EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT
(Studi Kasus Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II, Yogyakarta)
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana S – 1
Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh :
Mahendra Adyatama 20030110072
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
i
EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH RUMAH SAKIT
(Studi Kasus Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II, Yogyakarta)
Tugas Akhir
Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai derajat Sarjana S – 1
Program Studi Teknik Sipil
Disusun oleh :
Mahendra Adyatama 20030110072
JURUSAN TEKNIK SIPIL
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2013
ii
EVALUASI INSTALASI PENGOLAHAN AIR
LIMBAH RUMAH SAKIT
(Studi Kasus Rumah Sakit PKU II Muhammadiyah, Yogyakarta)
Disusun oleh :
MAHENDRA ADYATAMA
20030110072
Skripsi ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Yang Terdiri Dari :
Jazaul Ikhsan, ST, MT, Ph.D.
Ketua Tim Penguji ( ...)
Yogyakarta, 2016
Burhan Barid, ST, MT
Anggota ( ...) Yogyakarta, 2016
Puji Harsanto, S.T., M.T., Ph.D.
Anggota ( ...)
iii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penyusun dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir dengan judul Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit (Studi Kasus Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II, Yogyakarta). Sholawat serta salam senantiasa kami curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga dan sahabat – sahabatnya yang telah membawa kita dari alam kebodohan menuju alam yang penuh ilmu pengetahuan seperti sekarang ini.
Dalam pelaksanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini, penyusun menyadari sepenuhnya bahwa selesainya Tugas Akhir ini tidaklah terlepas dari kerjasama, bantuan, bimbingan, pengarahan dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penyusun menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Jaza’ul Ikhsan, S.T., M.T., Ph. D., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Sekaligus sebagai dosen pembimbing I atas segala bimbingan, arahan dan bantuannya sehingga dapat terselesaikan penyusunan tugas akhir ini.
2. Ibu Ir. Anita Widianti selaku pelaksana tugas Ketua Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
3. Bapak Burhan Barid., S.T., M.T., selaku dosen pembimbing II atas segala bimbingan, arahan dan bantuannya sehingga dapat terselesaikan penyusunan tugas akhir ini.
4. Bapak Puji Harsanto, S.T., M.T., Ph.D. selaku dosen penguji.
5. Bapak dan Ibu dosen pengajar Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas ilmu yang telah diberikan kepada penyusun. 6. Seluruh staf karyawan dan karyawati Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas bantuannya.
iv 8. Istriku tercinta Fentri Yuliyana Kurniawati yang selalu mendukung dan
menyemangatiku.
9. Alifia Rinjani Adyatama putri tercintaku yang menginspirasiku.
10.Semua teman-teman Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta atas bantuannya.
11.Kepada semua pihak yang terlibat dalam penyusunan tugas akhir ini yang tidak dapat penyusun ungkapkan satu persatu.
Penyusun berharap semoga amal baik yang telah diberikan mendapat balasan dari Allah SWT. Disadari bahwa dalam penyusunan tugas akhir ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, sehingga masih perlu adanya perbaikan dan saran dari pembaca, Penyusun juga berharap semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, Amin Ya Rabbal Alamin.
Yogyakarta, Desember 2015
v
INTISARI
Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemar bagi lingkungan yang dapat memberi dampak negatif. Limbah rumah sakit bisa mengandung berbagai macam mikroorganisme bergantung pada tingkat pengolahan yang dilakukan sebeklum limbahtersebut dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit dan mencemari lingkungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995, tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, bahwa rumah sakit diwajibkan menyediakan sarana pengelolaan limbah cair maupun limbah padat agar seluruh limbah yang akan dibuang ke saluran umum memenuhi baku mutu yang ditetapkan menurut peraturan yang berlaku.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kuantitas air limbah yaitu debit dan beban pencemaran air limbah (BPM dan BPA), mengevaluasi hasil kualitas IPAL jika dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan pemerintah serta memberi solusi atau alternative dari permasalahan yang ada yaitu dengan cara menghitung ulang dimensi IPAL agar dapat menghasilkan hasil olahan yang sesuai standar baku mutu yang ditetapkan.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, debit rata-rata IPAL Rumah Sakit PKU II Muhammadiyah Yogyakarta yang ada sebesar 0,63 liter/detik atau 54,91m3/hari,dari parameter pencemaran Suhu, NH3, PO4 dan Coli tidak memenuhi baku mutu limbah cair
yang ditetapkan dalam Peraturan Gubernur DIY No.7 tahun 2010 yang dikarenakan tidak adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan limbahnya. Solusi atau alternative dari permasalahan yang ada yaitu dengan membuat SOP guna meningkatkan efisiensi penurunan agar sesuai baku mutu yang ditetapkan.
vi
HALAMAN MOTTO
“
Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalatmu
Sebagai penolongmu, sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar”
(Al-Baqarah: 153)
Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Never start something that you
can’t
finish.
Nek wani ojo wedi-wedi, nek wedi ojo wani-wani.
vii
PERSEMBAHAN
Terimakasih kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Mu
sehingga dapat terselsaikannya jenjang pendidikan ini dan semoga mendapat
ridha-Mu dalam setiap langkah hamba. Amin.
Terima kasih kepada bapak dan ibu atas segala bimbingan, dukungan, doa dan
bantuan materiilnya , serta kasih sayangmu selama ini yang tak mampu aku balas
dengan apapun, semoga suatu saat nanti bisa diberikan kesempatan untuk dapat
membahagiakan dan membanggakan kalian.
Terimakasih untuk Putriku Alifia Rinjani Adyatama yangtelah memberiku
inspirasi.
Terimakasih untuk Istriku Fentri Yuliyana Kurniawati untuk kasih
sayang,dukungan,motivasi dan kesabarannya selama ini, I Love You
Nciet
.
Terimakasih untuk semua teman-teman jurusan teknik Fakultas Teknik
viii
DAFTAR ISI
Halaman Judul………i
Lembar Pengesahan ………ii
Kata Pengantar……… iii
Intisari……….v
Motto ………...vi
Persembahan ………...vii
Daftar Isi ………viii
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 3
1.5 Batasan Masalah ... 3
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Air Limbah... 4
2.2 Sifat-Sifat Air Limbah ... 5
2.2.1 Sifat Fisik ... 5
2.2.2 Sifat Kimia ... 6
2.2.3 Sifat Biologi ... 7
2.3 Parameter Kualitas Air yang Diuji... 8
2.3.1 BOD ... 8
2.3.2 COD ... 8
2.3.3 E-Coli ... 8
2.3.4 TSS ... 8
2.3.5 Deterjen ... 8
2.3.6 Minyak dan Lemak ... 8
2.3.7 Amonia ... 9
2.3.8 Phospat ... 9
2.4 Dampak Limbah cair Rumah Sakit ... 10
2.5 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob... 10
2.5.1 Penguraian Anaerob ... 11
2.5.2 Proses Pengolahan Lanjut ... 11
BAB IIILANDASAN TEORI ... 13
3.1 Peraturan Pemerintah Tentang Limbah ... 13
3.2 Debit dan Beban Pencemaran Menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010... 15
ix
3.2.2 Debit limbah cair... 16
3.2.3 Beban Pencemaran Maksimum... 16
3.2.4 Beban Pencemar Sebenarnya ... 17
3.3 Proses Perencanaan IPAL ... 17
3.3.1 Bak Pengumpul Lemak ... 17
3.3.2 Reaktor Anaerob ... 18
3.3.3 Pengolahan Lanjutan ... 19
3.3.4 Bak Pengumpul Sentral... 22
3.3.5 Perhitungan kebutuhan daya pompa ... 23
3.3.6 Filter ... 24
BAB IVMETODOLOGI PENELITIAN ... 25
4.1 Tempat Penelitian ... 25
4.2 Metode Pengumpulan Data ... 25
4.2.1 Data primer, dilakukan dengan cara dokumentasi visual terhadap obyek penelitian. ... 25
4.2.2 Data Sekunder, meliputi : ... 25
4.3 Cara Analisis Data ... 26
4.3.1 Analisis kuantitas dan kualitas air limbah ... 26
4.3.2 Evaluasi Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit dalam Pengolahan Limbah Cair Error! Bookmark not defined. 4.4 Diagram Alir Penelitian ... 30
BAB VANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 31
5.1 Kuantitas Air Limbah ... 31
5.1.1 Debit ... 31
5.1.2 Beban Pencemaran ... 32
5.1.3 Efesiensi penurunan kadar ... 35
5.2 Evaluasi Kualitas Air Limbah ... 37
5.2.1Suhu ... 37
5.2.2 pH ... 39
5.2.3 BOD5 ... 40
5.2.4 COD ... 41
5.2.5 TSS ... 42
5.2.6 NH3 Bebas ... 43
5.2.7 Phospat (PO4) ... 44
5.2.8 Kuman Golongan Coli ... 45
5.3 Evaluasi IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II ... 46
x 6.1 Kesimpulan ... 52
LEMBAR
PENGESAHANTUGAS
AI(HIR
EVALUASI INSTALASI
PENGOLAHANAIR
LIMBAH
RUMAH
SAKTT(Studi Kasus Rumah Sakit PKU II Muhammadiyah, Yoryakarta)
Disusun oleh :
MAHENIDRA
ADYATAMA
20030110072
Skripsi ini telah dipertahankan dan disahkan di depan Dewan Penguji Program Studi Teknik Sipil Fakultas Teknik
Llniversitas Muhammadiyah Yogrnkarta
Yang Terdiri Dari :
Jazaul lkhsan. S'f.llIT. Ph.D.
Ketua Tim Penguji
Burhan Barid. ST. MT
Anggota
Puii Harsanto. S.T.. M.T.. Ph.D.
Anggota
(CHd,
Yogyakart4
t-71
V.f
zarcz
,//)
Yory/akarta,
z\l,-/
2016/
\
::,
Vr,
(
.... ..\...-... )INTISARI
Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemar bagi lingkungan yang dapat memberi dampak negatif. Limbah rumah sakit bisa mengandung berbagai macam mikroorganisme bergantung pada tingkat pengolahan yang dilakukan sebeklum limbahtersebut dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat menyebabkan penyakit dan mencemari lingkungan. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Republik Indonesia Nomor KEP-58/MENLH/12/1995, tentang baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit, bahwa rumah sakit diwajibkan menyediakan sarana pengelolaan limbah cair maupun limbah padat agar seluruh limbah yang akan dibuang ke saluran umum memenuhi baku mutu yang ditetapkan menurut peraturan yang berlaku.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis kuantitas air limbah yaitu debit dan beban pencemaran air limbah (BPM dan BPA), mengevaluasi hasil kualitas IPAL jika dibandingkan dengan baku mutu yang ditetapkan pemerintah serta memberi solusi atau alternative dari permasalahan yang ada yaitu dengan cara menghitung ulang dimensi IPAL agar dapat menghasilkan hasil olahan yang sesuai standar baku mutu yang ditetapkan.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa, debit rata-rata IPAL Rumah Sakit PKU II Muhammadiyah Yogyakarta yang ada sebesar 0,63liter/detik atau 54,91m3/hari,dari parameter pencemaran Suhu, NH3, PO4 dan Coli tidak memenuhi baku mutu limbah cair yang ditetapkan
dalam Peraturan Gubernur DIY No.7 tahun 2010 yang dikarenakan tidak adanya Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan limbahnya. Solusi atau alternative dari permasalahan yang ada yaitu dengan membuat SOP guna meningkatkan efisiensi penurunan agar sesuai baku mutu yang ditetapkan.
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limbah didefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah merupakan buangan dari setiap kegiatan yang dilakukan perorangan maupun kegiatan industri. Limbah tersebut dapat berupa limbah padat (solid wastes), limbah cair (liquid wastes), maupun limbah gas (gaseous wastes) (Sugiharto, 1987). Sumber limbah berasal dari setiap tempat yang terdiri dari perorangan atau beberapa orang dengan masing-masing aktifitasnya, seperti rumah tangga, industri, rumah sakit (RS), kantor-kantor kelembagaan, tempat rekreasi dan sebagainya. Rumah sakit adalah salah satu tempat umum sebagai tempat pelayanan kesehatan, tentunya di Rumah sakit terdapat sekumpulan manusia dengan banyaknya kegiatan-kegiatan medis yang berlangsung. Dengan banyaknya kegiatan-kegiatan tersebut, maka setiap manusia dapat menghasilkan buangan atau limbah.
Air limbah rumah sakit merupakan salah satu sumber pencemar bagi lingkungan yang dapat memberi dampak negatif. Limbah rumah sakit bisa mengandung mikroorganisme bergantung pada jenis rumah sakit dan tingkat pengolahan yang dilakukan sebelum limbah tersebut dibuang. Limbah cair rumah sakit dapat mengandung senyawa-senyawa kimia yang berbahaya serta mengandung mikroorganisme pathogen yang dapat mencemari lingkungan.
Limbah cair adalah semua air buangan yang dihasilkan dari seluruh kegiatan rumah sakit dan kegiatan penunjang lainnya. Limbah cair terdiri dari limbah domestik dan limbah klinis. Limbah cair domestik berasal dari perkantoran, dapur, kamar mandi dan laundry, sedangkan limbah cair klinis adalah limbah yang berasal dari laboratorium, air bekas pencucian luka dan darah, dan lain-lain.
2 Atas dasar itu, diperlukan adanya instalasi pengolahan air limbah yaitu bangunan air yang berfungsi mengolah semua buangan yang berasal dari kegiatan yang ada di rumah sakit. Agar limbah yang akan dibuang ke lingkungan sudah memenuhi baku mutu yang ada dan tidak menimbulkan gangguan pada lingkungan sekitar namun beberapa limbah Rumah Sakit belum memiliki standar Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang sesuai dengan standar sehingga air limbah yang dibuang ke lingkungan sudah memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta merupakan rumah sakit di Yogyakarta dan merupakan rumah sakit dengan kelas B yang setiap hari menghasilkan limbah cair dari kegiatan rumah sakit.
Sebagai salah satu tempat pelayanan kesehatan di Yogyakarta, Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II mempunyai permasalahan yang dihadapi berupa hasil tes laboratorium untuk outlet IPAL yang menunjukkan beberapa indikasi berupa suhu, NH3, PO4 dan Coli yang
memiliki nilai diatas standar baku mutu. Seperti hasil suhu = 30,4 0 Celcius > baku mutu = 30 0 Celcius, NH3 0,79 mg/l > baku mutu = 0,1 mg/l, PO4 3,66 mg/l > baku mutu = 2 mg/l. Kondisi
tersebut bisa disebabkan oleh faktor pelaksanaan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang tidak sesuai.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan-permasalahan yang perlu dikaji dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Kuantitas dan beban pencemaran air limbah.
2. Kualitas air limbah dibandingkan dengan baku mutu.
3. Perlu tidaknya dilakukan perancangan ulang dimensi bangunan IPAL.
1.3 Tujuan Penelitian
3 2. Evaluasi kualitas air limbah hasil dengan baku mutu.
3. Evaluasi IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
1.4 Manfaat Penelitian
Harapan dari penelitian ini mampu meberi manfaat, diantaranya adalah sebagai berikut : 1. Sebagai masukan bagi pemerintah daerah dalam menyusun kebijakan pengolahan
limbah cair Rumah Sakit.
2. Sebagai masukan bagi Departemen Kesehatan Republik Indonesia dalam menentukan pengolahan limbah cair di setiap rumah sakit.
3. Sebagai masukan untuk penelitian selanjutnya dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan pengolahan limbah cair rumah sakit.
1.5 Batasan Masalah
Mengingat begitu kompleks dan luasnya permasalahan limbah Rumah Sakit dan untuk menhindari perluasan masalah, maka diberikan batasan – batasan sebagai berikut :
1. Studi evaluasi dilakukan terhadap unit IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Gamping, Sleman Yogyakarta.
2. Parameter air limbah yang dianalisis kualitasnya adalah suhu, Ph, BOD5, COD,
TSS, NH3 Bebas, Phospat, dan kuman golongan Coli.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Air Limbah
Limbah deidefinisikan sebagai sisa atau buangan dari suatu usaha atau kegiatan manusia. Limbah adalah bahan buangan yang tidak terpakai yang berdampak negatif jika tidak dikelola dengan baik. Secara garis besar limbah medis yang dihasilkan sarana pelayanan kesehatan, baik rumah sakit, puskesmas, atau sarana lain yang terdiri dari limbah yang diproduksi dari beberapa tindakan seperti hasil suatu diagnosis, pengujian biologis, hasil benda tajam, atau buangan limbah hasil suatu kegiatan (Asmadi, 2013).
Menurut Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan kegiatan yang berwujud cair. Air limbah dapat berasal dari rumah tangga maupun industri. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang berbahaya bagi kesehatan (Asmadi, 2013)
Limbah rumah sakit yaitu buangan dari kegiatan pelayanan yang tidak dipakai ataupun berguna. Limbah rumah sakit cenderung bersifat infeksius dan kimia beracun yang dapat membahayakan kesehatan manusia, memperburuk kelestarian hidup apabila tidak dikelola dengan baik.
Menurut Anonim (2013), Rumah Sakit dapat diklasifikasikan menurut tingkat kemampuannya, yaitu :
a. Rumah Sakit Kelas A
Rumah Sakit umum yang mempunyai fasilitas dan kemampuan medik spesialis dan subspesialis luas.
b. Rumah Sakit Kelas B
5 c. Rumah Sakit Kelas C
Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangya spesialis empat dasar lengkap (bedah, penyakit dalam, kesehatan anak serta kebidanan dan kandungan)
d. Rumah Sakit Kelas D
Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas dan kemampuan sekurang-kurangnya pelayanan medik dasar (Depkes 2003)
2.2 Sifat-Sifat Air Limbah
Karakteristik atau sifat air limbah yang dihasilkan oleh rumah sakit dibedakan menjadi tiga bagian besar, yaitu karakteristik fisik, kimia dan biologi. Berikut adalah sifat air limbah dibedakan menjadi 3 yaitu :
2.2.1 Sifat Fisik
a. Padatan total (Total Solid)
Padatan total adalah padatan yang tersisa dari penguapan dan sampel limbah cair pada temperatur 103-105ºC.
b. Bau
Limbah cair berpotensi mengandung senyawa berbau ataupun senyawa yang potensial menghasilkan bau selama proses pengolahan limbah cair.
c. Temperatur
Temperatur pada air dapat menentukan besarnya spesies biologi dan tingkat aktivitasnya.
d. Kepadatan
Kepadatan limbah cair merupakan karakteristik yang penting pada limbah cair karena dapat memberi informasi tingkat kepadatan air limbah dalam bak sedimentasi maupun unit lain dalam Instalasi Pengolahan Air Limbah (Anonim, 2012).
e. Warna
6 a. Kekeruhan
Kekeruhan pada dasarnya disebabkan oleh adanya koloid, zat organik, jasad renik, lumpur, dan benda terapung yang tidak dapat mengendap dengan segera (Anonim, 2012).
2.2.2 Sifat Kimia 2.2.2.1 Zat Organik :
a. Protein
Protein merupakan senyawa kimia yang komplek dan tidak stabil, sebagian protein larut dalam air dan sebagian lagi tidak.
b. Minyak dan lemak
Minyak dan lemak biasanya terdapat dalam air limbah. Minyak dan lemak tidak dapat diuraikan oleh mikroba.
c. Karbohidrat
Beberapa karbohidrat seperti gula larut dalam air sedangkan pati tidak dapat larut dalam air dan meskipun stabil dapat diubah dalam bentuk gula oleh aktivitas mikroba (Anonim, 2012)
d. Pestisida
Pestisida termasuk diantaranya insektisida dan herbisida telah banyak digunakan pada saat ini baik pada perkotaan maupun pertanian. Penggunaan yang salah dapat menyebabkan kontaminasi pada aliran air. Banyak dari pestisida ini bersifat toksik dan akan terakumulasi sehingga menyebabkan permasalahan tingkat rantai makanan yang tertinggi.
e. Deterjen atau Surfaktan
7 dilakukan dalam pengukuran Chemical Oxygen Demand (COD) dan
Biochemical Oxygen Demand (BOD).
2.2.2.2 Menurut Sugiharto (2008), parameter limbah cair yang tergolong dalam zat organik antara lain sebagai berikut :
a. pH
Kadar pH yang baik adalah kadar pH dimana memungkinkan kehidupan biologis di dalam air berjalan baik. pH yang baik untuk limbah adalah netral (pH 7).
b. Alkalinitas
Alkalinitas atau kebebasan air limbah disebabkan oleh adanya hidroksida, karbonat dan bikarbonat seperti kalsium, magnesium dan natrium atau kalium.
c. Logam
Logam seperti Nikel (Ni), Mg, Fe meskipun dalam konsentrasi yang rendah dibutuhkan oleh mikroorganise tetapi dengan kadar yang berlebih dapat membahayakan kehidupan mikroorganisme. Adanya polutan-polutan berupa logam berat Pb, Cd, Hg dan logam lainnya dalam konsentrasi yang melebihi ambang batas dalam air dapat membahayakan bagi mahluk hidup.
d. Gas
Gas yang sering muncul dalam air limbah yang tidak boleh antara lai : Nitrogen, CO2, H2S, NH3 dan CH4. Gas-gas ini berasal dari dekomposisi
zat organik dalam air limbah (Anonim, 2012).
2.2.3 Sifat Biologi
2.2.3.1 Bakteri
8 2.2.3.2 Jamur
Jamur dapat memecah materi organik, tidak melakukan fotosintesis, tumbuh pada daerah lembab dengan pH rendah (Anonim, 2012)
2.2.3.3 Alga
Alga dapat memberikan gangguan pada air, seperti timbulnya bau dan rasa yang tidak diinginkan.
2.3 Parameter Kualitas Air yang Diuji
2.3.1 BOD
Biochemical Oxygen Demand (BOD) didefinisikan sebagai jumlah oksigen yang diperlukan untuk menguraikan benda organik oleh bakteri, sehingga limbah menjadi jernih kembali. Parameter yang paling umum digunakan untuk pengukuran kandungan zat organik di dalam limbah cair adalah BOD5
yaitu pengukuran oksigen terlarut DO (Dissolved Oxygen) yang digunakan mikroorganisme untuk oksidasi biokimia zat organik membutuhkan waktu 5 hari (Anonim, 2012).
2.3.2 COD
Chemical Oxygen Demand (COD) adalah kebutuhan oksigen dalam proses oksidasi secara kimia. Nilai COD akan selalu lebih besar dari BOD karena kebanyakan senyawa lebih mudah teroksidasi secara kimia dari pada secara biologi (Anonim, 2005)
2.3.3 E-Coli
Escherchia coli atau biasa disingkat E-coli adalah satu jenis spesies utama bakteri gram negatif. Pada umumnya, bakteri ini ditemukan pada usus besar manusia.
2.3.4 TSS
9 2.3.5 Deterjen
Deterjen adalah golongan molekul organik, dalam air zat ini akan menimbulkan buih dan selama proses aerasi buih tersebut akan berada di atas permukaan gelembung udara.
2.3.6 Minyak dan Lemak
Lemak merupakan senyawa organik yang tidak mudah diuraikan oleh mikroba. Minyak jika terdapat di dalam limbah cair, dapat merugikan karena dapat menghambat aktivitas biologi untuk pengolahan limbah cair. Selain itu dapat merusak sistem perpipaan pada instalasi pengolahan air limbah (Anonim, 2012).
2.3.7 Amonia
Amonia adalah senyawa kimia, biasanya senyawa ini didapati berupa gas dengan bau tajam yang khas. Walaupun amonia memiliki sumbangan penting bagi kebutuhan nutrisi di bumi, amonia sendiri adalah senyawa kaustik yang dapat merusak kesehatan.
2.3.8 Phospat
10 2.4 Dampak Limbah cair Rumah Sakit
Dampak yang ditimbulkan limbah rumah sakit akibat pengelolaannya yang tidak baik dapat berupa :
a. Merosotnya mutu lingkunagan rumah sakit yang dapat mengganggu masalah kesehatan bagi masyarakat.
b. Limbah medis yang mengandung berbagai macam bahan kimia beracun, buangan yang terkena kontaminasi serta benda - benda tajam dapat menimbulkan penyakit dan gangguan berupa kecelakaan kerja.
c. Limbah medis yang berupa partikel debu dapat menimbulkan pencemaran penyakit dan kuman.
d. Pengelolaan limbah medis yang kurang baik akan menyebabkan estetika lingkungan yang kurang sedap.
e. Limbah cair yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan pencemaran sumber air (permukaan tanah) atau lingkungan dan menjadi media tempat berkembangbiaknya mikroorganisme pathogen, serangga yang dapat menjadi transmisi penyakit terutama kholera, disentri, thypus abdominalis (Anonim, 2013)
2.5 Pengolahan Air Limbah dengan Proses Biofilter Anaerob-Aerob
11 khlor agar seluruh mikroorganisme pathogen dapat dimatikan. Dari bak khlorinasi air limbah sudah dapat dibuang langsung ke sungai atau saluran umum.
2.5.1 Penguraian Anaerob
Di dalam bak penguraian anaerob tersebut polutan organic yang ada di dalam air limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerob, akan menghasilkan gas metan H2S. Dengan tahap pertama konsentrasi BOD dapat
menurunkan 60-70%. Air olahan selanjutnya akan diolah dengan proses pengolahan lanjut dengan system anaerob-aerob.
2.5.2 Proses Pengolahan Lanjut
Proses pengolahan lanjut ini dilakukan dengan system biofilter anaerob-aerob. Pengolahan air limbah dengan proses biofilter anaerob-aerob terdiri dari beberapa bagian yaitu bak pengendap awal, biofilter anaerob, biofilter aerob, bak pengendap akhir. Air limbah yang berasal dari pengolahan anaerob (pengolahan tahap pertama) dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Berfungsi juga sebagai pengurai lumpur dan penampung lumpur.
Air limpasan dari bak pengendapan awal selanjutnya dialirkan ke bak konaktor anaerob diisi dengan media dari bahan plastik berbentuk sarang tawon. Jumlah bak konaktor anaerob bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air yang diolah. Penguraian zat organic akan dilakukan mikroorganisme. Bakteri anaeobic akan tumbuh pada permukaan media, mikroorganisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum terurai di bak pengendap
12 penguraian zat organic, deterjen serta mempercepat proses nitrifikasi, sehingga efisiensi penghilangan amonia menjadi lebih besar.
13
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1 Peraturan Pemerintah Tentang Limbah
Berdasarkan peraturan pemerintah No. 58 Tahun 1995 baku mutu limbah cair bagi kegiatan rumah sakit menyebutkan bahwa kegiatan rumah sakit mempunyai potensi menghasilkan limbah yang dapat menimbulkan pencemaran lingkungan hidup, oleh karena itu perlu dilakukan pengendalian terhadap pembuangan limbah cair yang dibuang ke lingkungan dengan menetapkan Baku Mutu Limbah Cair bagi kegiatan Rumah Sakit. Rumah sakit adalah sarana upaya kesehatan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan kesehatan serta dapat berfungsi sebagai tempat pendidikan tenaga kesehatan dan penelitian (Bapedal, 1995). Dalam peraturan pemerintah No. 58 Tahun 1995 pasal 7 yaitu setiap penanggung jawab kegiatan atau pengelola rumah sakit wajib:
1. Melakukan pengelolaan limbah cair sebelum dibuang ke lingkungan sehingga mutu limbah cair yang dibuang ke lingkungan tidak melampaui Baku Mutu Limbah Cair yang telah ditetapkan;
2. Membuat saluran pembuangan limbah cair tertutup dan kedap air sehingga tidak terjadi perembesan ke tanah serta terpisah dengan limpahan air hujan; 3. Memasang alat ukur debit harian limbah cair;
4. Memeriksakan kadar parameter Baku Mutu Limbah Cair sebagaimana dalam lampiran keputusan ini kepada laboratorium sekurang-kurangnya satu kali dalam sebulan.
14 Pengelolaan air limbah rumah sakit bertujuan untuk menanggulangi dan mencegah pencemaran terhadap lingkungan dan gangguan kesehatan yang bisa terjadi terhadap masyarakat sekitar dan lingkungan rumah sakit itu sendiri yang diakibatkan oleh limbah rumah sakit. Oleh karena itu rumah sakit harus memiliki instalasi pengolahan air limbah cair yang memenuhi persyaratan teknis agar dapat mengelola limbah yang dihasilakan sehingga memenuhi standar baku mutu yang ditetapkan oleh pemerintah sebelum limbah tersebut dibuang ke lingkungan.
Dalam Peraturan Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor : 7 Tahun 2010, baku mutu limbah cair untuk kegiatan pelayanan kesehatan rumah sakit tipe B dn C seperti yang terdapat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Baku Mutu Limbah Cair Untuk Kegiatan Pelayanan Kesehatan
PARAMETER SATUAN
KADAR & BEBAN PENCEMARAN
KADAR MAX BEBAN PENCEMAR
MAX
FISIKA C
Suhu 30
Konduktivitas mmhos/cm 1.562,5
TSS 35 17,5
TDS mg/L 1000 500
KIMIA mg/L
BOD mg/L 35 17,5
COD mg/L 85 42,5
NH bebas mg/L 0,1 0,05
(PO4) mg/L 2 1
Deterjen mg/L 5 2,5
Minyak dan Lemak Nabati mg/L 5 2,5
Phenol mg/L 0,5 0,25
Ph 6,0-9,0
15
MIKROBIOLOGI Sel/100ml
Bakteri Coliform 10000
Bakteri Patogen
a.Salmonella NEGATIF
b.Shigela NEGATIF
c.Vibrio Cholera NEGATIF
d.Streptococus NEGATIF
RADIOA AKTIFITAS Bq/L
32 7x102
35 2x103
45 3x102
51 7x102
72 1x103
85 4x103
99 7x103
113 3x103
126 7x10
131 7x10
192 1x10
201 1x10
Debit/volume limbah maksimum 500 Liter/orang/hari/bed
Sumber : Peraturan Gubernur DIY nomor 7 Tahun 2010
3.2 Debit dan Beban Pencemaran Menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010
3.2.1 Debit/ Volume Limbah Cair Maksimum
Debit atau volume limbah cair maksimum yang diperbolehkan berdasarkan Peraturan DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut :
16
DM = Debit/Volume limbah cair maksimum yang
diperbolehkan bagi setiap jenis industry yang bersangkutan, dinyatakan dalam m3/bulan.
Dm = Debit/Volume limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan lampiran 1 Nomor 1 s/d 51 sesuai dengan jenis industri yang bersangkutan, dinyatakan m3 limbah cair per satuan produk atau bahan baku.
Pb = Produksi atau Bahan Baku sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk atau bahan baku yang sesuai dengan yang tercantum dalam lampiran I, II, III Nomor 1 s/d 51 untuk jenis industri yang bersangkutan.
3.2.2 Debit limbah cair
Debit atau volume limbah cair sebenarnya berdasarkan Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DA = Dp x H Dengan,
DA = Debit limbah cair yang sebenarnya, dinyatakan dalam m3 per bulan.
Dp = Hasil pengukuran debit limbah cair, dinyatakan dalam m3 per hari.
H = Jumlah hari kerja pada bulan yang bersangkutan. Catatan : DA tidak boleh lebih besar dari DM
3.2.3 Beban Pencemaran Maksimum
Beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut:
17 BPM = Beban pencemaran maksimum per satuan produk atau bahan baku dinyatakan dalam kg parameter per satuan produk atau bahan baku.
(CM)j = Kadar maksimum unsure pencemar j, dinyatakan dalam mg/l.
DM = Debit/Volume limbah cair maksimum sebagaimana tercantum dalam ketentuan Lampiran 1 Nomor 1 s/d 32, sesuai dengan jenis industri yang bersangkutan dinyatakan dalam m3 limbah cair per satuan produk atau bahan.
f = Faktor konversi
x
3.2.4 Beban Pencemar Sebenarnya
Beban pencemaran maksimum sebenarnya tidak boleh melebihi beban pencemaran maksimum yang diperbolehkan menurut Peraturan Gubernur DIY No 7 Tahun 2010 dihitung dengan rumus sebagai berikut:
BPA = (CA)j x DA/Pb x f
Dengan,
BPA : Beban Perencanaan Sebenarnya dinyatakan dalam kg parameter per satuan produk atau bahan baku.
(CA)j : Kadar sebenarnya unsur j, dinyatakan dalam mg/l DA : Debit limbah cair sebenarnya dinyatakan dalam
m3/bulan
Pb : Produksi atau Bahan Baku Sebenarnya dalam sebulan, dinyatakan dalam satuan produk atau bahan baku yang sesuai dengan yang tercantum dalam Lampiran I Nomor 1 s/d 51 untuk jenis industri yang bersangkutan.
f : Faktor konversi
18 3.3 Proses Perencanaan IPAL
3.3.1 Bak Pengumpul Lemak
Bak ini berfungsi menampung air limbah dari berbagai sumber, mengurangi minyak dan lemak yang terdapat pada air limbah agar saat air masuk ke pengolahan selanjutnya kadar minyak dan lemak sudah berkurang. Bak ini juga dilengkapi dengan bar screen atau saringan kasar. Bak ini dirancang berdasarkan debit maksimum air limbah.
- Volume bak(V) = Q x td
Dengan:
Q : Debit kapasitas rencana td : Waktu tinggal
- Luas bak (A) = V/h Dengan:
V : Volume bak
H : Kedalaman efektif rencana
Hitungan Bar screen (Saringan Kasar)
Bar screen ini digunakan sebagai penangkap kotoran-kotoran yang terikut di dalam air limbah seperti kotoran padat yaitu sampah plastik, kayu dan kaleng agar tidak masuk ke pengolahan selanjutnya.
Analisa penting yang diperlukan dalam perancangan adalah menentukan tinggi hilang dipengaruhi oleh bentuk kisi, tinggi kecepatan aliran yang melewati kisi, seperti dirumuskan Kircmer sebagai berikut:
Tinggi hilang tekanan pada screen (H1) H1 = (w/b) 4/3 hv sin
Dengan:
19 3.3.2 Reaktor Anaerob
Pada bak ini terjadi pengolahan biologi secara anaerob atau pengolahan dengan tidak memerlukan udara, di dalam bak ini terdapat media untuk tumbuh kembangnya mikroorganisme. Media yang digunakan yaitu berbahan plastik berbentuk sarang tawon.
Volume media = 70% dari total volume reactor
Waktu tinggal reactor anaerob yang dibutuhkan = (V/Q) x 24 jam/hari) Dengan,
V : Volume Reaktor Q : Debit rencana - Luas Reaktor (A) = V/h Dengan,
V : Volume bak
H : Kedalaman efektif rencana 3.3.3 Pengolahan Lanjutan
A. Bak Equalisasi
Fungsi dari bak equalisasi ini adalah untuk menampung air limbah dan menghomogenkan air. Bak dibuat berbentuk empat persegi panjang dengan perbandingan 1:1, dalam perancangan dimensi bak berdasarkan debit maksimum air limbah.
Hitungan
- Volume bak (V) = Q x td
Dengan,
Q : Debit kapasitas rencana td : Waktu tinggal
- Luas bak (A) = V/h Dengan,
V : Volume bak
20 B. Biofilter Aerob
Di dalam bak ini dilakukan pemberian sejumlah udara dengan menggunakan blower, pada kondisi ini mikroorganisme akan mengoksidasi air buangan dari bahan organik menjadi karbon dioksida dan air, kemudian mensintesa bagian lain menjadi sel-sel mikroba baru.
Air buangan hasil pengolahan aerob selanjutnya akan masuk ke dalam bak pengendap dimana flok-flok organisme mengendap kemudian dibuang. Lumpur yang diaktifkan kembali akan dipompa ke bak equalisasi untuk dicampur lagi dengan air buangan.
- Cek waktu tinggal :
=
Dimana: ct = konsentrasi BOD keluar = 25 mg/l
co = konsentrasi BOD masuk = 227,5 mg/l
K = konstanta = 0,4343 = waktu tinggal
(Reynold,T.D,1982)
- Volume media = 50% dari total volume reaktor
- Waktu tinggal reactor anaerob yang dibutuhkan = (V/Q x 24 jam/hari) Dengan,
V : Volume reaktor Q : Debit rencana
- Luas Reaktor (A) = V/h
Dengan,
V : Volume bak
21 Banyaknya udara yang harus disediakan dibandingkan dengan derajat pengontrolan air buangan adalah sebesar 40-80 m3 per hari udara setiap kg BOD.
(Sugiharto,2008) C. Bak Sedimentasi / Pengendap
Fungsi dari bak pengendap dalam proses pengolahan air adalah untuk mengendapkan partikel-partikel organik terlarut. Biasanya dibuat lantai dasar dengan bentuk miring sehingga memudahkan dalam pembuangan lumpurnya. Kecepatan aliran pada bak ini sangat lambat, maka digunakan waktu tinggal 2,5 jam agar hasil bahan bangunan organik yang memuaskan.
Parameter yang bisa diguaakan dalam perencanaan bak pengendap adalah laju muatan permukaan (beban permukaan) dan laju pelimpahan.
- Laju limpahan =Q/keliling bak - Luas penampang bak (A) =Q/BP
Dengan,
Q : Debit rencana
BP : Beban permukaan 24-48 m3/hari/m2
Banyaknya masa padat yang dihasilkan dari bak pengendap primer maupun sekunder dapat dihitung dengan rumus:
- Massa padat dari bak pengendap primer
MS = Efisiensi x SS x Q
- Massa padat dari bak pengendap sekunder
22 Lumpur yang dihasilkan dari bak primer mempunyai kandungan solod 5% dengan spesifik gravity 1,02. Pada bak pengendap sekunder lumpur yang dihasilkan mempunyai kandungan solid 0,75% dengan spesifik gravity1,005 lumpur yang dihasilkan dapat dihitung dengan rumus:
- V = MS/(PwxSSxPs)Pw
Dengan,
V : Volume
Ms : Massa lumpur kering (kg) Pw : Kerapatan air 1000 kg/m3
Ps : Kandungan bahan pandatan lumpur Ssi : Spesifikasi graffiti
(Met Calf and Eddy, 1979)
D. Bak Disinfektan/Khlorinasi
Berfungsi untuk mengurangi atau membunuh mikroorganisme pathogen yang ada berada dalam air buangan. Mekanisme pembubuhan sangat dipengaruhi oleh kondisi dari zat pembubuh dan mikroorganisme itu sendiri. Banyaknya zat pembubuh kimia termasuk khlorin dan komponennya mematikan bakteri dengan cara merusak atau mengaktifkan enzim utama, sehingga terjadi kerusakan dinding sel.
- Kriteria perancangan : Dosis khlor =5mg/l Waktu kontak =30menit Kadar kaporit =70%
Larutan cairan khlor =1,5% (Met Calf and Eddy, 1979) 3.3.4 Bak Pengumpul Sentral
23 perancangan dimensi bak berdasarkan debit maksimum air buangan. (Anonim,1996)
- Volume bak(V)= Q x td
Dengan,
Q : Debit kapasitas rencana Td : waktu tinggal
- Luas Bak(A)=V/h Dengan,
V : Volume bak
h : Kedalaman efektif rencana
3.3.5 Perhitungan kebutuhan daya pompa
Perhitungan daya pompa menggunakan rumus :
P =
Dengan,
P = tenaga pompa(pK)
Q = debit yang dialirkan pompa (m3/detik) Hf = kehilangan tekanan (m)
= bj air(1000 kg/m3)
ᶯ
= 75%Pipa hisap
Q = V.A
Chek kecepatan aliran :
V = Q/A
A = 1⁄4 . π . D2
Kehilangan tekanan dari pipa hisap dan pipa tekan Hf =
24 Hf = kehilangan tekanan pada pipa (m)
f = koefisien gesekan Darcy-Weisbach L = panjang pipa (m)
D = diameter pipa (m)
V = kecepatan aliran alam pipa (m/dt) g = percepatan gafitasi (9,81 m/dt2) Kehilangan tekanan akibat assesoris pada pipa hisap
Hf =
Dengan,
K = koefisien kekasaran assesoris n = jumlah asesoris
Pipa tekan Q = V . A Chek kecepatan aliran:
V = Q / A
3.3.6 Filter
Filter yang digunakan terdiri dari dua filter yaitu sand filter atau saringan pasir dan karbon filter atau saringan karbon berfungsi untuk menyaring sisa-sisa padatan, mengurangi bau, warna, dan polutan-polutan lain yang masih tersisa dari pengolahan sebelumnya.
Hour retention time (HRT) = 1jam Volume air limbah = Q x td
Dengan,
Q = Debit kapasitas rencana
Td = Waktu tinggal
Volume media =1/3 x Volume air limbah
Volume total = π x r2x t Dengan,
25
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Tempat Penelitian
Lokasi penelitian di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta, kabupaten Sleman, Yogyakarta. Lahan yang dimiliki Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II seluas sekitar 44.000 m2 dan jumlah tempat tidur sebanyak 100 buah.
[image:38.595.115.516.312.527.2]Penelitian dilakukan dari bulan Desember 2013 – Maret 2014. Adapun untuk Lokasi Penelitian dapat dilihat lebih jelas pada peta sebagai berikut :
Gambar 4.1 Peta Lokasi Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta
4.2 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi dua jenis data yaitu :
4.2.1 Data primer, dilakukan dengan cara dokumentasi visual terhadap obyek penelitian.
4.2.2 Data Sekunder, meliputi :
26 pengolahan limbah, unit pelayanan, dan unit pengolahan limbah yang dimiliki.
2. Gambar instalasi pengolahan air limbah.
3. Hasil uji laboratorium air limbah.
4. Jumlah tempat tidur dan persentase tempat tidur yang terisi perbulan.
4.3 Cara Analisis Data
4.3.1 Analisis kuantitas dan kualitas air limbah
1. Mengamati dan mencatat debit air limbah Rumah Sakit, kemudian menghitung debit limbah cair maksimum yang diperbolehkan dan debit limbah cair yang sebenarnya. Sehingga dapat mengetahui limbah cair Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta mlebihi atau tidak dari batas maksimum yang diperbolehkan
2. Menghitung beban pencemaran maksimum dan pencemaran sebenarnya. Sehingga bisa diketahui bahwa beban pencemaran limbah cair yang ada memenuhi syarat atau tidak.
3. Menghitung efisiensi penurunan kadar BOD5, COD, dan TSS. Untuk mengetahui kadar parameter tersebut.
4.3.2 Evaluasi Kemampuan Fisik IPAL Rumah Sakit dalam Pengolahan Limbah Cair
27 dievaluasi dengan membandingkan kualitas setiap kadar parameter pencemar limbah Rumah Sakit dan sesudah melalui IPAL.
28 Sumber Limbah
[image:41.595.85.556.88.584.2]
Gambar 4.2 Mekanisme Pengolahan Limbah Cair di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta
Hemodialisa Kamar Mandi
Loundry Ruang Radiology
Ruang OK
Laboratorium Dapur
Pengenceran
Saring Lemak
Inle
Unit Septic Tank
Unit Selter
Unit Anaerobatic Filter
Unit Horizontal Gravel Filter PLant
Unit Kolam Indikator dan Aerasi
Unit Bak Khlorinasi
29 Gambar 4.3 Skema Mekanisme Pengolahan Limbah Cair di Rumah Sakit PKU
30 4.4 Diagram Alir Penelitian
Gambar 4.3 Diagram Alir Penelitian MULAI
IDE PENELITIAN
Evaluasi Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Sakit
PERUMUSAN MASALAH
STUDI LITERATUR
- Peraturan Pemerintah No. 58 tahun 1995 tentang Baku Mutu Limbah Cair Rumah Sakit
- Keputusan Gubernur D.I.Y No. 7 Tahun 2010 - Instalasi Pengolahan Air Limbah
PENGAMBILAN DATA
Data Sekunder Data Primer
ANALISIS DATA - Kuantitas dan beban
pencemaran air limbah - Kualitas Air Limbah - Perencanaan Ulang
Instalasi
KESIMPULAN
SELESAI
TIDAK
31
BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1 Kuantitas Air Limbah
Untuk kuantitas dapat dilakukan dengan menghitung debit limbah cair dan beban pencemaran. Untuk analisa kualitas dengan cara menghitung efesiensi penrunan kadar untuk setiap parameter. Peritungan debit limbah cair, beban pencemaran, dan efesiensi penurunan adalah sebagai berikut :
5.1.1 Debit
Menurut Peraturan DIY No 7 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu air limbah, perhitungan debit atau volume limbah cair maksimum dan yang di perbolehan adalah sebagai berikut :
a. Debit / Volume Limbah Cair Maksimum DM = Dm x Pb
Diketahui :
Dm = Untuk kegiatan pelayanan kesehatan RSU kelas B dan C (lampiran II nomor 2) = 500 liter/orang/hari/bed = 0,5 m3/orang/hari/bed.
Pb = 200 TT Sehingga :
DM = (0,5 x 30) x 200 = 3000 m3/bulan
b. Debit Limbah Cair Sebenarnya DA = Dp x H
Diketahui :
32 Tabel 5.1 Tabel Hasil Pengamatan Debit Perhari
HARI KE- DEBIT
(M3/HR)
1 58
2 55
3 59
4 52
5 50
6 53
7 49
8 63
9 56
10 51
11 58
RATA – RATA 54,91
Sumber : Data Primer, 2013
H = Diasumsikan jumlah hari rata-rata dalam 1 bulan = 30 hari Sehingga :
DA = 54,91 x 30 = 1647,2 m3/bulan
Penilaian untuk Debit Limbah Cair adalah DA ( Debit limbah cair yang sebenarnya ) tidak boleh lebih besar dari DM ( Debit/volume limbah cair maksimum. Pada perhitungan debit limbah cair untuk Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta, DA tidak melebihi DM sehingga masih memenuhi syarat.
5.1.2 Beban Pencemaran
Menurut Baku Mutu Air Sungai mengacu PP No 82 tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air sungai kelas II sebagai berikut :
a. Beban Pencemaran Maksimum BPM = (CM)j x DM x f Diketahui :
(CM)j = Dipakai Baku Mutu untuk air sungai kelas II = (CM)BOD5 = 3 mg/l
= (CM)COD = 25 mg/l
33
= (CM)PO4 = 0,2 mg/l
= (CM) TSS = 50 mg/l
DM = Untuk kegiatan pelayanan kesehatan Rumah Sakit kelas B dan C (lampiran II nomor 2) = 500 liter/orang/hari/bed
F = Faktor konversi
x
m3 Sehingga perhitungan beban pencemaran maksimum untuk setiap parameter adalah sebagai berikut :
1) BOD5
BPM = 3 x 3000 x
= 9 kg / bulan 2) COD
BPM = 25 x 3000 x
= 75 kg / bulan 3) NH3 Bebas
BPM = 0,06 x 3000 x
= 0,18 kg / bulan 4) PO4
BPM = 0,2 x 3000 x
= 0,6 kg / bulan 5) TSS
BPM = 50 x 3000 x
= 150 kg / bulan b. Beban Pencemaran Sebenarnya
BPA = (CM)j x DA / Pb x f Diketahui :
(CA)j = Kadar sebenarnya unsur pencemaran dalam mg/l (diambil yang terbesar dari data selama tahun 2013 sampai 2014)
= (CA)BOD5 = 25 mg/l
= (CA)COD = 60 mg/l
34
= (CA)PO4 = 9.86 mg/l
= (CA) TSS = 29 mg/l
DA = 1647.2 m3/bulan Pb = 200 TT
F = Faktor konversi
m
3
Sehingga perhitungan untuk beban pencemaran sebenarnya untuk setiap parameter adalah sebagai berikut :
1) BOD5
BPA = 25 x 1647.2/200 x
= 0.21kg / bulan 2) COD
BPA = 60 x 1647.2/200 x
= 0.49 kg / bulan 3) NH3 Bebas
BPA = 2.17 x 1647.2/200 x
= 0.02 kg / bulan 4) PO4
BPA = 9.86 x 1647.2/200 x
= 0.08 kg / bulan 5) TSS
BPA = 29 x 1647.2/200 x
= 0.24 kg / bulan
35 Tabel 5.2 Beban Pencemaran Maksimum dan Beban Pencemaran Sebenarnya
PARAM
ETER
BPM
(Kg/bulan)
BPA
(kg/bulan) BPA<BPM
BOD5 9 0,21
Memenuhi
Syarat
COD 75 0,49 Memenuhi
Syarat
NH3
Bebas 0,18 0,02
Memenuhi
Syarat
PO4 0,6 0,08
Memenuhi
Syarat
TSS 150 0,24 Memenuhi
Syarat
Sumber : Hasil Perhitungan
Dari tabel hasil perhitungan beban pencemaran sebenarnya untuk semua parameter melebihi dari beban pencemaran maksimum. Sehingga beban pencemaran limbah cair di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta sesuai Peraturan DIY No 7 Tahun 2010Tentang Baku Mutu air limbah atau bisa dikatakan beban pencemaran air limbah hasil pengolahan sangat tinggi. Dikarenakan hasil dari beban pencemaran sebenarnya lebih besar dari beban pencemaran yang dioperbolehkan, maka perlu dilakukan perancangan ulang untuk dimensi bangunan IPAL.
5.1.3 Efesiensi penurunan kadar
36 Tabel 5.3 Hasil Pengujian Baku Mutu Air Limbah di IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta
BULAN PARAMETER SATUAN INLET OUTLET
A A
JULI
BOD Mg/l 97,5 10,5
COD Mg/l 229,5 29,1
TSS Mg/l 66 8
AGUSTUS
BOD Mg/l 57,6 12,1
COD Mg/l 153,2 26,3
TSS Mg/l 52 29
SEPTEMBER
BOD Mg/l 50,1 16,1
COD Mg/l 117,0 34,1
TSS Mg/l 38 19
OKTOBER
BOD Mg/l 40,1 11,1
COD Mg/l 109,5 22,0
TSS Mg/l 22 28
Sumber : Data Sekunder Dari Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta
Dari tabel 5.3 Hasil Pengujian Baku Mutu Air Limbah di IPAL RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta, perhitungan efesiensi penurunan untuk masing-masing parameter adalah sebagai berikut :
1. Efesiensi Penurunan Kadar BOD
%Efesiensi penurunan BOD =
x 100%
%Efesiensi penurunan BOD1 =
x 100% = 89,23%
%Efesiensi penurunan BOD2 =
x 100% = 78,99%
%Efesiensi penurunan BOD3 =
x 100% = 67,86%
%Efesiensi penurunan BOD4 =
x 100% = 72,32%
2. Efesiensi Penurunan Kadar COD
%Efesiensi penurunan COD =
x 100%
%Efesiensi penurunan COD1 =
x 100% = 87,32%
%Efesiensi penurunan COD2 =
x 100% = 81,24%
%Efesiensi penurunan COD3 =
37 %Efesiensi penurunan COD4 =
x 100% = 79,91%
3. Efesiensi Penurunan Kadar TSS
%Efesiensi penurunan TSS =
x 100%
%Efesiensi penurunan TSS1 =
x 100% = 87,88%
%Efesiensi penurunan TSS2 =
x 100% = 44,23%
%Efesiensi penurunan TSS3 =
x 100% = 50%
%Efesiensi penurunan TSS4 =
x 100% = -27,27%
Dari perhitungan efesiensi penurunan kadar BOD5, COD, dan TSS di atas
menunjukan efesiensi kinerja IPAL. Dengan demikian efesiensi kinerja IPAL belum stabil karena efesiensi penurunan kadar mengalami naik turun dan efesiensi kinerja IPAL yang masih bisa menurunkan beberapa kadar parameter hingga baku mutu yang ditetapkan. Sehingga tidak diperlukan perancangan ulang untuk dimensi IPAL.
5.2 Evaluasi Kualitas Air Limbah
Parameter yang diuji di laboratorium untuk kualitas air limbah adalah suhu, pH, BOD5, COD, TSS, NH3 Bebas, Phospat (PO4), dan kuman golongan
coli. Untuk mengevaluasi air limbah hasil pengolahan, parameter yang ada dibandingkan dengan Peraturan DIY No 7 Tahun 2010 Tentang Baku Mutu air limbah. Hasil analisa untuk setiap parameter adalah sebagai berikut :
5.2.1Suhu
[image:50.595.138.479.80.270.2]Hasil pemeriksaan suhu dari outlet IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta dibandingkan dengan baku mutu yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
38
Bulan Hasil Tes Suhu
Baku Mutu Outlet
April 30 32,9
Mei 30 30,5
Juni 30 29,5
Juli 30 28,9
Agustus 30 27,9
September 30 31,1
Oktober 30 26,9
November 30 30,6
Desember 30 30,2
[image:51.595.127.475.360.535.2]Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta
Gambar 5.1 Grafik Perbandingan Hasil Pemeriksaan Suhu
39 5.2.2 pH
[image:52.595.137.363.212.447.2]Hasil pemeriksaan pH dari outlet IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta dibandingkan dengan baku mutu yang digunakan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 5.5 Hasil Pemeriksaan untuk Parameter pH
Bulan Hasil Tes pH
Baku Mutu Outlet
April 6 S/D 9 7,9
Mei 6 S/D 9 7,8
Juni 6 S/D 9 8,1
Juli 6 S/D 9 7,6
Agustus 6 S/D 9 7,4
September 6 S/D 9 7,9
Oktober 6 S/D 9 8,3
November 6 S/D 9 8,0
Desember 6 S/D 9 7,7
[image:52.595.127.446.488.679.2]Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta
40 Untuk hasil pemeriksaan parameter pH yang ada menunjukkan bahwa air limbah berada pada kondisi basa yang masih berada pada ambang baku mutu yang ditentukan.
5.2.3 BOD5
Hasil pemeriksaan BOD5 dari outlet IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
[image:53.595.156.381.269.500.2]II Yogyakarta dibandingkan dengan baku mutu yang digunakan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 5.6 Hasil Pemeriksaan untuk Parameter BOD5
Bulan
Hasil Tes Suhu
Baku Mutu Outlet
April 35 12,1
Mei 35 13,1
Juni 35 25
Juli 35 10,5
Agustus 35 12,1
September 35 16,1
Oktober 35 11,1
November 35 12,1
Desember 35 17,1
[image:53.595.128.418.542.696.2]Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta
41 Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa parameter di BOD5 masih berada
dibawah baku mutu yang menunjukkan proses aerasi yang masih sempurna. Aerasi adalah salah satu usaha dari pengambilan zat pencemar sehingga konsentrasi zat pencemar akan berkurang atau bahkan akan dapat dihilangkan sama sekali (Anonim, 1987).
5.2.4 COD
[image:54.595.156.382.268.498.2]Hasil pemeriksaan untuk parameter COD dan perbandingannya dengan baku mutu bisa dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 5.7 Hasil Pemeriksaan untuk Parameter COD
Bulan
Hasil Tes COD
Baku Mutu Outlet
April 85 24
Mei 85 28
Juni 85 60
Juli 85 29,1
Agustus 85 26,3
September 85 34,1
Oktober 85 22
November 85 26,6
Desember 85 26,9
[image:54.595.126.414.542.680.2]Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta
42 Untuk hasil pemeriksaan COD masih dibawah baku mutu yang berarti tidak ada pencemaran, karena COD adalah bentuk lain pengukuran kebutuhan oksigen pada air limbah.
5.2.5 TSS
[image:55.595.156.382.225.457.2]Hasil pemeriksaan parameter TSS dan perbandingannya dengan baku mutu dapat dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 5.8 Hasil Pemeriksaan untuk Parameter TSS
Bulan
Hasil Tes TSS
Baku Mutu Outlet
April 35 4
Mei 35 10
Juni 35 11
Juli 35 8
Agustus 35 29
September 35 19
Oktober 35 28
November 35 19
Desember 35 20
[image:55.595.127.435.496.689.2]Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta
Gambar 5.5 Grafik Perbandingan Hasil Pemeriksaan TSS
43 waktu tinggal, waktu tinggal yang baik pada bak pengendapan adalah selama 2 jam (Anonim, 1987).
[image:56.595.157.378.206.438.2]5.2.6 NH3 Bebas
Tabel dan grafik perbandingan antara hasil pemeriksaan parameter NH3 Bebas
[image:56.595.157.379.207.437.2]dengan baku mutu dapat dilihat di bawah ini :
Tabel 5.9 Hasil Pemeriksaan untuk Parameter NH3 Bebas
Bulan Hasil Tes NH3
Baku Mutu Outlet
April 0.1 1,47
Mei 0.1 1,08
Juni 0.1 1,86
Juli 0.1 0,73
Agustus 0.1 1
September 0.1 0,97
Oktober 0.1 2,17
November 0.1 0,89
Desember 0.1 5,85
Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta
Gambar 5.6 Grafik Perbandingan Hasil Pemeriksaan NH3 Bebas
Pada hasil pemeriksaan parameter NH3 Bebas, hasilnya tidak memenuhi syarat
standar baku mutu. Proses yang mempengaruhi penurunan NH3 Bebas yaitu
[image:56.595.127.451.476.637.2]44 parameter NH3 Bebas bisa dikarenakan proses aerobic dan anaerobic tidak
optimal. 5.2.7 Phospat (PO4)
[image:57.595.158.381.211.439.2]Hasil pemeriksaan untuk parameter Phospat dan perbandingannya dengan baku mutu bisa dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 5.10 Hasil Pemeriksaan untuk Parameter Phospat (PO4)
Bulan
Hasil Tes Phospat Baku Mutu Outlet
April 2 9,86
Mei 2 7,81
Juni 2 9,27
Juli 2 5,98
Agustus 2 7,78
September 2 7,27
Oktober 2 8,25
November 2 8,53
Desember 2 5,85
Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta
Gambar 5.7 Grafik Perbandingan Hasil Pemeriksaan Phospat (PO4)
Untuk hasil pemeriksaan parameter phospat tidak memenuhi syarat baku mutu, karena masih banyak yang berada di atas baku mutu. Penurunan nilai phospat juga dikarenakan oleh proses aerobic dan anaerobic. Oleh karena itu penyebab masih tingginya nilai phospat dikarenakan pada pengolahan aerobik dan anaerobik masih kurang optimal
[image:57.595.129.441.479.598.2]45 Hasil pemeriksaan untuk parameter kuman golangan coli dan perbandingannya dengan baku mutu bisa dilihat dalam tabel dan grafik di bawah ini :
Tabel 5.11 Hasil pemeriksa untuk parameter Golongan Coli
Bulan Hasil Tes Kuman Coli
Baku Mutu Outlet
April 5000 240 x 102
Mei 5000 1600 x 101
Juni 5000 9,3 x 100
Juli 5000 < 1,8 x 100
Agustus 5000 4,5 x 100
September 5000 94 x 100
Oktober 5000 540 x 100
November 5000 46 x 100
Desember 5000 23 x 100
Sumber : BBTKL-PP Yogyakarta
Gambar 5.8 Grafik perbandingan Hasil Pemeriksa Kuman Golongan Coli
Pada tabel dan grafik di atas dapat dilihat bahwa kuman golongan coli pada bulan April dan Mei berada diatas baku mutu. Sehingga untuk parameter kuman golongan coli tidak memenuhi standar baku mutu.
Berdasarkan pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh BBTKL-PP Yogyakarta terhadap beberapa parameter pengukuran limbah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta dalam satu tahun pemeriksaan rutin menunjukkan bahwa hanya dalam parameter Suhu, NH3, PO4 dan Coli tidak
46 DIY No. 7 tahun 2010, hal ini menunjukkan bahwa masih adanya pengelolaan limbah di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta belum maksimal. Sehingga perlu adanya perbaikan terhadap Standar Operasional Prosedur (SOP) pengelolaan limbahnya.
5.3 Evaluasi IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II
IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tidak diperlukan adanya desain ulang dikarenakan untuk kapasitas debit yang masih mencukupi, dimana dalam perenacanaannya untuk 200 tempat tidur hanya terpakai 50 % dari kapasitasnya yaitu 100 tempat tidur. Akan tetapi perlu adanya Standar Operasional Prosedur ( SOP ) yang sesuai.
Pelaksanaan standar operasional prosedur ini diharapkan untuk dapat memaksimalkan kinerja IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta sehingga parameter-parameter uji secara keseluruhan dapat memenuhi standar baku mutu sesuai Peraturan Gubernur DIY No. 7 tahun 2010, adapun SOP untuk IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta pada perawatan instalasi pengolahan rumah sakit :
Pengertian : Perawatan instalasi pembuangan air limbah Rumah Sakit adalah suatu tata cara perawatan instalasi pembuangan air limbah.
Tujuan : - Untuk mencegah kemampetan aliran air.
- Untuk membersihkan materiil filter dari massa bakteri aktif yang sudah mati.
- Untuk menjaga supaya sinar matahari bisa masuk dengan maksimal ke dalam gravel filter.
- Agar oksigen dapat disuplai ke dalam gravel filter disaat air kosong.
Kebijakan : Dilaksanakan sesuai jadwal oleh pelaksana sanitasi
Prosedur :
47 1. Pengecekan permukaan air septic tank.
Pengecekan permukaan air di septic tank bertujuan untuk menjaga agar zat-zat padat berukuran besar seperti plastik, pembalut – wanita, dan kertas tidak masuk ke dalam filter anaerobik. Apabila terdapat zat-zat padat maka perlu dibersihkan dengan cara mengangkat zat padat tersebut dan membuangnya.
Pengecekan pada septic tank dianjurkan dilakukan dua kali dalam 1 tahun untuk menghindari masuknya zat-zat padat tidak terurai ke bak selanjutnya. Apabila zat-zat padat itu masuk ke bak selanjutnya, kemampetan aliran air di dalam bak tidak terhindarkan.
2. Pengurasan Rutin
Pengurasan rutin dilakukan setiap 1 – 3 tahun sekali. Pengurasan dilakukan dengan bantuan jasa penguras. Telah disediakan lubang pengurasan di setiap septic tank untuk memudahkan pengurasan. Pada saat pengurasan, lumpur aktif harus tetap ditinggal di dalam septic tank untuk meneruskan proses pembusukan zat padat yang baru terendap. Lumpur yang dikuras adalah lumpur yang berwarna kehitaman. Pengurasan harus dihentikan jika lumpur sudah berwarna kecoklatan. Lumpur yang berwarna kecoklatan inilah yang dimaksud lumpur aktif. Perlu diperhatikan bahwa jumlah lumpur pada bak pertama akan selalu lebih banyak daripada bak selanjutnya.
48 1. Pengecekan permukaan bertujuan menjaga agar sampah padat
tidak masuk filter anaerobik.
2. Pengecekan dilakukan seminggu sekali.
3. Apabila terdapat sampah padat harus dibersihkan dengan cara mengangkat sampah tersebut.
III. Perawatan Anaerobik Filter
1. Pengecekan man hole dilakukan sebulan sekali. Selain untuk melihat permukaan air pada Anaerobik Filter juga dilihat kondisi man hole ada tidaknya karat maupun kotoran yang menempel di man hole, jika ada dibersihkan dengan menggunakan sikat besi dan dilakukan pengecatan jika cat sudah mengelupas.
2. Pengecekan permukaan air bak anaerobik filter
Pengecekan permukaan air di bak anaerobik filter bertujuan untuk menjaga masuknya zat-zat padat berukuran besar seperti plastik masuk ke dalam filter.
Apabila terdapat zat-zat padat maka perlu dibersihkan dengan cara mengangkat zat padat tersebut dan membuangnya.
3. Pengurasan rutin
49 inilah yang bernama lumpur aktif. Perlu diperhatikan bahwa jumlah lumpur pada
bak pertama akan selalu lebih banyak daripada bak selanjutnya.
4. Back Flushed
Back flushed adalah proses pembalikan aliran air limbah di dalam bak anaerobik filter. Proses ini bertujuan untuk membersihkan material filter dari massa bakteri aktif yang sudah mati. Dengan pembalikan aliran, maka bakteri mati yang menempel di material filter atau dinding anaerobik filter terlepas dan mengendap. Setelah mengendap, dimulai pengurasan.
IV.Perawatan Horizontal Graver Filter Plant
1. Penjarangan , pemangkasan, dan penyiangan
Penjarangan, pemangkasan, dan penyiangan rumput phragmites / sejenisnya dianjurkan setiap tiga bulan sekali atau melihat kepadatan tanaman. Apabila penjarangan, pemangkasan, dan penyiangan terlambat, maka air akan mengalir diatas koral karena terjadi penyumbatan di dalam koral dan akan menimbulkan bau. Pemotongan daun-daun juga diperlukan untuk menjaga supaya sinar matahari bisa masuk dngan maksimal ke dalam gravel filter.
2. Pembersihan permukaan Horizontal Gravel Filter Plant
50 3. Pencucian kerikil dilakukan tiap 2 tahun sekali
Prosedur :
1) Tanaman dicabut dulu, kemudian tempat dikosongkan kurang lebih 2 m
2) Kerikil dicuci dengan cara diayak dan disemprot dengan air sampai bersih
3) Kerikil yang sudah bersih diletakkan ditempat yang kosong tadi.
4) Kemudian dilanjutkan mencuci kerikil yang belum dicuci sesuai langkah tersebut di atas.
5) Selesai pencucian kerikil tanaman ditanam lagi 4. Pengurasan ( Dewatering )
Pengurasan dengan cara mengeringkan air yang ada di Horizontal Gravel Filter Plant dengan membuka saluran pengurasan yang sudah tersedia. Hal ini dilakukan sekali sebulan, bertujuan untuk mensuplai oksigen ke dalam gravel filter di saat air kosong.
V. Perawatan Kolam Indikator
1. Pembersihan algae pada dinding kolam
Algae membantu menyuplai oksigen pada kolam. Tetapi, apabila pertumbuhan algae yang terlalu banyak dan tingginya kekeruhan air akan menyebabkan sulitnya sinar matahari menembus lapisan terbawah kolam. Apabila ini terjadi maka fotosintesis tidak terjadi dan akan timbul bau karena kondisi anaerobic tidak tercipta.
Kandungan BOD dan COD juga akan meningkat.
2. Pembersihan permukaan air kolam indikator
51 Unit Terkait : Unit Sanitasi
Untuk mendapatkan hasil parameter Suhu, NH3, PO4 dan Coli yang sesuai baku
52
BAB VI
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
1. Kuantitas air limbah atau debit sebenarnya (DA) yang dihasilkan adalah sebesar 1647.2 m3 per bulan sedangkan debit maksimum yang diperbolehkan (DM) sebesar 3000 m3 per bulan. Hal ini menunjukkan bahwa untuk Kuantitas limbah yang dihasilkan Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta masih memenuhi syarat dimana nilai debit sebenarnya (DA) tidak melebihi nilai debit maksimum yang diperbolehkan (DM).
2. Evaluasi Kualitas Air limbah yang dihasilkan oleh Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta parameter BOD5, COD, , pH,
dan TSS masih memenuhi syarat baku mutu yang ditentukan, sedangkan untuk parameter lainnya yakni Suhu, NH3, PO4 dan E
Coli tidak memenuhi baku mutu yang ditentukan seperti hasil uji pada Suhu dan NH3 didapatkan hasil sebesar 32,90 celcius dan 5,85
mg/l dimana untuk baku mutu parameter suhu yakni 300 celcius dan untuk parameter NH3 sebesar 0.1 mg/l.
3. Evaluasi IPAL RS PKU Muhammadiyah II Yogyakarta tidak diperlukan adanya desain ulang dikarenakan untuk kapasitas debit masih mencukupi dimana dalam perencanaannya untuk 200 tempat tidur hanya terpkai 50 % dari kapasitasnya yaitu 100 tempat tidur, akan tetapi perlu adanya Standar Operasional Prosedur untuk IPAL Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta.
6.2 Saran
53
2. Rumah Sakit PKU Muhammadiyah II Yogyakarta menerapkan dan melaksanakan Standar O