• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PENGGUNA NARKOTIKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PENGGUNA NARKOTIKA"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Anak adalah generasi penerus bangsa dan penerus pembangunan, yaitu generasi yang dipersiapkan sebagai subjek pelaksana pembangunan yang bekelanjutan. Upaya perlindungan anak harus telah dimulai sedini mungkin. Dalam kehidupan masyarakat, anak yang melakukan penyalahgunaan narkoba sebagai pengguna dan kemudian diproses melalui proses peradilan anak, keseluruhannya dijatuhi pidana penjara. Sementara pidana penjara adalah pidana yang paling dihindari sebagai reaksi kenakalan anak karena dampak yang ditimbulkan akan mengganggu perkembangan fisik, mental, dan sosial anak. Penelitian ini bermaksud untuk menjawab: (1) Bagaimanakah dasar pertimbangan hukum hakim dalam penjatuhan pidana terhadapa anak penyalahguna narkotika? dan (2) Apa yang menjadi faktor penghambat hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap anak sebagai pengguna narkotika?

Metode pendekatan yang digunakan untuk menjawab masalah ini yaitu Pendekatan Yuridis Normatif dan Yuridis Empiris, menggunakan bahan-bahan hukum sebagai sumber datanya dan memperoleh pemahaman hukum dalam kenyataannya (di lapangan) baik itu melalui penilitian, pendapat,dan penafsiran subjektif.

(2)

M Enaldo Hasbaj

Saran dalam Penelitian ini adalah: 1. Hakim sebagai pemutus perkara, seharusnya mengedepankan nilai keadilan dan kepatutan (disebut kebijakan apabila menyangkut tentang anak) dibanding dengan nilai kepastian hukumnya. 2. Hendaknya hakim pemeriksa pidana tindak pidana narkotika menjatuhkan pidana rehabilitasi dalam amar putusannya baik dengan atau tanpa ada pidana perampasan kemerdekaan.

(3)

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PENGGUNA

NARKOTIKA

(Studi Putusan Nomor: 122/Pid.Sus/2013/PN.Mgl)

Oleh

M. ENALDO HASBAJ

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Pidana

Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

ANALISIS DASAR PERTIMBANGAN HUKUM HAKIM DALAM PENJATUHAN PIDANA TERHADAP ANAK SEBAGAI PENGGUNA

NARKOTIKA

(Studi Putusan Nomor: 122/Pid.Sus/2013/PN.Mgl) (Skripsi)

Oleh

M. ENALDO HASBAJ

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

I . PENDAHULUAN Halaman

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 5

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 5

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 6

E. Sistematika Penulisan ... 10

II . TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Tindak Pidana dan Tindak Pidana Narkotika ... 12

B. Pengertian Anak ... 23

C.

Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Penjatuhan Pidana ... 25

D.

Faktor yang menghambat Penegakan Hukum ... 32

III . METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 36

B. Sumber dan Jenis Data ... 36

C. Penentuan Narasumber ... 38

D. Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 38

(6)

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Karakteristik Narasumber dan Gambaran Umum Putusan

Nomor:122/Pid.Sus/2013/PN.Mg... 41 B. Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam menjatuhkan Pidana

terhadap Anak sebagai Pengguna Narkotika ... 46 C. Penghambat/Kendala Hakim dalam menentukan sanksi pidana

terhadap Anak sebagai Pengguna Narkotika... 57

V. PENUTUP

A. Simpulan ... 60 B. Sarann ... 61

(7)
(8)
(9)

MOTO

"belajar dari masa lalu, hidup untuk masa kini, dan berharap untuk masa yang akan datang"

(Albert Einstein)

Bila anda berani bermimpi tentang sukses berarti anda sudah memegang kunci kesuksesan hanya tinggal berusaha mencari lubang kuncinya untuk

membuka gerbang kesuksesan

(John Savique Capone)

Keberhasilan adalah kemampuan untuk melewati dan mengatasi dari satu kegagalan ke kegagalan berikutnya tanpa kehilangan semangat

(10)

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah-Nya dan dengan segala kerendahan hati,

Kupersembahkan Skripsi ini kepada: Kedua Orang Tua Tercinta,

Papaku Aladin Effendi dan Mamaku Endang Rinawati Yang senantiasa berdoa, berkorban dan mendukungku,

terima kasih untuk semua kasih sayang dan cinta luar biasa sehingga aku bisa menjadi seseorang yang kuat dan konsisten kepada cita-citaku.

Adik-adikku: S.Claudia Okta Putri dan Meitha Aisyah Safira yang selalu memotivasi dan memberikan doa untuk keberhasilanku

(11)

SANWACANA

Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan sekalian alam yang maha kuasa atas bumi, langit dan seluruh isinya, serta hakim yang maha adil di yaumil akhir kelak. Sebab, hanya dengan kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Penjatuhan Pidana

terhadap Anak sebagai Pengguna Narkotika (Studi Putusan Nomor: 122/Pid.Sus/2013/PN.Mgl)” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Lampung.

Penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi ini, saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan untuk pengembangan dan kesempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian penelitian ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan saran dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

(12)

3. Ibu Dr. Nikmah Rosidah S.H.,M.H selaku Pembimbing I atas kesabaran dan kesediaan untuk meluangkan waktu disela-sela kesibukannya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, motivasi, nasihat dalam mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

4. Ibu Diah Gustiniati S.H.,M.H selaku Pembimbing II atas kesabarannya yang luar biasa dan bersedia untuk meluangkan waktunya, mencurahkan segenap pemikirannya, memberikan bimbingan, motivasi, nasihat dalam mengarahkan penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

5. Bapak Dr. Heni Siswanto S.H.,M.H., selaku Pembahas I yang telah memberikan kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini. 6. Bapak Budi Riski S.H.,M.H., selaku Pembahas II yang telah memberikan

kritik, saran, dan masukan yang membangun terhadap skripsi ini.

7. Ibu Rehulina S.H.,M.H., selaku Pembimbing Akademik, yang telah membantu penulis menempuh pendidikan di Fakultas Hukum Universitas Lampung. 8. Seluruh dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang penuh dedikasi

dalam memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis, serta segala bantuan yang diberikan kepada penulis selama menyelesaikan studi.

(13)

10. Teman-teman KKN di Desa Sendang Baru, Bang Rifan, Oriza, Aji, Mery, Citra, Hesti, Intan. Terima kasih untuk kebersamaannya selama 40 hari, semoga kita semua sukses.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terimakasih atas semua bantuan dan dukungannya.

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas jasa dan budi baik yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan.

Bandar Lampung, Oktober 2015 Penulis,

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kotabumi pada tanggal 12 Mei 1993, merupakan putra pertama dari tiga bersaudara. Penulis merupakan putra dari pasangan Bapak Aladin Effendi dan Ibu Endang Rinawati.

(15)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu prinsip yang digunakan dalam perlindungan anak adalah anak itu modal utama kelangsungan hidup manusia, bangsa dan keluarga, untuk itu hak-haknya harus dilindungi. Anak tidak dapat melindungi diri sendiri hak-hak-haknya, banyak pihak yang mempengaruhi kehidupannya. Negara dan masyarakat berkepentingan untuk mengusahakan perlindungan hak-hak anak.1

Berkaitan dengan masalah penyalahgunaan narkotika, merupakan masalah yang sangat kompleks yang memerlukan upaya penanggulangan yang komprehensif dengan melibatkan kerjasama antara multidispliner, multi sektor dan peran serta masyarakat secara aktif yang dilaksanakan secara berkesinambungan, konsekuen dan konsisten. Perkembangan penyalahgunaan narkotika dari waktu-kewaktu menunjukan kecenderungan yang semakin meningkat dan akan berakibat sangat merugikan bagi individu maupun masyarakat luas dan terhadap remaja.

Khususnya terhadap remaja atau anak yang sedang berada dalam fase transisi perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang dapat menimbulkan masa krisis, ditandai dengan kecenderungan munculnya perilaku menyimpang

1Maidin Gultom, perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Anak Di Indonesia,

(16)

2

dimana pada masa remaja akan timbul keinginan yang sangat tinggi untuk mencoba-coba sesuatu, mengikuti trend dan gaya hidup, serta bersenang-senang walaupun semua kecenderungan itu wajar-wajar saja, tetapi hal itu bisa juga memudahkan remaja untuk terdorong untuk menyalahgunakan narkotika.

Berkaitan Jika harus dilakukan proses hukum terhadap anak maka tentunya kurang adil jika kepada terdakwa anak diberlakukan proses hukum yang sama dengan terdakwa dewasa. Begitu juga dengan pidana yang nantinya akan dijatuhkan kepada anak, tentunya sangat tidak adil jika pidana yang harus dijalani sama dengan pidana terdakwa dewasa. Apalagi mengingat bahwa anak merupakan penerus cita-cita perjuangan bangsa, sehingga dalam menanangani tindak pidana yang dilakukan oleh anak, harus betul-betul memperhatikan kepentingan dan masa depan anak. Pidana penjara yang dapat dijatuhkan kepada anak nakal paling lama ½ dari maksimum ancaman pidana penjara bagi orang dewasa.

Pertanggungjawaban pidana anak tidaklah cukup kalau hanyadidasarkan pada hukum materiil seperti yang diatur dalam KUHP, karena KUHP tersebut ketentuan hukumnya bersifat konvensional yang mengacu kepada kepentingan hukum kolonial Belanda, tetapi juga karena perilaku dan perdaban manusia sudah sedemikian kompleks bahkan perkembangannya jauh lebih cepat dari peraturan yang ada.2

Pasal 103 KUHP, masih dibenarkan adanya perbuatan lain yang menurut undang-undang selain KUHP dapat dipidana sepanjang undang-undang-undang-undang itu bertalian dengan masalah anak dan tidak bertentangan dengan ketentuan KUHP (lex

2

(17)

3

specialis derogat legi generali).Berdasarkan asas ini pula hukum pidana anak membenarkan undang-undang lain, di luar KUHP yang bertalian dengan masalah anak seperti Ketentuan hukum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak, di dalam undang-undang ini mengatur pembedaan perlakuan di dalam hukum acara maupun ancaman pemidanaannya.

Pembedaan perlakuan dan ancaman yang diatur dalam undang-undang ini dimaksudkan untuk lebih memberikan perlindungan dan pengayoman terhadap anak dalam menyongsong masa depannya yang masih panjang. Selain itu, pembedaan tersebut dimaksudkan untuk memberikan kesempatan kepada anak agar setelah melalui pembinaan akan memperoleh jati dirinya untuk menjadi manusia yang lebih baik, yang berguna bagi diri, keluarga, masyarakat, bangsa dan negara.3

Berkaitan dengan hal tersebut di atas yang dalam kenyataan hakim dalam menjatuhkan putusan kadang-kadang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Akibatnya dapat merugikan bagi diri si pelaku, terutama dalam menjatuhkan putusan terhadap anak yang seharusnya mendapatkan perlindungan dan perhatian khusus untuk terus tumbuh dan berkembang sebagi generasi penerus bangsa, dalam konteksnya sering dianggap tidak adil bagi anak.

Begitu pula di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang merupakan wilayah hukum Polres Tulang Bawang dengan peningkatan jumlah populasi penduduk yang cukup tinggi setiap tahunnya serta berada pada lokasi yang strategis yaitu

3

(18)

4

merupakan salah satu jalur akses transportasi antara propinsi dan juga menjadi pusat aktivitas perekonomian, perdagangan serta kegiatan masyarakat lainnya sehingga memungkinkan akan banyak terjadi tindak pidana di tengah–tengah kehidupan masyarakat khususnya tindak pidana penyalahgunaan narkotika yang melibatkan anak di bawah umur sebagai pelaku tindak pidana.

Hasil observasi awal penulis (tanggal 25 April 2015), yang dilakukan pada Satuan Reserse Kriminal Polres Tulang Bawang dan Pengadilan Negeri Menggala, terdapat 2 kasus Tindak Pidana penyalahgunaan Narkotika yang melibatkan anak di bawah umur, di mana pelaku anak tersebut masih berstatus Pelajar di daerah tempat tinggalnya. Sehingga menimbulkan kekhawatiran dan keresahan dari masyarakat terhadap perkembangan dan pertumbuhan anak.Kenyataannya Masih ada Hakim yang memutuskan Pidana Penjara bagi anak yang melakukan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika. Contohnya pada kasus Fatkul Efendi, Pelajar yang di Sidang pada Pengadilan Negeri Menggala itu di putus oleh Hakim bersalah melakukan Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika, dan si Anak di Pidana selama 1 (satu) Tahun.

Menurut Pasal 54 Undang-Undang nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, Pecandu Narkotika dan Korban Penyalahgunaan Narkotika Wajib menjalani Rehabilitasi medis dan Rehabilitasi Sosial.

(19)

5

“Analisis Dasar Pertimbangan Hukum Hakim dalam Penjatuhan Pidana terhadap

Anak sebagai Pengguna Narkotika(Putusan Nomor:122/Pid.Sus/2013/PN.Mgl)”

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup 1. Permasalahan

Menurut uraian yang dikemukakan dalam latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penjatuhan Pidana terhadap Anak Pengguna Narkotika ?

2. ApakahFaktor Penghambat Hakim dalam Menjatuhkan Sanksi terhadap Anak Pengguna Narkotika ?

2. Ruang Lingkup

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka ruang lingkup bahasan dalam penelitian pada putusan Pengadilan Negeri Menggala terhadap perkara Penyalahgunaan Narkotika yang dilakukan oleh Anak. Adapun ruang lingkup wilayah penelitian yaitu Pengadilan Negeri Menggala.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian

a. Untuk mengetahui Dasar Pertimbangan Hakim dalam Penjatuha Pidana terhadap Anak Pengguna Narkotika .

(20)

6

2. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis :

1. Hasil penelitian dapat memberikan kegunaan untuk mengembangkan ilmu hukum khususnya hukum pidana.

2. Dapat dijadikan sebagai pedoman dalam penelitian yang lain yang sesuai dengan bidang penelitian yang penulis teliti.

b. Manfaat Praktis :

1. Diharapkan dapat digunakan sebagai informasi bagi masyarakat atau praktisi hukum dan instansi terkait tentang tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja.

2. Dibuatnya penulisan ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak Pengadilan Negeri Menggala dan Kepolisian Resort Tulang Bawang dalam rangka menanggulangi tindak pindana penyalahgunaan narkotika oleh remaja atau anak di bawah umur di Kabupaten Tulang Bawang Barat

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

a.Dasar Pertimbangan Hakim

Adapun beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut:4

1) Teori keseimbangan

4 Ahmad Rifai, Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif. Jakarta : Sinar

(21)

7

Yang dimaksud dengan keseimbangan disini keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan perkara.

2) Teori pendekatan seni dan intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan putusan, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi dari pada pengetahuan dari hakim.

3) Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman seorang Hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara yang dihadapinya sehari-hari.

4) Teori Ratio Decidendi

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan perkara.

5) Teori Kebijaksanaan

Aspek ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga harus ikut bertanggunjawab untuk membimbing, mendidik, membina, melindungi anaknya.

(22)

8

b. Faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum

1) Faktor Hukumnya sendiri, yang dimaksud adalah Peraturan-peraturan yang mengatur adanya penegakan hukum.

2) Faktor Penegak Hukum/Aparat, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun yang menerapkan hukum.

3) Faktor Sarana atau Fasilitas yang mendukung Penegakan Hukum.

4) Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan.

5) Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan padakarsa manusia di dalam pergaulan hidup.5

2. Konseptual

a. Analisis adalah aktivitas yang memuat sejumlah kegiatan seperti mengurai, membedakan, memilah sesuatu untuk digolongkan dan dikelompokkan kembali menurut kriteria tertentu kemudian dicari kaitannya dan ditafsirkan maknanya. Dalam pengertian yang lain, analisis adalah sikap atau perhatian terhadap sesuatu (benda, fakta, fenomena) sampai mampu menguraikan menjadi bagian-bagian, serta mengenal kaitan antarbagian tersebut dalam keseluruhan. Analisis dapat juga diartikan sebagai kemampuan memecahkan atau menguraikan suatu materi

5

(23)

9

atau informasi menjadi komponen-komponen yang lebih kecil sehingga lebih mudah dipahami.6

b. Dasar Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan pidana akan sangat menentukan apakah putusan seorang Hakim dianggap adil atau menentukan apakah putusannya dapat di pertanggungjawabkan atau tidak.7Hakim dalam menjatuhkan putusan pengadilan perlu didasarkan kepada teori dan hasil penelitian yang saling berkaitan sehingga didapatkan hasil penelitian yang maksimal dan seimbang dalam tataran teori dan praktek. Salah satu usaha untuk mencapai kepastian hukum kehakiman, di mana hakim merupakan aparat penegak hukum melalui putusannya dapat menjadi tolak ukur tercapainya suatu kepastian hukum.

c. Penjatuhan Pidana adalah Pemberian Nestapa oleh Negara kepada seorang yang melakukan pelanggaran terhadap ketentuan Undang-Undang (hukum pidana).8

d. Menurut UU No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak,“Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 12 (duabelas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas)

tahun” .

e. Pengguna Narkotika dan obat terlarng adalah individu yang menggunakan Narkotika dan obat terlarang dalam jumlah berlebihan, secara berkala atau

(24)

10

terus menerus berlangsung cukup lama sehingga dapat merugikan kesehatan jasmani, mental dan kehidupan sosial.9

f. Narkotika menurut UU RI No 22 / 1997, Narkotika yaitu zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

g. Pidana adalah suatu penderitaan dari pihak yang berwenang sebagai hukuman [sesuatu yang meliputi pencabutan dan penderitaan] yang dikenakan kepada seorang pelaku karena sebuah pelanggaran.10

E. Sistematika Penulisan

Pada penulisan membuat sistematika penulisan yang membuat uraian secara garis

besar urutan dalam kegiatan dalam melakukan penulisan bab demi bab dengan

tujuan agar pembaca dapat dengan mudah memperoleh gambaran materi

pembahasan mengenai masalah apa yang diuraikan sebagai berkut:

Bab I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, penelitian dan ruang lingkup

penelitian, tujuan dan kegunaan penelitian, kerangka dan sistematika penulisan.

9

Joewono ,s . Gangguan penggunaan Zat . Jakarta : Gramedia.1996 10

(25)

11

Bab II Tinjuan Pustaka

Pada Bab ini berisi pemahaman, dan beberapa konsep, pendapat, teori-teori yang digunakan antara lain pengertian anak , pengertian tindak pidana, unsur-unsur tindak pidana, pertanggungjawaban pidana, Tindak Pidana Penyalahgunaan Narkotika , Proses Pemidanaan Terhadap Anak di bawah umur dan upaya penanggulangan bagi Pengguna Narkotika .

Bab III Metode Penelitian

Merupakan Bab yang menjelaskan metode yang digunakan memperoleh data

yang akurat, adapun metode yang digunakan terdiri dari pendekatan masalah,

sumber dan jenis data, prosedur pengumpulan dan pengolahan data serta analisa

data.

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab ini memuat pembahasan berdasarkan hasil penelitian dari pokok permasalahan yaitu Dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan pidana terhadap Anak sebagai pelaku penyalahgunaan narkotika.

Bab V Penutup

Bab ini dibahas mengenai kesimpulan yang merupakan jawaban permasalahan

berdasarkan hasil penelitian dan saran-saran dari penulisyang merupakan

alternatif penyelesaian permasalahan yang ada guna perbaikan di masa yang akan

(26)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pengertian Tindak Pidana dan Tindak Pidana Narkotika

Tindak pidana merupakan pengertian dasar dalam hukum pidana. Tindak pidana merupakan suatu pengertian yuridis, lain halnya dengan istilah perbuatan jahat atau kejahatan. Secara yuridis formal, tindak kejahatan merupakan bentuk tingkah laku yang melanggar undang-undang pidana. Oleh sebab itu setiap perbuatan yang dilarang oleh undang-undang harus dihindari dan arang siapa melanggarnya maka akan dikenakan pidana. Jadi larangan-larangan dan kewajiban-kewajiban tertentu yang harus ditaati oleh setiap warga Negara wajib dicantumkan dalam undangundang maupun peraturan-peraturan pemerintah, baik di tingkat pusat maupun daerah.1

Tindak pidana adalah kelakuan manusia yang dirumuskan dalam undang-undang, melawan hukum, yang patut dipidana dan dilakukan dengan kesalahan. Orang yang melakukan perbuatan pidana akan mempertanggungjawabkan perbuatan dengan pidana apabila ia mempunyai kesalahan, seseorang mempunyai kesalahan

1P.A.F. Lamintang. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta Bakti. Bandung. 1996.

(27)

13

apabila pada waktu melakukan perbuatan dilihat dari segi masyarakat menunjukan pandangan normatif mengenai kesalahan yang dilakukan2

Tindak pidana adalah perbuatan melakukan atau tidak melakukan sesuatu yang memiliki unsur kesalahan sebagai perbuatan yang dilarang dan diancam dengan pidana, di mana penjatuhan pidana terhadap pelaku adalah demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya kepentingan umum.3

Jenis-jenis tindak pidana dibedakan atas dasar-dasar tertentu, sebagai berikut:

a) Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dibedakan antara lain kejahatan yang dimuat dalam Buku II dan Pelanggaran yang dimuat

dalam Buku III. Pembagian tindak pidana menjadi “kejahatan” dan

“pelanggaran“ itu bukan hanya merupakan dasar bagi pembagian KUHP

kita menjadi Buku ke II dan Buku ke III melainkan juga merupakan dasar bagi seluruh sistem hukum pidana di dalam perundang-undangan secara keseluruhan.

b) Menurut cara merumuskannya, dibedakan dalam tindak pidana formil (formeel Delicten) dan tindak pidana materil (Materiil Delicten). Tindak pidana formil adalah tindak pidana yang dirumuskan bahwa larangan yang dirumuskan itu adalah melakukan perbuatan tertentu. Misalnya Pasal 362 KUHP yaitu tentang pencurian. Tindak Pidana materil inti larangannya adalah pada menimbulkan akibat yang dilarang, karena itu siapa yang

2

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesia Jakarta. 2001. hlm. 22

3P.A.F. Lamintang. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. PT. Citra Adityta , Bakti.Bandung. 1996

(28)

14

menimbulkan akibat yang dilarang itulah yang dipertanggungjawabkan dan dipidana.

c) Menurut bentuk kesalahan, tindak pidana dibedakan menjadi tindak pidana sengaja (dolus delicten) dan tindak pidana tidak sengaja (culpose delicten). Contoh tindak pidana kesengajaan (dolus) yang diatur di dalam KUHP antara lain sebagai berikut: Pasal 338 KUHP (pembunuhan) yaitu dengan sengaja menyebabkan hilangnya nyawa orang lain, Pasal 354 KUHP yang dengan sengaja melukai orang lain. Pada delik kelalaian (culpa) orang juga dapat dipidana jika ada kesalahan, misalnya Pasal 359 KUHP yang menyebabkan matinya seseorang, contoh lainnya seperti yang diatur dalam Pasal 188 dan Pasal 360 KUHP.

(29)

15

dilakukandengan tidak berbuat, misalnya diatur dalam Pasal 338 KUHP, ibu tidak menyusui bayinya sehingga anak tersebut meninggal.4

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa jenis-jenis tindak pidana terdiri dari tindak pidana kejahatan dan tindak pidana pelanggaran, tindak pidana formil dan tindak pidana materil, tindak pidana sengaja dan tindak pidana tidak sengaja serta tindak pidana aktif dan pasif.

Unsur-unsur tindak pidana adalah sebagai berikut:

a. Kelakuan dan akibat (perbuatan)

b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan c. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana d. Unsur melawan hukum yang objektif

e. Unsur melawan hukum yang subyektif.5

Tindak Pidana Narkotika

1. Narkotika

Masyarakat luas mengenal istilah Narkotika yang kini telah menjadi fenomena berbahaya yang populer di tengah masyarakat kita. Ada pula istilah lain yang kadang digunakan adalah Narkoba (Narkotika dan Obat-obatan berbahaya). Selain itu ada pula istilah yang digunakan oleh DepKes RI yaitu NAPZA merupakan singkatan dari Narkotika, Pasikotropika dan Zat adiktif lainnya. Semua istilah

4

Andi Hamzah. Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Ghalia Indonesian ,Jakarta. 2001. hlm. 25-27

5

(30)

16

diatas mengacu pada sekelompok zat yang mempunyai resiko kecanduan atau adiksi. Narkotika dan Psikotropika itulah yang secara umum biasa di kenal dengan Narkoba atau NAPZA. Namun karena hadirnya Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika yang baru, maka beberapa pengaturan mengenai psikotropika dilebur ke dalam perundang-undangan yang baru.

a. Definisi Narkotika

Secara umum yang dimaksud dengan narkotika adalah suatu kelompok zat yang bila dimasukkan dalam tubuh maka akan membawa pengaruh terhadap tubuh pemakai yang bersifat:

1) Menenangkan 2) Merangsang

3) Menimbulkan khayalan

Secara Etimologi narkotika berasal dari kata “Narkoties” yang sama artinya

dengan kata “Narcosis” yang berarti membius.6 Sifat dari zat tersebut terutama

berpengaruh terhadap otak sehingga menimbulkan perubahan pada perilaku, perasaan, pikiran, persepsi, kesadaran, dan halusinasi disamping dapat digunakan dalam pembiusan.

Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 Tentang Narkotika dapat dilihat pengertian dari Narkotika itu sendiri yakni:

Pasal 1 ayat 1

6

(31)

17

Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman ataubukan tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongangolongan sebagaimana terlampir dalam Undang-Undang ini.

Definisi dari Biro Bea dan Cukai Amerika Serikat mengatakanbahwa: yang dimaksud dengan narkotika ialah candu, ganja, cocaine, zatzat yang bahan mentahnya diambil dari benda-benda tersebut yakni morphine, heroin, codein, hashisch, cocaine. Dan termasuk juga narkotika sintetis yang menghasilkan zat-zat, obat-obat yang tergolong Hallucinogen, Depressant dan Stimulant.

Berikut adalah pandangan dari ahli hukum mengenai pengertiandari narkotika:

1. Menurut Smith Klise dan French Clinical Staff mengatakan bahwa:

“Narcotics are drugs which produce insebility stupor duo to their

depressant effect on the control nervous system. Included in this definition are opium derivates (morphine, codein, heroin, and synthetics opiates (meperidine, methadone).”7

Yang artinya kurang lebih sebagai berikut:

Narkotika adalah zat-zat (obat) yang dapat mengakibatkan ketidaksamaan atau pembiusan dikarenakan zat-zat tersebutbekerja mempengaruhi susunan saraf sentral. Dalam definisinarkotika ini sudah termasuk jenis candu dan turunan-turunancandu (morphine, codein, heroin), candu sintetis (meperidine,methadone).

7

(32)

18

2. Sudarto dalam buku Djoko Prakoso mengatakan bahwa: Perkataan

Narkotika berasal daribahasa Yunani “Narke” yang berarti terbius

sehingga tidakmerasakan apa-apa. Dalam Encyclopedia Amerikana

dapatdijumpai pengertian “narcotic” sebagai “a drug that dulls the

senses,relieves pain induces sleep an can produce addiction in

varyingdegrees” sedang “drug” diartikan sebagai: Chemical agen that is

used therapeuthically to trea disease/Morebroadly, a drug maybedelined as any chemical agen attecis living protoplasm: jadinarkotika merupakan suatu bahan yang menumbuhkan rasamenghilangkan rasa nyeri dan sebagainya.8

3. Narkotika merupakan zat yangbisa menimbulkan pengaruh-pengaruh tertentu bagi mereka yangmenggunakannya dengan memasukkannya ke dalam tubuh.Pengaruh tubuh tersebut berupa pembiusan, hilangnya rasa sakit,rangsangan semangat dan halusinasi atau khayalan-khayalan. Sifattersebut diketahui dan ditemui dalam dunia medis bertujuan untukdimanfaatkan bagi pengobatan dan kepentingan manusia, seperti dibidang pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit.9

b. Jenis-Jenis Narkotika

Adapun penggolongan jenis-jenis dari Narkotika berdasarkan Pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009Tentang Narkotika, adalah sebagai berikut:

8

Djoko Prakoso. Bambang Riyadi Lany dan Muhksin. Kejahatan-Kejahatan yang Merugikan dan Membahayakan Negara. Bina Aksara. Jakarta. 1987. Hlm. 480

9

(33)

19

a) Narkotika golongan I:

Narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalanm terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Antara lain sebagai berikut:

1. Tanaman Papaver Somniferum L dan semua bagianbagiannya termasuk buah dan jeraminya, kecuali bijinya.

2. Opium mentah, yaitu getah yang membeku sendiri, diperoleh dari buah tanaman Papaver Somniferum L yang hanya mengalami pengolahan sekedar untuk pembungkus dan pengangkutan tanpa memperhatikan kadar morfinnya.

3. Opium masak terdiri dari :

a) candu, hasil yang diperoleh dari opium mentah melalui suatu rentetan pengolahan khususnya dengan pelarutan, pemanasan dan peragian dengan atau tanpa penambahan bahan-bahan lain, dengan maksud mengubahnya menjadi suatu ekstrak yang cocok untuk pemadatan. b) jicing, sisa-sisa dari candu setelah dihisap, tanpa memperhatikan

apakah candu itu dicampur dengan daun atau bahan lain. c) jicingko, hasil yang diperoleh dari pengolahan jicing.

4. Tanaman koka, tanaman dari semua genus Erythroxylon dari keluarga Erythroxylaceae termasuk buah dan bijinya.

(34)

20

6. Kokain mentah, semua hasil-hasil yang diperoleh dari daun koka yang dapat diolah secara langsung untuk mendapatkan kokain.

7. Kokaina, metil ester-1-bensoil ekgonina.

8. Tanaman ganja, semua tanaman genus genus cannabis dan semua bagian dari tanaman termasuk biji, buah, jerami, hasil olahan tanaman ganja atau bagian tanaman ganja termasuk damar ganja dan hasis.

b) Narkotika golongan II:

Narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Antara lain seperti:

(35)

21

12.Morfin metobromida dan turunan morfina nitrogen pentafalent lainnya termasuk bagian turunan morfina-N-oksida, salah satunya kodeina-N-oksida, dan lain-lain.

c) Narkotika golongan III:

Narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.

Antara lain seperti:

1. Asetildihidrokodeina

2. Dekstropropoksifena : α-(+)-4-dimetilamino-1,2-difenil-3-metil-2-butanol propionat

3. Dihidrokodeina

4. Etilmorfina : 3-etil morfina 5. Kodeina : 3-metil morfina

6. Nikodikodina : 6-nikotinildihidrokodeina 7. Nikokodina : 6-nikotinilkodeina

8. Norkodeina : N-demetilkodeina 9. Polkodina : Morfoliniletilmorfina

10.Propiram : N-(1-metil-2-piperidinoetil)-N-2- piridilpropionamida

11.Buprenorfina : 21-siklopropil-7-α-[(S)-1-hidroksi-1,2,2- trimetilpropil]-6,14-endo-entano-6,7,8,14-tetrahidrooripavina

(36)

22

13.Campuran atau sediaan difenoksin dengan bahan lain bukan narkotika

2. Tindak Pidana Narkotika

Tindak Pidana Narkotika diatur dalam Bab XV Pasal 111 sampai dengan Pasal 148 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 yang merupakan ketentuan khusus, walaupun tidak disebutkan dengan tegas dalam Undang-undang Narkotika bahwa tindak pidana yang diatur di dalamnya adalah tindak kejahatan, akan tetapi tidak perlu disangksikan lagi bahwa semua tindak pidana di dalam undang-undang tersebut merupakan kejahatan. Alasannya, kalau narkotika hanya untuk pengobatan dan kepentingan ilmu pengetahuan, maka apabila ada perbuatan diluar kepentingankepentingan tersebut sudah merupakan kejahatan mengingat besarnya akibat yang ditimbulkan dari pemakaian narkotika secara tidak sah sangat membahayakan bagi jiwa manusia.10

Pelaku Tindak Pidana Narkotika dapat dikenakan Undang-Undang No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika, hal ini dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

a) Sebagai pengguna

Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 116 Undang-undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman minimal 5 tahun dan paling lama 15 tahun.

b) Sebagai pengedar

10

(37)

23

Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 81 dan 82 Undang-undang No. 35 tahun 2009 tentang narkotika, dengan ancaman hukuman paling lama 15 + denda.

c) Sebagai produsen

Dikenakan ketentuan pidana berdasarkan pasal 113 Undang-undang No. 35 tahun 2009, dengan ancaman hukuman paling lama 15 tahun/ seumur hidup/ mati + denda.

B. Pengertian Anak

1. Menurut UU No.11 Tahun 2012 Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak:

“Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah mencapai umur 12

(duabelas) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun” .

2. Menurut UU No. 3 Tahun 1997 Tentang Pengadilan Anak:

Pasal 1 ayat 1, “Anak adalah orang yang dalam perkara Anak Nakal telah

mencapai umur 8 (delapan) tahun tetapi belum mencapai umur 18 (delapan

belas) tahun dan belum pernah kawin”

3. Menurut UU RI No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak:

Pasal 1 ayat 1, “Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)

tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.”

(38)

24

Pasal 1 ayat 2, “ Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua

puluh satu) tahun dan belum pernah kawin.”

5. Konvensi Hak-hak Anak:

Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun, kecuali berdasarkan yang berlaku bagi anak tersebut ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.

6. UU No.39 thn 1999 tentang HAM

Pasal 1 ayat 5, “Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18

(delapan belas) tahun danbelum menikah, terrnasuk anak yang masih dalam

kandungan apabila hal tersebut adalah demi kepentingannya.”

Berikut adalah pandangan dari Agama dan Ahli Hukum mengenai pengertiandari Anak :

a) Menurut Agama Islam : “Anak adalah manusia yang belum mencapai akil baliq ( dewasa ), laki – laki disebut dewasa ditandai dengan mimpi basah, sedangkan perempuan ditandai dengan masturbasi, jika tanda – tanda tersebut sudah nampak berapapun usianya maka ia tidak bisa lagi dikatagorikan sebagai anak – anak yang bebas dari pembebanan

(39)

25

b) John Locke memberikan pengertian bahwa : “anak merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan – rangsangan yang

berasal dari lingkungan”.11

c) Menurut Agustinus mengemukakan bahwa : “Anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak mempunyai kecenderungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang di sebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita kehidupan, anak – anak lebih mudah belajar dengan contoh – contoh yang diterimanya dari aturan –aturan yang

bersifat memaksa”.12

C. Dasar Pertimbangan Hakim dalam Menjatuhkan Pidana

a). Dasar Pertimbangan Hakim

Seorang hakim dalam hal menjatuhkan pidana kepada terdakwa tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Alat bukti sah yang dimaksud adalah: (a). Keterangan Saksi; (b). Keterangan Ahli; (c). Surat; (d). Petunjuk; (e). Keterangan Terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui sehingga tidak perlu dibuktikan (Pasal 184).13

11

Gunarsa, Singgih D. dan Y Singgih D. Gunarsa. Psikologi Praktis: Anak, Remajadan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 1995.

12

Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Penerbit Rajawali, Jakarta, 1987 13

(40)

26

Pasal 185 Ayat (2) KUHAP menyebutkan bahwa keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya, sedangkan Pasal 185 dalam Ayat (3) dikatakan ketentuan tersebut tidak berlaku apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya (unus testis nullus testis). Saksi korban juga berkualitas sebagai saksi, sehingga apabila terdapat alat bukti yang lain sebagaimana dimaksud dalam ayat tersebut, maka hal itu cukup untuk menuntut pelaku tindak pidana.14

Secara kontekstual ada tiga esensi yang terkandung dalam kebebasan hakim dalam melaksanakan kekuasaan kehakiman yaitu:15

a. Hakim hanya tunduk pada hukum dan keadilan.

b. Tidak seorangpun termasuk pemerintah dapat mempengaruhi atau mengarahkan putusan yang akan dijatuhkan oleh hakim.

c. Tidak ada konsekuensi terhadap pribadi hakim dalam menjalankan tugas dan fungsi yudisialnya.

Adapun beberapa teori atau pendekatan yang dapat dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan putusan dalam suatu perkara, yaitu sebagai berikut:16

(1) Teori keseimbangan

Yang dimaksud dengan keseimbangan disini keseimbangan antara syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti

14

Ibid. 15

Ahmad Rifai , Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif. Jakarta: Sinar Grafika.2010. hlm. 103

16 Ahmad Rifai, Hukum oleh Hakim dalam Persektif Hukum Progresif. Jakarta: Sinar

(41)

27

adanya keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat dan kepentingan terdakwa.

(2) Teori pendekatan seni dan intuisi

Penjatuhan putusan oleh hakim merupakan diskresi atau kewenangan dari hakim. Sebagai diskresi, dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana. Pendekatan seni dipergunakan oleh hakim dalam penjatuhan putusan, lebih ditentukan oleh instink atau intuisi dari pada pengetahuan dari hakim.

(3) Teori Pendekatan Keilmuan

Pendekatan Keilmuan ini merupakan semacam peringatan bahwa dalam memutus suatu perkara, Hakim tidak boleh sebatas dasar intuisi dan instink semata, tetapi harus dilengkapi dengan ilmu pengetahuan hukum dan ilmu pengetahuan lainnya.

(4) Teori Pendekatan Pengalaman

Pengalaman seorang Hakim merupakan hal yang dapat membantunya dalam menghadapi perkara-perkara yang dihadapinya sehari-hari, karena dengan pengalaman yang dimilikinya seorang hakim mengetahui bagaimana dampak dari putusan yang dijatuhkan dalam suatu perkara pidana.

(42)

28

Teori ini didasarkan pada landasan filsafat yang mendasar, yang mempertimbangkan segala aspek yang berkaitan dengan pokok perkara yang dipermasalahkan.

(6) Teori Kebijaksanaan

Teori ini diperkenalkan oleh Made Sadhi Astuti, dimana sebenarnya teori ini berkenaan dengan putusan hakim dalam perkara di pengadilan anak. Aspek ini menekankan bahwa pemerintah, masyarakat, keluarga dan orang tua ikut bertanggungjawab untuk membimbing, membina, mendidik dan melindungi anak agar kelak dapat menjadi manusia yang berguna bagi keluarganya, masyarakat dan bangsanya.

Teori lain yang berkaitan dengan dasar pertimbangan hakim, yaitu dalam mengadili pelaku tindak pidana, maka proses menyajikan kebenaran dan keadilan dalam suatu putusan pengadilan sebagai rangkaian proses penegakan hukum, maka dapat dipergunakan teori kebenaran. Dengan demikian, putusan pengadilan dituntut untuk memenuhi teori-teori sebagai berikut:

(1) Teori koherensi atau kosistensi

(43)

29

(2) Teori korespodensi

Jika ada fakta-fakta di persidangan yang saling bersesuaian, misalnya, antara keterangan saksi bersesuaian dengan norma atau ide. Jika keterangan saksi Mr. X menyatakan bahwa pembangunan proyek yang dilakukan oleh Mr. Y tidak melalui proses lelang tetapi dilaksanakan melalui penunjukan langsung Perusahaan Z. Persesuaian antara fakta dengan norma ini terlihat dalam hubungan kuasalitas yang bersifat empiris a pesteriori.

(3) Teori utilitas

Teori ini dikenal pula dengan pragmatik, kegunaan yang bergantung pada manfaat (utility), yang memungkinkan dapat dikerjakan (workbility), memiliki hasil yang memuaskan (satisfactory result).17

b) Kebebasan hakim

Masalah kebebasan hakim merupakan suatu masalah yang cukup dilematis dalam usaha penegakan hukum dan keadilan. Seperti yang terdapat didalam Undang-Undang Dasar 1945 mengenai masalah kebebasan hakim atau kebebasan peradilan merupakan syarat mutlak bagi adanya negara hukum. Karena tanpa adanya jaminankebebasan peradilan didalam negara tersebut, maka masih diragukan adanya supermasi hukum diatas segala-galanya. Apa yang dikatakan oleh A.V. Dicey tentang Rule of Law yang meliputi tiga unsur yaitu :

17

(44)

30

a. Supremasi hukum artinya bahwa yang mempunyai kekuasaan yang tertinggi didalam negara adalah hukum.

b. Persamaan dalam kedudukan hukum bagi setiap orang.

c. Konstitusi itu tidak merupakan dari hak asasi manusia dan jika hak-hak asasi manusia itu diletakkan dalam konstitusi itu hanya sebagai penegasan bahwa hak asasi itu harus dilindungi.18

Kebebasan hakim bukanlah dimaksudkan dengan semacam hak istimewa dari para hakim untuk dapat berbuat sebebas-bebasnya seperti halnya dengan kebebasan kampus dan kebebasan pers. Bahwa kebebasan hakim yang dimaksud mengandung tiga arti yaitu :

1. Sifat kebebasan hakim/pengadilan

2. Seberapa jauh kebebasan hakim dalam menangani suatu perkara

3. Gunanya hakim/pengadilan diberi kebebasan.19

Tugas seorang hakim dalam menyelenggarakan peradilan adalah menegakkan hukum sehingga hakim dalam memutuskan suatu perkara harusberdasarkan hukum, artinya tidak boleh bertentangan dengan hukum. Karena hakim mempertahankan tertib hukum, menetapkan apa yang ditentukan oleh hukum dalam suatu perkara yang diajukan kepadanya. Bagi seorang terdakwa diharapkan dari hakim adalah hakim tersebut akan menerapkan hukum terhadapnya sesuai

18

M. Kusnardi, dan Harmaily Ibrahim, . Pengantar Hukum Tata Negara Indonesia, FH-UI, Jakarta, 1986, hlm. 161.

19

(45)

31

dengan hukum yang berlaku dan sesuai dengan kesadaran hukum serta rasa keadilan didalam masyarakat. Jadi sifat kebebasan hakim tersebut merupakan suatu kebebasan yang diberi batas-batas oleh Undang-undang yang berlaku. Sebab hakim diberi kebebasan, hanya seluas dan sejauh yang berhubungan dengan keputusannya tersebut untuk mencapai suatu keadilan dalam menyelesaikan suatu perkara. Pada akhirnya, tujuan hakim diberi kebebasan itu ialah untuk mencapai negara hukum Republik Indonesia. Dapat disimpulkan bahwa kebebasan yang dimaksud adalah kebebasan yang terikat/terbatas.

Hakim juga dalam memutuskan perkara kadang-kadang berlandaskan pada tatanan hukum yang terdapat dalam kenyataan social, yaitu hukum tersebut dibuat pada waktu hakim memeriksa suatu perkara keadaan sosial ini sudah berubah, misalnya dalam keadaan politik dan keadilan sosial.

Didalam penegakkan hukum supaya dapat diterima dan dirasakan adil harus berdasarkan pada kenyataan yang nyata yaitu keadaan pada saat perkara diputus, atau juga pada saat undang-undang harus ditegakkan didalam suatu kejadian.

Hukum tidak dapat terlepas dari masyarakat dimana hukum tersebut berlaku. Dengan demikian kebebasan hakim dalam memutuskan perkara dibatasi dalam 2 arah yaitu:20

a. Arah hierarkis yaitu dalam pengawasan dari hakim yang lebih tinggi.

b. Arah lingkungan masyarakat dimana ia berada.

20

(46)

32

Hakim tidak boleh berfikir secara rasionil melainkan harus memakai nalar dan perasaan, tetapi bukan nalar manusiawi tetapi nalar sosial. Apabila seorang hakim melakukan suatu kesalahan dalam tugasnya maka tidaklah merupakan alasan untuk mengajukan gugatannya terhadapnya, demikian juga negara tidak akan dapat beranggung jawab terhadap kesalahan dalam perbuatan hakim tersebut. Sehingga untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan berupa kebebasan yang melampaui batas yang sangat merugikan para pencari keadilan, maka undang-undang memberi ketentuan-ketentuan bahwa hakim tersebut dapat diharapkan hakim yang benar-benar baik.

D.Faktor Yang Menghambat Penegakan Hukum

Praktik-praktik penyelewengan dalam proses penegakan hukum seperti, mafia peradilan, proses peradilan yang diskriminatif, jual beli putusan hakim, atau kolusi Polisi, Hakim, Advokat dan Jaksa dalam perekayasaan proses peradilan merupakan realitas sehari-hari yang dapat ditemukan dalam penegakan hukum di

negeri ini. Pelaksanaan penegakan hukum yang “kumuh” seperti itu menjadikan

hukum di negeri ini seperti yang pernah dideskripsikan oleh seorang filusuf besar Yunani Plato (427-347 s.M) yang menyatakan bahwa hukum adalah jaring laba-laba yang hanya mampu menjerat yang lemah tetapi akan robek jika menjerat yang kaya dan kuat. (laws are spider webs; they hold the weak and delicated who are caught in their meshes but are torn in pieces by the rich and powerful).21

21

(47)

33

Implikasi yang ditimbulkan dari tidak berjalannya penegakan hukum dengan baik dan efektif adalah kerusakan dan kehancuran diberbagai bidang (politik, ekonomi, sosial, dan budaya). Selain itu buruknya penegakan hukum juga akan menyebabkan rasa hormat dan kepercayaan masyarakat terhadap hukum semakin menipis dari hari ke hari. Akibatnya, masyarakat akan mencari keadilan dengan cara mereka sendiri. Suburnya berbagai tindakan main hakim sendiri (eigenrichting) di masyarakat adalah salah satu wujud ketidakpercayaan masyarakat terhadap hukum yang ada.

Kondisi yang demikian atau katakanlah kualitas dari penegakan hukum yang buruk seperti itu akan sangat berpengaruh besar terhadap kesehatan dan kekuatan demokrasi Indonesia. Mental rusak para penegak hukum yang memperjualbelikan hukum sama artinya dengan mencederai keadilan. Merusak keadilan atau bertindak tidak adil tentu saja merupakan tindakan gegabah melawan kehendak rakyat. Ketidakadilan akan memicu berbagai tindakan alami berupa perlawanan-perlawanan yang dapat terwujud ke dalam berbagai aksi-aksi anarkhis atau kekerasan yang kontra produktif terhadap pembangunan bangsa.Dengan kata lain, situasi ketidakadilan atau kegagalan mewujudkan keadilan melalui hukum menjadi salah satu titik problem yang harus segera ditangani.

(48)

34

jika tidak maka ia akan kehilangan rohnya. Rohnya hukum itu adalah moral dan keadilan.22

Penegakan hukum merupakan suatu proses sosial, yang tidak bersifat tertutup tetapi bersifat terbuka dimana banyak faktor yang akan mempengaruhinya.Keberhasilan penegakan hukum akan sangat di pengaruhi oleh berbagai faktor, adapun faktor yang mempengaruhi penegakan hukum adalah :

1. Hukumnya. Dalam hal ini yang dimaksud adalah undang-undang dibuat tidak boleh bertentangan dengan ideologi negara, dan undang-undang dibuat haruslah menurut ketentuan yang mengatur kewenangan pembuatan undangundang sebagaimana diatur dalam Konstitusi negara, serta undang-undang dibuat haruslah sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat di mana undang-undang tersebut diberlakukan.

2. Penegak hukum, yakni pihakpihak yang secara langsung terlibat dalam bidang penegakan hukum. Penegak hukum harus menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan peranannya masing-masing yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan. Dalam menjalankan tugas tersebut dilakukan dengan mengutamakan keadilan dan profesionalisme, sehingga menjadi panutan masyarakat serta dipercaya oleh semua pihak termasuk semua anggota masyarakat.

3. Masyarakat, yakni masyarakat lingkungan di mana hukum tersebut berlaku atau diterapkan. Maksudnya warga masyarakat harus mengetahui dan memahami hukum yang berlaku, serta menaati hukum yang berlaku dengan

22

(49)

35

penuh kesadaran akan penting dan perlunya hukum bagi kehidupan masyarakat.

4. Sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Sarana atau fasilitas`tersebut mencakup tenaga manusia yang terdidik dan terampil, organisasi yang baik, peralatan yang memadai, keuangan yang cukup, dan sebagainya. Ketersediaan sarana dan fasilitas yang memadai merupakan suatu keharusan bagi keberhasilan penegakan hukum.

5. Kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa yang didasarkan pada karsa manusia di dalam pergaulan hidup. Dalam hal ini kebudayaan mencakup nilai-nilai yang mendasari hukum yang berlaku, nilai-nilai mana merupakan konsepsi-konsepsi abstrak mengenai apa yang dianggap baik sehingga dianut, dan apa yang dianggap buruk sehingga dihindari.23

23

(50)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan Masalah dalam penelitian ini menggunakan dua macam pendekatan , yaitu Pendekatan Yuridis normatif dan Pendekatan Yuridis Empiris.Pendekatan Yuridis Normatifyaitu pendekatan dengan cara menelaah buku-buku, bahan-bahan literatur, asas-asas hukum, norma-norma, doktrin hukum, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana(KUHP) , Undang Nomor 11 tahun 2012 dan Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 . yang berhubungan dengan masalah yang akan di teliti. Sedangkan, Pendekatan Yuridis Empiris dilaksanakan dengan cara memperoleh pemahaman hukum dalam kenyataannya (di lapangan) baik itu melalui penilitian, pendapat,dan penafsiran subjektif dalam pengembangan teori-teori dalam kerangka penemuan-penemuan ilmiah sesuai pemasalahan yang di bahas.

B. Sumber dan Jenis Data

Data yang akan digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua kategori, yaitu data primer dan data sekunder.

(51)

37

pidana penyalahgunaan narkotika oleh Anak di Kabupaten Tulang Bawang Barat.

2. Data Sekunder yaitu data yang diperoleh melalui studi kepustakaan yaitu menelaah literatur, artikel, liputan, makalah serta peraturan perundang– undangan.

a. Bahan Hukum Primer, yaitu:

1. Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

2. Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

3. Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak 4. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu: Bahan hukum sekunder yaitu bahan-bahan yang memberikan penjelasan mengenai bahan-bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisis dan memahami bahan hukum primer berupa (Putusan Pidana Nomor: 122/Pid.Sus/2013/PN.Mgl).

(52)

38

C. Penentuan Narasumber

Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dalam penelitian ini adalah wawancara terhadap para Narasumber/Responden .

Adapun Narasumber/Responden yang di wawancarai adalah :

1. Polisi Resor Tulang Bawang 1 orang 2. Hakim Pengadilan Negeri Menggala 1 orang 3. Dosen Fakultas Hukum bagian Hukum Pidana 1orang+

Jumlah 3 orang

D.Prosedur Pengumpulan dan Pengolahan Data

Metode Pengumpulan Data dilakukan dengan dua cara yaitu :

1. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Yaitu penulis melakukan pengumpulan data dengan cara membaca sejumlah literatur yang relevan dengan tinjauan kriminologi terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh remaja, serta bahan-bahan normatif berupa produk hukum yaitu Kitab Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, Undang-Undang-Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 .

2. Penelitian di Lapangan (Field Research)

(53)

39

Yaitu penulis mendatangi lokasi penelitian kemudian melakukan pengamatan secara langsung dan seksama terhadap obyek penelitian guna mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi Hakim dalam menjatuhkan Pidana bagi Anaksebagai penyalahgunaan narkotika di Kabupaten Tulang Bawang.

b) Wawancara (Interview)

Yaitu penulis melakukan tanya jawab (interview) kepada sejumlah nara sumber yang berkompeten seperti Hakim dan Jaksa Penuntut Umum Pengadilan Negeri Menggala, Kasat Dir Narkotika Polres Tulang Bawang .

c) Dokumentasi (Documentation)

Yaitu penulis melakukan pengumpulan data-data dilokasi penelitian yang berhubungan dengan tindak pidana penyalahgunaan narkotika oleh anak .

Prosedur Pengolahan Data

Data-data yang di perlukan dalam penulisan dikumpulkan dan di proses melalui pengolahan data. Data yang di peroleh melalui studi kepustakaan dan penelitian di lapangan kemudian di olah dengan melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

a. Editing, yaitu melakukan pemeriksaan terhadap kelengkapan data, melengkapi dan menambah data yang kurang, meneliti data yang keliru . b. Klasifikasi Data, yaitu pengolahan data di lakukan dengan cara

(54)

40

menyajikan data secara sempurna, mempermudah pembahasan dan analisis data.

c. Sistematisasi, yaitu penyusunan dan penempatan data pada tiap pokok bahsan secara sistematis hingga mempermudah pembahasan.

E.Analisis Data

(55)

V. PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Dasar Pertimbangan Hakim di dalam menjatuhkan pidana penjara terhadap Anak pelaku Penyalahgunaan Narkoba pada putusan nomor: 122/Pid.Sus/2013/PN.Mgl, Teori Pendekatan Seni dan Intuisi. Yang mana hakim melihat syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang dan kepentingan pihak-pihak yang tersangkut atau berkaitan dengan perkara, yaitu antara lain seperti adanya keseimbangan yang berkaitan dengan masyarakat dan kepentingan terdakwa. Serta dalam penjatuhan putusan hakim menyesuaikan dengan keadaan dan pidana yang wajar bagi setiap pelaku tindak pidana, hakim akan melihat keadaan pihak terdakwa atau penuntut umum dalam perkara pidana.

(56)

61

B. Saran

Beberapa saran yang diajukan dalam Penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hakim sebagai pemutus perkara, seharusnya mengedepankan nilai keadilan dan kepatutan (disebut kebijakan apabila menyangkut tentang anak) dibanding dengan nilai kepastian hukumnya.

(57)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Astuti, Madhe Sadhi.1998. Peran Hakim dalam Peradilan Pidana untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan Anak.Malang

--- 2003.Hukum Pidana Anak dan Perlindungan Anak. Universitas Negeri Malang

Gunarsa, Singgih D. dan Y Singgih D. Gunarsa. 1995.Psikologi Praktis: Anak, Remajadan Keluarga. Jakarta: PT BPK Gunung Mulia.

Gultom, Maidin.2010.Perlindungan Hukum Terhadap Anak Dalam Sistem Peradilan Anak Di Indonesia, Cetakan Kedua, Bandung: P.T.Refika Aditama.

Hamzah, Andi. 2001.Bunga Rampai Hukum Pidana dan Acara Pidana. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Joewono ,S.1996.Gangguan penggunaan Zat. Jakarta : Gramedia.

Lamintang, P.A.F. 1996.Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung:PT. Citra Adityta Bakti.

Moeljatno,1995. Perbuatan Pidana dan Pertanggungjawaban pidana. UGM. Yogyakarta.

Mulyadi, Lilik.2007.Kekuasaan Kehakiman. Surabaya: Bina Ilmu.

(58)

--- 2005. Pembaharuan Hukum Pidana Indonesia.Yogyakarta: Kreasi Wacana.

M. Ridha Ma’roef.1986.Narkotika Masalah dan Bahayanya. Jakarta: CV.

Marga Djaya.

Rifai, Ahmad. 2010. Penemuan Hukum oleh Hakim dalam Persfektif Hukum Progresif.Jakarta: Sinar Grafika.

Sasangka, Hari. 2003.Narkotika dan Psikotropika dalam Hukum Pidana. Mandar Maju. Bandung.

Satjipto Rahardjo.1998.Bunga Rampai Permasalahan Dalam Sistem Peradilan Pidana.Jakarta: Pusat Pelayanan Keadilan dan Pengabdian Hukum. Soedjono. D.1987.Hukum Narkotika Indonesia.Bandung: Alumni.

Soekanto, Soerjono.2002. Faktor-faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum.

Sudarto, 1986.Hukum dan Hukum Pidana.

Supramono, G. 2001. Hukum Narkotika Indonesia.Jakarta: Djambatan. Suryabrata, Sumadi.1987.Psikologi Pendidikan.Jakarta:Rajawali.

Topo santoso, Eva Achjani. 2003. Kriminologi. PT.Radja Grafindo Persada. Jakarta.

Prakoso, Djoko, Bambang Riyadi Lany dan Muhksin. 1987. Kejahatan-Kejahatan yang Merugikan dan Membahayakan Negara. Jakarta: Bina Aksara.

(59)

Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 11 tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak Undang-Undang Nomor 35 tahun 2009 tentang Narkotika

Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak Undang-Undang Nomor 48 tahun 2009 tentang Kekuasan Kehakiman

Internet

Referensi

Dokumen terkait

Pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Banyumas Dalam Perkara Polisi Pelaku Tindak Pidana Narkotika. Dasar pertimbangan Hakim Pengadilan Negeri Banyumas dalam

Apa yang menjadi dasar pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana dan rehabilitasi terhadap pelaku tindak pidana penyalahgunaan narkotika.. Pembahasan dan

Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana dan rehabilitasi terhadap tindak pidana penyalahgunaan narkotika...48. Faktor yang mempengaruhi hakim dalam menjatuhkan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Pertimbangan Hukum Oleh Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Anak Yang Melakukan Penyalahgunaan Narkotika bahwa

Berdasarkan uraian di atas penulis membahas 2 (dua) permasalahan yaitu apakah penjatuhan putusan hakim terhadap anak sebagai pelaku tindak pidana dalam Perkara Nomor:

1) Dasar pertimbangan hakim dalam penjatuhan pidana terhadap Pengguna sekaligus pengedar tindak pidana narkotika di Pengadilan Negeri Yogyakarta, bahwa berdasarkan

Seperti kasus yang diangkat oleh penulis dalam menulis penulisan hukum ini yang mana Hakim Pengadilan Negeri Banyumas telah memutus perkara tindak pidana

Dalam penulisan hukum ini, penulis menyampaikan 1 (satu) buah kasus tindak pidana narkotika yang terdakwanya divonis pidana mati oleh Pengadilan Negeri Sleman