• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TOKOH KARTUN DALAM MENGEDUKASI KONSUMEN ANAK TENTANG LABEL PRODUK MAKANAN (STUDI EKSPERIMEN PADA KONSUMEN ANAK SD NEGERI 1 KAMPUNG BARU, BANDAR LAMPUNG)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEKTIFITAS PENGGUNAAN TOKOH KARTUN DALAM MENGEDUKASI KONSUMEN ANAK TENTANG LABEL PRODUK MAKANAN (STUDI EKSPERIMEN PADA KONSUMEN ANAK SD NEGERI 1 KAMPUNG BARU, BANDAR LAMPUNG)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

MENGEDUKASI KONSUMEN ANAK TENTANG LABEL PRODUK MAKANAN

(STUDI EKSPERIMEN PADA KONSUMEN ANAK SD NEGERI 1 KAMPUNG BARU, BANDAR LAMPUNG)

Oleh

ANJAR MUBASITOH

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas penggunaan tokoh kartun dalam memberikan edukasi konsumen anak tentang label produk makanan dan untuk menambah pengetahuan konsumen anak tentang label produk dalam membeli dan menggunakan produk makanan. Variabel dalam penelitian ini adalah efektifitas iklan sebagai variabel bebas dan tokoh kartun sebagai variabel kontrol. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Sumber data menggunakan data primer yaitu data hasil dari wawancara. Sampel dalam penelitian ini adalah 50 siswa SD Negeri 1 Kampung Baru, Bandar Lampung. Alat analisis data dalam penelitian ini adalah uji paired sample test menggunakan SPSS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan siswa dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan. Perbedaan pengetahuan menunjukkan bahwa terdapat penambahan pengetahuan. Kesimpulannya adalah terdapat efektifitas penggunaan tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan. Implikasi praktis bagi perusahaan agar memperhatikan dalam pembuatan label produk makanan, karena dengan memperhatikan tampilannya akan berpengaruh pada konsumen dan pembuatan iklan layanan masyarakat yang ditujukan untuk konsumen anak dalam bentuk buku cetak kartun. Implikasi teoritis dapat memberikan tambahan literatur bacaan tentang keefektifan tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan.

(2)

CONSUMER CHILDREN ON THE FOOD LABEL PRODUCTS

STUDY ON CONSUMER CHILDREN ELEMENTARY SCHOOL 1 KAMPUNG BARU, BANDAR LAMPUNG

BY

ANJAR MUBASITOH

The purpose of this research was to determine the effectiveness of use cartoon characters in educating consumers children about food product labeling and to increase consumer knowledge about the product label children in buying and using food products. The variable in this research is a cartoon character as a control variable. This type of research is study eksperiment. Data sources using primary data from the interview results. The sample in this research were 50 students of SD Negeri 1 Kampung Baru, Bandar Lampung. Data analysis tools in this study were paired samples test using SPSS. The results showed that there was a difference in students knowledge in educating consumers children about label food products. Differences indicate the addition of knowledge. The conclusion is the effectiveness of use cartoon characters in educating consumers children about label food products. The implications of the practical for the company to pay attention to the labeling of food products, because of how the model looks will affect the consumers and making public service ads aimed at consumers in the form of printed books kids cartoon. The implications of theoretical can provide additional literature readings about the effectiveness of a cartoon character in educating consumers child label food products.

(3)

BANDAR LAMPUNG)

(Skripsi)

Oleh

ANJAR MUBASITOH

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

BARU, BANDAR LAMPUNG)

Oleh

Anjar Mubasitoh

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ADMINISTRASI BISNIS

Pada

Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

Penulis bernama Anjar Mubasitoh, lahir di Lampung Timur, 26 September 1994. Penulis merupakan anak kedua dari pasangan terhebat sepanjang masa dan luar biasa H. Harnoto dan Hj. Amini memiliki satu orang kakak bernama Anjar Fadilla dan dua orang adik yakni Twin Coco dan Bastara Ha’am Nur.

Penulis pernah bersekolah di SD Negeri 1 Sriminosari lulus pada tahun 2006, di SMP Negeri 2 Labuhan Maringgai lulus pada tahun 2009, dan di MAN 1 Bandar Lampung dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 ini penulis lulus di Universitas Lampung melalui jalur SNMPTN Tulis, dengan Program S1 jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

(9)

Rasa syukur dan cintaku kepadaAllah SWT, dan junjungankuNabi Muhammad SAWyang selalu melimpahkan kebahagiaan bagi setiap umatnya.

Kupersembahkan Karyaku Ini Kepada:

“Ayah dan Ibu”

sebagai tanda baktiku terima kasih untuk doa, motivasi, kasih sayang, pengorbanan dan keikhlasannya beribu terima kasih tidak cukup membalas semua

keikhlasan dan pengorbanan yang selalu memberikan kasih sayang, cinta, semangat, yang doa yang tulus dalam membesarkanku selama ini sehingga menjadi motivator dan inspirator terbesar dalam hidupku. Semoga Allah SWT memberikan balasan dan kebahagiaan yang luar biasa indah untuk ibu dan ayahku

di dunia maupun di akhirat;

“Kakak dan Adik-adikku tercinta”

Anjar Fadilla, Twin Coco dan Bastara Ha’am Nur . Terima kasih untuk segala

(10)

Keluarga Besarku terimakasih untuk semuanya, baik itu semangat, doa, finansial maupun materialterimakasih

Special

Special thanks to my honeyGunari Toni. Kamu yang selalu memberikan keceriaan, bantuan, semangat, motivasi, nasehat yang berharga bagiku, dan

semuanyaaa. “Thanks for everything bi”;

“Teman-teman yang Tercinta”

Terimakasih untuk Beb Radisty Noorfizir, S.A.B., Riza Merinda., S.A.B, Nani Dwi Nurjanah, S.A.B.,Vina Astika, S.A.B., Dewi Rohma Nengsih, S.A.B., dan

lain-lain untuk bantuannya, untuk waktunya, untuk dukungannya, dan untuk semuanya. Semoga Allah membalasnya dan senantiasa diberikan Rahmat-Nya

untuk kalian, salam sukses ^^;

Terimakasih sahabat sahabat tercintaku ;) Apriana Dwifoni Putri, S.A.B., Yulia Asnita., S.A.B., Eka Novia Harningsih, S.A.B., Nona Rivanty Umicha, S.A.B, Ika Aprilia Rahma F, S.A.B, Vina Astika, S.A.B., Fitria Purwaningsih, S.A.B, Kalian

tetap terbaik yang telah membuat masa-masa perkuliahanku lebih berwarna. Semoga persahabatan kita menjadi sebuah cerita tanpa akhir;

(11)

bisa penulis sebutkkan satu-persatu. Terima kasih atas bantuan dan dukungan kalian selama ini,keep fighting, Semangat gapai cita-cita danSuccess for all!;

Terimakasih Teman-Teman Pondok Pesantren Mahasiswa Darul Hikmah Bandar Lampung; Zahidah, Tanti, Atin, Uni Fitri, Lina, Mba Sofi, Mba Ari, Mba Hilya,

Mba Tata dan lainnya maaf ga bisa disebutkan satu persatu ;)

Terimakasih pengalaman berharga selama 40 hari dan persahabatannya, dari tidak saling mengenal hingga kini tetap saling sapa meski berbeda jurusan dan fakultas

(Bunda Wayan dan Teteh Lesti);

Kalian yang pernah menjadi sahabat terbaik, yang pernah menjadi teman seperjuangan, teman yang entah kapan lagi bisa ditemukan teman seperti kalian,

teman tetaplah teman. Teman-teman kosan pak Leman (Tati Suryani, Denis Rahmatika, Ulfaricha Cahya Happy Alita, Novika Azyati, Bugi Anisa Kinanti, Indri, Luthfi Afriani, Anindya Miranda, mba Umi, mba Dian). Terimakasih.;

Terima kasih kepada Bapak/Ibu selaku pengajar di lokasi penelitian yang sudah membantu memberikan waktunya terkait penelitian penulis;

Semua teman-teman yang telah membantu dalam kelancaran pembuatan skripsi ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu;

(12)

Sesungguhnya Shalatku, ibadahku, Hidup dan Matiku hanyalah karena Allah Swt.

(Anonim)

Jangan pernah merasa cukup dengan ilmu yang kamu miliki, karena di luar sana masih banyak ilmu yang menanti untuk dipelajari.

(Anonim)

Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum kecuali kaum itu sendiri yang mengubah apa yang ada pada diri mereka.

(13)

Ahamdulillah, segala puji bagi Allah SWT atas segala kenikmatan anugerah-Nya yang tiada terkira, sehingga penulis bias menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada uswatun khasanah kita Nabi Muhammad SAW yang bersamanya kemuliaan dan keagungan Islam.

Skripsi dengan judul “Efektifitas penggunaan Tokoh Kartun dalam mengedukasi Konsumen Anak tentang Label Produk Makanan (Studi Eksperimen pada Konsumen Anak SD Negeri 1 Kampung Baru, Bandar Lampung)” ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Administrasi Bisnis pada Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis di Universitas Lampung.

Selama proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. ALLAH SWT;

(14)

4. Bapak Dr. Suripto, S.Sos., M.A.B., selaku Ketua Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis, Terima kasih telah meluangkan waktu untuk menyampaikan masukkan, kritik dan saran yang sangat membantu saya dalam membangun dasar keilmuan saya;

5. Bapak Ahmad Rifa'i, S.Sos., M.Si., selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Lampung atas bimbingan dan motivasinya;

6. Bapak Suprihatin Ali, S.Sos., M.Sc., selaku Pembimbing Utama. Terima kasih banyak telah memberikan bimbingan, arahan, kritik, saran dan motivasi yang membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini. Semoga semua hal yang Bapak usahakan dan korbankan baik waktu, tenaga, pikiran, serta ilmu yang dibagi kepada saya menjadi amal yang terus mengalir pahalanya;

7. Bapak Toni Wijaya, S.Sos., M.A., selaku dosen penguji. Terimakasih atas kesediaan bapak yang selalu menyempatkan hadir untuk menguji saya di sela-sela agenda Bapak. Terima kasih telah meluangkan waktu untuk membaca skripsi saya, memberikan masukan serta kritik yang membantu saya dalam penyelesaian skripsi ini;

(15)

dalam mengurus berkas kuliah selama ini;

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, namun harapan penulis semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin ya robbal alamin. Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Bandar Lampung, November 2015

(16)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... i

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pemasaran ... 11

2.2 Produk ... 11

2.3 Hak Konsumen... 12

2.4 Edukasi Konsumen ... 13

2.4.1 Pengertian Edukasi Konsumen ... 13

2.4.2 Tujuan Edukasi Konsumen ... 14

2.4.3 Manfaat Edukasi Konsumen ... 14

2.5 Perilaku Konsumen ... 15

2.5.1 Konsumen Anak... 15

2.6 Label Kemasan... 17

2.6.1 Fungsi Kemasan ... 17

2.6.2 Fungsi Label ... 18

(17)

2.6.4 Informasi produk... 23

2.7 Keefektifan iklan ... 25

2.7.1 Iklan Layanan Sosial ... 28

2.7.2 Pesan Iklan ... 28

3.2 Populasi dan Sampel ... 35

3.2.1 Populasi ... 35

3.2.2 Sampel... 36

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 36

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.5 Lokasi Penelitian... 38

3.6 Prosedur Penelitian... 38

3.7 Validitas Dan Reliabilitas ... 40

3.7.1 Validitas Instrumen ... 40

3.7.2 Realibilitas Instrumen ... 40

3.8 Teknik Analisis Data... 41

3.9 Teknik Keabsahan Data ... 42

IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum lokasi penelitian... 43

4.1.1 Sekolah Dasar Negeri 1 Kampung Baru ... 43

4.2 Persiapan penelitian ... 44

4.2.1 Penentuan Tempat Penelitian... 45

4.2.2 Perizinan ... 45

(18)

4.2.4 Penyusunan Instrumen ... 46

4.2.5 Pembuatan Iklan... 47

4.2.6 Uji Coba Instrumen ... 47

4.2.6.1 uji validitas instrument ... 48

4.2.6.2 uji reliabilitas instrument... 49

4.3 Pelaksanaan Penelitian ... 49

4.3.1 Pelaksanaan Skoring ... 50

4.3.2 Gambaran Umum Responden ... 50

4.4 Pembahasan ... 52

4.4.1 Analisis Data Kuantitatif... 52

4.4.2 Analisis Data Kualitatif ... 83

4.5 Evaluasi dan Pelajaran dari Perlakuan ... 88

4.6 Evaluasi Kegiatan... 89

IV. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 90

5.2 Saran... 91

DAFTAR PUSTAKA ... 93

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Manfaat Edukasi Konsumen ... 14

4.1 Jumlah Siswa SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung Tahun Ajaran 2015/2016 ... 44

4.2 Hasil Uji Realibilitas ... 49

4.3 Sampel Penelitian... 50

4.4 Daftar Responden ... 51

4.5Descriptive statistic... 53

4.6 Persentasepre-testtentang label produk ... 56

4.7 Persentasepost-testtentang label produk ... 57

4.8 Hasil ujiPaired TestLabel produk... 57

4.9 Persentasepre-testtentang Tanggal Kadaluarsa ... 60

4.10 Persentasepost-testtentang Tanggal Kadaluarsa ... 61

4.11 Hasil ujiPaired Test Tanggal Kadaluarsa ... 61

4.12 Persentasepre-testtentang Label Halal... 64

4.13 Persentasepost-testtentang Label Halal ... 65

4.14 Hasil ujiPaired Test Label Halal... 66

4.15 Persentasepre-testtentang Izin BPOM... 69

4.16 Persentasepost-testtentang Izin BPOM... 70

(20)

4.18 Persentasepre-testtentang Petunjuk Cara Penyimpanan... 72

4.19 Persentasepost-testtentang Petunjuk Cara Penyimpanan... 73

4.20 Hasil ujiPaired Test Petunjuk Cara Penyimpanan... 73

4.21 Persentasepre-testtentang Isi bersih... 76

4.22 Persentasepost-testtentang Isi bersih ... 77

4.23 Hasil ujiPaired Testisi bersih... 77

4.24 Persentasepre-testtentang seluruh pertanyaan ... 79

4.25 Persentasepost-testtentang label produk ... 80

4.26 Hasil ujiPaired Testseluruh pertanyaan... 81

6.1 Pertayaan pertama yang menanyakan pengetahuan mereka terhadap label produk... 110

6.2 Pertanyaan kedua yang menanyakan pengetahuan mereka tentang Tanggal Kadaluarsa pada Label produk ... 112

6.3 Pertanyaan ketiga yang menanyakan pengetahuan mereka tentang Label Halal pada Label produk ... 114

6.4 Pertanyaan pertama menanyakan pengetahuan mereka tentang Izin BPOM pada Label produk ... 116

6.5 Pertanyaan pertama menanyakan pengetahuan mereka tentang Petunjuk Cara Penyimpanan pada Label produk ... 118

6.6 Pertanyaan pertama menanyakan pengetahuan mereka tentang Isi bersih pada Label produk ... 120

6.7 Nilaipre-testdanpost-testseluruh pertanyaan ... 122

(21)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1.1 Jumlah penduduk Indonesia Berdasarkan usia dan

jenis kelamin ... 6 2.1 Contoh Label Makanan (1) Isi bersih (2) Izin Badan POM

(3) Tanggal Kadaluarsa (4) Label halal (5) Petunjuk cara

Penyimpanan ... 22 6.1 Peneliti sedang melakukan wawancara mahasiswa Hukum

Universitas Lampung tentang label produk ... 107 6.2 Peneliti sedang survei kepada mahasiswa pertanian Universitas

Lampung Dan menanyakan apa yang mereka lihat ketika

sebelum membeli produk ... 107 6.3 Peneliti sedang memberikan tata cara pelaksanaan penelitian

pada siswa Kelas V ... 108 6.4 Peneliti sedang melakukan wawancarapre-testkepada salah satu

Siswa di kelas VI ... 108 6.5 Peneliti sedang melakukan wawancara kepada salah satu siswa

kelas VIA ... 109 6.6 Peneliti sedang melakukan wawancarapre-testkepada salah satu

(22)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

(23)

1.1 Latar Belakang dan Masalah

Salah satu keberhasilan dunia usaha adalah pemasaran. Pemasaran mengantisipasi dan mengukur pentingnya kebutuhan dan keinginan dari kelompok konsumen tertentu dan menanggapinya dengan aliran barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan mereka (Body dkk, 2000: 3). Bagian penting dari instrument pemasaran adalah pesan yang disampaikan kepada calon pembeli melalui berbagai unsur yang terdapat dalam program promosi (Rewoldt dkk, 1995: 1). Bagaimanapun sebuah perusahaan memiliki produk terbaik, harga rendah, dan saluran distribusi yang tepat, kesuksesan sepertinya akan sulit diraih tanpa adanya komunikasi efektif dengan khalayak sasaran (Lee dan Johnson, 2007: 154).

Saluran komunikasi yang utama antara perusahaan dengan konsumen (khalayak sasaran) adalah program promosi (Rewold dkk, 1995: 2). Terdapat empat saluran komunikasi antara perusahaan dengan konsumen dalam program promosi, yaitu periklanan, penjualan pribadi, promosi penjualan, dan publisitas. Di antara keempat saluran promosi tersebut periklanan menawarkan keunggulan yang signifikan dibanding dengan teknik promosi lainnya (Simamora, 2000: 757).

(24)

mereka. Begitu juga dengan produsen di Indonesia, mereka juga memanfaatkan iklan untuk mengenalkan produk mereka. Perusahaan menggunakan iklan untuk memberikan informasi tentang suatu produk baru kepada konsumen, bagaimanapun bagusnya suatu produk yang dihasilkan oleh perusahaan jika dirahasiakan dari konsumen produk tersebut tidak ada gunanya. Di samping itu iklan juga digunakan untuk mempengaruhi konsumen agar menggunakan barang atau jasa tertentu, dan mengingatkan konsumen akan suatu merek tertentu agar loyalitas mereka tetap terjaga (Kotler dkk, 2008: 44, Lee dan Johnson, 2007: 23).

Terdapat sebuah konsep kreatif dibalik setiap iklan yang baik, sebuah gagasan besar yang membuat pesannya menjadi berbeda, merebut perhatian dan mudah diingat. Beberapa pakar berpendapat bahwa periklanan harus mengandung gagasan besar yang menarik perhatian konsumen, mendapat reaksi, serta memisahkan produk dan jasa yang diiklankan dari produk lain dalam persaingan (Lee dan Johnson, 2007: 170).

(25)

Persaingan dunia usaha yang semakin ketat merangsang kreativitas dalam pembuatan iklan. Saat ini banyak produsen di Indonesia yang memanfaatkan tokoh kartun dalam penyampaian pesan iklan untuk produk yang mereka hasilkan. Bukan hanya produk dengan target sasaran konsumen anak, produk dengan target sasaran konsumen remaja juga ada yang memanfaatkan gambar kartun ini dalam penyampaian pesan iklan mereka. Diantara iklan produk kebutuhan anak yang menggunakan visualisasi gambar kartun adalah iklan produk susu Boneto dan susu Yes.

Dalam iklan susu Boneto digambarkan seorang anak yang kurang tinggi menjadi bertambah tinggi setelah minum susu tersebut, anak itu masuk ke dalam sebuah mesin dan setelah keluar tiba-tiba saja tingginya sudah berubah. Ilustrasi iklan susu tersebut digambarkan dengan bagus menggunakan gambar kartun. Tampilan iklan yang menggunakan visualisasi gambar kartun menggunakan pendekatan daya tarik fantasi dalam pembuatan iklannnya. Daya tarik fantasi berusaha menampilkan pesan dalam iklan dengan menggunakan efek-efek khusus untuk menciptakan tempat, peristiwa, atau karakter bayangan (Lee dan Johnson, 2007: 186).

(26)

Menurut Simamora, tujuan terbaik periklanan ialah yang spesifik dan terukur. Memiliki tujuan periklanan terukur berarti bahwa pemasar akan senantiasa mengetahui apakah mereka menghabiskan dana secara efektif (2000: 799). Jadi, dalam pembuatan sebuah iklan pengukuran terhadap keefektifan iklan dalam mempersuasi konsumen itu penting, untuk mengetahui seberapa besar pengaruh iklan tersebut dalam mempersuasi konsumen dan menimbulkan reaksi beli pada mereka, serta untuk mengetahui apakah dana yang produsen habiskan dalam pembuatan iklan tersebut sudah digunakan secara efektif.

Kartun sudah bukan barang asing lagi bagi kehidupan manusia, karena kartun sudah dikenal sejak zaman dahulu. Kartun sudah eksis sejak berabad-abad yang lalu bahkan hingga kini makin berkibar seiring dengan perkembangan teknologi komunikasi. Maka tidaklah mengherankan jika banyak iklan-iklan yang menggunakan bentuk-bentuk kartunal sebagai medium komunikasinya kepada khalayak luas. Kata kartun berasal dari bahasa Italia “Cartoon” yang berarti “kertas” (Wijana, 2003: 4). Menurut Sachar dan Trisnawati (1998: 31) kartun adalah “gambar yang dramatisasi, disangatkan atau dilebih-lebihkan”.

(27)

direncanakan sungguh-sungguh karena bentuk-bentuk kartunal mudah diterima oleh semua lapisan masyarakat dari segi usia maupun golongan.

Label merupakan ciri lain dari produk yang perlu diperhatikan. Label adalah bagian sebuah produk yang membawa informasi verbal tentang produk (William J. Stanton, 1984: 205). Label bagi konsumen adalah konsumen akan memperoleh informasi yang benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi, kualitas mengenai barang/jasa beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa.

Menurut Biro Pusat Statistik dalam survei terakhir yang dilakukan tahun 2005 ada sekitar 69 juta anak yang berusia 0 sampai 14 tahun, angka ini hampir sama dengan jumlah orang dewasa yang berusia 30 sampai 49 tahun yang mencapai sekitar 68 juta jiwa (http://sp2010.bps.go.id/ diakses tanggal 15 September 2015 pukul 10.54).

Berikut gambar hasil survei Biro Pusat Statistik:

(28)

Melihat kenyataan bahwa pasar anak sangat besar sementara studi atau riset yang berhubungan dengan pasar anak Indonesia masih sangat minim. Anak-anak adalah pasar masa depan dengan kenyataan bahwa anak-anak banyak mempengaruhi orang tua dalam melakukan pembelian. Apa yang ditabur oleh perusahaan sejak awal mempunyai kemungkinan dapat merebut persepsi dan hati anak bila kelak remaja, dewasa, dan orang tua. Persepsi ini bisa mempengaruhi pilihan produk yang ingin mereka beli (Irawan, 2003: 166).

Penulis melakukan survei sebelum penelitian di SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung. Sekolah ini terletak di Jalan Bumi Manti II . Sekolah ini mempunyai luas 849 m2 (Hasil survei pada hari senin 14 September 2015 di SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung). Penulis melakukan survei sebelum penelitian di kelas V sebanyak 24 siswa. Hasil survei sebagian besar menjawab apabila akan membeli produk maka mereka melihat merek atau rasa yang mereka sukai. Dan produk yang mereka sering beli adalah susu.

(29)

Bukan hanya anak-anak, orang yang sudah dewasa pun masih tidak membaca label produk sebelum membeli produk bahkan sebagian besar tidak mengetahui apa itu label produk. Peneliti juga melakukan survei kepada 30 mahasiswa Universitas Lampung tentang apa saja yang mereka lihat ketika sebelum membeli produk (foto terlampir). Dari 30 mahasiswa tersebut menjawab apabila akan membeli produk lebih melihat harga, desain kemasan menarik dan kebersihan makanan tersebut. Dari 30 mahasiswa, sebanyak 4 mahasiswa menjawab sebelum membeli produk makanan memperhatikan tanggal kadaluarsa nya dan tidak untuk label yang lain seperti label halal, izin BPOM, petunjuk cara penyimpanan, dan isi bersih. Hasil survei ini mendukung penelitian yang akan diteliti karena untuk penanaman nilai-nilai membaca label produk sejak kecil.

Jumlah keracunan yang dilaporkan Badan POM bulan April-Juni 2015 terdapat 56 insiden keracunan yang terjadi di berbagai wilayah Indonesia salah satu nya adalah Keracunan akibat pangan disebabkan oleh pangan jajanan sebanyak 8 insiden keracunan dengan jumlah korban 379 orang; 18 (delapan belas) insiden keracunan akibat pangan rumah tangga dengan jumlah korban 1005 (seribu lima) orang, dan Satu insiden keracunan disebabkan oleh campuran makanan minuman yang terjadi di Kepulauan Riau menyebabkan 42 (empat puluh dua) orang menjadi korban keracunan setelah mengkonsumsi makanan dan minuman tersebut di sekolah.

(30)

Susu kemasan ukuran satu liter itu dibeli di sebuah mini market. Sebelum diminum, susu itu sempat dipanaskan dulu di wajan. Tiga jam setelah meminum susu, para santri mengeluh mual dan muntah. Dan akhirnya dibawa ke rumah sakit terdekat. Hal ini disebabkan minimnya pengetahuan untuk melihat label produk makanan, khususnya petunjuk cara penyimpanan atau petunjuk cara pemakaian.

Fenomena di atas merupakan fenomena yang menarik untuk diteliti. Sayangnya riset tentang keefektifan iklan tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan pada konsumen anak jarang dilakukan, atau sebenarnya ada riset tentang itu tapi tidak terpublikasikan secara luas. Berdasarkan fenomena tersebut peneliti ingin mengkaji lebih jauh mengenai keefektifan penggunaan tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan.

Pertimbangan menggunakan produk susu sebagai objek penelitian adalah karena saat ini di Indonesia banyak produsen susu yang menghasilkan produk susu dengan harga yang cukup murah dan bisa dijangkau oleh anak-anak. Biasanya produk susu yang seperti ini dijual dalam bentuk susu cair. Produk susu juga sifatnya lebih netral, tidak semua anak menyukai produk ini, dan harganya juga tidak semurah produk jajanan untuk anak yang lain. Salah satu hal yang membedakan produk susu yang satu dengan produk susu yang lain adalah melalui iklan.

(31)

apa yang bisa menarik perhatian konsumen anak. Diharapkan dengan adanya penelitian tentang keefektifan iklan pada konsumen anak ini, produsen produk anak-anak akan lebih mengerti tentang daya tarik iklan yang bisa menarik perhatian mereka, dan bagi para produsen yang telah menggunakan visualisasi iklan kartun dalam membidik pasar anak, diharapkan mereka akan mengerti benar efektifitas iklan tersebut pada konsumen anak. Dan peneliti membatasi bahasan label produk, label produk dalam penelitian ini yaitu tanggal kadaluarsa, label halal, izin BPOM, petunjuk cara penyimpanan dan isi bersih.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana efektifitas tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas iklan layanan sosial yang menggunakan tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Aspek Teoritis

(32)

1.4.2 Aspek Praktis 1. Bagi Peneliti

a. Menambah pengalaman dan melatih untuk berfikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan.

b. Sebagai sarana untuk menerapkan ilmu yang diperoleh selama kuliah dalam menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan nyata. 2. Bagi perusahaan

Memberikan masukan bagi perusahaan agar memperhatikan dalam pembuatan label suatu produk, karena bagaimana model tampilannya akan berpengaruh pada konsumen serta pembuatan iklan layanan masyarakat yang ditujukan untuk konsumen anak.

3. Bagi pihak lain

(33)

2.1 Pemasaran

Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial individual dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain (Kotler & Amstrong, 2008: 7). Pemasaran menurut lembaga pemasaran yang terkemuka di Inggris mendefinisikan istilah pemasaran sebagai proses manajemen yang bertanggung jawab terhadap identifikasi, antisipasi, serta pemenuhan kebutuhan konsumen dan dalam waktu bersamaan, menciptakan keuntungan bagi perusahaan (Kotler, 2008: 156)

2.2 Produk

(34)

Definisi produk menurut Stanton (1997: 201) adalah sekumpulan atribut yang nyata, didalamnya sudah tercakup warna, harga, kemasan, prestise pabrik, prestise pengecer dan pelayanan dari pabrik serta pengecer mungkin diterima oleh pembeli sebagai sesuatu yang mungkin bisa memuaskan keinginannnya. Definisi produk menurut Kotler dan Armstrong (2008: 167) adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat perhatian, dibeli, dipergunakan, atau dikonsumsi dan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan.

Berdasarkan definisi-definisi di atas mengenai produk di atas maka dapat disimpulkan bahwa produk merupakan segala sesuatu yang ditawarkan produsen kepada konsumen untuk memenuhi kebutuhan konsumen dan mampu memberikan kepuasan bagi penggunanya.

2.3 Hak Konsumen

(35)

penggantian, apabila barang dan/atau jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya, (9) hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Hak untuk mendapat atau memperoleh keamanan (the right to safety). Konsumen memiliki hak untuk memperoleh perlindungan atas keamanan produk dan jasa. Misalnya, makanan dan minuman yang dikonsumsi harus aman bagi kesehatan konsumen dan masyarakat umumnya. Produk makanan yang aman berarti produk tersebut memiliki standar kesehatan gizi serta tidak mengandung unsur yang dapat membayakan manusia baik dalam jangka pendek maupun panjang.

Hak untuk memperoleh informasi (the right to be informed). Konsumen dan masyarakat memiliki hak untuk memperoleh informasi yang sejelas-jelasnya tentang suatu barang atau jasa yang dibeli atau dikonsumsi. Informasi ini diperlukan konsumen atau masyarakat, agar saat memutuskan membeli tidak terjebak dalam kondisi risiko yang buruk yang mungkin timbul. Artinya, konsumen memiliki hak untuk mengetahui ciri/atribut negatif dari suatu produk, misalnya efek samping dari mengonsumsi suatu produk, dan adanya peringatan dalam label pada kemasan produk.

2.4 Edukasi Konsumen

2.4.1 Pengertian Edukasi Konsumen

(36)

mempunyai perisai dalam menghadapi perilaku pengusaha atau produsen atau penjual dengan serangannya yang gencar melalui promosi yang mereka lakukan.

2.4.2 Tujuan Edukasi Konsumen

Menurut Garman (1991: 156) edukasi mempunyai tujuan sebagai berikut: a. Tujuan Umum

meningkatkan kesadaran & pengetahuan konsumen khususnya mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan perlindungan konsumen

b. Tujuan Khusus

1) Menentukan pilihan atas barang & jasa dengan tepat yang dapat memenuhi kebutuhan dan keinginan

2) Bagaimana mempergunakan uang, waktu dan tenaga untuk menyelaraskan keinginan dan kebutuhan

3) Perencanaan anggaran yang baik sadar pada lingkungan

4) Mengungkapkan masalah, mengatasi masalah, bertindak mengatasi masalah yang berkaitan konsumen

5) Menyebarluaskan kesadaran 2.4.3 Manfaat Edukasi Konsumen

Edukasi konsumen memiliki manfaat bukan hanya kepada konsumen tetapi juga kepada pihak lain.

Tabel 2.1 Manfaat Edukasi Konsumen

Orang Manfaat

Konsumen Informasi membantu untuk dapat menentukan pilihan barang Pebisnis Aktifitas yang dapat membantu penjualan barang dan jasa Pemerintah Program yang melengkapi hukum dan regulasi yang membantu

perkembangan kompetisi perdagangan Pengacara

konsumen

Penyedia informasi bagi konsumen untuk melindungi mereka dari praktek perdagangan yang curang dan ekploitasi pasar Pendidik

konsumen

Pengembangan pengetahuan dan ketrampilan untuk membantu konsumen agar dapat berperan efektif di pasar

(37)

2.5 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan individu secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang-barang dan jasa termasuk didalamnya proses pengambilan keputusan pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut. Ada dua elemen penting dari perilaku konsumen itu: proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik, yang semua ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, dan mempergunakan barang atau jasa secara ekonomis (Sunyoto, 2014: 2).

2.5.1 Konsumen Anak

Istilah konsumen berasal dari bahasa Inggris“consumer”yang berarti “pemakai”. Martinus (2001: 312) mendefinisikan konsumen sebagai “orang yang menggunakan barang-barang atau pemakai hasil produksi”. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa yang dimaksud konsumen adalah “pemakai barang hasil produksi (bahan makanan, pakaian, dsb)” (Martinus, 2005: 590). Dan menurut Noeradi dkk, konsumen merupakan “pembeli produk, merek maupun

layanan jasa” (1996: 38).

Dalam riset ini peneliti merujuk istilah konsumen anak pada pengguna barang-barang hasil produksi (dalam hal ini produk susu) yang berusia antara enam sampai sebelas tahun. Pada usia ini penggunaan bahasa pada anak lebih komunikatif dan bahasa monolog dengan diri sendiri sudah mulai berkurang.

(38)

pemasaran, semua penduduk berapa pun usianya adalah konsumen. Pemasaran perlu mengetahui pasar potensi dari produk yang dipasarkannya. Para pemasar harus memahami apa kebutuhan dari konsumen dengan berbagai usia, kemudian membuat beragam produk yang bisa memenuhi kebutuhan tersebut (Sumarwan, 2003: 198).

Bagi pemasar, pasar anak sebagai konsumen menyimpan banyak daya tarik. Dibandingkan dengan pasar dewasa, tingkat pertumbuhannya akan lebih efektif.salah satu daya tariknya adalah kenyataan bahwa pasar anak tidak stabil. Anak-anak jauh lebih mudah dididik. Karena itu, perusahaan yang jeli akan dengan cepat dapat merebut pangsa pasar ini. Daya tarik tersebut pasar anak adalah peran anak sebagai influencer (Irawan, 2003: 168). Anak usia sekolah dasar secara langsung mempengaruhi pembelian produk dan secara tidak langsung mempengaruhi apa yang orang tua mereka beli. Anak-anak ini mempengaruhi pilihan orang tua mereka untuk baju dan mainan, bahkan pilihan merek seperti pasta gigi (Shimp, 2003: 131).

Anak-anak merupakan target pasar yang potensial untuk semua jenis produk, iklan produk anak-anak setiap hari menghabiskan waktu berjam-jam di layar televisi untuk menonton film. Ada dua jenis film yang sangat disukai anak-anak, yaitu film kartun yang berasal dari Amerika dan Jepang, yang kedua film-film yang menggambarkan kepahlawanan para pembela kebenaran (Sumarwan, 2003: 189).

(39)

peranan penting terhadap pemasaran produk pada konsumen anak, karena bukan hanya dapat menimbulkan daya tarik tetapi juga keterlibatan mereka dalam produk. Anak-anak akan menghubungkan atau mengidentikkan diri mereka dengan karakter-karakter yang ada dalam sebuah iklan.

2.6 Label Kemasan

2.6.1 Fungsi Kemasan

Hermawan Kartajaya (2002: 85), seorang pakar di bidang pemasaran mengatakan

bahwa teknologi telah membuat packaging berubah fungsi, dulu orang bilang

Packaging protects what it sells (Kemasan melindungi apa yang dijual)”. Sekarang

Packaging sells what it protects (Kemasan menjual apa yang dilindungi)”. Dengan

kata lain, kemasan bukan lagi sebagai pelindung atau wadah tetapi harus dapat

menjual produk yang dikemasnya. Perkembangan fungsional kemasan tidak hanya

berhenti sampai di situ saja. Sekarang ini kemasan sudah berfungsi sebagai media

komunikasi. Misalnya pada kemasan susu atau makanan bayi seringkali dibubuhi

nomor telepon toll-free atau bebas pulsa. Nomor ini bisa dihubungi oleh konsumen

tidak hanya untuk complain, tetapi juga sebagai pusat informasi untuk bertanya

tentang segala hal yang berhubungan dengan produk tersebut.

Kemasan juga dapat berfungsi untuk mengkomunikasikan suatu citra tertentu.

Contohnya, produk-produk makanan Jepang. Orang Jepang dikenal paling pintar

membuat kemasan yang bagus. Permen Jepang seringkali lebih enak dilihat daripada

rasanya. Mereka berani menggunakan bahan-bahan mahal untuk membungkus

produk yang dijual. Walaupun tidak ada pesan apa-apa yang ditulis pada bungkus

tersebut, tapi kemasannya mengkomunikasikan suatu citra yang baik. Semua produk

(40)

baik. Karena produk dalam kategori yang sama akan diletakkan pada rak yang sama.

Jika produsen ingin meluncurkan suatu produk baru, salah satu tugas yang penting

adalah membuat kemasannya stands out, lain daripada yang lain dan unik. Kalau

tidak terkesan berbeda dengan produk lain, maka produk baru itu akan “tenggelam”.

Sebelum mencoba isinya, konsumen akan menangkap kesan yang dikomunikasikan

oleh kemasan. Dengan demikian kemasan produk baru tersebut harus mampu

bersaing dengan kemasan produk-produk lainnya.

Label adalah sejumlah keterangan pada kemasan produk. Secara umum, label minimal harus berisi nama atau merk produk, bahan baku, ukuran, bahan tambahan komposisi, informasi gizi, tanggal kedaluarsa, berat isi bersih (netto), aturan pakai, akibat sampingan dan nama alamat usaha serta keterangan untuk penggunaan yang menurut ketentuan harus dipasang/dibuat. Adapun label sebagai sejumlah keterangan yang dapat dimanfaatkan untuk mengetahui apakah produk mengandung unsur-unsur yang diharamkan atau membahayakan bagi kesehatan dan sebagai konsumen yang baik dan cerdas,kita harus membaca dan memperhatikan label terlebih dahulu untuk mengetahui kandungan apa sajakah yang terdapat dalam makanan tersebut.

2.6.2 Fungsi Label

(41)

oleh para konsumen agar dapat memilih membeli serta meneliti secara bijaksana. Merupakan jaminan bahwa barang yang telah dipilih tidak berbahaya bisa digunakan, untuk megatasi hal ini maka para konsumen membiasakan diri untuk membaca label terlebih dahulu sebelum membelinya. Bagi produsen label dipergunakan untuk alat promosi dan perkenalan terhadap barang tersebut.

Konsumen akan memperoleh informasi yang benar, jelas dan baik mengenai kuantitas, isi, kualitas mengenai barang/jasa beredar dan dapat menentukan pilihan sebelum membeli atau mengkonsumsi barang dan jasa. Dan setiap orang yang memproduksi atau memasukkan pangan yang dikemas kedalam wilayah Indonesia untuk diperdagangkan, wajib mencantumkan label, diluar atau di dalam kemasan pangan.

Serta usaha yang wajib mencantumkan nama dan alamat pangan ialah produsen pangan, importir, pengedar produk pangan. Hal ini bertujuan agar konsumen dapat memperoleh informasi yang lengkap yaitu baik importir pangan yang bersangkutan. Selama produk makanan dan minuman dalam kemasan wajib mencantumkan tanggal, bulan dan tahun kadaluarsa. Hal ini agar konsumen makanan/minuman dapat mengetahui apakah barang tersebut masih layak dikonsumsi atau tidak hal ini tertera dalam ketentuan Kadaluarsa menurut Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

(42)

Undang-Undang No.8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, yaitu pelaku usaha wajib mengikuti ketentuan berproduksi secara halal yang di cantumkan dalam label. Untuk mendukung pernyataan halal, produsen wajib memeriksakan pangan pada lembaga pemeriksa yang sudah terakreditasi sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku

Dengan demikian para konsumen membiasakan diri untuk membaca label tersebut karena dengan mambaca label akan diketahui isi bungkusan atau wadah barang tersebut. Karena hampir semua makanan jadi yang dijual di pasaran berada dalam kemasan sehingga konsumen tidak dapat memeriksa apa dan bagaimana keadaan isinya waktu membeli. Penelitian ini dibatasi pada label produk terkandung isi sebagai berikut:

1. Tanggal kadaluarsa

(43)

tersebut. Cara pencantuman tanggal kadaluwarsa dan peringatannya adalah sebagai berikut :

a. Tanggal kadaluwarsa dinyatakan dalam tanggal, bulan, tahun, untuk pangan yang daya simpannya sampai 3 bulan.

b. Untuk yang lebih dari 3 bulan dinyatakan dalam bulan dan tahun.

c. Tanggal kadaluwarsa dicantumkan pada tempat yang jelas dan mudah terbaca, serta tidak mudah rusak atau terhapus.

2. Label Halal

Berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 69 Tahun 1999 tentang label halal dan iklan pangan menyebutkan label adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan, kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam, ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.

(44)

3. Izin BPOM

Izin BPOM berarti makanan itu telah mendapat izin dari badan pengawas obat dan makanan dan memenuhi persyaratan keamanan produk serta tidak mengandung bahan-bahan berbahaya.

4. Petunjuk Cara Penyimpanan

Pangan olahan dalam kemasan yang tidak mungkin dikonsumsi dalam satu kali makan harus mencantumkan cara penyimpanan setelah kemasan dibuka.

5. Isi Bersih

Isi Bersih merupakan jumlah isi atau kuantitas isi produk di dalam kemasan yang telah di takar oleh perusahaan untuk memberikan keterangan kepada konsumen. Sebab, selain memperhatikan kualitas produk, sebagian konsumen juga mempertimbangkan kuantitas produk di setiap kemasan makanan. Berikut ini gambar-gambar label yang dijelaskan di atas.

(45)

2.6. 3 Undang-undang kemasan dan pelabelan

Undang-undang kemasan dan pelabelan menunjuk komisi perdagangan federal (FTC) dan badan pengawas makanan dan obat-obatan (FDA) untuk menerbitkan peraturan yang menentukan bahwa semua “komoditas konsumsi” diberi label

yang menyebutkan isi bersih, identitas komoditas, dan nama serta tempat bisnis produsen, pengemas, atau distributor. Undang-undang tersebut memberi wewenang bagi peraturan-peraturan tambahan bila diperlukan untuk mencegah penipuan terhadap konsumen (atau untuk memfasilitasi perbandingan nilai) terhadap deskripsi komposisi produk, pengisian kemasan yang tidak penuh, “pengurangan berat” atau label harga yang lebih murah, dan karakterisasi ukuran

kemasan. Kantor urusan penimbangan dan pengukuran badan standar dan tekhnologi nasional, departemen perdangan AS, diberi wewenang untuk mempromosikan keseragaman peraturan negara bagian dan federal mengenai pelabelan komoditas konsumsi (Mariane dan Sandra, 2007: 24).

2.6.4 Informasi Produk

(46)

pernyataan “dibuat dengan 100 persen bahan-bahan alami: tanpa bahan adiktif (senyawa tambahan)” ditambahkan pada kemasan, volume penjualan meningkat.

Ketika pesan tersebut diganti, penjualan kembali ke level sebelumnya.

Kata-kata baru, disempurnakan, dan bebas, secara frekuentif muncul pada berbagai kemasan. Kata-kata tersebut menstimulasi pembelian uji coba yang segera atau menyimpan kembali pola pembelian merek bagi konsumen sebelumnya yang telah berganti ke merek lainnya. Lebih jauh, kata-kata kunci tersebut kiranya menawarkan perubahan konsumen, kebaruan, dan kegembiraan.

Terdapat pernyataan manakala kata-kata kunci tersebut terlalu banyak dipakai di pasar. Salah satu studi mengarahkan bahwa klaim-klaim baru dan disempurnakan pada kemasan tidak secara signifikan berpengaruh pada evaluasi konsumen atas produk-produk rumah tangga dan perawatan pribadi. Riset kelanjutan diperlukan untuk mendukung atau menolak poin ini. Barang kali, disana terdapat kebutuhan untuk memotivasi kata-kata baru. Beberapa contoh bisa jadi menggunakan angka, seperti dalam Gleem II (pasta gigi) dan Clorox 2 (pemutih cucian). Nama-nama tersebut memberi informasi pada konsumen bahwa terdapat produk baru dan versi pengembangan dari merek lama tanpa secara langsung menggunakan kata-kata yang sudah basi semacam itu.

(47)

pencarian ulang isi iklan dan oleh karenanya meningkatkan berbagai peluang pembelian uji coba (Shimp, 2003: 311-312).

2.7 Keefektifan Iklan

Keefektifan berasal dari bahas inggris “effectiveness”, keefektifan dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia (2005: 284) berarti “keberhasilan (tentang usaha,

tindakan)”. Kataeffectivenessdalam Webster’s New Twentith Century Dictionary berarti “the quality of being effective” yang merujuk pada pengertian seberapa

besar sesuatu hal itu efektif (Webster, 1979: 577).

Keefektifan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keefektifan iklan layanan sosial yang merujuk pada seberapa besar sebuah iklan itu efektif (apakah respon masyarakat yang muncul sudah sesuai dengan yang diharapkan oleh pembuat iklan atau belum). Sebuah iklan yang tidak memperoleh perhatian dari konsumen tidak akan dibaca, kecuali oleh calon konsumen yang memerlukan produk tertentu dan mencari adanya produk tersebut melalui iklan. Dengan demikian untuk dapat efektif sebuah iklan haruslah menarik agar diperhatikan konsumen.

(48)

Menurut Kenneth E. Anderson dalam Rakhmat (2007: 52) perhatian adalah proses mental ketika stimuli atau rangkaian stimuli menjadi menonjol dalam kesadaran pada saat stimuli lainnya melemah. Perhatian terjadi bila kita konsentrasi pada salah satu alat indera kita, dan mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. Informasi yang mendapatkan perhatian seseorang akan disimpan dalam memori jangka pendek orang itu. Memori jangka pendek adalah tempat penyimpanan informasi untuk waktu yang terbatas (Sumarwan, 2003: 87).

Perhatian merupakan bagian dari proses pengolahan informasi. Pada tahap pertama pengolahan informasi, produsen memaparkan stimulus pada konsumen. Stimulus adalah input apapun yang datang dari pemasar yang disampaikan kepada konsumen melalui berbagai media, stimulus bisa berupa iklan, merek, kemasan atau hadiah. Stimulus akan dirasakan oleh satu atau lebih panca indera konsumen. Tapi tidak semua stimulus yang dipaparkan dan diterima konsumen akan mendapat perhatian dan berlanjut pada pengolahan stimulus tersebut. Ada dua faktor utama yang mempengaruhi perhatian konsumen terhadap stimulus yang diterimanya (Sumarwan, 2003: 75).

(49)

faktor stimulus, faktor stimulus adalah karakteristik dari stimulus itu sendiri. Faktor stimulus bisa berupa ukuran, warna, bentuk, letak ataupun gambar dalam iklan. Jadi tidak semua stimulus bisa mendapat perhatian dari konsumen, para pemasar harus kreatif dalam berkomunikasi dengan konsumen agar apa yang disampaikan memperoleh perhatian yang serius dari konsumen.

Daya tarik rasional berfokus pada kebutuhan praktis dan fungsional konsumen akan produk atau jasa dan menekankan cirri-ciri sebuah produk atau jasa serta manfaat atau alasan memiliki merek tersebut. Iklan yang menggunakan daya tarik rasional untuk menarik perhatian konsumennya, biasanya menunjukkan pesan yang memamerkan kualitas, ekonomi, nilai atau kinerja produk (Kotler dan Armstrong, 2001: 117; Kotler dkk, 2000: 14; Lee dan Johnson, 2007: 179).

Daya tarik emosional berusaha menggugah emosi negatif maupun positif yang dapat memotivasi pembelian, daya tarik ini dirancang disekitar citra yang diharapkan dapat menyentuh hati dan menciptakan tanggapan berdasarkan perasaan-perasaan dan sikap-sikap. Pembuat iklan dapat menggunakan daya tarik rasa takut, rasa bersalah dan rasa malu untuk membuat orang melakukan hal yang seharusnya dilakukan atau tidak melakukan lagi hal-hal yang tidak seharusnya dilakukan. Daya tarik emosional yang lain adalah adalah daya tarik cinta, rasa bangga, keceriaan, humor, seks dan fantasi (Kotler dan Armstrong, 2001: 117; Kotler dkk, 2000: 14; Lee dan Johnson, 2007: 179).

(50)

2.7.1 Iklan Layanan Sosial

Menurut Noeradi (1996: 57), iklan layanan sosial adalah jenis periklanan yang dilakukan oleh organisasi komersial maupun non komersial (pemerintah) untuk mencapai tujuan sosial atau sosio-ekonomis (terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat). Sedangkan menurut Cromptom dan Lamb (1986: 214), iklan layanan sosial adalah bentuk komunikasi visual yang disumbangkan oleh media untuk kepentingan masyarakat yang berarti gratis. Menurut Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (PPPI), iklan layanan sosial adalah pesan komunikasi pemasaran untuk kepentingan publik tentang gagasan atau wacana untuk mengubah, memperbaiki atau meningkatkan sikap atau perilaku mereka.

2.7.2 Pesan Iklan

Pesan dalam iklan memiliki klasifikasi tingkatan untuk menyampaikan informasi produk, menyampaikan informasi dan membangun citra, pembenaran tindakan, menyampaikan informasi, membentuk citra, pembenaran dan persuasi tindakan (Bungi, 2007: 175). Namun dalam kenyataannya tahap-tahap pada naskah iklan televisi tersebut hanya terbagi atas dua bagian penting, yaitu tahap penyampaian informasi dan tahap membangun citra, pembenaran dan persuasi tindakan (Burhan Bungi, 1998: 176).

(51)

apa yang harus disampaikan agar mendapat tanggapan sesuai dengan yang diinginkan. Pesan iklan adalah apa yang direncanakan perusahaan untuk disampaikan dalam iklannya dan bagaimana perencanaan penyampaian pesan itu secara verbal dan non verbal (Sumartono, 2002: 14)

Menurut Wilbur Schramm, jika kita menginginkan pesan kita dapat membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki maka ada kondisi yang harus dipenuhi atau disebut juga “the condition of success in communication”, kondisi tersebut dirumuskan sebagai berikut: (1) pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa sehingga dapat menarik perhatian komunikan, (2) pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju pada pengalaman yang sama dengan komunikan, sehingga sama-sama mengerti, (3) pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut, (4) pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan tadi yang layak bagi situasi kelompok dimana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberikan tanggapan yang dikehendaki (Effendy, 1993: 41). Dalam penulisannya, pesan dalam suatu iklan televisi tak lepas dari seni penulisan pesan penjualan (copywriting). Tentu saja, copy iklan itu harus didukung oleh bentuk kreativitas lain seperti gambar, tipografi, dan juga warna.

2.8Endorser

(52)

tertentu yang sering juga disebut sebagai direct source (sumber langsung) untuk mengantarkan sebuah pesan dan atau memperagakan sebuah produk atau jasa dalam kegiatan promosi yang bertujuan untuk mendukung efektifitas penyampaian pesan produk (Suryadi, 2006: 132; Belch & Belch, 2004: 168).

Begitu pula Sutisna (2003: 272) menjelaskan bahwa penggunaan opinion leader biasanya cukup efektif dalam pemasaran bagi konsumen. Manusia cenderung meniru apa yang dilakukan oleh seorang yang dianggap lebih dari dirinya. Penggunaan endorser yang tepat sebagai pendukung sebuah iklan mampu mempengaruhi dan mendapatkan perhatian konsumen atas pesan yang disampaikan dalam iklan.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa endorser adalah pendukung iklan atau yang dikenal sebagai bintang iklan yang dipakai dalam kegiatan promosi, dengan cara mengantarkan sebuah pesan dengan memperagakan sebuah produk atau jasa, yang memiliki tujuan untuk mendukung efektifitas penyampaian pesan produk yang diiklankan. Tahap selanjutnya akan dijelaskan mengenai jenis-jenisendorser.

2.8.1 Tokoh Kartun

Istilah kartun berasal dari bahasa Italia “cartoone” yang artinya “kertas”. Pada

(53)

Senada dengan yang disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Noeradi (1996: 146) dalam artikelnya yang berjudul kartun dan karikatur sebagai wahana kritik sosial mendefinisikan kartun sebagai “suatu bentuk tanggakan lucu dalam citra visual”. Noeradi juga menyebutkan bahwa tokoh dalam kartun bersifat fiktif

yang dikreasikan untuk menyajikan komedi-komedi visual serta visualisasi jenaka (Wijana, 2003: 7). Istilah kartun yang diungkapkan oleh Noeradi dan Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki persamaan, yaitu lebih menitikberatkan kartun sebagai gambar yang lucu.

Sachar dan Trisnawati (1998: 31) dalam bukunya Kamus Desain mengartikan kartun sebagai “gambar yang didramatisir, disangatkan, atau dilebih-lebihkan”. Istilah ini oleh masyarakat awam di Indonesia dipakai sebagai kata penyebut “film

animasi konvensional” atau “film kartun”. Tidak seperti Noeradi dan Kamus Besar Bahasa Indonesia, Sacar dan Trisnawati lebih menitikberatkan istilah kartun pada gambar yang dilebih-lebihkan.

(54)

2.8.2 Jenis Kartun

Menurut Wijana (2003: 8) secara sederhana kartun dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kartun verbal dan kartun non verbal. Kartun verbal adalah kartun yang memanfaatkan unsur-unsur verbal seperti kata, frasa, kalimat, wacana di samping gambar-gambar jenaka di dalam memancing senyum dan tawa para pembacanya. Sementara itu kartun non verbal adalah kartun yang semata-mata memanfaatkan gambar atau visualisasi jenaka untuk memancing tawa pembaca. Adapun gambar yang disajikan pada jenis kartunnon verbaladalah gambar-gambar yang memutar balikkan logika.

Wijana (2003: 11) juga mengungkapkan tiga macam kartun yang terdapat di media cetak, yaitu kartun editorial, kartun murni, dan kartun komik. Kartun editorial digunakan sebagai visualisasi tajuk rencana surat kabar atau majalah. Kartun ini biasanya membicarakan masalah politik atau masalah yang sedang aktual sehingga sering disebutkan kartun politik. Kartun murni dimaksudkan hanya sebagai gambar lucu saja tanpa bermaksud mengulas suatu permasalahan atau peristiwa aktual. Sedangkan kartun komik merupakan susunan gambar yang biasanya terdiri dari tiga atau enam kotak. Isinya adalah komentar humoris tentang suatu peristiwa atau masalah aktual.

2.9 Penelitian terdahulu

(55)

perbedaan keefektifan iklan secara signifikan antara iklan cetak kartun dan iklan cetak bukan kartun. Penggunaan iklan cetak kartun dan iklan cetak bukan kartun sama-sama memiliki hasil yang tinggi.

2. Jurnal penelitian yang berjudul “Perbedaan brand recall siswa ditinjau dari pemaparan iklan poster dengan tokoh kartun” oleh Setiawan Nashrul Fuada, Ika Rahma Susilowati, dan Ika Widyarini Program Studi Psikologi Fakultas Ilmu Sosial

dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya, Malang. Penelitian ini sama dengan

penelitian Vina husnul khotimah yaitu membandingkan iklan poster dengan tokoh kartun dan bukan tokoh kartun. Hasil penelitian ini adalah adanya perbedaan brand recall siswa dari pemaparan iklan poster dengan tokoh kartun dan poster dengan bukan tokoh kartun.

2.10 Hipotesis

(56)

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian berdasarkan pendekatan analisisnya dapat diklasifisikan kedalam dua jenis yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dan penelitian ini merupakan penelitian dengan pendekatan kuantitatif. Menurut azwar (2005: 5) penelitian dengan pendekatan kuantitatif menenkankan analisisnya pada data data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Menurut azwar (2005: 23) penelitian eksperimen dilakukan dengan memberikan perlakuan terhadap suatu kelompok subjek dengan harapan munculnya gejala atau fenomena yang hendak di pelajari. Metode eksperimen merupakan bagian dari metode kuantitatif.

Penelitian ini menggunakan eksperimen karena bertujuan untuk mengetahui ada atau

tidaknya efektifitas tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label

produk makanan. Sedangkan bentuk desain eksperimen yang digunakan adalah

eksperimental design dengan pendekatan one group pretest-postest design, yaitu

suatu desain penelitian yang menggunakan satu kelompok subyek diberikan pretest

sebelum diberi perlakuan. Dengan demikian, hasil perlakuan dapat diketahui lebih

akurat, karena dapat membandingkan dengan keadaan sebelum diberi perlakuan

(57)

3.2 Populasi Dan Sampel 3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2013: 115). Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SD Negeri 1 Kampung Baru tahun pelajaran 2015/2016.

Alasan pemilihan SD Negeri 1 Kampung Baru sebagai populasi dalam penelitian ini adalah karena pada penelitian awal yang dilakukan peneliti ditemukan bahwa dari 24 siswa terdapat 22 siswa yang menyukai susu, dan dan hanya 2 siswa yang tidak menyukai susu. Fenomena yang demikian ini akan mendukung riset yang dilakukan peneliti, karena dalam riset ini peneliti menggunakan produk susu dalam eksperimennya. Adapun karakteristik populasi yang akan diteliti adalah sebagai berikut:

1. Berusia antara sepuluh sampai dua belas tahun 2. Memahami bahasa tulisan

(58)

menguasai bahasa tulisan dan menyukai susu, karena alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah wawancara, dan produk yang digunakan dalam iklan merupakan produk susu, jadi subyek penelitian haruslah anak-anak yang menyukai susu. Produk susu menjadi pilihan dalam penelitian ini karena meskipun tidak semua anak menyukai susu tapi juga tidak sedikit diantara mereka yang menyukainya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian awal yang menyebutkan bahwa dari 24 anak, terdapat 22 anak yang menyukai susu.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2013: 116). Karena analisis penelitian didasarkan pada data sampel sedangkan kesimpulannya nanti akan diterapkan pada populasi, maka sangat penting untuk memperoleh sampel yang representatif dengan populasinya. Suatu sampel merupakan representasi yang baik bagi populasinya sangat bergantung pada sejauh mana karakteristik sampel itu sama dengan karakteristik populasinya. Untuk itu peneliti perlu memahami teknik-teknik pengambilan sampel yang tepat.

(59)

3.3 Jenis dan Sumber data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Data primer

Data primer dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh langsung dari responden penelitian, baik berupa hasil kuesioner dan wawancara, data primer ini akan menjadi sumber data yang utama dalam penelitian ini.

2. Data sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini didapat dari studi literatur (buku, majalah, artikel, jurnal, dan lain-lain) dan internet. Data sekunder adalah data yang digunakan untuk mendukung data primer.

3.4 Metode Pengumpulan data

Churchill (2007: 264) mengatakan bahwa teknik pengumpulan data merupakan alat-alat ukur yang diperlukan dalam melaksanakan suatu penelitian. Teknik pengumpulan data yang dilakukan didalam penelitian ini menggunakan Wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui tanya langsung dengan responden untuk memperoleh informasi-informasi tambahan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini (Sugiyono, 2013: 194).

(60)

3.5 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 1 Kampung Baru Bandar Lampung.

3.6 Prosedur Penelitian

A. Tahap 1: melakukan Uji Coba (pilot study)

Sebelum melakukan eksperimen dilaksanakan, pada awalnya peneliti melakukan uji coba dalam skala kecil untuk meminimalisir kesalahan pada saat eksperimen berlangsung. Pada tahapan ini, peneliti melakukan uji coba kepada anak kelas 5 SD dengan usia 10-11 tahun yang bukan merupakan anggota sampel atau subyek yang akan digunakan, namun mempunyai kemiripan kriteria dengan subyek yang akan digunakan karena pada umur tersebut anak mempunyai pemahaman dan daya ingat yang baik, serta sudah bisa menyadari fakta bahwa iklan ini kadang-kadang membesar-besarkan dan isi didalamnya mungkin tidak selalu dapat dipercaya.

B. Tahap 2: melaksanakan eksperimen

(61)

a. Pemberian materi iklan layanan

1. Peneliti memanipulasi dalam pemberian intruksi tugas yang harus dilakukan oleh subyek, dengan membatasi pengetahuan subyek mengenai perlakuan dan dikondisi treatment dimana dia berada. Hal ini dilakukan untuk menghindari bisa saat subyek mengetahui tujuan eksperimen yang sebenarnya.

2. Instruktur akan memberikan instruksi untuk memulai melihat iklan. Instruksi yang akan diberikan yaitu, subyek diberikan kesempatan untuk mengamati iklan selama jangka waktu tertentu.

3. Penayangan iklan.

b. Pengukuran efektifitas iklan layanan 1. Pemberian lembar soal

2. Pemberian instruksi cara mengisi jawaban yaitu subyek diminta untuk mengisi lembar jawaban sesuai dengan apa yang dia ingat pada saat melihat iklan yang sebelumnya telah ditayangkan

3. Meminta subyek untuk memulai mengisi lembar jawaban

C. Tahap 3: Pengolahan data hasil penelitian

(62)

3.7 Validitas Dan Reliabilitas

3.7.1 Validitas Instrumen

Menurut Sugiyono (2013:176) uji validitas adalah suatu langkah pengujian yang dilakukan terhadap isi dari suatu instrumen, dengan tujuan untuk mengukur ketepatan instrumen yang digunakan dalam suatu penelitian. Uji validitas ini bertujuan untuk menguji ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran dalam melakukan fungsi ukurnya, agar data yang diperoleh sesuai dengan tujuan diadakannya pengukuran tersebut. Untuk instrumen yang berbentuk tes, pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan materi pelajaran yang telah diajarkan. Untuk instrumen yang akan mengukur efektifitas pelaksanaan program, maka pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan membandingkan antara isi instrumen dengan isi atau rancangan yang telah ditetapkan. Validitas dalam penelitian ini menggunakan validitas wajah (face validity). Validitas muka/validitas bentuk soal (pertanyaan/pernyataan) (face validity), yaitu keabsahan susunan kalimat atau kata-kata dalam soal/pernyataan/pertanyaan sehingga jelas pengertiannya atau tidak menimbulkan tafsiran lain.

3.7.2 Reliabilitas Instrumen

(63)

Versi 19. Apabila hasil pengujian reliabilitas mempunyai alpha Cronbach > 0,6 maka item-item tersebut dikatakan reliabel atau dapat digunakan sebagai pengumpul data.

3.8 Teknik analisis data

1. Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif adalah statistik yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data sampel/populasi sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku umum (Sugiyono, 2013: 206)

2. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini peneliti menggunakan analisis komparatif dua sampel berkolerasi. Uji ini digunakan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan nilai rata-rata antara dua

kelompok data yang berpasangan. Berpasangan disini maksudnya

adalah satu sampel mendapat perlakuan berbeda dari dimensi waktu. Untuk menganalisis dua sampel berkolerasi dengan jenis data interval/rasio digunakan uji t-dua sampel (sampel paired test). Jenis

penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Untuk menganalisis, peneliti menggunakan angka yang dideskripsikan dengan menguraikan kesimpulan yang didasari oleh angka yang diolah dengan metode statistik.

Pengujian ini dilakukan antara lain untuk menguji homogenitas data, dan dapat juga digunakan untuk mengetahui signifikasi perbedaan suatu kelompok sampel dengan nilai pembanding sebelum dan sesudah diberi

(64)

3.9 Teknik Keabsahan Data

(65)

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data kuantitatif dan kualitatif, maka kesimpulan dari hasil penelitian efektifitas penggunaan tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan sebagai berikut:

1. Berdasarkan analisis data kuantitatif, peningkatan pengetahuan mengenai label produk menggunakan tokoh kartun Spongebob untuk mengedukasi konsumen anak sangat besar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat efektifitas penggunaan tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan.

2. Pengetahuan konsumen anak di SD Negeri 1 Kampung Baru tentang izin BPOM sangat rendah, setelah dilakukan perlakuan, peningkatan pengetahuan sangat besar, maka dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat efektifitas penggunaan tokoh kartun dalam mengedukasi konsumen anak tentang label produk makanan.

(66)

tentang label produk makanan..

4. Penelitian ini memberikan kontribusi ke arah yang lebih baik pada peningkatan pengetahuan konsumen anak dalam melakukan pembelian produk khususnya makanan.

5.2 Saran

a. Bagi pemasar

Iklan merupakan hal penting dalam dunia pemasaran. Bagaimana bentuk iklan bisa berpengaruh pada tindakan pembelian konsumen. Oleh karena itu dalam membuat iklan produsen hendaknya tidak hanya memperhatikan tampilan iklannya saja, tetapi juga harus menyesuaikan tampilan iklan tersebut dengan karakteristik konsumen yang hendak dituju. Selain itu, seharusnya produsen tidak hanya membuat iklan yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan tetapi juga membuat iklan layanan yang untuk mengedukasi konsumen khususnya pengetahuan dalam membaca label produk sebelum melakukan keputusan pembelian. Tampilan iklan sebaiknya menggunakan visualisasi yang menarik.

b. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya yang hendak melakukan penelitian yang serupa ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, diantaranya:

a) Desain eksperimen yang digunakan dan juga harus memperhatikan lamanya waktu permberian perlakuan tampilan iklan.

(67)

subyek penelitian tenang dan berkonsentrasi pada penelitian yang dilakukan.

(68)

Azwar, S. 2005.Metode Penelitian.Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Belch, G. E., & Belch, M. A. 2004. Advertising and promotion: An integrated marketing communications perspective. Boston: McGraw-Hill.

Body, H.P., Walker, O.C., Larrache, J.C. 2000. Manajemen Pemasaran: Suatu Pendekatan Strategis dengan Orientasi Global. Jakarta: Erlangga.

Biro pusat Statistik. 2010. Data Statistik Indonesia. Http://referensi.data. kemdikbud.go.id/index11.php?kode=126014&level=3 (diakses pada tanggal 15 September 2015 pukul 14.43)

BPOM. 2014. Tanggal Kadaluarsa pada label pangan.http://ulpk.pom.go.id /ulpk/home.php?page=faq&faq=makanandan minuman&id=269 diakses tanggal 8 November 2015

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian kualitatif: komunikasi, ekonomi, pubik, dan ilmu sosial lainnya.Jakarta: Kencana.

Churchill, Gilbert A. 2007.Dasar-Dasar Riset Pemasaran, Edisi 4, Jilid I, Alih Bahasa Oleh Andriani, Dkk. Jakarta: Erlangga.

Crompton, J.L,.and C.W. Lamb. 1986. Marketing Government dan Social Services. New York: John Willey and Son.

Fuada, Setiawan Nashrul, Ika Rahma Susilowati, dan Ika Widyarini. 2012. Perbedaan brand recall siswa ditinjau dari pemaparan iklan poster dengan tokoh kartun.Skripsi. Universitas Brawijaya

Garman, E. Thomas., 1991, The Consumer’s World second edition. New York: Glencoe.

George E. Blech & Michael A. Belch. 2003. Advertising and Promotion an Integrated Marketing Communication Perspektive, Sixth Edition. The Mcgraw-Hill Companies

Hurlock, E. B. 1980. Psikologi perkembangan suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan.Jakarta: Erlangga.

Gambar

Tabel
Gambar 1.1 Jumlah penduduk Indonesia Berdasarkan usia dan jenis kelaminSumber : Biro Statistik dan Survei tahun 2010
Tabel 2.1 Manfaat Edukasi Konsumen
gambar-gambar label yang dijelaskan di atas.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Topads merupakan sebuah fitur yang diberikan tokopedia dalam memberikan informasi penggunaan topads yang telah diatur penggunaannya dengan menggunakan fitur data promo,

Renop disusun dalam jangka waktu 5 tahun dengan target yang jelas dan tentu dalam mencapainya butuh kerjasama dan kontribusi semua pihak, baik dosen,

Perhitungan biaya medik langsung pada pasien ISK yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit X Jombang periode Januari–Desember 2017 yang menggunakan terapi

Beberapa teori yang telah disebutkan diatas mendukung hasil penelitian dari penulis baik secara teoritik maupun empirik yang menemukan bahwa ada pengaruh positif yang signifikan

Akan tetapi, kata yang bersifat umum ini kemudian ditakhsis dikhususkan oleh ayat lain hanya dalam sesuatu yang mampu direalisasikan oleh manusia.170 Pemahaman aktivis Hizbut

Akal dan hati adalah sama sebagai substansi yang mengetahui dan berakal, namun berbeda dalam kemampuan menangkap wilayah pengetahuan, di mana hati lebih luas dari akal.. Relasi Akal