PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF MENGGUNAKAN LEARNING CONTENT DEVELOPMENT SYSTEM
PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
(Skripsi)
Oleh
DENY KURNIAWAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
Deny Kurniawan
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF MENGGUNAKAN LEARNING CONTENT DEVELOPMENT SYSTEM
PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh
DENY KURNIAWAN
Media pembelajaran secara khusus dapat berfungsi sebagai sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang abstrak serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Sebagai upaya untuk memenuhi kebutuhan akan media pembelajaran materi listrik dinamis, telah dikembangkan modul interaktif dengan menggunakan LCDS yang dapat digunakan sebagai sumber belajar.
Tahapan pengembangan modul materi listrik dinamis mengadaptasi model pengembangan media instruksional dari prosedur pengembangan menurut
Deny Kurniawan
Berdasarkan hasil uji internal menunjukkan modul interaktif yang dikembangkan telah sesuai dengan teori dan layak digunakan sebagai media pembelajaran. Pengujian eksternal yang dilakukan memperoleh nilai uji kemenarikan 3,14; uji kemudahan 3,09; dan uji kemanfaatan 3,15. Hal ini memperlihatkan bahwa modul interaktif dinilai menarik, mudah digunakan, dan bermanfaat bagi siswa sebagai media pembelajaran konsep listrik dinamis.
PENGEMBANGAN MODUL INTERAKTIF MENGGUNAKAN LEARNING CONTENT DEVELOPMENT SYSTEM
PADA MATERI LISTRIK DINAMIS
Oleh
DENY KURNIAWAN Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Fisika
Jurusan Pendidikan Matematika Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Purworejo, Kecamatan Kotagajah, Kabupaten Lampung Tengah pada tanggal 14 Juni 1993, sebagai anak kedua dari dua bersaudara, buah hati pasangan bapak Darma dan ibu Erni Astuti.
Pendidikan Sekolah Dasar ditempuh di SD Negeri 2 Purworejo hingga lulus pada tahun 2005, Sekolah Menengah Pertama di SMP Wiratama Kotagajah pada tahun 2008, dan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Kotagajah pada tahun 2011.
MOTO
“... Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri...”
(Q.S. Ar-Ra’d: 11)
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain. (HR. Bukhari Muslim)
Banyak orang yang sebenarnya sudah sangat dekat dengan sukses. Tapi sayangnya mereka kemudian menyerah.
(Thomas A. Edison)
Sukses tidak datang kepadamu, kamu sendirilah yang harus mendatanginya. (Wally Amos)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang selalu memberikan limpahan rahmat dan karunia-Nya. Dengan kerendahan hati, penulis persembahkan karya tulis ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:
1. Ayah Darma dan Ibu Erni Astuti tersayang yang senantiasa dengan sepenuh hati memberikan segala yang terbaik untukku yang takkan mungkin ananda balas walau sampai akhir hayat. Mudah-mudahan kelak dapat lebih banyak memberikan kebahagiaan dan membuat Ayah dan Ibu bangga.
2. Kakak tersayang Nila Puspita Sari dan Eko Santoso yang turut memberi semangat dan menantikan keberhasilan penulis.
SANWACANA
Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Abdurrahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Bapak Drs. Eko Suyanto, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Fisika sekaligus sebagai pembahas skripsi yang telah memberikan saran dan kritik yang bersifat positif dan konstruktif.
4. Bapak Prof. Dr. Agus Suyatna, M.Si., selaku Pembimbing Akademik dan pembimbing I yang banyak memberikan bimbingan, arahan dan motivasi kepada penulis.
5. Bapak Wayan Suana, S.Pd., M.Si., selaku Pembimbing II atas keikhlasan dan kesabarannya memberikan bimbingan, masukan, saran dan kritiknya.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf Jurusan Pendidikan MIPA.
7. Bapak Drs. Feriansyah Sesunan, M.Pd., selaku ahli desain yang telah banyak memberikan masukan dalam penelitian ini.
9. Bapak Drs. Ahyauddin, M.Pd., selaku Kepala SMA Negeri 5 Bandar Lampung yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
10. Bapak Mohd Najamudin, S.Pd., selaku Guru Mitra dan murid-murid kelas X1 SMA Negeri 5 Bandar Lampung atas bantuan dan kerjasamanya.
11. Keluarga besar penulis, Ayah, Ibu, Mbak Nila, dan Mas Eko atas doa, dukungan, dan motivasi yang telah diberikan selama masa kuliah. Kalian adalah sebaik-baiknya karunia yang Allah berikan padaku.
12. Penyemangat skripsi, Dian Anggraini atas doa, bantuan, dukungan, dan semangat yang diberikan. Semoga kita dapat meraih sukses bersama.
13. Teman seperjuangan di Program Studi Pendidikan Fisika 2011 atas bantuan, kekompakan, kebersamaan serta kekeluargaan yang kalian berikan.
14. Sahabat-sahabatku di Pendidikan Fisika 2011 B: Ansory, Rosita, Afifah, Sonia, Tiara, Nuraini, Rettya, Asih, Rini, Lusi, Sam, A’yun, Sofya, Marlia, Ardi, Yusuf, Sugeng, Adi, Gesty, Intan, Andika, Hendri, Ana, Ibnu dan Munir atas motivasi dan kebersamaan yang diberikan selama ini, semoga sampai kapanpun kalian akan tetap menjadi sahabat terbaik.
15. Sahabat-sahabatku: Wawan, Agung, Harry, Mas Tedy, dan Mas Yuda yang telah memberikan dukungan dan semangat.
16. Kakak tingkat angkatan 2010, 2009, 2008 atas bimbingan dan adik tingkat angkatan 2012 dan 2013 atas kebersamaannya, semoga selalu menjadi keluarga besar pendidikan fisika bersatu.
Semoga kebaikan yang telah diberikan dibalas oleh Allah SWT dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua.
Bandar Lampung, 15 Desember 2015 Penulis,
xiv
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prosedur Penelitian Pengembangan... 6
B. Modul ... 8
C. Modul Interaktif ... 10
D. Sofware Pendukung Dalam Pembuatan Modul Interaktif ... 13
1. Learing Content Development System ... 12
xv
B. Subjek Penelitian Pengembangan ... 40
C. Prosedur Pengembangan ... 40
1. Tahap I Analisis Kebutuhan ... 42
2. Tahap II Identifikasi Sumber Daya ... 42
3. Tahap III Identifikasi Spesifikasi Produk ... 43
4. Tahap IV Pengembangan Produk ... 44
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 50
1. Analisis Kebutuhan ... 50
2. Identifikasi Sumber Daya ... 51
3. Identifikasi Spesifikasi Produk ... 52
4. Pengembangan Produk ... 53
5. Uji Internal ... 54
6. Uji Eksternal ... 55
7. Produksi ... 57
B. Pembahasan ... 57
1. Kesesuaian Produk yang Dihasilkan dengan Tujuan Pengembangan ... 57
2. Kelebihan dan Kelemahan Produk Hasil Kegiatan Pengembangan ... 59
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 61
B. Saran ... 62
xvi
2. Angket Analisis Kebutuhan Pengembangan Modul Interaktif Menggunakan Learning Content Development System
(LCDS) ... 67
3. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Terhadap Guru SMA Negeri 5 Bandar Lampung ... 71
4. Hasil Angket Analisis Kebutuhan Siswa Terhadap Kelas XI IPA4 SMA Negeri 5 Bandar Lampung ... 72
5. Hasil Observasi Sumber Daya Sekolah dan Inventarisasi Sumber Belajar Di SMA Negeri 5 Bandar Lampung ... 74
6. Skenario Pengembangan dan Spesifikasi Produk yang Dikembangkan ... 75
7. Tahapan dan Prosedur Pengembangan Modul Interaktif ... 78
8. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli Materi pada Modul Interaktif ... 90
9. Kisi-kisi Instrumen Uji Ahli Desain pada Modul Interaktif ... 92
10. Instrumen Uji Ahli Materi pada Modul Interaktif ... 95
11. Instrumen Uji Ahli Desain pada Modul Interaktif ... 100
12. Rangkuman Hasil Uji Ahli Materi Pengembangan Modul Menggunakan LCDS Pada Materi Listrik Dinamis ... 106
13. Rangkuman Hasil Uji Ahli Desain Pengembangan Modul Menggunakan LCDS pada Materi Listrik Dinamis ... 107
14. Kisi-kisi Instrumen Uji Satu Lawan Satu pada Modul Interaktif ... 108
15. Instrumen Uji Satu Lawan Satu pada Modul Interaktif ... 112
16. Rangkuman Hasil Uji Satu Lawan Satu ... 117
17. Kisi-kisi Instrumen Uji Lapangan pada Modul Interaktif ... 118
18. Instrumen Uji Lapangan pada Modul Interaktif ... 122
19. Hasil Uji Lapangan Terhadap Modul Materi Listrik Dinamis ... 129
20. Silabus ... 133
21. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) ... 137
xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban ... 48 3.2 Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas
(Suyanto dan Sartinem, 2009: 327) ... 49 4.1 Hasil uji ahli materi ... 54 4.2 Hasil uji ahli desain ... 55 4.3 Respon dan penilaian siswa terhadap penggunaan
xviii
2.8. Kuat arus listrik merupakan kelajuan muatan yang melewati suatu luasan tertentu ... 23
2.9. Grafik hubungan arus dengan beda potensial ... 26
2.10. Contoh rangkaian yang dihubungkan secara seri ... 29
2.11. Rangkaian paralel listrik ... 31
2.12. (a) Skema diagram untuk Hukum I Kirchoff, (b) Analogi mekanik Hukum I Kirchoff ... 34
2.13. Rangkaian ini tidak dapat dianalisis dengan menggunakan kombinasi seri dan paralel ... 35
2.14. (a) Kurva daya terhadap kuat arus, (b) kurva daya terhadap tegangan, keduanya berbentuk parabola ... 37
3.1. Model pengembangan media intruksional (Suyanto dan Sartinem 2009: 314) ... 41
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan teknologi pada masa ini mempengaruhi perkembangan dalam bidang lain. Salah satu bidang yang memanfaatkan perkembangan teknologi adalah bidang pendidikan. Teknologi informasi dimanfaatkan dalam
pendidikan untuk membelajarkan siswa dan sebagai media pembelajaran untuk menyampaikan isi pembelajaran dari guru kepada siswa. Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) telah memanfaatkan perkembangan teknologi dengan mengeluarkan e-book berupa pdf. Namun media pembelajaran yang berupa e-book yang dikeluarkan Kemendikbud memiliki kelemahan karena hanya berisi tulisan dan gambar statis. Sehingga media pembelajaran jenis ini kurang menarik dan kurang mudah untuk dipahami oleh siswa tanpa ada bimbingan oleh guru.
2
ada di sekolah sekarang tidak hanya dapat digunakan pada saat jam pelajaran TIK saja, tetapi juga dapat digunakan sebagai media pembelajaran untuk mata pelajaran yang lain khususnya mata pelajaran fisika. Salah satu contoh
pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran fisika adalah pembelajaran interaktif menggunakan program Learning Content Development System (LCDS). LCDS adalah software yang digunakan untuk membuat modul interaktif yang berisi teks, video, animasi, gambar dan soal interaktif. Dengan menggunakan LCDS, pelaku pendidikan akan lebih mudah menyampaikan isi pesan pembelajaran. Materi fisika disampaikan dalam bentuk modul interaktif yang menyajikan fenomena-fenomena fisika secara visual. Dengan
menggunakan media interaktif yang berbasis fenomena dalam kehidupan sehari-hari, belajar Fisika akan lebih menarik dan lebih efektif.
Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang sangat erat kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Banyak peserta didik
menganggap mata pelajaran fisika merupakan salah satu bidang IPA yang tergolong sulit dipahami. Dalam pembelajaran fisika diperlukan suatu media yang dapat menunjang penguasaan konsep fisika khususnya pada materi listrik dinamis. Banyak fenomena alam yang dijadikan dasar oleh para ilmuwan untuk menjadi sebuah hukum, misalnya: Hukum Kirchoff dan Hukum Ohm yang digunakan hingga saat ini. Menurut observasi yang dilakukan di SMA 5 di Bandar Lampung, pembelajaran fisika masih mengalami sedikit kesulitan dan masih kurang optimal untuk materi listrik dinamis. Media yang digunakan untuk pembelajaran fisika yaitu masih
3
yang dibagikan kepada siswa, 62,07% siswa masih mengalami kesulitan dengan media yang digunakan untuk materi listrik dinamis. 82,76% siswa merasa buku paket yang digunakan kurang membantu dalam pembelajaran fisika khususnya pada materi listrik dinamis.
Berdasarkan masalah, Penulis telah mengembangkan modul interaktif yang dapat menyajikan pembelajaran fisika dengan menggunakan penjelasan materi, simulasi, gambar, dan soal interaktif tentang listrik dinamis agar siswa memahami dengan baik dan efektif dalam pembelajaran fisika.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian pengembangan ini adalah:
1. Bagaimana pengembangan modul interaktif dengan LCDS materi listrik dinamis untuk siswa SMA?
2. Bagaimana kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan penggunaan modul interaktif dengan LCDS materi listrik dinamis bagi siswa SMA?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan penelitian ini adalah:
4
2. Mengetahui kemudahan, kemenarikan dan kemanfaatan penggunaan modul interaktif dengan LCDS materi listrik dinamis bagi siswa SMA.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian pengembangan ini di antaranya: 1. Bagi Siswa
a. Tersedianya sumber belajar yang bervariasi bagi siswa yang dapat digunakan secara mandiri atau bersama kelompok belajarnya dalam proses pembelajaran untuk mencapai penguasaan kompetensi. b. Membuat suatu media pembelajaran interaktif yang berhubungan
langsung dengan kegiatan sehari-hari yaitu rangkaian listrik yang mungkin siswa hanya pernah mendengar tanpa pernah mengetahui bentuk alat dan apa saja faktor-faktor penyusunnya.
2. Bagi Guru
Tersedianya modul interaktif sebagai alternatif dalam pembelajaran fisika khususnya pada pembelajaran materi listrik dinamis.
E. Ruang Lingkup
Agar penelitian ini mencapai sasaran sebagaimana yang telah dirumuskan, penulis, membatasi ruang lingkup penelitian sebagai berikut:
5
mengombinasikan video flash, teks, dan gambar yang sesuai dengan materi tersebut yang berformat html.
2. Kemudahan yang dimaksud adalah siswa mampu mengoperasikan dan memahami isi media interaktif materi listrik dinamis dengan baik.
3. Kemenarikan yang dimaksud adalah siswa menjadi lebih antusias dalam menggunakan modul interaktif materi listrik dinamis.
4. Program yang digunakan dalam penelitian ini adalah LCDS, macromedia flash, pinnacle studio 14, microsoft silverlight, adobe flash player, adobe
photoshop, dan mozilla firefox.
5. Modul interaktif yang dimaksud adalah media pembelajaran interaktif menggunakan LCDS dengan format file html.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Prosedur Penelitian Pengembangan
Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan media pembelajaran berupa modul interaktif untuk SMA pada konsep listrik dinamis. Modul interaktif yang dikembangkan dijadikan sebagai latihan penguasaan konsep fisika terutama pada materi listrik dinamis
Untuk dapat menghasilkan produk tersebut, digunakan penelitian dan pengembangan yang diawali dengan analisis kebutuhan. Selanjutnya, untuk menguji produk agar dapat berfungsi di masyarakat luas, maka diperlukan penelitian dan pengembangan untuk menguji produk tersebut. Dalam menguji produk yang telah dibuat ada beberapa prosedur yang harus dilakukan.
Beberapa ahli telah mengemukakan prosedur penelitian dan pengembangan, diantaranya sebagai berikut:
7
pengembangan, (2) tujuan, (3) pokok materi, (4) instrumen penelitian, (5) naskah awal/prototipe, (6) evaluasi, (7) revisi, (8) naskah akhir, (9) uji coba, dan (10) produk final.
2. Prosedur penelitian pengembangan menurut Sugiyono (2010), langkah-langkah penelitian dan pengembangan sebagai berikut: (1) potensi dan masalah, (2) mengumpulkan informasi, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) perbaikan desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, (10) pembuatan produk masal.
3. Prosedur pengembangan media intruksional pembelajaran menurut Suyanto dan Sartinem (2009), memuat langkah-langkah pokok penelitian pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu produk. Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, (3) identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) pengembangan produk, (5) uji internal: uji ahli desain dan uji ahli materi produk, (6) uji eksternal: uji kemenarikan, uji kegunaan, dan uji kemanfaatan produk oleh pengguna, (7) produksi
8
dari peneliti. Tahap penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti menggunakan prosedur penelitian pengembangan menurut Suyanto dan Sartinem (2009) yang hanya melalui 7 tahapan, yaitu: (1) analisis kebutuhan yang dilakukan pada kelas XI IPA4 SMA N 5 Bandar Lampung, (2)
identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan yang dilakukan pada SMA N 5 Bandar Lampung, (3) identifikasi spesifikasi produk yang diinginkan pengguna untuk membuat modul interaktif, (4) pengembangan produk dikembangkan berupa modul interaktif, (5) uji internal: uji ahli desain media dan uji ahli materi produk dilakukan kepada dosen pendidikan fisika ahli desain media pembelajaran dengan latar belakang pendidikan bidang teknologi pendidikan dan uji ahli materi dipilih dosen pendidikan fisika yang ahli dalam pemahaman materi fisika SMA, (6) uji eksternal: uji kemenarikan, uji kegunaan, dan uji kemanfaatan produk dilakukan pada kelas X1 SMA N 5 Bandar Lampung, (7) produksi modul interaktif dilakukan dengan cara
publish secara offline.
B. Modul
Modul adalah bahan ajar yang relatif mudah dipelajari sendiri oleh siswa secara mandiri dengan bantuan terbatas dari orang lain. Modul disiapkan untuk memudahkan siswa belajar sesuai dengan kecepatan dan
kemampuannya sendiri. Sanjaya (2010: 156), dalam sebuah modul minimal berisi tentang:
9
b. Petunjuk penggunaan, yakni petunjuk bagaimana siswa mempelajari modul.
c. Kegiatan belajar,berisi tentang materi yang harus dipelajari oleh siswa.
d. Rangkuman materi, yakni garis-garis besar materi pelajaran. e. Tugas dan latihan.
f. Sumber bacaan, yakni buku-buku bacaan yang harus dipelajari untuk mempelajari untuk memperdalam dan menambah wawasan. g. Item-item tes, soal-soal yang harus dijawab untuk melihat
keberhasilan siswa dalam penguasaan materi pelajaran. h. Kriteria keberhasilan, yakni rambu-rambu keberhasilan siswa
dalam mempelajari modul. i. Kunci jawaban.
Kutipan di atas merupakan penjelasan dari isi modul dalam bentuk cetakan. Berdasarkan kutipan di atas, modul adalah media instruksional yang dibuat dengan tujuan siswa dapat belajar mandiri sesuai dengan kecepatan masing-masing, tanpa terikat oleh waktu, tempat, dan hal-hal lain di luar dirinya sendiri.
Modul memiliki manfaat bagi pelaku pendidikan, yaitu peserta didik.
Manfaat modul ini bagi peserta didik berdasarkan Suprawoto (2009: 2) yaitu: 1. peserta didik memiliki kesempatan melatih diri belajar secara
mandiri,
2. belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pembelajaran,
3. berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya,
4. berkesempatan menguji kemampuan diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul, 5. mampu membelajarkan diri sendiri,
6. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya.
Selain itu juga modul memeiliki manfaat bagi pendidik. Manfaat modul untuk pendidik berdasarkan Suprawoto (2010: 2) yaitu:
10
2. memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi,
3. menambah khasanah pengetahuan dan pengalaman dalam menulis bahan ajar,
4. membangun komunikasi yang efektif antara dirinya dengan peserta didik karena pembelajaran tidak harus berjalan secara tatap muka, 5. menambah angka kredit jika dikumpulkan menjadi
buku/multimedia dan diterbitkan.
Keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul Santyasa (2010: 11) adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2. Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.
3. Siswa mencapai hasil sesuai dengan kemampuannya. 4. Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester. 5. Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun
menurut jenjang akademik.
Berdasarkan kutipan Suprawoto dan Santyasa di atas dapat disimpulkan bahwa modul bermanfaat bagi peserta didik yaitu peserta didik
mengembangkan kemampuannya dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lain sesuai dengan kemampuannya.
Sedangkan, bagi pendidik yaitu menambah wawasan dan memudahkan dalam mengevaluasi hasil belajar peserta didik.
C. Modul Interaktif
11
integrasi ICT (Information Comunication and Technology) dalam proses belajar mengajar sebagai alternatif. Multimedia misalnya, memiliki potensi dalam mengubah ruang kelas tradisional menjadi dunia lingkungan imajinasi tak terbatas.
Pembelajaran interaktif adalah pembelajaran dimana didalamnya terjadi interaksi baik antara siswa dan guru ataupun siswa dan media/sumber belajar yang digunakan untuk mencapai indikator pembelajaran. Definisi tersebut didukung oleh pendapat Munir dan Sanjaya, seperti kutipan dibawah ini:
Dalam proses pembelajaran interaktif, terjadi beberapa bentuk
komunikasi, yaitu satu arah (one ways communication), dua arah (two
ways communication), dan banyak arah (multi ways communication)
berlangsung antara pengajar dan pebelajar. Pengajar menyampaikan materi pembelajaran dan pembelajar memberikan tanggapan (respon) terhadap materinya. Dalam pembelajaran interaktif pengajar berperan sebagai materi, menerima umpan balik dari pembelajar, dan
memberikan penguatan (reinforcement) terhadap hasil belajar yang dicapai pembelajaran Munir (2010: 88).
Selanjutnya, Sanjaya (2010: 172) menyatakan bahwa:
Prinsip interaktif mengandung makna, bahwa mengajar bukan hanya sekedar menyampaikan pengetahuan dari guru ke siswa; akan tetapi mengajar dianggap sebagai proses mengatur lingkungan yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
12
cetakan ini bertujuan agar peserta didik dapat mengembangkan
kemampuannya dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lain sesuai dengan kemampuannya secara mandiri.
Munir (2010: 92) berpendapat bahwa:
Terdapat tiga modul yang biasa dikembangkan di dalam pengembangan pembelajaran berbasis komputer, yaitu Modul Pengukuhan (untuk pengukuhan pengajaran pengajar atau mengukuhkan pembelajaran pembelajar), Modul Pengulangan (untuk pembelajar yang kurang paham dan perlu mengulangi lagi), dan Modul Pengayaan (untuk
pembelajar yang cepat paham dan memerlukan bahan tambahan sebagai pengayaan).
Modul interaktif ini merupakan bahan pelajaran yang bersifat mandiri sehingga perlu dikemas sedemikian rupa sehingga melalui modul ini siswa dapat belajar secara mandiri.
Hubing dkk. (2002: 159) mengungkapkan bahwa, modul interaktif harus ringkas, fleksibel, dan dapat secara efektif melengkapi alat pembelajaran di kelas. Modul juga harus meningkatkan kemampuan pemecahan masalah atau memperjelas konsep untuk dipertimbangkan layak dimasukkan dalam kelas terbatas waktu yang tersedia. Akhirnya yang paling penting, modul berbasis komputer yang efektif harus memenuhi tantangan memegang perhatian siswa.
13
melalui teks tertulis. Semua siswa kemudian diuji pada pembelajaran mereka dua minggu kemudian para siswa menerima multimedia modul pembelajaran lebih baik daripada siswa menggunakan buku teks.
D. Software Pendukung Dalam Pembuatan Modul Interaktif
1. Learning Content Development System (LCDS)
LCDS digunakan untuk membuat modul interaktif dengan format file html. Microsoft menyediakan LCDS merupakan software gratis yang
memungkinkan untuk menciptakan konten pembelajaran yang berkualitas tinggi, interaktif dan dapat diakses secara online. LCDS memungkinkan setiap orang dalam komunitas atau organisasi tertentu untuk menerbitkan
e-learning dengan menggunakan LCDS secara mudah dengan konten yang
dapat disesuaikan, interaktif activity, kuis, games, ujian, animasi, demo, dan multimedia lainnya Taufani dan Iqbal (2011: 2).
Syarat yang diperlukan untuk menjalankan LCDS:
a) Operating system: windows XP service pack 3
b) Browser: microsoft mnternet explorer 7.0 or later
c) Developer platform: microsoft .net framework 3.5 or later
d) XML software development services: microsoft core XML services
(MSXML) 6.0
14
f) Multimedia player: adobe flash player 8 or later, microsoft silverlight
2.0
Manfaat menggunakan LCDS:
a) Mengembangkan dan mempublish konten dengan cepat, tepat waktu dan relevan.
b) Memberikan konten web yang sesuai dengan SCORM 1.2 dan dapat di host dalam sebuah learning management system.
c) Upload atau publish konten yang ada. (LCDS mendukung beberapa format file).
d) Membuat rich e-learning content yang berbasiskan silverlight secara mudah.
e) Mengembangkan struktur pelatihan dan dengan mudah mengatur ulang setiap saat.
Beberapa fitur terbaru pada LCDS v2.5, sebagai berikut:
a) Kompatibel dengan firefox 3.5.9 dan firefox 3.6.3.
b) Microsoft silverlight 4 Media Player untuk animasi yang meliputi
closed captioning.
c) Peningkatan aksesibilitas keyboard dan untuk tile game, adventure
interactivity, dan voice of the expert element.
15
Langkah membuat konten pada LCDS:
1. Create: Pada tahap pertama yaitu membuat konten course/pelatihan.
Menentukan tema, nama, struktur dan jenis pelatihan. Pada LCDS telah tersedia template-template untuk setiap topik yang memudahkan untuk membuat konten e-learning yang berkulitas.
2. Review: Template yang sesuai konten pelatihan dapat dilihat pada
menu preview. Hal ini memudahkan untuk mengetahui hasil
e-learning yang telah dibuat.
3. Refine: Untuk mengedit kembali template yang diinginkan.
4. Delight: Publikasikan pelatihan dan mendistribusikannya kepada
audiens melalui web
Gambar 2.1 Tampilan area kerja LCDS
2. Pinnacle Studio 14
Pinnacle studio 14 adalah sebuah program video editing untuk semi
profesional dan cukup populer dipergunakan oleh banyak kalangan karena kemudahan dan kelengkapan fiturnya. Tampilan jendela pada program
16
a. Tombol Switch
Pada bagian ini terdapat tiga tombol utama yaitu Capture, Edit, dan
Make movie, ketiga tombol ini mencerminkan proses capture kemudian
dilakukan pengeditan, dan terakhir produksi final. b. Album
Album merupakan tempat penyimpanan dan pengambilan bahan sumber untuk menyusun video, didalam album terdapat video sumber,
title, transisi, images, suara, dll.
c. Jendela Movie
Movie merupakan jendela untuk melakukan proses penyusunan dan
pengeditan video. Jendela movie digunakan untuk meletakan objek klip video, title, transisi, suara, dan image yang membentuk sebuah video final.
d. Jendela Preview
Jendela merupakan tempat melihat dan memainkan sebuah clip video
dan audio.
Untuk proses produksi video dibagi menjadi tiga tahap, yaitu capture (menangkap video), edit (mengedit video) dan make movie (membuat video final dalam bentuk file atau VCD dan DVD)
Gambar 2.2. Tahap produksi video dalam pinnacle studio 14
17
Gambar 2.3. Tampilan capture video
Capture adalah digunakan untuk menangkap gambar video dari camcoder.
Penangkapan gambar membutuhkan penanganan khusus, gambar video hasil tangkapan di simpan dalam bentuk file video dengan format AVI atau MPEG.
Gambar 2.4. Tampilan edit video
18
Gambar 2.5. Tampilan make movie video
Make movie digunakan untuk membuat video final dari video hasil
komposisi (pengeditan) yang telah dilakukan pada tahapan kedua. Video final yang dihasilkan dalam berupa file
Pinnacle studio 14 digunakan untuk membuat video atau mengedit video
yang ada dalam modul interaktif.
3. Macromedia Flash
Macromedia flash merupakan sebuah program aplikasi standar authoring
tool profesional yang digunakan untuk membuat animasi vektor dan bitmap yang sangat menakjubkan untuk membuat suatu situs web yang interaktif, menarik dan dinamis. Software ini berbasis animasi vektor yang dapat digunakan untuk menghasilkan animasi web, presentasi, game, film, maupun CD interaktif, CD pembelajaran.
Macromedia flash adalah program animasi yang banyak digunakan
19
program-program animasi yang ada, macromedia flash merupakan program yang fleksibel dalam pembuatan animasi, seperti animasi, game,
company profile, presentasi, movie, dan tampilan animasi lainnya.
Macromedia flash digunakan untuk membuat animasi pada modul
interaktif dengan format swf. Adapun tampilan halaman kerja macromedia
flash MX, dapat dilihat pada Gambar 2.6.
Gambar 2.6 Tampilan area kerja macromedia flash.
Macromedia flash juga mengenalkan bagaimana membuat movie clip,
animasi frame, animasi tween motion, serta perintah action script-nya.
4. Adobe Photoshop CS 5 Portable
Adobe photoshop 5 merupakan salah satu program aplikasi yang ditujukan
untuk menyunting dan memanipulasi image (image-editing). Dengan
adobe photoshop 5 dapat dengan mudah membuat dan menyunting image
dengan kualitas yang tinggi yang siap untuk dicetak, ditempatkan di situs web dan untuk keperluan lainnya (Cristian, 2015).
Adobe photoshop 5 merupakan program aplikasi pengolah image atau
20
merupakan gambar yang dibentuk dari grid-grid warna. Grid ini adalah elemen dasar dari sebuah image atau gambar yang disebut pixel atau
picture elements. Adobe photoshop CS 5 portable digunakan untuk
mengedit gambar yang akan digunakan untuk membuat modul interaktif.
Gambar 2.7. Tampilan area kerja photoshop CS 5 portable
5. Adobe Flash Player
Adobe flash adalah salah satu perangkat lunak komputer yang merupakan
produk unggulan adobe systems.Adobe flash digunakan untuk membuat gambar vektor maupun animasi gambar tersebut. Berkas yang dihasilkan dari perangkat lunak ini mempunyai file extension .swf dan dapat diputar di penjelajah web yang telah dipasangi adobe flash player (Bonaditya, 2015).
adobe flash player digunkan untuk membuka file animasi yang memiliki
21
6. Mozilla Firefox
Fitur firefox meliputi penggunaan tab, pengecekan ejaan, pencarian, markah buku (bookmark), mengembalikan session,
pengunduhan, dan private browsing. firefox menerapkan beberapa standar web, termasuk HTML4 (juga sebagian HTML5), XML, XHTML,CSS,
javascript, dan DOM (Future, 2015).
Di antara fitur populer firefox adalah pemblokir pop-up yang sudah
terpasang di dalamnya, dan sebuah mekanisme pengembangan (extension) untuk menambah fungsionalitas tambahan. Meskipun fitur-fitur ini sudah tersedia untuk beberapa lamanya di peramban-peramban web lainnya.
firefox merupakan peramban web pertama yang mendapatkan penerimaan
dalam skala sebesar ini.
Mozilla firefox digunakan untuk membuka modul interaktif yang telah
dibuat dengan format file html.
7. Microsoft Silverlight
Microsoft silverlight adalah sebuah plug-in lintas browser dan lintas
22
microsoft silvelight adalah plug-in yang digunakan untuk dapat membuka
modul interaktif pada mozilla firefox.
E. Listrik Dinamis
Listrik terbentuk karena energi mekanik dari generator yang menyebabkan perubahan medan magnet di sekitar kumparan. Perubahan ini menyebabkan timbulnya aliran muatan listrik pada kawat/penghantar. Aliran muatan listrik pada kawat dikenal sebagai arus listrik. Aliran muatan dapat berupa muatan positif (proton) dan muatan negatif (elektron). Aliran listrik yang mengalir pada penghantar dapat berupa arus searah atau direct current (DC) dan dapat berupa arus bolak-balik atau alternating current (AC). Listrik pada dasarnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu listrik statis (berkaitan dengan muatan listrik dalam keadaan diam) dan listrik dinamis (berkaitan dengan muatan listrik dalam keadaan bergerak). Pada saat saklar pada suatu rangkaian listrik ditutup, lampu akan menyala, dan sebaliknya saat saklar dibuka lampu mati.
1. Arus Listrik
23
Gambar 2.8. Kuat arus listrik merupakan kelajuan muatan yang melewati suatu luasan tertentu
Dalam suatu selang waktu (Δt), muatan yang melewati penampang (�) pada gambar di atas adalah Δq, sehingga kuat arus listrik ( ) yang mengalir dapat ditulis:
=
�� (pers. 1)Dengan Δq adalah banyaknya muatan yang mengalir untuk selang waktu
Δt yang sangat kecil. Untuk arus searah, jumlah muatan yang mengalir
melalui penampang kawat/konduktor adalah konstan, sehingga dapat ditulis:
=
(pers. 2)24
Jika luas penampang yang dilewati arus sebesar �, rapat arus ( ) dapat ditulis:
= � (pers. 3)
Rapat arus ( ) didefinisikan sebagai besarnya kuat arus per satuan luas penampang. Rapat arus mempunyai satuan A/m2. Kuat arus listrik ini dapat diukur dengan alat yang dinamakan amperemeter.
2. Mengukur Kuat Arus Listrik
Alat yang dapat digunakan untuk mengetahui kuat arus listrik adalah amperemeter. Pada pengukuran kuat arus listrik, amperemeter disusun seri pada rangkaian listrik sehingga kuat arus yang mengalir melalui amperemeter sama dengan kuat arus yang mengalir pada penghantar. Cara memasang amperemeter pada rangkaian listrik adalah:
a) Terminal positif amperemeter dihubungkan dengan kutub positif sumber tegangan (baterai).
b) Terminal negatif amperemeter dihubungkan dengan kutub negatif sumber tegangan (baterai).
25
Jika saklar dibuka, maka lampu pijar padam dan jarum penunjuk pada amperemeter kembali menunjuk angka nol. Artinya tidak ada aliran listrik pada rangkaian tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa arus listrik hanya mengalir pada rangkaian tertutup.
3. Beda Potensial
Potensial listrik adalah banyaknya muatan yang terdapat dalam suatu benda. Suatu benda dikatakan mempunyai potensial listrik lebih tinggi daripada benda lain, jika benda tersebut memiliki muatan positif lebih banyak daripada muatan positif benda lain.
Beda potensial listrik (tegangan) timbul karena dua benda yang memiliki potensial listrik berbeda dihubungkan oleh suatu penghantar. Beda potensial ini berfungsi untuk mengalirkan muatan dari satu titik ke titik lainnya. Satuan beda potensial adalah volt (V). Alat yang digunakan untuk mengukur beda potensial listrik disebut voltmeter. Secara matematis beda potensial dapat dituliskan sebagai berikut:
= (pers. 4)
Dengan :
26
4. Alat Ukur Beda Potensial/ Tegangan
Alat yang digunakan untuk mengukur suatu tegangan adalah voltmeter. Saat mengukur beda potensial listrik, voltmeter harus dipasang secara paralel dengan benda yang diukur beda potensialnya. Untuk memasang voltmeter, Anda tidak perlu memotong rangkaian, namun cukup
menghubungkan ujung yang potensialnya lebih tinggi ke kutub positif dan ujung yang memiliki potensial lebih rendah ke kutub negatif.
5. Hukum Ohm
Hasil eksperimen George Simon Ohm pada tahun 1827 menunjukkan bahwa arus listrik yang mengalir pada kawat penghantar sebanding dengan beda potensial yang diberikan pada ujung-ujungnya.
∞ (pers. 5)
Jika beda potensial diperbesar maka arus yang mengalir juga semakin besar. Hasil eksperimen ini dikenal dengan hukum Ohm. Hubungan antara
V dan I secara grafik adalah:
27
Dari gambar tampak bahwa kuat arus listrik sebanding dengan tegangan yaitu:
∞ (pers. 6)
Sehingga:
= � (pers. 7)
Konduktansi dari konduktor yang merupakan kebalikan dari Resistansi, maka:
C =
� = (pers.8)
Sehingga
= (pers. 9)
Dengan:
: hambatan listrik (Ohm, Ω)
: beda potensial atau tegangan (volt, V) : kuat arus listrik (ampere, A)
Perumusan di atas untuk kasus konstan dikenal sebagai Hukum Ohm yang berbunyi: kuat arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar listrik sebanding dengan tegangan (beda potensial) antara dua titik pada
28
terhadap , semakin miring (curam) grafik terhadap maka hambatannya makin besar dan begitu juga sebaliknya.
6. Hambatan Listrik
Resistor adalah suatu komponen dengan bahan konduktor yang dibuat sedemikian hingga mempunyai hambatan tertentu. Elemen pemanas dalam kompor listrik, pengering rambut, setrika, dan alat sejenis lainnya
merupakan resistor seperti halnya filamen pada lampu pijar biasa. Resistor dibuat dengan hambatan yang sangat beragam nilainya untuk digunakan dalam rangkaian elektronika.
Hambatan (resistence) dari sebuah penghantar diantara titik dapat didefiisikan dengan menerapkan perbedaan potensial dan mengukur arus , sehingga diperoleh:
= (pers. 10)
Semakin besar resistivitas, semakin besar pula medan yang diperlukan untuk menyebabkan sebuah kerapatan arus yang diberikan atau semakin kecil pula kerapatan arus yang disebabkan oleh sebuah medan yang diberikan.
29
Sebuah material yang menurut Hukum Ohm secara baik dinamakan sebuah konduktor ohmik atau sebuah konduktor linear. Untuk material tersebut, pada suatu suhu yang diberikan, � adalah sebuah konstanta yang tidak bergantung pada nilai �.
Banyak material memperlihatkan penyimpangan yang nyata dari perilaku Ohm, material itu adalah material nonohmik atau material nonlinear. Dalam material ini, bergantung pada � dengan cara yang lebih rumit.
7. Rangkaian Seri dan Paralel
a) Rangkaian Seri
Rangkaian seri berarti sambungan antara ujung komponen satu dengan pangkal komponen lain secara berurutan. Dalam susunan seri, kuat arus yang melalui tiap-tiap penghambat adalah sama besar.
Sedangkan tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan jumlah tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat. Hubungan seri komponen-komponen listrik serta rangkaian penggantinya dapat dilihat pada gambar berikut:
R1 R2
V I
I
a b c
30
Dapat dipahami dari Gambar 2.10 bahwa pada hubungan seri,
komponen-komponen listrik dialiri oleh arus listrik yang sama besar. Tegangan antara a dan c adalah:
= + = + = + (pers. 11)
Karena
= , maka = +
Dengan kata lain, hambatan gabungan ( � ) beberapa hambatan yang terhubung secara seri dapat ditulis:
� = + + … + (pers. 12)
Hubungan Seri
a. Bertujuan untuk memperbesar hambatan rangkaian. b. Berfungsi sebagai pembagi tegangan.
∶ ∶ = ∶ ∶
c. Kuat arus yang melewati setiap hambatan adalah sama.
b) Hubungan Paralel
31
R1
R2
a b
I2
I1
I
Gambar 2.11. Rangkaian paralel listrik
Dapat dipahami dari gambar di atas bahwa pada hubungan paralel, komponen-komponen listrik mendapatkan beda potensial yang sama besar. Dengan menggunakan Hukum I Kirchoff, diperoleh:
= + (pers. 13)
atau
= � + � = � + � = �
� (pers. 14)
Dari hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa hambatan gabungan ( � ) beberapa hambatan yang terhubung secara paralel dapat dituliskan sebagai:
�� = � + � (pers. 15)
Jika ada n buah hambatan yang dihubungkan secara paralel, hambatan penggantinya � akan memenuhi:
32
Untuk dua hambatan yang dihubungkan secara paralel dapat ditulis:
� = + (pers. 17)
Sedangkan, jika ada n buah resistor yang sama besar yang dihubungkan secara paralel, dapat ditulis:
� = � (pers. 18)
Salah satu contoh hubungan paralel adalah peralatan listrik di rumah kita. Peralatan-peralatan harus mendapat tegangan yang sama, misalnya 220 V. Jadi, seluruh peralatan terhubung secara paralel terhadap sumber tegangan.
Hubungan Paralel
a. Bertujuan untuk memperkecil hambatan rangkaian b. Berfungsi sebagai pembagi arus.
∶ ∶ = + +
c. Beda potensial setiap hambatan adalah sama.
8. GGL dan Tegangan Jepit
33
� = � – = (pers. 19)
Dengan demikian, beda potensial antara kutub suatu elemen (tegangan jepit) tidak konstan. Jika kuat arus bertambah, tegangan (beda potensial) antara kutub-kutubnya berkurang. Ini karena hambatan dalam suatu elemen. Persamaan di atas sering digunakan untuk menentukan kuat arus listrik mengalir dalam suatu rangkaian sederhana, yaitu:
= � � = +� (pers. 20)
Arah arus listrik pada baterai
a) Jika arus listrik keluar dari kutub positif suatu baterai, berarti baterai tersebut sedang dipakai (memberikan energi listrik)
b) Sebaliknya, jika arus listrik masuk ke kutub positif suatu baterai, berarti baterai tersebut sedang diisi (menerima energi listrik)
9. Hukum I Kirchoff tentang Arus pada Titik Simpul
Rangkaian listrik biasanya terdiri dari banyak hubungan, sehingga akan terdapat banyak cabang maupun titik simpul. Titik simpul adalah titik pertemuan tiga cabang atau lebih.
Bunyi dari Hukum I Kirchoff yaitu:
34
Hukum I Kirchoff sebenarnya tidak lain dari hukum kekekalan muatan listrik, seperti analogi gambar berikut:
I2
I3 I1
Aliran keluar
Aliran masuk
(a) (b)
Gambar 2.12. (a) Skema diagram untuk Hukum I Kirchoff, (b)Analogi mekanik Hukum I Kirchoff
Secara matematis, Hukum I Kirchoff dapat ditulis:
� = � � (pers. 21)
10.Hukum II Kirchoff
Ada rangkaian yang tidak dapat disederhanakan dengan menggunakan kombinasi seri dan paralel. Jika ada dua atau lebih ggl di dalam rangkaian, atau komponen rangkaian dihubungkan dengan cara yang rumit. Misalnya, seperti pada Gambar 2.13, dan tidak paralel karena ujung bawah kedua resistor dipisahkan oleh . dan tidak seri karena arus yang keluar dari dapat mengalir ke atau ke . Penyederhanaan rangkaian seperti ini memerlukan suatu teknik khusus yang bukan merupakan
35
Gambar 2.13. Rangkaian ini tidak dapat dianalisis dengan menggunakan kombinasi seri dan parallel
Untuk menyederhanakan rangkaian yang rumit, dapat digunakan Hukum II Kirchoff yang berbunyi:
Di dalam sebuah rangkaian tertutup, jumlah aljabar gaya gerak listrik (�) dengan penurunan tegangan ( ) sama dengan nol.
Secara matematis, dapat ditulis:
�� + � = (pers. 22)
Aturan untuk menggunakan Hukum II Kirchoff ini adalah sebagai berikut: a. Pilih loop untuk masing-masing lintasan tertutup dengan arah tertentu.
Pada dasarnya, pemilihan arah loop bebas. Tetapi jika memungkinkan, usahakan searah dengan arus.
b. Jika pada suatu cabang, arah loop sama dengan arah arus, penurunan tegangan ( ) bertanda positif. Sedangkan jika berlawanan arah, penurunan tegangan ( ) bertanda negatif.
36
Sebaliknya, jika kutub negatif yang lebih dahulu dijumpai adalah kutub negatif, ggl � bertanda negatif.
11.Energi dan Daya Listrik
Suatu hambatan yang dilalui oleh arus listrik, hambatan tersebut menjadi panas karena tumbukan antara muatan yang mengalir dengan elektron konduktor. Dengan kata lain, muatan yang mengalir ( ) karena adanya beda potensial ( ) pada konduktor memberikan energi ( ) sebesar:
= (pers. 23)
Karena muatan listrik = � dan beda potensial = , Persamaan di atas dapat ditulis menjadi tiga bentuk berikut:
= � (pers. 24)
= ² � (pers 25)
Daya didefinisikan sebagai energi per satuan waktu. Secara matematis, daya listrik ( ) dapat ditulis:
= (pers. 26)
Dengan memperhatikan persamaan (2), daya listrik ( ) dapat juga diperoleh dari hubungan:
37
Untuk hambatan listrik yang konstan, besar daya listrik sebanding dengan kuadrat tegangan ataupun kuadrat arus seperti pada kurva berikut ini:
P
I V
(a) (b)
P
Gambar 2.14 (a) Kurva daya terhadap kuat arus, (b) kurva daya terhadap tegangan, keduanya berbentuk parabola
12.Penerapan Listrik AC-DC dalam Kehidupan Sehari-hari
Salah satu keuntungan DC daripada AC adalah bahwa sumber arus DC seperti aki dan batu baterai mudah dibawa kemana-mana, sehingga sumber listrik DC banyak digunakan pada peralatan elektronika. Sifat dari listrik DC yang hanya mengalir dalam satu arah dimanfaatkan untuk:
a. Melapisi logam dengan logam lain secara kimia, misalnya melapisi piala dengan emas.
38
Listrik AC memberikan lebih banyak keuntungan daripada listrik DC. Alat-alat listrik seperti seterika listrik, kipas angin, rice cooker, lemari es, mesin cuci, lampu-lampu penerangan, dan lain-lain menggunakan catu daya tegangan AC yang disuplai oleh PLN ke rumah-rumah. Jika input dari peralatan elektronik, misalnya radio, tape recorder, televisi, dan komputer, adalah arus AC. Maka pada umumnya dalam rangkaian tersebut dipasang rangkaian penyearah yang disebut rectifier atau adaptor yang berfungsi mengubah AC menjadi DC, sehingga dapat menggunakan sumber tegangan DC.
Untuk pengamanan jaringan listrik dan peralatan listrik akibat
III. METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Metode penelitian ini yaitu research and development atau penelitian pengembangan. Pengembangan yang dilakukan adalah pembuatan media pembelajaran berupa modul interaktif untuk SMA pada konsep listrik dinamis. Modul interaktif yang dikembangkan dijadikan sebagai latihan penguasaan konsep fisika terutama pada materi listrik dinamis.
Sasaran pengembangan program ditujukan untuk siswa kelas X. Saat proses pengembangan diberlakukan uji ahli dan uji coba produk. Uji ahli dilakukan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan. Sedangkan uji coba produk dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai bagaimana karakteristik, kelebihan dan kekurangan dari media pembelajaran. Selain itu, uji coba produk juga dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk yang telah dihasilkan dari penelitian pengembangan ini.
Proses uji coba penggunaan produk dilakukan menggunakan desain penelitian
one-shot case study. Desain penelitian ini digunakan untuk mengetahui,
40 perlakuan yang ingin diketahui melalui uji coba produk adalah tingkat
kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk hasil pengembangan sabagai media pembelajaran. Tingkat kemenarikan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian yang diberikan setelah uji coba penggunaan produk.
B. Subjek Penelitian Pengembangan
Pengembangan ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2015/2016 di SMAN 5 Bandar Lampung. Kemudian penelitian pengembangan ini diuji coba pada siswa kelas X IPA SMAN 5 Bandar Lampung tahun ajaran 2015/2016.
C. Prosedur Pengembangan
Penelitian ini menggunakan metode penelitian yang mengacu pada prosedur pengembangan media intruksional pembelajaran menurut Suyanto dan Sartinem (2009), yang memuat langkah-langkah pokok penelitian
pengembangan yang bertujuan untuk menghasilkan suatu modul interaktif. Penulis memilih prosedur pengembangan Suyanto dan Sartinem (2009) karena lebih mudah untuk mengembangkan modul interaktif yang akan dibuat dan mudah untuk melakukan langkah-langkah pengembangan modul
41
Tahap I:
Analisis Kebutuhan program Pengembangan pelajaran. Model pengembangan tersebut meliputi tujuh prosedur pengembangan produk dan uji produk, yaitu: (1) analisis kebutuhan, (2) identifikasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, (3) identifikasi
spesifikasi produk yang diinginkan pengguna, (4) pengembangan produk, (5) uji internal: uji ahli desain dan uji ahli materi produk, (6) uji eksternal: uji kemenarikan, uji kegunaan, dan uji kemanfaatan produk oleh pengguna, (7) produksi. Tahapan pengembangan produk yang diadaptasi ini dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1. Model pengembangan media instruksional (Suyanto dan Sartinem, 2009: 314)
Tahap II:
Identifikasi Sumber Daya Tahap III:
Identifikasi Spesifikasi Produk Tahap IV:
Pengembangan Produk (Prototipe I) Tahap VII:
Produksi
Tahap VI: Uji Eksternal Uji Kemanfaatan Produk (Prototipe III)
TahapV: Uji Internal
42 Model pengembangan ini terdiri atas tujuh tahap, yaitu sebagai berikut:
1. Tahap I Analisis Kebutuhan
Tahap pertama yaitu analisis kebutuhan. Kebutuhan pada hakikatnya adalah kesenjangan antara harapan dan kenyataan. Jadi analisis kebutuhan dalam penelitian ini adalah kegiatan untuk mengumpulkan informasi tentang kesenjangan antara kondisi faktual dan kondisi ideal keadaan yang ada pada suatu sekolah yang meliputi keberdayaan sekolah dalam
melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan analisis karakteristik siswa.
Analisis kebutuhan dilakukan untuk menunjukkan bahwa diperlukan media penunjang pembelajaran di sekolah. Analisis dilakukan dengan melakukan wawancara dan memberikan angket kepada guru dan siswa bidang studi khususnya fisika SMA kelas XI IPA4 SMAN 5 Bandar Lampung.
Berdasarkan angket yang dibagikan kepada siswa, 62,07% siswa masih mengalami kesulitan dengan media yang digunakan untuk materi listrik dinamis. 82,76% siswa merasa buku paket yang digunakan kurang membantu dalam pembelajaran fisika pada materi listrik dinamis.
2. Tahap II Identifikasi Sumber Daya
43 maupun sumber daya sekolah seperti perpustakaan dan laboratorium. Atas dasar potensi sumber daya yang dimiliki peneliti dibidang desain grafis, ditetapkan suatu produk dengan spesifikasi tertentu. Spesifikasi tersebut telah disesuaikan dengan sumber daya yang dimiliki sekolah, juga dengan kebutuhan yang ingin dipenuhi berdasarkan analisis kebutuhan.
Sumber daya sekolah yang diidentifikasi meliputi kelengkapan buku penunjang materi (kelengkapan sarana perpustakaan). Identifikasi sumber daya ini dilakukan dengan observasi langsung ke sekolah. Observasi yang dilaksanakan dengan memeriksa kelengkapan buku penunjang, keberadaan peralatan praktikum dan wawancara dengan guru mata pelajaran fisika. Hasil identifikasi ini selanjutnya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang mungkin untuk diwujudkan.
3. Tahap III Identifikasi Spesifikasi Produk
Identifikasi spesifikasi produk dilakukan untuk mengetahui spesifikasi produk yang dikembangkan dengan memperhatikan hasil analisis
kebutuhan dan identifikasi sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Pada tahap ini dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Penentuan topik atau materi pokok pembelajaran yang dikembangkan. b. Mengidentifikasi kurikulum untuk mendapatkan informasi identifikasi
materi pelajaran dan indikator ketercapaian dalam pembelajaran. c. Menentukan buku-buku fisika yang akan dijadikan rujukan materi
44 4. Tahap IV Pengembangan Produk
Kegiatan pengembangan pada tahap ini dilakukan pembuatan modul interaktif fisika pada materi listrik dinamis. Dengan memperhatikan retensi bekal awal siswa dan tugas studi pustaka, diharapkan siswa dapat
mengembangkan kemampuan pemecahan masalah. Hasil pengembangan pada langkah ini berupa prototipe 1.
5. Tahap V Uji Internal
Tahap lima pada pengembangan ini yaitu tahap uji internal. Uji internal yang dikenakan pada produk terdiri dari meliputi uji ahli desain dan uji ahli materi, yang dilakukan oleh ahli desain dan ahli materi pembelajaran. Modul interaktif fisika yang telah dibuat diberi nama prototipe 1,
kemudian dikenakan uji internal yang bertujuan untuk mengevaluasi kesesuaian produk yang direncanakan dengan berpedoman pada instrumen uji yang telah ditetapkan. Prosedur uji internal produk menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a) Menentukan indikator penilaian yang akan digunakan untuk menilai prototipe I yang sudah dibuat.
b) Menyusun instrumen uji desain dan uji materi menurut indicator penilaian yang telah dibuat sebelumnya.
c) Melakukan uji desain dan uji materi terhadap ahli desain dan ahli materi.
45 e) Melakukan perbaikan.
f) Mengonsultasikan hasil perbaikan kepada ahli desain dan ahli materi.
Instrumen yang dipakai dalam uji internal yaitu menggunakan angket. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk menilai dan mengumpulkan data tentang kelayakan produk berdasarkan sesuai atau tidaknya produk yang dihasilkan sebagai sumber belajar dan media pembelajaran. Data hasil uji ahli dijadikan sebagai acuan untuk melakukan revisi terhadap prototipe I. Setelah mengalami uji ahli, maka prototipe I akan mendapat saran-saran perbaikan dari ahli desain dan ahli materi dan akan diperoleh prototipe II.
6. TahapVI Uji Eksternal
Uji eksternal dilakukan dengan 2 tahap yaitu uji prapengguna atau sering disebut uji satu lawan satu kemudian dilanjutkan dengan uji lapangan yaitu uji kemanfaatan produk oleh pengguna. Pada uji pengguna, modul
interaktif diberikan kepada siswa untuk digunakan sebagai sumber belajar sekaligus media belajar. Uji pengguna merupakan uji coba produk oleh pengguna, yaitu: (1) kemenarikan, (2) kemudahan menggunakan produk, dan (3) kemanfaatan produk. Desain penelitian yang digunakan untuk uji kemenarikan, kemudahan, dan kemanfaatan dilakukan dengan memberi angket kepada siswa, dilakukukan dengan menggunakan desain penelitian
46
Gambar 3.2. Desain One-Shot Case Study
Keterangan:
X = Treatment (belajar menggunakan modul interaktif) O = Observasi (hasil belajar)
(Sugiyono, 2010: 110)
Dari hasil uji tersebut akan diperoleh saran atau masukan terkait manfaat produk yang dihasilkan. Berdasarkan masukan-masukan tersebut oleh pengembang akan dilakukan penyempurnaan sehingga dihasilkan prototipe III yang merupakan produk akhir pengembangan.
7. Tahap VII Pencetakan Produk
Pada tahap 7 dilakukan publish produk secara offline setelah dilakukan perbaikan dari hasil uji eksternal. Tahap ini merupakan tahap akhir dari penelitian pengembangan.
D. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian pengembangan ini diperoleh melalui observasi, wawancara, serta menggunakan instrumen angket. Observasi, angket dan wawancara digunakan untuk menganalisis kebutuhan dan mengetahui ketersediaan sumber daya pada tahap I dan II pada teknik pengembangan yang diadaptasi. Instrumen angket uji ahli digunakan untuk mengumpulkan
47 data tentang kelayakan produk berdasarkan kesesuaian desain dan isi materi
listrik dinamis pada produk yang telah dikembangkan pada tahap V. Instrumen angket respon pengguna digunakan untuk mengumpulkan data tingkat kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk pada tahap VI.
E. Teknik Analisis Data
Data hasil analisis kebutuhan yang diperoleh dari guru dan siswa digunakan untuk menyusun latar belakang dan mengetahui tingkat keterbutuhan pengembangan. Data hasil identifikasi kebutuhan ini kemudian dilengkapi dengan data hasil identifikasi sumber daya digunakan untuk menentukan spesifikasi produk yang dikembangkan.
Data kesesuaian desain dan materi pembelajaran pada produk diperoleh dari ahli materi dan ahli desain atau praktisi melalui uji internal produk. Data kesesuaian tersebut digunakan untuk mengetahui tingkat kelayakan produk yang dihasilkan untuk digunakan sebagai media pembelajaran. Data
kemenarikan, kemudahan penggunaan dan kemanfaatan produk diperoleh melalui uji eksternal kepada pengguna secara langung.
48 Data kemenarikan, kemudahan dan kemanfaatan produk diperoleh dari siswa
sebagai pengguna. Angket respon terhadap penggunaan produk memiliki 4 pilihan jawaban sesuai konten pertanyaan, misalnya: “sangat menarik”, “menarik”, “kurang menarik” dan “tidak menarik”. Masing-masing pilihan
jawaban memiliki skor berbeda yang mengartikan tingkat kesesuaian produk bagi pengguna. Penilaian instrumen total dapat dicari dengan menggunakan rumus:
Skor penilaian = J a a a
J a a a x 4
Tabel 3.1 Skor penilaian terhadap pilihan jawaban.
Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Pilihan Jawaban Skor Sangat menarik Sangat bermanfaat Sangat mempermudah 4
Menarik Bermanfaat Mempermudah 3
Kurang menarik Kurang bermanfaat Kurang mempermudah 2 Tidak menarik Tidak bermanfaat Tidak mempermudah 1
49 Tabel 3.2. Konversi skor penilaian menjadi pernyataan nilai kualitas
(Suyanto dan Sartinem, 2009: 327) 2,51 – 3,25 Menarik Mempermudah Bermanfaat 1,76 – 2,50 Kurang menarik Kurang
mempermudah
Kurang bermanfaat 1,01 – 1,75 Tidak menarik Tidak
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Simpulan dari penelitian pengembangan ini adalah
1. Pengembangan modul interaktif menghasilkan modul interaktif yang berisi simulasi video, gambar dan soal interaktif kelas X SMA/MA dengan menggunakan LCDS sebagai sumber belajar konsep listrik dinamis dengan memanfaatkan potensi yang dimiliki oleh sekolah. Modul interaktif yang dihasilkan telah teruji secara internal oleh ahli desain dan ahli materi serta telah tervalidasi kesesuaiannya dengan standar kompetensi BSNP.
Berdasarkan uji internal tersebut, modul interaktif dinyatakan layak dan dapat digunakan sebagai media pembelajaran fisika.
2. Keoperasionalan modul interaktif juga telah terujikan melalui uji eksternal dengan melihat respon dan penilaian siswa terhadap penggunaan produk. Hasil uji eksternal yang dilakukan memperoleh nilai uji kemenarikan 3,14, uji kemudahan 3,09 dan uji kemanfaatan 3,15 hal ini memperlihatkan produk modul interaktif dinilai menarik, mudah digunakan, dan
62
B. Saran
Saran dari penelitian pengembangan ini adalah:
1. Melakukan penelitian lanjutan berupa pengembangan modul interaktif fisika menggunakan LCDS untuk pokok bahasan yang lain.
2. Melakukan penelitian lanjutan berupa pengembangan modul interaktif fisika menggunakan LCDS dengan cara publish secara online.
3. Melanjutkan pengujian penggunaan modul interaktif hasil pengembangan untuk mengetahui tingkat efektifitas modul.
DAFTAR PUSTAKA
Agung. 2013. Microsoft Silverlight. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ Silverlight. Diakses 20 April 2015.
Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Revisi. Jakarta: Rineka Cipta.
Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT Raja Grafindo. Bonadtya. 2015. Adobe Flash. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/Adobe_
Flash. Diakses 20 April 2015.
Cristian, Ign. 2015. Adobe Photoshop. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ Adobe_Photoshop. Diakses 20 April 2015.
Fendi & Purwoko. 2010. Fisika 1. Jakarta: Yudistira.
Foster, Bob. 2012. Fisika untuk SMA 1B. Bandung: Erlangga.
Future, Hayubusa. 2015.Mozilla Firefox. Tersedia: http://id.wikipedia.org/wiki/ Mozilla_Firefox. Diakses 20 April 2015.
Hubing, N., Oglesby, D., Philpot, T., Yellamraju, V., Hall, R., & Flori, R. 2012. Interactive learning tools: Animating statics. InAmerican Society for
Engineering Education Annual Conference June, 1 (4): 159-270.
Mukti, Norhayati., & Hwa, Siew P. (2004). Malaysian Perspective: Designing Interactive Multimedia Learning Environment for Moral Values Education.
Educational Technology & Society, 7 (4): 143-152.
Munir. 2010. Pembelajaran Jarak Jauh Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi. Bandung: Alfabeta.
Nurachmandani, Setya. 2009. BSE: Fisika 1 untuk SMA/MA Kelas X. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.
Sadiman, Arif S, R Raharjo, Rahardjito, dan Anung H. 2008. Media Pendidikan
Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo
64
Sanjaya, Wina. 2010. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Santyasa, I Wayan. 2010. Model Pembelajaran Inovatif Dalam Implementasi
Kurikulum Berbasis Kompetensi (Makalah). IKIP Negeri Sisingamangaraja.
Stelzer, T., Gladding, G., Mestre, J. P., & Brookes, D. T. 2009. Comparing the efficacy of multimedia modules with traditional textbooks for learning introductory physics content. American Journal of Physics, 77 (2): 184-190. Sugiyono. 2013. Metodelogi Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R & D). Bandung: Alfabeta.
Suprawoto, N.A. 2010. Mengembangkan Bahan Ajar dengan Menyusun Modul. (Online), (http://www.scribd.com/doc/16554502/Mengembangkan-Bahan-Ajar-dengan-Menyusun-Modul.), diakses 25 Februari 2015.
Suyanto, Eko & Sartinem. 2009. Pengembangan Contoh Lembar Kerja Fisika Siswa dengan Latar Penuntasan Bekal Awal Ajar Tugas Studi Pustaka dan Keterampilan Proses untuk SMA Negeri 3 Bandar Lampung. Prosiding
Seminar Nasional Pendidikan 2009. Bandarlampung: Unila.
Taufani, Dani Rusda & Iqbal, Mohamad. 2011. Membuat Content E-learning
dengan Microsoft Learning Content Development System (LCDS). Bandung: