

2. Warna Sekunder

Merupakan hasil pencampuran warna-warna primer dengan proporsi 1:1.

Misalnya warna jingga merupakan hasil campuran warna merah dengan

kuning, hijau adalah campuran biru dan kuning, dan ungu adalah campuran

merah dan biru.

3. Warna Tersier

Merupakan campuran salah satu warna primer dengan salah satu warna

sekunder. Misalnya warna jingga kekuningan didapat dari pencampuran

(20)

4. Warna Netral

Warna netral merupakan hasil campuran ketiga warna dasar dalam proporsi

1:1:1. Warna ini sering muncul sebagai penyeimbang warna-warna kontras di

alam. Biasanya hasil campuran yang tepat akan menuju hitam.

5. Warna Panas dan Dingin

Lingkaran warna primer hingga tersier bisa dikelompokkan menjadi dua

kelompok besar, yaitu kelompok warna panas dan warna dingin. Warna panas

dimulai dari kuning kehijauan hingga merah. Sementara warna dingin dimulai

dari ungu kemerahan hingga hijau. Warna panas akan menghasilkan sensasi

panas dan dekat. Sementara warna dingin sebaliknya. Suatu karya seni

disebut memiliki komposisi warna harmonis jika warna-warna yang terdapat

di dalamnya menghasilkan efek hangat-sedang.

2.7 Tahapan Dalam Membuat Film

Proses pembuatan film menurut Askurifai Baksin dalam Pengantar

Videografi (2003: 21) dibagi dalam beberapa tahap yaitu:

2.7.1 Proses Pra-produksi

Proses pra produksi dilakukan sebagai tahap persiapan dalam pembuatan

sebuah film. Tahap ini terdiri dari proses perencanaan yang memudahkan kita

ketika memasuki tahap produksi dan pasca produksi nantinya. Proses-proses yang

(21)

1. Ide dan konsep

Ide/gagasan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah rancangan yang

tersusun di pikiran. Ide bukan hasil pemikiran subjektif, melainkan ide itu

objektif. Ide adalah sesuatu yang abstrak, yang hanya ada di pikiran si

pemilik ide. Ide itu takkan bisa dimengerti oleh orang lain, jika si pemilik ide

tidak pernah mengungkapkan dalam sebuah bahasa atau menuangkan dalam

bentuk tulisan yang bisa dimengerti. Ide yang dibahasakan misalnya ketika

kita ngobrol, berdiskusi, presentasi dan menelepon. Ide yang dituliskan

misalnya saat kita membuat proposal, artikel, surat, dan sms. Ide

menyebabkan timbulnya konsep, yang merupakan dasar bagi segala macam

pengetahuan, baik sains maupun filsafat.

Konsep menurut Bahri (2008: 30) adalah satuan arti yang mewakili sejumlah

objek yang mempunyai ciri yang sama. Orang yang memiliki konsep mampu

mengadakan abstraksi terhadap objek yang dihadapi, sehingga

objek-objek ditempatkan dalam golongan tertentu. Objek-objek-objek dihadirkan dalam

kesadaran orang dalam bentuk representasi mental tak berperaga. Konsep

sendiri pun dapat dilambangkan dalam bentuk suatu kata (lambang bahasa).

Woodruff dalam Amin (1987: 22) menjelaskan Pengertian Konsep menjadi 3

yaitu:

a. Konsep dapat didefinisikan sebagai suatu gagasan/ide yang relative

sempurna dan bermakna,

(22)

c. Konsep adalah produk subjektif yang berasal dari cara seseorang membuat

pengertian terhadap objek-objek atau benda-benda melalui pengalamannya

(setelah melakukan persepsi terhadap objek/benda).

2. Menentukan Alur Cerita

Menurut Rikrik El Saptaria dalam bukunya Acting Handbook (2006: 23), plot

atau alur cerita merupakan rangkaian peristiwa yang satu sama lain

dihubungkan dengan hukum sebab-akibat. Berikut ini jenis-jenis plot:

a. Simple Plot

Plot yang memiliki satu alur cerita dan satu konflik yang bergerak dari

awal sampai akhir. Simple plot terbagi dalam:

1) Plot Linear.

Alur cerita mulai dari awal sampai akhir cerita bergerak lurus. Berdasar

sifat emosinya dibagi menjadi raising plot, falling plot, regressive plot,

dan lain-lain.

2) Plot Linear-Circular.

Adalah alur cerita mulai dari awal sampai akhir bergerak lurus secara

melingkar sehingga awal dan akhir cerita akan bertemu dalam satu titik.

Plot Linear-Circular atau disebut juga alur melingkar merupakan sebuah

alur cerita dimana sebuah peristiwa dipaparkan secara kronologis pada

awalnya, kemudian pada satu titik alur ini kembali pada sebuah

(23)

Alur cerita seperti ini memang jarang digunakan dalam pembuatan film

pada umumnya. Contoh film yang menggunakan alur cerita ini adalah

Click”.

b. Multi Plot

Plot yang memiliki satu alur cerita utama dengan beberapa sub plot yang

saling bersambungan. Multi plot ini terbagi menjadi:

1) Episodic Plot

Plot yang terdiri dari bagian per bagian secara mandiri, dimana setiap

episode memiliki alur cerita sendiri. Tidak ada hubungan sebab akibat

dalam rangkaian cerita, tema, tokoh, tetapi pada akhir cerita alur cerita

yang terdiri dari episode-episode ini akan bertemu.

2) Concentric Plot

Plot yang terdiri dari beberapa plot yang berdiri sendiri, dimana pada

akhir cerita semua tokoh yang terlibat dalam cerita yang terpisah tadi

akhirnya menyatu dan menyelesaikan cerita.

3. Sinopsis

Sinopsis adalah bentuk pemendekan dari sebuah cerita dengan tetap

memperhatikan unsur-unsur intrinsik cerita tersebut. Membuat Sinopsis

merupakan suatu cara yang efektif untuk menyajikan cerita yang panjang

dalam bentuk yang singkat. Dalam sinopsis, keindahan gaya bahasa, ilustrasi,

dan penjelasan-penjelasan dihilangkan, tetapi tetap mempertahankan isi dan

(24)

misalnya dua atau tiga halaman, seperlima atau sepersepuluh dari panjang

karangan asli (Pratista, 2008: 23).

Sinopsis, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah pemendekan cerita

tanpa menghilangkan unsur-unsur pentingnya dimana setiap peristiwa atau

rekaan yang dikisahkan dalam bentuk cerita pendek, novel, dan film dapat

disimpulkan dalam bentuk ringkas yang padat dan jelas. Tujuan dibuatnya

sinopsis adalah untuk memberikan informasi terpenting dari sebuah karya

kepada pembaca atau penikmatnya dalam format yang lebih singkat sehingga

mereka dapat dengan mudah mengetahui intisari cerita.

Syarat-syarat penyusunan sinopsis adalah sebagai berikut:

a. Tema

Tema adalah inti yang menjadi dasar cerita. Dalam sinopsis, unsur ini bisa

dihadirkan di awal atau di akhir dengan mengutip tulisan dalam karya

tersebut.

b. Alur

Merupakan urutan jalannya cerita yang terlihat menyatu dan terdapat

hubungan sebab akibat di dalamnya. Dalam sinopsis, alur digunakan untuk

memperjelas jalannya cerita secara keseluruhan.

c. Penokohan

Merupakan pencitraan tokoh atau karakter dalam cerita. Sinopsis

memunculkan sang tokoh sentral dan beberapa karakter pendukung lebih

(25)

d. Latar

Merupakan penanda waktu, suasana, tempat, dan korelasi semuanya

dengan cerita.

e. Sudut Pandang Tokoh

Adalah cara penulis menyebutkan tokoh. Terdapat beberapa sudut pandang

yang biasa dipakai seperti orang pertama tunggal, orang ketiga tunggal,

dan campuran keduanya.

4. Menyusun Skenario

Skenario film adalah naskah cerita film yang ditulis dengan berpegang pada

standar atau aturan-aturan tertentu. Skenario atau naskah cerita film itu ditulis

dengan tekanan yang lebih mengutamakan visualisasi dari sebuah situasi atau

peristiwa melalui adegan demi adegan yang jelas pengungkapannya. Jadi,

penulis skenario film adalah seseorang yang menulis naskah cerita yang akan

difilmkan. Naskah skenario yang ditulis penulis skenario itulah yang

kemudian digarap atau diwujudkan sutradara menjadi sebuah karya film.

5. Menyusun Storyboard

Storyboard adalah sketsa gambar yang disusun berurutan sesuai dengan

naskah, dengan storyboard kita dapat menyampaikan ide cerita kita kepada

orang lain dengan lebih mudah, karena kita dapat menggiring khayalan

seseorang mengikuti gambar-gambar yang tersaji, sehingga menghasilkan

persepsi yang sama pada ide cerita kita. Salah satu tahapan penting dalam

produksi film adalah membuat storyboard, setelah sutradara dan pengarah

(26)

storyboard untuk menterjemahkan gagasan mereka dalam gambar. Disitu

terbentuklah rancangan-rancangan shooting, dan ketika dirasa ada sesuatau

yang kurang pas atau ada kendala-kendala dalam pengambilan gambar

nantinya segera dapat dilakukan revisi. Dengan mengacu pada rencana

shooting dalam storyboard para pemain dan krue dapat mengerjakan tugas

mereka masing-masing dengan cepat dan tepat. Storyboard secara gamblang

memberikan tata letak visual dari adegan seperti yang terlihat melalui lensa

kamera. Hal-hal yang harus dimuat di storyboard antara lain : visualisasi,

sketsa gambar, dan audio yang ada.Storyboard juga berguna bagi editor untuk

membantu menyusun scene yang berbeda- beda menjadi sesuai dengan

skenario dengan lebih mudah dan cepat.

Cara-cara dalam membuat storyboard :

a. Catat poin-poin penting, ide, serta konsep yang akan di masukan didalam

storyboard.

b. Storyboard anda harus pada dasarnya marupakan jenis peta, menguraikan

semua langkah utama yang diperlukan untuk menyelesaikan tujuan

pembelajaran itu sendiri.

c. Membuat sketsa kasar visual untuk semua frame

d. Apakah visual sudah dengan jelas menampilkan ide utama presentasi,

apakah pemirsa dapat memahami dalam waktu kurang dari 30 detik.

e. Dapat menggunakan di kertas atau dengan perangkat lunak seperti

Microsoft Word, Microsoft PowerPoint, dan Inspirasi.

(27)

a. Memahami alur gambar/cerita yang dibuat secara sistematis sehingga kecil

kemungkinan ada bagian penting yang terlewatkan

b. Tidak lupa dengan alur gambar/cerita yang sudah kita rencanakan (sebagai

pedoman atau pengingat) pada saat pengambilan gambar atau video

maupun editing gambar atau video yang telah diambil

c. Mudah membaca isi cerita secara visual

d. Dapat memilih rekaman yang akan diambil sesuai kebutuhan sehingga

tidak akan terjadi pemborosan bahan baku shooting (kaset) Sehingga

video/animasi yang dihasilkan sesuai dengan harapan dan keinginan kita.

Contoh Storyboard:

Gambar 2.1: Contoh Storyboard (Baksin, 2009: 26)

6. Treatment

Menurut Himawan Pratista dalam bukunya Memahami Film (2008: 27),

mengatakan bahwa treatment adalah pengembangan cerita dari sebuah

(28)

Treatment dapat pula didefinisikan sebagai sebuah presentasi detail dari cerita

sebuah film.

Tahapan ini adalah penggambaran adegan-adegan yang nantinya akan muncul

dalam cerita dan mendetail. Contoh treatment :

"Ada seorang perokok yang sedang merokok dengan santainya. Kemudian

tiba-tiba dia batuk-batuk dengan hebat dan agak lama. Sebelum beranjak

pergi, orang itu membuang rokoknya sembarangan. Tiba-tiba muncul

api.."

7. Menentukan Peran Tokoh

Dalam buku Acting Handbook karya Rikrik El Saptaria (2006: 31)

menjelaskan peran karakter harus memiliki kepribadian, kekuatan,

kelemahan, kelakuan, kebiasaan, tujuan dari apa yang mereka lakukan, apa,

mengapa, dan bagaimana mereka melakukannya.

Satu hal yang menjadi pertimbangan agar sebuah karakter mudah dipahami

adalah adanya konsistensi dalam film, peran terbagi dalam beberapa kategori:

a.Protagonis, tokoh utama yang menggerakkan plot dari awal hingga akhir

dan memiliki itikad, namun dihalangi oleh tokoh lain.

b.Antagonis, tokoh yang menentang keinginan dari tokoh protagonis.

c.Deutragonis, tokoh lain yang berada di pihak protagonis.

d. Foil, tokoh lain yang berada di pihak antagonis.

e. Rasioneur, tokoh yang dijadikan oleh pengarang sebagai perwakilan dari

(29)

f.Tritagonis/Confidante, tokoh yang dipercaya oleh tokoh protagonis dan

antagonis.

g.Utility, tokoh pembantu atau sebagai tokoh pelengkap untuk mendukung

rangkaian cerita dan kesinambungan dramatik.

2.7.2 Proses Produksi

Produksi film adalah proses pembuatan suatu film yang meliputi proses

pengambilan gambar atau perekaman dan pengarahan. Pembuatan film terjadi di

seluruh dunia dalam berbagai konteks ekonomi, sosial, dan politik, dan

menggunakan berbagai teknologi dan teknik sinema. Biasanya pmebuatan film

melibatkan sejumlah besar orang, dan memakan waktu mulai dari beberapa bulan

hingga beberapa tahun untuk menyelesaikannya, meski bisa lebih lama lagi jika

muncul masalah produksi.

Proses Produksi Film dapat dikatakan sebagai sebuah system, artinya antara

komponen yang satu dengan yang lainnya saling berkaitan dan tidak dapat

dipisahkan satu dengan yang lainnya. Kegagalan pada salah satu proses akan

menyebabkan sulitnya membuat film yang enak ditonton dan mempunyai

kesinambungan yang utuh. Proses produksi yang dimulai dari adanya suatu ide

yang kemudian dikembangkan dalam bentuk naskah dan akhirnya di

visualisasikan menjadi sebuah bentuk film yang kemudian harus di evaluasi untuk

mengetahui mutu dari film tersebut melibatkan orang – orang yang kompeten di

bidangnya, berdedikasi tinggi dan mempunyai kemampuan untuk bekerjasama

(30)

Dalam produksi film sangat erat kaitannya dengan kerabat kerja atau tim

atau crew pelaksana pembuatan film dan deskripsi kerjanya masing-masing.

Adapun tim tersebut dapat terdiri atas:

1. Produser

Sebutan ini untuk orang yang memproduksi sebuah film tetapi bukan dalam

arti membiayai atau menanamkan investasi dalam sebuah produksi. Tugas

seorang produser adalah memimpin seluruh tim produksi agar sesuai dengan

tujuan yang telah ditetapkan bersama, baik dalam aspek kreatif maupun

manajemen produksi.

2. Sutradara atau Director

Orang yang mengontrol tindakan dan dialog di depan kamera dan bertanggung

jawab untuk merealisasikan apa yang dimaksud oleh naskah dan produser.

3. Art Director

Pengarah artistik adalah orang yang bertugas menerjemahkan mood, pesan,

konsep, dan rumusan ide dalam bentuk visual. Penata artistik bertanggung

jawab pada keseluruhan penampakan visual dan bagaimana komunikasi visual

dilakukan, membentuk mood tertentu, unsur-unsur kontras, dan daya tarik

psikologis pada audiens. Penata artistik membuat keputusan mengenai elemen

visual yang dipergunakan, gaya artistik yang dipakai, dan kapan gerakan

dipergunakan.

4. DOP (Director of Photography)

Penata Fotografi adalah orang yang melaksanakan aspek teknis dari

(31)

membantu sutradara dalam memilih sudut, penyusunan, dan rasa dari

pencahayaan dan kamera.

5. Cameramen

Bertugas mengambil gambar atau mengoperasikan kamera saat shooting.

a. First Cameraman sering disebut sebagai kepala kameramen, bertanggung

jawab terhadap pergerakan dan penempatan kamera dan juga pencahayaan

dalam suatu adegan.

b. Second Cameraman sering disebut sebagai asisten kameramen atau

operator kamera, bertindak sesuai instruksi dari kameramen utama dan

melakukan penyesuaian pada kamera atau mengoperasikan kamera selama

syuting.

6. Lighting

Bertugas mengatur tata cahaya dalam produksi film.

7. Sound Director

Penata Suara adalah seorang yang bertanggung jawab atas segala yang

berhubungan dengan audio, konsep serta kualitas audio yang dihasilkan dalam

proses produksi sebuah film.

8. Actor/Actrees

Orang yg berperan sebagai pelaku dalam sebuah film.

9. Make up Artist

Bertugas mengatur make up yang sesuai dengan nuansa cerita dalam produksi

(32)

2.7.3 Proses Pasca Produksi

Tahap pasca produksi ini merupakan tahap akhir dalam pembuatan sebuah

film. Tahap ini dilakukan agar hasil rendering yang dilakukan di tahap produksi

dapat diedit atau diatur kembali sehingga menghasilkan sebuah film. Tahap pasca

produksi ini terdiri dari:

1. Editing

Kata editing dalam bahasa Indonesia adalah serapan dari bahasa Inggris.

Editing berasal dari bahasa Latin editus yang artinya menyajikan kembali.

Dalam bidang audio-visual, termasuk film, editing adalah usaha merapikan

dan membuat sebuah tayangan film menjadi lebih berguna dan enak ditonton.

Tentunya editing film ini dapat dilakukan jika bahan dasarnya berupa shot

(stock shot) dan unsur pendukung seperti voice, sound effect, dan musik sudah

mencukupi. Editor menyusun shot-shot tersebut sehingga menjadi sebuah

scene, kemudian dari penyusunan scene-scene tersebut akan tercipta sequence

sehingga pada akhirnya akan tercipta sebuah film yang utuh. Ibarat menulis

sebuah cerita, sebuah shot bisa dikatakan sebuah kata, scene adalah kalimat,

sequence adalah paragraph. Sebuah cerita akan utuh bilah terdapat semua

unsur tersebut, begitu juga dengan film (Pratista, 2008: 37).

Pertunjukan film di bioskop ataupun televisi di rumah-rumah apabila belum

melalui proses editing bisa dipastikan hasilnya tidak maksimal, penonton

cenderung merasa bosan dan jenuh. Padahal, tayangan film ataupun video

begitu ekonomis. Artinya, penayangannya sangat bergantung pada aspek

(33)

Jika sebuah tayangan berdurasi 60 menit, itu artinya selama waktu itu

pencipta film harus menjamin tidak membuat penonton bosan apalagi

meninggalkan bioskop, atau kalau di televisi memindahkan saluran. Begitu

berartinya sebuah hasil editing sampai ada pengamat film yang menyatakan

bahwa roh tayangan film adalah proses editing (Pratista, 2008: 40).

Pengeditan dan pendekatan editing sangat bergantung dari hasil gambar yang

kita dapatkan adalah menetapkan tujuan kita melakukan editing. Menurut

Tino Saroengallo (2008: 56) dalam bukunya Dongeng Sebuah produksi Film

mengatakan secara umum, tujuan editing adalah sebagai berikut:

a. Memindahkan klip video yang tak dikehendaki.

Hal ini menjadi tugas yang paling umum dan yang paling sederhana di

dalam editing. Membuang video tak dikehendaki atau yang bercacat.

b. Memilih gambar dan klip yang terbaik.

Hanya material atau stock video yang terbaik untuk yang akan di edit. Hal

ini guna memilah dari sekian banyak stock baik yang diambil, agar hasil

terbaik dapat didapatkan.

c. Menciptakan arus.

Kebanyakan video diminta untuk bercerita atau menyediakan informasi.

Editing adalah suatu langkah rumit yang didalamnya video mengalir guna

mencapai gol ini.

d. Menambahkan efek, grafik, dan musik.

Dalam editing kita dapat menambahkan efek maupun musik guna

(34)

akan menjadi hidup, pemberian kesan dramatis juga dapat dilakukan

dengan musik maupun efek.

e. Mengubah gaya dan suasana hati dari gambar.

Seorang editor yang baik akan mampu menciptakan suasana hati yang sulit

dipisahkan di dalam suatu video. Teknik seperti suasana hati musik dan

efek visual dapat mempengaruhi bagaimana pendengar akan bereaksi.

f. Memberikan sudut yang menarik bagi hasil rekaman.

Video dapat dikhususkan untuk mendukung sudut pandang tertentu,

mengabarkan suatu pesan dan info bagi penonton.

Ada dua macam jenis editing menurut Saroengallo (2008: 57), antara lain:

a. Linear editing, proses editing yang dilakukan langsung melalui video tape.

b. Non linear editing, proses editing melalui teknik digital atau teknologi

komputer yang dapat memanipulasi hasil video tanpa harus mengurangi

kualitasnya.

Metode dalam editing terbagi menjadi 2, yaitu cut dan transisi:

a. Cut

Proses pemotongan gambar secara langsung tanpa adanya manipulasi

gambar

b. Transisi

Proses pemotongan gambar dengan menggunakan transisi perpindahan

gambar. Ada beberapa jenis transisiyang biasa digunakan dalam film:

1)Wipe; adalah perpindahan gambar dengan menggeser gambar lainnya.

(35)

2)Fade; adalah gambar secara perlahan muncul atau menghilang. Fade

meliputi fade in, fade out dan dissolve.

3)Super impose; adalah dua gambar atau lebih yang muncul menumpuk

dalam satu frame.

2. Special Effects

Efek spesial merupakan kombinasi dari seni dan teknologi. Dari sisi

teknologi, tidak cuma penguasaan teknologi yang digunakan, namun juga

pengetahuan bagaimana indera manusia menangkap gambaran yang akan

diterima oleh otak. Sedangkan sisi seni, berperan tentang bagaimana

teknologi tersebut digunakan untuk mencapai hal tersebut. Yang akan

dilakukan para ahli efek spesial adalah bagaimana menipu indera manusia,

terutama audio-visual, agar seakan-akan hal tersebut terjadi (Wijaya, 2007: 37).

Ada beberapa kegunaan penggunaan efek special yaitu:

a. Efek spesial digunakan untuk memvisualisasikan adegan yang tidak dapat

dicapai dengan alat yang biasa, misalnya perjalanan luar angkasa ke planet

Mars. Belum pernah ada manusia yang sampai ke planet Mars. Untuk

itulah efek spesial digunakan untuk menciptakannya.

b. Efek spesial juga digunakan bila saat menggunakan alat yang

sesungguhnya maka sangat mahal biayanya. Misalnya apabila kita ingin

membuat ledakan yang sangat dahsyat, menghancurkan banyak sekali

gedung, mobil, dan infrastruktur lain.

c. Efek spesial juga digunakan bila penggunaan syuting manusia atau alat

(36)

ledakan, tentu aktor tidak ingin mati konyol waktu membuat film,

sehingga ledakan dilakukan oleh efek spesial.

d. Efek spesial juga digunakan untuk meningkatkan kualitas film yang sudah

diambil, dengan cara menambahi, mengurangi atau mengubah elemen

yang di dalam film.

Didik Wijaya dalam bukunya Special Effect and Technique (2007: 44)

menyatakan jika secara tradisional, efek spesial dibagi menjadi dua, yaitu

Optical Effects dan Mechanical Effects (sering disebut In-Camera Effects).

Perbedaannya adalah pada waktu penggunaannya. Optical Effects mengacu

pada manipulasi gambar setelah syuting selesai. Sedangkan Mechanical

Effects lebih mengacu pada penggunaan efek spesial saat pengambilan

gambar.

Mechanical Effects-lah yang pertama kali muncul, yaitu dengan

digunakannya miniatur, rear projection, pyrotechnics, stopmotion dan matte

paintings. Optical effects muncul kemudian menggunakan bluescreen,

compositing, multiple exposures melengkapi teknik efek spesial di era awal

perkembangannya. Kemudian digital compositing, animatronics, prosthetic

makeup, dan computer-generated imagery (CGI) melengkapi sebagai teknik

modern di dunia efek spesial. CGI (Computer Generated Imagery) adalah

aplikasi di bidang komputer grafis (biasanya 3D komputer grafis). CGI

digunakan di dalam film, tv, iklan dan media cetak, dan video games.

CGI banyak digunakan di dalam efek visual karena memiliki kualitas yang

(37)

lain, seperti miniatur. Teknik ini juga dapat menghemat banyak biaya karena

sanggup membuat adegan tidak dapat dibuat dengan teknik lain.

Perkembangan CGI yang makin marak, makin murah dan makin canggihnya

teknologi yang dipakai mengakibatkan CGI dapat dijangkau oleh perusahaan

kecil yang mampu membuat film kelas dunia.

2.8 Film Komedi

Film komedi adalah genre film di mana penekanan utama adalah pada

humor. Film dalam gaya tradisional ini memiliki akhir yang bahagia (komedi

hitam yang pengecualian). Salah satu genre tertua dalam film, beberapa film bisu

pertama adalah komedi. Komedi, tidak seperti genre film lainnya, menempatkan

fokus lebih pada individu bintang, dengan banyak mantan komedian berdiri

transisi ke industri film karena popularitas mereka. Sementara banyak film

komedi cerita ringan tanpa maksud lain selain untuk menghibur, yang lain

mengandung komentar politik atau sosial.

Ada beberapa kriteria film komedi yang berbeda ditinjau dari segi cerita

menurut Zakaria Arifin (2006: 16) yaitu:

1. Slapstick

Slapstick adalah jenis komedi fisik yang mudah dicerna dan bermain dalam

lingkup yang luas dan mencakup tiga hal utama yaitu derita, celaka dan

aniaya. Contoh Charlie Chaplin, Mr. Bean, Jackass crew, Warkop DKI, OVJ

(38)

2. Komedi Alternatif

Komedi alternatif adalah bukan jenis pengobatan bukan juga genre musik.

Komedi alternatif adalah sebuah istilah yang diciptakan di tahun 1980-an.

Artinya adalah sebuah penyampaian komedi atau humor yang menyimpang

dari penyampaian komedi atau humor yang ada pada era tertentu. Contoh

Jimmy Carr dan Ross Noble.

3. Komedi Observasi

Komedi observasi adalah jenis humor atau komedi yang didasari dari

observasi kehidupan sehari-hari. Aspek yang digunakan biasanya mencakup

kejadian aktual dari dunia politik, hiburan,olahraga dan lain-lain. Contoh film

Senggol Bacok.

4. Komedi Hitam

Komedi hitam adalah jenis humor atau komedi yang didasari dari observasi

sisi gelap kehidupan sehari-hari. Aspek yang digunakan biasanya mencakup

kejadian aktual dari dunia politik, hiburan,olahraga, rasisme, agama,

terorisme, peperangan. Contoh serial kartun South Park.

5. Komedi Biru

Komedi biru adalah jenis humor atau komedi yang didasari dari observasi sisi

biru kehidupan sehari-hari. Aspek yang digunakan biasanya mencakup

pembahasan seputar tema sex, libido dan tema tabu yang berdekatan. Contoh

Louis C.K, Jimmy Kimmel, Jimmy Carr, Dave Chappelle, Mike Myers, Chris

(39)

6. Komedi Karakter

Komedi karakter adalah jenis humor atau komedi yang didasari dari

kepintaran seorang komedian dalam menciptakan sebuah karakter bertingkah

polah lucu atau juga menirukan karakter lucu seseorang. Ciri utama dari

komedi karakter adalah keunikan ekspresi seorang komedian dalam

menampilkan emosi, tingkah laku atau mimik muka yang menggelikan.

Contoh Rowan Atkinson, Jim Carrey, Andy Kaufman, Sasha Baron Cohen,

dan George Carlin.

7. Komedi Cringe

Komedi cringe adalah jenis humor atau komedi yang mengandalkan kejadian

canggung dan memalukan baik mengambil contoh dari kejadian yang pernah

ada atau dari kejadian yang akan timbul dari situasi yang berkembang. Contoh

Rowan Atkinson, Steve Coogan, Sacha Baron Cohen, Ricky Gervais, Larry

David, dan Frankie Boyle.

8. Komedi Hina

Komedi hina adalah jenis humor atau komedi yang memfokuskan sujeknya

dengan menghina atau merendahkan individu atau kelompok. Contoh Bernie

Mac, Frankie Boyle, Bob Saget, Jimmy Carr.

9. Komedi Properti

Komedi properti adalah jenis humor atau komedi yang banyak mengandalkan

properti dalam menampilkan kelucuan dari penampilan seorang comedian.

(40)

10.Komedi Tidak Nyata

Komedi yang fondasinya terbuat dari sesuatu yang tidak nyata, tidak masuk

akal, absurd, aneh dan diluar akal sehat. Contoh Eddie Izzard, Ted

Chippington, dan Harry Hill.

11.Komedi Sketsa

Komedi singkat yang ditulis dengan skema terstruktur dan durasinya antara

satu sampai sepuluh menit. Skema yang jamak ada dalam komedi sketsa ini

adalah sebuah kejadian atau tinghkah polah yang membuat penonton terkejut

dan tak menduga. Contoh Steve Allen, Sesame Street, Saturday Night Live,

(41)

37

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN DAN PERANCANGAN

KARYA

Pada BAB III ini akan dijelaskan tentang metodologi penelitian dan

perancangan karya dalam proses pembuatan film komedi yang berjudul “AGUS”

ini.

3.1 Metodologi Penelitian

Pada penelitian ini menggunakan gabungan dari metode-metode yang ada.

Menurut Moh. Nazir, Ph.D (2009: 26) dalam bukunya yang berjudul Metode

Penelitian, metode penelitian dibedakan dalam 2 jenis, yaitu penelitian dasar

(basic research) dan penelitian terapan (applied research).

Jenis penelitian yang digunakan dalam Tugas Akhir ini adalah penelitian

terapan dimana menggunakan penyelidikan yang hati-hati, sistematik dan terus

menerus terhadap suatu masalah dengan tujuan untuk digunakan dengan segera

untuk menyelesaikan masalah. Dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini

metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif.

3.1.1 Teknik Pengumpulan Data

Bidang kajian multimedia, boleh dikatakan sebagai disiplin ilmu yang baru,

jika dibanding dengan ilmu-ilmu seni lainnya. Oleh karena itu teknik

(42)

adalah gabungan dari metode-metode yang sudah ada pada ilmu lain. Berdasarkan

dari penjelasan di atas, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Studi Literatur atau Kepustakaan

Berdasarkan dari beberapa buku yang digunakan dalam menyelesaikan Tugas

Akhir ini diantaranya:

a. Memahami Film oleh Himawan Pratista yang secara garis besar berisi

tentang pemahaman dan tata cara pembuatan film.

b. Pengantar Videografi oleh Askurifai Baksin yang mengajarkan dasar-dasar

implementasi teori vidiografi.

c. Membuat Film Indie Itu Gampang oleh Askurifai Baksin yang

memaparkan tentang langkah-langkah dan teknik pembuatan film indie.

2. Study Existing atau Perbandingan

Sebelum merumuskan penyusunan ide dan konsep, maka terlebih dahulu

dilakukan Study existing guna memperdalam dan memperjelas konsep film

drama komedi ini. Beberapa film yang menjadi pembanding adalah Senggol

(43)

a. Senggol Bacok

Gambar 3.1: Poster Senggol Bacok (Sumber: http://amiratthemovies.wordpress.com)

Fokus cerita film ini berada pada sesosok karakter pemuda bernama

Galang (Fathir Muchtar), seorang pemuda yang dengan tragis mengetahui

kekasihnya berselingkuh dengan pemimpin perusahaannya, memutuskan

untuk pindah ke Jakarta, untuk memulai kehidupan yang baru. Walau berat

untuk diterima oleh sang nenek (Rina Hasyim), namun kepindahan Galang

sendiri juga merupakan usahanya untuk memperbaiki sikap pemarahnya

yang selama ini sering menjebaknya untuk masuk dalam situasi yang

(44)

Gambar 3.2: Cuplikan film Senggol Bacok (Sumber: http://amiratthemovies.wordpress.com)

Diproduksi oleh MVP Pictures, dan disutradarai oleh Iqbal Rais, yang

sebelumnya menggarap film komedi utrid “Sehidup (Tak) Semati”, kali ini

memaksimalkan sebuah komedi murni yang berbeda gayanya.

Gambar 3.3: cuplikan film Senggol Bacok (Sumber: http://adithiarangga.wordpress.com)

Mengangkat tema cerita tentang cinta segitiga, tampaknya Iqbal Rais

benar-benar mampu untuk tidak membiarkan Senggol Bacok menjadi

komedi yang sekadar lalu lalang saja. Subplot yang ia hadirkan secara silih

berganti cukup solid untuk mendukung jalinan cerita. Belum lagi adegan

(45)

cerita untuk membacok logika penonton dengan sukses. Humorisme yang

diusung disini mungkin berhasil menyenggol syaraf anda untuk tertawa

spontan meski tidak akan sampai terpingkal-pingkal dibuatnya.

Ringo Agus Rahman, ternyata mampu memerankan perannya dengan baik

sebagai orang yang menyebalkan. Sedangkan lawan mainnya Fathir

Muchtar, performanya dibilang turun naik, kadang kaku tapi di beberapa

adegan memang sangat cocok, termasuk ketika dia sedang naik darah. Lalu

ada Kinaryosih yang jadi pemanis yang memang bermain manis dan

sangat lugu, sebagai sosok gadis kuliahan yang belum pernah pacaran. Aji

Idol juga tampil cukup mendukung untuk peran side-kick Galang dengan

logat Jawanya yang kental, juga dengan aktingnya yang natural tidak

berlebihan.

b. Kambing Jantan

Lagi, sebuah film yang diangkat dari novel karya anak bangsa kembali

menghiasi layar perak Indonesia. Film berjudul Kambing Jantan ini

diangkat dari „blog yang dibukukan‟ yang berjudul sama. Awalnya, blog

milik Raditya Dika ini yang menceritakan kisah-kisah konyol dan

bodohnya setiap hari, kemudian dicetak menjadi buku yang akhirnya

menggugah sutradara terkenal, Rudi Soedjarwo untuk mengangkatnya ke

sebuah film berjudul sama.

Dika (Raditya Dika), biasa dipanggil Kambing atau Mutun, akan

melanjutkan pendidikannya di bidang finance yang tidak dia sukai hanya

(46)

bidang itu untuk kuliah. Dika pun pergi ke Australia, meninggalkan

teman-temannya, band-nya, dan juga kekasihnya, Kebo (Herfiza Novianti). Di

Australia, Dika bersahabat dengan Harianto (Edric Tjandra) yang berasal

dari Kediri. Di benua itu, Dika bertemu dengan orang-orang unik, seperti

gurunya yang menerapkan konsep militerisme dalam kelasnya juga si pria

India penjaga yang kata-katanya sederhana namun bermakna. Hubungan

jarak jauh dengan Kebo yang menemui banyak rintangan, kuliah dengan

bahasa asing yang tidak sesuai bakat dan minatnya, membengkaknya

pengeluaran selama di Australia, semuanya yang berubah semenjak

kepindahan Dika membuat kedua orang ini menjadi pribadi yang berbeda.

Gambar 3.4: Poster Film Kambing Jantan (Sumber: http://adithiarangga.wordpress.com)

Dibandingkan bukunya, film ini mengalami sedikit perubahan. Ada

beberapa adegan baru yang dimunculkan sehingga film ini mempunyai

(47)

Sangat tidak mungkin apabila film ini dibuat mirip seperti bukunya karena

pasti akan membosankan dan datar sekali. Karena dalam bukunya, Dika

tidak menceritakan sebuah konflik secara detail, sedangkan konflik di film

benar-benar diperlihatkan.

Film ini mengajarkan kepada kita untuk menjalani hidup sesuai apa kata

hati. Hal ini merajuk kepada realita dimana kedua orang tua seringkali

memaksakan kehendaknya kepada anak, apalagi dalam bidang pendidikan.

Film yang diangkat dari blog yang dibukuan ini membahas realita

kehidupan remaja sehari-hari. Sangat pas untuk ditonton dengan keluarga.

Ceritanya pun mudah dimengerti dengan dibumbui dengan berbagai

gurauan konyol ala Raditya Dika.

c. 3 Pejantan Tanggung

Gaya hidup hedonis tiga sahabat yakni Harta, Angga dan Kris dapat

dikatakan memuncak padahal kewajiban menuntaskan kuliah dengan

tenggat waktu skripsi sudah di depan mata. Pada suatu malam setelah

clubbing dan mabuk, mereka terbangun di sebuah kapal asing

terombang-ambing di lautan. Sesampainya di daratan yang belakangan diketahui

bernama Borneo itu, ketiganya bertemu Kepala Suku yang bijaksana dan

memperlakukan mereka sebagai tamu. Sayangnya Angga dan Kris tanpa

sengaja menyebabkan kebakaran gubuk yang mereka tempati. Kontan

ketiganya dihukum untuk kerja bakti sebelum boleh kembali ke Jakarta.

(48)

juga putri Kepala Suku. Di sisi lain seorang pengusaha bernama Handoyo

tengah mengincar tanah setempat untuk dibangun ulang.

Gambar 3.5: Poster Film 3 Pejantan Tanggung (Sumber: http://adithiarangga.wordpress.com)

Film ini menghabiskan waktu pengambilan gambar 10 hari di pedalaman

Kalimantan. Sutradara Iqbal Rais bekerja sama dengan Ben Sihombing si penulis script, tetap mempertahankan kualitas dirinya yang tetap pada jalur

komedi pada film 3 Pejantan Tanggung ini.

Iqbal Rais yang telah sukses dengan film-film komedinya kembali

menyuguhkan tontonan komedi segar. Lewat 3 Pejantan Tanggung ini,

Iqbal mampu mempertahankan kualitasnya sebagai sutradara yang saat ini

masih mantab di jalur komedi. Banyolan-banyolan serta kekonyolan dari

(49)

berbagai adegan maupun dialog-dialog mereka pun berhasil mengocok

perut penontonnya.

d. Click

Film ini menceritakan seorang laki-laki yang memiliki kemampuan

mengatur kehidupan layaknya sebuah film DVD berkat sebuah remote

kontrol ajaib. Michael Newman adalah seorang yang beruntung. Dia

mempunyai istri yang cantik dan seksi Donna dan 2 anak yang lucu-lucu.

Sayangnya waktu dia bersama keluarga tidak terlalu banyak karena

tuntutan pekerjaan dari bossnya Ammer dan juga karena Michael seorang

penggila kerja atau terlalu memaksakan diri untuk bekerja keras. Suatu

hari dia bertemu Morty yang memberikannya sebuah remote canggih.

Saking canggihnya, remote tersebut bukan hanya mengendalikan TV tetapi

juga kehidupan Michael. Seperti yang disebutkan oleh Morty “Kau

menginginkan sebuah kontroler universal, kontroler ini adalah untuk alam

semesta.”

(50)

Seperti dalam sebuah DVD, Michael mampu memutar kembali kenangan

lamanya, mempercepat pertengkarannya dengan istrinya, dan melompat ke

chapter selanjutnya.

Gambar 3.7: Michael bertengkar dengan istrinya (Sumber: http://adithiarangga.wordpress.com)

Awalnya Michael merasa senang memiliki remote tersebut karena

sekarang dia bisa memilih bagian hidupnya yang dia senangi dan

mempercepat bagian yang tidak dia sukai. Tetapi ketika fitur utama remote

tersebut yaitu mengingat preferensi pemakainya mulai beraksi, Michael

kemudian melihat hidupnya dengan cepat berlalu dan menjadi semakin

kacau. Dia melewatkan anak-anaknya bertumbuh dewasa, kehilangan

istrinya, dan tidak hadir ketika ayahnya meninggal.

Setelah melakukan study perbandingan terhadap beberapa film komedi, dapat

ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam film komedi Senggol Bacok, Kambing

Jantan, 3 Pejantan Tanggung dan click ini telah mampu memberikan warna

baru terhadap perfilman komedi Indonesia yang selama ini dikenal monoton

dan membosankan. Melalui teknik pengambilan gambar, penataan visual, dan

(51)

banyolan namun juga mampu menyampaikan pesan dan informasi kepada

audience. Penyusunan materi yang sederhana mampu menyuguhkan alur

cerita yang tidak membuat bingung penonton.

3.1.2 Analisis Data

Dalam penelitian ini analisis data yang dipergunakan adalah teknik analisis

kualitatif dengan studi literatur dan studi eksisting kemudian menjadikan

keyword, untuk menjadi bekal gambaran dan acuan editing peneliti. Studi literatur

diterapkan guna mempelajari dan menelaah teori-teori dasar yang diperlukan

sebagai acuan dalam proses pembuatan film ”AGUS” ini dan studi eksisting

dilakukan untuk mempelajari teknik-teknik terapan pembuatan film yang

ditampilkan serta meneliti kelebihan dan kekurangan dari film tersebut.

Tabel 3.1: Tabel analisa data

No. Materi Literatur Eksisting Kesimpulan

1. Tema film H. Pratista

A. Baksin Kambing Jantan

Film ”AGUS” ini

(52)

3. Jenis film A. Baksin

3.1.3 STP (Segmenting, Targeting, Positioning)

Segmenting, targeting, dan positioning dalam film komedi berjudul

“AGUS” ini adalah:

1. Segmenting

Film “AGUS” ini disegmentasikan pada usia audience yang ditujukan pada

(53)

kata-kata kasar, juga ucapan dan ungkapan yang biasa digunakan dan

dipahami oleh kalangan dewasa.

Sementara untuk segmentasi geografisnya, film ini ditujukan kepada

audience yang berasal dari jawa timur. Hal ini berkaitan dengan bahasa yang

digunakan dalam film ini yaitu bahasa jawa, namun lebih dikhususkan pada

bahasa jawa timur.

2. Targeting

Dengan menentukan segmentasi usia dan geografis, film “AGUS” ini

kemudian menargetkan diri kepada audience kalangan menengah ke bawah

yang membutuhkan hiburan segar dan ringan dengan alur cerita yang

sederhana dan tidak membosankan.

3. Positioning

Setelah menentukan segmentasi dan target pasar terhadap film “AGUS” ini,

maka kemudian menentukan positioning yang tepat untuk film ini.

Film “AGUS” ini diposisikan sebagai sebuah film komedi yang bersifat

menghibur dan mengundang tawa dengan alur cerita yang unik. Namun tidak

hanya menghibur, di sisi lain film ini menyiratkan pesan moral yang positif

kepada audience-nya.

3.2 Perancangan Karya

Dalam pembuatan film drama komedi yang berjudul "AGUS" ini secara

prosesnya terbagi menjadi 3 tahap yaitu pra-produksi, produksi, dan pasca

(54)

3.2.1 Pra Produksi

Tahap ini adalah tahap yang dilakukan guna mempersiapkan perancangan

sebuah film. Seperti yang telah dijelaskan pada bab II tahap pra-produksi terdiri

dari tahapan berikut ini.

1. Konsep dan Ide Cerita

Dalam pembuatan film drama komedi berjudul "AGUS" ini, konsep yang

ditekankan adalah bagaimana membuat sebuah film komedi yang tidak hanya

mampu menyuguhkan lawakan segar kepada penonton, namun juga mampu

menyampaikan pesan moral yang positif.

Berangkat dari ide cerita yang sederhana, film "AGUS" ini mencoba

mengangkat tema tentang pengalaman hidup seseorang yang dihadapkan pada

sebuah dilema, dan keputusan yang harus diambil. Dikatakan sederhana,

karena tema yang diusung pada film ini sebenarnya merupakan peristiwa yang

bisa saja dialami oleh setiap orang. Dengan dibumbui kekonyolan dan

banyolan yang diambil dari pengalaman dan kejadian sehari-hari, diharapkan

film ini mampu membuat penonton terhibur dan tidak merasa jenuh.

Alur cerita yang digunakan pun sengaja tidak dibuat rumit, simple plot yang

memiliki alur linear circular, dimana dalam film ini alur cerita dipaparkan

mulai dari awal sampai akhir bergerak lurus secara melingkar sehingga awal

dan akhir cerita akan bertemu dalam satu titik.

Struktur cerita yang disusun dalam film ini juga diolah agar mampu

(55)

pemaparan disuguhkan di awal, kemudian dilanjutkan dengan penggawatan,

klimaks, anti klimaks, dan berakhir pada penyelesaian atau konklusi.

Kemudian di akhir cerita, film ini sengaja menyuguhkan keunikan dimana

penonton diajak ikut andil dalam menentukan ending cerita. Hal ini bertujuan

agar audience tidak hanya menjadi obyek cerita yang pasif, namun juga

mampu menjadi subyek yang ikut menentukan akhir dari cerita film komedi

"AGUS" ini.

Pada akhirnya, pesan yang ingin disampaikan dalam film komedi yang

berjudul "AGUS" ini adalah "berpikirlah sebelum bertindak, karena setiap

tindakan, perbuatan, dan bahkan ucapan sekalipun, selalu ada

konsekuensinya".

2. Alur cerita

Alur cerita pada film ini yaitu alur linear circular dimana alur cerita mulai dari

awal sampai akhir bergerak lurus secara melingkar sehingga awal dan akhir

cerita akan bertemu dalam satu titik.

Pada film "AGUS" ini, alur ceritanya berjalan linear di awal cerita kemudian

pada saat Agus tertidur, dia bermimpi. Mimpi inilah yang menjadi titik alur

melingkar film tersebut, yang pada akhir mimpi tersebut kembali pada awal

cerita ketika Agus tertidur tadi.

3. Skenario.

(56)

4. Persiapan peralatan

Tahap ini dilakukan guna mempersiapkan peralatan shooting guna

mempermudah pengambilan gambar. Dalam pembuatan film komedi berjudul

“AGUS” ini menggunakan berbagai macam peralatan sinematografi sederhana

yaitu :

a. Kamera DSLR dengan kemampuan merekam video

b. Lensa 18-250 dan fix 50

c. Microphone

d. Tripod dan Monopod

e. Steadycam dan Slider

f. Shoulder Rigs

g. Lampu 1000 watt dan lampu LED

h. Reflector

i. Memory kamera

5. Casting Pemain.

Film ini terdiri dari 5 pemain, dimana 2 pemain berperan tokoh utama, 1 tokoh

pembantu, dan 2 tokoh figuran.

a. Tokoh Utama.

Tokoh utama dalam film ini diperankan oleh:

1) Agus

Agus diperankan oleh Agus Fitra, yang berperan sebagai tokoh utama

dalam film ini. Agus diceritakan sebagai seorang pemuda dari desa,

(57)

2) Bram

Bram diperankan oleh Arya Pratama, yang berperan sebagai tokoh

utama pula dalam film ini. Bram diceritakan sebagai seorang tetangga

dari Andi (saudara sepupu Agus), berkarakter keras, serius, dan

adalah orang yang berkarakter santai dan ramah.

c. Tokoh Figuran.

1) Asto berperan sebagai orang yang mengambil uang Agus yang terjatuh

(58)

10.Jadwal

Tabel 3.2: Jadwal proses pembuatan film

Agustus September Oktober November Desember

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pra Production

Production

Editing and compositing

Post Rendering

Penyusunan Laporan

11.Lokasi shooting.

Lokasi syuting bertempat di Villa Batu Malang, di Galaxy Mall Surabaya, dan

di jalan raya antara Batu - Malang.

3.2.2 Produksi

Tahap ini adalah tahap inti dalam pembuatan sebuah film, dimana tahap ini

merupakan proses mewujudkan naskah ke dalam bentuk audio dan visual. Dalam

tahap ini, hal-hal yang dilakukan adalah pengambilan gambar yang sesuai dengan

naskah dan storyboard yang telah dibuat pada tahap sebelumnya. Pada tahap ini

semua crew dan pemain bekerja maksimal sesuai dengan apa yang menjadi

kewajiban masing-masing untuk menghasilkan karya terbaik sesuai arahan

Gambar

Gambar 2.1: Contoh Storyboard (Baksin, 2009: 26)
gambar
gambar. Mechanical Effects-lah
Gambar 3.2: Cuplikan film Senggol Bacok
+7

Referensi

Dokumen terkait

atas NAB, hasil terbanyak karyawan mengalami stress tingkat berat yaitu 14 orang (56%), sedangkan tenaga kerja yang bekerja di halaman pembenihan padi dengan intensitas kebisingan

1) Laporan perkembangan pelaksanaan kegiatan disampaikan oleh satker pelaksana kegiatan sesuai dengan jadual dan form Pedoman SIMONEV.. 2) Laporan akhir kegiatan

Hormon dihasilkan oleh kelenjar endokrin atau kelenjar buntu, yaitu suatu kelenjar yang tidak mempunyai saluran. Di kelas IX kamu akan mempelajari hormon sebagai bagian dari

wab pembinaan mutu; fikat Mutu. mempekejakan karyawan yang sehat 13. Menteri Perdagangan atas usul Menteri dan selaryutnya secara periodik melaku- Pertanian menetapkan

Data ini diperoleh dari buku laboratorium posyandu lansia Desa Baturan pada awal tahun 2013 sampai Mei 2014 saat dilakukan survei pendahuluan dan belum pernah dilakukan

Source rock (batuan asal) dari batuan sedimen dapat berupa batuan beku, batuan metamorf atau batuan sedimen (yang telah ada sebelumnya) dan telah mengalami rombakan sehingga

Daya inverter tiga fasa yang akan digunakan harus sesuai dengan besarnya daya maksimum dari beban yaitu minimal sebesar 28.775 kW, oleh karena itu dipilih