• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH JUMLAH WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL, DAN RATA-RATA LAMA MENGINAP TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008-2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH JUMLAH WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL, DAN RATA-RATA LAMA MENGINAP TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2008-2015"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

THE EFFECT OF NUMBER OF TOURISTS, LEVEL OF HOTEL OCCUPANCY, AND AVERAGE LENGHT OF STAY TOWARDS LOCALLY-GENERATED INCOME

FROM TOURISM SECTOR IN BANJARNEGARA REGENCY IN 2008-2015

Oleh:

NINDITA MURTIANI 20120430212

FAKULTAS EKONOMI

▸ Baca selengkapnya: nilai jumlah kuadrat selisih variabel independen x terhadap rata-ratanya dan variabel y terhadap rata-ratanya adalah

(2)

i

PENGARUH JUMLAH WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL, DAN RATA-RATA LAMA MENGINAP TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BANJARNEGARA

TAHUN 2008-2015

THE EFFECT OF NUMBER OF TOURISTS, LEVEL OF HOTEL OCCUPANCY, AND AVERAGE LENGHT OF STAY TOWARDS LOCALLY-GENERATED INCOME FROM TOURISM SECTOR IN

BANJARNEGARA REGENCY IN 2008-2015

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ekonomi Program Studi Ilmu Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh:

NINDITA MURTIANI 20120430212

FAKULTAS EKONOMI

(3)
(4)
(5)

iv Nama : Nindita Murtiani Nomor Mahasiswa : 20120430212

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “PENGARUH JUMLAH WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL DAN RATA-RATA LAMA MENGINAP TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BANJARNEGARA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 02 April 2016

(6)

v MOTTO

 Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan

boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu tidak baik bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui (Qs.AL Baqarah : 216)  Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah penakut dan

bimbang. Teman yang paling setia hanyalah keberanian dan keyakinan yang teguh.(Andrew Jackson)

 Aku Belajar, Aku Berusaha, Aku Berdo’a, dan Aku Bersabar hingga Aku

Berhasil

 Jangan tunda sampai besok apa yang bisa engkau kerjakan hari ini  Saya percaya proses tidak akan membohongi hasil

 Ku olah Kata, Ku olah Data, Kuikat dalam alinea, Kurangkai dalam bab,

(7)

vi

1. Kedua Orang tuaku Bapak Pujo Sartono Hendro Wibowo dan Ibu Titi Marsitah yang selalu mencurahkan kasih sayangnya, selalu memotivasi, memberi semangat, do’a, dukungan moril, materil dan spirituil.

2. Adiku tercinta Elisa Dwi Yulianti dan keluarga besarku yang selalu memberi motivasi, semangat dan do’a.

(8)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel dan rata-rata lama menginap terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder yang berupa data time series yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara dan Sumber-sumber lain yang mendukung dalam penelitian ini.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel dan rata-rata lama menginap berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, variabel jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara, sedangkan variabel rata-rata lama menginap berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara, dengan taraf signifikansi 5% dan dari uji ekonometrika dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan asumsi klasik, seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas, maupun autokorelasi.

(9)

viii

aseondary data – time series – which is obtained from Central Bureau of Statistics of Banjarnegara Regency, Government Office of Tourism and Culture of Banjarnegara Regency and other supporting sources used in this research.

The hypothesis of this research is number of tourists, level of hotel occupancy and average length of stay have significant and positive effect towards the locally-generated income from tourism sector of Banjarnegara Regency.

Based on the analysis of double linear regression, number of tourists and level of hotel occupancy have positive and significant effect towards locally-generated income from tourism sector in Banjarnegara Regency, while average length of stay has negative and significant rate of 5% and from econometric test it can be concluded that there is no classical assumption disorder ssuh as multicollinearity, heteroscedasticity, and autocorrelation.

(10)

ix

KATA PENGANTAR Asalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Segala puji dan syukur bagi Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia dan rahmat dalam penulisan skripsi yang berjudul “PENGARUH JUMLAH WISATAWAN, TINGKAT HUNIAN HOTEL, DAN

RATA-RATA LAMA MENGINAP TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH SEKTOR PARIWISATA DI KABUPATEN BANJARNEGARA”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar Sarjana strata-1 program studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil judul ini dengan harapan dapat memberikan masukan maupun ide bagi penelitian selanjutnya.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini tidak akan berjalan lancar tanpa bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah membantu proses penyelesaian penelitian ini, khususnya kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan kemudahan dan kesehatan dalam penulisan skripsi ini.

(11)

x

Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Semoga ilmu, arahan dan pengalaman yang telah diberikan bermanfaat bagi penulis.

6. Seluruh staf Tata Usaha (TU) Program Studi Ilmu Ekonomi, dan seluruh staf perpustakaan atas segalah bantuan dan pelayanan yang baik selama ini.

7. Kedua orang tuaku Bapak Pujo Sartono Hendro Wibowo dan Ibu Titi Marsitah, Adikku Elisa Dwi Yulianti, yang senantiasa memberikan doa, motivasi, semangat, perhatian. terimakasih kepada kedua orang tuaku atas kasih sayang, cinta dan pengorbananmu selama ini sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini.

8. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Banjarnegara dan Badan Pusat Statistik Kab Banjarnegara serta semua pihak yang telah membantu, memberi dukungan dan kemudahan dalam proses pencarian data.

9. Special thanks untukmu (mase) yang selalu mengingatkan dan memberikan support untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

(12)

xi

11. Untuk teman-teman seperjuangan IE angkatan 2012 khususnya kelas E 12. Teman sekaligus keluarga baru diyogya dari semester satu sampai

sekarang Poppy, Mega, Dila, Iza, Ardhi, Adi, Bro Fadhil.

13. Teman skripsiku Ervien, Fadzil, Dian yang selalu membantuku dan memberikan semangat untuk menyelesaikan skripsi ini.

14. Untuk teman-teman KKN 108 Desa Karangrejo, Purworejo Jawa Tengah yang telah memberikan banyak pengalaman khususnya dalam hidup bermayarakat.

15. Anak-anak kost “kost tanpa nama” Indry, mayang, asa, janat, yang selalu menyemangatiku untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

16. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses penyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.

Akhir kata terima kasih yang tidak terhingga atas bantuan semua pihak, baik moril maupun materi dan semoga Allah membalas semuanya Amin Ya Allah.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta 02 April 2016

(13)

xii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah ... 6

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Landasan Teori ... 9

1. Pendapatan Asli Daerah ... 9

2. Definisi Pariwisata.. ... 14

3. Jenis Pariwisata.. ... 16

4. Pendapatan Pariwisata.. ... 17

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi PAD sektor pariwisata ... 19

a) Jumlah Wisatawan ... 19

b) Tingkat Hunian Hotel ... 22

c) Rata-rata Lama Menginap ... 24

6. Dampak Pariwisata... 24

(14)

xiii

C. Kerangka Teoritis ... 32

D. Hipotesis ... 33

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 34

A. Objek/Subyek Penelitian ... 34

B. Jenis Data dan Sumber Data ... 34

C. Teknik Pengumpulan Data ... 34

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 35

E. Metode Analisis Data ... 36

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 37

1. Uji Asumsi Klasik ... 37

a. Uji Normalitas ... 38

b. Uji Multikolinearitas ... 38

c. Uji Hetoroskedastisitas ... 39

d. Uji Autokorelasi... 40

2. Uji Hipotesis ... 40

a. Uji F-Statistik (Uji Simultan) ... 40

b. Uji t-Statistik (Uji Parsial) ... 42

c. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 43

BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN ... 44

A. Deskripsi Obyek Penelitian ... 44

1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Banjarnegara ... 44

2. Luas Penggunaan Lahan ... 45

3. Topografi ... 46

4. Keadaan Iklim ... 48

5. Jenis Tanah ... 48

6. Kondisi Hidrogeologi ... 49

7. Penduduk ... 50

B. Gambaran Umum Variabel Operasional ... 51

1. PAD Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara ... 52

2. Perkembangan Jumlah Wisatawan ... 53

(15)

xiv

2. Uji Multikolinieritas ... 60

3. Uji Heteroskedastisitas ... 60

4. Uji Autokorelasi ... 62

B. Analisis Regresi Berganda ... 62

C. Pengujian Hipotesis ... 64

1. Uji t-Statistik ... 64

2. Pengujian Hipotesis dengan Uji F ... 66

3. Analisis Koefisien Determinasi(R2) ... 68

4. Persamaan Regresi ... 69

D. Pembahasan (Interpretasi) ... 69

BAB VI SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN PENELITIAN ... 74

A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 76

C. Keterbatasan Penelitian ... 77 DAFTAR PUSTAKA

(16)

xv

DAFTAR TABEL

1.1 Jumlah Wisatawan yang Berkunjungan ke Obyek Wisata di Kabupaten

Banjarnegara Tahun 2008-2005 ... 4

1.2 Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008-2015 ... 5

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 29

4.1 Kedudukan Ibukota Kecamatan, Jumlah Desa, Kelurahan dan Dusun Dirinci Menurut Kecamatan di Kab. Banjarnegara... 45

4.4 Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008-2015 ... 53

4.5 Jumlah Wisatawan yang Berkunjung di Kab. Banjarnegara Tahun 2008-2015 ... 54

4.6 Tingkat Penghunian Kamar Berbintang dan Melati di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008-2015 ... 56

4.7 Rata-rata Lama Menginap di Kabupaten Banjarnegara ... 57

5.1 Hasil Uji Multikolinearitas ... 60

5.2 Hasil Uji Heteroskedastisitas (White) ... 61

5.3 Hasil Uji Heteroskedastisitas (Harvey) ... 61

5.4 Hasil Uji Autokorelasi... 62

5.5 Hasil Estimasi Output ... 63

5.6 Hasil Estimasi Uji t ... 65

(17)
(18)

vii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel dan rata-rata lama menginap terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder yang berupa data time series yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara dan Sumber-sumber lain yang mendukung dalam penelitian ini.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel dan rata-rata lama menginap berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara.

Berdasarkan hasil analisis regresi linear berganda, variabel jumlah wisatawan dan tingkat hunian hotel berpengaruh positif signifikan terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara, sedangkan variabel rata-rata lama menginap berpengaruh negatif signifikan terhadap pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara, dengan taraf signifikansi 5% dan dari uji ekonometrika dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gangguan asumsi klasik, seperti multikolinearitas, heteroskedastisitas, maupun autokorelasi.

(19)

viii ABSTRACT

This research aims at investigating the effect of number tourists, level of hotel occupancy, and average of stay towards localy-generated income from tourism sector in Banjarnegara Regency. The data used in this research is aseondary data – time series – which is obtained from Central Bureau of Statistics of Banjarnegara Regency, Government Office of Tourism and Culture of Banjarnegara Regency and other supporting sources used in this research.

The hypothesis of this research is number of tourists, level of hotel occupancy and average length of stay have significant and positive effect towards the locally-generated income from tourism sector of Banjarnegara Regency.

Based on the analysis of double linear regression, number of tourists and level of hotel occupancy have positive and significant effect towards locally-generated income from tourism sector in Banjarnegara Regency, while average length of stay has negative and significant rate of 5% and from econometric test it can be concluded that there is no classical assumption disorder ssuh as multicollinearity, heteroscedasticity, and autocorrelation.

(20)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan yang dapat menyumbangkan pemasukan bagi suatu Negara atau daerah tempat wisata itu berada. Pemberlakuan UU No. 32 tahun 2004 tentang pemerintah daerah, dan Undang-Undang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula sentralistik mulai bergeser ke arah desentralisasi. Hal ini secara riil merupakan langkah awal yang sangat strategis bagi daerah (kabupaten dan kota) untuk dapat menggali, mengembangkan, dan mengelola serta memanfaatkan aset-aset maupun potensi sumber daya yang dimiliki serta memperdayakannya bagi pembangunan perekonomian daerah setempat.

(21)

yang dinamis untuk mendukung peningkatan pendapatan daerah dari masing-masing potensi daerah yang dimiliki (Riska Arlin, 2013).

Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan penting yang memiliki efek pengganda yang dapat menimbulkan tumbuhnya kegiatan usaha baru yang saling terkait seperti usaha makanan, art shop, ataupun travel agent yang bisa menambah pendapatan pemerintah di masing-masing daerah tujuan wisata (Riska Arlin 2013).

(22)

3

pariwisata. Disamping itu, sektor pariwisata juga dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar obyek wisata sehingga terjadi multiplier

effect dari kegiatan berwisata dan menumbuhkan kegiatan usaha ekonomi yang

saling terkait sehingga dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

Menurut Salah Wahab (Salah,2003) dalam bukunya “Tourism

Management” pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Aspek ekonomi pariwisata berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha perhotelan, tansportasi, telekomunikasi, bisnis eceran, dan penyelenggaraan paket pariwisata (Gamal 1997)

(23)

Candi Dwarawati, dan obyek wisata lainnya seperti Museum Purbakala, Kawah Sikidang, Kawah Sileri, Kawah Candra Dimuka, Sumur Jalatunda, Telaga Merdada, Selain dieng ada juga Obyek Wisata alam yaitu Arung Jeram Sungai Serayu, Curug Pitu dan Curug Sikopel. Obyek Wisata Buatan seperti Taman Rekreasi Marga Satwa Serulingmas, Taman Rekreasi Anglir Mendun, dan Bendungan Panglima Besar Jenderal Soedirman (Waduk Mrica).

Berikut adalah tabel Jumlah wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata di Kabupaten Banjarnegara dalam lima tahun terakhir.

Tabel 1.1

Jumlah Wisatawan yang Berkunjung ke Obyek Wisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2015

Tahun Wisman Wisnus Jumlah

2011 5.175 456.116 461,291

2012 7.545 466.157 473,702

2013 7.558 467.754 475,312

2014 7.485 526.907 534,392

2015 7.875 636.413 644,288

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Banjarnegara

(24)

5

ke Kabupaten Banjarnegara mengalami penurunan dari 7.558 pada tahun 2013 menjadi 7.485 pada tahun 2015.

Sektor pariwisata memiliki peranan penting bagi pendapatan daerah dalam meningkatkan pembangunan daerah. Dilihat dari segi ekonomi, sektor pariwisata dapat menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat di sekitar obyek wisata. Dari sekian banyak wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Banjarnegara, secara otomatis akan mempengaruhi penerimaan daerah dari sektor pariwisata, apabila jumlah wisatawan yang berkunjung setiap tahunnnya mengalami peningkatan maka jumlah Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata ikut meningkat, berikut adalah tabel Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten Banjarnegara.

Tabel 1.2

Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2011-2015

No Tahun PAD Sektor Pariwisata Pertumbuhan

1 2011 2.669.394.383 -

2 2012 3.467.307.200 29,89

3 2013 3.438.828.000 -8,21

4 2014 4.638.533.000 34,88

5 2015 5.779.682.000 24,60

Sumber: Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kab Banjarnegara

(25)

Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata tertinggi pada tahun 2014 sebesar 34,88 % dan persentase terendah pada tahun 2013 yaitu sebesar -8,21 %.

Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas utama dalam rangka meningkatkan perekonomian daerah serta membantu dalam percepatan pembangunan di daerah. Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dilihat bahwa terdapat keterkaitan antara Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Rata-rata Lama Menginap terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata, oleh karena itu penulis tertarik untuk mengambil judul “Pengaruh Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel, dan Rata-rata Lama Menginap Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008-2015”

B. Batasan Masalah

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Priwisata dalam penelitian ini adalah Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Rata-rata Lama Menginap di Kabupaten Banjarnegara.

C. Rumusan Masalah

1. Apakah jumlah Wisatawan berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata?

(26)

7

3. Apakah Rata-rata Lama Wisatawan berpengaruh Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian dalam pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Pengaruh Jumlah Wisatawan Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

2. Untuk mengetahui pengaruh Tingkat Hunian Hotel Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

3. Untuk mengetahui Rata-rata Lama Menginap Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

E. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat berguna terhadap

berbagai pihak. Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Praktis

(27)

2. Manfaat Teoritis

a. Memberikan wawasan dan pengetahuan mengenai Pengaruh Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Rata-rata Lama Menginap Terhadap Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Kab. Banjarnegara.

b. Sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

(28)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Pendapatan Asli Daerah

Pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari sumber - sumber pendapatan daerah dan dikelola sendiri oleh pemerintahan daerah. Pendapatan daerah juga merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah daerah dan digali dari potensi pendapatan yang ada di daerah. Dengan kata lain pendapatan asli daerah merupakan pendapatan yang diterima oleh pemerintah daerah atas segala sumber-sumber atau potensi yang ada pada daerah yang harus diolah oleh pemerintah daerah didalam memperoleh pendapatan daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pendapatan asli daerah selanjutnya disebut PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain – lain pendapatan asli daerah yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dan pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. (Alwi, Husein, 2014).

Menurut Mardiasmo (2002:132), “ pendapatan asli daerah adalah

(29)

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, hasil perusahaan milik daerah, dan lain-lain pendapatan yang sah”.

Menurut Warsito (2001:128) Pendapatan Asli Daerah“Pendapatan asli daerah (PAD) adalah pendapatan yang bersumber dan dipungut sendiri oleh pemerintah daerah. Sumber PAD terdiri dari: pajak daerah, restribusi daerah, laba dari badan usaha milik daerah (BUMD), dan pendapatan asli daerah lainnya yang sah”.

Pendapatan asli daerah menurut UU No.33 Tahun 2004 pasal 6 ayat 1 dan 2 menyatakan bahwa:

1. PAD bersumber dari: a. Pajak daerah

(30)

11

untuk membiayai penyelenggaraan pemerintah daerah dan pembangunan daerah. Adapun macam-macam pajak daerah menurut UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah terdiri dari:

1) Pajak hotel, yaitu pajak atas pelayanan hotel. 2) Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan restoran. 3) Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. 4) Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga

listrik, dengan ketentuan bahwa diwilayah tersebut tersedia penerangan jalan yang rekeningnya dibayar oleh pemerintah daerah.

5) Pajak Pengambilan Bahan Galian Golongan c, yaitu pajak atas pengambilan bahan galian golongan c sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku.

6) Pajak Parkir, yaitu pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan oleh orang pribadi atau badan baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bermotor yang memungut bayaran.

7) Pajak Air Tanah

(31)

9) Pajak Bumi dan Perdesaan dan Perkotaan 10) Pajak Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan b. Retribusi daerah

Retribusi daerah dapat didefinisikan sebagai pungutan terhadap orang atau badan kepada pemerintah daerah dengan kosekuensi pemerintah daerah memberikan jasa pelayanan atau perijinan tertentu yang langsung dapat dirasakan oleh pembayar retribusi. Dalam UU Nomor 34 Tahun 2000, Pasal 1 ayat 26 menyebutkan bahwa Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Devas et.al (1980:91) mengatakan, retribusi merupakan sumber pendapatan yang sangat penting, hasil retribusi hampir mencapai setengah dari seluruh pendapatan daerah.

Menurut Munawir (1997) Retribusi merupakan iuran kepada pemerintah yang dapat dipaksakan dan jasa balik secara langsung dapat ditunjuk. Paksaan disini bersifat ekonomis karena siapa saja yang tidak merasakan jasa balik dari pemerintah tidak akan dikenakan iuran itu.

(32)

13

disediakan dan/atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Lebih lanjut Ciri – ciri pokok retribusi daerah sebagai berikut :

1) Retribusi dipungut daerah.

2) Dalam pungutan retribusi terdapat prestasi yang diberikan daerah yang langsung dapat ditunjuk.

3) Retribusi dikenakan kepada siapa saja yang memanfaatkan atau menggunakan jasa yang disediakan daerah.

Retribusi daerah memiliki Sifat – sifat sebagai berikut :

1) Adanya timbal balik atau imbalan secara langsung kepada pembayar. Imbalan dari retribusi yang dibayarkan dapat langsung dinikmati oleh pembayar, yaitu berupa pelayanan dari pemda yang memungut retribusi.

2) Retribusi dapat dipaksakan. Retribusi dapat dipaksakan bersifat ekonomis, artinya masyarakat yang ingin mendapatkan pelayanan atau prestasi dari pemerintah, maka wajib membayar retribusi.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan

(33)

menciptakan lapangan pekerjaan atau mendorong perekonomian daerah dan merupakan cara yang efisien dalam melanyani masyarakat dan untuk menghasilkan penerimaan daerah. Dalam Undang-Undang No 33 Tahun 2004 jenis pendapatan ini dirinci menurut objek pendapatan yang mencakup:

 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

daerah/BUMD.

 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

negara/BUMN.

 Bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik

swasta atau kelompok usaha masyarakat. d. Lain – lain pendapatan asli daerah yang sah 2. Definisi Pariwisata

Pada hakekatnya berpariwisata adalah suatu proses perginya seseorang menuju tempat lain diluar tempat tinggalnya. Pariwisata berasal dari bahasa Sangsakerta, terdiri dari dua suku kata, yaitu “pari” dan “wisata”. Pari berarti banyak, berkali - kali atau berputar – putar, sedangkan wisata berarti perjalanan, bepergian yang dalam hal ini sinonim dengan kata “travel” dalam

bahasa inggris (Yoeti,1996:112).

(34)

15

perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek dan daya tarik wisata. Definisi yang luas, pariwisata adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara dilakukan perorangan maupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.

Menurut Salah Wahab (Salah,2003) dalam bukunya “Tourism Management” pariwisata adalah salah satu jenis industri baru yang mampu

menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam penyediaan lapangan kerja, standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktivitas lainnya. Aspek ekonomi pariwisata berhubungan dengan kegiatan ekonomi yang langsung berkaitan dengan kegiatan pariwisata, seperti usaha perhotelan, tansportasi, telekomunikasi, bisnis eceran, dan penyelenggaraan paket pariwisata (Gamal 1997).

Dalam pengertian kepariwisataan terdapat beberapa faktor penting yang mau tidak mau harus ada dalam batasan suatu defenisi pariwisata. Faktor-faktor yang dimaksud menurut Yoeti, (1995 : 109) antara lain:

a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu.

(35)

c. Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya, harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi.

d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjunginya dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.

3. Jenis Pariwisata

Beberapa jenis pariwisata yang sudah dikenal, antara lain (dalam Pendit, 1994 : 41):

a. Wisata Budaya, yaitu perjalanan yang dilakukan atas dasar keinginan untuk memperluas pandangan hidup seseorang dengan jalan mengadakan kunjungan ke tempat lain atau ke luar negeri, mempelajari keadaan rakyat, kebiasaan dan adat istiadat mereka, cara hidup mereka, kebudayaan dan seni mereka.

b. Wisata Kesehatan, yaitu perjalanan seseorang wisatawan dengan tujuan untuk menukar keadaan dan lingkungan tempat sehari-hari di mana ia tinggal demi kepentingan beristirahat baginya dalam arti jasmani dan rohani.

(36)

17

d. Wisata Komersial, yaitu termasuk perjalanan untuk mengunjungi pameran-pameran dan pekan raya yang bersifat komersial, seperti pameran industri, pameran dagang dan sebagainya.

e. Wisata Industri, yaitu perjalanan yang dilakukan oleh rombongan pelajar atau mahasiswa, atau orang=orang awam ke suatu kompleks atau daerah perindsutrian, dengan maksud dan tujuan untuk mengadakan peninjauan atau penelitian.

f. Wisata Maritim atau Bahari, yaitu wisata yang banyak dikaitkan dengan olahraga air, seperti danau pantai atau laut.

g. Wisata Cagar Alam, yaitu jenis wisata yang biasanya banyak diselenggarakan oleh agen atau biro perjalanan yang mengkhususkan usaha-usaha dengan jalan mengatur wisata ke tempat atau daerah cagar alam, taman lindung, hutan daerah pegunungan dan sebagainya yang kelestariannya dilindungi oleh undang-undang. h. Wisata Bulan Madu, yaitu suatu penyelenggaraan perjalanan bagi

pasangan-pasangan merpati, pengantin baru, yang sedang berbulan madu dengan fasilitas-fasilitas khusus dan tersendiri demi kenikmatan perjalanan.

4. Pendapatan Pariwisata

(37)

terdiri dari pungutan pajak daerah seperti pajak hotel, pajak restoran dan pajak hiburan serta retribusi tempat rekreasi dan olahraga.

Menurut Peta Aksesbilitas dan Profil Kepariwisataan JawaTengah (2007) yang diterbitkan oleh Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Tengah, yang termasuk dalam pendapatan pariwisata adalah pendapatan yang diperoleh melalui:

a. Pajak hotel

Pungutan wajib yang di bebankan kepada tiap-tiap hotel yang telah memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai wajib pajak.

b. Pajak restoran

Pungutan wajib pajak yang dibebenkan kepada setiap restoran yang telah memenuhi syarat untuk dikenakan pajak.

c. Pajak hiburan

Pungutan wajib yang dibebankan kepada tiap-tiap tempat hiburan yang telah memenuhi syarat untuk dikenakan pajak.

d. Retribusi kios

Pungutan daerah yang dikenakan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin menepati kios disuatu tempat tertentu.

e. Retribusi kamar kecil

(38)

19

f. Retribusi iklan

Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa penggunaan fasilitas umum untuk kepentingan berpromosi atas suatu produk tertentu.

g. Karcis masuk obyek wisata

Pungutan yang dikenakan kepada pengunjung yang masuk ke dalam suatu obyek wisata tertentu.

h. Retribusi parkir obyek wisata

i. Pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa penggunaan fasilitas umum untuk memarkir kendaraan.

j. Pajak pembangunan 1

Pungutan wajib yang diberikan keada tiap-tiap hotel dan restoran yang telah memenuhi syarat untuk ditetapkan sebagai wajib pajak.

k. Penerimaan dari dinas pariwisata setempat

Penerimaan daerah yang didapat dari dinas pariwisata.

5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penerimaan Daerah dari Sektor Pariwisata

a) Jumlah Wisatawan

Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata. Jadi menurut pengertian tersebut, semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan “wisatawan”. Apapun tujuannya yang penting

(39)

Spillane (1987:27) membagi kategori wisatawan menjadi wisatawan dan pelancong. Wisatawan adalah pengunjung sementara yang tinggal sekurang – kurangnya 24 jam sedangkan pelancong adalah pengunjung yang tinggal kurang dari 24 jam.

Wisatawan dapat dibedakan lagi menjadi:

1) Wisatawan Internasional (Mancanegara) adalah orang yang melakukan perjalanan wisata diluar negerinya dan wisatawan didalam negerinya.

2) Wisatawan Nasional (Domestic) adalah penduduk Indonesia yang melakukan perjalanan di wilayah Indonesia diluar tempatnya berdomisili, dalam jangka waktu sekurang-kurangya 24 jam atau menginap kecuali kegiatan yang mendatangkan nafkah ditempat yang dikunjungi.

Defenisi wisatawan menurut Norval (dalam Yoeti, 1995 : 112) adalah setiap orang yang datang dari suatu negara yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja di situ secara teratur, dan yang di negara dimana ia tinggal untuk sementara itu membelanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat.

(40)

21

Salah satu defenisi yang telah diterima oleh banyak negara ialah defenisi United Nations Convention Concerning Custom Facilities for Touring (dalam Soekadijo, 2000 : 16). Menurut defenisi itu yang disebut wisatawan adalah setiap orang yang datang di sebuah negara karena alasan yang sah, kecuali untuk berimigrasi, dan yang tinggal sedikit-dikitnya selama 24 jam dan selama-lamanya 6 bulan dalam tahun yang sama.

Menurut Cohen (1984) dalam Pitana dan Diarta (2009) suatu destinasi wisata yang dikunjungi wisatawan dapat dipandang sebagai konsumen sementara. Jika wisatawan yang berkunjung ke destinasi tersebut sangat banyak, maka pengeluaran uang untuk membeli berbagai keperluan selama liburannya akan berdampak pada kehdupan ekonomi daerah tersebut, baik langsung maupun tidak langsung. Dampak tersebut antara lain :

a. Dampak terhadap penerimaan devisa negara. b. Dampak terhadap pendapatan masyarakat. c. Dampak terhadap kesempatan kerja. d. Dampak terhadap harga-harga.

(41)

Secara teoritis, semakin banyak jumlah wisatawan dan semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut.Berbagai macam kebutuhan wisatawan selama perjalanan wisatanya akan menimbulkan gejala konsumtif untuk produk-produk yang ada di daerah tujuan wisata tersebut (Ida Austriana, 2005). Dengan adanya kegiatan konsumtif baik dari wisatawan mancanegara maupun domestik, maka akan memperbesar pendapatan yang diterima oleh pemilik usaha diindustri pariwisata dari pembayaran atas pelayanan yang diterima oleh wisatawan yang nantinya akan meningkatkan jumlah penerimaan pajak dan retribusi bagi pemerintah daerah tujuan wisata setempat yang notabene merupakan komponen dari PAD industri pariwisata. Misalnya, pajak atas pelayanan hotel, restoran, hiburan ataupun retribusi diindustri pariwisata.Oleh karena itu, semakin tingginya arus kunjungan wisatawan ke Kabupaten Banjarnegara, maka akan meningkatkan Pendapatan Asli Derah Sektor Pariwisata.

b) Tingkat Hunian Hotel

(42)

23

devisa negara dan lapangan pekerjaan, yang nantinya akan berpengaruh pada sektor lain yang terkait seperti industri/kerajinan rumah tangga, angkutan, komunikasi, pemandu wisata, dan biro perjalanan wisata.

Hotel sendiri secara umum dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk bangunan, lambang, perusahaan atau badan usaha akomodasi yang menyediakan pelayanan jasa penginapan, penyedia makanan dan minuman, serta fasilitas jasa lainnya di mana semua pelayanan tersebut diperuntukkan bagi masyarakat umum, baik mereka yang bermalam di hotel tersebut ataupun mereka yang hanya menggunakan fasilitas tertentu yang dimiliki hotel.

Menurut Sulastiyono (2011:5), hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus.

(43)

nyaman untuk disinggahi. Sehingga mereka akan merasa lebih aman, nyaman dan betah untuk tinggal lebih lama di daerah tujuan wisata. Oleh karena itu industri pariwisata terutama kegiatan yang berkaitan dengan penginapan yaitu hotel, baik berbintang maupun melati akan memperoleh pendapatan yang semakin banyak apabila para wisatawan tersebut semakin lama mengeinap (Badrudin, 2001). Sehingga dapat memberikan keuntungan yang pada akhirnya akan meningkatkan penerimaan daerah melalui pajak hotel.

c) Rata-Rata Lama Menginap

Faktor-faktor lama tinggal merupakan salah satu faktor yang menentukan besar atau kecilnya penerimaan yang diterima. Secara teoritis, semakin lama seoarng wisatawan tinggal disuatu Daerah Tujuan Wisata (DWT), semakin banyak uang yang dibelanjakan di daerah tersebut. Paling sedikit untuk keperluan makan dan minum serta akomodasi hotel selama tinggal disana. Rata-rata Lama Tamu Menginap adalah banyaknya malam tempat tidur yang dihuni/dipakai

(bed night used/guest night) dibagi dengan banyaknya tamu yang

datang (guest of arrifed) (Qorina Novitri dan M. Syafri, 2014). 6. Dampak Pariwisata

(44)

25

masyarakat lokal, antara lain: pariwisata memungkinkan adanya kontak antara orang-orang dari bagian-bagian dunia yang paling jauh, dengan berbagai bahasa, ras, kepercayaan, paham, politik, dan tingkat perekonomian. Pariwisata dapat memberikan tempat bagi pengenalan kebudayaan, menciptakan kesempatan kerja sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Sarana-sarana pariwisata seperti hotel dan perusahaan perjalanan merupakan usaha-usaha yang padat karya, yang membutuhkan jauh lebih banyak tenaga kerja dibandingkan dengan usaha lain. Manfaat yang lain adalah pariwisata menyumbang kepada neraca pembayaran, karena wisatawan membelanjakan uang yang diterima di negara yang dikunjunginya. Maka dengan sendirinya penerimaan dari wisatawan mancanegara itu merupakan faktor yang penting agar neraca pembayaran menguntungkan yaitu pemasukan lebih besar dari pengeluaran.

(45)

B. Hasil Penelitian Terdahulu

1. Nasrul Qadarrochman (2010) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata Di Kota Semarang Dan

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya”. Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan Dari keempat variabel yang dianalisis yaitu variabel jumlah obyek wisata, variabel jumlah wisatawan dan variabel tingkat hunian hotel dinyatakan signifikan semua, sedangkan variabel pendapatan perkapita dinyatakan tidak signifikan. Hasil output regresi dari F-statistik menyimpulkan bahwa keempat variabel independen yaitu jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel dan pendapatan perkapita secara bersama–sama berpengaruh terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata di Kota Semarang diterima. Sedangkan menurut hasil output regresi dari t-statistik menyimpulkan bahwa variabel yang paling mempengaruhi terhadap penerimaan daerah sektor pariwisata adalah variabel jumlah obyek wisata dengan t hitung sebesar 4,407 dan probabilitas signifikansi sebesar 0,001 Nilai koefisien determinasi R-Square (R²) sebesar 0.85 yang berarti 85 persen penerimaan daerah sektor pariwisata di Kota Semarang secara bersama – sama dapat dijelaskan oleh variasi dari keempat variabel independen jumlah obyek wisata, jumlah wisatawan, tingkat hunian hotel dan pendapatan perkapita.

(46)

27

Retribusi Obyek Pariwisata 35 Kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun

2006-2010”. Hasil penelitian adalah secara keseluruhan variabel obyek wisata,

jumlah wisatawan dan pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi obyek pariwisata 35 Kabupaten/kota di Jawa tengah.

3. Lia Ardiani Windriyaningrum (2013) melakukan penelitian yang berjudul

“Pengaruh Tingkat Hunian Hotel, Jumlah Wisatawan, Dan Jumlah Obyek

Wisata Terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata Di Kabupaten Kudus”. Hasil

dari penelitian ini adalah Perkembangan tingkat hunian hotel selama tahun pengamatan menunjukkan adanya tren yang semakin meningkat dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 7,1%, sedangkan jumlah wisatawan menunjukkan tren yang positif dengan rata-rata pertumbuhan jumlah wisatawan sebesar 12,3%, jumlah obyek wisata menunjukkan adanya peningkatan namun membutuhkan waktu lebih dari satu tahun untuk menambah jumlah obyek wisata yang ada.Peningkatanjumlah obyek wisata rata-rata sebesar 10,3%, demikian juga pendapatan daerah sektor pariwisata menunjukkan peningktan dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 28,8% selama tahun pengamatan.

4. Riska Arlin (2013) dalam pemneletiannya yang berjudul “Analisis Penerimaan Derah dari Industri Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Hasil regresi menunjukan variabel

(47)

signifikan terhadap penerimaan daerah dari industri pariwisata di provinsi DKI, sedangkan variabel investasi dibidang pariwisata dan faktor keamanan tidak berpengaruh signifikan.

5. Betania Pramesti (2014) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata, Pendapatan Perkapita,

dan Investasi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Di DIY”. Penelitian ini

menggunakan data sekunder dari Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata, Pendapatan Perkapita, dan Investasi yang diperoleh dari data Badan Pusat Statistik dan Dinas Pariwisata Daerah Istimewa Yogyakarta. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu semua variabel independen (Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata, Pendapatan Perkapita, dan Investasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah).

6. Qorina Novitri dan M.syafri (2014) dalam penelitiannya yang berjudul

Determinasi Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata Di

Kab/KotaProvinsi Jambi”. Berdasarkan hasil dari penelitian ini menunjukan

(48)
[image:48.612.143.531.113.700.2]

29

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No Penulis dan Judul Variabel Jenis

Analisis

Hasil Penelitian 1 Nasrul

Qadarrochman, 2010

Analisis Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata

Di Kota

Semarang Dan Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhiny a

Variabel Dependen: Penerimaan Daerah Sektor Pariwisata Variabel Independen: Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel dan Pendapatan Perkapita

Analisis Regresi linier berganda

Dari keempat variabel yang dianalisis yaitu variabel jumlah obyek wisata, variabel jumlah wisatawan dan variabel tingkat hunian hotel dinyatakan signifikan semua, sedangkan variabel pendapatan perkapita dinyatakan tidak signifikan. 2 Ferry Pleanggra,

2012

Pengaruh Jumlah Obyek Wisata, Jumlah

Wisatawan, dan Pendapatan Perkapita terhadap Pendapatan Retribusi Obyek Pariwisata 35 Kabupaten/kota di Jawa Tengah tahun 2006-2010

Variabel Dependen: Pendapatan Retribusi Obyek Wisata

Variabel Independen: Jumlah Obyek Wisata, Jumlah Wisatawan, dan Pendapatan Perkapita Analisis Regresi linear berganda Secara keseluruhan variabel obyek wisata, jumlah wisatawan dan pendapatan perkapita berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan retribusi obyek pariwisata 35 Kabupaten/kot a di Jawa tengah.

3 Lia Ardiani Windriyaningrum

Variabel Dependen: Pendapatan Sektor

Analisi Regresi

(49)

, 2013

Pengaruh Tingkat Hunian Hotel, Jumlah

Wisatawan, Dan Jumlah Obyek Wisata Terhadap Pendapatan Sektor Pariwisata Di Kabupaten Kudus Tahun 1981-2011

Pariwisata

Variabel Independen: Tingkat Hunian Hotel, Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata

Linear berganda

bersama-sama menunjukkan bahwa variabel independen tingkat hunian hotel, jumlah wisatawan dan jumlah obyek wisata secara simultan

berpengaruh terhadap pendapatan sektor

pariwisata di Kabupaten Kudus. 4 Riska Arlin, 2013

Analisis Penerimaan Derah dari Industri

Pariwisata di Provinsi DKI Jakarta dan Faktor-Faktor yang

Mempengaruhiny a

Variabel Dependen: Penerimaan Daerah dari industri Pariwisatai

Variabel Independen: Jumlah Wisnus dan Wisman, Investasi, Nilai Kurs, dan Faktor Keamanan Analisi Regresi Linear Bergand a

Hasil regresi menunjukan variabeljumlah wisatawan nusantara dan mancanegara serta kurs berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah dari industry

pariwisata di provinsi DKI, sedangkan variabel

investasi dan faktor

keamanan tidak

berpengaruh signifikan. 5 Betania Pramesti,

2014

Variabel Dependen: Pendapatan Asli

Analisis Regresi

Dalam

(50)

31

Analisis

Pengaruh Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata,

Pendapatan Perkapita, dan Investasi

Terhadap

Pendapatan Asli Daerah Di DIY

Daerah

Variabel Independen: Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata, Pendapatan Perkapita dan Investasi

Data Panel

semua variabel independen (Jumlah Wisatawan, Jumlah Obyek Wisata,

Pendapatan Perkapita, dan Investasi) berpengaruh positif dan signifikan terhadap variabel dependen (pendapatan asli daerah) di DIY.

6 Qorina Novitri dan M.syafri, 2014

Determinasi Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata Di

Kab/KotaProvinsi Jambi

Variabel Dependen: Penerimaan Daerah Dari Sektor Pariwisata

Variabel Independen: PDRB sektor pariwisata atas dasar harga konstan, restoran dan rumah makan, dan rata-rata lama menginap

Analisis Regresi Pooling Data atau Data Panel Berdasarkna nilai probabilitas variabel PDRB sektor

pariwisata atas dasar harga konstan,

restoran dan rumah makan, rata-rata lama menginap berpengaruh terhadap penerimaan daerah dari sektor

(51)

tidak

berpengaruh signifikan terhadap penerimaan daerah dari sektor

pariwisata.

C. Kerangka Pemikiran Teoritis

[image:51.612.148.527.498.683.2]

Berdasarkan dari latar belakang yang telah diuraikan tersebut diatas, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel, dan Rata-rata Lama Menginap terhadap Penerimaan Asli Daerah Sektor Pariwisata Kabupaten banjarnegara. Sehingga diharapkan dapat membantu dalam mengambil solusi maupun kebijakan untuk meningkatkan penerimaan daerah dari sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara pada masa yang akan datang. Gambar kerangka pemikiran dari penelitian ini sebagai berikut :

Gambar 2.1

Gambar Kerangka Pemikiran Jumlah Wisatawan

Tingkat Hunian Hotel

Rata-Rata Lama Menginap

(52)

33

D. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Diduga Variabel Jumlah Wisatawan memiliki hubungan positif dan pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Priwisata Kabupaten Banjarnegara.

2. Diduga Variabel Tingkat Hunian Hotel memiliki hubungan positif dan pengaruh signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor PriwisataKabupaten Banjarnegara.

(53)

34 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Obyek/Subyek Penelitian

Sehubungan dengan obyek yang akan ditulis, maka populasi dalam penelitian difokuskan di Kabupaten Banjarnegara. Dimana data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara dengan kurun waktu 2008-2015, mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel, dan Rata-rata Lama Menginap Terhadap Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara.

B. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini yaitu data sekunder yang berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tri wulan selama periode 2008–2015. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjarnegara, dan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara.

C. Teknik Pengumpulan Data

(54)

35

Kebudayaan Kabupaten Banjarnegara. Sedangkan Metode Studi Pustaka adalah metode yang digunakan sebagai landasan teori yang akan digunakan dalam menganalisis kasus. Dasar–dasar ini diperoleh dari buku–buku, literature-literatur, maupun tulisan yang berhubungan dengan penelitian ini.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat dan variabel bebas. Variabel terikat adalah variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas, sedangkan variabel bebas adalah variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain. Penelitian ini menggunakan empat variabel penelitian yaitu variabel pendapatan asli daerah sektor pariwisata di Kabupaten Banjarnegara, variabel Jumlah Wisatawan, variabel Tingkat Hunian Hotel, dan variabel Rata-rata Lama Menginap di Kabupaten Banjarnegara.

Definisi variabel penelitian dari masing-masing variabel adalah sebagai berikut:

1. Variabel Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata

(55)

2. Variabel Jumlah Wisatawan

Merupakan banyaknya jumlah wisatawan baik mancanegara maupun nusantara yang berkunjung ke Kabupaten Banjarnegara tahun 2008-2015.

3. Tingkat Hunian Hotel

Merupakan persentase kamar yang dihuni/dipakai tamu terhadap jumalah kamar yang tersedia. Tingkat Hunian Hotel dihitung berdasarkan jumlah kamar yang dihuni/dipakai tamu (room night occupied) dibagi dengan banyaknya kamar yang dapat dipakai atau tersedia (room night

available) dikalikan 100 persen. Data yang digunakan adalah data tri

wulan tahun 2008-2015. 4. Rata-rata Lama Menginap

Merupakan banyaknya malam tempat tidur yang dihuni/dipakai

(bed night used/guest night) dibagi dengan banyaknya tamu yang dating

(guest of arrifed). Rata-rata lama menginap tamu asing/mancanegara dan

rata-rata lama menginap untuk tamu domestic/nusantara. Data yang digunakan adalah data tri wulan tahun 2008-2015.

E. Metode Analisis Data

(56)

37

Hubungan tersebut dapat diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel dependen Y dengan satu atau lebih variabel independen.

Model pendapatan asli daerah sektor pariwisata yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

Y = α + β1 X1 + β2 X2+ β3 X3 + ε

Supaya dapat diestimasi maka persamaan regresi ditransformasikan ke logaritma berganda dengan model:

LOGY = LOGX1+ β2 X2 + LOG X3 + ε

Keterangan:

LOGY = Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata α = Konstanta

β1,β2,β3, = Koefisien

LOGX1 = Jumlah wisatawan X2 = Tingkat Hunian Hotel LOGX3 = Rata-rata lama menginap ε = Error Term

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data 1. Uji Asumsi Klasik

(57)

tidak terjadi penyimpangan terhadap asumsi klasik. Uji tersebut terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, multikolinearitas, uji heteroskedastisitas, dan uji linearitas.

a. Normalitas

Uji Normalitas adalah uji yang digunakan untuk melihat apakah nilai residual terdistribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki nilai residual yang terdistribusi normal. Uji signifikansi pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen hanya akan valid jika residual yang kita dapatkan mempunyai distribusi normal. Ada beberapa metode yang bisa digunakan untuk mendeteksi apakah residual terdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini menggunakan Uji Jarque-Bera. Residual dinyatakan terdistribusi normal jika probabilitas dari Jarque-Bera lebih besar dari tingkat signifikansi (Probability JB > 0,05).

b. Uji Multikolinearitas

(58)

39

empiris sangan tinggi, tetapi secara indivisual variabel- variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen, hal ini merupakan salah satu indikasi terjadinya multikolinearitas.

Penelitian ini akan menggunakan auxilliary regression untuk mendeteksi adanya multikolinearitas. Kriterianya adalah jika hasil regresi R2 persamaan utama lebih besar dari R2 hasil auxilliary

regression didalam model tidak terdapat multikolinearitas (Gujarati,

2003).

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi Heteroskedastisitas. Gejala heteroskedastisitas lebih sering terjadi pada data cross section. Untuk menguji heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan menggunakan uji park, uji glejser, uji white ataupun uji harvey. Cara mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut:

1. Signifikan korelasi > 0,05 artinya tidak terkena heteroskedastisitas.

(59)

d. Autokorelasi

Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit autokorelasi dalam suatu model, dapat dilihat dari Durbin-Watson atau dengan Uji Breusch-Godfrey.

Untuk melihat ada tidaknya penyakit autokorelasi dapat juga digunakan Uji Langrange multiplier (LM Test) atau yang disebut uji

Breusch-Godfrey dengan membandingkan nilai probabilitas Obs* R2

lebih besar dari 0.05 artinya data terbebas dari autokorelasi, begitu pula sebalijknya. Jika nilai probabilitas Obs* R2 kurang dari 0.05 maka terdapat autokorelasi.

2. Uji Hipotesis

a. Uji F-Statistik (Uji Simultan)

Uji F-Statistik dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen secara bersama-sama atau secara keseluruhan terhadap variabel dependen. Untuk pengujian ini dilakukan hipotesa sebagai berikut:

(60)

41

Rata-rata Lama Menginap terhadap variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata.

2. H0 : b1 : b2 : b3 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian Hotel, dan Rata-Rata Lama Menginap terhadap variabel dependen yaitu Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata.

Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan nilai F-hitung dengan F-tabel.

Jika Fhitung > Ftabel maka H0 ditolak, artinya variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.

Jika Fhitung < Ftabel maka H0 diterima, artinya artinya variabel independen secara bersama-sama tidak mempengaruhi variabel dependen.

Jika probabilitas variabel independen > 0.05 maka hipotesis Ho diterima, artinya variabel independen secara simultan atau bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

(61)

bersama-sama berpengaruh secara nyata terhadap variabel dependen.

b. Uji t-Statistik (Uji Parsial)

Uji t dilakukan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat dengan menganggap variabel bebas lainnya adalah konstan.

Uji ini dapat dilakukan dengan membandingkan t hitung dan t tabel. Langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

t hitung = (bi – b)/sbi

Dimana :

bi = koefisien variabel independen ke-i b = nilai hipotesis nol

Sbi = simpangan baku dari variabel independen ke-i

Pada tingkat signifikan 5% dengan kriteria penguji yang digunakan sebagai berikut:

 Jika T-hitung < T-tabel, maka Ho diterima dan H1 ditolak, yang

(62)

43

 Jika T-hitung > T-tabel, maka Ho ditolak dan H1 diterima, yang

artinya ada pengaruh yang signifikan antara masing-masing variabel independendan dan variabel dependen.

c. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

(63)

44 BAB IV

GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN

A. Deskripsi Obyek Penelitian

1. Letak Geografis dan Administrasi Kabupeten Banjarnegara

Banjarnegara adalah sebuah kabupaten di Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Ibukotanya namanya juga Banjarnegara. Secara Astronomi Kabupaten Banjarnegara terletak di antara 7° 12' - 7° 31' Lintang Selatan dan 109° 29' - 109° 45'50" Bujur Timur.

Batas-batas wilayah Administrasi Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut:

Sebelah Utara : Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang Sebelah Timur : Kabupaten Wonosobo

Sebelah Selatan : Kabupaten Kebumen

(64)

45

[image:64.612.99.543.191.552.2]

Mandiraja, Wanadadi, Karangkobar dan Klampok. Banyaknya Kecamatan/desa dan kelurahan, RT dan RW dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.1

Kedudukan Ibukota Kecamatan, Jumlah Desa, Kelurahan dan Dusun Dirinci menurut Kecamatan di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2014

No. Kecamatan Ibukota

Kecamatan

Desa Banyakanya Kelurahan

Total Dusun

1 Susukan Susukan 15 - 15 43

2 Purworejo Klampok Klampok 8 - 8 39

3 Mandiraja Mandiraja Kulon 16 - 16 50

4 Purwonegoro Purwonegoro 13 - 13 60

5 Bawang Manktrianom 18 - 18 62

6 Banjarnegara Kutabanjarnegara 4 9 13 18

7 pagedongan Pagedongan 9 - 9 42

8 Sigaluh Gembongan 14 1 15 38

9 Madukara Kutayasa 18 2 20 60

10 Banjarmangu Banjarmangu 17 - 17 51

11 Wanadadi Wanadadi 11 - 11 35

12 Rakit Rakit 11 - 11 52

13 Punggelan Punggelan 17 - 17 81

14 Karangkobar Leksana 13 - 13 45

15 Pagentan Pagentan 16 - 16 58

16 Pejawaran Panusupan 17 - 17 56

17 Batur Batur 8 - 8 35

18 Wanayasa Wanayasa 17 - 17 49

19 Kalibening Kalibening 16 - 16 61

20 Pandanarum Beji 8 - 8 35

Jumlah 266 12 278 970

Sumber Data : Bagian Tata Pemerintahan Setda Kab. Banjarnegara

2. Luas Penggunaan Lahan

Luas Wilayah Kabupaten Banjarnegara adalah 106.970,997 Ha atau 3,29 % dari luas seluruh Wilayah Provinsi Jawa Tengah (3,25 juta Ha).

(65)

sebesar 71.954 Ha atau 67,26% dari total Kabupaten. Sedangkan lahan bukan pertanian sebesar 20.210 Ha atau 18,89%.

3. Topografi

Wilayah Kabupaten Banjarnegara terletak pada jalur pegunungan di bagian tengah Jawa Tengah sebelah Barat yang membujur dari arah Barat ke Timur.

Ditinjau dari ketinggiannya Kabupaten Banjarnegara sebagian besar berada pada ketinggian 100 – 500 meter dpl sebesar 37,04 %, kemudian antara 500 – 1.000 m dpl sebesar 28,74%, lebih besar dari 1.000 m dpl sebesar 24,40 % dan sebagian kecil terletak kurang dari 100 m dpl sebesar 9,82 %.

Bila ditinjau dari bentuk tata alam dan penyebaran geografisnya, maka Kabupaten Banjarnegara dapat digolongkan dalam tiga wilayah yaitu:

a. Bagian utara, terdiri dari daerah pegunungan Kendeng dengan relief bergelombang dan curam, bagian ini meliputi wilayah Kecamatan Kalibening, Karangkobar, Pagentan, Pejawaran, Batur, Madukara, Banjarmangu dan Punggelan;

(66)

47

c. Bagian selatan, terdiri dari wilayah dengan relief yang curam merupakan bagian dari pegunungan Serayu meliputi Kecamatan Banjarnegara, Bawang, Purwonegoro, Mandiraja Purworejo Klampok dan Susukan.

Adapun ketinggian topografi setiap daerah di Kabupaten Banjarnegara adalah sebagai berikut :

1) Kurang dari 100 mdpl meliputi luas 9,82 % dari luas wilayah Kabupaten yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwonegoro dan Bawang.

2) Antara 100-500 mdpl, meliputi luas 37,04 % luas wilayah Kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Mandiraja, Purwonegoro, Bawang, Banjarmangu, Banjarnegara, Wanadadi, Rakit, Punggelan dan Madukara.

3) Antara 500-1.000 mdpl, meliputi luas 28,74 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, yang meliputi Kecamatan Banjarmangu, Sigaluh dan sebagian Banjarnegara.

(67)

Ditinjau dari segi kemiringan, dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) kemiringan, yaitu:

a) Antara 0 – 15 % meliputi luas 24,61% dari luas wilayah Kabupaten banjarnegara yang meliputi Kecamatan Susukan, Purworejo Klampok, Mandiraja, Purwanegara, Pagedongan, Bawang dan Rakit.

b) Diatas 15 – 40 %, meliputi luas 45,04 % dari luas wilayah kabupaten Banjarnegara yang meliputi Kecamatan Madukara, Banjarmangu, Wanadadi, Punggelan, Karangkobar, Pagentan, Wanayasa dan Kalibening.

c) Lebih dari 40 % meliputi luas 30,35 % dari luas wilayah Kabupaten Banjarnegara meliputi Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Sigaluh, Banjarmangu, Pejawaran dan Batur.

4. Keadaan Iklim

Kabupaten Banjarnegara beriklim tropis, musim hujan dan musim kemarau silih berganti sepanjang tahun. Bulan basah umumnya lebih banyak dari bulan kering. Curah hujan tertinggi pada tahun 2014 terjadi di Kecamatan Susukan sebanyak 4.209 mm per tahun dengan jumlah hari hujan 167 hari.

Sedangkan curah hujan terendah terjadi di Kecamatan Purwareja Klampok sebesar 2.901 mm per tahun dengan 125 hari hujan.

5. Jenis Tanah

(68)

49

a. Tanah Alluvial : Terdapat di Kecamatan : Batur, Karangkobar, Purwareja Klampok dan Wanadadi

b. Tanah Latosol : Terdapat di Kecamatan : Susukan, Purwareja Klampok, Purwanegara, Wanadadi, Rakit, Bawang, Sigaluh, Madukara, Banjarnegara, Wanayasa, Pejawaran dan Pagentan.

c. Tanah Andosol : Terdapat di Kecamatan : Kalibening, Wanayasa, Pejawaran dan Batur.

d. Tanah Grumosol : Terdapat di Kecamatan : Purwanegara, Mandiraja, Kalibening, Karangkobar, Pagentan dan Banjarnegara.

e. Tanah Organosol : Terdapat di Kecamatan : Batur.

f. Tanah Litosol : Terdapat di Kecamatan : Banjarnegara dan Punggelan. 6. Kondisi Hidrogeologi

Sumberdaya air memiliki komponen berupa air tanah dan air permukaan. Sungai yang menjadi sumber air permukaan utama adalah Sungai Serayu, kali Pekacangan, Kali Gintung, Kali Merawu dan Sungai Tulis dengan anak-anak sungainya. Sifat sungai tersebut umumnya adalah prenial (mengalir sepanjang tahun) dan merupakan bagian DAS (Daerah Aliran Sungai) Serayu.

(69)

Banjarnegara juga memiliki beberapa telaga seperti Telaga Balaikambang, Telaga Sewiwi, dan Telaga Merdada. Sedangkan waduk buatan yang dimiliki yaitu PLTA Panglima Besar Sudirman dan PLTA Tulis yang dikembangkan sebagai pembangkit tenaga listrik, irigasi, perikanan dan objek wisata.

Kondisi klimatologi Kabupaten Banjarnegara seperti halnya kebanyakan wilayah di Indonesia yang beriklim tropis, dengan bulan basah umumnya lebih banyak daripada bulan kering. Temperatur udara berkisar antara 20–26ºC, temperatur terdingin yaitu 3–18ºC dengan temperatur terdingin tercatat pada musim kemarau di Dataran Tinggi Dieng. Kelembaban udara berkisar antara 80%–85 % dengan curah hujan tertinggi rata-rata 3.000 mm/tahun. Semakin tinggi tempat itu dari permukaan air laut, maka curah hujan dan frekuwensi hujannya semakin tinggi. Pada umumnya bulan

basah terjadi antara bulan September–Maret, sedangkan bulan kering berkisar antara April–Agustus. Puncak musim hujan berada pada bulan Desember–Januari. Kabupaten Banjarnegara bagian Utara merupakan wilayah yang memiliki curah hujan yang paling tinggi dibandingkan dengan wilayah tengah maupun selatan.

7. Penduduk

(70)

51

Kepadatan penduduk akhir tahun 2014 sebesar 840 jiwa per km2, yang berarti bahwa setiap 1 km2 luas wilayah Kabupaten Banjarnegara, dihuni oleh sekitar 840 orang.

Kecamatan Banjarnegara, Purworejo Klampok dan Rakit adalah kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tertinggi, masing-masing dengan jumlah kepadatan 2.227 jiwa per km2, 2.131 jiwa per km2 dan 1.536 jiwa per km2.

Sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah Kecamatan Pandanarum dan Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 363 per km2 dan 440 per km2.

Sedangkan kecamatan yang tingkat kepadatan penduduknya rendah adalah Kecamatan Pandanarum dan Kecamatan Pagedongan, yakni sebesar 363 per km2 dan 440 per km2.

B. Gambaran Umum Variabel Operasional

(71)

1. Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara Menurut Tambunan yang dikutip oleh Lia Ardiani (2013), industri pariwisata yang dapat menjadi sumber PAD adalah industri pariwisata milik masyarakat (Community Tourism Development atau CTD). Dengan mengembangkan CTD, pemerintah daerah dapat memperoleh peluang penerimaan pajak dan beragam retribusi yang bersifat legal untuk sumber dana pembangunan.

Keterkaitan industri pariwisata dengan penerimaan daerah berjalan melalui jalur PAD dan bagi hasil pajak/bukan pajak. Komponen PAD yang menonjol adalah pajak daerah, retribusi daerah dan laba badan usaha milik daerah. Mata rantai industri pariwisata yang berupa hotel/penginapan, restoran/jasaboga, usaha wisata (obyek wisata, souvenir, dan hiburan), usaha perjalanan wisata (Travel agent dan pemandu wisata), convention organizer, dan transportasi dapat menjadi sumber PAD yang berupa pajak daerah, retribusi daerah, laba BUMD, pajak dan bukan pajak (Badrudin, 2001) dalam Lia Ardiani (2013).

(72)

53

[image:72.612.141.500.224.351.2]

Berikut adalah besarnya pendapatan asli daerah sektor pariwisata Kabupaten Banjarnegara tahun 2008-2015.

Tabel 4.4

Pendapatan Asli Daerah Sektor Pariwisata di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2008-2015 Tahun PAD Sektor Pariwisata Pertumbuhan %

2008 1.772.328.010 -

2009 2.345.526.780 32,34

2010 2.507.121.803 68,89

2011 2.669.394.383 64,72

2012 3.467.307.200 29,89

2013 3.438

Gambar

Tabel 1.1
Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran
Tabel 4.1 Kedudukan Ibukota Kecamatan, Jumlah Desa, Kelurahan dan Dusun Dirinci
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun lokal akan meningkatkan pendapatan asli daerah melalui pajak hunian hotel dan tingkat konsumsi para

Hasil regresi menunjukan variabel sektor wisata dan jumlah pengunjung memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah, sedangkan jumlah

Hasil pengujian dengan regresi berganda menemukan bahwa besarnya pengaruh jumlah wisatawan, jumlah hotel, dan tingkat hunian hotel terhadap penerimaan pajak hotel di Kota

Berdasarkan uraian tersebut , maka untuk mengetahui jumlah kunjungan wisatawan, tingkat hunian kamar hotel dan jumlah kamar hotel apakah berpengaruh simultan dan parsial

Penelitian tentang pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap penerimaan pajak hotel, penerimaan pajak restoran dan pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten

Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh jumlah wisatawan, rata-rata lama inap dan tingkat hunian terhadap pendapatan asli daerah dari industri pariwisata

Hotel merupakan sektor pendukung pariwisata yang mampu meningkatkan pajak daerah yang nantinya akan meningkatkan pendapatan asli daerah, perkembangann hotel di Provinsi Sulawesi Selatan

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah jumlah kamar hotel, tingkat hunian hotel, dan lama menginap berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah Kota Manado beserta adakah