PEMODELAN BEBAN INTERNAL DAN BEBAN EKSTERNAL PADA KONSTRUKSI MENARA KINCIR ANGIN
Oleh
LENA DWI MUSTIKAWATI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains
Pada
Jurusan Matematika
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
PEMODELAN BEBAN INTERNAL DAN BEBAN EKSTERNAL PADA KONSTRUKSI MENARA KINCIR ANGIN
Oleh
LENA DWI MUSTIKAWATI
Pemodelan matematika merupakan proses dalam memperoleh pemahaman matematika melalui konteks dunia nyata Dalam pemodelan matematik masalah nyata yang sering dihadapidalam kehidupan sehari-hari perlu disusun dalam suatu model matematik sehingga, mudah dicari solusinya. Pemodelan matematika dapat digunakan dalam perkiraan perhitungan beban internal dan beban eksternal sebuah bangunan menara turbin (kincir angin). Setelah didapatkan pemodelan yang cocok, maka akan ditentukan komposisi dan banyaknya bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan agar terbangun sebuah menara yang kokoh dalam menyangga sebuah turbin (kincir angin).
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK... i
HALAMAN JUDUL... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
PERNYATAAN... v
RIWAYAT HIDUP... vi
MOTTO... viii
PERSEMBAHAN... ix
SANWACANA... x
DAFTAR ISI... xii
DAFTAR TABEL... xiv
DAFTAR GAMBAR... xv
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Batasan Masalah ... 2
1.3 Tujuan Penelitian ... 2
2.2 konstrusi ... 13
2.3 menara... 14
2.4 angin... 17
2.5 Energi potensial ... 17
2.6 Beton... 18
III. METODELOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian... 19
3.2 Data Penelitian... 19
3.3 Metode Penelitian... 19
3.3.1 Uji Elastisitas Kekuatan Bahan... 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian... 24
4.2 Pembahasan... 25
4.2.1 Menghitung Beban Internal... 25
4.2.2 Menghitung Beban Eksternal... 27
4.2.3 Menentukan Komposisi Bahan-Bahan... 34
V. KESIMPULAN VI. SARAN
I.PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang dan Masalah
Ilmu matematika merupakan salah satu ilmu yang dapat digunakan untuk
menyelesaikan permasalahan atau persoalan dalam kehidupan sehari hari.
Kejadian-kejadian yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari merupakan
salah satu sistem yang dapat diselesaikan melalui pemodelan matematika.
Pemodelan matematika merupan salah satu cara untuk mengevaluasi, mengamati
serta menyelesaikan suatu masalah yang disajikan dengan variabel-variabel yang
dapat mendukung pemodelan yang sudah dibuat. Seiring berjalannya waktu, ilmu
matematika banyak sekali menghasilkan suatu metode-metode atau
formula-formula yang dapat digunakan baik dalam perkembangan ilmu matematika itu
sendiri maupun untuk perkembangan ilmu-ilmu yang lainnya. Seperti pada
penelitian ini, penulis akan membahas pemodelan beban internal dan beban
eksternal pada pembangunan rancangan konstruksi bangunan menara.
Menara adalah bangunan atau tower yang terbuat dari susunan tiang batu bata,
rangkaian besi atau pipa yang berbentuk segitiga ataupun segi empat, atau hanya
berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan untuk menempatkan suatu turbin
(kincir angin), antena dan radio pemancar maupun penerima gelombang
Sudah diketahui bahwa laju angin di Indonesia selalu berubah-ubah sesuai dengan
iklim dan tekanan udara yang sedang terjadi di sekitarnya.Perubahan laju angin
mempengaruhi gerak sebuah turbin atau kincir angin. Kekuatan bangunan menara
dapat diketahui dari ketahanan bahan atau komponen bangunan menara tersebut
untuk menyangga sebuah turbin atau kincir angin dalam menanggulangi fluktuasi
laju perubahan angin yang berubah-ubah dan akan dikonversi menjadi beban bagi
bangunan menara.
1.2 Batasan Masalah
Pada penelitian ini, penulis hanya membatasi permasalahan pada perhitungan
perkiraan beban internal dan beban eksternal serta penentuan komposisi dan
jumlah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembangunan rancangan konstruksi
bangunan menara yang diharapkan kuat untuk menyangga sebuah turbin atau
kincir angin dalam menanggulangi fluktuasi laju perubahan angin yang
berubah-ubah.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetehui perkiraan perhitungan beban internal dan beban eksternal
yang akan dihadapi oleh bangunan menara.
2. Menentukan komposisi dan jumlah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam
pembangunan rancangan konstruksi bangunan menara yang diharapkan
kuat untuk menyangga sebuah turbin atau kincir angin dalam
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah mengetahui perkiraan
perhitungan beban internal dan beban eksternal serta mengetahui komposisi dan
jumlah bahan-bahan yang dibutuhkan dalam pembangunan rancangan konstruksi
bangunan menara yang diharapkan kuat untuk menyangga sebuah turbin atau
kincir angin dalam menanggulangi fluktuasi laju perubahan angin yang
II.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pemodelan Matematika (Mathematical Modeling)
Model adalah representasi penyederhanaan dari sebuah realita yang complex
(biasanya bertujuan untuk memahami realita tersebut) dan mempunyai feature
yang sama dengan tiruannya dalam melakukan task atau menyelesaikan
permasalahan. Model adalah karakteristik umum yang mewakili sekelompok
bentuk yang ada, atau representasi suatu masalah dalam bentuk yang lebih
sederhana dan mudah dikerjakan. Dalam matematika, teori model adalah ilmu
yang menyajikan konsep-konsep matematis melalui konsep himpunan, atau ilmu
tentang model-model yang mendukung suatu sistem matematis. Teori model
diawali dengan asumsi keberadaan obyek-obyek matematika (misalnya
keberadaan semua bilangan) dan kemudian mencari dan menganalisis keberadaan
operasi-operasi, relasi-relasi, atau aksioma-aksioma yang melekat pada
masing-masing obyek atau pada obyek-obyek tersebut. Indenpensi dua hukum matematis
yang lebih dikenal dengan nama axiom of choice, dan contnuum hypothesis dari
aksioma-aksioma teori himpunan (dibuktikan oleh Paul Cohen dan Kurt Godel)
adalah dua hasil terkenal yang diperoleh dari teori model. Telah dibuktikan bahwa
axiom of choice dan negasinya konsisten dengan aksioma-aksioma Zermelo-
Fraenkel dalam teori himpunan dan hasil yang sama juga dipenuhi oleh contnuum
yang diberikan, selanjutnya diselesaikan dengan aturan-aturan yang ada.
Penyelesaian yang diperoleh, perlu diuji untuk mengetahui apakah penyelesaian
tersebut valid atau tidak. Hasil yang valid akan menjawab secara tepat model
matematikanya dan disebut solusi matematika. Jika penyelesaian tidak valid atau
tidak memenuhi model matematika maka solusi masalah belum ditemukan, dan
perlu dilakukan pemecahan ulang atas model matematikanya
(Frederich H. Bell 1978)
Contoh model matematika adalah:
Pertumbuhan populasi bakteri
Suatu jenis bakteri membelah dua setiap detik. Maka jumlah bakteri adalah :
Y = 2 t
dengan t = waktu (detik)
Untuk mencari kapan bakteri mencapai jumlah tertentu adalah :
t = ⁄
Model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari sesuatu yang akan dibuat atau
Dihasilkan. Definisi lain dari model adalah abstraksi. Dari sistem sebenarnya,
dalam gambaran yang lebih sederhana serta mempunyai tingkat prosentase yang
memusatkan perhatian pada beberapa sifat dari kehidupan sebenarnya.
(Simamarta, 1983).
Jenis-jenis model dapat dibagi dalam lima kelas yang berbeda :
1) Kelas I, pembagian menurut fungsi :
a. Model deskriptif : hanya menggambarkan situasi sebuah sistem tanpa
rekomendasi dan peramalan.
Contoh : peta organisasi
b. Model prediktif : model ini menunjukkan apa yang akan terjadi, bila sesuatu
terjadi.
c. Model normatif : model yang menyediakan jawaban terbaik terhadap satu
persoalan. Model ini memberi rekomendasi tindakan-tindakan yang perlu diambil.
Contoh : model budget advertensi, model economics, model marketing.
2) Kelas II, pembagian menurut struktur.
a. Model Ikonik : adalah model yang menirukan sistem aslinya, tetapi dalam suatu
skala tertentu.
Contoh : model pesawat.
b. Model Analog : adalah suatu model yang menirukan sistem aslinya dengan
hanya mengambil beberapa karakteristik utama dan menggambarkannya
Contoh : aliran lalu lintas di jalan dianalogkan dengan aliran air dalam sistem
pipa.
c. Model Simbolis : adalah suatu model yang menggambarkan sistem yang
ditinjau dengan simbol-simbol biasanya dengan simbol-simbol matematik.
Dalam hal ini sistem diwakili oleh variabel-variabel dari karakteristik sistem yang
ditinjau.
3) Kelas III, pembagian menurut referansi waktu.
a. Statis : model statis tidak memasukkan faktor waktu dalam perumusannya.
b. Dinamis : mempunyai unsur waktu dalam perumusannya.
4) Kelas IV, pembagian menurut referansi kepastian.
a. Deterministik : dalam model ini pada setiap kumpulan nilai input, hanya ada
satu output yang unik, yang merupakan solusi dari model dalam keadaan pasti.
b. Probabilistik : model probabilistik menyangkut distribusi probabilistik dari
input atau proses dan menghasilkan suatu deretan harga bagi paling tidak satu
variabel output yang disertai dengan kemungkinan-kemungkinan dari harga-harga
tersebut.
c. Game : teori permainan yang mengembangkan solusi-solusi optimum dalam
5) Kelas V, pembagian menurut tingkat generalitas.
a. Umum
b. Khusus
Model yang akan disusun dalam penelitian ini termasuk model Simbolis, yaitu
model yang menggambarkan sistem yang ditinjau dengan simbol-simbol biasanya
dengan simbol-simbol matematik. Dalam hal ini sistem diwakili oleh
variabel-variabel dari karakteristik sistem yang ditinjau.
pemodelan adalah deskriptif lengkap mengenai satu sistem dari perspektif tertentu
atau suatu bentuk penyederhanaan dari sebuah elemen dan komponen yang sangat
komplek untuk memudahkan pemahaman dari informasi yang dibutuhkan.
Pemodelan matematika merupakan proses dalam memperoleh pemahaman
matematika melalui konteks dunia nyata Dalam pemodelan matematik bahwa
masalah nyata yang sering dihadapi dalam kehidupan sehari-hari perlu disusun
dalam suatu model matematik sehingga, mudah dicari solusinya. Proses pembentukan model matematika melalui tahap abstraksi dan idealisasi. Dalam
proses ini diterapkan prinsip-prinsip matematika yang relevan sehingga
menghasilkan sebuah model matematika yang diharapkan. Beberapa hal penting
dan perlu agar model yang dibuat sesuai dengan konsep masalah antara lain,
masalah itu harus dipahami karakteristiknya dengan baik, disusun formulasi
modelnya, model itu divalidasi secara cermat, solusi model yang diperoleh
diinterpretasikan dan kemudian diuji kebenarannya. Metodologi dasar dalam
proses penentuan model matematika atau sering disebut pemodelan matematika,
a) tahap masalah,
b) karakterisasi masalah,
c) formulasi model matematika,
d) analisis,
e) validasi,
f) perubahan dan
g) model yang memadai
Pemodelan matematika merupakan proses dalam memperoleh pemahaman
matematika melalui konteks dunia nyata. Menurut Lovitt (1991) pemodelan
matematika ditandai oleh dua ciri utama, yaitu (1) pemodelan bermula dan
berakhir dengan dunia nyata, (2) pemodelan membentuk suatu siklus. (Senk dan
Thompson, 2003).
Pemodelan matematika adalah penyusunan suatu deskripsi dari beberapa perilaku
dunia nyata (fenomena-fenomena alam) ke dalam bagian-bagian matematika yang
disebut dunia matematika (mathematical world). Pemodelan matematika juga
merupakan representasi dari objek, proses, atau hal lain yang diharapkan dapat
diketahui polanya sehingga dapat dianalisis.
(Dym and Ivey, 1980)
Pemodelan matematika adalah penyusunan suatu deskripsi dari beberapa perilaku
dunia nyata (fenomena - fenomena alam) ke dalam bagian - bagian matematika
yang disebut dunia matematika. Ada dua tipe model matematika, yaitu model
bertipe deterministik dan model bertipe empirik. Model deterministik merupakan
sifat yang berlaku pada sistem. Sedangkan model empiric lebih cenderung kepada
fakta yang diberikan oleh sistem atau data.
(Giordano dan Weir,2002)
Pemodelan matematika merupakan bidang matematika yang berusaha untuk
merepresentesi dan menjelaskan sistem-sistem fisik atau problem di dunia real
dalam pernyataan matematik sehingga diperoleh pemahaman dari problem dunia
real ini menjadi lebih tepat.
Contoh pemodelan matematika adalah :
Misalnya, mutu lulusan sekolah dasar (M)
tergantung atas beberapa faktor, seperti kualitas guru (x1), kualitas masukan (x2),
relevansi kurikulum (x3), dan sarana penunjang pembelajaran (x4). Jika disusun
rumusan unsur-unsur ini, dapat dinyatakan bahwa mutu lulusan adalah fungsi dari
faktor-faktor x1, x2, x3, dan x4. Dalam bentuk model matematik hubungan ini dapat
ditulis dengan M = F (x1 ,x2 ,x3 ,x4) atau secara singkat ditulis M = f (x) , dengan
pemahaman bahwa variabel x mewakili variabel x1 ,x2 ,x3 dan x4. Bentuk
penulisan terakhir ini menunjukkan adanya simplikasi (penyederhanaan) cara
penulisan hubungan antara variabel yang satu dengan variabel lainnya.
Perihal mutu lulusan yang dipengaruhi oleh mutu guru, mutu masukan,
relevansi kurikulum dan sarana penunjang lainnya merupakan kondisi obyektif
suatu fakta yang secara realitas terjadi di sektor pendidikan. Kondisi nyata
demikian diabstraksikan kemudian ketidaksempurnaan yang terdapat pada
masing-masing
unsur dieliminir dan dipandang telah sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Proses
prinsip-prinsip matematika yang relevan sehingga menghasilkan sebuah model
matematika yang diharapkan. Model matematika yang dihasilkan, baik dalam
bentuk persamaan, pertidaksamaan, sistem persamaan atau lainnya terdiri atas
sekumpulan lambang yang disebut variabel atau besaran yang kemudian di
dalamnya digunakan operasi
matematika seperti tambah, kali, kurang, atau bagi. Dengan prinsip-prinsip
matematika tersebut dapat dilihat apakah model yang dihasilkan telah sesuai
dengan rumusan sebagaimana formulasi masalah nyata yang dihadapi. Hubungan
antara komponen-komponen dalam suatu masalah yang dirumuskan dalam suatu
persamaan matematik yang memuat komponen-komponen itu sebagai
variabelnya, dinamakan model matematik. Dan proses untuk memperoleh model
dari suatu masalah dikatakan pemodelan matematika.
Terdapat beberapa jenis model matematika antara lain :
1) model empiris
pada model empiris data yang berhubungan dengan problem menentukan
peran yang penting. Dalam pendekatan ini gagasan yang utama adalah
mengkronstruksi formula (persamaan) matematika yang dapat
menghasilkan grafik yang terbaik untuk mencocoan data.
2) Model simulasi
Dalam pendekatan ini program komputer dituliskan didasarkan pada
aturan-aturan yang dipercaya untuk membentuk suatu proses
3) Model stokastik
Model Stokastik adalah model matematika dimana gejala-gejala dapat
Pada Model Stokastik disebut juga model probabilistik peluang dari
masing-masing kejadian benar-benar di hitung, menyusun sebuah model
stokastik cenderung lebih sulit dari model deterministik.
Kaidah-kaidah peluang adalah alat matematika yang cukup vital dalam
menyusun model stokastik.
Contoh model stokastik adalah teori antrian dan teori permainan, dimana
ini merupakan pengembangan dari riset operasi modern.
Berkenaan dengan karakteristik persoalan yang hendak diselesaikan
dengan pendekatan OR, maka dibedakan dua jenis permasalahan:
(1) Deterministik, dicirikan oleh nilai-nilai parameternya yang pasti
dan time-invariant,
(2) Stokastik, dicirikan oleh ketidakpastian nilai parameter-parameternya
dan time-variant.
Contoh penerapan pemodelan stokastik adalah : Rantai Markov dengan
Waktu Diskret, Proses Poisson, Rantai Markov dengan Waktu Kontinu,
Proses Bercabang Dan Proses Pembaruan dan Penerapannya
Kejadian stokastik adalah kebolehjadian yang hanya dapat ditentukan
distribusi frekuensinya. jadi kejadian stokastik ini tidak dapat ditentukan
fungsinya dengan pasti, namun hanya berupa kisaran fungsi yang
nilainya belum dapat ditetapkan.
Contoh dari kejadian stokastik adalah jumlah daun yang berguguran
setiap harinya. Helai-helai daun berguguran dari hari ke hari, namun
belum dapat dipastikan berapa jumlahnya dan fungsi seperti apa yang
Kejadian stokastik ini dapat didekati dengan suatu fungsi interval yang
bentuknya akan menyerupai, yaitu pada saat-saat tertentu mencapai nilai
maksimal sedangkan saat yang lain mencapai titik minimal. (Widowati
dan Sutini 2007).
2.2 Konstruksi
Konstruksi merupakan suatu kegiatan membangun sarana maupun prasarana.
Dalam sebuah bidang arsitektur atau teknik sipil, sebuah konstruksi juga dikenal
sebagai bangunan atau satuan insfrastruktur pada sebuah area atau pada beberapa
area. Konstruksi juga dapat didefinisikan sebagai susunan (model, tata letak) suatu
bangunan (rumah, jembatan, dll). Walaupun kegiatan konstruksidikenal sebagai
satu pekerjaan,tetapi dalam kenyataannya konstrusi merupakan satuan kegiatan
yang terdiri dari beberapa pekerjaan lain yang berbeda.
Pada umumnya kegiatan konstrusi diawasi oleh manajer proyek, insinyur disain,
atau arsitek proyek. Orang-orang ini bekerja di dalam kantor , sedangkan
pengawasan lapangan biasanya diserahkan kepada mandor proyek yang
mengawasi buruh bangunan, tukang kayu, dan ahli bangnan yang lainnya untuk
menyelesaikan fisik sebuah konstruksi.
Untuk keberhasilan pelaksanaan proyek konstruksi, perencanaan yang efektif
sangatlah penting. Hal ini terkait dengan rancang-bangun (desain dan
pelaksanaan) infrastruktur yang mempertimbangkan mengenai dampak pada
lingkungan / AMDAL metode penentuan besarnya biaya yang diperlukan /
anggaran, disertai dengan jadwalperencanaan yang baik, keselamatan lingkungan
dengan yang disebabkan keterlambatan persiapan tender dan penawaran dan
lain-lain. (H. Burns 2000)
2.3 Menara
Menara adalah bangunan atau tower yang terbuat dari susunan tiang batu
bata,rangkaian besi atau pipa yang berbentuk segitiga ataupun segi empat, atau
hanya berupa pipa panjang (tongkat), yang bertujuan untuk menempatkan sebuah
turbin (kincir angin), anntena dan radio pemancar maupun penerima gelombang
telekomunikasi dan informasi.
Menara adalah sebuah struktur bangunan buatan manusia dan tingginya lebih dari
lebarnya. Menara dibangun untuk menjadi sebuah mercu tanda sebuah
organisasi. Justru itu menara dibangun dengan lebih cantik , tetapi tujuan utama
pembangunan sebuah menara untuk memelihara ruang dan tanah.
Kebanyakan menara dibangun berbentuk seakan sama tetapi kenyataannya
arsitekturnya berbeda. Menara biasanya mempunyai atau terdapat antena atau
turbin (kincir angin) pada puncaknya.
Menara dibangun pasti mempunyai tujuan. Beberapa tujuan pembangunan menara
antara lain :
1) Menjadikan suatu tempat menjadi lebih indah dan mengagumkan.
2) Menguatkan tanah
4) Sebagai objek pariwisata
5) Sebagai tempat untuk membantu pengawasan, misalnya menara pemandu
udara yang berada di lapangan udara atau lapangann terbang
6) Sebagai tempat untuk membantu keselamatan, misalnya menara pengawas
di penjara
7) Sebagai tempat untuk membantu mengawasi terjadinya kebakaran,
misalnya kebakaran hutan
8) Sebagai tempat untuk membantu menyebarkan cahaya (rumah api)
9) Sebagai tempat untuk membantu menyebarkan bunyi (lonceng di menara
gereja, adzan di menara masjid)
10) Sebagai tempat untuk menunjukkan waktu (menara jam).
Beberapa contoh bangunan menara turbin (kincir angin) :
Gambar 2. menara kincir angin
2.4 Angin
Angin adalah udara yang bergerak yang diakibatkan oleh rotasi bumi, dan juga
karena adanya perbedaan tekanan udara disekitarnya.
Angin bergerak dari tempat bertekanan udara yang tinggi ke tempat yang
bertekanan udara rendah.Apabila dipanaskan, udara memuai. Udara yang telah
memuai menjadi lebih ringan sehingga naik. Apabila hal ini terjadi, tekanan udara
turun karena udaranya berkurang.Di atas tanah udara menjadi panas lagi dan naik
kembali. Aliran naiknya udara panas dan turunnya udara dingin ini disebut
konveksi.
2.5 Energi Potensial
Energi potensial dari suatu sistem adalah energi yang dimiliki suatu benda karena
memiliki ketinggian tertentu dari tanah. Energi potensial ada karena adanya
grivitasi bumi. Atau energi potensial adalah energi yang dihubungkan dengan
konfigurasi ruang dari komonen-komponennya dan interaksi antara satu dengan
yang lainnya. Jumlah arkitel yang mengeluarkan gaya satu sama lain yang secara
otomatis membentuk sebuah sistem dengan energi potensial . gaya-gaya tersebut,
contohnya, dapat timbul dari interaksi elektrostastik.
Persamaan yang digunakan energi potensial adalah:
Ep = m.g.h
dimana :
m = massa (kg)
g = percepatan gravitasi (m/s2)
h = perubahan ketinggian (meter)
(Daryanto, 2000)
2.6 Beton
Beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar yaitu pasir,
batu, batu pecahan atau bahan semacam lainnya, dengan menambahkan
secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan pembantu guna keperluan
reaksi kimia selama proses pengerasan dan perawatan beton berlangsung. Agregat
halus dan kasar, disebut sebagai bahan susun kasar campuran, merupakan
komponen utama beton. Nilai kekuatan serta daya tahan (durability) beton
merupakan fungsi dari banyak faktor, diantaranya ialah banding campuran dan
mutu bahan susun, metode pelaksanaan pengecoran, pelaksanaan finishing
temperatur dan kondisi perawatan pengerasannya. Nilai kuat tekan beton relatif
tinggi dibandingkan dengan kuat tarikannya, dan beton merupakan bahan bersifat
padat. Nilai kuat tariknya hanya berkisar 9% sampai dengan 15% saja dari kuat
III. METODELOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini penulis lakukan di Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung pada semester genap (8) tahun
2013.
3.2 Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kecepatan angin yang
diamati melalui dataloger.
3.3 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara studi pustaka yaitu dengan mempelajari buku-buku
teks dan jurnal-jurnal yang menunjang proses penelitian. Dalam penelitian ini
penulis juga melakukan uji elastisitas atau uji kekuatan bahan cor beton yang akan
3.3.1 Uji Elastisitas Kekuatan Bahan
Uji elastisitas yang dilakukan penulis adalah : Cor beton jenis 1, jenis 2, jenis 3,
dan jenis 4 akan dites kekuatan komposisi bahannya dengan cara didongkrak atau
dihancurkan dengan menggunakan dongkrak hidrolik.
Cor beton yang kuat, pada saat didongkrak tidak mudah retak ataupun hancur.
Alat, bahan serta cara membuat cor beton adalah sebagai berikut:
a) Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan penulis dalam penelitian adalah semen, pasir,
batu spleat (batu koral) dan air untuk membuat cor beton.
b) Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan penulis dalam membuat bahan penelitian berupa cor
beton adalah sendok semen,ember untuk membuat adukan, gelas dengan ukur
(dengan ukuran 150 ml) dan cetakan cor beton (potongan pipa paralon
berdiameter 10 cm). Sedangkan alat yang digunakan untuk menguji elastisitas
bahannya adalah dongkrak hidrolik.
c) Cara Membuat
Pada penelitian ini penulis membuat cor beton sebanyak 4 jenis dengan
perbandingan komposisi bahan-bahan yang berbeda-beda dan diberi label cor
beton jenis 1 untuk komposisi 3 gelas pasir : 2 gelas batu splite : 1 gelas semen
1 gelas semen (3 : 1 :1 ), cor beton jenis 3 untuk komposisi 2 gelas pasir : 2
gelas batu splite : 1 gelas semen ( 2 : 2 : 1) dan cor beton jenis 4 untuk
komposisi 2 gelas pasir : 2 gelas batu splite : 2 gelas semen (2 : 2 : 2 ) sebagai
bahan penelitian. Adapun cara yang dilakukan penulis dalam membuat cor
beton adalah sebagai berikut:
1) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan seperti sendok semen, ember
untuk membuat adukan, cetakan (potongan pipa paralon berdiameter 10
cm), gelas ukur (dengan ukuran 150 ml), semen, pasir, batu spliet (batu
koral) dan air..
2) Masukkan bahan-bahan yang digunakan (semen,pasir,batu splite) sesuai
dengan komposisi jenis cor beton.
3) Diberi air secukupnya (jangan terlalu encer)
4) Siapkan cetakan (pipa paralon berdiameter 10 cm) dan cetak adukan
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian
Pada penelitian ini akan dihitung beban internal dan beban eksternal yang akan
dihadapi oleh bangunan menara sehingga akan disesuaikan dengan komposisi
bahan-bahan yang tepat dalam pembangunan sebuah bangunan menara.
Dari hasil pengamatan yang dilakukan, didapatkan data fluktuasi laju
perubahan angin yang dalam penelitian akan dikonversi menjadi beban yang
akan digunakan dalam perhitungan perolehan beban eksternal.
Perolehan data kecepatan angin melalui dataloger dengan selang waktu yang
bervariasi berdasarkan pada perubahan laju yang signifikan dari fenomena alam
yang terjadi. Berikut perolehan dataloger kecepatan angin dari pukul 00:05:23
WIB sampai dengan pukul 20:02:29. WIB yang dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 4.1 Data Kecepatan Angin
Waktu (WIB) Kecepatan
angin (mph)
Pukul 00:05:23 8,21
Pukul 01:43:46 0
Pukul 02:07:56 1,47
Pukul 04:00:54 4.09
Pukul 05:00:55 5,38
Pukul 06:20:19 6,04
Pukul 07:41:15 5,89
Pukul 08:06:04 7,26
Pukul 09:14:11 13,74
Pukul 10:02:58 12,76
Pukul 11:00:42 7,83
Pukul 12:03:38 6,71
Pukul 13:26:22 4,77
Pukul 14:02:31 7,85
Pukul 15:00:59 10,9
Pukul 16:00:54 11,43
Pukul 17:01:44 10,79
Pukul 18:21:07 4,91
Pukul 19:00:22 8,04
Pukul 20:02:29 2,45
4.2 Pembahasan
4.2.1 Menghitung Beban Internal
Beban internal dari sebuah bangunan adalah jumlah total berat atau masa dari
bahan yang digunakan dalam pembangunan konstruksi dari bangunan tersebut
tanpa dipengaruhi beban yang lainnya dapat juga dikatakan semua muatan atau
beban yang berasal dari berat bangunan dan atau unsur bangunan , termasuk
segala unsur tambahan yang merupakan satu kesatuan dengannya. Begitu juga
dengan beban internal dari sebuah bangunan menara, Merupakan jumlah total
dari bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan sebuah bangunan menara
antara lain : batu bata, pasir, batu splite(koral), semen dan besi berdiameter
Jika diketahui bahwa rencana tinggi bangunan menara yang akan dibangun adalah
15m, panjang menara adalah 4m dan lebar menara adalah 3m serta untuk
memudahkan dalam segala perhitungan ditentukan bahwa menara kincir angin
yang akan dibangun adalah berbentuk balok, maka akan didapat beban internal
adalah sebagai berikut:
Diketahui:
Panjang = 4m, lebar = 3m, tinggi = 15m
Yang pertama dicari adalah volume bangunan, karena bangunan menara
berbentuk balok maka persamaan untuk memperoleh volumenya adalah:
V = p . l . t
Atau
Volume = panjang bangunan . lebar bangunan . tinggi bangunan
Jadi ,
Volume = 3m . 4m . 15m = 180m3
Dengan demikian didapatkan volume bangunan menara yaitu 180m3.
Selanjutnya akan dihitung beban internal bangunan, menurut ( Sunggono, 2009)
dalam buku teknik-sipil aturan penentuan beban atau muatan menurut bahannya
setiap meter kibik dari bangunan memiliki ukuran berat yaitu 500 kg/m3, maka
Beban internal = volume menara . 500 kg/m3
= 90.000 kg
Atau
Beban internal = 90 ton
Jadi didapakan beban internal dari keseluruhan bangunan menara adalah sebesar
90.000 kg atau 90 ton.
4.2.2 Menghitung Beban Eksternal
Beban eksternal adalah beban yang dipengaruhi oleh beban yang lain, dalam hal
ini beban eksternal yang mempengaruhi beban dari bangunan menara adalah
beban yang diciptakan oleh fluktuasi laju angin.
Karena rancangan bangunan menara yang akan dibangun merupakan bangunan
menara turbin ( kincir angin ), maka angin yang diterima oleh turbin ( kincir
angin) akan dikonversi menjadi beban bagi menara. Selain itu beban menara juga
akan dipengaruhi oleh pembeban turbin (kincir angin) dan luas baling-baling
turbin ( kincir angin). Dalam penelitian ini akan ditentukan pembeban turbin yang
digunakan adalah beban yang beratnya 20kg, 40kg, 60kg, 80kg, dan 100kg serta
luas baling-baling turbin (kincir angin) adalah 12m2.
Fluktuasi laju angin juga akan berubah di setiap jamnya, dari data fluktuasi yang
didapatkan dalam penelitian perolehan dataloger kecepatan angin dari pukul
00:05:23 WIB sampai dengan pukul 20:02:29 WIB yang telah disajikan dalam
Berdasarkan perolehan dataloger kecepatan angin dari pukul 00:05:23 WIB
sampai dengan pukul 20:02:29 WIB, berat pembobot turbin yang ditentukan yaitu
: 20kg, 40kg, 60kg, 80kg dan 100kg dan luas baling-baling adalah 12m2 maka,
dapat dihitung beban eksternal yang akan dihadapi oleh bangunan menara yang
akan dibangun.
Menurut ( Sunggono, 2009 ) dalam buku teknik-sipil model matematika yang
digunakan dalam menghitung beban eksternal dari bangunan menara adalah
dengan mengalikan antara kacepatan laju fluktuasi angin dengan luas
baling-baling turbin (kincir angin) dan beban pembobot turbin (kincir angin).
BEksternal = kecepatan flukuasi laju angin Lbaling-baling Beban pembobot turbin.
[image:33.595.108.539.488.747.2]Adapun hasil dari perhitungan beban eksternal adalah sebagai berikut :
Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Beban Eksternal
Waktu (pukul WIB) kecep atan (mph) Luas baling2 (m2)
Hasil beban 20kg Hasil beban 40kg Hasil beban 60kg Hasil beban 80kg Hasil beban 100kg
00:05:23 8,21 12 1970,4 3940,8 5911,2 7881,6 9852
01:43:46 0 12 0 0 0 0 0
02:07:56 1,47 12 352,8 705,6 1050,4 1411,2 1764
03:00:57 3,17 12 760,8 521,6 2282,4 3043,2 3804
04:00:54 4,09 12 981,6 1963,2 2944,8 3926,4 4908
06:20:19 6,04 12 1449,6 1948,8 4348,8 5798,4 7248
07:41:15 5,89 12 1413,6 2827,2 4240,8 5654,4 7068
08:06:04 7,26 12 1742,4 3484,8 5227,2 6969,6 8712
09:14:11 13,74 12 3297,6 6595,2 9892,8 13190,4 16488
10:02:58 12,76 12 3062,4 6124,8 9187,2 12249,6 15312
11:00:42 7,83 12 1879,2 3758,4 5637,6 7516,8 9396
12:03:38 6,71 12 1610,4 3220,8 4831,2 6441,6 8052
13:26:22 4,77 12 1144,8 2289,6 3434,4 4579,2 5724
14:02:31 7,85 12 1884 3768 5652 7536 9420
15:00:59 10,9 12 2616 5232 7848 10464 13080
16:00:54 11,43 12 2743,2 5486,4 8229,6 10972,8 13716
17:01:44 10,79 12 2589,6 5179,2 7768,8 10358,4 12946
18:21:07 4,91 12 1178,4 2356,8 3535,2 4713,6 5892
19:00:22 8,04 12 1929,6 3859,2 5788,8 7718,4 9648
20:02:29 2,45 12 588 1176 1764 2352 2940
Berdasarkan perhitungan beban eksternal didapatkan beban eksternal maksimum
dan beban eksternal minimum. Beban eksternal maksimum didapatkan sebesar
16488 kg yaitu pada pukul 09:14:11 dengan kecepatan angin 13,74 mph dan
beban pembeban baling-baling seberat 100kg, sedangkan beban eksternal
minimum adalah sebesar 0kg yaitu pada pukul 01:43:46 dengan kecepatan angin
adalah 0 mph. Dapat diperkirakan bahwa pada pukul 09:14:11 angin yang
bergerak disekitar bangunan menara sangat kencang sehingga menyebabkan
tinggi sedangkan pada pukul 01:43:46 tidak ada angin yang bergerak disekitar
bangunan menara sehingga menyebabkan baling-baling turbin (kincir angin) tidak
bergerak sama sekali sehingga tidak menimbulkan beban bagi bangunan manara.
Menurut data hasil penelitian yang didapatkan pemodelan matematika yang tepat
digunakan adalah pemodelan kuadrat satu (linear). Dibawah ini telah didapatkan
pemodelan matematika yang tepat dalam perhitunga beban eksternal dari
bangunan menara turbin (kincir angin).
1) Grafik dan Pemodelan beban eksternal menara turbin (kincir angin) untuk
[image:35.595.147.510.360.561.2]berat pembobot turbin 20kg adalah :
Gambar 1. Grafik pemodelan beban eksternal bangunan menara dengan
pembobot turbin (kincir angin) 20kg
Dari gambar di atas, persamaan yang didapat pada model hasil beban
eksternal menara turbin (kincir angin) yang didekati dengan fungsi linier
adalah y = 51,15x + 1079 . Dengan koefisien determinan (R²) sebesar 0,130.
y = 51.157x + 1079.4 R² = 0.1301
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
0 5 10 15 20 25
Dapat dikatatakan bahwa pendekatan dengan fungsi linier kurang baik untuk
digunakan pada model hasil beban eksternal menara turbin (kincir angin).
2) Grafik dan Pemodelan beban eksternal menara turbin (kincir angin) untuk
[image:36.595.149.532.240.437.2]berat pembobot turbin 40kg adalah :
Gambar 2. Grafik pemodelan beban eksternal bangunan menara dengan
pembobot turbin (kincir angin) 40kg
Dari gambar di atas, persamaan yang didapat pada model hasil beban
eksternal menara turbin (kincir angin) yang didekati dengan fungsi linier
adalah y = 116,3x + 1911. Dengan koefisien determinan (R²) sebesar
0,153. Dapat dikatatakan bahwa pendekatan dengan fungsi linier kurang
baik untuk digunakan pada model hasil beban eksternal menara turbin
(kincir angin).
y = 116.34x + 1911.7 R² = 0.1534
0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000
0 5 10 15 20 25
3) Grafik dan Pemodelan beban eksternal menara turbin (kincir angin) untuk
[image:37.595.146.504.147.353.2]berat pembobot turbin 60kg adalah :
Gambar 3. Grafik pemodelan beban eksternal bangunan menara dengan
pembobot turbin (kincir angin) 60kg
Dari gambar di atas, persamaan yang didapat pada model hasil beban
eksternal menara turbin (kincir angin) yang didekati dengan fungsi linier
adalah y = 153,5x + 3237. Dengan koefisien determinan (R²) sebesar
0,130. Dapat dikatatakan bahwa pendekatan dengan fungsi linier kurang
baik untuk digunakan pada model hasil beban eksternal menara turbin
(kincir angin).
y = 153.56x + 3237 R² = 0.1302
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000
0 5 10 15 20 25
4) Grafik dan Pemodelan beban eksternal menara turbin (kincir angin) untuk
[image:38.595.149.522.147.366.2]berat pembobot turbin 80kg adalah :
Gambar 4. Grafik pemodelan beban eksternal bangunan menara dengan
pembobot turbin (kincir angin) 80kg
Dari gambar di atas, persamaan yang didapat pada model hasil beban
eksternal menara turbin (kincir angin) yang didekati dengan fungsi linier
adalah y = 204,6x + 4317. Dengan koefisien determinan (R²) sebesar
0,130. Dapat dikatatakan bahwa pendekatan dengan fungsi linier kurang
baik untuk digunakan pada model hasil beban eksternal menara turbin
(kincir angin).
y = 204.63x + 4317.8 R² = 0.1301
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000
0 5 10 15 20 25
5) Grafik dan Pemodelan beban eksternal menara turbin (kincir angin) untuk
[image:39.595.129.510.186.405.2]berat pembobot turbin 100kg adalah :
Gambar 5. Grafik pemodelan beban eksternal bangunan menara dengan
pembobot turbin (kincir angin) 100kg
Dari gambar di atas, persamaan yang didapat pada model hasil beban
eksternal menara turbin (kincir angin) yang didekati dengan fungsi linier
adalah y = 255,7x + 5397. Dengan koefisien determinan (R²) sebesar
0,130. Dapat dikatatakan bahwa pendekatan dengan fungsi linier kurang
baik untuk digunakan pada model hasil beban eksternal menara turbin
(kincir angin).
Terlihat bahwa di setiap model yang terbentuk dari semua grafik terdapat sebuah
koefisien determinasi (R2). Koefisien determinasi adalah proporsi total variasi
y = 255.77x + 5397.3 R² = 0.1301
0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 14000 16000 18000
0 5 10 15 20 25
keseluruhan dalam nilai variabel dependen yang dapat diterangkan atau
diakibatkan oleh hubungan linier dengan nilai variabel dependen. Persamaan
umum yang digunakan untuk menentukan nilai R2 adalah :
R2 = ∑
∑
= 1 –∑
∑
karena penulis menggunakan software microsoft excel, maka R2 tidak harus dicari
secara manual.
4.2.3 Penentuan Komposisi dan jumlah Bahan-Bahan
Pada penelitian telah dihitung beban internal dan beban eksternal yang akan
dihadapi atau disangga oleh bangunan menara. Untuk mengantisipasi agar
bangunan menara kuat dan mampu menyangga beban-beban tersebut, maka
diperlukan komposisi yang tepat agar kualitas bangunan menara tidak diragukan.
Bahan-bahan yang digunakan dalam pembangunan bangunan menara antara lain :
batu bata, batu splite (koral), pasir, semen (sebagai bahan pembuat cor beton),
besi pilar dan cakar besi. Pada penentuan komposisi bahan- bahan tersebut harus
tepat.
1) Pondasi atau cakar
Pada pembangunan bangunan menara digunakan pondasi tapak atau
pondasi cakar ayam. Pondasi cakar ayam sangat dibutuhkan apabila kita
Ketika kita akan membuat sebuah menara yang tinggi, tentunya kita akan
memerluka pondasi yang kokoh untuk menopang beban di
atasnya.penggunaan pondasi cakar ayam biasanya dikarenakan oleh faktor
pengaruh keterbatasan lokasi tanah.
batang besi yang digunakan dalam membuat cakar ayam yaitu besi
panjang yang berdiameter 10 mm.
[image:41.595.149.395.298.426.2]Di bawah ini merupakan beberapa contoh gambar dari pondasi cakar ayam:
Gambar 6. Pondasi cakar ayam
[image:41.595.150.449.493.677.2]Gambar 8. Pondasi cakar ayam dan pilar
Pondasi cakar ayam merupakan pilihan yang tepat untuk menopang beban
bangunan dan ,Untuk membuat sebuah pondasi cakar ayam menara dengan
ukuran panjang 4m dan lebar 3m menurut perhitungan yang dilakukan
penulis memerlukan besi dengan diameter 10mm sebanyak 117,5 meter.
2) Batu bata
Sebagai pengusun tembok, penggunaan batu bata sudah lama dikenal.
Walaupun, kini banyak bahan pengganti untuk membuat tembok, tetapi
karena kelebihannya penggunaan batu bata masih dipertahankan sampai
saat ini.
Penggunaan batu bata sebagai bahan pembuat tembok memang cukup
beralasan, hal ini dikarenakan batu bata memiliki keunggulan diantaranya :
murah, mudah didapat, warna yang unik, kuat, dan penolak panas yang
baik.
Untuk mengetahui kekuatan batu bata dapat dilakukan pengujian secara
di atas dua bata yang lain (setiap bata penumpu menahan 1\4 panjang
bata yang diuji), sehingga 1\2 panjang bata yang diuji menjadi bebas
(tidak tertumpu) kemudian dipijak dengan satu telapak kaki orang dewasa.
Apabila bata pecah, maka kualitasnya tidak baik.
[image:43.595.150.463.249.427.2]Berikut ini adalah contoh batu bata yang biasa digunakan dalam bangunan
Gambar 9. Batu batu
Telah diketahui bahwa ada tiga pilihan penggunaan batu bata pada setiap
meter persegi (m2) sebuah bangunan. antara lain 80 buah bata/ m2 (dengan
luas satu batu bata 125cm2), 100 buah bata /m2 (dengan luas satu buah batu
bata 100cm2) atau 110 buah bata /m2 (dengan luas satu buah batu bata
90,9cm2) tergantung dengan ukuran dan tebal adukan yang digunakan.
Penulis akan membedakan ketiga jenis batu bata tersebut, dengan batu bata
jenis A ( untuk batu bata dengan luas 125cm2), batu bata jenis B (untuk
batu bata dengan luas 100cm2) dan batu bata jenis C ( untuk batu bata
Maka untuk membuat bangunan menara dengan panjang 4m, lebar 3m
dan tinggi 15m serta untuk memudahkan perhitungan diasumsikan bahwa
bentuk bangunan menara adalah balok, maka akan ditentukan banyaknya
batu bata yang digunakan.
Panjang = 4m, lebar = 3m, tinggi = 15m.
Maka luas bangunan adalah = (2.p.l) + (2.p.t) + (2.l.t)
=(2.4.3) + (2.4.15) + (2.3.15)
= 24 + 120 + 90
= 234 m2
Dengan luas bangunan menara sebesar 234m2, maka banyaknya batu bata
yang digunakan adalah :
Batu bata jenis A = 234m2 . 80 buah bata /m2
= 18720 buah batu bata
Batu bata jenis B = 234m2 . 100 buah bata /m2
= 23400 buah batu bata
Batu bata jenis C = 234m2 . 110 buah batu bata/m2
3) Cor beton
Cor beton didapat dari pencampuran bahan-bahan agregat halus dan kasar
yaitu pasir, batu, batu pecahan atau bahan semacam lainnya, dengan
menambahkan secukupnya bahan perekat semen, dan air sebagai bahan
pembantu guna keperluan reaksi kimia selama proses pengerasan dan
perawatan beton berlangsung. Agregat halus dan kasar, disebut sebagai
bahan susun kasar campuran, merupakan komponen utama cor beton.
Berdasarkan uji elastisitas yang telah dilakukan pada penelitian, yaitu
dengan cara :
Cor beton jenis 1, jenis 2, jenis 3, dan jenis 4 akan dites kekuatan
komposisi bahannya dengan cara didongkrak atau dihancurkan dengan
menggunakan dongkrak hidrolik.
Cor beton yang kuat, pada saat didongkrak tidak mudah retak ataupun
hancur.
Setelah melakukan uji elastisitas didapatkan hasil bahwa cor beton jenis 3
dengan komposisi 2 gelas pasir : 2 gelas batu splite : 1 gelas semen ( 2 : 2 :
1) merupakan cor beton yang paling kuat dibandingkan dengan cor beton
jenis 1 dengan komposisi 3 gelas pasir : 2 gelas batu splite : 1 gelas semen
( 3: 2 : 1 ), cor beton jenis 2 dengan komposisi 3 gelas pasir : 1 gelas batu
splite : 1 gelas semen (3 : 1 :1 ), dan cor beton jenis 4 untuk komposisi 2
gelas pasir : 2 gelas batu splite : 2 gelas semen (2 : 2 : 2 ).
Pada cor beton jenis 3 perpaduan bahan antara semen,pasir dan batu akan
kelebihan bahan yang menyebabkan kualitas hasil beton yang buruk
seperti pada cor beton jenis 1. Jenis 2 dan jenis 4. Pada perpaduan
bahan-bahan pada cor beton jenis 1 diindikasikan bahwa adukan mengalami
kelebihan komposisi pada bahan pasir, yang mengakibatkan semen
sebagai pengikat adukan tidak dapat mengikat dengan sempurna dan
menyebabkan cor beton jenis 1 akan mudah sekali retak atau hancur. Pada
cor beton jenis 2 juga mengalami kelebihan komposisi pada bahan pasir
dan menyebabkab cor beton akan mudah mengalami retak dan hancur,
sedangkan pada cor beton jenis 4 jumlah komposisi pada adukan cor beton
disama ratakan,komposisi ini juga merupakan komposisi yang kurang
tepat dalam pembuatan sebuah cor beton karena akan menghasilkan beton
yang juga tidak kuat dan mudah hancur.
Dengan demikian penulis menganjurkan komposisi cor beton yang tepat
dan diperkirakan kuat untuk membangun sebuah menara turbin (kincir
angin) yang diharapkan mampu untuk menghadapi atau menyangga beban
internal dan beban eksternal menara adalah cor beton jenis 3 yaitu dengan
VI. SARAN
Diakui bahwa hasil yang diperoleh dalam penelitian ini belum memuaskan .
Membuat model matematika pada menara kincir angin memerlukan teori fisika
dan rekayasa yang sulit dan rumit, dan semua berada di luar jangkauan penelitian
ini. Untuk itu, perlu dikaji lebih jauh bagi peneliti lain pada kesempatan
DAFTAR PUSTAKA
Dumariry. 1991. Matematika Terapan Untuk Bisnis dan Ekonomi, BPFE : Yogyakarta
Daryanto. 2000. Fisika teknik. Rineka Cipta, Jakarta.
Frederich H. Bell .1978. Teaching and Learning Mathematics. University of Pittburght.
Martono. 1999. Kalkulus, Erlangga: Jakarta
Mursita, Danan. 2006. Matematika Dasar untuk Perguruan Tinggi. Erlangga : Jakarta
Purcell, Edwin J. 1999. Kalkulus dan Geometri Analitik Jilid 1. Erlangga : Jakarta
Sungggono kh. 2009. TEKNIK-SIPIL. NOVA : Bandung
Stewart, J. 1998. Kalkulus, Edisi keempat , Jilid 1. Erlangga : Jakarta