• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KRIMINOLOGIS EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK SECARA KOMERSIL MELALUI MEDIA INTERNET

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KRIMINOLOGIS EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK SECARA KOMERSIL MELALUI MEDIA INTERNET"

Copied!
66
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

ANALISIS KRIMINOLOGIS EKSPLOITASI SEKSUAL TERHADAP ANAK SECARA KOMERSIL MELALUI MEDIA INTERNET

Oleh

Muhammad Rahmawan

Kejahatan eksploitasi seksual anak melalui media internet merupakan akibat dari perkembangan teknologi informasi yang dewasa ini berkembang dengan pesat. Teknologi informasi telah mengubah perilaku masyarakat dan peradaban manusia secara global. Hadirnya internet telah membuka cakrawala baru dalam kehidupan manusia. Internet merupakan sebuah ruang informasi dan komunikasi yang menjanjikan menembus batas-batas antar negara, penyebaran dan pertukaran ilmu serta gagasan di kalangan ilmuwan dan cendikiawan diseluruh dunia. Kecanggihan teknologi dalam internet tidak luput menjadi akses oleh pihak-pihak tertentu dalam pemasaran jual beli anak pekerja seks komersial dan dipasarkan oleh pihak-pihak tertentu bahkan lintas negara dengan memiliki tujuan untuk mengeksploitasi komersial seksual anak melalui salah satu kecanggihan teknologi antara lain yaitu melalui media internet.Berdasarkan uraian terebut yang menjadi pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah (1) Apakah faktor yang menyebabkan terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet. (2) Bagaimanakah upaya penanggulangan eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet.

Penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif dan yuridis empiris. Data sekunder diperoleh dari penelitian kepustakaan yang meliputi buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan, dokumen-dokumen resmi dan lain-lain. Data primer diperoleh secara langsung dari penelitian di lapangan dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Narasumber penelitian terdiri dari Penyidik Kepolisian Daerah Lampung, Akademisi Fakultas Hukum Universitas Lampung. Data penelitian dianalisis secara deskriptif-kualitatif.

(2)

pidana yang tegas.

Saran yang dapat penulis sampaikan dalam penelitian ini Perlunya adanya peningkatan kualitas penegak hukum (polisi, jaksa, hakim) dalam menangani kejahatan khususnya pada tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet.

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 31 Agustus 1992. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Ahlan Hs SH dan Ibu Dra. Ros Mala Dewi M.Pd dan memiliki dua orang adik yang bernama Akbar Hari Wijaya dan Siti Anisa Syafira

Penulis menyelesaikan pendidikan dI SD Kartika II-5 pada tahun 1999-2005, SMP Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 2005-2008, dan SMA YP Unila Bandar Lampung pada tahun 2008-2011.

(7)

PERSEMBAHAN

Dengan segala puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas rahmat hidayah-Nya dan dengan segala kerendahan hati,

Kupersembahkan Karya Kecilku ini kepada :

Kedua Orang Tua Tercinta, Bapak (Ahlan Hs S.H) Ibu (Dra. Ros Mala Dewi M.Pd),

Yang senantiasa berdoa, berkorban dan mendukungku, terima kasih untuk semua kasih sayang dan cinta luar biasa sehingga aku bisa

menjadi seseorang yang kuat dan konsisten kepada cita-cita

Adik (Akbar Hari Wijaya dan Siti Anissa Syafira)

tersayang yang selalu mendampingi dan membantuku dalam segala hal, Tumbuh besar dalam suatu keluarga membuatku kuat dan mengerti

akan arti hidup sesungguhnya

Seluruh keluarga besar yang memotivasi dan memberikan doa untuk keberhasilanku

Almamater tercinta Universitas Lampung

(8)

MOTO

Kejahatan bisa terjadi bukan saja karena ada niat si pelaku, tapi kejahatan juga bisa terjadi karena ada kesempatan.

Bang Napi

Fiat Justitia Ruat Caelum = keadilan harus ditegakkan meskipun langit akan runtuh (Lucius Calpurnius Piso Caesoninus)

Berjalanlah dengan kebenaran karena kebenaran itu selalu bersifat mutlak

Anak-anak seperti semen basah. Apapun yang jatuh padanya akan membuat kesan membekas

Dr. Haim Ginott

Apa yang diperintahkan Rasul kepadamu maka laksanakanlah. Dan apa yang dilarangnya maka tinggalkanlah.

- Q.S. Al-Hasyr : 7

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahirobbilalamin, segala puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Segala kemampuan telah penulis curahkan guna menyelesaikan skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Tetapi dengan adanya keterlibatan berbagai pihak yang telah memberikan doa, bantuan, dorongan, bimbingan, petunjuk, kritik dan saran, akhirnya penulis dapat melalui semuanya dengan baik. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Heryandi, S.H., M.S., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. Yuswanto, S.H., M.H., selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Hukum Universitas Lampung.

4. Ibu Diah Gustiniati Maulani, S.H., M.H., selaku Ketua Bagian Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas Lampung dan selaku Pembahas I yang telah bersedia membantu, mengkoreksi dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Firganefi, S.H., M.H. selaku seketraris jurusan yang selalu di repotkan dalam pengajuan judul, seminar proposal dan seminnar hasil sampai selesainya sekripsi ini.

(10)

7. Ibu Dona Raisa Monica, S.H., M.H., selaku Pembimbing II yang telah bersedia membantu, mengkoreksi dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini serta selaku Pembimbing Akademik penulis. 8. Bapak Rinaldy Amrullah, S.H., M.H., selaku Pembahas II yang telah bersedia

meluangkan waktunya membantu, mengkoreksi dan memberi masukan agar terselesaikannya skripsi ini.

9. Ibu Dr. Erna Dewi, S.H., M.H. dan Bapak Dr. Heni Siswanto, S.H, M.H terima kasih telah banyak membantu, menjadi narasumber, menginformasikan, dan memberi saran atas penulisan skripsi ini.

10.Kepada Bapak Kompol Agus Triwiono S.Pd., M.M. dan Aipda Bun Yani S.H. yang bertugas di Kepolisian Daerah Lamung saya ucapkan terima kasih telah meluangkan waktunya untuk diminta keterangannya saat menjadi nara sumber untuk menyelesaikan skripsi ini.

11.Ibu Siti Azizah, S.H, M.H selaku pembimbing akademik yang selalu memberikan arahan, saran, dan tanda tangannya sehingga skripsi ini dapat selasai dengan cepat.

12.Serta Staf Bagian Hukum Pidana yaitu Embak Sri, Embak yani dan Babe Narto yang telah memudahkan, memberikan arahan, memberikan fasilitas yang ada kepada mahasiswa baik untuk kuliah, seminar dan pnyelesaian skripsi ini.

13.Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Lampung yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan kepada penulis yang kelak akan sangat berguna bagi penulis, serta seluruh Staf dan Karyawan Fakultas Hukum Universitas Lampung.

14.Kedua orang tuaku, Bapak Ahlan Hs, S.H dan Ibu Dra. Ros Maladewi M.Pd yang sangat kucintai, kusayangi dan kuhormati, terima kasih atas doa, dukungan,nasehat, amrah, omelan, pengingat, motivasi serta pengorbanan luar biasa yang selama ini diberikan demi kesuksesan dan keberhasilan anaknya. Semoga hati kita selalu dipersatukan sebagai suatu keluarga.

(11)

16.Untuk Nenek ku tercinta Ibu Zahra yang selalu mendoakan ku serta keluarga besar dari pihak Bapak dan Ibu, yang selalu mendoakan dan memberikan semangat yang luar biasa.

17.Sahabat terbaikku Padli Achmad, Aldino Irsyad, Edwin setiawan, Rudi, Fajar Putra, Rino, Herriansyah, Muhammad Reza, Rahmad Syahrial, Martin Pranata, Andrew Carlos, Didi, Abdu rs, Odang, Ardi, Dayat, yang menjadi teman berbagi di segala keadaan.

18.Rekan-rekan seperjuangan, Muhtarudin Ammar, M Rizki Andrean, Theo Krisnanda, Rizki Anugrah, Tommy Hidayat, Riandy Wibowo, Rendi Renaldy, Gusti Reza Maulana, Muhammad Farid, M Riski Hasbullah, M Renaldy, semoga kita semua menjadi orang yang berguna bagi Bangsa dan Negara. 19.Angkatan 2011 Fakultas Hukum Universitas Lampung.

20.Rekan-rekan yang ada di Kantin Uye yaitu Bang Santos, Bang Hendra, Embak Kiki, dan Embak El yang selalu senan tiasa menjadi tempat berbagi kesenangan, suka, duka, beteduh, menunggu dan inspirasi pembuatan skripsi. 21.Rekan rekan SMA Tri Agustam, Ahmad Mustawa, Ahmad Saputra, Widia

Yuda, Fachira Chairunisa, Elsa Apriza Putri, Rizky Oktavia, Fadel Muhammad, Sany Maylonda, Doni Isandra dan Ida Bagus Kade Likita.

22.Rekan-rekan Kuliah Kerja Nyata, Aditya Hartanto, Yara Young Jalapa, Feninda Septiarani,dan Yulia Ningsih Nasution.

23.Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan, semangat serta dorongan dalam penyusunan skripsi ini.

(12)

semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya, khususnya bagi penulis dalam mengembangkan dan mengamalkan ilmu pengetahuan. Semoga skripsi ini kedepannya akan bermanfaat. Semoga Allah SWT meridhoi segala langkah hidup kita.

Bandar Lampung, Maret 2015

Penulis

(13)

DAFTAR ISI

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang masalah ... 1

B. Permasalahan dan Ruang Lingkup ... 7

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

D. Kerangka Teoritis dan Konseptual ... 8

E. Sistematika Penulisan ... 18

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Kriminologis ... 20

B. Tinjauan Umum Tindak Pidana Ekploitasi Seks ... 25

C. Definisi Anak ... 28

D. Definisi Media Internet ... 37

III. METODE PENELITIAN A. Pendekatan Masalah ... 42

B. Sumber Dan Jenis Data ... 43

C. Penentuan Narasumber... 44

D. Prosedur Dan Pengumpulan Data ... 43

E. Analisis Data ... 45

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Karakteristik Narasumber ... 47

(14)

V. PENUTUP

(15)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Anak sebagai generasi penerus adalah pewaris cita-cita perjuangan bangsa yang merupakan sumber daya manusia yang sangat penting dalam mencapai keberhasilan pembangunan. Anak merupakan potensi nasib manusia hari mendatang, dialah yang ikut berperan menentukan sejarah bangsa sekaligus cermin sikap hidup bangsa pada masa mendatang.Tumbuh kembang seorang anak menjadi suatu persoalan yang harus diperhatikan secara seksama. Sebagai generasi muda, anak merupakan salah satu sumber daya manusia yang akan menjadi penerus cita-cita bangsa di masa depan. Anak pun memiliki peranan strategis dan karakteristik tersendiri, sehingga diperlukan pembinaan dan perlindungan demi tercapainya pertumbuhan fisik, mental, dan sosial seperti yang diharapkan.

(16)

a. Diskriminasi;

b. Eksploitasi baik ekonomi maupun seksual; c. Penelantaran;

d. Kekejaman, kekerasan dan penganiayaan; e. Ketidakadilan;dan

f. Perlakuan salah lainnya.

Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan.

Bentuk eksploitasi seksual anak dibagi menjadi dua yakni pelacuran anak dan perdagangan anak dengan tujuan seksual termasuk dalam jenis eksploitasi seksual yang komersial dan saat ini kecanggihan teknologi dalam internet tidak luput menjadi akses oleh pihak-pihak tertentu dalam pemasaran jual beli anak dan tidak sedikit. Kasus yang ditemui bahwa orang tua mengizinkan anaknya yang masih dibawah umur sebagai pekerja seks komersial dan dipasarkan oleh pihak-pihak tertentu bahkan lintas negara dengan memiliki tujuan untuk mengeksploitasi komersial seksual anak melalui salah satu kecanggihan teknologi antara lain yaitu melalui media internet.

(17)

secara global. Di samping itu, perkembangan tekhnologi informasi telah menyebabkan dunia menjadi tanpa batas dan menyebabkan perubahan struktur sosial masyarakat yang secara signifikan berlangsung dengan cepat. Tekhnologi Informasi memberikan kontribusi yang sangat besar bagi peningkatan kesejahteraan, kemajuan dan peradaban manusia.1

Hadirnya internet telah membuka cakrawala baru dalam kehidupan manusia. Internet merupakan sebuah ruang informasi dan komunikasi yang menjanjikan menembus batas-batas antar negara, penyebaran dan pertukaran ilmu serta gagasan di kalangan ilmuwan dan cendikiawan diseluruh dunia. Internet membawa kemajuan kepada ruang atau dunia baru yang tercipta yang dinamakan cyberspace yaitu sebuah dunia komunikasi berbasis komputer.

Kapolsek Natar menangkap DR (17), Agus Saparudin (23), dan Deska Indrawan (31) ketiganya merupakan warga Pesawaran, Kecamatan Tegineneng. Awal mula kejadian di saat di mana DR yang merupakan pacar dari SW memasang Foto di kontak BBM DR dengan maksud menawarkan kegadisan SW untuk teman-temannya dan tidak lama kemudian Agus Saparudin dan Deska Indrawan mengirim pesan melalui BBM sehingga Terjadilah Transaksi antara DR, Agus Saparudin, dan Deska Indrawan. Setelah terjadai deal antara mereka bertiga. DR membawa SW ke Perkebunan Sawit lalu mengenalkan SW kepada Agus dan Deska. Disitulah terjadi persetubuhan secara bergantian oleh mereka bertiga.

1

(18)

setelah kejadian itu selesai Agus dan Deska membayar sejumlah uang kepada DR.2

Kasus yang tejadi di Yogyakarta tersangka MP alias Onge (28) yang menawarkan Nes alias Gendis (14) warga Magelang, Jawa Tengah di media sosial Facebook. Modus menawarkan jasa seks Onge Memosting gambar wanita difacebook sekaligus diberikan sedikit narasi dan harga. Laki-laki hidung belang yang ingin melakukan hubungan intim bersama Gendis harus mentransfer sejumlah uang yang sudah ditentukan. Berikutnya sang pemesan dipertemukan oleh Gendis di suatu tempat suatu hotel yang sudah disiapkan oleh Onge. Sehingga hubungan menawarkan anak dibawah umur melalui media sosial. Modus menawarkan jasa seks kedua tersangka Memosting gambar wanita di ponselnya sekaligus diberikan sedikit narasi dan harga yang harus dibayar dengan cara mentranfer uang ke rekening tersangka. Serta syaratnya sang laki-laki hidung belang menyediakan

2

Wakos Reza Gautama,Polisi Ringkus 3 TersangkaEksplitasi Anak di Bawah Umur ,Http://tribun.com/Lamung BREAKING NEWS:Polisi Ringkus 3 TersangkaEksplitasi Anak di Bawah Umur - Tribun Lampung.htm akses pada 11/12/2014, pukul 13.30

3

(19)

kamar hotel yang sudah diboking sebelum wanita itu diantar ke hotel. Sehingga hubungan seks dapat terjadi. 4

Kasus di Surabaya Nauda Fiolet, 22 tahun, warga Kedungrukem, Kelurahan Kedungdoro, Kecamatan Tegalsari. Tersangka kedua berinisial AT alias Alif, 17 tahun, warga Simomulyo Baru, Kecamatan Sukomanunggal. Nauda juga membuat website khusus wanita penghibur lengkap dengan pin BBM. Bagi laki-laki yang ingin memesan salah satu gadis yang sudah dipajang di dalam situs tersebut, ia tinggal menggaet pin tersangka. Selanjutnya pin laki-laki itu digabungkan dengan grup BBM. Modus serupa juga dilakukan NF. Ia memasang foto-foto anak buahnya di jejaring sosial lengkap dengan tarifnya. Tersangka sudah menyediakan nomor telepon yang bisa dihubungi bila ada lelaki yang berminat. Setelah deal, laki-laki pemesan itu mentransfer uang ke rekening tersangka. Lalu Tersangka mengantarkan sang anak ketempat yang sudah di tentukan antara laki-laki hidung belang dan tersangkayang sudah di sepakati biasanya mereka mengantarkan ke losmen atau hotel melati. 5

Maraknya kejahatan seksual yang direkam akan menambah maraknya kejahatan

trafficking. Seiring kemajuan zaman dan teknologi jaringan dalam

mengembangkan sistem operandi bisnis prostitusi. Sering kali kejahatan dengan mengeksploitasi seksual anak untuk kepentingan ekonomi. Kemajuan teknologi telepon seluler yang dipergunakan untuk menyimpan, menyebarkan bahkan memasarkan kehormatan anak dengan mengambil keuntungan untuk dirinya. jadi

4

Glori K. Wadrianto Praktik.Pelacuran.Anak.Terbongkar.Tarif.hingga.Rp.1.5.Juta, http://regional. kompas.com/read / 2014/09/25/09575241/, akses pada 11/12/2014, pukul 13.45

5

(20)

ini merupakan salah satu dari modus operandi kejahatan yang bisa diakses melalui internet.

Kejahatan eksploitasi seksual komersil anak yang terjadi akibat dampak negatif dari kemajuan Teknologi Informatika maupun akibat industri hiburan dan film melalui media cetak dan media internet yang mengenai dunia anak-anak Indonesia ternyata telah membawa anak kepada masa depan yang suram, yang menuju kehancuran generasi penerus bangsa. Akibat yang terjadi baik terhadap kerusakan mental dan psikis yang dialami korban dan keluarganya, maupun pengrusakan dan penghancuran generasi bangsa.

Zaman modern seperti ini yang kemajuan teknologi yang tidak bisa kita bendung lagi. Sehingga banyak sekali tindak kejahatan yang dilakukan oleh orang-orang, dengan menanfaatkan media internat ini sebagai salah satu tempat untuk melakukan hal yang dilarang oleh norma-norma yang berlaku di Indonesia. Salah satunya adalah tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet yang sedang marak di saat ini. Tindakan keriminal ini sangatlah menggagu di masyarakat.

(21)

B.Permasalahan dan Ruang Lingkup

1. Permasalahan

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis mengidentifikasikan permasalahan sebagai berikut :

A. Apakah yang menjadi faktor penyebab eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet?

B. Bagaimanakah upaya penanggulangan eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet?

2. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini adalah kajian bidang hukum pidana khususnya mengenai tindak pidana ekspoitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet serta penyebab dan cara penanggulangannya.. Lokasi penelitian di wilayah hukum kota Bandar Lampung dengan tahun penelitian 2014.

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penulis dalam melakukan penelitian mengenai eksploitasi seksual komersil anak melalui media internet memiliki maksud dan tujuan untuk :

A. Mengetahui dan memahami faktor penyebab terjadinya eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet.

(22)

1. Kegunaan Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat baik dari segi teoritis maupun segi praktis sebagai berikut :

a. Secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan ilmu hukum, pembaharuan ilmu hukum nasional pada umumnya dan dalam perlindungan hukum bagi setiap individu di dalam tata hukum Indonesia sekaligus memberikan referensi bagi kepentingan yang bersifat akademis dan juga sebagai bahan tambahan bagi kepustakaan serta pada perkembangan ilmu hukum pidana pada khususnya.

b. Secara Praktis

Penulis berharap hasil penelitian ini secara praktis dapat bermanfaat serta memberikan gambaran yang dapat disumbangkan pada para penegak hukum dan masyarakat luas mengenai penanganan kasus eksploitasi seksual terhadap anak melalui media internet.

D.Kerangka Teoritis dan Konseptual

1. Kerangka Teoritis

(23)

identifikasi terhadap dimensi-dimensi sosial yang dianggap relevan oleh peneliti.6 Dengan demikian penulis dapat memahami dengan baik penjelasan teori dalam kriminologi. Teori adalah bagian dari penjelasan mengenai “sesuatu”. Adapun

beberapa teori-teori dalam penelitian ini digunakan guna membantu penelitian adalah ;

a. Teori Faktor Penyebab Terjadinya Kejahatan.

1. Cesare Lombroso

Kriminologi beralih secara permanen dari filosofi abstrak tentang penanggulangan kejahatan melalui legislasi menuju suatu studi modern penyelidikan mengenai sebab- sebab kejahatan. Ajaran Lambroso mengenai kejahatan adalah bahwa penjahat mewakili suatu tipe keanehan/keganjilan fisik, yang berbeda dengan non- kriminal.dia mengklaim bahwa para penjahat mewakili suatu bentuk kemerosotan yang termanifestasi dalam karakter fisik yang merefleksikan suatu bentuk awal dan evolusi. Teori Lambroso tentang born criminal (penjahat yang dilahirkan) menyatakan bahwa :

“Para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam kehidupan,

lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera dalam hal sifat bawaan dan watak dibanding mereka yang bukan penjahat.”

Mereka dapat dibedakan dari non-kriminal melalui beberapa atavistic stigmata– ciri-ciri fisik dari makhluk pada tahap awal perkembangan, sebelum mereka benar-benar menjadi manusia. 7

6

Soerjono Soekanto, Penelitian Hukum Normatif, PT Rajawali Press, Jakarta , 1984 hlm. 124.

7

(24)

2. Menurut Abdul Syani faktor penyebab terjadinya kejahatan yaitu tebagi menjadi dua yaitu :

a). Faktor Intern

Faktor intern dibagi menjadi dua yaitu:

1) Sifat khusus ini adalah keadaan psikologis diri individu8.

Masalah kepribadian sering dapat menimbulkan kelakuan yang menyimpang, terlebih jika seseorang (individu) dapat dikategorikan tertekan perasaannya. Orang yang tertekan perasaanya mempunyai kecenderungan untuk melakukan penyimpangan, dan penyimpangan ini mungkin terhadap sistem sosial ataupun terhadap pola-pola kebudayaan. Terhadap beberapa sifat khusus yang dapat menimbulkan kejahatan, yaitu antara lain:

1.1. Sakit jiwa : orang yang tertekan sakit jiwa mempunyai kecenderungan untuk bersikap antisosial. Sakit jiwa ini biasanya disebabkan oleh adanya konflik mental yang berlebihan, atau mungkin juga karena pernah melakukan perbuatan yang dirasakan dosa besar dan berat, sehingga ia menjadi sakit jiwa. Oleh karena seseorang sakit jiwa, maka ia mempunyai kecenderungan untuk melakukan penyimpangan berupa tindakan kejahatan dalam ketidaksadarannya.

1.2. Daya Emosional : masalah emosional erat hubungannya dengan masalah sosial yang dapat mendorong seseorang untuk berbuat menyimpang. Penyimpangan ini dapat mengarah kepada suatu perbuatan kriminal jika

8

(25)

orang tersebut tidak mampu untuk mencapai keseimbangan antara emosinya dengan kehendak oraang lain.

1.3. Rendahnya Mental : rendahnya mental ada hubungannya dengan daya intelegensia. Seseorang mempunyai daya intelegensia yang tajam dan dapat menilai realitas, maka semakin mudah ia untuk dapat menyesuaikan diri dengan masyarakat. Sebaliknya, jika seseorang mempunyai daya intelegensia rendah, sehingga ia kecenderungan rendah pula mentalnya, sehingga ia merasa tidak sanggup untuk berbuat sesuatu, takut salah, dan tidak mampu menyesuaikan diri dengan masyarakat.

1.4. Anomi : secara psikologis, kepribadian manusia itu sifatnya dinamis, yang ditandai dengan adanya kehendak, berorganisasi, berbudaya, dan sebagainya. Sebagai ukuran orang akan menjadi anomi (kebingungan) adalah dikala ia berhadapan dengan situasi yang baru, ketika harus menyesuaikan diri dengan cara-cara yang baru pula, orang yang sedang dalam keadaan anomi sedikit banyak mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindak kejahatan. Maka anomi dapat dianggap sebagai salah satu penyebab timbulnya kriminalitas.

2) Sifat umum dalam diri individu9

Dapat dikategorikan atas beberapa macam, yaitu:

1.1. Umur : sejak kecil hingga dewasa, manusia selalu mengalami perubahan-perubahan didalam jasmani dan rohaninya. Perubahan-perubahan-perubahan tersebut

9

(26)

dapat menyebabkan tiap-tiap masa manusia dapat berbuat kejahatan, hanya ada perbedaan dalam tingkat kejahatan, sesuai dengan perkembangan alam pikiran serta keadan-keadaan lain yang ada disekitar individu itu pada masanya.

1.2. Seks : hal ini berhubungan dengan keadaan fisik. Fisik laki-laki lebih kuat daripada wanita, maka kemungkinan untuk berbuat jahat lebih banyak (kejahtan umum, bukan khusus)

1.3. Pendidikan Individu : hal ini mempengaruhi keadaan jiwa, tingkah laku terutama intelegensinya.

1.4. Masalah Rekreasi : walaupun kelihatannya tidak penting, hal ini mempunyai hubungannya dengan kejahatan, sebab sangat kurangnya rekreasi dapat pula menimbulkan kejahatan-kejahatan didalam masyarakat.

b). Faktor Ekstern

Faktor-faktor berpokok pangkal pada lingkungan diluar dari diri manusia (ekstern), terutama hal-hal yang mempunyai hubungan dengan timbulnya kriminalitas. Pengaruh faktor-faktor luar inilah yang menentukan bagi seseorang untuk mengarah kepada perbuatan jahat lain :

1) Faktor Ekonomi Penjelasan bahwa faktor-faktor ekonomi itu dapat mengakibatkan timbulnya kriminalitas yaitu10:

10

(27)

1.1. Perubahan Harga : keadaan-keadaan ekonomi dan kriminalitas mempunyai hubungan langsung, terutama mengenai kejahatan terhadap hak milik orang lain, atau katakanlah mengenai pencurian. Dalam hal ini, jika suatu saat terjadi perubahan harga (cenderung naik), maka terhadap kecenderungan angka kejahatan akan semakin meningkat.

1.2. Pengangguran : rendahnya tingkat ekonomi disebabkan karena sempitnya lapangan kerja, pertambahan penduduk, dan lain-lainnya, sehingga dapat menyebabkan semakin banyaknya penganguran. Pengangguran dapat dikatakan sebagai penyebab timbulnya kejahatan, yang kesemuanya itu dilatarbelakangi oleh kondisi buruk faktor ekonomi.

1.3. Urbanisasi : Negara yang sedang berkembang banyak terjadi perubahan-perubahan dalam kehidupan masyarakat. Salah satu perubahan-perubahan itu adalah urbanisasi. Urbanisasi dilakukan oleh banyak penduduk, terutama di Indonesia dimaksudkan untuk memperbaiki nasib atau mengubah penghidupannya agar lebih baik daripada sebelumnya. Bayangan semacam ini tampaknya tidak semudah apa yang dikatakan orang, tetapi ternyata mereka yang telah turut dalam arus urbanisasi, tidak sedikit yang mengalami kegagalan frutassi, dan sebagainya, yang kesemuanya itu banyak menimbulkan hal-hal yang negatif.

2) Faktor Agama

(28)

keamanan, agama itu sendiri dapat menentukan tingkah laku manusia sesuai dengan nil-nilai keagmannya”. Sebaliknya, jika agama itu tidak berfungsi bagi manusia, artinya hanya sekedar lambing saja, maka ia tidak akan bearti sama skali bahkan iman manusia menjadi lemah dan dengan mudah dapat melakukan hal-hal yang buruk karena sosial kontrolnya tadi tidak kuat.

3) Faktor Bacaan

Bacaan-bacaan yang buruk, porno, kriminal merupakan faktor-faktor yang dapat menyebabkan timbulnya kriminalitas. Bacaan-bacaan demikian lebih besar daya tarinya atau pengaruhnya daripadda bacaan-bacaan yang menceritakan kejujuran, ilmu pengetahuan, dan kebenaran, sehingga cenderung dpat memberikan dorongan terhadap perbuatn-perbuatn yang melanggar atau kejahatan.

4) Faktor Film

Film tidak kalah penting pengaruhnya terhadap timbulnya kriminalitas daripada faktor bacaan. Seperti yang dikatakan oleh Sudjito Sostrodiharjo, jika seseorang menonton film gondok-gondokan, maka setelah keluar dari bioskop dia bersikap seperti pahlawan gondokan tersebut. Tambah lagi, menurut Cyril Burt dalam bukunya The Young Delinguent, terlebih jika seseorang mentalnya terbelakang dan lemah ingatan yang meniru adegan-adegan dari film itu, dan yang ditiru bukan bukan perbuatannya, tetapi juga karena dorongan jhatnya memang sudah ada padanya. Akhirnya Cyril Burt menyimpulkan bahwa film bearti dengan peranannya sebagai pengganti bentuk-bentuk hiburan yang lebih berbahaya.11

11

(29)

b. Teori Penanggulangan Terjadinya Kejahatan

Berdasarkan Teori-teori penyebab terjadinya kejahatan diatas maka timbul suatu steori bersifat mencegah atau penggulangan kejahatan. Kepustakaan asing istilah politik hukum pidana ini sering dikenal dengan berbagai istilah yaitu penal policy. Usaha dan kebijakan untuk membuat peraturan hukum pidana pada hakikatnya tidak sini dilepaskan dari tujuan penanggulangan kejahatan. Jadi kebijakan hukum pidana juga merupakan bagian dari politik hukum kriminal. Dengan kata lain dilihat dari sudut pandang politik ktriminal, maka pengerian politik hukum pidana indentik dengan kebijakan penanggulangan kejahatan dengan hukum pidana.

Usaha penanggulangan kejahatan lewat pembuatan Undang-Undang (hukum) pidana pada hakikatnya juga merupakan integral dari usaha perlindungan masyarakat. Oleh karena itu wajar pula apabila kebijakan atau politik hukum pidana juga merupakan bagian dari integral dari kebijakan atau politik sosial.12

Upaya atau kebijakan untuk melakukan Pencegahan dan Penangulangan Kejahatan termasuk bidang kebijakan kriminal (criminal policy). Kebijakan kriminal ini pun tidak terlepas dari kebijakan yang lebih luas, yaitu kebijakan sosial (social policy) yang terdiri dari kebijakan/upaya-upaya untuk kesejahteraan sosial (social-welfare policy) dan kebijakan/upaya-upaya untuk perlindungan masyarakat (social-defence policy) Dilihat dalam arti luas kebijakan hukum pidana dapat mencakup ruang lingkup kebijakan di bidang hukum pidana materiil, di bidang hukum pidana formal dan dan di bidang hukum pelaksanaan hukum pidana.

12

(30)

Menurut G P Hoefnagels upaya penanggulangan kejahatan dapat di tempuh dengan :

a. Penerapan hukum pidana ( criminal law application) b. Pencegahan tanpa pidana (prevention without punishment)

c. Memenuhi pandangan masyarakat mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat Mass Media (influencing views of society on crime and punishment/mass media)

Demikian upaya penanggulangan kejahatan secara garis besar dapat di bagi dua yaitu lewat jalur penal (hukum pidana) dan lewat jalur nonpenal (bukan/diluar hukum pidana). Dalam bagian GP Hoefnagels di atas upaya yg disebut butir b dan c dapat dimasukkan dalam kelompok nonpenal.

Pencegahan dan penanggulangan kejahatan harus dilakukandengan pendekatan integral; ada keseimbangan sarana penal dan non penal. Dilihat dan sudut politik kriminal, kebijakan paling strategis melalui sarana non penal karena kebijakan penal mempunyai keterbatasan / kelemahan yaitu bersifat frakmentasi / simplastik / tidak preventif, harus didukung oleh infra struktur dengan biaya tinggi.

(31)

secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan atau menumbuh suburkan kejahatan 13

2. Konseptual

Kerangka konseptual adalah kerangka yang menggambarkan hubungan antara konsep-konsep khusus yang merupakan kumpulan arti-arti yang berkaitan dengan istilah yang ingin atau akan diteliti14. Dalam penelitian dan penulisan ini, penulis akan menjelaskan mengenai pengertian-pengertian pokok yang akan dipakai dalam penulisan ini sehingga mempunyai batasan-batasan yang tepat tentang istilahnya. Adapun pengeertian dan istilah yang digunakan dalam pembuatan skripsi ini antara lain:

a) Anaisis adalah penyidikan dan penguraiaan terhadap sesuatu masalah untuk mengetahui keadaan yang sebenar-benarnya.15

b) Kriminologi adalah: Suatu ilmu pengetahuan yang mempelajari, menyelidiki sebab-sebab kejahatan dan gejala kejahatan dalam arti seluas-luasnya. Yang dimaksud dengan mempelajari kejahatan yang seluas-luasnya, termasuk mempelajari penyakit sosial 16.

c) Eksploitasi adalah pemanfaatan untuk keuntungan sendiri.17

d) Seksual adalah berkenaan dengan perkara persetubuhan antara laki-laki dan perempuan.18

13

Ibid ,hlm 42.

14

Soerjono Soekanto. Pengantar Penelitian Hukum. UI Press. Jakarta. 1986. hlm 132

15

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan,Kamus Besar Bahasa indonesia(Jakarta, Pusat Pembinaaan ,1991) ,hlm. 37.

16

W.A. Bonger, Pengantar tentang Kriminologi, PT. Pembangunan, Jakarta, 1962, hlm.19.

17

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Op.cit.hlm254.

18

(32)

e) Anak adalah seseorang yang telah berumur 12 tahun tetapi belum berumur 18 tahun.19

f) Komersil adalah menjadikan suatu barang dagangan.20

g) Media adalah alat atau sarana komunikasi yang memberikan suatu informasi seperyi koran, radio, Televisi, dan poster.21

h) Internet adalah gabungan jaringan komputer di seluruh dunia yang membentuk suatu sistem jaringan informasi global.22

E.Sistematika Penulisan

Penelitian ini disusun dalam suatu sistematika yang terdiri dari lima bab yang tiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab. Adapun gambaran untuk setiap bab adalah sebagai berikut :

BAB I. PENDAHULUAN

Merupakan bagian pendahuluan yang memberikan gambaran secara umum dan menyeluruh serta sistematis menguraikan hal-hal yang terdiri dari Latar Belakang, Identifikasi Masalah, Tujuan Penelitian, Kegunaan Penelitian, Kerangka Penelitian dan Sistematika Penulisan dari penelitian ini.

II. TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi landasan teori yaitu ketentuan hukum mengenai tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet dan

19

Undang-undang 11 Tahun 2012. Tentang Sistem Peradilan Pidana Anak

20

Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Op.cit.hlm 515.

21

Ibid ,hlm 640.

22

(33)

teori-teori yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap anak dan media internet.

III. METODE PENELITIAN

Bab ini menguraikan metode yang digunakan dalam penulisan skripsi yaitu langkah-langkah atau cara yang dipakai dalam penelitian memuat pendekatan masalah, sumber, jenis data, pengumpulan dan pengolahan data serta analisis data.

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini merupakan hasil penelitian yang di analisa tentang fakta-fakta yang di bahas mengenai penyebab terjadinya kejahatan tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet dan juga upaya penanggulangannya tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak secara komersil melalui media internet.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

(34)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Kriminologis

Memeberikan pengertian apapun rumusan apa yang disebut dengan kriminologi yang satu dengan pendapat-pendapat penulis lainnya, hal itu disebabkan adanya perbedaan pandangan para sarjana-sarjana kriminologi. Namun hal demikian dalam hal memberikan rumusan apa yang dimaksud dengan kriminologi, maka penulis akan mencoba mengemukakan pengertiaan kriminologi baik di tinjau dari segi bahasa (etimologi) dan juga beberapa pendapat dari para sarjana. Kriminologi mengandung arti yaitu suatu ilmu yang mempelajari kejahatan. Secara etimologis istilah kriminologi berasal dari kata crimen (kejahatan) dan logos (pengetahuan atau ilmu pengetahuan).

Istilah Kriminologi pertama kali digunakan oleh P.Topinard, seorang ahli antropologi Prancis. Terjadinya kejahatan dan penyebabnya telah menjadi subjek yang banyak mengundang spekulasi, perdebatan, maupun tetitorialitas, diantara penelitian maupun para ahli serta masyarakat. Banyak teori yang berusaha menjelaskan tentang masalah kejahatan, walau banyak sekali teori-teori yang dipengaruhi oleh agama, politik, filsafat, maupun ekonomi.

(35)

sosial, termasuk didalamnya terdapat proses pembuatan Undang-undang, pelanggaran terhadap Undang-undang dan reaksinya terhadap pelanggaran Undang-undang.

Para filosofi yunani kuno, seperti Aristoteles dan Plato sudah menjelaskan studi tentang kejahatan in pada zaman mereka, terutama usaha untuk menjelaskan sebab-sebab kejahatan. Walaupun secara histori sudi tentang kejahatan dalam ranah kriminologi baru lahir pada abad ke-19, yaitu dengan ditandai lahirnya statistik kriminal di perancis pada tahun 1826 atau dengan ditebitkannya buku L'uomo Deliguente pada tahun 1876 oleh Cesare Lombroso.

Selanjutnya mengenai pengertian krimologi dapat juga diketahui dari beberapa rumusan yang dikemukakan oleh beberapa sarjan, antara lain:

1. Wolfgang, Savistz dan Johnston dalam The Socieology of Crime and

Delinquency memberikan definisi kriminologi sebagai kumpulan ilmu

pengetahuan tentang kejahatan yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan dan pengertian tentang gejala kejahatan dengan cara mempelajari dan menganalisa secara ilmiah keterangan-keterangan, keseragaman-keseragaman, pola-pola, dan faktor-faktor kausal yang berhubungan dengan kejahatan, pelaku kejahatan serta seaksi massyrakat terhadap keduanya.23 2. Michael dan Adler, berpendapat bahwa Kriminologi adalah keseluruhan

keterangan mengenai perbuatan dan sifat-sifat dari para penjahat, lingkungan mereka, dan cara mereka secara resmi diperlakukan oleh lembaga-lembaga penertiban masyarakat dan oleh para anggota masyarakat.24

23

Topo Santoso dan Eva Achjani Zulva. Op.cit, hlm.12.

24

(36)

3. Bonger mendefinisikan kriminologi sebagai ilmu pengetahuan yang betujuan menyelelidiki gejala kejahatan seluas-luanya. Melalui definisi ini, Bonger lalu membagi menjadi kriminologi murni mancakup25;

a.Antropologi Kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang manusia yang jahat (somatis). Ilmu pengetahuan ini memberikan jawaban atas pertanyaan tentang orang jahat dalam tubuhnya dan tanda-tandanya.

b. Sosiologi Kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang kejahatan sebagai suatu gejala masyarakat. Pokok persoalan yang wajib oleh bidang ilmu ini adalah sampai di mana letak sebab-sebab kejahatan dalam masyarakat.

c. Psikologi Kriminil ialah ilmu pengetahuan tentang penjahat yang dilihat dari sudut pandang kejiwaan.

d. Psikopatologi dan Neuropatologi Kriminil ialah ilmu penjahat yang sakit jiwa atau urat syraf.

e. Penologi ialah ilmu tentang tumbuh dan berkembangnya hukum. Disamping itu terdapat kriminologi terapan yang berupa :

a. Higiene Kriminil ialah usaha yang bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan. Misalnya usaha-usaha yang dilakukan oleh pemerintah untuk menerapkan undang-undang, sistem jaminan hidup kesejahtraan yang dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya kejahatan.

b. Politik Kriminil ialah usaha penanggulangan kejahatan di mana suatau kejahatan telah terjadi. Disini dilihat sebab-sebab seorang melakukan kejahatan. Bila disebabkan oleh faktor ekonomi maka usaha yang

25

(37)

dilakukan adalah meningkatkan keterampilan atau membuka lapangan kerja baru. Jadi tidak semata mata dengan menjatuhkan sanksi.

c. Kriminalistik (Policie Scientific) ialah ilmu tentang pelaksanaan penyidikan teknik kejahatan dan pengusutan kejahatan.26

Menurut Marshall B. Clinard dan Richard Quinney membagi bentuk kejahatan menjadi memberikan 8 tipe, yaitu27 :

1. Kejahatan perorangan dengan kekerasan yang meliputi bentuk-bentuk perbuatan kriminil seperti pembunuhan dan perkosaan. Pelaku tidak menganggap dirinya sebagai penjahat dan seringkali belum pemah melakukan kejahatan tersebut sebelumnya, melainkan karena keadaan-keadaan tertentu yang memaksa mereka melakukannya.

2. Kejahatan terhadap harta benda yang dilakukan sewaktu-waktu, termasuk kedalamnya antara lain pencurian kendaraan bermotor. Pelaku tidak selalu memandang dirinya sebagai penjahat dan mampu memberikan pembenaran atas perbuatannya.

3. Kejahatan yang dilakukan dalam pekerjaan dan kedudukan tertentu yang pada umumnya dilakukan oleh orang yang berkedudukan tinggi. Pelaku tidak memandang dirinya sebagai penjahat dan memberikan pembenaran bahwa kelakuannya merupakan bagian dari pekerjaan sehari-hari.

(38)

5. Kejahatan terhadap ketertiban umum. Pelanggar hukum memandang dirinya sebagai penjahat apabila mereka terus-menerus ditetapkan oleh orang lain sebagai penjahat, misalnya pelacuran. Reaksi sosial terhadap pelanggaran hukum ini bersifat informal dan terbatas.

6. Kejahatan konvensional yang meliputi antara lain perampokan dan bentuk-bentuk pencurian terutama dengan kekerasan dan pemberatan. Pelaku menggunakannya sebagai part time-Carreer atau pekerjaan sampingan dan seringkali untuk menambah penghasilan dari kejahatan. Perbuatan ini berkaitan dengan tujuan-tujuan sukses ekonomi, akan tetapi dalam hal ini terdapat reaksi dari masyarakat karena nilai kepemilikan pribadi telah dilanggar.

7. Kejahatan terorganisasi yang dapat meliputi antara lain pemerasan, pelacuran, perjudian terorganisasi serta pengedaran narkotika dan sebagainya. Pelaku yang berasal dari tingkat jabatan kelas bawah memandang dirinya sebagai penjahat dan terutama mempunyai hubungan dengan kelompok-kelompok penjahat, yang juga terasing dari masyarakat luas, sedangkan tingkat jabatan kelas atas tidak berbeda dengan warga masyarakat lain dan bahkan seringkali bertempat tinggal di lingkungan masyarakat pada umumnya.

(39)

Secara umum, tujuan dari Kriminologi itu yakni untuk mempelajari kejahatan dari berbagai aspek, sehinga pemahaman mengenai fenomena kejahatan bisa diperoleh dengan baik. Berkembangnya Kriminologi dan semakin maraknya pemikiran-pemikiran kritis yang mempelajari proses pembuatan Undang-undang, untuk itu sangatlah penting bagi mahasiswa Fakultas Hukum untuk mempelajari Kriminologi, agar dapat memperoleh pemahaman yang baik tentang fenomena kejahatan dan juga masalah hukum pada umumnya.

Pada konferensi mengenai kejahatan dan tindakan terhadap Delinkuen yang telah diselenggarakan oleh International Non Govemmental Organization atas bantuan/peran serta dari PBB di Jenewa pada tangal 17 Desember 1952, yang memutuskan agar mata kuliah Kriminologi direkomendasikan pada universitas yang lulusannya akan berkecimpung di bidang Hukum. Aliran Pemikiran dalam kriminologi adalah cara pandang (paradigma) yang digunakan oleh para pakar kriminolog dalam melihat, mananggapi, manafsirkan dan menjelaskan mengenai fenomena kejahatan.

B. Tinjauan Umum Tindak Pidana Ekploitasi Seks

Korban tindak pidana tidak hanya menimpa oleh orang dewasa tetapi juga anak yang masih di bawah umur dapat menjadi korban. Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita.28

28

(40)

Dalam kasus eksploitasi, asusila ataupun perdagangan sering terjadi korbannya adalah anak. Setiap anak memerlukan pembinaan dan perlindungan dalamrangka menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik, mental, dasosialnya. Perlindungan anak itu sendiri adalah segala kegiatan untuk menjamin dan melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, hal ini sesuai dengan Pasal (1) butir (2) Undang-Undang No 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Ekploitasi menurut Undang Undang No 21 Tahun 2007 Pasal (2) Ayat (1) adalah: “Tindakan dengan atau tanpa persetujuan korban yang meliputi tindak terbatas pada pelacuran, kerja atau pelayanaan paksa, perbudakan atau prktik serupa perbudakan penindasan, pemerasan, pemanfaatan fisik, seksual, organ reproduksi, atau secara melawan hukum atau transpalantasi organ dan jaringan tubuh atau pemanfaatan tenaga atau kemampuan orang oleh pihak lain untuk mendapatkan keuntungan baik materil dan immateril29”.

Pengertian eksploitasi anak dalam Protocol adalah defenisi/batasan hukum. Karenanya, batasan/pengertian itu membawa dasar dan implikasi yuridis pula. Dalam pendekatan hukum pidana, batasan trafficking menurut Protocol merupakan elemen dari suatu perbuatan yang dikualifikasi sebagai tindak pidana atau perbuatan melawan hukum (strafbaarfeit, unlawfull). Jadi, untuk menentukan suatu perbuatan dapat dipidana, menurut ilmu hukum pidana harus dituangkan dalam Undang-undang, sehingga kerapkali hukum pidana dikenal sebagai hukum undang-undang.

29

(41)

Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Pelindungan Anak telah menjelaskan secara tegas mengenai pengeksploitasian seksual anak. Pasal dengan pemberatan pidana dimana perbuatan pengeksploitasian seksual dilakukan tujuan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dan korban dari tindak pidana tersebut masih dibawar umur yang seharusnya dilindungi serta djauhkan dari kegiatan bertentangan dengan harkat seorang anak, meskipun ada anak secara diam-diam masuk dalam kegiatan prostitusi. Unsur-unsur Pasal 88 Undang-Undang Nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yaitu:

a. Setiap orang

Orang merupakan unsur subyektif yakni pelaku melakukan perbuatan tindak pidana yang mampu dipertanggungjawabkan secara hukum atas perbuatan pidana yang ia lakukan tersebut.

b. Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak;

Yang mengeksploitasi ekonomi atau seksual anak yaitu memperkerjakan atau memperdagangkan anak dalam bidang seksual untuk mendapatkan keuntungan.

c. Dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain.

(42)

C. Definisi Anak

Kehadiran seorang anak menjadi suatu dambaan orang tua, dimana orang tua dan anak terhimpun dalam suatu unit terkecil yang dinamakan keluarga. Anak sebagai suatu anugerah dari Tuhan Yang maha Esa merupakan amanat agar orang tua bertanggung jawab memberikan pelajaran dan perlindungan sejak anak dalam kandungan sampai batas usia tertentu. Memaknai pengertian anak perlu perhatian yang khusus tidak saja dalam bidang ilmu pengetahuan ( the body of knowledge ), tetapi dapat ditelaah dari sudut pandang sentralisasi kehidupan seperti agama, hukum dan sosiologi yang menjadikan pengertian anak semakin rasional dan aktual dalam lingkungan sosial.

Definisi anak secara nasional pada hakikatnya dapat dinilai berdasarkan batasan usia anak menurut hukum pidana, hukum perdata, hukum adat, dan hukum islam. Menurut hukum internasional, defenisi anak dituangkan dalam Konvensi Perserikatan Bangsa-bangsa mengenai Hak Anak atau United Nation Convention on The Right of The Child Tahun 1989.Pengertian anak menurut konvensi tersebut adalah setiap orang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun kecuali kecuali menurut undang-undang yang berlaku pada anak, kedewasaannya diperoleh lebih cepat.

(43)

subjek hukum. Kedudukan anak dalam artian dimaksud meliputi pengelompokkan ke dalam subsistem dari pengertian sebagai berikut30 :

a. Pengertian anak dalam Undang-Undang Dasar 1945

Pengertian anak atau kedudukan anak yang ditetapkan menurut Undang-Undang Dasar 1945 terdapat dalam Pasal 34. Pasal ini mempunyai makna khusus terhadap pengertian dan status anak dalam bidang politik, karena menjadi dasar kedudukan anak, dalam kedua pengertian ini, yaitu anak adalah subjek hukum dari sistem hukum nasional yang harus dilindungi, dipelihara dan dibina untuk mencapai kesejahteraan. Pengertian anak menurut Undang-Undang Dasar 1945 dan pengertian politik melahirkan atau mendahulukan hak-hak yang harus diperoleh anak dari masyarakat, bangsa dan negara atau dengan kata yang tepat pemerintah dan masyarakat lebih bertanggungjawab terhadap masalah sosial yuridis dan politik yang ada pada seorang anak.

b. Pengertian anak dalam Hukum Pidana

Pengertian kedudukan anak dalam lapangan hukum pidana diletakkan dalam pengertian anak yang bermakna “ penafsiran hukum secara negatif ” dalam arti

seorang anak yang berstatus sebagai subjek hukum yang seharusnya bertanggungjawab terhadap tindak pidana ( strafbaar feit ) yang dilakukan oleh anak itu sendiri, ternyata karena kedudukan sebagai seorang anak yang berada dalam usia belum dewasa diletakkan sebagai seseorang yang mempunyai hak-hak khusus dan perlu untuk perlakuan khusus menurut ketentuan hukum yang berlaku.

30

(44)

Pengertian anak juga tertuang dalam hukum nasional di Indonesia. Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, diatur bahwa: Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. Jadi, berdasarkan pengertian tersebut anak yang masih berada dalam kandungan juga telah berhak atas perlindungan hukum.

Undang-undang Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak mengatur bahwa: Anak adalah seseorang yang belum mencapai umur 21 (dua puluh satu) tahun dan belum pernah kawin. Usia 21 (dua puluh satu) tahun tersebut adalah usia di mana anak telah dianggap memiliki kematangan sosial, kematangan pribadi, dan kematangan mental, sehingga seseorang yang telah berusia melebihi 21 (dua puluh satu) tahun dianggap telah dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Selanjutnya dalam Pasal 32 ayat (3) Undang-undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan mengatur bahwa: Anak didik pemasyarakatan baik anak pidana, anak negara, dan anak sipil untuk dapat dididik di Lapas Anak adalah paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun dan untuk anak sipil guna dapat ditempatkan di lapas anak maka perpanjangan penempatannya hanya boleh paling lama sampai berumur 18 (delapan belas) tahun.

(45)

hal-hal tertentu hakim dapat menentukan anak yang belum mencapai umur 17 (tujuh belas) tahun tidak diperkenankan menghadiri sidang. Hal-hal tertentu tersebut merupakan hal yang dapat dipertimbangkan oleh hakim dan dirasa memang perlu untuk dipertimbangkan sebagai alasan agar anak tersebut boleh untuk tidak mengikuti proses persidangan.

Bagi anak yang melakukan tindak pidana sedangkan usianya belum mencapai 8 (delapan) menurut Pasal 5 ayat (1), (2), dan (3) Undang-Undang Pengadilan Anak, dapat dibina oleh orang tua, wali, atau orang tua asuhnya atau diserahkan kepada Departemen Sosial setelah mendengar pertimbangan dari Pembimbing Kemasyarakatan.

Proses perkembangan anak terdiri dari beberapa fase pertumbuhan yang bisa digolongkan berdasarkan paralesitas perkembangan jasmani anak dengan perkembangan jiwa anak. Penggolongan tersebut, antara lain31:

a. Fase pertama adalah dimulainya pada usia anak 0 (nol) sampai dengan 7(tujuh) tahun yang bisa disebut sebagai masa anak kecil dan masa perkembangan kemampuan mental, perkembangan fungsi tubuh, kehidupan emosional, bahasa anak, masa kritis pertama tumbuhnya seksualitas awal pada anak,

b. Fase kedua adalah dimulai pada usia 7 (tujuh) sampai 14 (empat belas) tahun disebut sebagai masa kanak-kanak yang terdiri ats dua periode yaitu masa anak sekolah dasar dimana pola intelektual diawali dari keluarga, masyarakat, lingkungan sekolah, dan seterusnya, serta masa remaja (pra-pubertas) awal

31

(46)

atau pueral dimana pada periode ini terdapat kematangan fungsi jasmaniah ditandai dengan berkembangnya tenaga fisik yang melimpah-limpah yang menyebabkan tingkah laku anak kelihatan kasar, canggung, berandal, kurang sopan, dan liar. Sejalan dengan perkembangan fisik, perkembangan intelektual pun semakin berkembang sehingga minat pada pengetahuan dan pengalaman baru pada dunia luar sangat besar.

c. Fase ketiga adalah dimulai pada usia 14 (empat belas) sampai 21 (dua puluh satu) tahun, yang dinamakan masa remaja, dlaam arti sebenarnya yaitu fase pubertas dan adolescent, di mana terdapat masa penghubung dan masa peralihan dari anak menjadi dewasa. Perubahan besar yang dialami anak membawa pengaruh pada sikap dna tindakan yang lebih agresif pada anak.

Perlu dipahami bahwa anak harus dilindungi lebih khusus lagi terhadap ketidakadilan, kemiskinan, kebodohan, penyakit, pennyalahgunaan kekuasaan, penelantaran, percobaan, lingkungan hidup, pemenjaraan, nilai-nilai, hukum, eksploitasi seksual, kemakmuran, kemajuan, perlindungan yang berlebihan, kekejaman, dan kematian. Dalam kancah dunia Internasional pun isu tentang perlindungan hukum terhadap anak sangat ramai dibicarakan, karena diberbagai dokumen dan pertemuan internasional terlihat sering diadakan bahwa telah menjadi kebutuhan untuk melindungi anak diantaranya mencakup berbagai bidang atau aspek32, yaitu :

a. Perlindungan terhadap hak-hak asasi dan kebebasan anak b. Perlindungan anak dalam proses peradilan

32

(47)

c. Perlindungan kesejahteraan anak (dalam lingkungan keluarga, pendidikan dan lingkungan sosial)

d. Perlindungan anak dalam masalah penahanan dan perampasan kemerdekaan e. Perlindungan anak dari segala bentuk eksploitasi (perbudakan perdagangan

anak, prostitusi, pornografi, perdagangan atau penyalahgunaan obat-obatan, memperalat anak dalam melakukan kejahatan.

f. Perlindungan terhadap anak-anak jalanan

g. Perlindungan anak dari akibat-akibat peperangan atau konflik bersenjata h. Perlindungan anak terhadap tindakan kekerasan

Berdasarkan penjelasan di atas maka terlihat masalah perlindungan hukum bagi anak tidak hanya perlindungan hukum dalam proses peradilan, tetapi mencakup spektrum yang sangat luas. Oleh sebab tersebut diperlukan cara-cara yang ampuh untuk mengatasi dampak buruknya. Adapun macam-macam bentuk kegiatan perlindungan anak antara lain sebagai berikut33 :

a. mengusahakan perlakuan adil terhadap anak

b. mencegah pengambilan tindakan yang diskriminatif

c. mengusahakan kesejahteraan anak di dalam dan di luar lingkungan keluarga dan menganjurkan untuk melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu demi kepentingan anak

d. memberikan penyuluhan dan pembinaan untuk yang bersangkutan, mengenai perlindungan anak; pengembangan, penyertaan, dan pendampingan dalam melindungi diri sendiri, pengasuhan (asah,asih,dan asuh) anak terutama yang menyandang permasalahan mental, fisik, dan sosial

33

(48)

e. mengembangkan pendidikan formal maupun non formal yang bertujuan mendukung perlindungan anak

f. mengembangkan komunikasi antar anggota keluarga untuk mencegah pertentangan yang dapat menimbulkan korban antar anggota keluarga

g. membantu menanggulangi permasalahan yang dihadapi anak

h. pembinaan anak mempersiapkan kedewasaannya menghadapi tantangan hidup i. penyadaran dan pengembangan hak dan kewajiban anak agar tidak menjadi

korban mental, fisik dan sosial dikemudian hari

j. memberikan anak melakukan sesuatu dibawah pengawasan agar mendapat pengalaman yang diperlukan di masa yang akan datang juga permasyarakatan serata partisipasi sosial.

k. mengikut sertakan anak dalam beberapa kegiatan sosial, pengadaan sesuatu agar anak terlindungi diselamatkan dari sesuatu

l. pencegahan dari segala sesuatu yang dapat merugikan dan mengorbankan anak

m. pengawasan agar anak dapat bertumbuh kembang dengan baik (intern dan ekstern)

n. penjagaan terhadap gangguan dari dalam maupun luar dirinya o. memberikan imbalan yang positif, konstruktif atas kegiatan anak

p. pengadaan pengaturan dan jaminan hukum yang mengatur dan menjamin pelaksanaan perlindungan anak secara tuntas.

(49)

Setelah peraturan hukum jelas maka anak di Indonesia akan terjamin perlindungannya, oleh sebab itu hukum pidana dapat mengantisipasi segala bentuk pelanggaran maupun kejahatan terhadap anak.

Bab III Undang-Undang tentang Perlindungan Anak mengatur mengenai hak dan kewajiban anak. Hak anak diatur dalam ketentuan Pasal 4 sampai dengan Pasal 18 sedangkan kewajiban anak dicantumkan pada Pasal 19. Hak anak yang tercantum dalam Undang-Undang tentang Perlindungan Anak tersebut antara lain meliputi hak :

1. untuk dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi;

2. atas suatu nama sebagai identitas dan status kewarganegaraan;

3. untuk beribadah menurut agamanya, berpikir dan berkreasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya dalam bimbingan orang tua;

4. untuk mengetahui orang tuanya, dibesarkan dan diasuh oleh orang tuanya sendiri;

5. memperoleh pelayanan kesehatan dan jaminan sosial sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial;

6. memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasannya sesuai dengan minat dan bakatnya; 7. memperoleh pendidikan luar biasa, rehabilitasi, bantuan sosial dan

(50)

9. menyatakan dan didengar pendapatnya, menerima, mencari dan memberikan informasi sesuai dengan tingkat kecerdasan dan usianya demi pengembangan dirinya sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan;

10.untuk beristirahat dan memanfaatkan waktu luang, bergaul dengan anak yang sebaya, bermain, berekreasi dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat dan tingkat kecerdasannya demi pengembangan diri;

11.mendapat perlindungan dari perlakuan diskriminasi, eksploitasi (baik ekonomi maupun seksual), penelantaran, kekejaman, kekerasan, penganiayaan, ketidakadilan serta perlakuan salah lainnya;

12.untuk diasuh oleh orang tuanya sendiri kecuali jika ada alasan dan/atau aturan hukum yang sah menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak dan merupakan pertimbangan terakhir;

13.memperoleh perlindungan dari sasaran penganiayaan, penyiksaan atau penjatuhan hukuman yang tidak manusiawi;

14.memperoleh kebebasan sesuai dengan hukum;

15.mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatan yang dipisahkan dari orang dewasa, memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku, serta membela diri dan memperoleh keadilan di depan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum, bagi setiap anak yang dirampas kebebasannya;

(51)

17.mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya, bagi setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana.

D. Definisi Media Internet

Kemajuan teknologi informasi telah mengubah pandangan manusia tentang berbagai kegiatan yang selama ini hanya dimonopoli oleh aktivitas yang bersifat fisik belaka. Lahirnya internet mengubah bentuk komunikasi manusia dalam bergaul dan berbisnis dengan orang lain yang berada ribuan kilometer dari tempat di mana orang tersebut berada hanya dengan menekan tuts-tuts keyboard dan mouse komputer yang ada di hadapannya. Menurut segi penulisannya, internet memiliki 2 (dua) arti yaitu34:

a. internet ( huruf “i” kecil sebagai huruf awal ) adalah suatu jaringan komputer yang mana komputer-komputer terhubung dapat berkomunikasi walaupun perangkat keras dan perangkat lunaknya berlainan ( seringkali disebut internet working)

b. Internet ( huruf “I” besar sebagai huruf awal ) adalah jaringan dari sekumpulan jaringan ( networks to networks ) yang terdiri dari jutaan komputer yang dapat berkomunikasi satu sama lain dengan menggunakan suatu aturan komunikasi jaringan komputer ( protocol ) yang sama. Protocol yang digunakan tersebut adalah Transmission Control Protocol atau Internet Protocol ( TCP/IP ).

34

(52)

Kehadiran internet tidak disangkal lagi telah membawa revolusi pada cara manusia melakukan komunikasi. Melalui internet, kendala ruang atau jarak dalam berkomunikasi telah banyak diatasi. Dengan adanya internet, manusia dihadapkan pada sebuah kemungkinan yaitu komunikasi kemana saja dengan biaya murah dapat diselenggarakan. Namun kemudahan tekhnologi dalam informasi yang disajikan melalui media internet tidak jarang disalah pergunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk melakukan tindak pidana dalam dunia cyber seperti kasus eksploitasi seksual melalui media internet yang terjadi pada kasus diatas .

Pada Pasal 27 ayat 1 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, bahwa setiap orang dengan sengaja dan tanpa hak mendistribusikan dan atau mentransmisikan dan atau membuat dapat diaksesnya Informasi Elektronik dan atau dokumen elektronik yang memiliki muatan yang melanggar kesusilaan. Faktor–faktor penyebab laju perkembangan cyber crime cenderung mengalami peningkatan dari tahun ke tahun yaitu:35

1. Kesadaran hukum masyarakat. 2. Faktor keamanan.

3. Faktor penegak hukum.

Faktor penegak hukum sering menjadi penyebab maraknya kejahatan cyber. Hal ini dilatarbelakangi masih sedikitnya aparat penegak hukum yang memahami seluk beluk teknologi informasi, sehingga pada saat pelaku tindak pidana ditangkap,aparat penegak hukum kesulitan untuk menemukan alat bukti yang

35

(53)

dapat dipakai menjerat pelaku terlebih apabila kejahatan yang dilakukan memiliki sistem pengoperasian yang sangat rumit.

Kemajuan teknologi komputer, teknologi informasi dan teknolgi komunikasi menimbulkan suatu tindak pidana baru yang memiliki karakteristik yang berbeda dengan tindak pidana konvensional. Penyalahgunaan komputer sebagai salah satu dampak dari perkembangan tersebut tidak terlepas dari sifatnya yang khas sehingga membawa persoalan baru yang agak rumit untuk dipecahkan, berkenaan dengan masalah penanggulangannya.

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi melahirkan berbagai dampak, baik dampak positif maupun dampak yang negatif. Dampak positif merupakan hal yang diharapkan dapat bermanfaat bagi kemaslahatan kehidupan manusia di dunia, termasuk di negara Indonesia sebagai negara berkembang, yang mana hasil dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi ini dibuat dalam berbagai bentuk dan konsekuensinya sehingga dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

Dampak negatif yang timbul dari tindak pidana eksploitasi seksual terhadap anak melalui media internet melahirkan akibat hukum karena hal tersebut mengakibatkan kerusakan pada kehidupan manusia baik secara fisik maupun kehidupan mentalnya

(54)

eksploitasi seksual melalui media internet ini maka negara Indonesia menjadi salah satu negara terbesar yang melakukan kejahatan cybercrime .

Sistem pembuktian di era teknologi informasi saat ini menghadapi tantangan besar yang memerlukan penanganan serius, khususnya dalam kaitannya dengan upaya pemberantasan cybercrime. Hal ini muncul karena bagi sebagian pihak jenis alat bukti yang selama ini dipakai untuk menjerat pelaku tindak pidana tidak mampu lagi dipergunakan untuk menjerat pelaku kejahatan dunia maya.

Alat bukti cybercrime biasanya berupa komputer, laptop, atau alat elektronik lain yang dapat digunakan sebagai alat untuk melakukan kejahatan cyber. Alat bukti dalam kejahatan cyber eksploitasi seksual terhadap anak menjadi suatu kendala lain, karena pada saat pembuktian pada alat bukti tidak dapat digunakan karena dalam Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana tidak di atur mengenai alat bukti elektronik. Namun dengan adanya Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, maka alat bukti telah diatur undang-undang tersebut. Pada Pasal 5 ayat(1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dijelaskan bahwa informasi elektronik dan atau dokumen elektronik dan atau hasil cetaknya merupakan alat bukti yang sah. Oleh karena itu apabila terjadi kejahatan dalam dunia maya dapat segera dilakukan proses penyelidikan dan penyidikan sebagaimana yang terdapat dalam Pasal 44 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik mengenai alat bukti dalam proses penyelidikan, penyidikan dan dalam sidang pengadilan.

(55)

internet, maka pelaku telah memenuhi unsur subjektif dan unsur objektif yang terkandung dalam Pasal 27 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Mendistribusikan gambar anak yang dilakukan antara pelaku kepada anak dengan tujuan untuk dipasarkan pada pihak lain yang menginginkan kepuasan seksual terhadap anak, dan dengan mudah dapat di akses oleh pihak tersebut baik dalam negeri maupun luar negeri melalui media internet dengan tujuan seksual bagi konsumen dan tujuan ekonomi bagi pelaku. Maka hal tersebut telah memiliki muatan yang melanggar kesusilaan dalam bentuk informasi elektronik yang telah ditransmisikan melalui internet.

Pada Pasal 45 ayat (1) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang mengatur bahwa setiap orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 ayat (1), ayat (2), ayat (3) atau ayat (4) dipidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp.1.000.000.000,00 ( satu miliar rupiah ).

(56)

III. METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Masalah

Pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan masalah yuridis normatif dan pendekatan masalah yuridis empiris guna mendapatkan suatu hasil penelitian yang benar dan objektif.

1. Pendekatan yuridis Normatif

Pendekatan yang bersifat yuridis normatif adalah penelitian dengan data sekunder yang dilakukan dalam mencari data atau sumber yang bersifat teori yang berguna untuk memecahkan masalah melalui studi kepustakaan yang meliputi studi kepustakaan yang meliputi buku-buku, peraturan-peraturan, surat-surat keputusan dan dokumen resmi yang berhunungan dengan masalah yang diteliti.

2. Pendekatan yuridis Empiris

(57)

B. Sumber dan Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber pertama. Data primer diperoleh dari studi lapangan yang berkaitan dengan pokok penulisan, yang diperoleh melalui kegiatan wawancara langsung dengan informan atau narasumber.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan dengan mempelajari literatur-literatur hal-hal yang bersifat teoritis, pandangan-pandangan, konsep-konsep, doktrin serta karya ilmiah yang berkaitan dengan permasalahan.

Data sekunder dalam penulisan skripsi ini terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.

a. bahan hukum primer yaitu terdiri dari: 1. Undang-Undang Dasar 1945

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 jo Undang-Undang Nomor 73 Tahun 1958 Tentang Pemberlakuan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 3. UU No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.

4. UU No 11 Tahun 2008 Tentang Informasi Dan Trensaksi Elektronik

(58)

c. bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang merupakan bahan atau data pendukung yang memberiikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang berasal dari literatur, buku-buku, media massa serta data-data lainnya.

C. Penentuan Narasumber

Narasumber adalah orang memberi informasi yang kita inginkan. Kita dapat memberikan tanggapan terhadap informasi yang diberikan narasumber. Sebelum menanggapi penjelasan narasumber, sebaiknya pahami dahulu informasi yang telah di sampaikan oleh narasumber. Adapun cara mendapatkan informasi yang lengkap sebagai berikut: Membuat rangkuman berdasarkan informasi yang di dengar dari narasumber, Setelah memahami informasi dengan lengkap, kita dapat memberikan tanggapan kepada narasumber. Tanggapan tersebut dapat berupa pendapat maupun sanggahan.

Maka dalam penelitian ini narasumber yang dipilih adalah:

1. Penyidik pada Polisi Daerah Lampung : 2 orang 2.Akademisi bagian Hukum Pidana pada Fakulatas Hukum

Universitas Lampung : 2 orang +

Jumlah narasumber : 4orang

D. Prosedur Pengumpulan Data

1. Pengumpulan Data

Referensi

Dokumen terkait

így tehát a kárpátaljai magyarság nyelvének megőrzésében különö­ sen nagy felelősség hárul a szülőkre,3 akik gyermekük boldogulását szem előtt tartva

Penelitian tentang “Perlindungan Hukum Terhadap Benda Cagar Budaya Berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2010 Tentang Cagar Budaya (Studi Kasus : Pencurian

Adanya anoreksia, ciri khas urine adalah keruh, coklat berbau ( menyerupai teh.. atau minuman soda), volume urin menurun drastis, pucat, iritabilitas, letargis, anak

tenanting bagaimana caranya mempertahankan hotel lama dengan tetap mempertahankan kesan bangunan lama, namun tetap mampu bersaing, memiliki nilai jual yang lebih, memunculkan

Persaingan dalam industri mobil telah berkembang dengan sangat baik di Indonesia dengan Toyota disebut salah satu merek yang paling terkenal. Jenis mobil Toyota yang

Perseroan terbatas adalah persekutuan dua orang atau lebih untuk mendirikan suatu perusahaan yang modalnya akan diperoleh dari penjualan saham...

 Menyusun teks interaksi transaksional lisan dan tulis yang melibatkan tindakan memberi dan meminta informasi terkait keadaan/tindakan/kegiatan/ kejadian tanpa perlu

Onderzoek naar zelforganisatie zou dan ook niet primair de overheid moeten helpen om te gaan met burgers die zich sneller, meer en beter organiseren maar zou in de eerste