PENGARUH KUAT TEKAN DAN KUAT GESER SAMPEL DRY
SIDE OF OPTIMUM (KERING OPTIMUM) DAN WET SIDE OF
OPTIMUM (BASAH OPTIMUM) PADA TANAH LEMPUNG
(Skripsi)
Oleh
ARMEN FEBRI
0915011041
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
SAMPLE ON DRY SIDE OF OPTIMUM AND WET SIDE OF OPTIMUM ON CLAY
By :
Armen Febri
Clay is a type of soil with low bearing capacity, water has very large influence on its physical and mechanical behavior. Clay in dry state relatively lack of water so that clay has a greater ability to absorb water compared to its wet state. Clay experiments in dry optimum state and wet optimum state is useful to know the soil bearing capacity in dry state and wet state.
Physical properties testing is done by giving water content, specific gravity, volume weight, atterberg limits, and sieve analyze tests. After testing soil physical properties, followed by soil compaction testing to obtain the optimum water content and dry weight of soil voume. From the optimum water content, can be determined the percentage of optimum wet and dry water content, after optimum water content, wet optimum, dry optimum are obtained the test followed by the core of this research unconfined compressive strength and direct shear tests.
From the results of research conducted that produces the value of unconfined compressive strength (qu) and the value of cohesion (c) and the maximum shear strength soil in the wet optimum water content, dry optimum and optimum. In optimum conditions produce the highest value for the unconfined compressive strength, direct shear strength and cohesion values. This is because the optimum conditions the maximum soil density, so that the soil in a stable state. In dry optimum condition clay has unstable density, so the soil grain not bind to each other, whereas in optimum wet conditions, pressure on the grains of soil is very high, so that the soil has a high plasticity.
ABSTRAK
PENGARUH KUAT TEKAN DAN KUAT GESER SAMPEL DRYSIDE OF OPTIMUM (KERING OPTIMUM) DAN WETSIDE OF OPTIMUM
(BASAH OPTIMUM) PADA TANAH LEMPUNG
Oleh:
Armen Febri
Tanah lempung memiliki daya dukung yang rendah. Pegaruh air sangat besar terhadap perilaku fisis dan mekanisnya. Tanah lempung dalam keadaan kering relatif kekurangan air, sehingga tanah lempung memiliki kemampuan yang lebih besar untuk menyerap air. Percobaan tanah lempung dalam kondisi kering optimum dan basah optimum berguna untuk mengetahui daya dukung tanah dalam kondisi kering dan basah.
Dilakukan pengujian sifat fisik sampel tanah berupa uji kadar air, berat jenis, berat volume, batas-batas Atterberg, dan analisa saringan, setelah melakukan pengujian sifat fisik tanah dilanjutkan dengan pengujian pemadatan tanah untuk mendapatkan nilai kadar air optimum dan berat volume kering tanah. Dari kadar air optimum dapat mengetahui persentase kadar air basah optimum dan kering optimum, setelah mendapatkan hasil kadar air optimum, basah optimum dan kering optimum dilanjutkan dengan pengujian inti dari penelitian ini yaitu pengujian kuat tekan bebas dan pengujian kuat geser langsung.
Dari hasil penelitian yang dilakukan menghasil nilai kuat tekan bebas (qu) serta nilai kohesi (c) dan kuat geser maksimum tanah dalam kondisi kadar air basah optimum, kering optimum dan optimum. Pada kondisi optimum menghasilkan nilai yang paling tinggi untuk nilai kuat tekan bebas, kuat geser langsung dan nilai kohesi. Hal ini dikarenakan pada kondisi optimum kepadatan tanah maksimal, sehingga tanah dalam keadaan stabil. Pada kondisi kering optimum tanah lempung memiliki kepadatan tanah yang tidak stabil, sehingga butiran – butiran tanah tidak saling mengikat, sebaliknya dalam kondisi basah optimum tekanan pada butiran tanah sangat tinggi, sehingga tanah memiliki plastisitas yang tinggi.
OPTIMUM (BASAH OPTIMUM) PADA TANAH LEMPUNG
Oleh
ARMEN FEBRI
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
pada
Jurusan Teknik Sipil
Fakultas Teknik Universitas Lampung
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Armen Febri lahir di Muaradua, Ogan Komering Ulu pada
tanggal 02 Februari 1991, merupakan anak kedua dari
pasangan Bapak Hi. Busroni Mp dan Ibu Hj. Armini.
Penulis memiliki 2 saudara yang bernama Septa Male Putra
dan Reka Emianti.
Menempuh pendidikan dasar di SDN 1 Sawah berebes, Bandar Lampung yang
diselesaikan pada tahun 2003. Pendidikan tingkat pertama ditempuh di SMPN 5
Bandar Lampung yang selesai pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan
pendidikan tingkat atas di SMAN 1 Bandar Lampung yang diselesaikan pada
tahun 2009.
Diterima menjadi mahasiswa Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas
Lampung pada tahun 2009. Selama menjadi mahasiswa, Penulis aktif dalam
organisasi kampus yaitu anggota Himpunan Mahasiswa Teknik Sipil
(HIMATEKS) 2011-2012 dan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas
Persembahan
Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk,
Ayahandaku tercinta Hi. Busroni Mp
Ibundaku tercinta Hj. Armini.
Kakanda Septa Male Putra,
Ayunda Reka Emianti
Serta saudara seperjuangan Teknik Sipil Angkatan 2009
MOTTO
“Hati manusia memikir
-mikirkan jalannya, tetapi
TUHANlah yang menentukan arah langkahnya (Amsal
16:9)
“Selalu ada kesulitan dalam setiap kesempatan, dan
selalu ada kesempatan dalam setiap kesulitan” (nn)
“Kegagalan adalah satu
-satunya kesempatan untuk
Persembahan
Sebuah karya kecil buah pemikiran dan kerja keras untuk,
Ayahandaku tercinta Hi. Busroni Mp
Ibundaku tercinta Hj. Armini.
Kakanda Septa Male Putra,
Ayunda Reka Emianti
Serta saudara seperjuangan Teknik Sipil Angkatan 2009
Kata Pengantar
Alhamdulillahi Robbil ‘Alamin, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta’ala yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul Pengaruh Kuat Tekan dan Kuat Geser Sampel Dry
Side Of Optimum (Kering Optimum) dan Wet Side Of Optimum (Basah
Optimum) Pada Tanah Lempung dapat terselesaikan. Skripsi ini merupakan salah
satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada program reguler Jurusan Teknik
Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa pada penulisan skripsi ini masih banyak
terdapat kekurangan dan kesalahan, oleh sebab itu penulis mohon maaf dan
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak.
Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulusnya
kepada :
1. Prof. Drs. Suharno, M.Sc., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Teknik, Universitas
ii
2. Ir. Idharmahadi Adha, M.T. Ketua Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik,
Universitas Lampung.
3. Iswan S.T., M.T. Dosen Pembimbing I skripsi..
4. Dr. Ir. Lusmeilia Afriani DEA, Dosen Pembimbing II skripsi.
5. Ir. Idharmahadi Adha, M.T. Dosen Penguji skripsi.
6. Seluruh Dosen Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Lampung.
7. Kedua orang tua penulis (Hi. Busroni Mp dan Hj. Armini) yang telah
memberikan restu dan doanya.
8. Wanita yang selalu memberi semangat, mendampingi dan membrikan doanya
(Putri Ofrial).
9. Rekan-rekan seperjuangan di Laboratorium mekanika tanah yang telah banyak
membantu penulis selama di laboratorium.
10.Teknisi di laboratorium mekanika tanah(Mas Pardin, Mas Miswanto, Mas Budi,
Mas Bayu).
11.Seluruh keluarga besar Jurusan Teknik Sipil, Universitas Lampung, khususnya
angkatan 2009.
Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu dan
memberikan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. Penulis sangat berharap karya
kecil ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama bagi penulis sendiri.
Bandar Lampung, Februari 2015
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN
SANWACANA ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... ix
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Batasan Masalah ... 3
C. Lokasi ... 4
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah ... 5
B. Klasifikasi Tanah ... 7
C. Tanah Lempung ... 10
iv
E. Kuat Tekan ... 17
F. Kuat Geser Langsung ... 19
G. Penelitian Terdahulu ... 22
1. Uji Kuat Tekan Bebas ... 22
2. Uji Geser Langsung ... 25
III. METODE PENELITIAN A.Persiapan Penelitian ... 27
1. Data Sekunder ... 27
2. Data Primer ... 27
B.Sampel Tanah... 28
C.Pelaksanaan Pengujian ... 30
1. Pengujian Sifat Fisik Tanah ... 30
a. Kadar Air ... 30
b. Berat Volume ... 31
c. Berat Jenis ... 31
d. Batas Cair ... 32
e. Batas Plastis ... 32
f. Analisis Saringan ... 33
g. Uji Hidrometer ... 34
h. Uji Pemadatan Tanah ... 34
i. Pengujian Kuat Tekan Bebas ... 37
D. Pengolahan dan Analisis Data ... 43
1. Pengolahan Data ... ... 43
2. Analisis Data ... 43
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Uji Fisik ... 45
1. Hasil Pengujian Kadar Air ... 46
2. Hasil Pengujian Berat Jenis ... 46
3. Hasil Pengujian Berat Volume ... 47
4. Hasli Pengujian Analisa Saringan ... 48
5. Hasil Pengujian Hidrometer ... 49
6. Uji Batas Atterberg ... 50
B.Data Hasil Pengujian Pemadatan Tanah ... 51
C.Klasifikasi Tanah ... 53
1. Klasifikasi Sistem Unified (USCS) ... 53
D.Analisa Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas ... 54
1. Hasil Pengujian Kuat Tekan Bebas ... 54
2. Hubungan Persentase Kadar Air dengan nilai qu ... 58
E. Analisa Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung ... 59
1. Hasil Pengujian Kuat geser Langsung Pada Tanah Kondisi Basah Optimum (Sampel A) ... 59
vi
3. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Kondisi Basah
Optimum (Sampel C) ... 63
4. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Kondisi Kering
Optimum (Sampel A) ... 65
5. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Kondisi Kering
Optimum (Sampel B) ... 67
6. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Kondisi Kering
Optimum (Sampel C) ... 69
7. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Kondisi Optimum ... 71
8. Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Kondisi Optimum ... 73
9. Analisa Hasil Pengujian Kuat Geser Langsung Pada Tanah Kondisi
Optimum, Kering Optimum dan Basah Optimum ... 75
F. Korelasi Kuat Tekan Bebas, Kuat Geser Langsung dan Berat Volume
Kering ... 76
V. PENUTUP
A.Simpulan ... 81
B.Saran ... 82
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1. Sistem Klasifikasi Tanah Unified ... 9
2.2. Sistem Klasifikasi Tanah Unified (Bowles, 1991) ... 10
4.1. Hasil Pengujian Sifat Fisik Tanah Lempung ... 45
4.2. Hasil Pengujian Berat Volume Tanah Asli ... 47
4.3. Hasil Pengujian Analisa Saringan ... 48
4.4. Hasil Pengujian Hidrometer ... 49
4.5. Hasil Pengujian Batas Atterberg ... 51
4.6. Hasil Perhitungan nilai Kuat Tekan (qu) Pada Sampel Tanah dalam Kondisi Basah Optimum ... 54
4.7. Hasil Perhitungan nilai Kuat Tekan (qu) Pada Sampel Tanah dalam Kondisi Kering Optimum... 56
4.8. Hasil Perhitungan nilai Kuat Tekan (qu) Pada Sampel Tanah dalam Kondisi Optimum ... 57
4.9. Nilai Rata-Rata Qu dan Kadar Air ... 58
4.10. Tabel Pengujian Kuat Geser Langsung pada Sampel A Tanah Dalam Kondisi Basah Optimum ... 59
viii
Dalam Kondisi Basah Optimum ... 61
4.12. Tabel Pengujian Kuat Geser Langsung pada Sampel C Tanah
Dalam Kondisi Basah Optimum ... 63
4.13. Tabel Pengujian Kuat Geser Langsung pada Sampel A Tanah
Dalam Kondisi Kering Optimum ... 65
4.14. Tabel Pengujian Kuat Geser Langsung pada Sampel B Tanah
Dalam Kondisi Kering Optimum ... 67
4.15. Tabel Pengujian Kuat Geser Langsung pada Sampel C Tanah
Dalam Kondisi Kering Optimum ... 69
4.16. Tabel Pengujian Kuat Geser Langsung pada Sampel Tanah
Dalam Kondisi Optimum ... 71
4.17. Tabel Pengujian Kuat Geser Langsung pada Sampel Tanah
Dalam Kondisi Optimum ... 73
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Variasi Indeks Plastisitas dengan Persen Fraksi Lempung ... 12
2.2. Garis Keruntuhan Menurut Mohr dan Hukum Keruntuhan Mohr – Coulomb ... 21
2.3. Kurva Perubahan Nilai Kuat Tekan ... 24
2.4. Grafik Hasil Tes Kuat Geser 5 Percobaan ... 25
2.5. Kurva Perubahan Kuat Geser(cu) Pada Proses Pembasahan dan Pengeringan ... 26
3.1. Gambar Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah ... 28
3.2. Gambar Pengambilan Sampel Tanah Asli dengan Tabung Contoh ... 29
3.3. Gambar Pengambilan Sampel Tanah Terganggu ... 29
3.4. Gambar Alat Uji Kuat Tekan Bebas ... 38
3.5. Gambar Alat Uji Geser Langsung ... 40
4.1 Grafik Hasil Analisa Saringan dan Hidrometer ... 50
4.2. Grafik Kadar Air Optimum Pada Tanah Asli ... 52
4.3. Diagram Plastisitas Berdasarkan USCS ... 54
4.4. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan... 55
4.5. Grafik Hubungan Regangan dan Tegangan... 56
x
4.7. Variasi Hubungan Persentase Kadar Air dengan qu ... 58
4.8. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 60
4.9. A. Grafik Hubungan Gaya Geser dengan Tegangan Geser,
B. Grafik Hubungan Waktu dengan Tegangan Geser ... 60
4.10. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 62
4.11. A. Grafik Hubungan Gaya Geser dengan Tegangan Geser,
B. Grafik Hubungan Waktu dengan Tegangan Geser ... 62
4.12. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 64
4.13. A. Grafik Hubungan Gaya Geser dengan Tegangan Geser,
B. Grafik Hubungan Waktu dengan Tegangan Geser ... 64
4.14. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 66
4.15. A. Grafik Hubungan Gaya Geser dengan Tegangan Geser,
B. Grafik Hubungan Waktu dengan Tegangan Geser ... 66
4.16. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 68
4.17. A. Grafik Hubungan Gaya Geser dengan Tegangan Geser,
B. Grafik Hubungan Waktu dengan Tegangan Geser ... 68
4.18. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 70
4.19. A. Grafik Hubungan Gaya Geser dengan Tegangan Geser,
B. Grafik Hubungan Waktu dengan Tegangan Geser ... 70
4.20. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 72
4.21. A. Grafik Hubungan Gaya Geser dengan Tegangan Geser
B. Grafik Hubungan Waktu dengan Tegangan Geser ... 72
4.22. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 74
B. Grafik Hubungan Waktu dengan Tegangan Geser ... 74
4.24. Grafik Hubungan Tegangan Normal dan Tegangan Geser ... 75
4.25. Grafik Korelasi Kuat Tekan Bebas dengan Kohesi Tanah ... 77
4.26. Grafik Korelasi Kuat Tekan Bebas dengan Kuat Geser Maksimum ... 78
4.27. Grafik Korelasi Kuat Tekan Bebas dengan Berat Volume Kering ... 79
I. PENDAHULUAN
A Latar Belakang
Membangun suatu konstruksi sipil berupa bangunan gedung, jalan, jembatan serta
bangunan rel kereta api dan bangunan sipil lainnya, akan membutuhkan pondasi
tanah yang baik oleh sebab itu tanah mempunyai peranan yang sangat penting.
Dalam hal ini, tanah berfungsi sebagai penahan beban akibat konstruksi di atas
tanah yang harus bisa memikul seluruh beban baik berupa beban hidup maupun
beban mati bangunan dan beban lainnya yang turut diperhitungkan, kemudian
beban tersebut diteruskan ke dalam tanah sampai ke lapisan tanah dasar atau
kedalaman tertentu. Salah satu tanah yang biasa ditemukan pada suatu konstruksi
yaitu jenis tanah lempung. Tanah lempung sangat keras dalam keadaan kering,
dan tak mudah terkelupas hanya dengan jari tanganHal itu dikarenakan
permeabilitas lempung sangat rendah, bersifat plastis pada kadar air sedang
Mendirikan bangunan di atas tanah lempung akan menimbulkan beberapa
permasalahan, diantaranya daya dukung tanah. Daya dukung tanah lempung pada
umumnya rendah, ini disebabkan kuat geser tanah lempung kecil, sehingga bila
tegangan geser yang ditimbulkan pondasi besar maka bangunan akan runtuhTanah
lempung merupakan jenis tanah dengan daya dukung rendah, pegaruh air sangat
tanah lempung sebagai bahan konstruksi, kadar air tanah memegang peranan yang
sangat penting. Dalam bentuk massa yang kering, tanah lempung mempunyai
kekuatan yang lebih besar, bila ditambah air akan berperilaku plastis, dengan
kadar kembang susut yang besar.
Pada tanah lempung proses kering dan basah akan menyebabkan nilai
kembang dan akan menurun sampai akhirnya akan mencapai nilai konstan. Sifat
pengembangan tanah lempung yang dipadatkan akan lebih besar pada saat kering
optimum dan basah optimum. Lempung yang dipadatkan pada kering optimum
relatif kekurangan air oleh sebab itu tanah lempung mempunyai kemampuan
lebih besar untuk meresap air sebagai hasilnya adalah sifat mudah mengembang. .
Kuat tekan bebas (Unconfined Compresion Test) merupakan cara yang dilakukan
di laboratorium untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat tekan bebas ini
mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah
tersebut terpisah dari butiran-butirannya juga mengukur regangan tanah akibat
tekanan tersebutSedangkan kuat geser tanah merupakan kemampuan tanah untuk
melawan tegangan geser dalam tanah, untuk menentukan kuat geser tanah
dilakukan pengujian geser langsung. Uji geser langsung akan lebih sesuai untuk
menentukan parameter kuat geser tanah bila digunakan untuk pondasiPercobaan
unconfined terutama dilakukan pada tanah lempung, apabila tanah lempung
mempunyai derajat kejenuhan 100% maka kekuatan gesernya dapat ditentukan
langsung dari nilai kekuatan unconfined.
Tanah lempung dalam keadaan kering optimum memiliki sifat mengembang yang
3
dikarenakan pada saat tanah lempung dalam keadaan kering optimum relatif
kekurangan air sehingga tanah lempung mempunyai kemampuan yang lebih besar
untuk menyerap air. Pada percobaan tanah lempung dalam kondisi kering
optimum dan basah optimum berguna untuk mengetahui daya dukung tanah
dalam kondisi kering dan basah, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian
mengunakan uji kuat tekan bebas dan uji geser langsung sehingga dapat
mengetahui kemampuan tanah untuk menahan beban yang berada di atas tanah
tersebut.
B Batasan Masalah
Pada penelitian ini lingkup pembahasan dan masalah yang akan dianalisis dibatasi
dengan:
1. Sampel tanah yang diharapkan menggunakan material tanah lempung
2. Pengujian sifat fisik tanah yang dilakukan adalah:
a. Pengujian kadar air
b. Berat jenis
c. Batas cair dan batas plastis
d. Analisa saringan
e. Analisa Hidrometer
f. Berat volume
3. Pengujian sifat mekanik tanah yang dilakukan adalah:
Pengujian pada tanah lempung menggunakan pengujian kuat tekan bebas dan
C Lokasi
Tanah yang digunakan untuk penelitan berasal dari daerah desa Belimbing sari
kecamatan Jabung kabupaten Lampung timur, Pengujian sifat fisik tanah dan
Pengujian kuat tekan serta kuat geser pada tanah lempung dilakukan di
Laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik Universitas Lampung.
D. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui perbandingan besarnya daya dukung tanah dalam kondisi
kering optimum dan basah optimum.
2. Untuk mengetahui pengaruh kuat tekan dan kuat geser tanah pada sampel
dengan kondisi kering optimum dan basah optimum.
E Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mempunyai manfaat antara lain :
1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan kepada ilmu
pengetahuan tentang sifat – sifat fisik dan mekanik tanah lempung.
2. Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi tentang prilaku tanah
lempung, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan acuan bagi para engineer
bidang teknik sipil untuk pembangunan pada tanah yang kurang baik.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanah
Tanah merupakan lapisan kerak bumi yang berada di lapisan paling atas, yang
juga merupakan tabung reaksi alami yang menyangga seluruh kehidupan yang ada
di bumi. Tanah mempunyai ciri khas dan sifat-sifat yang berbeda-beda antara
tanah di suatu tempat dengan tempat yang lain. Sifat-sifat tanah itu meliputi fisika
dan sifat kimia. Beberapa sifat fisika tanah antara lain tekstur, struktur dan kadar
lengas tanah. Untuk sifat kimia manunjukkan sifat yang dipengaruhi oleh adanya
unsur maupun senyawa yang terdapat di dalam tanah tersebut.
Tanah merupakan suatu benda alam yang tersusun dari padatan (bahan mineral
dan bahan organik), cairan dan gas, yang menempati permukaan daratan,
menempati ruang, dan dicirikan oleh salah satu atau kedua berikut:
horison-horison, atau lapisan-lapisan, yang dapat dibedakan dari bahan asalnya sebagai
hasil dari suatu proses penambahan, kehilangan, pemindahan dan transformasi
energi dan materi atau berkemampuan mendukung tanaman berakar di dalam
Tanah merupakan suatu bahan yang susunannya sangat rumit dan beraneka
ragam yang umumnya terdiri dari kerikil (gravel), pasir (sand), lanau (silt),
atau lempung (clay ) (Joseph,E. Bowles,1991).
Tanah adalah kumpulan butiran (agregat) mineral alami yang bisa dipisahkan oleh
suatu cara mekanik bila agregat termaksud diaduk dalam air (Terzaghi, 1987).
Tanah adalah kumpulan dari bagian-bagian yang padat yang tidak terikat satu
dengan yang lain yang diantara terdiri dari material organik, rongga-rongga
diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef, 1994).
Tanah didefinisikan sebagai suatu lapisan kerak bumi yang tidak menjadi satu
dengan ketebalan beragam yang berbeda dengan bahan-bahan dibawahnya, juga
tidak beku dalam hal warna, bangunan fisik, struktur susunan kimiawi, sifat
biologi, proses kimiawi ataupun reaksi-reaksi (Sutedjo, 1988).
Tanah didefinisikan sebagai suatu sistem tiga fase yang mengandung air, udara
dan bahan-bahan mineral dan organik serta jasad-jasad hidup, yang karena
pengaruh berbagai faktor lingkungan pada permukaan bumi dan kurun waktu,
membentuk berbagai hasil perubahan yang memiliki ciri-ciri morfologi yang khas
(Schoeder, 1972).
Pengertian tanah menurut Bowles (1984), tanah merupakan campuran
partikel-partikel yang terdiri dari salah satu atau seluruh jenis unsur-unsur sebagai berikut :
1. Berangkal (Boulder) adalah potongan batuan batu besar, biasanya lebih besar
dari 200mm-300mm dan untuk kisaran ukuran-ukuran 150mm-250mm,
7
2. Pasir (sand) adalah partikel batuan yang berukuran 0,074mm–5mm, yang
berkisar dari kasar (3mm–5mm) sampai halus (< 1 mm).
3. Lanau (silt) adalah partikel batuan yang berukuran dari 0,002mm–0,074mm.
4. Lempung (clay) adalah partikel yang berukuran lebih dari 0,002mm, partikel
ini merupakan sumber utama dari kohesi dari tanah yang kohesif.
5. Koloid (colloids) adalah partikel mineral yang diam, berukuran lebih dari
0,01mm.
B. Klasifikasi Tanah
Sistem klasifikasi tanah adalah suatu sistem pengaturan beberapa jenis tanah yang
berbeda-beda tetapi mempunyai sifat yang serupa ke dalam kelompok-kelompok
berdasarkan pemakaiannya. Sistem klasifikasi memberikan suatu bahasa yang
mudah untuk menjelaskan secara singkat sifat-sifat umum tanah yang sangat
bervariasi tanpa penjelasan yang terinci (Das, 1995).
Tujuan klasifikasi tanah adalah untuk menentukan kesesuaian terhadap
pemakaian tertentu, serta untuk menginformasikan tentang keadaan tanah dari
suatu daerah kepada daerah lainnya dalam bentuk berupa data dasar. Klasifikasi
tanah juga berguna untuk studi yang lebih terinci mengenai keadaan tanah tersebut
serta kebutuhan akan pengujian untuk menentukan sifat teknis tanah seperti
karakteristik pemadatan, kekuatan tanah, berat isi, dan sebagainya (Bowles,
1989).
Jenis dan sifat tanah yang sangat bervariasi ditentukan oleh perbandingan banyak
Klasifikasi bermaksud membagi tanah menjadi beberapa golongan tanah dengan
kondisi dan sifat yang serupa diberi simbol nama yang sama.
Sisten klasifikasi tanah yang digunakan :
1. Sistem Unified Soil Classification System (USCS)
Sistem klasifikasi tanah unified atau Unified Soil Classification System
(USCS) diajukan pertama kali oleh Casagrande dan selanjutnya
dikembangkan oleh United State Bureau of Reclamation (USBR) dan United
State Army Corps of Engineer (USACE). Kemudian American Society for
Testing and Materials (ASTM) memakai USCS sebagai metode standar
untuk mengklasifikasikan tanah. Dalam bentuk sekarang, sistem ini banyak
digunakan dalam berbagai pekerjaan geoteknik. Sistem klasifikasi USCS
mengklasifikasikan tanah ke dalam dua kategori utama yaitu :
a. Tanah berbutir kasar (coarse-grained soil), yaitu tanah kerikil dan pasir
yang kurang dari 50% berat total contoh tanah lolos saringan No. 200.
Simbol untuk kelompok ini adalah G untuk tanah berkerikil dan S untuk
tanah berpasir. Selain itu juga dinyatakan gradasi tanah dengan simbol W
untuk tanah bergradasi baik dan P untuk tanah bergradasi buruk.
b. Tanah berbutir halus (fine-grained soil), yaitu tanah yang lebih dari 50%
berat contoh tanahnya lolos dari saringan No. 200. Simbol kelompok ini
adalah C untuk lempung anorganik dan O untuk lanau organik. Simbol Pt
digunakan untuk gambut (peat), dan tanah dengan kandungan organik
tinggi. Plastisitas dinyatakan dengan L untuk plastisitas rendah dan H
9
Tabel 2. 1. Klasifikasi Tanah Berdasarkan Sistem Unified
Divisi Utama Simbol Nama Umum Kriteria Klasifikasi
Ta na h be rb ut ir ka sa r≥ 5 0% bu tir an te rt ah an sari n g an N o . 200 K er ik il 50 % ≥ fra ksi k asar te rt ah an sari n g an N o . 4 K er ik il b er si h (h an y a k er ik il
) GW
Kerikil bergradasi-baik dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
K la si fi k asi b er d as ar k an p ro se n ta se b u ti ra n h al u s ; K u ra n g d ar i 5 % lo lo s sari n g an n o . 2 0 0 : G M , G P , S W , S P . Le b ih d ar i 1 2 % lo lo s sari n g an n o . 2 0 0 : G M , G C , S M , S C . 5 % - 1 2 % lo lo s sari n g an N o . 2 0 0 : B at asa n k la si fi k asi y an g mem p u n y ai s imb o l d o b el
Cu = D60 > 4
D10
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
GP
Kerikil bergradasi-buruk dan campuran kerikil-pasir, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk GW K er ik il d en g an B u ti ra n h al u s
GM Kerikil berlanau, campuran
kerikil-pasir-lanau
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI < 4
Bila batas
Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol
GC Kerikil berlempung, campuran
kerikil-pasir-lempung
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI > 7
υa si r≥ 5 0% fr ak si k as ar lo lo s sari n g an N o . 4 P asi r b er si h ( h an y a p as ir ) SW
Pasir bergradasi-baik , pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Cu = D60 > 6
D10
Cc = (D30)2 Antara 1 dan 3
D10 x D60
SP
Pasir bergradasi-buruk, pasir berkerikil, sedikit atau sama sekali tidak mengandung butiran halus
Tidak memenuhi kedua kriteria untuk SW P asi r d en g an b u ti ra n h al u s
SM Pasir berlanau, campuran pasir-lanau
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI < 4
Bila batas
Atterberg berada didaerah arsir dari diagram plastisitas, maka dipakai dobel simbol
SC Pasir berlempung, campuran
pasir-lempung
Batas-batas
Atterberg di bawah garis A atau PI > 7
Ta n ah b er b u ti r h al u s 5 0 % at au l eb ih l o lo s ay ak an N o . 2 0 0 La na u da n le m pu ng b at as ca ir ≤ 50 % ML
Lanau anorganik, pasir halus sekali, serbuk batuan, pasir halus berlanau atau berlempung
Diagram Plastisitas:
Untuk mengklasifikasi kadar butiran halus yang terkandung dalam tanah berbutir halus dan kasar. Batas Atterberg yang termasuk dalam daerah yang di arsir berarti batasan klasifikasinya menggunakan dua simbol.
60
50 CH
40 CL
30 Garis A
CL-ML
20
4 ML ML atau OH
0 10 20 30 40 50 60 70 80
Garis A : PI = 0. 73 (LL-20) CL
Lempung anorganik dengan plastisitas rendah sampai dengan sedang lempung berkerikil, lempung berpasir, lempung
berlanau, lempung “kurus” (lean clays)
OL
Lanau-organik dan lempung berlanau organik dengan plastisitas rendah La n au d an l em p u n g b at as ca ir ≥ 50 % MH
Lanau anorganik atau pasir halus diatomae, atau lanau diatomae, lanau yang elastis
CH
Lempung anorganik dengan plastisitas tinggi, lempung
“gemuk” (fat clays)
OH
Lempung organik dengan plastisitas sedang sampai dengan tinggi
Tanah-tanah dengan
kandungan organik sangat tinggi
PT
Peat (gambut), muck, dan tanah-tanah lain dengan kandungan organik tinggi
Manual untuk identifikasi secara visual dapat dilihat di ASTM Designation D-2488
Sumber : Hary Christady, 1996.
In d ex P la st is it as (%)
Tabel 2. 2. Sistem klasifikasi tanah unified (Bowles, 1991)
Jenis Tanah Prefiks Sub Kelompok Sufiks
Kerikil G Gradasi baik W
Gradasi buruk P
Pasir S Berlanau M
Berlempung C
Lanau M
Lempung C wL < 50 % L
Organik O wL > 50 % H
Gambut Pt
C. Tanah Lempung
Tanah lempung terdiri dari berbagai golongan tekstur yang agak susah dicirikan
secara umum. Sifat fisika tanah lempung umumnya terletak diantara sifat tanah
pasir dan liat. Pengolahan tanah tidak terlampau berat, sifat merembeskan airnya
sedang dan tidak terlalu melekat.
Tanah lempung didefinisikan sebagai golongan partikel yang berukuran kurang
dari 0,002 mm (= 2 mikron). Namun demikian, dibeberapa kasus, partikel
berukuran antara 0,002 mm sampai 0,005 mm juga masih digolongkan sebagai
partikel lempung. Disini tanah di klasifikasikan sebagai lempung hanya
berdasarkan pada ukurannya saja. Belum tentu tanah dengan ukuran partikel
lempung tersebut juga mengandung mineral-mineral lempung (clay mineral).
Tanah lempung merupakan partikel -partikel berukuran mikrokopis sampai
11
plastis pada kadar air sedang dan dalam keadaan kering lempung sangat keras
sehingga tidak mudah dikelupas dengan jari Soekoto (1984).
1. Sifat-Sifat Umum Mineral Lempung :
a. Hidrasi
Partikel mineral lempung biasanya bermuatan negatif sehingga partikel
lempung hampir selalu mengalami hidrasi, yaitu dikelilingi oleh
lapisan-lapisan molekul air dalam jumlah yang besar. Lapisan ini sering mempunyai
tebal dua molekul dan disebut lapisan difusi, lapisan difusi ganda atau lapisan
ganda adalah lapisan yang dapat menarik molekul air atau kation yang
disekitarnya. Lapisan ini akan hilang pada temperature yang lebih tinggi dari
60º sampai 100º C dan akan mengurangi plastisitas alamiah, tetapi sebagian
air juga dapat menghilang cukup dengan pengeringan udara saja.
b. Aktivitas (A)
Mendefinisikan aktivitas tanah lempung sebagai perbandingan antara Indeks
Plastisitas (PI) dengan presentase butiran yang lebih kecil dari 0,002 mm atau
dapat pula dituliskan sebagai persamaan berikut:
A =
Aktivitas digunakan sebagai indeks untuk mengidentifikasi kemampuan
mengembang dari suatu tanah lempung. Ketebalan air mengelilingi butiran
tanah lempung tergantung dari macam mineralnya. Jadi dapat disimpulkan
plastisitas tanah lempung tergantung dari (Kempton, 1953).
1) Sifat mineral lempung yang ada pada butiran
Bila ukuran butiran semakin kecil, maka luas permukaan butiran akan
semakin besar. Pada konsep Atterberg, jumlah air yang tertarik oleh
permukaan partikel tanah akan bergantung pada jumlah partikel lempung
yang ada di dalam tanah.
Gambar 2. 1. Variasi indeks plastisitas dengan persen fraksi lempung (Hary Christady, 2006).
Gambar di atas mengklasifikasikan mineral lempung berdasarkan nilai
aktivitasnya, yaitu :
1) Montmorrillonite : Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) ≥ 7,2
2) Illite: Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,9dan< 7,2
3) Kaolinite: Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) ≥ 0,38dan < 0,9
4) Polygorskite: Tanah lempung dengan nilai aktivitas (A) < 0,38
c. Flokulasi dan Disversi
Apabila mineral lempung terkontaminasi dengan substansi yang tidak
mempunyai bentuk tertentu atau tidak berkristal (amophous) maka daya
negatif netto, ion-ion H+ di dalam air, gaya Van der Walls, dan partikel
[image:34.595.172.482.210.395.2]13
bertabrakan di dalam larutan tanah dan air. Beberapa partikel yang tertarik
akan membentuk flok (flock) yang berorientasi secara acak, atau struktur yang
berukuran lebih besar akan turun dari larutan itu dengan cepatnya dan
membentuk sendimen yang sangat lepas. Flokulasi larutan dapat dinetralisir
dengan menambahkan bahan-bahan yang mengandung asam (ion H+),
sedangkan penambahan. bahan-bahan alkali akan mempercepat flokulasi.
Lempung yang baru saja berflokulasi dengan mudah tersebar kembali dalam
larutan semula apabila digoncangkan, tetapi apabila telah lama terpisah
penyebarannya menjadi lebih sukar karena adanya gejala, dimana kekuatan
didapatkan dari lamanya waktu.
d. Pengaruh Zat Cair
Fase air yang berada di dalam struktur tanah lempung adalah air yang tidak
murni secara kimiawi. Pada pengujian di laboratorium untuk batas Atterberg,
ASTM menentukan bahwa air suling ditambahkan sesuai dengan keperluan.
Pemakaian air suling yang relatif bebas ion dapat membuat hasil yang cukup
berbeda dari apa yang didapatkan dari tanah di lapangan dengan air yang
telah terkontaminasi. Air berfungsi sebagai penentu sifat plastisitas dari
lempung. Satu molekul air memiliki muatan positif dan muatan negatif pada
ujung yang berbeda (dipolar). Fenomena hanya terjadi pada air yang
molekulnya dipolar dan tidak terjadi pada cairan yang tidak dipolar seperti
D. Sifat-Sifat Fisik Tanah
Sifat-sifat fisik tanah berhubungan erat dengan kelayakan pada banyak
penggunaan tanah. Kekokohan dan kekuatan pendukung, kapasitas penyimpanan
air, plastisitas semuanya secara erat berkaitan dengan kondisi fisik tanah. Hal ini
berlaku pada tanah yang digunakan sebagai bahan struktural dalam pembangunan
jalan raya, bendungan, dan pondasi untuk sebuah gedung, atau untuk sistem
pembuangan limbah (Hendry D. Foth, Soenartono A. S, 1994).
Untuk mendapatkan sifat-sifat fisik tanah, ada beberapa ketentuan yang harus
diketahui terlebih dahulu, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Kadar Air
2. Berat Jenis
3. Batas-Batas Atterberg
4. Analisa Saringan
1. Kadar Air
Kadar air suatu tanah adalah perbandingan antara berat air yang terkandung dalam
tanah dengan berat kering tanah yang dinyatakan dalam persen. (ASTM D
2216-98)
ω
= x 100%Dimana :
ω
= Kadar air (%)Ww = Berat air (gram)
15
2. Berat Jenis
Sifat fisik tanah dapat ditentukan dengan mengetahui berat jenis tanahnya dengan
cara menentukan berat jenis yang lolos saringan No. 200 menggunakan labu
ukur.
Berat spesifik atau berat jenis (specific gravity) tanah (Gs) adalah perbandingan
antara berat volume butiran padat dengan berat volume air pada temperatur 40C.
Seperti terlihat pada persamaan di bawah ini :
Gs =
Dimana : Gs = berat jenis
W1 = berat picnometer (gram)
W2 = berat picnometer dan bahan kering (gram)
W3 = berat picnometer bahan dan air (gram)
W4 = berat picnometer dan air (gram)
3. Batas Atterberg
Batas Atterberg adalah batas konsistensi dimana keadaan tanah melewati keadaan
lainnya dan terdiri atas batas cair, batas plastis dan indek plastisitas.
a. Batas Cair (liquid limit)
Batas cair adalah kadar air minimum dimana tanah tidak mendapat gangguan dari
luar. (Scott. C. R, 1994). Sifat fisik tanah dapat ditentukan dengan mengetahui
batas cair suatu tanah, tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis
tanah pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Batas cair ditentukan
PI = LL - PL
Dimana : W = Kadar air (%)
N = jumlah pukulan
b. Batas Plastis (Plastic Limit)
Batas plastis adalah kadar air minimum dimana tanah dapat dibentuk secara
plastis. Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada
keadaan batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. (ASTM D
4318-00).
Li =
Dimana : LI = Liquidity Index
ω
= Kadar air (%) PI = Plastic IndexPL = Batas Plastis
c. Indeks Plastisitas (Plasticity Index)
Indeks plastisitas adalah selisih batas cair dan batas plastis. Seperti pada
persamaan berikut :
Dengan : PI = Plastic index
LL = Liquid limit
PL = Plastic limit
Indek platisitas (PI) merupakan interval kadar air di mana tanah masih bersifat
17
4. Analisa Saringan
Tujuan dari analisis saringan adalah untuk mengetahui persentasi butiran tanah.
Dengan menggunakan 1 set saringan, setelah itu material organik dibersihkan dari
sample tanah, kemudian berat sample tanah yang tertahan di setiap saringan
dicatat. Tujuan akhir dari analisa saringan adalah untuk memberikan nama dan
mengklasifikasikan, sehingga dapat diketahui sifat-sifat fisik tanah. (ASTM D
1140-00)
Pi = x100%
Dimana : Pi = Berat tanah yang tertahan disaringan (%)
Wbi = Berat saringan dan sample (gram)
Wci = Berat saringan (gram)
Wtot = Berat total sample (gram)
E. Kuat Tekan
1. Definisi Kuat Tekan tanah
Kuat tekan bebas adalah tekanan aksial benda uji pada saat mengalami
keruntuhan atau pada saat regangan aksial mencapai 20%.
Uji kuat tekan bebas adalah salah satu cara untuk mengetahui geser tanah.
Uji kuat tekan bebas bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan bebas suatu
jenis tanah yang bersifat kohesif, baik dalam keadaan asli (undisturbed),
buatan (remoulded) maupun tanah yang dipadatkan (compacted).
Kuat tekan bebas (qu) adalah harga tegangan aksial maksimum yang dapat
ditahan oleh benda uji silindris (sampel tanah) sebelum mengalami
2. Teori Kuat Tekan Tanah
Nilai kuat tekan bebas (unconfined compressive strength) didapat dari
pembacaan proving ring dial yang maksimum.
qu =
dimana :
qu : Kuat tekan bebas
k : Kalibrasi proving ring
R : Pembacaan maksimum
A : Luas penampang contoh tanah pada saat pembacaan R
Uji kuat tekan bebas (Unconfined Compresion Test) merupakan carayang
dilakukan di laboratorium untuk menghitung kekuatan geser tanah. Uji kuat ini
mengukur seberapa kuat tanah menerima kuat tekan yang diberikan sampai tanah
tersebut terpisah dari butiran-butirannya juga mengukur regangan tanah akibat
tekanan tersebut. Uji tekan bebas ini dilakukan pada contoh tanah asli dan
contohtanah tidak asli lalu diukur kemampuannya masing-masing contoh
terhadapkuat tekan bebas. Dari nilai kuat tekan maksimum yang dapat diterima
padamasing-masing contoh akan didapat sensitivitas tanah. Nilai sensitivitas
inimengukur bagaimana perilaku tanah jika terjadi gangguan yang diberikandari
19
F. Tahanan Geser Tanah
1. Definisi Kuat Geser Tanah
Suatu beban yang dikerjakan pada suatu masa tanah akan selalu
menghasilkan tegangan dengan intesitas yang berbeda – beda di dalam zona
berbentuk bola lampu di bawah beban tersebut (Bowles,1993).
Kekuatan geser suatu tanah dapat juga didefinsikan sebagai tahanan
maksimum dari tanah terhadap tegangan geser di bawah suatu kondisi yang
diberikan (Smith, 1992).
Kuat geser tanah sebagai perlawanan internal tanah terhadap persatuan luas
terhadap keruntuhan atau pengerasan sepanjang bidang geser dalam tanah
yang dimaksud (Das, 1994).
2. Teori Kuat Geser Tanah
Menurut teori Mohr ( 1910 ) kondisi keruntuhan suatu bahan terjadi akibat
adanya kombinasi keadaan kritis dari tegangan normal dan tegangan geser.
Hubungan fungsi antara tegangan normal dan tegangan geser pada bidang
runtuhnya, dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut:
= ƒ( )
dimana :
= Tegangan geser pada saat terjadinya keruntuhan
atau kegagalan (failure)
Kuat geser tanah adalah gaya perlawanan yang dilakukan oleh butir-butir
tanah terhadap desakan atau tarikan (Hary Cristady, 2002).
Coulomb (1776) mendefinisikan ƒ( ) seperti pada persamaan sebagai
berikut:
= C + tg
dengan :
= Kuat geser tanah ( kN/m2 )
C = Kohesi tanah ( kN/m2 )
Φ
= Sudut gesek dalam tanah atau sudut gesek internal ( derajat )= Tegangan normal pada bidang runtuh ( kN/m2 )
Garis keruntuhan (failure envelope) menurut Coulomb (1776) berbentuk garis
lengkung seperti pada gambar 1 dimana untuk sebagian besar masalah –
masalah mekanika tanah, garis tersebut cukup didekati dengan sebuah garis
lurus yang menunjukkan hubungan linear antara tegangan normal dan
kekuatan geser (Das,1995). Tanah, seperti halnya bahan padat, akan runtuh
karena tarikan maupun geseran. Tegangan tarik dapat menyebabkan retakan
pada suatu keadaan praktis yang penting. Walaupun demikian, sebagian
besar masalah dalam teknik sipil dikarenakan hanya memperhatikan tahanan
21
Gambar 2. 2. Garis keruntuhan menurut Mohr dan Hukum keruntuhan
Mohr – Coulomb (Hary Cristady, 2002)
Jika tegangan – tegangan baru mencapai titik P, keruntuhan tanah akibat
geser tidak akan terjadi. Keruntuhan geser akan terjadi jika tegangan –
tegangan mencapai titik Q yang terletak pada garis selubung kegagalan
(failure envelope). Kedudukan tegangan yang ditunjukkan oleh titik R tidak
akan pernah terjadi, karena sebelum tegangan yang terjadi mencapai titik R,
bahan sudah mengalami keruntuhan. Tegangan – tegangan efektif yang
terjadi di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh tekanan air pori.
Terzaghi (1925) mengubah persamaan Coulomb seperti pada persamaan 9
dan persamaan 10 dalam bentuk tegangan efektif sebagai berikut :
= C’ + (
–
u)
tg’
= C +
’
tg’
dengan :
C’ = kohesi tanah efektif (kN/m2)
u
= tekan air pori (kN/m2)’
= sudut gesek dalam tanah efektif (derajat)Ada beberapa cara untuk menentukan kuat geser tanah, antara lain :
a. Pengujian geser langsung (Direct shear test)
b. Pengujian triaksial (Triaxial test)
c. Pengujian tekan bebas (Unconfined compression test)
d. Pengujian baling-baling (Vane shear test)
Namun dalam penelitian ini yang digunakan untuk menentukan kuat geser
tanah adalah pengujian geser langsung (Direct shear test).
G. Penelitian Terdahulu
1. Uji Kuat Tekan Bebas
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan kekuatan tekan bebas (tanpa ada
tekanan horizontal atau tekanan samping), dalam keadaan asli maupun
buatan.
Penambahan aditif semen memberikan hasil yang lebih efektif atau lebih
baik dari aditif kapur dalam usaha perbaikan kekuatan tanah pada
pengujian kuat tekan bebas (Enita Suardi, 2005).
Pembasahan Dan Pengeringan Proses pembasahan adalah tahap dimana
terjadinya peningkatan kadar pori - pori tanah, sedangkan Proses
pengeringan adalah tahap dimana kondisi kadar air dalam pori – pori
23
Perubahan cuaca membuat mengakibatkan terjadinya siklus pembasahan
dan pengeringan secara berulang sehingga tanah akan mengalami
perubahan volume tanah akibat perubahan kadar air. Hal ini menyebabkan
perubahan tekanan menurut Enita Suardi (2005) penambahan aditif semen
memberikan hasil yang lebih efektif atau lebih baik dari aditif kapur
dalam usaha perbaikan kekuatan tanah kadar semen
Proses pembasahan adalah tahap dimana terjadinya peningkatan kadar air
pada pori tanah, sedangkan Proses pengeringan adalah tahap dimana
kondisi pori mengalami Perubahan cuaca membuat mengakibatkan
terjadinya siklus pembasahan dan pengeringan secara berulang – ulang,
sehingga tanah akan mengalami perubahan volume tanah akibat perubahan
kadar air. Hal ini menyebabkan perubahan tekanan air pori dan kekuatan
tekanan geser, Tommy dan Rano Adex (2000).
Maekawa dan Miyakita (1991). Mengatakan bahwa jumlah siklus
pengeringan dan pembasahan berulang akan mengurangi kekuatan geser
tanah, sampai pada jumlah siklus tertentu. Proses pembasahan, kuat tekan
(qu) akan menurun seiring dengan kenaikan kadar air (wc) dan
sebaliknya pada proses pengeringan, kuat tekan (qu) akan naik seiring
dengan penurunan nilai kadar airnya (wc), Moch. Sholeh (2010).
Pengaruh dari siklus basah dan kering inilah membuat tanah mengembang
dan menyusut. Berbagai cara digunakan untuk memperbaiki kekuatan
Gambar 2. 3. Kurva perubahan nilai kuat tekan
Tahap penelitian pandahuluan sebelum melakukan penelitian kuat tekan
bebas yaitu meliputi pengujian atterberg, berat jenis, analisa saringan,
hydrometer, dan pemadatan (Compaction), setelah penelitian pendahuluan
dilakukan maka dilakukan lah pengujian kuat tekan bebas pada sampel –
sampel proses pembasahan dan pengeringan. Dari grafik diatas menjelaskan
nilai kuat tekan bebas dari proses pembasahan dan pengeringan terbagi atas 5
siklus baik proses pembasahan maupun proses pengeringan. Nilai kuat tekan
bebas yang pada peroses pembasahan bernilai yang paling kecil sedangkan
ada proses pengeringan nilai kuat tekan bebas pada proses pengeringan paling
25
2. Uji Geser Langsung
Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh tahanan geser tanah pada
tegangan normal tertentu. Tujuannya adalah untuk mendapatkan kuat geser
[image:47.595.131.525.210.498.2]tanah.
Gambar 2. 4. Grafik hasil tes kuat geser 5 percobaan
Berdasar kan grafik diatas dapat ditarik garis linier, sehingga didapatkan nilai
kohesi (c) = 24,48 Kpa dan nilai sudut geser (ȹ) = 22,3˚.
Pada penelitian yang di lakukan oleh (Sholeh M, 2010) didapat perbaikan
sifat-sifat mekanik tanah seperti kuat geser (cu) meningkat dari 1,249 kg/cm²
menjadi 2,806 kg/cm² atau naik sebesar 58,66%, serta prosentase swelling
sebesar 4,84%, serta didapat grafik perubahan nilai kuat geser (cu)
Gambar 2. 5. grafik perubahan nilai kuat geser (cu) disebabkan adanya perubahan kadar air (wc) pada Lempung (Sholeh M, 2010)
Dari grafik diatas menunjukkan pada proses pembasahan, kuat geser (cu)
akan menurun seiring dengan kenaikan kadar air (wc) dan sebaliknya pada
proses pengeringan, kuat geser (cu) akan naik seiring dengan penurunan nilai
III. METODE PENELITIAN
A. Persiapan Penelitian
Persiapan penelitian merupakan tahapan yang dilakukan sebelum peneliti
melakukan penelitian di laboratorium. Persiapan penelitian terdiri dari:
1. Data Sekunder
Metodologi penelitian berisi penjelasan tentang cara bagaimana penelitian
dilakukan. Tahapan studi ini dilakukan dengan mengumpulkan dan
mempelajari literatur yang berkaitan dengan kerangka permasalahan, tujuan
penelitian, ruang lingkup dan metode penelitian. Studi literatur juga dapat
dilakukan dengan mengumpulkan hasil-hasil penelitian terdahulu yang
berkaitan dengan judul penelitian yang dilakukan, dimana hasil dari penelitian
terdahulu merupakan data sekunder.
2. Data Primer
Data Primer merupakan hasil penelitian terdahulu yang berguna sebagai
referensi untuk penelitian yang akan dilakukan. Penelitian pendahuluan ini
B. Sampel Tanah
Sampel tanah yang diuji direncanakan menggunakan material tanah lempung yang
diambil dari Desa Belimbing Sari, Lampung Timur. Berdasarkan penelitian
sebelumnya setelah diuji bahwa tanah di desa tersebut termasuk dalam kategori
tanah lempung plastisitas tinggi. Pengambilan sampel dilakukan pada bulan
Agustus 2014. Sampel Tanah yang diambil dengan 2 cara :
Gambar 3.1. Gambar Denah Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Lempung
1. Untuk contoh tanah asli (Undisturb) diambil dari kedalaman kira – kira 50 cm di bawah permukaan tanah guna menghilangkan sisa – sisa kotoran tanah. Contoh tanah asli dapat diambil dengan memakai tabung contoh (samples
tubes). Tabung contoh ini dimasukkan ke dalam dasar lubang bor.
29
Gambar 3.2. Gambar Pengambilan Sampel Tanah Asli dengan Tabung Contoh
2. Untuk contoh tanah terganggu (disturb), sampel tanah diambil secara
bongkahan permukaan tanah.
[image:51.595.168.466.438.712.2]C. Pelaksanaan Pengujian
Pelaksanaan pengujian yang dilakukan yaitu pengujian sifat fisik, pengujian kuat
tekan bebas dan pengujian kuat geser langsung pada tanah lempung. Tahap
pengujian tersebut dilakukan di laboratorium Mekanika Tanah Fakultas Teknik,
Universitas Lampung. Penelitian dilakukan tiga kali percobaan pada
masing-masing pengujian. Hal ini dilakukan untuk mengetahui keakuratan data.
1. Pengujian Sifat Fisik Tanah
Pengujian-pengujian yang dilakukan antara lain:
a. Kadar air (Moisture Content)
Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kadar air suatu sampel tanah, yaitu
perbandingan antara berat air yang terkandung dalam tanah dengan berat butir
kering tanah tersebut yang dinyatakan dalam persen. Pengujian berdasarkan
ASTM–D-2216-92. Perhitungan:
1) Berat air (Ww) = Wcs – Wds 2) Berat tanah kering (Ws) = Wds – Wc 3) Kadar air (ω) = x100%
Ws Ww
Dimana:
Wc = Berat cawan yang akan digunakan
Wcs = Berat benda uji + cawan
31
Perbedaan kadar air diantara ketiga sampel tersebut maksimum sebesar 5%
dengan nilai rata-rata.
b. Berat Volume (Unit Weight)
Pengujian ini bertujuan untuk menentukan berat volume tanah basah dalam
keadaan asli (undisturbed sample), yaitu perbadingan antara berat tanah
dengan volume tanah. Pengujian berdasarkan ASTM D 2167.
Perhitungan:
1) Berat ring (Wc).
2) Volume ring bagian dalam (V).
3) Berat ring dan tanah (Wcs).
4) Berat tanah (W) = Wcs – Wc. 5) Berat Volume (γ).
V W
(gr/cm3 atau t/m3)
c. Berat Jenis (Specific Gravity)
Percobaan ini dilakukan untuk menentukan kepadatan massa butiran atau
partikel tanah yaitu perbandingan antara berat butiran tanah dan berat air
suling dengan volume yang sama pada suhu tertentu. Pengujian berdasarkan
ASTM –D-854-92. Perhitungan :
) (
)
( 4 1 3 2
1 2 W W W W W W Gs
Dimana : Gs = Berat jenis
W2 = Berat picnometer dan tanah kering (gram).
W3 = Berat picnometer, tanah dan air (gram)
W4 = Berat picnometer dan air bersih (gram)
d. Batas Cair (Liquid Limit)
Tujuan pengujian ini adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah
pada batas antara keadaan plastis dan keadaan cair. Pengujian berdasarkan
ASTM D 4318-00.
Perhitungan :
1) Menghitung kadar air (w) masing-masing sampel sesuai dengan jumlah
ketukan
2) Membuat hubungan antara kadar air dan jumlah ketukan pada grafik
semi logaritma, yaitu sumbu x sebagai jumlah pukulan dan sumbu y
sebagai kadar air.
3) Menarik garis lurus dari keempat titik yang tergambar.
4) Menentukan nilai batas cair pada ketukan ke-25 atau x = log 25
e. Batas Plastis (Plastic Limit)
Tujuannya adalah untuk menentukan kadar air suatu jenis tanah pada keadaan
batas antara keadaan plastis dan keadaan semi padat. Pengujian berdasarkan
ASTM D 4318-00.
Perhitungan :
33
2) Plastik Indek (PI) adalah harga rata-rata dari ketiga sampel tanah yang
diuji, dengan rumus:
PI = LL – PL
f. Analisis Saringan (Sieve Analysis)
Tujuan pengujian analisis saringan adalah untuk mengetahui butiran tanah
dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang tertahan di
atas saringan No. 200 (Ø 0,075 mm). Pengujian berdasarkan ASTM– C-136-46.
Perhitungan :
1) Berat masing-masing saringan (Wci).
2) Berat masing-masing saringan beserta sampel tanah yang tertahan di atas
saringan (Wbi).
3) Berat tanah yang tertahan (Wai) = Wbi – Wci.
4) Jumlah seluruh berat tanah yang tertahan di atas saringan ( Wai
Wtot).
5) Persentase berat tanah yang tertahan di atas masing-masing saringan (Pi)
% 100 x W Wci Wbi Pitotal
6) Persentase berat tanah yang lolos masing-masing saringan (q):
% %
100 pi
qi
11 qi p
i1q
Dimana : i = l (saringan yang dipakai dari saringan dengan diameter
g. Uji Hidrometer
Tujuan pengujian analisis hidrometer adalah untuk mengetahui persentasi
butiran tanah dan susunan butiran tanah (gradasi) dari suatu jenis tanah yang
lolos saringan No. 200 (Ø 0,075 mm).
Perhitungan:
υ =
18
w s
x D2
D =
w s G ) 1 ( 30
x ( )
) ( menit t cm L
Dimana: υ = Kecepatan mengendap
γs = Berat volume partikel tanah
γw = Berat volume air
η = Kekentalan air
D = Diameter partikel tanah
Gs = Berat jenis
K = fungsi dari Gs yang tergantung temperatur uji
t = waktu pengendapan
h. Uji Pemadatan Tanah (ProctorModified)
Tujuannya adalah untuk menentukan kepadatan maksimum tanah dengan cara
tumbukan yaitu dengan mengetahui hubungan antara kadar air dengan
kepadatan tanah. Pengujian ini menggunakan standar ASTM D-1557.
Adapun langkah kerja pengujian pemadatan tanah, antara lain :
35
1) Mengambil tanah sebanyak 12,5 kg dengan menggunakan karung
goni lalu dijemur.
2) Setelah kering tanah yang masih menggumpal dihancurkan dengan
tangan.
3) Butiran tanah yang telah terpisah diayak dengan saringan No. 4.
4) Butiran tanah yang lolos saringan No. 4 dipindahkan atas 5 bagian,
masing-masing 2,5 kg, masukkan masing-masing bagian kedalam
plastik dan ikat rapat-rapat.
5) Mengambil sebagian butiran tanah yang mewakili sampel tanah
untuk menentukan kadar air awal.
6) Mengambil tanah seberat 2,5 kg, menambahkan air sedikit demi
sedikit sambil diaduk dengan tanah sampai merata. Bila tanah yang
diaduk telah merata, dikepalkan dengan tangan. Bila tangan dibuka,
tanah tidak hancur dan tidak lengket ditangan.
Setelah dapat campuran tanah, mencatat berapa cc air yang
ditambahkan untuk setiap 2,5 kg tanah.
7) Penambahan air untuk setiap sampel tanah dalam plastik dapat
dihitung dengan rumus :
Wwb = wb . W 1 + wb
W = Berat tanah
Wb = Kadar air yang dibutuhkan
8) Sesuai perhitungan, lalu melakukan penambahan air setiap 2,5 kg
sampel diatas pan dan mengaduknya sampai rata dengan sendok
pengaduk.
b. Pemadatan tanah
1) Menimbang mold standar beserta alas.
2) Memasang collar pada mold, lalu meletakkannya di atas papan.
3) Mengambil salah satu sampel yang telah ditambahkan air sesuai
dengan penambahannya.
4) Dengan modified proctor, tanah dibagi kedalam 5 bagian. Bagian
pertama dimasukkan kedalam mold, ditumbuk 25 kali sampai
merata. Dengan cara yang sama dilakukan pula untuk bagian kedua,
ketiga, keempat dan kelima, sehingga bagian kelima mengisi
sebagian collar (berada sedikit diatas bagian mold).
5) Melepaskan collar dan meratakan permukaan tanah pada mold
dengan menggunakan pisau pemotong.
6) Menimbang mold berikut alas dan tanah didalamnya.
7) Mengeluarkan tanah dari mold dengan extruder, ambil bagian tanah
(alas dan bawah) dengan menggunakan 2 container untuk
pemeriksaan kadar air (w).
8) Mengulangi langkah kerja 2 sampai 7 untuk sampel tanah lainnya,
maka akan didapatkan 6 data pemadatan tanah.
c. Perhitungan :
Kadar air :
37
2) Berat cawan + berat tanah kering = W2 (gr)
3) Berat air = W1 – W2 (gr) 4) Berat cawan = Wc (gr)
5) Berat tanah kering = W2 – Wc (gr) 6) Kadar air (w) = W1 – W2 (%)
W2 – Wc
Berat isi :
1) Berat mold = Wm (gr)
2) Berat mold + sampel = Wms (gr)
3) Berat tanah (W) = Wms – Wm (gr) 4) Volume mold = V (cm3)
5) Berat volume = W/V (gr/cm3)
6) Kadar air (w)
7) Berat volume kering (γd)
γd = (gr/cm3)
8). Berat volume zero air void ( γz )
γz = (gr/cm3)
i. Pengujian Kuat Tekan Bebas
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan tekan bebas tanah
kohesif dalam keadaan asli (undisturbed) maupun keadaan buatan
(remoulded). Pengujian menggunakan alat uji kuat tekan bebas unconfined
compression test. w . Gs 1 w x Gs 100 x 1w
Gambar 3. 4. Alat Uji Kuat Tekan Bebas (unconfined compresson test)
Bahan-bahan:
Sampel tanah dalam kondisi kering optimum dan basah optimum.
a. Alat-alat yang digunakan:
1) Alat unconfined compresson test
2) Ring silinder untuk mengambil contoh tanah .
3) Stopwatch
4) Piston Plunger
5) Oven
6) Timbangan dengan ketelitian 0,1 gr dan 0,01 gr
7) Container.
8) Desikator
39
b. Rangkain kerja:
1) Mengeluarkan sampel tanah dari tabung contoh dan memasukkan
cetakan dengan menekan pada sampel tanah, sehingga cetakan terisi
penuh.
2) Jika menggunakan tabung penuh, ratakan kedua permukaan tanah
dengan pisau pemotong dan mengeluarkannya dengan extruder.
Bila menggunakan tabung belah, buka belahan tabung dengan
hati-hati, danambil sebagian tanah yang tidak terpakai untuk pemeriksaan
kadar air.
3) Menimbang sampel tanah yang akan digunakan untuk menentukan
berat volume.
4) Meletakkan sampel tanah diatas plat penekan bawah.
5) Mengatur ketinggian plat atas dengan tepat menyentuh permukaan
atas sampel tanah.
6) Mengatur dial beban dan dial deformasi pada posisi nol.
7) Menghidupkan mesin. Kecepatan regangan diambil ½ - 2% per
menit dari tinggi sampel tanah.
8) Mencatat hasil pembacaan dial pada regangan 0,5%, 1%, 2% dan
seterusnya sampai tanah mengalami keruntuhan.
9) Menghentikan percobaan, jika regangan sudah mencapai 20%.
c. Perhitungan
1) Mengukur diameter sampel.
2) Mengukur tinggi sampel.
4) Menimbang berat sampel (W).
5) Menghitung volume sampel (V) = A . Tinggi sampel
6) Menghitung berat volume = W / V
7) Menghitung beban (P) = Pembacaan x Proving Ring
8) Menghitung tegangan = P / A
9) Menghitung sensifitas (St) = qu / qu’
j. Pengujian kuat geser langsung
Tujuan dari percobaan geser langsung adalah untuk menentukan sudut geser
(ф) dan nilai kohesi (C). Pengujian menggunakan Direct Shear Apparatus
Tipe 50-520 CV 2-1.
Gambar 3. 5. Alat Uji Kuat Geser Langsung (Direct Shear Apparatus
Tipe 50-520 CV 2-1)
a. Bahan – bahan
1) Sampel tanah asli yang di ambil melalui tabung.
2) Air secukupnya.
41
1) frame alat geser langsung beserta proving ring.
2) shear box (sel geser langsung)
3) Extruder ( alat untuk mengeluarkan sampel)
4) Cincin (cetakan benda uji)
5) Pisau pemotong
6) Dial Penggeseran
7) Stopwatch
c. Rangkaian Kerja
1) Mengeluarkan sampel tanah dari tabung, memasukkan cetakan
benda uji dengan menekan sampel tanah.
2) Memotong dan meratakan kedua permukaan cetakan dengan pisau
pemotong.
3) Mengeluarkan benda uji dari cetakan dengan extruder, menimbang
benda uji dengan timbangan.
4) Memasukkan benda uji ke dalam cincin geser yang masih terkunci
dan menutup kedua cincin geser hingga menjadi satu bagian. Posisi
benda uji berada diantara dua batu pori.
5) Meletakkan cincin geser serta sampel tanah pada shear box dan
mengatur stang penekan dalam posisi vertical dan tepat menyentuh
bidang penekan.
6) Mengatur kecepatan geser pada layer yang telah dikonsolidasikan.
7) Membuka cincin geser dan memberikan beban pertama sebesar 2000
gram dan mengisi shear box dengan air sampai penuh sehingga
8) Menekan tombol start/run dan setiap 15 detik sambil membaca dial
proving ring sampai pembacaan terjadi penurunan.
9) menekan tombol stop bila pembacaan proving ring maksimum telah
tercapai.
10) Percobaan dihentikan bila pembacaan proving ring maksimum dan
mulai menurun dua atau tiga kali pembacaan.
11) Membersihkan cincin geser dan shear box dari kotoran sampel tanah.
12) mengulangi langkah kerja 3 sampai 10 untuk melakukan percobaan
kedua sebeart dua kali beban pertama (4000gram) dan sampel ketiga
seberat tiga kali beban pertama (6000gram).
d. Perhitungan
1) Perhitungan luas permukaan sampel :
A = ¼ . 3,14 . D2
2) Perhitungan tegangan normal :
T = P / A
3) Pembacaan dial maksimum :
T max = Dial max . kalibrasi alat Luas
4) Menentukan nilai kohesi (c) dan sudut geser (Ø) dari grafik.
Dimana :
D = Diameter sampel (cm)
P = Beban yang diberikan (gram)
43
D. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Data-data yang diperoleh dari hasil penelitian di laboratorium diolah menurut
klasifikasi data dengan menggunakan persamaan-persamaan dan
rumus