ABSTRAK
ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM PADA
MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI
Oleh YULIANI
Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Siswa memiliki kemampuan bertanya
yang berbeda-beda, hal ini dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas pertanyaan siswa laki-laki dan
perempuan, serta perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan antara siswa laki-laki
dan perempuan berdasarkan taksonomi Bloom.
Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif sederhana. Metode
sampel pada penelitian ini menggunakan purposive sampling. Data penelitian yaitu data kualitatif berupa deskripsi kualitas pertanyaan siswa. Analisis data
menggunakan analisis data deskriptif.
Hasil analisis data menunjukan bahwa kualitas pertanyaan yang diajukan oleh
siswa laki-laki yaitu pertanyaan dimensi kognitif pengetahuan/C1 (34,78%),
pemahaman/C2 (60,86%), dan analisis/C4 (4,34%). Sedangkan kualitas
Yuliani
pengetahuan/C1 (37,83%), pemahaman/C2 (48,64%), aplikasi/C3 (12,16%), dan
analisis/C4 (1,35%). Perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan
siswa laki-laki dan siswa perempuan yaitu tidak berbeda nyata dengan dominansi
pertanyaan yaitu pemahaman (C2).
RIWAYAT HIDUP
Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara
pasangan Bapak Masino dan Ibu Aminah yang dilahirkan di
Tanjung Kesuma Kecamatan Purbolinggo pada tanggal 20
Juli 1992. Penulis menyelesaikan pendidikan formal di
Sekolah Dasar (SD) Negeri 1 Tanjung Kesuma pada tahun
2004, kemudian di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 1 Purbolinggo pada
tahun 2007, dan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Purbolinggo pada
tahun 2010. Pada tahun yang sama, penulis terdaftar sebagai mahasiswa
Pendidikan Biologi FKIP Unila melalui jalur Penelusuran Kemampuan Akademik
dan Bakat (PKAB).
Penulis pernah aktif di organisasi HIMASAKTA (Himpunan Mahasiswa
Pendidikan Eksakta) sebagai anggota divisi (adiv) Seni dan Kreatifitas periode
2011/2012. Selama menjadi mahasiswa penulis pernah menjadi asisten praktikum
mata kuliah Genetika. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan
(PPL) di MTs Nahdlatul Ulama Krui dan Kuliah Kerja Nyata Kependidikan
Terintegrasi (KKN-KT) di desa Pasar Krui, Kecamatan Pesisir Tengah,
Kabupaten Pesisir Barat pada tahun 2013. Penulis dapat dihubungi di Desa
Tanjung Kesuma Dusun III Kecamatan Purbolinggo Lampung Timur atau kontak
PERSEMBAHAN
Dengan Menyebut Nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Penulis persembahkan skripsi ini sebagai tanda bakti dan cinta
kasihku kepada:
Ibu dan Bapak tercinta yang senantiasa memberikan kasih sayang, pengorbanan, semangat, dan do’a yang tak pernah henti untukku...
Adikku Agil Afrian Anwar tersayang atas do’a, semangat, dan
dukungannya...
Moto
Dan ingatlah ketika Tuhan
-mu menyatakan: Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah nikmat kepadamu, dan jika kamu
mengingkari nikmat-Ku, maka sesungguhnya azab-
Ku amat pedih
QS Ibrahim (14): 7
“Barang siapa merintis jalan mencari ilmu maka Alloh akan memudahkan baginya jalan ke surga”
(H.R. Muslim)
Man saara ala darbi washala
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur Penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT, dengan
ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS KUALITAS PERTANYAAN SISWA BERDASARKAN GENDER DAN TAKSONOMI BLOOM PADA MATERI POKOK SISTEM REPRODUKSI” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Program Studi
Pendidikan Biologi FKIP Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan
dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Unila.
2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.
3. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku Pembahas atas bimbingan dan masukannya.
4. Drs. Darlen Sikumbang, M.Biomed dan Pramudiyanti, S.Si., M.Si. selaku
Pembimbing I atas motivasi, saran, dan masukannya.
5. Berti Yolida, S.Pd., M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi
FKIP Unila sekaligus sebagai Pembimbing II atas motivasi, saran, dan
masukannya.
6. Rini Rita T Marpaung, S.Pd., M.Pd atas motivasi, saran, dan masukannya.
7. Bapak dan ibu dosen pengajar, atas segala ilmu yang telah diberikan.
8. Hasan Pauzi S.Pd, M.M selaku kepala sekolah SMA Negeri 1 Pagelaran yang
9. Endang Wahyuningsih S.Pd, M.M selaku guru mitra yang telah banyak
memberikan bantuan dan kemudahan selama penelitian.
10.Seluruh siswa-siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Pagelaran atas kerjasama
dan perhatiannya selama penelitian.
11.Rekan seperjuangan dalam penelitian Hanni Hanifah S.Pd., atas kerjasama dan
kesabarannya.
12.Sahabat terbaik selama di kampus ini Destra Mutia S.Pd., Eli Komariah S.Pd.,
Arinta Winsi S.Pd., Sisca Nasution S.Pd., Mayvena Lizora S.Pd., Qurratu Aini
Na’ima S.Pd., Nindy Profithasari S.Pd., Gadis Pratiwi S.Pd., Renita
Prahastiani S.Pd., Novita Sari S.Pd., Rosiana Aisyiyah S.Pd., Aji S.Pd., Oktia
& Kartika Wulandari S.Pd. dan yang tak dapat disebutkan satu per satu,
terimakasih atas kebersamaan dan persahabatan yang terjalin. Semoga
persahabatan ini tidak berakhir seiring berakhirnya masa studi kita. Aamiin
13.Seluruh sejawat perjuangan mahasiswa Pendidikan Biologi 2010 atas
kesediaannya dalam membantu dalam kelancaran penelitian ini.
14.Semua pihak yang telah membantu hingga selesainya skripsi ini.
Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
semua, serta berkenan membalas semua budi baik yang diberikan kepada penulis
dan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat, Aamiin.
Bandar Lampung, Desember 2014 Penulis
xiii
C. Faktor yang Memengaruhi Keterampilan Bertanya Siswa ... 12
D. Pengaruh Gender Terhadap Pembelajaran ... 14
III. METODE PENELITIAN
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 24
IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 26
B. Pembahasan ... 28
V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 33
B. Saran ... 33
DAFTAR PUSTAKA ... 35
xiv
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 1... 39
3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pertemuan 2... 43
4. Soal Ulangan Harian ... 47
5. Kisi-Kisi Soal. ... 51
6. Rubrik Penilaian Soal ... 58
7. Perhitungan ... 61
8. Uji Beda Jumlah Pertanyaan Siswa ... 63
xv
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Perbedaan Gender dalam Struktur Otak ... 15
2. Jumlah Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender Pada Setiap
Tingkatan Ranah Kognitif SMA Negeri 1 Pagelaran ... 23
3. Persentase Jumlah dan Kualitas Pertanyaan Siswa ... 26
4. Hasil Uji Beda Jumlah Pertanyaan Siswa Laki-laki dan Perempuan ... 27 5. Hasil Uji Beda Kualitas Pertanyaan Siswa Laki-laki dan Perempuan . 28
6. Kata Kerja Operasional Ranah Kognitif Taksonomi Bloom ... 65
7. Kualitas Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender dan Tingkat Ranah
Kognitif Pertemuan Pertama ... 67
8. Kualitas Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender dan Tingkat Ranah
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Guru Menjelaskan Materi Kepada Siswa ... 72
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk mengidentifikasi
perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara alamiah telah diketahui
bahwa laki-laki dan perempuan memiliki struktur otak yang berbeda (Wood
1994: 38). Siswa laki-laki dan perempuan memiliki karakteristik yang
berbeda, yang dibangun karena faktor fisiologis dan psikologis. Faktor
fisiologis berkenaan dengan kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya.
Sedangkan faktor psikologis menyangkut minat, tingkat kecerdasan, bakat,
motivasi dan kemampuan kognitifnya. Semua ini dapat mempengaruhi
proses dan hasil belajar. Menurut Valanides (1999: 98) mengenai hasil tes
kemampuan berpikir logis menunjukkan bahwa siswa laki-laki lebih baik
secara signifikan dibanding siwa perempuan. Data Assessment of
Educational Progress (NAEP) tahun 1976-1990 bahwa prestasi belajar anak laki-laki lebih baik dibandingkan lawan jenisnya. Hal ini belum terlihat
pada siswa berumur 9 tahun tetapi sangat terlihat pada siswa berumur 17
tahun. Latar belakang pendidikan, ekonomi, sosial, dan pengaruh
lingkungan lain menjadi faktor yang dapat mempengaruhi tingkat
2
kenyataannya bahwa secara umum terdapat sosial biologis antara perempuan
dan laki-laki, dan perbedaan tersebut mempengaruhi pembelajaran (Wood,
1994: 4). Hal tersebut dapat berpengaruh juga terhadap perbedaan kualitas
pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.
Siswa memiliki kemampuan bertanya yang berbeda-beda. Hal ini dapat
dilihat dari pertanyaan yang mereka ajukan, ada yang berupa pertanyaan
sederhana tentang pengertian konsep dan ada juga yang bertanya tentang isi
ataupun mengapa hal tersebut bisa terjadi. Pertanyaan dapat dikelompokkan
menjadi berbagai jenis tergantung dari sudut pandang para ahli yang
mengemukakannya. Sistem kategori pertanyaan untuk IPA atau The Question Category System for Science (QCSS) terdiri dari tiga tingkat klasifikasi (Blosser dalam Rahmadhani, 2013: 2).
Tingkat pertama, pertanyaan-pertanyaan dibedakan menjadi pertanyaan
tertutup dan pertanyaan terbuka. Tingkat kedua pertanyaan-pertanyaan
dibagi menjadi empat cara berpikir, yaitu ingatan kognitif, berpikir
konvergen, berpikir divergen, dan berpikir evaluatif. Tingkat ketiga pada
QCSS bersangkutan dengan macam pelaksanaan cara berpikir yang dituntut
oleh pertanyaan itu. Selain berdasarkan QCSS, kualitas pertanyaan siswa
dapat dilihat dari tingakatan ranah kognitif taksonomi Bloom yang telah
direvisi, yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3), analisis
(C4), evaluasi (C5), dan sintesis (C6). Pertanyaan kognitif tingkat rendah
mencakup C1 sampai C3, sedangkan pertanyaan kognitif tingkat tinggi
3
Pentingnya siswa bertanya di kelas mendorong terjadinya interaksi antar
siswa agar siswa lebih terlibat secara pribadi dan lebih bertanggung jawab
terhadap pertanyaan yang diajukan. Selain itu, pentingnya penggunaan
keterampilan bertanya siswa secara tepat adalah untuk mencapai tujuan yang
diharapkan dalam suatu proses belajar mengajar di kelas, yaitu
membangkitkan minat, rasa ingin tahu, dan memusatkan perhatian siswa
terhadap suatu pokok bahasan atau konsep, mendiagnosis
kesulitan-kesulitan khusus yang menghambat siswa belajar, memberikan kesempatan
kepada siswa untuk mengkritisi suatu informasi yang ia dapatkan,
mendorong siswa mengemukakan pendapatnya dalam diskusi, serta menguji
dan mengukur hasil belajar siswa (Partin, 2009: 3).
Penelitian yang dilakukan oleh Rahmadhani (2013) mengungkapkan bahwa
jenis pertanyaan yang diajukan oleh siswa SMP (Sekolah Menengah
Pertama) berdasarkan perkembangan intelektualnya didominasi oleh
pertanyaan dimensi kognitif memahami (C2) dan dimensi pengetahuan
konseptual untuk kategori taksonomi Bloom. Perbedaan gender juga turut
mempengaruhi perbedaan kualitas pertanyaan. Siswa laki-laki mampu
memunculkan pertanyaan dimensi kognitif analisis (C4) lebih banyak
dibandingkan perempuan untuk kategori taksonomi Bloom. Sedangkan
siswa perempuan lebih banyak menanyakan pertanyaan dimensi kognitif C1
untuk kategori taksonomi Bloom. Selebihnya siswa laki-laki dan
perempuan dominansi pertanyaannya merupakan pertanyaan dimensi
kognitif memahami dan dimensi pengetahuan konseptual (Rahmadhani,
4
Hasil observasi pembelajaran di SMA N 1 Pagelaran menunjukkan bahwa
aktivitas dalam mengajukan dan menanggapi pertanyaan tergolong sedang.
Hal tersebut terlihat bila siswa diberikan kesempatan untuk bertanya,
beberapa siswa sudah memanfaatkannya namun masih ada siswa yang pasif
dan terlihat ragu untuk mengajukan pertanyaan mengenai materi yang
disampaikan. Padahal dengan mengajukan pertanyaan membuktikan bahwa
siswa tersebut berpikir dan belajar. Karena faktanya dengan mengajukan
pertanyaan, dapat meningkatkan pemahaman, melihat lebih jauh, bahkan
lebih baik dalam memutuskan sesuatu (Barus, 2012: 2).
Berdasarkan uraian di atas muncul rasa ingin tahu mengenai kualitas
pertanyaan yang diajukan siswa apabila digolongkan menggunakan
tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom, baik pada siswa laki-laki
maupun siswa perempuan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan
masalah pada penelitian ini adalah:
1. Bagaimanakah kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki pada
materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan
berdasarkan taksonomi Bloom?
2. Bagaimanakah kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan pada
materi pokok sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan
5
3. Bagaimanakah perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan
siswa laki-laki dan perempuan pada materi pokok sistem reproduksi
dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki pada materi pokok
sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi
Bloom
2. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan pada materi pokok
sistem reproduksi dilihat dari pengelompokkan berdasarkan taksonomi
Bloom.
3. Perbedaan jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki
dan perempuan pada materi pokok sistem reproduksi dilihat dari
pengelompokkan berdasarkan taksonomi Bloom.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat bagi berbagai
pihak-pihak yang terkait.
1. Bagi guru, dapat mengembangkan metode pembelajaran yang aktif,
kreatif dan menyenangkan agar dapat meningkatkan keterampilan
6
2. Bagi siswa, dapat mempelajari sesuatu yang benar-benar ingin diketahui
dan mengarahkan siswa untuk berpikir lebih tinggi dalam mempelajari
materi.
3. Bagi peneliti, memberikan bahan referensi untuk mengembangkan
penelitian lebih lanjut.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Agar penelitian yang dilakukan menjadi lebih terarah, maka penelitian ini
dibatasi pada masalah:
1. Kualitas pertanyaan siswa dianalisis menggunakan tingkatan ranah
kognitif (C1-C6) taksonomi Bloom yang telah direvisi.
2. Gender merupakan suatu konsep yang digunakan untuk
mengidentifikasi perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Secara
alamiah telah diketahui bahwa laki-laki dan perempuan memiliki
struktur otak yang berbeda (Wood, 1994: 39 dalam Rahmadhani, 2013:
38).
3. Pengumpulan pertanyaan pada penelitian ini yaitu pertanyaan yang
diajukan secara lisan.
4. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA
Negeri 1 Pagelaran tahun ajaran 2013/2014 dengan sampel penelitian
adalah siswa kelas XI IPA1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4.
5. Pertanyaan siswa dikaitkan dengan isi materi sistem reproduksi manusia
pada KD 3.7 yaitu organ reproduksi laki-laki, saluran reproduksi laki-laki,
7
perempuan, kelenjar reproduksi perempuan, proses pembentukan sel kelamin,
ovulasi, menstruasi, fertilisasi, kehamilan, pemberian ASI, serta kelainan dan
penyakit yang terjadi pada sistem reproduksi manusia.
F. Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah pertanyaan
yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.
2. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas
pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas pertanyaan
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Keterampilan Bertanya
Menurut Saidiman (Uno, 2008: 170), bertanya merupakan ucapan verbal
yang meminta respons dari seseorang yang dikenali. Respons yang diberikan
dapat berupa pengetahuan sampai dengan hal-hal yang merupakan hasil
pertimbangan. Bertanya dapat diartikan sebagai keinginan mencari informasi
yang belum diketahui. Sehingga jika bertanya adanya pada kondisi
pembelajaran maka bertanya merupakan proses meminta ketarangan atau
penjelasan untuk mendapatkan informasi yang belum diketahui dalam
pembelajaran yang sedang berlangsung.
Sedangkan pertanyaan adalah sarana kunci dalam interaksi melalui
percakapan atau diskusi. Pertanyaan merupakan suatu cara untuk
mengarahkan perhatian pada suatu masalah. Pertanyaan itu penting untuk
menantang keabsahan dan sumber informasi yang digunakan untuk
mendukung sebuah argumen. Pertanyaan juga penting untuk mendapatkan
lebih banyak detail dan penjelasan mengenai suatu masalah (Bono, 2007: 93).
Pendapat lain juga mengatakan pertanyaan adalah pernyataan seseorang yang
ditujukan kepada orang lainnya serta mengharapkan untuk dijawab.
Kompetensi professional seorang guru perlu dilengkapi dengan keterampilan
9
didalamnya perlu adanya dialog atau komunikasi antara guru dan siswa.
Sedangkan dalam proses berkomunikasi diperlukan danya keterlibatan
intelektual siswa yang dikembangkan dengan berbagai pertanyaan yang
diajukan guru (Rahmawati: 2011:1).
Keterampilan bertanya bertujuan untuk: (1) merangsang kemampuan berpikir
siswa; (2) membantu siswa dalam belajar; (3) mengarahkan siswa pada
tingkat interaksi belajar yang mandiri; (4) meningkatkan kemampuan berpikir
siswa dan kemampuan berpikir tingkat rendah ke tingkat yang lebih tinggi;
(5) membantu siswa dalam mencapai tujuan pelajaran yang dirumuskan.
Pada semua aktivitas belajar, questioning dapat diterapkan antara siswa dengan siswa, antara guru dengan siswa, antara siswa dengan guru, antara
siswa dengan orang lain yang didatangkan ke kelas dan sebagainya (Rohani,
2004: 9).
Menurut Hamalik (2001: 175) aktivitas pembelajaran yang mengacu pada
kemampuan siswa untuk mengajukan pertanyaan yaitu oral activities seperti bertanya. Aktivitas siswa dalam mengajukan pertanyaan juga didukung oleh
aktivitas-aktivitas lainnya seperti aktivitas mendengar, aktivitas mental dan
aktivitas emosional sehingga dapat saling melengkapi bagi siswa untuk berani
10
B. Klasifikasi Pertanyaan
Untuk memudahkan menganalisis pertanyaan, pertanyaan biasanya
diklasifikasikan berdasarkan pertimbangan tertentu. Dalam literatur tentang
pertanyaan terdapat bermacam-macam klasifikasi pertanyaan, diantaranya:
1. Pertanyaan akademik dan pertanyaan non akademik (Hamilton dan Brady dalam Widodo 2006: 3). Pertanyaan akademik adalah pertanyaan
yang berkaitan dengan materi subjek, baik materi yang telah lalu maupun
materi yang sedang dibahas. Pertanyaan-pertanyaan yang terkait dengan
sosial, organisasi, disiplin, dan sebagainya yang tidak terkait dengan
materi dikelompokkan dalam pertanyaan non akademik.
2. Pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka (Harlen dalam Widodo,
2006: 3). Pertanyaan tertutup adalah pertanyaan yang hanya
mengundang satu atau beberapa respon yang terbatas dan biasanya
langsung menuju satu kesimpulan. Pertanyaan tertutup mempunyai
jawaban yang pasti dan terbatas. Pertanyaan terbuka adalah pertanyaan
yang mengundang sejumlah jawaban. Pada pertanyaan terbuka
rentangan kemungkinan respon yang dapat diberi adalah lebih luas jika
dibandingkan dengan pertanyaan tertutup.
3. Pertanyaan terkait proses kognitif (Bloom dalam Widodo, 2006: 4).
Taksonomi Bloom merupakan salah satu taksonomi yang telah sejak
lama digunakan dalam dunia pendidikan Indonesia. Pertanyaan juga
dapat diklasifikasikan dalam berbagai proses kognitif seperti yang
dikemukaakan dalam taksonomi Bloom. Dalam versi revisi taksonomi
11
proses kognitif. Dimensi pengetahuan mencakup pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural dan pengetahuan
metakognitif.
Dimensi proses kognitif mencakup menghafal (remember), memahami (understand), menerapakan (apply), menganalisis (analyze),
mengevaluasi (evaluate), dan membuat (create). (1) Menghafal (remember) adalah kemampuan seseorang untuk mengingat-ingat kembali (recall) atau mengenali kembali tentang nama, istilah, ide, gejala, rumus-rumus dan sebagainya, tanpa mengharapkan kemampuan
untuk menggunakannya. (2) Memahami (understand) adalah kemampuan seseorang untuk mengerti sesuatu setelah sesuatu itu
diketahui dan diingat. (3) Menerapkan (apply) adalah kesanggupan seseorang untuk menerapkan atau menggunakan ide-ide umum, tata cara
ataupun metode-metode, prinsip-prinsip, rumus-rumus, teori-teori dan
sebagainya, dalam situasi yang baru dan konkret. (4) Menganalisis
(analyze) adalah kemampuan seseorang untuk merinci atau menguraikan suatu bahan atau keadaan menurut bagian-bagian yang lebih kecil dan
mampu memahami hubungan di antara bagian-bagian atau faktor-faktor
yang satu dengan faktor-faktor lainnya. (5) Mengevaluasi (evaluate) adalah kemampuan seseorang untuk membuat pertimbangan terhadap
suatu situasi, nilai atau ide. (6) Membuat (create) merupakan suatu proses yang memadukan bagian-bagian atau unsur-unsur secara logis,
sehingga menjelma menjadi suatu pola yang berstruktur atau berbentuk
12
C. Faktor yang Memengaruhi Keterampilan Bertanya Siswa
Menurut Brualdi (dalam Sari 2012: 23) banyak faktor yang dapat
mempengaruhi keterampilan bertanya siswa, faktor tersebut terdiri atas faktor
dari dalam diri siswa dan faktor dari luar diri siswa.
1. Faktor dari dalam diri Siswa
a. Minat siswa dalam bertanya.
Minat, besar pengaruhnya terhadap berbagai aktivitas. Siswa yang
berminat terhadap suatu pelajaran, akan mempelajarinya dengan
sungguh-sungguh, karena ada daya tarik baginya sehingga lebih
mudah menghafal pelajaran tersebut.
Tinggi rendahnya minat siswa terhadap mata pelajaran yang
diajarkan, erat kaitannya pula dengan tinggi rendahnya kesadaran
diri terhadap pemenuhan rasa ingin tahu / kebutuhan informasi,
yang salah satunya dengan mengajukan pertanyaan.
b. Memiliki perasaan tidak / kurang berani dalam bertanya.
Perasaan kurang berani (perasaan takut) adalah sejenis naluri.
Kebanyakan perasaan takut itu disebabkan karena pengaruh
lingkungan. Perasaan takut yang ada pada siswa, dapat
melemahkan semangatnya dan menggoyahkan ketenangannya.
Siswa tidak berani mengajukan pertanyaan, karena diliputi perasaan
takut, seperti takut salah, takut mendapat ejekan, takut
mengungkapkan pendapat dan karena ketakutan lainnya. Sehingga
13
c. Motif keingintahuan siswa.
Motif ialah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk
bertindak melakukan sesuatu. Motif keingintahuan siswa yang besar
pada suatu pelajaran, dapat dilihat pada semangatnya mengikuti
pelajaran.
Salah satunya yang dapat dilihat ialah kebiasaannya mengajukan
pertanyaan dan mengemukakan gagasan. Dengan motif
keingintahuannya yang besar segala aktivitas belajar demi mencapai
prestasi dan cita-citanya dapat dijalaninya dengan penuh kegigihan.
2. Faktor dari Luar Diri Siswa
a. Faktor guru (motivasi dari guru).
Guru adalah tenaga pendidik yang memberikan sejumlah ilmu
pengetahuan kepada siswanya di sekolah, maka gurulah yang
menciptakan lingkungan belajar bagi kepentingan belajar siswanya.
Sebagai pendidik guru tidak hanya berperan untuk mendorong
meningkatkan prestasi belajar siswa, tetapi juga yang lebih jauh lagi
untuk memotivasi siswa agar lebih aktif, bergairah belajar dan
menumbuhkan rasa ingin tahu pada siswa. Selaku motivator, guru
harus selalu memberi semangat agar motif-motif yang positif pada
siswanya dapat dibangkitkan, ditingkatkan dan dikembangkan.
Guru harus memotivasi siswanya agar terbiasa bertanya, karena hal
itu penting bagi perkembangan kepribadian dan penambah
pengetahuan. Dan sebagai orang yang menginginkan keberhasilan
14
balik selalu berlangsung dalam diri siswanya. Umpan balik itu tidak
hanya dalam bentuk fisik, tetapi juga dalam bentuk sikap mental
yang selalu berproses untuk menyerap bahan pelajaran yang
diberikan. Bertanya adalah salah satu umpan balik yang diberikan
siswa pada guru.
Guru yang hanya mengajar dan tanpa memperhatikan mengerti
tidaknya siswa terhadap bahan pelajaran yang disampaikan, akan
mendapat reaksi negatif dari siswa. Siswa cenderung menunjukkan
sikap acuh tak acuh atas apa yang disampaikan, siswa juga bisa
melakukan kegiatan lain yang terlepas dari masalah pelajaran.
b. Faktor lingkungan, seperti suasana belajar.
Suasana belajar yang menyenangkan memengaruhi semangat dan
suasana hati siswa. Siswa yang memiliki semangat untuk belajar dan
memiliki suasana hati yang menyenangkan, dapat mengikuti
pelajaran dengan penuh perhatian dan tidak akan sungkan-sungkan
mengajukan pertanyaan dan mengemukakan gagasannya.
D. Pengaruh Gender Terhadap Pembelajaran
Jenis kelamin seorang siswa merupakan ciri yang terlihat jelas dan abadi.
Riset lintas budaya menunjukkan bahwa peran gender berada di antara hal
pertama yang dipelajari individu dan bahwa semua masyarakat
memperlakukan laki-laki berbeda dari perempuan. Persoalan perbedaan
15
selama berabad-abad dan masalah itu menjadi sangat penting (Slavin, 2008:
159).
Perbedaan anatomis otak laki-laki dan perempuan terdapat di lobus parietal
bawah, hipotalamus, dan lokasi bicara. Pada laki-laki umumnya belahan otak
kirinya lebih berkembang. Hal tersebut berpengaruh pada kemampuan
berpikir logis, abstrak dan analisis. Sedangkan pada perempuan, belahan otak
kanannya yang lebih berkembang sehingga menyebabkan perempuan
cenderung lebih berbakat untuk aktivitas artistik dan imaginatif, holistik,
berpikir intuitif dan beberapa kemampuan visual dan spasial (Rahmadhani,
2013).
Perbedaan gender dalam struktur otak laki-laki dan perempuan dapat dilihat
dalam tabel berikut.
Tabel 1. Perbedaan Gender dalam Struktur Otak
Bagian Otak Laki-laki Perempuan
Lobus temporal
Pada laki-laki yang secara kognitif normal, sebagian kecil daerah pada lobus temporal memiliki neuron sekitar 10% lebih kecil dibandingkan neuron yang dimiliki otak perempuan.
Neuron yang terletak dibagian temporal, di tempat dimana bahasa, melodi, dan nada bicara dimengerti, lebih banyak.
Korpus kalosum
Jembatan utama antara otak kiri dan otak kanan berisi seberkas neuron yang membawa pesan antara kedua hemisfer otak
Volume bagian otak ini pada laki-laki lebih kecil dari volumenya pada otak perempuan, artinya komunikasi yang terjadi antara kedua hemisfer otak lebih sedikit.
Bagian belakang kalosum dalam otak perempuan lebih besar dari yang ada pada otak laki-laki. Ini menerangkan mengapa perempuan memakai kedua sisi otaknya untuk bahasa.
Komisura anterior
Kumpulan sel saraf ini, lebih kecil dari korpus kalosum, juga menghubungkan kedua hemisfer otak.
16
Hemisfer otak
Sisi kiri otak mengendalikan bahasa, dan sisi kanan otak adalah tempat emosi.
Berat total otak kira-kira 1,35 kg
Otak laki-laki, rata-rata lebih besar dari otak perempuan.
Otak perempuan rata-rata lebih kecil dari otak laki-laki karena struktur anatomi seluruh tubuh mereka lebih kecil. Akan tetapi, neuron mereka lebih banyak daripada neuron laki-laki (seluruhnya 11%) yang berjejalan di korteks serebral.
Berikut ini daftar kemampuan kognitif dan perbedaan khas yang berkaitan
dengan gender.
Intelegensi umum: berbagai macam studi belum memberikan hasil temuan yang konsisten mengenai apakah laki-laki dan perempuan memiliki
intelegensi umum yang berbeda. Apabila ada perbedaan mean, maka
perbedaan itu hanya kecil. Selama tahun-tahun prasekolah, skor tes IQ anak
perempuan lebih tinggi; di sekolah menengah, skor tes IQ anak laki-laki lebih
tinggi. Dengan demikian, secara keseluruhan tidak ada perbedaan yang
mencolok antara intelegensi umum anak laki-laki dan perempuan.
Kemampuan verbal: anak perempuan belajar berbicara, memakai kalimat, dan memakai lebih banyak macam kata lebih dini dibandingkan anak laki-laki.
Selain itu, cara berbicara anak perempuan lebih jelas, dapat membaca lebih
dini, dan lebih konsisten dalam mengerjakan tes ejaan dan tata bahasa.
Pemecahan masalah: laki-laki cenderung mencoba menerapkan pendekatan baru dalam memecahkan masalah, tidak terlalu terpengaruh oleh tanda-tanda
yang tidak relevan dan lebih berfokus pada hal-hal umum di dalam tugas
17
dibandingkan perempuan. Namun, dalam hal hubungan antarmanusia,
perempuan lebih baik di dalam menyelesaikan suatu masalah dibandingkan
laki-laki.
Prestasi di sekolah: tanpa pengecualian, anak perempuan memperoleh nilai rata-rata yang lebih tinggi dari anak laki-laki, terutama di tingkat sekolah
dasar. Kinerja skolastik anak perempuan lebih stabil, kurang berfluktuasi,
daripada kinerja anak laki-laki (Bastable, 2002: 193).
Menurut Kim (Slavin, 2008: 159 ), laki-laki mempunyai nilai yang lebih baik
daripada perempuan dalam matematika, sedangkan kebalikannya berlaku
untuk ujian bahasa Inggris. Pada umumnya studi menemukan bahwa
laki-laki memperoleh nilai yang lebih tinggi daripada perempuan dalam ujian
pengetahuan umum, penalaran mekanis dan rotasi mental; perempuan
memperoleh nilai yang lebih tinggi dalam ukuran bahasa, termasuk penilaian
membaca dan menulis, dan dalam tugas-tugas yang meminta perhatian dan
perencanaan (Warrick & Naglieri dalam Slavin, 2008: 159).
Dalam nilai sekolah, perempuan lebih unggul daripada laki-laki dan
mempertahankan keunggulan ini hingga sekolah menengah. Bahkan dalam
matematika dan ilmu pengetahuan alam, dimana perempuan memperoleh
nilai yang agak lebih rendah dalam ujian, perempuan masih memperoleh nilai
yang lebih baik di kelas (Maher & Ward dalam Slavin, 2008: 159). Di
sekolah dasar, laki-laki mempunyai kemungkinan yang jauh lebih tinggi
18
mempunyai masalah ketidakmampuan belajar atau gangguan emosional
(Smith dalam Slavin,2008: 160).
Tak ada perdebatan yang terlalu besar di kalangan para guru dan pihak-pihak
lainnya tentang apakah laki-laki dan perempuan memandang berbagai hal
secara berbeda, dan apakah mereka memilih untuk mengekspresikan
gagasan-gagasan mereka dengan cara yang berbeda. Anak-anak jelas dipengaruhi oleh
model-model peran yang diperkenalkan kepada mereka. Ketika
mempertimbangkan tentang pengaruh artistik terhadap budaya saat ini,
dominasi laki-laki masih sangat jelas terlihat. Dalam hal status, karya dari
seniman laki-laki sering kali dipandang lebih prestisius daripada hasil karya
perempuan. Para pemikir dan penemu besar yang diperkenalkan kepada
anak-anak sebagian besar adalah laki-laki. Beberapa seniman perempuan
telah mengukir karir dari ketertarikan mereka; sebagai konsekuensinya ada
ketiadaan penerimaan sosial terhadap karya mereka, yang dipandang hanya
sebagai hobi (Beetlestone, 2011: 61).
Hal ini tidak sesuai dengan persepsi yang menyebar pada anak-anak
mengenai seni sebagai sosok ‘’perempuan’’ ketika mereka membahas tentang
mata pelajaran untuk studi lebih lanjut. Persepsi semacam itu dapat
mengarah kepada memandang rendah performansi anak perempuan dalam
subyek ‘laki-laki’ seperti matematika dan sains (French dalam Beetlestone,
2011), dan memandang rendah performansi anak laki-laki dalam bidang
literasi, yang secara tradisional dipandang sebagai subyek ‘seni/perempuan’
19
dengan pendekatan-pendekatan yang positif seperti proyek GIST (Girls into Science and Technology) yang dirancang untuk mendukung minat anak perempuan terhadap sains, dan para pihak yang berkecimpung dalam kegiatan
mendukung anak-anak perempuan untuk menggunakan konstruksi dan
teknologi.
Demikian juga, ketiadaan ketertarikan yang menyolok pada anak perempuan
terhadap matematika semakin menguatkan kesadaran akan performansi yang
kurang telah menyebabkan para guru mengambil langkah positif untuk
memberikan kesempatan kepada anak perempuan dalam bidang matematika,
yang seringkali diwujudkan dengan membagi kelompok dengan jenis kelamin
yang sama. Apabila anak-anak diberi kesempatan untuk melakukan berbagai
macam kegiatan dan pendekatan kreatif terhadap pembelajaran, dan setiap
saat didorong untuk memikirkan gagasan secara menyeluruh, mendiskusikan
kemudian, mengambil resiko , dan mencoba melakukan metode-metode baru,
banyak ketidakseimbangan gender seperti ini yang tidak akan muncul ke
permukaan. Anak-anak yang diberi kesempatan dan pengalaman yang sama
akan lebih merespon berdasarkan basis individual ketimbang gender
20
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Mei 2014 di SMA Negeri 1
Pagelaran.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI di SMA Negeri 1
Pagelaran. Sampel penelitian terdiri dari seluruh siswa kelas XI IPA di SMA
tersebut. Untuk menentukan sampel dari penelitian dilakukan dengan teknik
purposive sampling (Nasution, 2011). Berdasarkan teknik tersebut, maka seluruh siswa kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA3 dan XI IPA 4 SMA Negeri
1 Pagelaran diambil sebagai sampel penelitian yaitu sebanyak 126 orang.
Dengan jumlah siswa laki-laki sebanyak 35 orang dan jumlah siswa
perempuan sebanyak 91 orang.
C. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
deskriptif sederhana karena penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang
21
mengenai kemampuan siswa-siswi kelas XI IPA di SMA Negeri 1 Pagelaran
dalam mengajukan pertanyaan. Kemudian peneliti mendeskripsikan
perbedaan kualitas pertanyaan siswa berdasarkan gender yang telah
dikelompokkan dengan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom.
D. Prosedur Penelitian
1. Tahap Persiapan
a. Membuat surat izin penelitian pendahuluan untuk melakukan
observasi ke sekolah.
b. Melakukan observasi awal di Sekolah Menengah Atas tempat
penelitian untuk memperoleh informasi tentang waktu pelaksanaan
kegiatan mengajar materi sistem reproduksi.
c. Menyampaikan rencana pengumpulan pertanyaan siswa melalui
observasi proses pembelajaran menggunakan video pada setiap
pertemuan.
d. Mempersiapkan instrumen-instrumen yang diperlukan dalam
penelitian, yaitu: silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, dan
soal ulangan harian.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Melakukan proses belajar mengajar di dalam kelas dengan
menayangkan power point yang berisi gambar dan video materi
sistem reproduksi manusia.
b. Memberikan kesempatan bertanya kepada siswa disetiap akhir
22
c. Merekam pertanyaan yang diajukan oleh siswa menggunakan kamera
digital.
d. Melaksanakan ulangan harian setelah proses pembelajaran materi
sistem reproduksi manusia berakhir.
e. Menganalisis kualitas pertanyaan yang diajukan siswa menggunakan
tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom.
f. Menyimpulkan data dengan melihat tingkatan ranah kognitif dari
setiap pertanyaan siswa yang terkumpul.
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data
Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut.
1. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif berupa deskripsi
kualitas pertanyaan siswa yang dikelompokkan berdasarkan taksonomi
Bloom baik pada siswa laki-laki maupun perempuan.
2. Teknik Pengumpulan Data
Tahap pengumpulan data pada penelitian ini sebagai berikut.
a. Observasi
Pengumpulan data dilakukan dengan observasi terhadap subjek
penelitian melalui video proses pembelajaran menggunakan kamera
digital untuk mengetahui kualitas pertanyaan siswa pada materi
23
b. Tes
Pengumpulan data dilakukan dengan tes terhadap subjek penelitian
melalui ulangan harian materi sistem reproduksi untuk mengetahui
hasil belajar siswa.
Pengumpulan data mengenai pengelompokkan pertanyaan siswa berdasarkan
gender pada tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom dapat dilihat pada
tabel 2 berikut.
Tabel 2. Jumlah Pertanyaan Siswa Berdasarkan Gender Pada Setiap Tingkatan Ranah Kognitif SMA Negeri 1 Pagelaran
Tingkat
Setelah seluruh pertanyaan siswa pada setiap tingkatan ranah kognitif
terkumpul, data tersebut kemudian diubah menjadi data kuantitatif yang
24
F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis
1. Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis
deskripsi dan pengujian hipotesis. Teknik pengujian hipotesis pada
penelitian ini menggunakan uji beda (uji t). Pertama, pertanyaan yang
diajukan siswa dikelompokkan berdasarkan gendernya. Setelah itu,
setiap pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan perempuan dianalisis
menggunakan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom. Data tersebut
dapat dilihat pada Tabel 2. Selanjutnya, keseluruhan jumlah pertanyaan
pada setiap tingkatan ranah kognitif yaitu dari C1 sampai dengan C6 di
setiap pertemuan diubah menjadi bentuk persentase.
Data yang diperoleh dideskripsikan dengan melihat sejauh mana kualitas
pertanyaan siswa berdasarkan tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom
baik pada siswa laki-laki maupun siswa perempuan.
Adapun rumus yang digunakan untuk menghitung persentase pada setiap
tingkatan ranah kognitif taksonomi Bloom di setiap pertemuan sebagai
berikut.
a) Perhitungan persentase kualitas pertanyaan pada siswa laki-laki
% = X 100
Keterangan :
n = Jumlah pertanyaan pada setiap jenjang ranah kognitif yang diajukan siswa laki-laki
N = Jumlah seluruh pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki
b) Perhitungan persentase kualitas pertanyaan pada siswa perempuan
25
Keterangan :
n = Jumlah pertanyaan pada setiap jenjang ranah kognitif yang diajukan siswa perempuan
N = Jumlah seluruh pertanyaan yang diajukan siswa perempuan (Modifikasi dari Suparlan, 2004: 33)
2. Pengujian Hipotesis Uji beda (uji t)
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan uji beda (uji t)
menggunakan program SPSS 17. Uji ini digunakan untuk mengetahui
perbedaan antara jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa
laki-laki dan siswa perempuan.
a. Hipotesis
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara jumlah
pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.
2. H0 : Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas
pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.
H1 : Terdapat perbedaan yang signifikan antara kualitas
pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa perempuan.
b. Kriteria Pengujian
Jika nilai signifikansi > 0,05 maka H0 diterima, jika nilai signifikansi
33
V. SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut.
1. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki berdasarkan tingkat
ranah kognitif taksonomi Bloom yaitu pertanyaan dimensi kognitif
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), dan analisis (C4).
2. Kualitas pertanyaan yang diajukan siswa perempuan berdasarkan tingkat
ranah kognitif taksonomi Bloom yaitu pertanyaan dimensi kognitif
pengetahuan (C1), pemahaman (C2), aplikasi (C3) dan analisis (C4).
3. Jumlah dan kualitas pertanyaan yang diajukan siswa laki-laki dan siswa
perempuan yaitu tidak berbeda nyata dan didominansi oleh pertanyaan
dimensi kognitif pemahaman (C2).
B. Saran
Berdasarkan simpulan yang telah dirumuskan di atas, maka peneliti
mengajukan saran sebagai berikut.
1. Guru dapat membuat variasi dalam proses pembelajaran yang dapat
34
2. Peneliti lain, hasil penelitian ini dapat dijadikan dasar pengembangan
penelitian tahap lanjut, misal dengan membandingkan kemampuan
bertanya siswa dari berbagai metode pembelajaran dengan jumlah sampel
DAFTAR PUSTAKA
Barus, W. 2012. Upaya Meningkatkan Keterampilan Bertanya Siswa dengan Menggunakan Metode Tanya Jawab Pada Pelajaran IPS di Kelas IV SD Negeri 101813 Buluh Gading Kecamatan Sibiru-biru TA 2011/2012. Skripsi. Universitas Negeri Medan. Medan
Bastable, S. 2002. Perawat sebagai Pendidik. EGC. Jakarta. Beetlestone, F. 2011. Creative Learning. Nusa Media. Bandung. Bono, E. 2007. How to Have a Beautifull Mind. Kaifa. Bandung. Hamalik, O. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Karwapi, M. 2012. Keunggulan dan Kelemahan Metode Ceramah dalam Pembelajaran di Kelas. (online). (http://karwapi. wordpress.comdiakses pada 09/10/2014; 15.47 WIB).
Muhaemin. 2010. Perencanaan Pembelajaran IPA. Universitas Lampung. Lampung.
Nasution. 2011. Metode Research (Penelitian Ilmiah). Bumi Aksara. Jakarta. Partin, R.L. 2009. Kiat Nyaman Mengajar di dalam Kelas Edisi Kedua. Indeks.
Jakarta.
Rahmadhani, Y. 2013. Analisis Pertanyaan Siswa SMP Berdasarkan Tingkat Perkembangan Intelektual dan Gender pada Konsep Sistem Reproduksi. (Skripsi). Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.
Rahmawati, R. 2011. Pertanyaan dan Klasifikasi Pertanyaan Dalam Bidang Kognitif . (online). (http://ruzinorahmawati.wordpress.comdiakses pada 25/09/2014; 10.51 WIB).
Rohani, A. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Rusman, T. 2011. Aplikasi Statistik Penelitian dengan SPSS. Universitas
Sari, R. 2012. Analisis Pertanyaan Siswa Menerapkan Metode SQ3R (Survey, Question, Read, Recite, Review) dalam Klasifikasi Marbach pada Materi Sisitem Reproduksi Manusia di SMA Negeri 3 Medan. (Tesis). (online). (http://digilib.unimed.ac.id, diakses pada 17/03/2014; 16:38 WIB).
Slavin, R. 2008. Psikologi Pendidikan Teori dan Praktik. Indeks. Jakarta. Sudijono, A. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Raja Grafindo Persada.
Jakarta.
Suparlan. 2004. Fasilitator: Guru Sekolah Dasar Perlu Mengenal Tipe Kecerdasan dan Gaya Belajar pada Siswanya. Jakarta.
Suryabrata. 2008. Psikologi Pendidikan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Uno, H. 2008. Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Bumi Aksara.
Jakarta.
Valanides, N. 1999. Formal Reasoning Performance of Higher Secondary School Student: Theoretical and Educational Implication. Europan Journal of
Psychology of Education.
Widodo. 2006. Profil Pertanyaan Guru dan Siswa dalam Pembelajaran Sains.
Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran. Volume 4 Nomor 3, 139-148. (Online). (http: widodo.staf.upi.edu, diakses pada 17 Februari 2014).