• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009- 2015)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009- 2015)"

Copied!
125
0
0

Teks penuh

(1)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF TOURISTS VISIT, TOTAL POPULATION, AND REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT TOWARD

THE LOCALLY-GENERATED REVENUE

(A Case Study in Districts / Cities in Yogyakarta Special Province In 2009-2015)

Oleh

IMAN BAEHAQI 20120430181

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(2)

i

TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH

(Studi Kasus Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009- 2015)

THE ANALYSIS OF THE INFLUENCE OF TOURISTS VISIT, TOTAL POPULATION, AND REGIONAL GROSS DOMESTIC PRODUCT TOWARD

THE LOCALLY-GENERATED REVENUE

(A Case Study in Districts / Cities in Yogyakarta Special Province In 2009-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Program Studi Ilmu

Ekonomi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

IMAN BAEHAQI 20120430181

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

(3)

ii

Nama : Iman Baehaqi

Nomor Mahasiswa : 20120430181

Menyatakan bahwa skripsi dengan judul: “ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH: (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2015)” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut referensinya. Dan apabila dikemudia hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima sanksi atau hukuman apapun sesuai peraturan yang berlaku.

Yogyakarta 7 Desember 2016

(4)

iii

“Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalatmu sebagai peneolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar”

(Al-Baqarah: 153)

“Harga kebaikan manusia adalah di ukur menurut apa yang telah dilaksanakan/diperbuatnya”

(Ali Bin Abi Thalib)

“Barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka dia berada di jalan Allah” (HR. Turmudzi)

Jadilah seperti orang asing atau perantau di dunia ini” (HR. Al-Bukhari)

“Kita berdoa kalau kesusahan dan membutuhkan sesuatu, mestinya kita juga berdoa dalam kegembiraan besar dan saat rezeki melimpah”

(Kahlil Gibran)

“Hidup ini penuh dengan penyesalan, tetapi tidak harus terus melihat kebelakang”

(Zinedine Zidane)

(5)

iv

dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan rasa bangga dan bahagia saya khaturkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada:

1. Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang atas segala nikmat yang diberikan untuk penulis. Sehingga tiada alasan bagi penulis untuk berhenti bersyukur. “Alhamdulillah Alhamdulillah Alhamdulillah”

2. Nabi Muhammad SAW yang memberikan teladan kepada seluruh

umatnya. Termasuk penulis, dimana mendorong penulis untuk selalu ingin menjadi orang yang lebih baik lagi.

3. Bapak dan ibu saya, yang tidak pernah berhenti mendoakan anaknya,

mengingatkan untuk sholat dan mengaji, yang menjadi tempat diskusiku, yang selalu sabar, terimakasih atas segala cinta, kasih sayang yang amat sangat tulus untukku. Doa yang selalu panjatkan untuk kebaikan dan kebahagianku, inspirasiku, motivasiku, dan guru terbaikku,

4. Saudara-saudaraku tercinta kakak terbaik, yang menjadi teladan bagiku,

yang selalu memberikan saran bagiku.

5. Bapak Ahmad Ma’ruf. SE.,M.Si yang selalu sabar dalam membimbing

(6)

v bermanfaat untuk penulis.

8. Sahabat-sahabatku tercinta terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik untukku. Suka duka yang kita alami bersama akan tersimpan rapi dimemoriku.

9. Seluruh teman-teman Ilmu Ekonomi angkatan 2012 yang selalu berbagi ilmu yang bermanfaat.

(7)

vi

yang tidak pernah hentinya kalian berikan untuk ku.

Saudara-saudaraku tercinta kakak terbaik, yang menjadi teladan bagiku,

yang selalu memberikan saran bagiku.

Teman-teman Ku semuanya yang tidak bisa saya sebutkan satu Persatu,

Terima Kasih atas semua doa, dukungan, dan semangatnya. Semoga kita

semua dipermudah segalah urusan dan semoga ilmu yang kita miliki

(8)

vii

Assalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarokatuh

Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, segala puji sykur kehadirat Allah SWT

yang maha pengasih dan penyayang atas segala rahmat dan hidayahNya dan tak lupa juga penulis haturkan puji syukur kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan penerangan di muka bumi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ANALISIS PENGARUH JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN, JUMLAH PENDUDUK DAN PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH: (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2015)”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana strata-1 program studi Ilmu Ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

(9)

viii

Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Dr. Imammudin Yuliaddi, SE.,M.Si selaku ketua jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak Ahmad Ma’ruf. SE.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah mencurahkan, membimbing, memotivasi, meluangkan waktunya dan memberikan arahan dengan penuh kesabaran dalam penyusunan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas semua ilmu, arahan dan pengalaman yang telah diberikan kepada penulis.

6. Seluruh staff tata usaha dan perpustakaan atas segalah bantuan selama

proses penyusunan skripsi ini hingga selesai.

7. Kedua orang tua saya dan kakak saya yang senantiasa memberikan doa, motivasi dan semangat terima kasih atas kasih sayang, cinta, perhatian dan pengorbanan yang bermanfaat bagi penulis.

8. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

banyak membantu penulisan untuk menyelesaikan penelitian ini.

(10)

ix

Akhir kata terima kasih yang tidak terhingga atas bantuan semua pihak, baik moril maupun materi dan semoga Allah membalas semuanya Amin.

Wassalamu’alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh

Yogyakarta 7 Desember 2016

(11)

x

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

UCAPAN TERIMAKASIH ... viii

INTISARI ... ix

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ... 1. Konsep dan Pengertian Pendapatan Asli Daerah ... 14

2. Jumlah Kunjungan Wisatawan ... 22

3. Jumlah Penduduk ... 25

4. Produk Domestik Regional Bruto ... 27

B. Penelitian Terdahulu ... 31

C. Hipotesis ... 41

(12)

xi

2. Uji Heteroskedastisitas ... 50

H. Uji Hipotesis dan Analsis Data Panel ... 51

1. Kondisi Umum Daerah Istimewa Yogyakarta ... 61

2. Letak Geografis ... 63

3. Iklim ... 64

4. Kependudukan... 64

B. Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 65

(13)

xii

A. Uji Kualitas Data ... 72

a. Uji Heteroskedastisitas ... 72

b. Uji Multikolinearitas ... 73

B. Pemilihan Model Analisis ... 74

a. Uji Chow ... 74

b. Uji Hausman ... 75

C. Analisis Model Terbaik ... 76

D. Hasil Estimasi Model Data Panel... 77

E. Uji Statistik ... 82

1. Koefisien Determinasi ... 82

2. Uji Keseluruhan (F-Statistik) ... 83

3. Uji signifikansi individual (t-Satistik) ... 83

F. Pembahasan (Interpretasi) ... 86

BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 92

B. Saran ... 94

C. Keterbatasan Penelitian ... 95 DAFTAR PUSTAKA

(14)

xiii

Tabel 1.1 Pendapatan Asli Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Daerah

Istimewa Yogyakarta Tahun 2013-2015 ... 4

Tabel 1.2 Laju Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke DIY Tahun 2010-2015 ... 6

Tabel 1.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimeawa Yogyakarta Tahun 2010-2015 ... 7

Tabel 1.4 Laju pertumbuhan PDRB Di Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2013-2015 ... 9

Tabel 2.1 Penalitian Terdahulu ... 34

Tabel 4.1 Pendapatan Asli Daerah Menurut Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2013-2015 ... 66

Tabel 4.2 Laju Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke DIY Tahun 2010-2015 ... 68

Tabel 4.3 Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimeawa Yogyakarta Tahun 2010-2015 ... 69

Tabel 4.4 Laju pertumbuhan PDRB Di Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2013-2015 ... 71

Tabel 5.1 Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Park ... 73

Tabel 5.2 Uji Multikolinearitas ... 74

Tabel 5.3 Uji Chow ... 75

Tabel 5.4 Uji Hausman ... 75

Tabel 5.5 Hasil Estimasi Common Effect, Random Effect, Fixed Effect ... 76

Tabel 5.6 Model Fixed Effect ... 77

Tabel 5.7 Uji Koefisien Determinasi ... 82

Tabel 5.8 Uji Signifikansi Keseluruhan ... 83

(15)
(16)
(17)

yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan asli daerah merupakan salah satu indikator yang menentukan derajat kemandirian suatu daerah. Sumber utama pembangunan daerah harus dapat di biayai dari pendapatan asli sehingga daerah tidak bergantung dari subsidi pemerintah pusat.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh jumlah kunjungan wisatawan, jumlah penduduk dan produk domestik regional bruto terhadap pendapatan asli daerah. Data yang diamati dalam penelitian ini adalah data time-series periode 2009-2015 dan data cross section Kabupaten/Kota Daerah Istimewa Yogyakarta yang meliputi: Kabupaten Kulonprogo, Bantul, Gunungkidul, Sleman, Kota Yogyakarta. Model estimasi yang digunakan adalah regresi data panel model Fixed effect.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa variabel jumlah kunjungan wisatawan, jumlah penduduk, dan PDRB mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

(18)

t’s general that increases the equity of current funding and is the right of the local government in a one-year budget that does not need to be repaid by the local government.

Local- generated revenue is one indicator that determines the lavel of independence of a local goverment. The main source of local area development has to be paid by loccaly-generated revenue so that local government does not depend on the subsidy from the central government.

This research aims at learning the analysis of the influence of tourist visit, total population, gross regional domestic product toward the locally-generated revenue . The data observed were time-series data 2009-2015 and cross section data District / City in Yogyakarta Special province that included Kulon Progo District, Bantul District, Gunung Kidul District, Sleman District and Yogyakarta City. The estimation model used was Fixed effect panel data regression.

The results pf the research indicated that the variable of the number of tourist visit, the total population and Gross Regional Domestic Product had positive and significant influence toward locally-generated revenue.

(19)

1

A.

Latar Belakang

Pembangunan sering dikaitkan dalam perkembangan ekonomi suatu negara dengan tujuan sebagai upaya untuk mewujudkan kesejahteraan hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan pembangunan maka berbagai sektor harus secara seiring dan berimbang demi mencapai suatu pembangunan yang merata disetiap daerah yang pada akhinya akan mempercepat pembangunan nasional. Pembangunan ekonomi merupakan usaha untuk mengubah suatu perekonomian yang kurang maju, sangat tradisional dan berpendapatan rendah menjadi suatu perekonomian yang modern yang mencapai tingkat kemakmuran yang tinggi. Sukirno (2012) pembangunan ekonomi hanya akan tercapai apabila pendapatan per-kapita masyarakat terus menerus bertambah secara cepat dalam jangka yang cukup panjang.

(20)

dengan memberikan kewenangan yang luas, nyata, dan bertanggungjawab kepada daerah secara proporsional. Pemberian wewenang ini diwujudkan dengan pengaturan pembagian dan pemanfaatan sumber daya nasional serta perimbangan keuangan pusat daerah.

Pelaksanaan dalam upaya mempercepat pembangunan suatu daerah maka pemerintah pusat memberlakukan hak otonomi pada pemerintah daerah untuk menggali potensi yang sebesar-besarnya dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Kegiatan pembangunan nasional tidak lepas dari peran serta pemerintah daerah dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia didaerah masing-masing sebagai upaya memperbesar kemampuan daerah. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakatnya mengelola sumber-sumber yang ada dan bersama mengambil inisiatif pembangunan daerah, oleh karena itu pemerintah beserta partisipasi masyarakatnya dengan menggunakan sumberdaya–sumberdaya yang ada harus mampu menaksir potensi sumberdaya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah. Pembangunan daerah diarahkan untuk memanfaatkan secara maksimal potensi sumber daya alam dan mengembangkan sumber daya manusia dengan meningkatkan kualitas hidup, dan keterampilan, dengan bimbingan serta bantuan dari pemerintah.

(21)
(22)

pendapatan belanja daerah. Sumber utama pembangunan daerah harus dapat dibiayai dari pendapatan asli sehingga daerah tidak bergantung dari subsidi pemerintah pusat, oleh sebab itu dengan diberlakukannya desentralisasi daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang optimal serta akan memacu kreativitas pemerintah daerah, sehingga kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi didaerah akan teratasi.

Tabel 1.1

Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2013-2015 (ribu rupiah)

No Kabupaten/Kota Tahun

2013 2014 2015

1 Kulon Progo 95.991.513 158.623.927 187.802.917 2 Bantul 224.197.863 357.411.064 312.419.914 3 Gunung kidul 83.427.448 159.304.338 145.856.403 4 Sleman 449.270.306 573.337.600 577.588.009 5 Yogyakarta 383.052.140 470.634.762 449.849.108 Jumlah 1.235.939.270 1.719.311.691 1.673.516.351 Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (data diolah 2016).

(23)

Pariwisata merupakan salah satu sumber pendapatan yang penting bagi suatu Negara, terutama pemerintah daerah tempat obyek wisata itu berada, menurut UU Kepariwisataan No. 9 Tahun 1990. Pariwisata adalah suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi tapi hanya semata untuk menikmati perjalanan tersebut untuk mencapai kepuasan.

(24)

TABEL 1.2

Laju Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke DIY Tahun 2010-2015

2010 415.204 7.855.784 8.270.988

2011 461.162 8.839.624 9.300.786

2012 499.515 10.880.125 11.379.640

2013 647.984 12.194.311 12.842.295

2014 572.617 16.201.618 16.774.235

2015 740.409 18.281.909 19.022.318

Sumber : Dinas Pariwisata DIY, (data diolah 2016)

Tabel 1.2 menunjukan bahwa jumlah kunjungan wisatawan disetiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2010 sebesar 415.204 orang sampai tahun 2013 selalu mengalami peningkatan sebesar 647.984 orang, akan tetapi penurunan terjadi pada tahun 2014 sebesar 572.617 orang kemudian pada tahun 2015 mengalami peninkatan sebesar 740.409 orang, sedangkan jumlah kunjungan wisatawan nusantara pada setiap tahunya mengalami peningkatan, pada tahun 2010 sebesar 7.855.784 orang meningkat menjadi 18.281.909 orang pada tahun 2015.

(25)

salah satu unsur penting pelaksanaan pembangunan yang dilakukan pemerintah demi kemakmuran masyarakat. Pada sisi lain penduduk juga dapat dipotensikan juga sebagai subyek pembangunan yang tidak hanya menikmati tetapi juga berperan aktiv, oleh karena itu penduduk dipandang sebagai sentral dalam pembangunan suatu wilayah, hal ini akan meningkatkan tingkat produksi yang dihasilkan suatu daerah dengan adanya konsumen yang akan membeli dan mengkonsumsi barang yang dihasilkan. Konsumsi dari penduduk inilah yang akan menimbulkan permintaan agregat. Jadi perkembangan ekonomi suatu wilayah akan ditentukan oleh adanya permintaan yang datang dari penduduk. Jumlah penduduk yang bertambah akan memperbesar jumlah tenaga kerja, dengan adanya penigkatan jumlah tenaga kerja memungkinkan suatu wilayah akan menambah produksinya.

Tabel 1.3

Proyeksi Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Daerah Istimewa Yogyakarta

Tahun 2010-2015 (juta jiwa) No Tahun Laki-laki Perempuan

Jumlah L+P

Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (data diolah 2016).

(26)

kenaikan sebesar 3.509,9 jiwa, pada tahun 2012 jumlahnya sebesar 3.552,4 juta jiwa, dan pada tahun 2013 mengalami kenaikan sebesar 3.594,8 juta jiwa, pada tahun 2014 mengalami kenaikan jumlah penduduk sebesar 3.637,1 juta jiwa, kemudian ditahun 2015 mengalami peningkatan sebesar 3.691,1 juta jiwa, selain jumlah penduduk, keberhasilan pembangunan perekonomian suatu wilayah dapat diamati melalui beberapa indikator makro. Indikator lain dalam mengukur tingkat keberhasilan suatu daerah yaitu melalui pertumbuhan ekonomi secara agregat yang dihitung melalui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang didefinisikan sebagai penjumlahan nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah atau wilayah tersebut dalam periode tertentu. PDRB dapat dihitung berdasarkan harga berlaku dan harga konstan. PDRB atas dasar berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga tahun berjalan. Nilai PDRB harga berlaku nominal menunjukan kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah dan pergeseran struktur perekonomi daerah, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan dapat mencerminkan perkembangan rill perekonomian secara keseluruhan dari tahun ke tahun yang digambarkan melalui laju pertumbuhan ekonomi.

(27)

Tabel 1.4

Laju Pertumbuhan PDRB di Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Dasar Harga Konstan

Tahun 2013-2015 (Persen)

No Kabupaten/Kota Tahun

2013 2014 2015

Sumber: Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta (data diolah 2016).

Tabel 1.4 menunjukan PDRB di lima kabupaten Daerah istimewa Yogyakarta meningkat disetiap tahunnya meskipun tidak terlalu besar, dari lima kabupaten laju pertumbuhan terbesar berada di Kabupaten Sleman dengan laju pertumbuhan tahun 2013 sebesar 17,04 persen kemudian mengalami peningkatan pada tahun 2014 sebesar 17,10 persen peningkatan terakhir pada tahun 2015 sebesar 17,15 persen, kemudian disusul oleh Kota Yogyakarta dengan laju pertumbuhan di tahun 2015 sebesar 16,92 persen. Bila dilihat dari keseluruhan PDRB di Kabupaten/ Kota tersebut, maka PDRB Daerah Istimewa Yogyakarta setiap tahun terus meningkat hingga tahun 2015.

(28)

penerimaan daerah yang cukup besar guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat, selain itu setiap tahunnya Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) tidaklah sama di masing-masing daerah kabupaten atau kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto berhubungan positif dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Mendorong dilakukannya penelitian serta mengkaji lebih dalam tentang Pendapatan Asli Daerah (PAD), melalui penelitian yang berjudul “Analisis Pengaruh Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah (Studi Kasus Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun 2009-2015)”.

B.

Batasan Masalah Penelitian

(29)

C.

Rumusan Masalah penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah Jumlah Kunjungan Wisatawan berpengaruh terhadap Pendapatan

Asli Daerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta? 2. Apakah Jumlah Penduduk berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah

(PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah IstimewaYogyakarta?

3. Apakah Produk Domestik Regional Bruto berpengaruh terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta?

4. Apakah variabel Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto secara bersama-sama berpengaruh dan secara ststistik signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta?

D.

Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka penelitian ini ditujukan untuk mengetahui:

(30)

2. Menganalisis bagaimana pengaruh faktor Jumlah Penduduk terhadap Pendapatan Asli Darerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

3. Menganalisis bagaimana pengaruh faktor Produk Domestik Regional

Bruto (PDRB) terhadap Pendapatan Asli Darerah (PAD) Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

E.

Manfaat Penelitian

1. Bagi penulis dan pembaca,

Hasil penelitian ini merupakan kesempatan bagi penulis dan pembaca untuk dapat menambah ilmu pengetahuan, wawasan, dan pengalaman dibidang ekonomi khususnya mengenai Pendapatan Asli Daerah.

2. Bagi akademisi dan peneliti selanjutnya,

Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah intelektualitas dan aktualitas diri serta sebagai referensi atau acuan bagi studi tentang Jumlah Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto atau objek penelitian sejenis.

3. Bagi masyarakat,

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan sumbangan berupa informasi yang berarti bagi masyarakat luas mengenai kondisi perekonomian Daerah Istimewa Yogyakarta.

4. Bagi pemerintah terkait,

(31)
(32)

14

TINJAUAN PUSTAKA

A.Landasan Teori

1. Konsep dan Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Setiap daerah mempunyai wewenang dan kewajiban untuk menggali sumber-sumber keuangan nya sendiri dengan melakukan segala upaya untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dengan demikian pemerintah daerah dapat melaksanakan tugas pemerintah dan pembangunan yang semakin baik demi kesejahteraan masyarakatnya.

(33)

tugas diluar ekonomi adalah meningkatkan efisiensi dan efiktivitas pelayanan kepada masyarakat, sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang diindikasikan oleh peningkatan pendapatan asli masyarakat dan meningkatkan pendapatan asli negara atau derah melalui pengelolaan sumber daya ekonomi yang tergambar dalam Anggaran Pendapatan Belanja Negara atau anggaran Pendapatan Belanja Daerah.

Menurut UU No. 33 Tahun 2004 mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah yaitu berupa sistem keuangan daerah yang diatur berdasarkan pembagian kewenangan, tugas dan tanggungjawab antar tingkat pemerintahan sesuai dengan pengaturan UU No. 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. UU Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah meliputi ruang lingkup pengaturan dari:

a. Prinsip-prinsip pembiayaan fungsi pemerintahan daerah.

b. Sumber-sumber pembiayaan fungsi dan tugas tanggungjawab daerah yang meliputi:

1) Pendapatan Asli Daerah. 2) Dana Perimbangan. 3) Pinjaman.

(34)

Berdasarkan UU No. 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah Pasal 27, Jumlah DAU (Dana Alokasi Umum) ditetapkan sekurang-kurangnya 26 persen dari pendapatan dalam negeri yang ditetapkan dalam APBN. Dana Alokasi Umum untuk suatu daerah dialokasikan atas dasar celah fiskal dan alokasi dasar. Celah fiskal adalah kebutuhan fiskal dikurangi dengan kapasitas fiskal daerah, sedangkan yang dimaskud dengan alokasi dasar dihitung berdasarkan jumlah gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah. Pendapatan daerah merupakan semua penerimaan uang melalui kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar dan merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah Pendapatan yang di peroleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai peraturan perundang-undangan untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatannya. PAD terdiri dari: pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

a. Pajak Daerah

(35)

Berdasarkan Undang-Undang No. 28 Tahun 2009 jenis-jenis pajak daerah terdiri dari:

1. Jenis Pajak Propinsi

a. Pajak Kendaraan Bermotor.

b. Pajak Balik Nama Kendaraan Bermotor. c. Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor. d. Pajak Air Permukaan, dan

e. Pajak Rokok.

2. Jenis Pajak Kabupaten atau Kota a. Pajak Hotel

Pajak hotel adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pelayanan yang disediakan oleh hotel.

b. Pajak Restoran

Pajak restoran adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pelayanan yang disediakan oleh restoran.

c. Pajak Hiburan

Pajak hiburan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penyelenggaraan suatu daerah.

d. Pajak Reklame

Pajak reklame adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penyelenggaraan reklame.

(36)

Pajak penerangan jalan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain.

f. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan

Pajak mineral bukan logam dan Batuan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam didalam atau permukaan bumi untuk dimanfaatkan.

g. Pajak Parkir

Pajak parkir adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas penyelenggaraan tempat parkir diluar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garansi kendaraan bermotor yang memungut biaya.

h. Pajak Air Tanah

Pajak air tanah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas pengambilan atau pemanfaatan air tanah.

i. Pajak Sarang Burung Walet

(37)

j. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan

Pajak bumi dan bangunan perdesaan dan perkotaan adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah atas bumi atau bangunan yang dimiliki, dikuasai atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. k. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan.

Pajak daerah yang ada diatas tidak semua pajak dipungut oleh suatu daerah, karena jika potensi suatu daerah kurang memadai maka suatu daerah boleh tidak memungut pajak daerah sesuai dengan kebijakan daerah yang telah ditetapkan oleh Peraturan Daerah.

b. Retribusi Daerah

Retribusi daerah merupakan pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Retribusi daerah dibagi menjadi 3 bagian yaitu retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha, dan retribusi perizinan tertentu.

1) Retribusi jasa umum adalah pelayanan yang disediakan oleh

pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan.

(38)

3) Retribusi perizinan tertentu adalah kegiatan tertentu pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksud untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawasan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

c. Hasil Pengelolaan yang dipisahkan

Hasil pengelolaan yang dipisahkan merupakan perusahaan yang berupa hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan milik daerah yang dipisahkan terdiri dari bagian laba Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM), bagian laba lembaga keuangan bank, bagian laba keuangan non bank, bagian laba perusahaan milik daerah lainya serta bagian laba atas pernyataan modal atau investasi kepada pihak ketiga. Dalam pasal 25 UU No. 25 tahun 1962 tercantum penggunaan laba bersih hasil perusahaan daerah yang perinciannya sebagai berikut:

1. Bagi perusahaan daerah yang modalnya untuk seluruhnya dari

kekayaan daerah yang dipisahkan:

a. Untuk pembangunan daerah sebesar 30 persen.

(39)

c. Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa produksi, sumbangan dana pensiun dan sokongan yang besarnya masing-masing daerah berjumlah 45 persen.

2. Bagi perusahaan daerah yang modalnya sebagian terdiri dari kekayaan daerah dipisahkan setelah dikeluarkan zakat yang dipandang perlu:

a. Untuk dana pembangunan sebesar 8 persen dan untuk anggaran

sebesar 7 persen.

b. Untuk pemegang saham 40 persen dibagi menurut perbandingan

nilai nominal dari saham-saham.

c. Untuk cadangan umum, sosial dan pendidikan, jasa produksi, sumbangan dana pensiun dan yang besarnya masing-masing ditentukan dalam peraturan daerah berjumlah 45 persen.

Pemerintah daerah di Indonesia mendirikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) atas dasar pertimbangan:

1. Menciptakan lapangan kerja atau mendorong pembangunan ekonomi daerah.

2. Dianggap cara yang efisien untuk menyediakan layanan masyarakat. 3. Untuk menghasilkan penerimaan bagi pemerintah daerah.

(40)

pemotongan hewan, pengelolaan pasar, pengelolaan objek wisata, pengelolaan sarana wisata, perbankan dan perkreditan, penyediaan sarana transportasi, industri lainnya, dan jasa-jasa lainnya.

d. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang Sah

Lain-lain pendapatan yang sah merupakan pendapatan asli daerah selain pajak daerah, retribusi daerah, dan Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah menurut UU No. 33 Tahun 2004 terdiri dari:

1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan. 2. Jasa giro.

3. Pendapatan bunga.

4. Keuntungan selisih nilai tukar terhadap mata uang asing.

5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan atau pengadaan barang atau jasa oleh daerah.

2. Jumlah Kunjungan Wisatawan a. Pengertian Pariwisata

(41)

(1) Semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata,

(2) Pengusahaan obyek dan daya tarik wisata seperti: kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk, pagelaran seni budaya, tata kehidupan masyarakat atau yang bersifat alamiah: keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai.

(3) Pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu: usaha jasa pariwisata (biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata, pramuwisata, konvensi, perjalanan insentif dan pameran, impresariat, konsultan pariwisata, informasi pariwisata), usaha sarana pariwisata yang terdiri dari akomodasi, rumah makan, angkutan wisata.

Pengembangan pariwisata berpengaruh positif pada perluasan peluang usaha dan kerja yang muncul karena adanya permintaan wisatawan yang berupa barang dan jasa, untuk mengukur pengaruh pariwisata terhadap perekonomian suatu wilayah dapat dilakukan melalui pendekatan pengeluaran wisatawan (tourist expenditure) dan pendekatan permintaan wisatawan (tourist demand)terhadap barang dan jasa. Pengeluaran wisatawan adalah peneluaran yang dilakukan wisatawan selama melakukan perjalanan wisata. Pengeluaran wisata dapat berupa akomodasi, konsumsi makan, angkutan wisata, atau jasa-jasa lainnya.

(42)

a. Jumlah Wisatawan

Wisatawan adalah orang-orang yang melakukan kegiatan wisata (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009), semua orang yang melakukan perjalanan wisata dinamakan wisatawan, apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan tidak untuk mencari nafkah ditempat yang dikunjungi. Pacific Area Travel Association memberi batasan bahwa wisatawan sebagai orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dalam jangka waktu 24 jam dan maksimal 3 bulan di dalam suatu Negeri yang bukan Negeri asalnya, wisatawan ini meliputi:

1) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk bersenang-senang, untuk keperluan pribadi, keperluan kesehatan dan sebagainya. 2) Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk pertemuan, konfrensi, musyawarah atau sebagai utusan dari instasi atau organisasi.

3) Orang-orang yang mengadakan perjalanan untuk bisnis.

4) Pejabat pemerintah dan militer beserta keluarganya yang ditempatkan di negara lain tidak termasuk kategori ini, tetapi bila mereka mengadakan perjalanan ke negeri lain, maka dapat digolongkan sebagai wisatawan (Pendit, 1994).

b. Jumlah Obyek Wisata

(43)

wisata harus dirancang dan dibangun atau dikelola secara profesional sehingga dapat menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu obyek wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria yang cocok dengan daerah wisata tersebut. Obyek wisata umumnya berdasarkan pada:

a) Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

b) Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya. c) Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

d) Obyek wisata alam memiliki daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai, pantai, pasir, hutan, dan sebagainya.

e) Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu obyek buah karya manusia pada masa lampau.

3. Jumlah Penduduk

(44)

mempunyai arti yang sangat penting terutama dengan membuat suatu perencanaan pembangunan, sehingga perencanaan yang dihasilkan lebih realistis. Dampak negatif pertumbuhan penduduk adalah meningkatnya permintaan layanan sosial dan ekonomi untuk memenuhi hak-hak dasar mereka yang jumlahnya meningkat. Penduduk merupakan orang yang bertempat tinggal menetap dalam suatu wilayah.

Todaro (2003) mengemukakan bahwa pertumbuhan penduduk bukanlah suatu masalah. Pengaruh jumlah penduduk pada tingkat moderat pada dasarnya positif dan bermamfaat bagi pembangunan ekonomi, baik bagi negara-negara maju, maupun yang sedang berkembang. Semakin banyak orang, maka semakin banyak ide, semakin banyak orang yang mempunyai bakat dan kreativitas, semakin banyak tenaga ahli dan dengan demikian akan semakin berkembang teknologi, selanjutnya dalam jangka panjang penduduk merupakan suatu keuntungan.

(45)

pendapatan, jika jumlah penduduk meningkat maka pendapatan yang dapat di tarik juga meningkat.

4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit PDRB adalah jumlah nilai tambah bruto yang dihasilkan seluruh unit usaha dalam wilayah tertentu. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga pada setiap tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada satu tahun tertentu sebagai tahun dasar penghitungannya.

Menurut Sukirno (2012) pertumbuhan ekonomi adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam masyarakat bertambah. Masalah pertumbuhan ekonomi dapat dipandang sebagai masalah makro ekonomi dalam jangka panjang, dari satu periode ke periode lainya kemampuan suatu Negara untuk menghasilkan barang dan jasa akan meningkat.

Terdapat tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk menghitung PDRB, yaitu:

1. Pendekatan Produksi (production approach).

(46)

Sedangkan NTB adalah Nilai Produksi Bruto (NPB atau output) dari barang dan jasa tersebut dikurangi seluruh biaya antara yang digunakan dalam proses produksi. Unit-unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi sembilan lapangan usaha, yaitu:

a. Pertanian, Peternakan, Kehutanan, Perikanan b. Pertambangan dan Penggalian

c. Industri Pengolahan

d. Listriik, Gas, dan Air Minum e. Konstruksi/bangunan

f. Perdagangan, Restoran dan Hotel g. Pengangkutan dan Komunikasi

h. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan i. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah. 2. Pendekatan Pendapatan (income approach)

(47)

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach)

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah jumlah seluruh pengeluaran yang dilakukan untuk pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta nirlaba, pengeluaran konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan inventori dan ekspor neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi impor), didalam suatu wilayah atau region dalam periode tertentu, biasanya satu tahun, dengan metode ini, penghitungan Nilai Tambah Bruto (NTB) bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan jasa yang diproduksi.

(48)

akan kemajuan sebuah perekonomian memerlukan alat ukur yang tepat, beberapa alat ukur pertumbuhan ekonomi antara lain:

a. Produk Domestik Bruto (PDB), atau ditingkat regional disebut Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), merupakan jumlah barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh suatu perekonomian dalam satu tahun dan dinyatakan dalam harga pasar, baik PDB atau PDRB merupakan ukuran yang global sifatnya, dan bukan merupakan alat ukur pertumbuahan ekonomi yang tepat, karena belum dapat mencerminkan kesejahteraan penduduk yang sesungguhnya, padahal sesungguhnya kesejahteraan harus dinikmati oleh setiap penduduk di Negara atau daerah yang bersangkutan.

b. Produk Domestik Bruto perkapita atau Pendapatan Perkapita, atau

(49)

B. Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu berguna sebagai rujukan atau referensi, bahkan sebagai bahan untuk membantu penulis dalam proses penyusunan penelitian ini. Beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan yang terkait dengan penelitian ini dengan kata kunci “Analisis Pengaruh Jumlah Kunjungan

Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto terhadap Pendapatan Asli Daerah”. Berikut beberapa penelitian terdahulu yang digunakan untuk membantu proses penyusunan penelitian ini:

Chakim (2011) meneliti tentang analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan sli daerah Kabupaten Madiun tahun 1991-2010 penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh jumlah penduduk, produk domestik regional bruto dan pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan asli daerah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi linear berganda dengan rentang waktu 1991-2010. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa semua variabel independent secara parsial dan simultan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap pendapatan asli daerah.

(50)

penelitian ini diperoleh bahwa variabel independent yaitu pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik daerah, pendapatan lain-lain yang sah secara simultan mampu menjelaskan dan berpengaruh signifikan terhadap realisasi penerimaan PAD.

Husna (2015) meneliti tentang Pengaruh PDRB, inflasi dan pengeluaran pemerintah terhadap pendapatan asli daerah Kota se Jawa Tengah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pendapatan Asli Daerah (PAD). PDRB, inflasi, pengeluaran pemerintah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis linear berganda. Hasil penelitian yang diperoleh variabel PAD dapat dijelaskan oleh variabel PDRB, inflasi, pengeluaran pemerintah sebesar 66,9 persen. sehingga PAD dapat meningkat melalui penarikan pajak.

(51)

Kusrini (2015) meneliti tentang analisis pengaruh belanja langsung, PDRB dan jumlah penduduk terhadap pendapatan asli daerah (studi kasus Kabupaten/ Kota Provinsi Sumatera Selatan tahun 2010-2014). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode data panel. Hasil penelitian menyatakan variabel belanja langsung dan PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD, sedangkan jumlah penduduk tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap PAD.

Susanto (2013) meneliti tentang analisis pengaruh PDRB, penduduk, dan inflasi terhadap pendapatan asli daerah (studi kasus Kota Malang tahun 1998-2012). Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode Analisis linear berganda. Hasil Penelitian dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel PDRB, penduduk, dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap pendapatan asli daerah (PAD) Kota Malang.

(52)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Judul Variabel Metode Kesimpulan

(53)
(54)

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu (lanjutan)

(55)

tujuh tahun 2009-2015, dengan menggunakan analisis data panel serta objek dan lokasi yang diteliti juga berbeda yaitu Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, karena potensi lokal yang dimiliki sangat memadai untuk digali dan lebih dikembangkan pengelolaanya, selain itu dilakukan objek penelitian dikarenakan Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta memiliki berbagai macam budaya dan ciri khas tersendiri baik dari kawasan wisata, maupun sumber daya, sehingga berpotensi menghasilkan penerimaan daerah yang cukup besar, kemudian penulis menjelaskan tentang teori dan hubungan antara variabel independen (Kunjungan Wisatawan, Jumlah Penduduk, dan Produk Domestik Regional Bruto) terhadap variabel dependen (Pendapatan Asli Daerah) masing-masing Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

1. Hubungan antara Jumlah Kunjungan Wisatawan dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

(56)

mancanegara, jika jumlah kunjungan wisatawan meningkat maka akan menaikan pendapatan daerah sekitar.

Secara teoritis (Apriori dalam Nasrul, 2010), semakin lama wisatawan tinggal di suatu daerah tujuan wisata, maka semakin banyak pula uang yang dibelanjakan di daerah tujuan wisata tersebut, paling sedikit untuk keperluan makan, minum dan penginapan selama tinggal di daerah tersebut.

2. Hubungan antara Jumlah Penduduk dengan Pendapatan Asli Daerah

(57)

keuangan, jasa-jasa dan lain sebagainya, semua itu jumlah penduduk yang sudah mempunyai pendapatan sendiri atau bisa dikatan jumlah penduduk mampu untuk menyumbang pendapatannya ke pemerintah daerah, penarikan pajak.

Todaro (2003) juga mencatat bahwa pertumbuhan penduduk juga merangsang pertumbuhan ekonomi, semakin besar jumlah penduduk akan mengakibatkan meningkatnya permintaan terhadap barang-barang konsumsi, selanjutnya akan mendorong economic of scale dalam berproduksi, sehingga akan menurunkan biaya produksi, dan pada akhirnya akan mempengaruhi pendapatan asli daerah, dengan meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan terhadap barang-barang konsumsi, hal ini selanjutnya dapat mendorong peningkatan produksi sehingga akan mengakibatkan adanya perluasan dan pendirian usaha baru pada sektor produksi. Pendirian usaha baru akan menambah angkatan kerja yang bekerja, sehingga pendapatan masyarakat akan cenderung meningkat, dengan adanya kecenderungan pertambahan penduduk pada gilirannya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (Sukirno, 2003).

3. Hubungan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dengan Pendapatan Asli Daerah.

(58)

tahun tertentu dengan jumlah produk pada tahun tersebut. Pendapatan perkapita menunjukkan kemampuan masyarakat untuk membayar pengeluarannya termasuk mengkonsumsi barang dan jasa, semakin besar tingkat pendapatan perkapita masyarakat mempunyai pengaruh positif dalam meningkatkan penerimaan pajak. Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator yang penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu wilayah dalam periode tertentu biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita merupakan salah satu ukuran bagi kemakmuran suatu daerah, pendapatan perkapita yang tinggi cenderung mendorong naiknya tingkat konsumsi perkapita yang selanjutnya menimbulkan intensif bagi diubahnya struktur produksi pada saat pendapatan meningkat, permintaan akan barang-barang manufaktur dan jasa pasti akan meningkat lebih cepat dari pada permintaan akan produk-produk pertanian (Todaro, 2006)

Semakin tinggi pendapatan seseorang maka akan semakin tinggi pula permintaan barang dan jasa, hal ini mengakibatkan semakin besar pula kemampuan masyarakat daerah tersebut untuk membiayai pajak dan retribusi yang ditarik pemerintah daerah, maka dapat dikatakan bahwa semakin tinggi pendapatan perkapita suatu daerah, semakin besar pula potensi sumber penerimaan daerah tersebut.

(59)

pengeluaran konsumsi akan meningkat dengan bertambahnya penghasilan, secara teori apabila terjadi kenaikan pendapatan individu maka akan mendorong kenaikan konsumsi dari individu tersebut. Naiknya konsumsi masyarakat menyebabkan bertambahnya pembayaran pajak dan retribusi sehingga nantinya hal tersebut akan mampu meningkat pendapatan asli daerah. Penelitian ini sesuai dengan (Gitaningtyas dan Kurrohman 2014) yang menunjukan bahwa PDRB berpengaruh positif dan signifikan terhadap realisasi pendapatan asli daerah, seiring dengan peningkatan PDRB, berkembangnya usaha perdagangan, hotel dan restoran juga akan meningkatkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah yang nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan asli daerah.

C. Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah suatu dugaan yang berifat sementara, dari permasalahan yang telah dirumuskan dan tujuan yang hendak dicapai serta berlandaskan pada teori-teori yang tersedia dalam penelitian ini.

Adapun Hipotesis dari penelitian ini sebagai berikut:

1. H1: Jumlah Kunjungan Wisatawan diduga berpengaruh positif

dan signifikan terhadap PAD.

(60)

retribusi pada obyek-obyek wisata, adanya pengenaan ratribusi dan pajak akan memebrikan keuntungan terhadap penerimaan pendapatan daerah. Semakin banyak jumlah kunjungan wisatawan yang berkunjung ke Daerah Istimewa Yogyakarta dan menginap dihotel, semakin tinggi pula penerimaan dari retribusi obyek wisata dan pajak hotel di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ho : α2 = 0 Artinya, Jumlah Kunjungan Wisatawan tidak berpengaruh

signifikan terhadap PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ha : α2 ≠ 0 Artinya, Kunjungan Wisatawan berpengaruh

signifikan terhadap PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

2. H2: Jumlah Penduduk diduga berpengaruh positif dan signifikan

terhadap PAD. Jumlah penduduk merupakan salah satu faktor penentu adanya disparitas pendapatan antar daerah. Meningkatnya jumlah penduduk akan meningkatkan PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ho : α2 = 0 Artinya, jumlah penduduk tidak berpengaruh signifikan

terhadap PAD Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ha : α2 ≠ 0

(61)

Ho : α2 = 0 Artinya, PDRB tidak berpengaruh signifikan terhadap PAD

Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta. Ha : α2 ≠ 0 Artinya, PDRB berpengaruh signifikan terhadap PAD Kabupaten/Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

D. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan pembahasan ini kerangka pemikiran di buat untuk mempermudah pemahaman mengenai keseluruhan rangkaian dalam penelitian ini, dengan harapan agar pembaca lebih mudah memahami isi penelitian ini maka disusun kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Dalam Perekonomian suatu daerah ada beberapa faktor yang mempengaruhi besar kecilnya pendapatan asli daerah, salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan alsi daerah dalam penelitian ini adalah jumlah kunjungan wisatawan, jumlah penduduk, dan produk domestik regional bruto.

Jumlah Kunjungan Wisatawan (+)

PDRB (+) Jumlah Penduduk

(+)

(62)

44

METODE PENELITIAN

A. Objek dan Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kuantitatif, sesuai dengan namanya, banyak dituntut menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran terhadap data tersebut, serta penampilan dari hasilnya.

1. Objek penelitian

Daerah Penelitian yang digunakan adalah seluruh Kabupaten dan Kota Madya yang berada di Daerah Istimewa Yogyakarta, yaitu:

a. Kabupaten Bantul

b. Kabupaten Gunung Kidul c. Kabupaten Kulonprogo d. Kabupaten Sleman e. Kota Yogyakarta 2. Subjek penelitian

(63)

B. Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dan data sekunder berupa data time series dan cross section dalam bentuk data tahunan selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. Data dalam penelitian ini diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Daerah Istimewa Yogyakarta serta sumber lain yang terkait dengan penelitian ini.

C. Teknik Pengumpulan Data

Data yang digunakan pada penelitian ini dikumpulkan oleh penulis dengan menggunakan metode library research atau kepustakaan yaitu penelitian yang menggunakan bahan-bahan kepustakaan berupa tulisan ilmiah, artikel, jurnal, majalah, laporan-laporan penelitian ilmiah yang berhubungan dengan topik penelitian. Teknik pengumpulan data pada penelitan ini dengan melakukan pencatatan secara langsung berupa data time series dan crooss series dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik dan instansi lainnya yang terkait dengan penelitian ini.

D. Operasional Variabel Penelitian

(64)

1. Variabel Bebas ( Independent Variabel )

Variabel bebas adalah suatu variabel yang variasinya mempengaruhi variabel lain, dapat pula dikatakan bahwa variabel bebas adalah variabel yang pengaruhnya terhadap variabel lain ingin diketahui. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas antara lain:

a. Jumlah Kunjungan Wisatawan (X1)

Variabel Kunjungan Wisatawan dalam penelitian ini menggunakan data tahunan didapat dari Dinas Pariwisata DIY, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta yang relatif aman dan nyaman serta dengan keramah-tamahan masyarakatnya terhadap siapapun menjadikan daerah ini banyak diminati orang atau wisatawan untuk berkunjung, tidak mengherankan bahwa jika setiap tahunnya jumlah kunjungan wisatawan baik wisatawan mancanegara (wisman) maupun wisatawan nusantara (wisnus) yang datang ke Daeeah Istimewa Yogyakarta terus meningkat.

b. Jumlah Penduduk (X2)

Penduduk dalam penelitian ini adalah semua warga di Daerah Istimewa Yogyakarta. Kependudukan adalah hal ihwal yang berkaitan dengan jumlah, struktur, umur, jenis kelamin, agama, kelahiran, perkawinan, kehamilan, kematian, persebaran, mobilitas dan kualitas serta ketahanannya yang menyangkut politik, ekonomi, sosial dan budaya.

c. Produk Domestik Regional Bruto (X3)

(65)

dalam wilayah tertentu, dalam penelitian ini Pertumbuhan PDRB Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta atas dasar harga konstan dan merupakan data tahunan yaitu dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2015. 2. Variabel Terikat/tergantung ( Dependent Variabel )

Variabel tergantung adalah variabel penelitian yang diukur untuk mengetahui besarnya efek atau pengaruh variabel yang lain. Besarnya efek tersebut diamati dari ada tidaknya, timbul-hilangnya, membesar-mengecilnya, atau berubahnya variasi yang tampak sebagai akibat perubahan pada variabel lain.

Variabel Pendapatan Asli Daerah dalam penelitian ini ditujukan dalam rangka optimalisasi Pendapatan Asli Daerah secara proporsional. Penelitian menggunakan data tahunan menurut Kabupaten/ Kota di Daerah Istimewa Yogyakarta.

E. Alat Analisis

Dalam penelitian ini, alat analisis yang digunakan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis regresi data panel, sementara itu pada pengolahan regresi penulisan menggunakan program komputer E-Views 7.0.

F. Metode Penelitian

(66)

cross section, dengan model informasi baik yang terkait variabel-variabel cross section maupun time series :

Y = f (JKW, JP, PDRB)

Adanya model regresi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Original Area incomet = βo + β1LogKWit + β2LogJPit + β3LogPDRBit+ ε Keterangan:

Original Area income = Pendapatan Asli Daerah

Βo = Konstanta

β123 = Koefisien variabel

LogJKW = Jumlah Kunjungan Wisatawan LogJP = Jumlah Penduduk

LogPDRB = Produk Domestik Regional Bruto

i = Kabupaten/Kota

t = Periode Waktu

ε = Error Term

G. Uji Kualitas Data 1. Uji Multikolinearitas

(67)

nilai tolerance dan nilai Variance Inflation Factor (VIF) dalam hasil analisis regresi pada output program spss. Jika nilai tolerance lebih besar dari 0,1 dan nilai VIF kurang dari 10 maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah multikolinearitas pada model regresi (Agus Tri Basuki dan Imamudin Yuliadi, 2014).

Adapun Beberapa cara mendeteksi adanya multikolinearitas yaitu: a. R2 cukup tinggi (0,7-0,1), tetapi uji-t untuk masing-masing koefisien

regresinya tidak signifikan

b. Tingginya R2 merupakan syarat yang cukup tetapi bukan yang syarat yang

perlu untuk terjadinya multikoliniearitas, sebab pada R2 yang rendah < 0,5, bisa juga terjadi multikolinearitas.

c. Meregresikan variabel independen X dengan variabel-variabel independen

yang lain, kemudian menghitung R2 dengan uji F:

Jika F hitung > F tabel berarti Ho di tolak, ada multikolinearitas Jika F hitung < F tabel berarti Ho di terima, tidak ada multikolinearitas Ada beberapa cara untuk mengetahui multikolinearitas dalam suatu model. Salah satunya adalah dengan melihat koefisien hasil output dari komputer. Jika terdapat koefisien yang lebih besar dari (0,9), maka terdapat gejala multikoliearitas.

(68)

2. Uji Heteroskedastisitas

Pengujian asumsi klasik ini bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual suatu pengamatan ke pengamatan yang lain. Heteroskedastisitas terjadi apabila variabel gangguan tidak mempunyai varian yang sama untuk semua observasi. Akibat adanya heteroskedastisitas, penaksir OLS tidak bias tetapi tidak efisien (Agus Tri Basuki dan Imamudin Yuliadi, 2014).

Masalah asumsi klasik heteroskedastisitas dapat dideteksi dengan melihat Grafik Plot pada program spss antara nilai prediksi variabel terikat yaitu (ZPRED) dengan residualnya SRESID. Mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik scatterplot antara SRESID dan ZPRED. Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada membentuk pola tertentu dan teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas. Jika tidak ada pola tertentu yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heteroskedastisitas (Agus Tri Basuki dan Imamudin Yuliadi, 2014).

(69)

kata lain tidak terjadi heteroskedasitas, untuk mendeteksi masalah heteroskedastisitas dalam model, penulis menggunakan uji Park yang sering digunakan dalam beberapa referensi, dalam metodenya Park menyarankan suatu bentuk fungsi diantara varian kesalahan dan variabel bebas

dinyatakan sebagai berikut:

= α ………..………...(3.1)

Persamaan yang diatas dijadikan linier dalam bentuk persamaan log sehingga menjadi:

Ln = α + βLnXi + Vi………..……….(3.2)

Karena varian kesalahan ( ) tidak teramati, maka digunakan

sebagai penggantinya, sehingga persamaan menjadi:

Ln = α + βLnXi + Vi……….(3.3)

Apabila koefisien parameter β dari persamaan regresi tersebut signifikan secara statistik, berarti didalam data terdapat masalah heteroskedastisitas, dan sebaliknya jika koefisien paramater β dari persamaan regresi tidak signifikan maka tidak terdapat masalah heteroskedastisitas. H. Uji Hipotesis dan Analisis Data Panel

(70)

Data panel (pooled data) diperoleh dengan cara menggabungkan data time series dengan cross section. Analisis regresi dengan data panel memungkinkan peneliti mengetahui karakteristik antar waktu dan antar Kabupaten/ Kota dalam variabel yang bisa saja berbeda-beda.

Metode data panel merupakan suatu metode yang digunakan untuk melakukan analisis empirik dengan perilaku data yang lebih dinamis. Adapun kelebihan yang diperoleh dari penggunaan data panel adalah sebagai berikut (Gujarati, 2004):

a. Data panel mampu menyediakan lebih banyak data, sehingga dapat

memberikan informasi yang lebih lengkap, sehingga dapat diperoleh degree of freedom (df) yang lebih besar sehingga estimasi yang dihasilkan akan lebih baik.

b. Data panel mampu mengurangi kolinearitas variabel

c. Dapat menguji dan membangun model perilaku yang lebih kompleks d. Dengan menggabungkan informasi dari data time series dan cross section

dapat mengatasi masalah yang timbul karena adanya masalah penghilangan variabel.

e. Data panel lebih mampu mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak mampu dilakukan oleh data time series murni maupun cross section murni.

f. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregat individu, karena data yang diobservasi lebih banyak.

(71)

a. Model Pooled Least Square (Comon Effect)

Model ini dikenal dengan estimasi Comon Effect yaitu teknik regresi yang paling sederhana untuk mengestimasi data panel dengan cara hanya mengkombinasikan data time series dan cross section. Model ini hanya menggabungkan data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu sehingga dapat dikatakan bahwa model ini sama halnya dengan metode Ordinary Least Square (OLS) karena menggunakan kuadrat terkecil biasa.

Pendekatan ini hanya mengasumsikan bahwa perilaku data antar ruang sama dalam berbagai kurun waktu, pada beberapa penelitian data panel model ini sering kali tidak pernah digunakan sebagai estimasi utama karena sifat dari model ini yang tidak membedakan perilaku data sehingga memungkinkan terjadinya bias, namun model ini digunakan sebagai pembanding dari kedua pemilihan model lainnya.

b. Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

(72)

untuk melihat perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis dalam mengintepretasi data.

Pemilihan model antara Common Effect dengan Fixed Effect dapat dilakukan dengan pengujian Likelihood Test Ratio dengan ketentuan apabila nilai probabilitas yang dihasilkan signifikan dengan alpha maka dapat diambil keputusan dengan menggunakan Fixed Effect Model.

c. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect)

(73)

1. Uji Lagrange Multiplier (LM)

Uji ini ntuk mengetahui apakah model random effect lebih baik dari model common effect digunkan Lagrange Multiolier (LM). Uji signifikan random effect ini dikembangkan oleh Breusch-Pagan. Pengujian didasarkan pada nilai residual dari metode common effect.

Uji LM digunakan untuk memilih model random effect atau common effect. Uji bisa juga dinamakan uji signifikansi random effect yang dikembangkan oleh Bruesch-Pagan (1980). Uji LM Bruesch–Pagan ini didasarkan pada nilai residual dari metode common effect. Nilai LM dihitung dengan rumus:

H0 : Model yang digunakan Common Effect Model H1 : Model yang digunakan Random Effect Model

Untuk membuktikan apakah terbukti atau tidak antara Common Effect dan Random Effect.

Dimana: n = jumlah individu; T = jumlah periode waktu;

e = residual metode common effect

(74)

nilai kritis statistik chi-square maka kita menolak hipotesis nol, berarti estimasi yang lebih tepat dari regresi data panel adalah model random effect, sebaliknya jika nilai LM statistik lebih kecil dari nilai kritis statistik chi-square maka kita menerima hipotesis nol yang berarti model common effect lebih baik digunakan dalam regresi.

2. Uji Chow (Likelihood Test Radio)

Uji spesifikasi bertujuan untuk menentukan model analisis data panel yang akan digunakan. Uji Chow digunakan untuk memilih antara model fixed effect atau model common effect yang sebaiknya dipakai.

H0: Model yang digunakan Common Effect H1: Model yang digunakan Fixed Effect

Uji ini ntuk membuktikan apakah terbukti atau tidak antara Common Effect dan Fixed Effect, apabila hasil uji spesifikasi ini menunjukkan probabilitas Chi-Square lebih dari 0,05 maka model yang dipilih adalah common effect, sebaiknya dipakai adalah fixed effect, ketika model yang terpilih adalah fixed effect maka perlu dilakukan uji lagi, yaitu Uji Hausman untuk mengetahui apakag sebaiknya memakai fixed effect model (FEM) atau random effect model (REM).

(75)

Dimana:

RSS 1 = Merupakan jumlah residual kaudrat pooled OLS RSS 2 = Merupakan jumlah residual kuadrat fixed effect m = Merupakan pembilang

n-k = Merupakan denumerator

Jika hipotesis nol ditolak, dapat disimpulkan model fixed effect lebih baik dari pooledOLS.

3. Uji Hausman

Uji ini bertujuan untuk mengetahui model yang sebaiknya dipakai, yaitu fixed effect model (FEM) atau random effect model (REM), dalam effect model (FEM) setiap objek memiliki intersep yang berbeda-beda, akan tetapi intersep masing-masing objek tidak berubah seiring waktu. Hal ini disebut dengan time-invariant, sedangkan dalam random effect model (REM), intersep (bersama) mewakilkan nilai rata-rata dari semua intersep (cross section) dan komponen error mewakili deviasi (acak) dari intersep individual terhadap nilai rata-rata tersebut (Gujarati: 2013). Hipotesis dalam Uji Hausman sebagai berikut:

H0: Model yang digunakan Random Effect Model H1: Model yang digunakan Fixed Effect Model

(76)

Uji spesifikasi hausman membandingkan model Fixed, Common, dan Random di bawah hipotesis nol yang berati bahwa efek individual tidak berkolerasi dengan regresi dalam model (Hausman).

Berdasarkan tes hausman apabila tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p > 0,10) itu mencerminkan bahwa random estimator tidak aman bebas dari bias, dan karena itu lebih dianjurkan kepada fixed effect disukai daripada efek estimator tetap.

4. Uji Parameter Model (Uji Statistik)

Uji signifikasi merupakan prosedur yang digunakan untuk menguji kesalahan kebenaran hasil dari hipotesis nol dari sampel.

a. Uji Koefisien Determinasi (R-Square)

Suatu model mempunyai kebaikan dan kelemahan jika diterapkan dalam masalah yang berbeda. Untuk mengukur kebaikan suatu model (goodnes of fit) digunakan koefisien determinasi (R2). Nilai koefisien determinasi merupakan suatu ukuran yang menunjukkan besar sumbangan dari variabel independen terhadap variabel dependen, atau dengan kata lain koefisien determinasi menunjukkan variasi turunnya Y yang diterangkan oleh pengaruh linier X.

(77)

independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memperediksi variasi variabel dependen.

b. Uji F-Statistik

Uji F-Statistik ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh variabel independen (bebas) secara keseluruhan terhadap variabel variabel dependen (terkait), adapun langkah-langkahnya yang dapat dilakukan dalam uji ini adalah sebagai berikut:

1) Perumusan Hipotesa

Ho: β1 = β2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen.

H1: β1 ≠ β2 ≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh

variabel independen terhadap variabel dependen. 2) Pengambilan keputusan

(78)

c. Uji Parsial (t-Statistik)

Uji statistik (parsial) merupakan pengujian terhadap tingkat signifikan setiap variabel independen secara individual terhadap variabel dependen dalam suatu model regresi.

1) Merumuskan Hipotesa

Ho: β1 = β2 = 0 artinya tidak ada pengaruh secara individu masing

-masing variabel independen terhadap variabel dependen.

H1: β1 ≠ β2 ≠ 0 artinya ada pengaruh secara individu masing

-masing variabel independen terhadap variabel dependen. 2) Pengambilan keputusan

Dalam penelitian ini penulis menggunakan α = 0,10 persen, jika

probabilitas variabel independen > 0,10 persen maka hipotesa Ho diterima, artinya variabel independen secara partial tidak berpengaruh terhadap variabel dependen, jika probabilitas variabel independen < 0,10 persen, maka hipotesa H1 ditolak, artinya variabel independen secara partial berpengaruh terhadap variabel dependen.

Gambar

Tabel 1.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) Menurut Kabupaten/ Kota di Daerah
TABEL 1.2 Laju Pertumbuhan Kunjungan Wisatawan ke DIY
Tabel 1.3
Tabel 1.4 Laju Pertumbuhan PDRB di Daerah Istimewa Yogyakarta Atas Dasar Harga
+7

Referensi

Dokumen terkait

Secara umum organisasi belum memiliki standar pengelolaan yang terorganisir dan terdokumentasi dengan baik, sehingga perlu ada pendekatan yang dilakukan untuk tiap

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) prestasi belajar siswa pada pembelajaran kimia berwawasan chemoedutainment dengan eksperimen menggunakan laboratorium virtuil

Moisture ialah kandungan air yang terdapat dalam batubara sedangkan abu (ash) merupakan kandungan residu non-combustible yang umumnya terdiri dari senyawa-senyawa

d) Bapak Juanda Kepala Sekolah menjawab : iya seperti pembiasaan sholat berjamaah di masjid. Peneliti mengambil kesimpulan dari massing- masing guru dan kepala sekolah

Hijau 1 Minggu X setelah Pentakosta (Santo Petrus Dirantai) (Santo Paulus, R) (Para Kudus dari Makabe, Mm) Putih 2 Santo Alfonsus Maria de Liguori, UAD (Santo Stefanus I, PM) Merah

Dalam penelitian ini, instrumen yang diseminasikan dan sosialisasikan kepada guru Matematika SMP dan SMA adalah: (1) learning continuum, (2) cara

Tujuan: penelitian ini menilai hubungan antara persepsi kemampuan diri (self-efficacy) yang berkaitan dengan pengaturan makanan (meal management) dan strategi mengurangi

Setelah diwartakan berturut-turut lebih dari 3 kali hari Minggu dan sesuai dengan Rapat Pleno Majelis tertanggal 11 Januari 2015, maka Majelis jemaat akan meneguhkan para