• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

INFLUENCE OF JOB SATISFACTION TOWARD WORK DISCIPLINE OF EMPLOYEES ON DEPARTMENT OF EDUCATION

PROVINCE LAMPUNG

By

MUTIARA TIKHA APRILIA

The research problem is still not optimal employee discipline in Education Department Lampung Province, namely the level of employee attendance is only 67.46% of the 100% target. Less optimal employee discipline allegedly influenced by the low job satisfaction. Formulation of the problem in this research is: "How much influence job satisfaction on employee discipline in Lampung Province Education Department?"

The purpose of this study was to determine and analyze the influence of the influence of job satisfaction on employee discipline in Lampung Provincial Education Department. The method used is the method of explanation.

(2)

satisfaction increased by 1 point then predicted to increase labor discipline 0861 points. This means that if an employee has a job satisfaction is high, it will affect the increasing work discipline. Likewise, if the employee does not have the self job satisfaction will decrease employee discipline.

(3)

ABSTRAK

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA

PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI LAMPUNG

Oleh

MUTIARA TIKHA APRILIA

NPM:

Masalah penelitian ini adalah masih kurang optimalnya disiplin kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, yaitu tingkat kehadiran pegawai hanya 67,46% dari 100% yang ditargetkan. Kurang optimalnya disiplin kerja pegawai diduga dipengaruhi oleh rendahnya kepuasan kerja pegawai. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: “Seberapa besar pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung?

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksplanasi.

(4)

kerja akan meningkat 0.861 point. Hal ini bermakna bahwa apabila pegawai memiliki kepuasan kerja yang tinggi maka akan berpengaruh pada semakin tingginya disiplin kerja pegawai. Demikian pula sebaliknya, apabila dalam diri pegawai tidak mempunyai kepuasan kerja maka akan menurunkan disiplin kerja pegawai.

(5)

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA

PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI LAMPUNG

Oleh

MUTIARA TIKHA APRILIA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA ILMU PEMERINTAHAN

Pada

Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

PENGARUH KEPUASAN KERJA TERHADAP DISIPLIN KERJA

PEGAWAI PADA DINAS PENDIDIKAN PROVINSI LAMPUNG

(Skripsi)

Oleh

MUTIARA TIKHA APRILIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Tingkat Kehadiran Pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung... 5

2. Definisi Operasional Variabel ... 33

3. Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi ... 40

4. Sarana Prasarana Dinas Pendidikan Provinsi Lampung ... 45

5. Komposisi SDM Menurut Strata Pendidikan ... 46

6. Pengujian Validitas Variabel Kepuasan Kerja ... 49

7. Pengujian Validitas Variabel Disiplin Kerja ... 50

8. Hasil Pengujian Reliabilitas ... 50

9. Karekteristik Jenis Kelamin Responden ... 51

10.Karekteristik Pendidikan Responden ... 52

11.Pernyataan 1 tentang Saudara Puas dengan Tunjangan Kerja yang ada Pada Saat Ini ... 53

12.Pernyataan 2 tentang Saudara Puas dengan Gaji/Upah yang Diterima Selama Bekerja... 54

13.Pernyataan 3 tentang Gaji/Upah yang Diterima Sesuai dengan Beban Kerja ... 55

14.Pernyataan 4 tentang Tingkat Keamanan dalam Bekerja Mampu Memberikan Kepuasan Terhadap Pegawai ... 56

15.Pernyataan 5 tentang Kenyamanan Kerja yang ada di Dinas Pendidikan Provinsi Lampung ... 56

16.Pernyataan 6 tentang Petugas Keamana di Lingkungan Kantor Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dapat Diandalkan ... 57

17.Pernyataan 7 tentang Pelimpahan Tugas dan Wewenang sudah Sesuai dengan Prosedur yang Ditetapkan ... 58

(8)

dengan Rapih ... 59 20.Pernyataan 10 tentang Hubungan Antara Pegawai Secara Internal ... 60 21.Pernyataan 11 tentang Rekan Kerja Dapat Dijadikan Partner

yang Positif ... 61 22.Pernyataan 12 tentang Pegawai Mampu Menciptakan Hubungan Kerja

yang Harmonis ... 61 23.Pernyataan 13 tentang Hubungan Kerja dengan Pimpinan Sudah Tercipta

Secara Harmonis ... 62 24.Pernyataan 14 tentang Kepuasan Terhadap Hubungan Kerja dengan

Pimpinan Saat ini ... 63 25.Pernyataan 15 tentang Pimpinan Mampu Merangkul Pegawai Tanpa

Membeda-Bedakan Status dan Jabatan ... 63 26.Pernyataan 1 tentang Pegawai Bekerja Sesuai dengan Jam Kerja ... 65 27.Pernyataan 2 tentang Pegawai Pulang Tepat pada Waktu yang Telah

Ditentukan ... 66 28.Pernyataan 3 tentang Pegawai Memakai Seragam dan Atribut Sesuai

Ketentuan ... 66 29.Pernyataan 4 tentang Pegawai Tidak Meninggalkan Jam Kerja untuk

Kepentingan Pribadi ... 67 30.Pernyataan 5 tentang Pegawai Melaksanakan Pekerjaan Sesuai dengan

Petunjuk Kerja ... 68 31.Pernyataan 6 tentang Pegawai Melaksanakan Pekerjaan yang

Diamanatkan oleh Pimpinan dengan Penuh Tanggungjawab ... 69 32.Pernyataan 7 tentang Pegawai Masuk Kerja Tepat Waktu yang Telah

Ditentukan ... 70 33.Pernyataan 8 tentang Pegawai Menaati Jam Kerja yang Telah

Ditentukan ... 70 34.Pernyataan 9 tentang Pegawai Mengerjakan/Menyelesaikan Pekerjaan

Hari Itu atau pada Jam Kerja ... 71 35.Pernyataan 10 tentang Pegawai Bekerja Sesuai dengan Pedoman

(9)

Menghadapi Kesulitan dalam Bekerja ... 72 37.Pernyataan 12 tentang Pegawai Menaati Seluruh Program Kerja dengan

Baik ... 73 38.Pernyataan 13 tentang Pegawai Merapikan Berkas Setelah Menyelesaikan

Pekerjaan ... 74 39.Pernyataan 14 tentang Pegawai Mampu Berkonsentrasi Ketika Jam

Kerja Telah Dimulai ... 75 40.Pernyataan 15 tentang Pegawai Tidak Meninggalkan Ruang Kerja Ketika

(10)
(11)
(12)
(13)

DAFTAR ISI

I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

A. Kepuasan Kerja ... 9

1. Definisi Kepuasan Kerja ... 9

2. Teori Kepuasan Kerja ... 12

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja ... 16

B. Disiplin Kerja ... 24

1. Definisi Disiplin Kerja ... 24

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja ... 28

C. Hipotesis ... 30

III METODE PENELITIAN ... 32

A. Tipe Penelitian ... 32

B. Definisi Operasional Variabel ... 32

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data... 34

D. Populasi dan Sampel ... 35

E. Pengolahan Data dan Analisisnya ... 36

IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 43

A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Provinsi Lampung ... 43

B. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Provinsi Lampung ... 44

C. Sarana Prasarana serta Komposisi Sumber Daya Manusia ... 45

(14)

V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen ... 49

1. Hasil Uji Validitas ... 49

2. Hasil Uji Reliabilitas... 50

B. Analisis Kualitatif ... 51

1. Deskripsi Responden ... 51

2. Deskripsi Data ... 50

C. Analisis Statistik ... 76

1. Analisis Korelasi ... 76

2. Analisis Regresi Linier Sederhana... 77

D. Pembahasan ... 79

VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 85

A. Simpulan ... 85

B. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA

(15)

MOTO

Selalu Belajar Untuk Lebih Baik

Nurbaiti

Dream Without Limit

Anis Septiana

IBU, Merupakan kata tersejuk yang diucapkan bibir-bibir manusia

Thomson Purba

Semua yang rill bersifat rasional dan semua yang rasional bersifat rill.

(16)

PERSEMBAHAN

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat,nikmat dan

kasih-Nya yang tiada pernah berhenti diberkan kepadaku selama ini.

Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Kupersembahkan karya ini sebagai tanda bukti dan cinta kasihku

kepada:

Ayah dan Ibu, yang telah membesarkan dan mendidikku dengan cinta

dan kasihnya. Selalu memberikan dukungan, nasihat, harapan yang

terbaik untuk diriku dan setiap saat namaku disebut dalam doanya

yang tidak pernah ada hentimya menyertaiku menuju kesuksesan.

Saudara dan sahabat ku yang terbaik

Terima kasih untuk semua warna dan suka duka kebersamaannya

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Mutiara Tikha Aprilia, dilahirkan

di Bandar Lampung pada tanggal 27 April 1993. Penulis

merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara yang merupakan anak

dari pasangan Bapak Khairul Alamsyah dan Ibu Nurbaiti

Jenjang akademis penulis diselesaikan dari Sekolah TK

Dharmawanita Bandar Lampung pada tahun 1998, Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02

Harapan Jaya, Sukarame Bandar Lampung pada tahun 2004, Sekolah Menengah

Pertama Negeri (SMPN) 21 Bandar Lampung pada tahun 2007, kemudian penulis

melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 10 Bandar

Lampung yang selesai tahun 2010. Selanjutnya pada tahun yang sama penulis terdaftar

sebagai mahasiswi Jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Lampung dan pada tahun 2011penulis beralih Jurusan dan terdaftar di Jurusan Ilmu

(18)

SANWACANA

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat

rahmat, karunia dan kasih sayang-Nya lah sehingga akhirnya penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini yang berjudul ”Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap

Disiplin Kerja Pegawai Pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung”. Penulis

menyadari banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi dalam proses

penulisan skripsi ini. Namun kesulitan yang ada dapat dihadapi dengan baik

berkat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu dengan segala

kerendahan hati, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih

yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Hi. Agus Hadiawan, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan

Ilmu Politik (FISIP) Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pemerintahan FISIP Universitas Lampung yang selalu memberikan motivasi

dan arahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Bapak Drs. R. Sigit Krisbintoro, M.IP selaku Sekretaris Jurusan Ilmu

Pemerintahan FISIPUniversitas yang telah memotivasi dan memberikan

nasihat kepada penulis selama menjadi mahasiswa.

4. Bapak Drs.Hi.Aman Toto Dwijono,M.H selaku pembimbing akademik yang

(19)

mahasiswi, terimakasih atas masukan, pengarahan, saran dan kritik yang telah

diberikan.

5. Bapak Drs. R.Sigit Krisbintoro M.IP selaku pembimbing utama, terimakasih

atas kesabaran dalam memberikan bimbingan, arahan serta motivasi kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi secara baik dan maksimal.

6. Bapak Drs. Denden Kurnia Drajat, M.Si selaku dosen pembahas, terimakasih

atas masukan, pengarahan, saran dan kritik yang dapat membangun dan

menjadi penyempurna untuk skripsi ini.

7. Bapak Drs. Hi.Aman Toto Dwijono,M.H selaku pembimbing akademik,

terima kasih telah membantu penulis dalam proses kuliah sehingga penulis

dapat menyelesaikan pendidikan sarjana strata 1 (satu).

8. Kepada seluruh Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan FISIP

Universitas Lampung yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terima

kasih yang setulus-tulusnya atas segala ilmu bermanfaat yang telah diberikan

kepada penulis.

9. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FISIP Universitas Lampung yang telah

membantu penulis.

10. Kepada seluruh Pegawai di Dinas Pendidikan Provinsi Lampung yang telah

memberikan bantuannya.

11. Kedua Orangtuaku, Ayahanda Khairul Alamsyah dan Ibunda Nurbaiti yang

telah membesarkan dan mendidik dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.

Terima kasih untuk cinta yang tidak terbatas apapun, kalianlah hidup dan

(20)

12. Kakak dan Adikku tersayang Intan Maycasari dan Putri Larasati terimakasih

atas segala nasihat, saran dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

13. Terima kasih kepada sahabat yang sudah menjadi seperti saudara, Anis

Septiana, Anggesti Irka Safitri, Annisa Rhafirna, Deo Vita Effendi, Riri

Rianiti, Riska Gustiani, Tiara Anggina Putri, Yusi Alvita, Mutiara Tikha, dan

Febria Nurdauci terima kasih untuk semua nasihat, saran, kritikan, motivasi,

semangat, dan bantuannya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Terima kasih kepada sahabat Almira Raina Marza, Yournety, Desta TM,

Citra Dwiyana, Raisha Bunga Surya.

Team Allwise, Merre,Ideng,Thomson,Wiski,Bege,Bece,Pane,Tomy,Ali,Ido

dan yang lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terimakasih telah

memberikan semangat, motivasi dan bantuannya dalam menyelesikan skripsi

ini.

15. Johannes Hendricko Thomson Purba, Terimakasih do’a, dukungan,

kesabaran, motivasi dan waktunya selama ini yang telah membantu dan

menemani dalam penulisan skripsi.

16. Teman-teman Ilmu Pemerintahan angkatan 2010 yang telah memberikan

semangat dan keceriaan.

17. Seluruh pihak yang telah banyak membantu dan mendo’akan, dalam upaya

menyelesaikan skripsi ini serta memotivasi penulis dalam menyelesaikan

skripsi.

Bandar Lampung,

Penulis

(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) memiliki peran penting dalam menentukan

keberhasilan dan pencapaian tujuan organisasi, dalam rangka pencapaian

tujuan tersebut, sumber daya selalu dituntut untuk mampu meningkatkan

produktivitas kerjanya demi kelangsungan dan peningkatan kinerja,

pendapatan dan keuntungan organisasi. Bila dalam suatu organisasi dengan

banyak pegawai yang mengalami gangguan produktivitas dan kesehatan, maka

organisasi dapat terganggu. Gangguan yang dimaksud meliputi beberapa hal,

di antaranya tidak ada gairah kerja pegawai yang dapat menyebabkan

produktivitas kerja menurun, sebagai akibat rutinitas yang terus menerus yang

berakibat pada kebosanan dan ketidakpuasan kerja.

Pegawai yang mengalami ketidakpuasan kerja akan merasa pekerjaannya

merupakan suatu beban yang harus dikerjakan. Keadaan terbeban mendasari

suatu keterpaksaan dalam bekerja, sehingga pekerjaan yang dikerjakan tidak

memberikan hasil maksimal, sesuai dengan harapan dan tujuan dari organisasi.

Untuk itu mengusahakan apa yang disebut kepuasan kerja pegawai adalah

(22)

2

Banyak faktor yang membuat pegawai merasa puas dalam bekerja,

diantaranya gaji, keamanan, kondisi kerja serta hubungan rekan kerja dan

atasan. Selain itu, pimpinan harus mampu merangsang motivasi pegawai agar

mempunyai semangat kerja yang tinggi dengan faktor motivator seperti

prestasi, pengakuan, tanggung jawab dan pengembangan kesempatan untuk

maju. Bila hal ini mendapat perhatian dari organisasi akan memberikan tingkat

kepuasan yang tinggi.

Menurut Robbins (2010: 149) kepuasan kerja karyawan akan berpengaruh

kepada kemangkiran karyawan. Ketidakpuasan kerja dapat berakibat pada

perasaan frustasi pada pekerja yang kemudian dapat memunculkan perilaku

agresif, atau sebaliknya mereka menarik diri dari interaksi dengan

lingkungannya. Bentuk penarikan diri itu misalnya ingin berhenti, sering

mangkir bekerja dan bentuk perilaku lain yang cenderung menghindar dari

aktivitas organisasi.

Berdasarkan pendapat di atas, terlihat bahwa karyawan yang tidak terpuaskan

memiliki peluang lebih besar untuk tidak masuk kerja sehingga berdampak

pada menurunnya disiplin kerja. Pekerja yang membolos mengakibatkan

tertundanya pekerjaan, sehingga perlu diadakannya lembur bagi pekerja lain.

Hal tersebut berarti perusahaan harus membayar biaya lembur. Jika seorang

pekerja berhenti, akan membuat organisasi harus mencari orang lain untuk

(23)

3

Menurut Purba (2002: 48), mengemukakan pendapatnya, bahwa: “disiplin

adalah sikap konsisten, sikap tanggung jawab dalam menjalankan tugas/

kewajiban. Sedangkan kerja adalah kegiatan yang berhubungan dengan tugas

pokok sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidup. Disiplin kerja adalah

ketaatanpekerja/karyawan terhadap tata aturan yang berlaku di tempat kerja”.

Mendengar kata PNS atau Pagawai Negeri Sipil bagi pengguna jasanya, dapat

dipastikan kesan pertamanya adalah identik dengan pelayanan yang lambat

dan disiplin yang rendah. Walaupun otonomi daerah telah dilaksanakan lebih

dari 13 tahun akan tetapi hal-hal tersebut di atas tetaplah menjadi hal yang

tidak kunjung terselesaikan. Pada satu sisi ini adalah sebuah tantangan akan

tetapi pada sisi yang lainnya ini merupakan sebuah dilema berkepanjangan.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah sebagai

acuan bagi penyelenggaraan Pemerintahan di Daerah tidak memberikan

batasan yang tegas tentang fungsi dan peranan PNS Pemda seutuhnya, bahkan

dalam undang-undang ini tidak sedikitpun terdapat acuan secara umum

mengenai standar kinerja serta beban kerja per unit kerja atau dinas di

lingkungan pemerintah daerah. Akibatnya pembagian kerja tidak terdistribusi

dengan baik dan menyebabkan banyak terjadi over load pekerjaan bagi

seorang pegawai di lingkungan Pemerintah Daerah akan tetapi di lain pihak

ada pegawai yang tidak mendapatkan pekerjaan, hal inilah yang kemudian

salah satu penyebab pegawai tersebut tidak disiplin dan keluar kantor pada

(24)

4

Berdasarkan hasil pra-riset yang penulis lakukan, terlihat bahwa tingkat

kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung masih

rendah, hal ini ditandai dengan belum terpenuhinya produktivitas kerja

pegawai, tingkat absensi pegawai masih cukup tinggi, banyaknya pegawai

yang mangkir dalam bekerja, serta hubungan kerja antara pimpinan dan

pegawai kurang harmonis. Munculnya berbagai indikasi ketidakpuasan

pegawai ini sering dihubungkan dengan ketidakdisiplinan pegawai baik datang

maupun pulang kantor. Selain itu, sikap pimpinan yang kurang

memperhatikan kondisi dan situasi pekerjaan, serta tidak melibatkan

partisipasi pegawai dalam memberikan masukan untuk mengoptimalkan

penyelesaian pekerjaan berdampak pada kemangkiran kerja.

Berdasarkan hasil pra-riset di Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, pegawai

terlihat masih sering datang terlambat dan tidak sesuai dengan aturan yang

telah ditetapkan. Selain itu, tingkat absensi pada Dinas Pendidikan Provinsi

Lampung tergolong masih cukup tinggi walaupun sudah diberlakukan aturan

mengenai disiplin pegawai negeri sipil berdasarkan Peraturan Pemerintah

Nomor 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Walaupun tidak

semua pegawai datang terlambat dan masih dalam batas kewajaran, akan

tetapi apabila hal ini terus-menerus dibiarkan maka akan berdampak pada

ketepatan waktu penyelesaian pekerjaan.

Tingkat kehadiran pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dengan

(25)

5

tidak tepat waktu. Pegawai yang terlambat masuk kerja sebesar 18,58% dan

sangat terlambat sebesar 13,96%. Tingkat kehadiran pegawai tersebut seperti

disajikan dalam Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. Tingkat Kehadiran Pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung

Bulan Tingkat Kehadiran Pegawai Jumlah Pegawai Tepat Waktu Terlambat Sangat Terlambat

Januari 216 96 76 388 Februari 247 86 55 388 Maret 238 113 37 388 April 274 75 39 388

Mei 295 45 48 388

Juni 245 78 65 388 Juli 227 87 74 388 Agustus 213 70 105 388 September 246 64 78 388 Oktober 270 82 36 388 Nopember 316 53 19 388 Desember 354 16 18 388

Total 3141 865 650

Rata-rata 261,75 72,08 54,17 Persentase 67,46% 18,58% 13,96%

Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Lampung, 2014

Sebagai gambaran mengenai tingkat disiplin pegawai negeri sipil dapat dilihat

dari hasil sidak yang dilakukan oleh Kepala Satuan Pol Pamong Praja Provinsi

Lampung sebagaimana dilansir oleh Kompas pada tanggal 1 September 2014,

bahwa:

PNS lingkungan Pemprov Lampung sempat dibuat deg-degan dengan sidak

yang dipimpin langsung oleh Kepala Satuan Pol Pamong Praja Gulivart. Sidak

dilakukan sekitar pukul 09.00 WIB yang dimulai di ruang biro-biro gedung

Pemprov Lampung termasuk juga di ruang Diskominfo (Dinas Komunikasi

(26)

6

yang menjadi staf DPRD. Ditemui usai sidak, Gulivart mengatakan sidak ini

sebagai langkah penertiban PNS Pemprov Lampung terkait masalah

kedisplinan kerja. Dalam sidak kemarin dirinya mengaku displin PNS dalam

bekerja belum baik, buktinya kemarin ditemukan adanya PNS yang tidak

masuk kerja tanpa disertai surat keterangan. Ke depan, Gulivart

menambahkan, sanksi akan diberikan kepada PNS provinsi yang melanggar

tata tertib. Sedangkan untuk saat ini sifatnya hanya pembinaan dan masih

ditekankan berupa teguran. ”Jika pelanggaran sudah dilakukan beberapa kali

maka hukuman penertiban akan dijatuhkan pada PNS yang bersangkutan”,

pungkasnya.

Fenomena kedisiplinan kerja pegawai di Provinsi Lampung juga diperparah

pada akhir pekan terlebih masih adanya istilah ”hari kejepit nasional”.

Meskipun sudah diiming-imingi tunjangan kerja, tingkat kedisiplinan PNS di

lingkungan Pemerintah Provinsi (Pemporv) Lampung masih rendah. Buktinya,

Jumat, 2 Januari 2014, pukul.10.30, salah satu ruangan di lingkungan Pemprov

Lampung minim pegawai. Ketika dimintai keterangan, Amrozie menjelaskan,

beberapa pegawai sedang keluar untuk membeli makanan karena kantin yang

ada di sekitar Pemprov tutup. Selain itu, ada dua orang yang mengirim surat

izin tidak masuk kerja. “Dua orang yang izin ini ada suratnya,” kata Amrozie

sambil menunjukkan dua carik kertas surat izin. Berdasarkan absensi yang

ditunjukkan Amrozie, dari 13 pegawai Biro Perlengkapan dan Aset Daerah

(27)

7

Sebanyak 2 orang ada keterangan izin, dan 4 tanpa keterangan.

(http://www.duajurai.com/ruwajurai/hari-kejepit-nasional-pns-pemprov-lampung-banyak-yang-tidak-masuk/)

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian yang berjudul “Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Disiplin

Kerja Pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi Lampung”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang

diajukan dalam penelitian ini adalah : “Seberapa besar pengaruh kepuasan

kerja terhadap disiplin kerja pegawai pada Dinas Pendidikan Provinsi

Lampung?”.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui dan

menganalisis pengaruh kepuasan kerja terhadap disiplin kerja pegawai pada

Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :

1. Secara akademisi, hasil penelitian ini untuk pengembangan daya nalar dan

(28)

8

ilmu pemerintahan guna mendapatkan data secara obyektif melalui metode

ilmiah.

2. Secara praktis, hasil penulisan ini diharapkan dapat digunakan sebagai

sumbang pemikiran bagi Pemerintah Daerah Provinsi Lampung,

khususnya Dinas Pendidikan Provinsi Lampung untuk meningkatkan

kepuasan kerja pegawai, sehingga akan mampu meminimalisir absensi

pegawai.

3. Sebagai salah satu bahan acuan atau referensi penelitian lebih lanjut bagi

pengembangan ide para peneliti dalam melakukan penelitian dengan tema

(29)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kepuasan Kerja

1. Definisi Kepuasan Kerja

Setiap orang yang bekerja mengharapkan untuk memperoleh kepuasan

dari tempatnya bekerja. Pada dasarnya kepuasan kerja merupakan hal yang

bersifat individual karena setiap individu akan memiliki tingkat kepuasan

yang berbeda-beda sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku dalam diri setiap

individu. Semakin banyak aspek dalam pekerjaan yang sesuai dengan

keinginan individu, maka semakin tinggi tingkat kepuasan yang dirasakan.

Menurut Kreitner dan Kinicki (2001: 271) kepuasan kerja adalah “suatu

efektifitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan”.

Menurut Robbins (2003:78) kepuasan kerja adalah “sikap umum terhadap

pekerjaan seseorang yang menunjukkan perbedaan antara jumlah

penghargaan yang diterima pekerja dan jumlah yang mereka yakini

(30)

10

Menurut Luthan (2006: 230) mengemukakan bahwa : “Kepuasan kerja

adalah keadaan emosi yang menyenangkan atau positif yang merupakan

hasil dari prestasi kerja atau pengalaman”. Menurut Siagian (2001: 295)

mengemukakan bahwa : “Kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang

seseorang baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif tentang

pekerjaannya”. Menurut Mathis dan Jackson (2001: 98) mengemukakan

bahwa : “Kepuasan kerja adalah keadaan emosi yang positif dari

mengevaluasi pengalaman kerja seseorang”.

Kepuasan kerja merupakan respon afektif atau emosional terhadap

berbagai segi atau aspek pekerjaan seseorang sehingga kepuasan kerja

bukan merupakan konsep tunggal. Seseorang dapat relatif puas dengan

salah satu aspek pekerjaan dan tidak puas dengan satu atau lebih aspek

lainnya. Kepuasan Kerja merupakan sikap (positif) tenaga kerja terhadap

pekerjaannya, yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi kerja.

Penilaian tersebut dapat dilakukan terhadap salah satu pekerjaannya,

penilaian dilakukan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu

nilai-nilai penting dalam pekerjaan. Pegawai yang puas lebih menyukai

situasi kerjanya daripada tidak menyukainya.

Perasaan-perasaan yang berhubungan dengan kepuasan dan ketidakpuasan

kerja cenderung mencerminkan penaksiran dari tenaga kerja tentang

pengalaman-pengalaman kerja pada waktu sekarang dan lampau daripada

(31)

11

terdapat dua unsur penting dalam kepuasan kerja, yaitu nilai-nilai

pekerjaan dan kebutuhan-kebutuhan dasar.

Nilai-nilai pekerjaan merupakan tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam

melakukan tugas pekerjaan. Yang ingin dicapai ialah nilai-nilai pekerjaan

yang dianggap penting oleh individu. Dikatakan selanjutnya bahwa

nilai-nilai pekerjaan harus sesuai atau membantu pemenuhan

kebutuhan-kebutuhan dasar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepuasan

kerja merupakan hasil dari tenaga kerja yang berkaitan dengan motivasi

kerja.

Kepuasan kerja secara keseluruhan bagi seorang individu adalah jumlah

dari kepuasan kerja (dari setiap aspek pekerjaan) dikalikan dengan derajat

pentingnya aspek pekerjaan bagi individu. Seorang individu akan merasa

puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya merupakan sesuatu yang

bersifat pribadi, yaitu tergantung bagaimana ia mempersepsikan adanya

kesesuaian atau pertentangan antara keinginan-keinginannya dengan hasil

keluarannya (yang didapatnya). Sehingga dapat disimpulkan pengertian

kepuasan kerja adalah sikap yang positif dari tenaga kerja meliputi

perasaan dan tingkah laku terhadap pekerjaannya melalui penilaian salah

satu pekerjaan sebagai rasa menghargai dalam mencapai salah satu

(32)

12

2. Teori Kepuasan Kerja

Teori Hasibuan (2002 : 203) yaitu :“Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat

kedisiplinan kerja baik. Sebaliknya jika kepuasan kerja kurang tercapai

dari pekerjaannya maka kedisiplinan pegawairendah”.

Teori kepuasan kerja mencoba mengungkapkan apa yang membuat

sebagian orang lebih puas terhadap suatu pekerjaan daripada beberapa

lainnya. Teori ini juga mencari landasan tentang proses perasaan orang

(33)

13

a. Two Factor Theory

Teori ini menganjurkan bahwa kepuasan dan ketidakpuasan

merupakan bagian dari kelompok variabel yang berbeda yaitu

motivators dan hygiene factors. Ketidakpuasan dihubungkan dengan

kondisi di sekitar pekerjaan (seperti kondisi kerja, gaji, keamanan,

kualitas pengawasan dan hubungan dengan orang lain) dan bukan

dengan pekerjaan itu sendiri. Karena faktor mencegah reaksi negatif

dinamakan sebagaihygieneataumaintainance factors.

Sebaliknya kepuasan ditarik dari faktor yang terkait dengan pekerjaan

itu sendiri atau hasil langsung daripadanya seperti sifat pekerjaan,

prestasi dalam pekerjaan, peluang promosi dan kesempatan untuk

pengembangan diri dan pengakuan. Karena faktor ini berkaitan dengan

tingkat kepuasan kerja tinggi dinamakanmotivators.

Frederick Herzberg dalam Luthans (2006: 283) mengemukakan Teori

Dua Faktor yaitu faktor motivator dan faktor hygiene. Faktor motivator

berhubungan dengan aspek-aspek yang terkandung dalam pekerjaan itu

sendiri (job content) atau disebut juga sebagai aspek intrinsik dalam

pekerjaan sedangkan faktorhygiene yaitu faktor yang berada di sekitar

pelaksanaan pekerjaan, berhubungan dengan job context atau aspek

(34)

14

b. Value Theory

Menurut teori ini kepuasan kerja terjadi pada tingkatan dimana hasil

pekerjaan diterima individu seperti diharapkan. Semakin banyak orang

menerima hasil, akan semakin puas dan sebaliknya. Kunci menuju

kepuasan pada teori ini adalah perbedaan antara aspek pekerjaan yang

dimiliki dengan yang diinginkan seseorang. Semakin besar perbedaan,

semakin rendah kepuasan orang.

c. Teori Keseimbangan

Teori ini dikembangkan oleh Adam (dalam Sunarto, 2003: 78).

Adapun komponen dari teori ini adalah input, outcome, comparison

person, dan equity-in-equity.

Sunarto (2003: 78) mengemukakan bahwa, input adalah semua nilai

yang diterima pegawai yang dapat menunjang pelaksanaan kerja.

Misalnya, pendidikan, pengalaman, skill, usaha, peralatan pribadi,

jumlah jam kerja. Outcome adalah semua nilai yang diperoleh dan

dirasakan pegawai. Misalnya upah, keuntungan tambahan, status

simbol, pengenalan kembali (recognition). Kesempatan untuk

berprestasi atau mengekpresikan diri. Sedangkan comparison person

adalah seorang pegawai dalam organisasi yang sama, seorang pegawai

dalam organisasi yang berbeda atau dirinya sendiri dalam pekerjaan

sebelumnya.

Menurut teori ini, puas atau tidaknya pegawai merupakan hasil dari

(35)

15

input-outcome pegawai lain (comparison person). Jadi, jika

perbandingan tersebut dirasakan seimbang (equity) maka pegawai

tersebut akan merasa puas. Tetapi, apabila terjadi tidak seimbang

(inequity) dapat menyebabkan dua kemungkinan, yaitu over

compensation inequity (ketidakseimbangan yang menguntungkan

dirinya) dan sebaliknya, under compensation inequity

(ketidakseimbangan yang menguntungkan pegawai lain yang menjadi

pembanding ataucomparison person).

Berdasarkan uraian mengenai teori kepuasan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa kepuasan kerja merupakan sebuah ungkapan perasaan

yang dirasakan oleh pegawai terhadap apa yang telah dicapai (dari ruang

lingkup pekerjaan) maupun hal yang mampu mendorong tercapainya

pekerjaan itu sendiri (di luar ruang lingkup pekerjaan). Di sisi lain,

kepuasan kerja dapat dilihat dari usaha pegawai dalam membuat

perbandingan mengenai pekerjaan yang telah dihasilkannya dengan

(36)

16

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

Menurut Kreitner dan Kinicki (2001: 225), terdapat ada lima faktor yang

mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu:

a. Pemenuhan kebutuhan(Need fulfillment)

Kepuasan ditentukan oleh tingkatan karakteristik pekerjaan

memberikan kesempatan individu untuk memenuhi kebutuhannya.

b. Perbedaan(Discrepancies)

Kepuasan merupakan suatu hasil memenuhi harapan. Pemenuhan

harapan mencerminkan perbedaan antara apa yang diharapkan dan apa

yang diperoleh individu dari pekerjaannya. Bila harapan lebih besar

dari apa yang diterima, orang akan tidak puas. Sebaliknya individu

akan puas bila menerima manfaat di atas harapan.

c. Pencapaian nilai(Value attainment)

Kepuasan merupakan hasil dari persepsi pekerjaan memberikan

pemenuhan nilai kerja individual yang penting.

d. Keadilan(Equity)

Kepuasan merupakan fungsi dari seberapa adil individu diperlakukan

di tempat kerja.

e. Komponen genetik(Genetic components)

Kepuasan kerja merupakan fungsi sifat pribadi dan faktor genetik. Hal

ini menyiratkan perbedaan sifat individu mempunyai arti penting untuk

menjelaskan kepuasan kerja disampng karakteristik lingkungan

(37)

17

Menurut Robbins (2010: 149) faktor-faktor yang mempengaruhi atau

menentukan kepuasan kerja adalah :

a. Kerja yang secara mental menantang

Pegawai cenderung lebih menyukai pekerjaan-pekerjaan yang

memberi mereka kesempatan untuk menggunakan keterampilan dan

kemampuan mereka dan menawarkan beragam tugas, kebebasan dan

umpan balik mengenai hasilnya. Karakteristik ini membuat kerja

secara mental menantang. Pekerjaan yang sangat kurang menantang

dapat menciptakan rasa frustasi dan kegagalan. Kebanyakan pekerja

akan merasa puas pada kondisi tantangan yang sedang.

b. Ganjaran yang pantas

Pekerja menginginkan sistem upah dan kebijakan promosi yang

bersifat adil, tidak bermakna ganda, dan sejalan dengan harapan

mereka. Upah dapat menghasilkan kepuasan jika didasarkan pada

tuntutan pekerjaan, tingkat keterampilan individu, dan standar

pengupahan secara umum. Pekerja berusaha mendapatkan kebijakan

dan praktek promosi yang adil, memberikan kesempatan untuk

pertumbuhan pribadi, tanggung jawab yang lebih banyak, dan status

sosial yang meningkat. Pekerja akan merasa puas jika keputusan

promosi dibuat secara adil. Kepuasan kerja bersifat dinamis, artinya

perasaan puas akan berubah-ubah sesuai dengan kondisi yang dialami

(38)

18

Kepuasan kerja secara khusus mengacu kepada sikap seorang

pegawai. Misalnya karena kenaikan pangkat atau gaji yang

diperolehnya. Kepuasan kerja dapat pula menggambarkan sikap

secara keseluruhan atau mengacu kepada bagian dari pekerjaan

(39)

19

c. Kondisi kerja yang mendukung

Setiap individu yang masuk kesuatu lingkungan kerja membawa

kebutuhan yang ingin dipenuhinya. Kebutuhan itu kemudian menjadi

pendorong baginya untuk berusaha mencapai tujuan. Apabila

kebutuhan yang diharapkan dari pekerjaan terpenuhi ia akan merasa

puas. Jika kebutuhan itu tidak terpenuhi, ia akan mengalami

ketidakpuasan. Kepuasan mempunyai arti penting bagi pegawai dan

perusahaan, terutama karena mencipakan keadaan positif

dilingkungan pekerjaan.

Pekerja peduli akan lingkungan kerja untuk kenyamanan pribadi

maupun kemudahan dalam bekerja. Studi yang banyak dilakukan

menunjukan bahwa pekerja menyukai lingkungan sekitar fisik yang

tidak berbahaya atau merepotkan. Pekerja juga menyukai tempat

bekerja yang dekat dengan tempat tinggalnya, fasilitas yang bersih

dan relatif modern, dan dengan peralatan yang memadai.

d. Rekan kerja yang mendukung

Rekan kerja yang ramah menghantar kekepuasan kerja yang

meningkat termasuk pula penyelia yang bersikap ramah dan

menawarkan pujian untuk kinerja yang baik dapat meningkatkan

kepuasan kerja. Untuk sebagian pekerja, kerja juga mengisi akan

kebutuhan interaksi sosial dan bukan sekadar uang atau prestasi dari

(40)

20

membantu pekerja merasa puas. Disamping itu, perilaku atasan juga

merupakan faktor determinan dari kepuasan kerja.

e. Kesesuaian kepribadian pekerjaan

Kecocokan yang tinggi antara kepribadian sesorang pegawai dan

okupasi akan menghasilkan seseorang individu terpuaskan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Robbins (2010: 147), yang menyatakan bahwa

pegawai yang terpuaskan akan lebih produktif daripada pegawai yang

tidak terpuaskan. Masih menurut Robbins (2010: 149-150), kepuasan

kerja pegawai akan berpengaruh kepada tiga aspek berikut :

1) Produktivitas pegawai: bekerja adalah suatu jawaban atas

pertanyaan tentang bagaimana cara memenuhi kebutuhan atau

kepuasan. Dalam suatu situasi, bila kebutuhan sudah terpenuhi,

maka penilaian individu bergeser kearah perasaan puas. Kepuasan

kerja bersifat individual, yakni hasil pengukuran kepuasan kerja

berbeda pada setiap pekerja. Situasi ketidakpuasan dalam bekerja

akan berpengaruh pada diri pekerja, baik hasil fisik maupun

psikis, sehingga berdampak pada menurunnya produktivitas kerja.

Korelasi kepuasan kerja dengan kinerja lebih awal pada pegawai

tingkat tinggi, jadi hubungan lebih relevan untuk

individu-individu dalam posisi professional, penyelia, dan manajerial.

2) Kemangkiran pegawai: ketidakpuasan kerja dapat berakibat pada

perasaan frustasi pada pekerja yang kemudian dapat

(41)

21

diri dari interaksi dengan lingkungannya. Bentuk penarikan diri

itu misalnya ingin berhenti, sering mangkir bekerja dan bentuk

perilaku lain yang cenderung menghindar dari aktivitas

organisasi. Pegawai yang tidak terpuaskan memiliki peluang lebih

besar untuk tidak masuk kerja. Pekerja yang membolos

mengakibatkan tertundanya pekerjaan, sehingga perlu

diadakannya lembur bagi pekerja lain. Hal tersebut berarti

perusahaan harus membayar biaya lembur. Jika seorang pekerja

berhenti, akan membuat organisasi harus mencari orang lain

untuk menggantikan posisi yang ditinggalkan.

3) Perputaran pegawai: Pegawai yang tidak terpuaskan, secara

umum memiliki kemungkinan paling besar untuk keluar dari

organisasi.

f. Disposisi genetik individual

Disposisi seseorang terhadap hidup positif atau negatif ditentukan oleh

genetiknya, bertahan sepanjang waktu, dan dibawa serta kedalam

disposisinya terhadap kerja.

Menurut Mangkunegara (2004: 120) ada dua faktor yang mempengaruhi

kepuasan kerja yaitu :

a. Faktor yang ada pada diri pegawai yaitu : kecerdasan (IQ), kecakapan

khusus, umur, jenis kelamin, kondisi fisik, pendidikan, pengalaman

(42)

22

b. Faktor pekerjaan yaitu : jenis pekerjaan, struktur organisasi, pangkat

(golongan), kedudukan, mutu pengawasan, jaminan finansial,

kesempatan, promosi jabatan, interaksi sosial dan hubungan kerja.

Menurut Siagian (2010: 295) faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan

kerja adalah :

a. Prestasi

Terdapat korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan prestasi kerja

artinya menjadikan kepuasan kerja untuk memacu prestasi kerja yang

lebih baik meskipun hal itu tidak mudah.

b. Kemangkiran

Terdapat korelasi kuat antara kepuasan kerja dengan tingkat

kemangkiran artinya pegawai yang tinggi tingkat kepuasan kerjanya

akan rendah tingkat kemangkirannya.

c. Keinginan Pindah

Tidak dapat disangkal bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya

keinginan untuk pindah adalah ketidakpuasan pada tempat kerja.

Ukuran sebabnya bisa beraneka ragam seperti penghasilan yang

rendah, kondisi kerja yang kurang memuaskan, hubungan yang tidak

baik dengan atasan maupun dengan rekan kerja dan berbagai faktor

lainnya.

d. Usia

Terdapat korelasi antara kepuasan kerja dengan usia seseorang

(43)

23

lanjut tingkat usia pegawai tingkat kepuasan kerja pun biasanya

semakin tinggi.

e. Tingkat Jabatan

Literatur ini memberi petunjuk bahwa semakin tinggi kedudukan

seseorang dalam organisasi pada umumnya tingkat kepuasannya pun

cenderung tinggi pula.

f. Besar Kecilnya Organisasi

Telah dimaklumi bahwa berkarya digunakan oleh manusia tidak hanya

untuk memuaskan kebutuhan material akan tetapi juga untuk

memenuhi berbagai kebutuhan lainnya yang bersifat mental, psikologi,

sosial dan spiritual.

Berdasarkan pendapat di atas, disimpulkan bahwa kepuasan kerja dapat

terjadi melalui beberapa faktor :

a. Faktor psikologi merupakan faktor yang berhubungan dengan

kejiwaan pegawai meliputi minat, ketentraman dalam bekerja, sikap

terhadap kerja, bakat dan keterampilan.

b. Faktor sosial merupakan faktor yang berhubungan dengan interaksi

sosial yang baik antara sesama pegawai dengan atasanya maupun

pegawai yang berbeda jenis pekerjaanya.

c. Faktor fisik merupakan faktor yang berhubungan dengan kondisi fisik

lingkungan kerja dengan waktu istirahat, perlengkapan kerja, keadaan

ruang, suhu, penerangan, pertukaran udara, kondisi kesehatan pegawai

(44)

24

B. Disiplin Kerja

1. Definisi Disiplin Kerja

Instansi pemerintahan maupun swasta pada dasarnya menginginkan

disiplin kerja yang tinggi dari setiap pegawai atau karyawan, karena

dengan disiplin kerja yang tinggi maka diharapkan tercapainya tujuan

dalam visi dan misi suatu organisasi. Menurut Hasibuan (2007: 190),

disiplin adalah “kesadaran dan kesediaan seseorang mentaati semua

peraturan perusahaan dan norma-norma sosial yang berlaku”. Sedangkan

menurut Handoko (2001:208), disiplin adalah “kegiatan manajemen untuk

menjalankan standar-standar organisasional”.

Kedisiplinan adalah “keadaan sikap seseorang yang tanggap, taat dan

mengerti akan kewajiban-kewajiban serta tugas yang menjadi tanggung

jawabnya”. (Nawawi dan Hadari, 2005: 124). Dalam kaitannya dengan

pegawai suatu perusahaan, maka kedisiplinan bagi mereka mutlak harus

diwujudkan karena pekerjaan yang dilakukan berhubungan dengan

kualitas produk, pelayanan dan merupakan usaha memenuhi kepuasan

konsumen. Sehubungan dengan ini Muhajir (2002: 13) mengemukakan

bahwa kedisiplinan pegawai dapat dicerminkan oleh beberapa indikasi,

antara lain:

a. Hadir di tempat kerja (kantor) tepat pada waktunya.

b. Mengisi daftar hadir.

(45)

25

d. Dalam bekerja mengacu pada kualitas pekerjaan yang dilakukan.

Menurut Purba (2002:48), mengemukakan pendapatnya, bahwa: “disiplin

adalah sikap konsisten, sikap tanggung jawab dalam menjalankan tugas

atau kewajiban. Sedangkan kerja adalah kegiatan yang berhubungan

dengan tugas pokok sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Disiplin kerja adalah ketaatan pekerja atau pegawai terhadap tata aturan

yang berlaku di tempat kerja”. Keadaan sikap disiplin pada seseorang

pekerja atau pegawai, dapat dilihat dari beberapa segi, antara lain:

a. Bekerja sesuai jam kerja yang ditetapkan.

Tidak jarang terjadi pada perusahaan-perusahaan yang berskala kecil,

pengawasan kurang menjadi perhatian dari pihak pimpinan, sehingga

kurang menjadi pelanggaran penggunaan jam kerja. Jika tanpa adanya

pengawasan atau kontrol dari pihak atasan, maka besar kemungkinan

akan mendatangkan kerugian bagi perusahaan. Proses kerja dalam

suatu organisasi atau perusahaan yang telah menjalankan jam kerja

secara formal, maka waktu kerja telah ditetapkan, baik waktu memulai

atau menyelesaikan pekerjaan. Oleh karena itu ketepatan pegawai

dalam kehadirannya di tempat kerja merupakan unsur penting, apakah

proses kerja itu mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan atau

sebaliknya.

b. Melaksanakan program kerja dengan baik.

Baik dalam organisasi atau perusahaan yang telah memiliki struktur

(46)

26

jelas. Masing-masing bagian bekerja dengan petunjuk atau prosedur

kerja yang telah ditetapkan. Dalam hal ini pegawai atau bawahan harus

bekerja sesuai dengan prosedur sehingga target-target yang

direncanakan oleh perusahaan dapat dicapai dengan baik.

c. Mentaati tata aturan yang berlaku di tempat kerja.

Pada setiap organisasi kerja baik dalam instansi pemerintah atau

swasta, telah jelas diterapkan norma-norma kerja untuk mencapai

tujuan yang diinginkan. Demikian halnya pada suatu perusahaan, tentu

di dalamnya terdapat sejumlah tata aturan yang dibuat untuk mencapai

tujuan yang dimaksud.

Berdasarkan pendapat di atas, dapat diketahui bahwa dalam menegakkan

disiplin kerja, maka tidak cukup dengan ancaman-ancaman saja, tetapi

untuk menegakkan disiplin kerja perlu bimbingan yaitu tingkat

kesejahteraan yang cukup dan termasuk di dalamnya perilaku pimpinan

yang dapat diterima dengan baik oleh setiap pegawai. Untuk lebih

mengefektifkan peraturan yang dikeluarkan dalam rangka menegakkan

disiplin kerja perlu adanya teladan pimpinan, karena teladan pimpinan

mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam menegakkan disiplin kerja,

sebab pimpinan merupakan sebagai panutan dan mendapat sorotan paling

besar dari para bawahannya. Dengan demikian apabila perusahaan ingin

menegakkan disiplin kerja kepada para bawahannya, hendaknya

diusahakan agar pimpinan datang tepat pada waktunya, terutama

(47)

27

Dengan teladan yang demikian, maka diharapkan pegawai akan dapat

lebih disiplin, bukan sekadar takut akan hukuman akan tetapi karena segan

atau sungkan kepada atasannya yang selalu datang tepat waktu.

Pasaribu (2002:49), mengemukakan pendapatnya bahwa:“sikap disiplin

dalam diri seseorang mempunyai peran positif dalam menghadapi suatu

tugas atau pekerjaannya. Dengan sikap disiplin ini seseorang akan

mencurahkan perhatiannya terhadap apa yang dihadapi, baik dalam

pengawasan maupun tidak dalam pengawasan”.

Kemudian Sudjana (2001:71) mengemukakan pendapatnya bahwa:

“budaya disiplin harus ditanamkan kepada semua masyarakat Indonesia,

misalnya seorang pegawai harus disiplin dan konsisten dengan tujuannya,

pimpinan harus disiplin dalam mengatur bawahan, demikian pula dengan

unsur-unsur masyarakat lainnya dengan tugas-tugas yang berbeda. Usaha

membentuk bangsa yang sukses dapat dicapai melalui kedisiplinan yang

telah tertanam dalam diri seseorang dan berperan besar dalam menjalankan

norma-norma tertentu, baik dalam bekerja maupun dalam memenuhi

peraturan-peraturan yang berlaku”.

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat diambil pengertian bahwa dengan

kedisiplinan, maka seseorang dapat berlaku sesuai dengan norma-norma

atau tata aturan yang telah diharapkan. Dengan adanya sikap yang disiplin,

maka seseorang tidak akan merasa berat di dalam menyelesaikan

(48)

28

dimiliki seseorang dapat berperan serta dalam mendorong motivasi kerja

untuk mencapai tujuan.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Kerja

Kedisiplinan sebagai suatu sikap positif yang dimiliki seseorang

dipengaruhi berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam maupun dari

luar diri pegawai. Menurut pendapat Pasaribu (2002:42) mengemukakan

pendapatnya bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kedisiplinan

seseorang dalam bekerja antara lain:

a. Faktor internal terdiri dari:

1) Pengalaman kerja.

2) Hubungan kerjasama bawahan dengan pimpinan.

3) Rasa ingin diakui.

b. Faktor eksternal terdiri dari:

1) Perhatian atasan terhadap bawahan.

2) Pengawasan yang dilakukan atasan.

3) Keadaan lingkungan kerja.

4) Tingkat kesejahteraan yang diberikan.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat diketahui bahwa kedisiplinan

merupakan suatu keadaan yang kompleks karena di dalamnya dipengaruhi

oleh berbagai faktor, baik faktor yang bersumber dari dalam maupun dari

luar diri seseorang. Faktor dari dalam berupa pengalaman kerja, rasa ingin

(49)

29

atasan terhadap bawahan maupun sesama atasan. Sedangkan faktor dari

luar antara lain berupa perhatian atasan terhadap bawahan.

Perhatian tidak selalu berupa pemberian gaji atau upah yang tinggi juga

dalam bentuk komunikasi sosial atau interaksi antara bawahan dengan

atasan. Sikap dengan memperhatikan dengan ramah ketika bawahan

mengalami kekeliruan dan lain-lain yang merupakan bentuk perhatian

atasan terhadap bawahan. Hal ini berperan positif dalam usaha

mewujudkan kedisiplinan kerja pegawai.

Berdasarkan uraian pada tinjauan teoritis tersebut di atas, maka dapat

[image:49.612.143.525.443.599.2]

digambarkan dalam kerangka pikir seperti tertera pada Gambar 1 berikut ini:

Gambar 1. Kerangka Pikir

Disiplin Kerja (Y)

1. Taat akan kewajiban 2. Mengerti akan tugas yang

menjadi tanggung jawabnya 3. Bekerja sesuai jam kerja 4. Melaksanakan program

kerja dengan baik

5. Mentaati tata aturan yang berlaku di tempat kerja

Kepuasan Kerja (X)

1. Kepuasan terhadap gaji 2. Kepuasan terhadap

keamanan

3. Kepuasan terhadap kondisi kerja

(50)

30

C. Hipotesis

Teori Hasibuan (2002 : 203) yaitu :

“Kepuasan kerja mempengaruhi tingkat kedisiplinan kerja baik. Sebaliknya

jika kepuasan kerja kurang tercapai dari pekerjaannya maka kedisiplinan

pegawai rendah”.Oleh karena itu dengan adanya tingkat kepuasan kerja yang

tinggi diharapkan dapat meningkatkan disiplin kerja. Sehubungan dengan

penjelasan diatas maka penulis menetapkan suatu hipotesis yaitu “semakin

tinggi kepuasan pegawai maka semakin tinggi pula disiplin kerja pegawai

(51)

3. Penelitian Terdahulu

No. Nama Judul Metode Penelitian Hasil yang diperoleh

1. Aan Qurrotul’aini (Tahun 2011)

Pengaruh Kepuasan Kerja dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Muslim

Alat analisis yang

digunakan adalah Regresi linear berganda dengan menggunakan metode asumsi klasik, koefisien determinasi, uji t parsial dan uji f

secara simultan.

Dari hasil penelitian, Penulis menemukan bahwa Variabel kepuasan kerja (X1) dan Disiplin kerja (X2) secara simultan mempunyai pengaruh terhadap kinerja karyawan Muslim di Dedy Jaya Plaza Ketanggungan Brebes. Terlihat F hitung (18,032) > F tabel (3,19) yang berarti kepuasan kerja dan disiplin kerja mempunyai pengaruh yang

signifikan terhadap kinerja karyawan Muslim di Dedy Jaya Plaza Ketanggungan Brebes. Besar pengaruh kepuasan kerja dan disiplin kerja terhadap kinerja karyawan Muslim pada Dedy Jaya Plaza Ketanggungan Brebes dapat dilihat dari nilai korelasi (R) sebesar 0,659. Variabel independent mampu menjelaskan variabel dependen sebesar 41%

(52)

10 2. M. Samsul Arif Pengaruh Kepuasan Kerja

dan Disiplin Kerja Terhadap Kinerja Karyawan Pada PT. Surabaya Perdana Rotopack di Surabaya.

Teknik pengambilan samplenya menggunakan simple random sampling / yaitu dimana semua anggota populasi mempunyai

kesempatan yang sama besar untuk dijadikan sample penelitian. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah SEM (Structural Equation Modeling).

Dari Hasil Penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa konsumen merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh PT. Surabaya Perdana Rotopack teruama dalam hasil percetakan yang berkualitas, ini dapat dilihat dari banyaknya konsumen yang

(53)

32

III. METODE PENELITIAN

A. Tipe Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksplanasi, karena

dalam penelitian ini menggunakan dua variabel. Metode eksplanasi adalah

suatu metode penelitian yang menggambarkan dua variabel yang diteliti, yaitu

variabel bebas dan variabel terikat yang kemudian menjelaskan hubungan atau

pengaruh kedua variabel tersebut. Singarimbun (2003:46) mengatakan

mengenai metode eksplanasi yaitu: “Apabila peneliti menjelaskan hubungan

atau pengaruh kausal antara variabel-variabel melalui pengujian hipotesis

maka dinamakan penelitian penjelasan (Eksplanatory Research).”

B. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini terdapat dua variabel, yaitu disiplin kerja sebagai variabel bebas

dan kepuasan kerja pegawai sebagai variabel terikat. Untuk mempermudah

pengukuran variabel-variabel tersebut, penulis menggunakan definisi

operasional sebagai berikut:

1. Variabel bebas (independent variable) adalah kepuasan kerja

Kepuasan kerja pegawai adalah sikap yang positif terhadap pekerjaan

(54)

33

terhadap pekerjaan sama dengan ketidakpuasan, diukur menggunakan

kuisioner yang mencakup aspek kepuasan terhadap gaji, kepuasan

terhadap keamanan, kepuasan terhadap kondisi kerja, kepuasan terhadap

hubungan rekan kerja dan kepuasan terhadap atasan.

2. Variabel terikat (dependent variable) adalah disiplin kerja

Dispilin kerja adalah ketaatan pegawai terhadap tata aturan yang berlaku

di tempat kerja, diukur menggunakan kuisioner yang mencakup aspek taat

akan kewajiban, mengerti akan tugas yang menjadi tanggung jawabnya,

bekerja sesuai jam kerja, melaksanakan program kerja dengan baik, dan

[image:54.612.133.518.416.736.2]

mentaati tata aturan yang berlaku di tempat kerja.

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

Variabel Definisi Konsep Indikator Skala Pengukuran

Kepuasan kerja (X)

Kepuasan kerja adalah sikap yang positif terhadap pekerjaan secara konsepsi dapat dinyatakan sebagai kepuasan kerja dan sikap negatif terhadap pekerjaan sama dengan ketidakpuasan

1. Kepuasan terhadap gaji

2. Kepuasan terhadap keamanan

3. Kepuasan terhadap kondisi kerja 4. Kepuasan terhadap

hubungan rekan kerja

5. Kepuasan terhadap atasan

Interval

Disiplin kerja (Y)

Disiplin kerja adalah ketaatan pegawai terhadap tata aturan yang berlaku di tempat kerja

1. Taat akan kewajiban 2. Mengerti akan tugas

yang menjadi tanggung jawabnya 3. Bekerja sesuai jam

kerja

4. Melaksanakan program kerja dengan baik

5. Mentaati tata aturan yang berlaku di tempat kerja

(55)

34

C. Jenis Data dan Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Studi pustaka, yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari

literatur-literatur; buku-buku, koran, peraturan perundangan dan lain-lain yang

menyangkut kajian penelitian yaitu disiplin kerja dan kepuasan kerja

pegawai.

2. Studi lapangan, yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan

langsung ke lokasi yang telah ditentukan melalui:

a. Observasi, yaitu pengumpulan data melalui pengamatan langsung dan

mencatat informasi-informasi dari Dinas Pendidikan Provinsi

Lampung.

b. Wawancara, yaitu kegiatan mengumpulkan data melalui tanya jawab

secara langsung antara penulis dengan pihak-pihak yang terkait dengan

penelitian ini baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur. Adapun

pihak-pihak yang akan dihubungi yaitu Pegawai Dinas Pendidikan

Provinsi Lampung.

c. Angket, yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk

memperoleh informasi atau data dari responden mengenai masalah

yang diteliti. Angket ini dilakukan dengan cara menyebar daftar

pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan jawaban yang dapat dipilih

(56)

35

D. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Sugiyono (2010:89) mengemukakan bahwa populasi adalah: “wilayah

generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kuantitas

dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari,

dan kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini unit analisis

yang digunakan adalah pegawai Dinas Pendidikan Provinsi Lampung yang

berjumlah 388 orang pegawai.

2. Sampel

Sugiyono (2010:73) mengemukakan bahwa sampel adalah bagian dari

jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Rumus ukuran

sampel ditentukan berdasarkan pada pendapat Slovin dengan formula

sebagai berikut :

) ) e ( N 1 ( N n 2   Dimana :

n = Jumlah sampel.

N = Jumlah populasi.

e = Prosentase tingkat kesalahan yang ditoleransi adalah 10%.

n = ) (0,1) 88 3 1 ( 388 2

 = 1 3,88

388

 = 4,88

388

= 79,51 atau 80 responden.

Teknik sampling dalam penelitian ini yaitu dengan teknik acak sederhana

(57)

36

tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi, sehingga setiap

anggota populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih

menjadi sampel.

E. Pengolahan Data dan Analisisnya

1. Pengujian Persyaratan Instrumen

Uji coba instrumen diberlakukan untuk mengetahui apakah instrumen

yang digunakan tersebut benar-benar valid, yang dimaksud valid adalah

data yang terkumpul sesuai dengan data yang ada di lapangan, sedangkan

yang dimaksud reliabel adalah untuk mengetahui apakah suatu alat ukur

yang digunakan mampu memberikan hasil pengukuran yang konsisten

dalam waktu dan tempat yang berbeda. Untuk uji coba, maka perlu

diperhatikan beberapa cara dan pelaksanaan uji coba. Setelah diadakan uji

coba instrumen, untuk mengetahui dan memilih butir-butir item yang

valid, jika butir-buitr tersebut valid, maka butir tersebut dapat digunakan

untuk mengumpulkan data penelitian. Uji coba instrumen yang dilakukan

melalui uji validitas dan realibilitas instrumen.

a. Uji Validitas Angket

Uji validitas dimaksudkan untuk mengetahui tingkat kesahihan atau

kevalidan dari suatu instrumen terlebih dahulu. Menurut Ghozali

(2005:42) uji validitas adalah suatu alat yang digunakan untuk

(58)

37

jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang

akan diukur oleh kuesioner.

Pengambilan keputusannya bahwa setiap indikator valid apabila nilai r

hitung lebih besar atau sama dengan r tabel. Untuk menentukan nilai r

hitung, dibantu dengan program SPSS yang dinyatakan dengan nilai

Coorrected Item-Total Correlation. Dengan kriteria pengambilan

keputusan sebagai berikut :

1) Jika rhitung> rtabel, maka kuiseoner valid

2) Jika rhitung< rtabel, maka kuesioner tidak valid.

b. Uji Reliabilitas Angket

Reliabilitas menurut Ghozali (2005:47) adalah alat ukur untuk

mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel

konstruk. Cara menghitung tingkat reliabilitas suatu data yaitu dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach Reliabilitas merupakan tingkat

keandalan alat ukur (kuesioner). Kuesioner yang reliabel adalah

kuesioner yang apabila dicobakan berulang-ulang pada kelompok yang

sama akan menghasilkan data yang sama, cara mengukurnya dengan

menggunakan rumus Alpha Cronbach dimana pada pengujian

(59)

38

2. Teknik Analisis Data

a. Analisis Kualitatif

Analisis kualitatif dimaksudkan untuk mendeskripsikan

masing-masing variabel penelitian dengan menggunakan Tabel Distribusi

Frekuensi. Teknik pengukuran yang dipakai dalam penelitian ini

adalah berupa angket yang dibuat berdasarkan indikator kedua variabel

dengan menggunakan skala interval. Peneliti menggunakan skala

interval yang terdiri dari 5 nilai dalam arti pada setiap pertanyaan

disediakan 5 alternatif jawaban yang menunjukkan arti kategori:

1) Sangat baik (5)

2) Baik (4)

3) Cukup baik (3)

4) Tidak baik (2)

5) Sangat tidak baik (1)

Untuk mengetahui setiap kategori tesebut, terlebih dahulu penulis

tentukan intevalnya, yaitu:

Interval = jawaban alternatif Jumlah dah Skor teren -nggi Skor terti (Sugiyono, 2010:29)

Dengan demikian dapat diperoleh interval untuk setiap kategori

jawaban yaitu: 0,80 5

1 5

(60)

39

b. Analisis Kuantitatif

Analisis kuantitatif dimaksudkan untuk menganalisis hubungan atau

pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Untuk mengetahui

hubungan kedua variabel digunakan rumus Korelasi Product Moment,

sebagaimana dinyatakan oleh Sugiyono (2010:212): “Teknik korelasi

ini digunakan untuk mencari hubungan dan membuktikan hipotesis

hubungan dua variabel bila data kedua variabel berbentuk interval atau

rasio, dan sumber data dari dua variabel atau lebih adalah sama”.

Berikut adalah rumus untuk menghitung koefisien korelasi, yaitu:



    2 2 2 2 y y n x x n y x xy n rxy Keterangan:

rxy = nilai koefisien

∑ x = total skor untuk variabel bebas

∑ y = total skor variabel terikat

∑ xy = total skor untuk variabel bebas dan variabel terikat

∑ x2 = total kuadrat skor varibel bebas

∑ y2 = total kuadrat skor variabel terikat

n = jumlah responden

Kuat tidaknya hubungan antar variabel dinyatakan dalam koefisien

korelasi. Nilai koefisien korelasi dapat diperoleh dari rumus Pearson

Product Momenttersebut. Nilai koefisien nantinya akan terletak antara

(61)

40

korelasi antara nilai x dan y positif, sebaliknya jika nilai r yang

bertanda negatif, menunjukkan korelasi antara x dan y negatif.

Penafsiran terhadap koefisien korelasi yang ditemukan tersebut besar

[image:61.612.186.497.262.365.2]

atau kecil, maka dapat berpedoman pada ketentuan tabel berikut:

Tabel 3. Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan

0,000–1,999 Sangat Rendah

0,200–0,399 Rendah

0,400–0,599 Sedang

0,600–0,799 Kuat

0,800–1,000 Sangat Kuat

(Sugiyono, 2010:216)

Besarnya kontribusi variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan rumus

Koefisien Determinasiyang dikemukakan oleh Sugiyono, yaitu: R = (r)2x 100%

Keterangan:

R = koefisien determinasi

r = koefisien korelasi

(Sugiyono, 2010:216)

Langkah selanjutnya yang perlu dilakukan adalah mengetahui bagaimana variabel

terikat (y) dapat diprediksikan melalui menaikkan atau menurunkan keadaan

variabel bebas (x). Rumusnya adalah:

Y = a + bX + et

Keterangan:

Y = Kepuasan kerja pegawai

(62)

41

b = Koefisien regresi

X = Disiplin kerja

Menurut Sugiyono (2010:245) harga a dan b dapat dicari dengan

rumus sebagai berikut:

a = n X) ( . b

Y 



   2 2 x x n y x xy n b

Guna menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan Hipotesis

Alternatif (Ha) sebagai berikut:

H0 : r < 0 Tidak ada pengaruh positif dan signifikan antara disiplin

kerja terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pendidikan

Provinsi Lampung

Ha : r ≠ 0 Ada pengaruh positif dan signifikan antara disiplin kerja

terhadap kepuasan kerja pegawai pada Dinas Pendidikan

Provinsi Lampung.

Uji t untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat

dengan rumus :

t = 2 ) r ( 1 ( 2 -n r  Keterangan :

t = Pengujian koefisien korelasi

r = Koefisien korelasi parsial

(63)

42

Pengujian ini dilakukan dengan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat

kesalahan 5% dengan df=(n-k-1). Dasar pengambilan keputusannya

yaitu :

a) Jika signifikan≤ 0,05 maka Ha diterima.

(64)

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Gambaran Umum Dinas Pendidikan Provinsi Lampung

Strategi dan arah kebijakan pembangunan pendidikan di Provinsi Lampung

tahun 2014-2016 disusun berdasarkan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003

tentang Sistem Pendidikan Nasional, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004

tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang Nomor

17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005-2025, serta Peraturan Daerah Provinsi Lampung.

Dinas Pendidikan Provinsi Lampung dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah

Provinsi Lampung Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pembentukan Organisasi

dan Tata Kerja Dinas Provinsi Lampung. Dinas Pendidikan mempunyai tugas

melaksanakan urusan pemerintahan provinsi di bidang pendidikan berdasarkan

asas otonomi yang menjadi kewenangan, tugas dekonsentrasi dan tugas

pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta tugas lain

sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan

(65)

44

Untuk menyelenggarakan tugas tersebut di atas, maka Dinas Pendidikan

mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijaksanaan operasional/teknis bidang pendidikan;

2. Penyelenggaraan koordinasi, sosialisasi, fasilitasi implementasi

pelaksanaan kurikulum, sarana dan prasarana dan tenaga pendidik dan

kependidikan lintas kabupaten/kota;

3. Penyelenggaraan supervisi, pengawasan, evaluasi dan pengendalian

pelaksanaan kurikulum sarana dan prasarana dan tenaga pendidik dan

kependidikan dalam rangka pembinaan;

4. Pelaksanaan pengendalian mutu pendidikan;

5. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas

dan fungsinya;

6. Pelayanan administratif.

B. Visi dan Misi Dinas Pendidikan Provinsi Lampung

Upaya melaksanakan urusan pemerintahan provinsi di bidang pendidikan

berdasarkan asas otonomi, maka Dinas Pendidikan Provinsi Lampung

mengemban visi dan misi sebagai berikut :

Visi : Terwujudnya Sumber Daya Manusia (SDM) yang Bertaqwa, Cerdas,

Menguasai IPTEK, Mandiri, Unggul dan Berdaya Saing

Misi :

a. Memperluas dan memeratakan akses PAUD yang bermutu

(66)

45

c. Memperluas dan memeratakan akses Pendidikan Menengah dan Tinggi

Gambar

Tabel 1. Tingkat Kehadiran Pegawai pada Dinas PendidikanProvinsi Lampung
Gambar 1. Kerangka Pikir
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
Tabel 3. Pedoman Interpretasi terhadap Koefisien Korelasi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan Program Bahan Ajar Paket A Pasca Melek Aksara (PASMA) dengan Sistem Setoran Kompetensi (SSK) Kelas V (2016) 4.. Pengembangan Program Penilaian Hasil Belajar

MENURUT ORGANI SASI / BAGI AN ANGGARAN, UNI T ORGANI SASI , PUSAT,DAERAH DAN KEWENANGAN. KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR

KODE PROVINSI KANTOR PUSAT KANTOR DAERAH DEKONSEN TRASI. TUGAS

bahwa  baku  mutu  emisi  untuk  pembangkit  listrik  tenaga  uap  berbahan  bakar batu  bara  sebagaimana  tercantum  dalam  Lampiran  III  A  dan  Lampiran  III 

[r]

dan berdasarkan permintaan Badan Pengawas Pemilu, Pengawas Pemilu Provinsi, Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota, Pengawas Pemilu Kecamatan, Pengawas Pemilu Lapangan, dan/atau

The compound serves as a good catalyst for the ring-opening reactions of methyl, ethyl, and dimethyl oxiranes with various alcohols to generate primary alkoxy

Analysis of the effect of marine biofouling to ship resistance is carried out by using computational fluid dynamics (CFD) simulation with Reynold-average