i
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DARI BAHAN TRIPLEKDAN ANYAMAN BAMBU
BERDIAMETER 80 CENTIMETER
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Jurusan Teknik Mesin
Diajukan oleh :
SALMON PASARIBU NIM : 095214028
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
THE PERFORMANCE OF THE THREE BLADES PROPELLER WINDMILL80 CENTIMETER IN DIAMETER
FROM PLYWOOD MATERIAL AND WOVENBAMBOO
FINAL PROJECT Presented as a meaning To Obtain Sarjana Teknik Degree In Mechanical Engineering Study Program
Submitted by
SALMON PASARIBU Student Number : 095214028
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM DEPARTMENT OF ME
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
iii
iv
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDU DARI BAHAN TRIPLEKDAN ANYAMAN BAMBU
v
vi
vii ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mencari dan membandingkan koefisien daya diantara dua model kincir yaitu kincir dengan sudu-sudu dari tripleks berpermukaan halus dan kincir dengan sudu-sudu dari anyaman bambu yang berpermukaan kasar.
Model kincir angin horizontal tipe propeler tiga sudu ini merupakan model kincir angin ini memiliki diameter 80 cm dengan luas penampang sudu 0,50 m² dengan berat 420 gram. Kincir angin ini menggunakan dua variasi kemiringan sudu yaitu 10º dan 15º. Untuk mengukur dan mengetahui torsi, daya kincir, koefisien daya dan tip speed ratio pada kincir, poros kincir dihubungkan ke mekanisme pengereman yang berfungsi sebagai variasi beban kincir. Besarnya beban pengereman pada kincir diukur dengan neraca pegas, putaran pada kincir diukur menggunakan takometer dan kecepatan angin diukur dengan menggunakan anemometer.
Dari hasil penelitian, menunjukkan bahwa model kincir dengan kemiringan sudu 10º, kincir permukaan halus dapat menghasilkan daya lebih besar dari pada kincir permukaan kasar yaitu sebesar 5,77 watt, dengan beban torsi 0,16 Nm pada kecepatan angin 7,3m/s. Sedangkan pada kemiringan sudu 15º, kincir angin permukaan kasar menghasilkan daya lebih besar dari pada kincir permukaan halus yaitu sebesar 4,21 watt, dengan beban torsi 0,13 Nm dan pada kecepatan angin 7,3 m/s. Koefisien daya puncak tertinggi dicapai oleh model
kincir permukaan halus pada kemiringan sudu 10˚, yakni sebesar 5,77 watt, torsi
0,16, koefisien daya 0,049 dan kecepatan maksimal 489,9 rpm.
viii ABSTRACT
This study is aimed to pursue and to compare the coefficient of energy between two kinds of wheels; wheel with ladle from soft plywoods and wheel with ladle from rough wicker bamboo.
The model of horizontal windmill type three ladle propellers is windmill model which has 80 cm diameter with its large 0,50 m2 and 420 gram of weight. This windmill used two variations; 10o and 15o of ladle obliqueness. To measure and to know the torsion, the windmill energy, the coefficient energy and tip speed ratio of windmill, the axis of windmill are connected to the mechanism of braking which functions as the variation of encumbrance windmill. The large of encumbrance braking on windmill is measured by weighing scale, the rotation in its windmill is measured by tachometer and the wind speed is measured by anemometer.
From the research, it showed that the model of windmill with 10o of ladle obliqueness, the soft surface of wheel can produce a bigger energy in rough surface of wheel as big as 5,77 watt, with its large of torsion as big as 0,16 Nm of 7,3m/s wind speed. However, the ladle obliqueness was 15o, the rough surface produced a bigger energy than the soft surface as big as 4,21 watt, with its large of torsion 0,13 Nm and 7,3 m/s of wind speed. The highest coefficient energy was reached by the soft surface of wheel in 10o of ladle obliqueness, as big as 5,77 watt, 0,16 of torsion, 0,049 of the coefficient energy and 489,9 rpm in the maximum speed.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, atas berkat,
rahmat, dan karunia–Nya yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir dengan lancar dan tepat pada waktunya. Tugas
Akhir ini merupakan salah satu syarat yang wajib untuk setiap mahasiswa
Jurusan Tekhnik Mesin. Tugas Akhir ini disusun untuk memenuhi persyaratan
mencapai derajat sarjana S–1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains
dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini penulis menyampaikan ucapan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah banyak
membantu dalam menyelesaikan penelitian ini, khususnya kepada :
1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc. selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi.
2. Bapak Ir.Petrus Kanisius Purwadi, M.T. selaku Ketua Program Studi
Teknik Mesin.
3. Bapak Ir. Rines,M.T. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Bapak Doddy Purwadianto S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
5. Dosen-dosen Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi.
6. Terima kasih kepada Ayah dan Ibu yang telah memberi motivasi dan doa
sehingga dapat menyelesaikan penulisan Tugas Akhir.
xi DAFTAR ISI
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN PROPELER TIGA SUDUDARI BAHAN TRIPLEK DAN ANYAMAN BAMBU
BERDIAMETER 80 CENTIMETER ... I THE PERFORMANCE OF THE THREE BLADES PROPELLER
WINDMILL 80 CENTIMETER IN DIAMETER
xii
2.2. KINCIRANGINDANJENISNYA ... 5
2.2.1. Kincir Angin Poros Horisontal ... 6
2.2.2. Kincir Angin Poros Vertikal ... 9
2.3. GRAFIKHUBUNGANANTARACP TERHADAPTSR... 12
3.2.2 Konstruksi Kincir ... 24
3.3 ALATDANBAGANPENGUJIAN ... 25
3.4 VARIABELPENELITIAN ... 32
3.5 VARIABELYANGDIUKUR ... 33
3.6 LANGKAHPERCOBAAN ... 33
3.7 PENGOLAHANDATA ... 34
BAB IV ... 35
4.1 DATAPERCOBAAN ... 35
4.1.1 Data Percobaan Kincir Angin Permukaan Kasar Tabel 4.1 sampai Tabel 4.4 ... 36
4.1.2 Data Percobaan Kincir Angin Permukaan Halus Tabel 4.5 sampai Tabel 4.8 ... 40
4.2 PENGOLAHANDATADANPERHITUNGAN ... 44
4.2.1 Pehitungan Daya Angin ... 44
4.2.2 Perhitungan Torsi ... 45
4.2.3 Perhitungan Daya Kincir ... 46
4.2.4 Perhitungan Tip Speed Ratio (tsr) ... 46
4.2.5 Perhitungan Koefisien Daya (Cp) ... 47
4.3 HASILPERHITUNGAN ... 48 4.3.1 Perhitungan Kincir Permukaan Sudu Halus dengan Kemiringan 10o 49 4.3.2 Data Perhitungan Kincir Permukaan Sudu Halus dengan Kemiringan 15o 51
xiii
4.3.4 Data Perhitungan Kincir Permukaan Sudu Kasar dengan Kemiringan 15o 55
4.4 GRAFIKHASILPERHITUNGAN ... 57
4.4.1 Grafik Permukaan Halus dengan Permukaan Kasar pada Kemiringan 10o dan Kecepatan Angin 7,1 m/s ... 58
4.4.2 Grafik Permukaan Halus dengan Permukaan Kasar pada Kemiringan 10o dan Kecepatan Angin 8.24 m/s ... 61
4.4.3 Grafik Permukaan Halus dengan Permukaan Kasar pada Kemiringan 15o dan Kecepatan Angin 7,3 m/s ... 64
4.4.4 Grafik Permukaan Halus dengan Permukaan Kasar pada Kemiringan 15o dan Kecepatan Angin 8,7 m/s ... 67
BAB V ... 70
5.1 KESIMPULAN ... 70
5.2 SARAN ... 71
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kincir Angin Poros Horizontal (Sumber : www.fineartamerica.com).7
Gambar 2. 2 Kincir Angin Poros Horisontal ... 8
Gambar 2. 3 Kincir Angin Poros Vertikal 1 ... 10
Gambar 2. 4 Kincir Angin Poros Vertikal 2 ... 11
Gambar 2. 5 Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya (Cp) dengan Tip Speed Ratio (TSR) dari beberapa jenis kincir. ... 13
Gambar 2. 6 Penempatan kincir Propeler dipinggir pantai. (Sumber: http://www.pouted.com,2013)... 14
Gambar 3. 1 Diagram Alir metode penelitian kincir... 20
Gambar 3. 2 Desain Kincir Angin... 21
Gambar 3. 3 Sudu kincir angin ... 22
Gambar 3. 4 Dudukan Satu ... 23
Gambar 3. 5 Kontruksi kincir dalam terowongan angin ... 24
Gambar 3. 6 Bagan pengujian ... 25
Gambar 3. 7 Penopang Kincir Angin ... 26
Gambar 3. 8 Sistem Pengeraman ... 27
Gambar 3. 9 Terowongan Angin atau Wind Tunnel ... 28
Gambar 3. 10 Blower ... 29
Gambar 3. 11 Takometer... 30
Gambar 3. 12 Anemometer ... 31
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4. 1 Data percobaan kincir angin permukaan kasar dengan kemiringan 10º,
dengan jeda 5 cm, pada kecepatan rata-rata 7,3 m/s ... 36
Tabel 4. 2 Data percobaan kincir permukaan kasar dengan kemiringan 10º dengan
kemiringan 8,3 m/s ... 37
Tabel 4. 3 Data percobaan kincir permukaan kasar dengan kemiringan 15º, dengan
jeda 5 cm, pada kecepatan angin 7,4 m/s. ... 38
Tabel 4. 4 Data percobaan kincir permukaan kasar dengan kemiringan 15º
kecepatan angin 8,4 m/s. ... 39
Tabel 4. 5 Data percobaan kincir permukaan halus dengan kemiringan 10º,
kecepatan angin 7,06 m/s. ... 40
Tabel 4. 6 Data percobaan kincir permukaan halus dengan kemiringan 10º
kecepatan angin 8,24 m/s. ... 41
Tabel 4. 7 Data percobaan kincir permukaan halus dengan kemiringan 15º
kecepatan angin 7,3 m/s. ... 42
Tabel 4. 8 Data percobaan kincir permukaan halus dengan kemiringan 15º
kecepatan angin 8,7 m/s. ... 43
Tabel 4. 9 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu halus dengan kecepatan
angin + 7,1 m/s dan kemiringan 10 º ... 49
Tabel 4. 10 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu halus dengan
kecepatan angin + 8.24 m/s dan kemiringan 10 o ... 50
Tabel 4. 11 Data perhitungan kincir angin permukaan sudut halus dengan
xvi
Tabel 4. 12 Data perhitungan kincir angin permukaan sudut halus dengan
kecepatan angin + 8,7 m/s dan kemiringan 15 o ... 52
Tabel 4. 13 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu kasar dengan
kecepatan angin + 7,37 m/s dan kemiringan 10 o ... 53
Tabel 4. 14 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu kasar dengan
kecepatan angin + 8.39 m/s dan kemiringan 10 o ... 54
Tabel 4. 15 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu kasar dengan
kecepatan angin + 7,37 m/s dan kemiringan 15 o ... 55
Tabel 4. 16 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu kasar dengan
xvii
permukaan halus dan kasar pada kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata
8,24 m/s ... 61
Grafik 4. 5 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi, kincir
permukaan halus dan kasar pada kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata
8,24 m/s ... 62
Grafik 4. 6 Grafik hubungan antara Cp dan tsr, kincir permukaan halus dan kasar
pada kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata 8,24 m/s ... 63
Grafik 4. 7 Grafik hubungan antara daya kincir (Pout) dan beban torsi , kincir
permukaan halus dan kasar pada kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata
xviii
Grafik 4. 8 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi , kincir
permukaan halus dan kasar pada kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata
7,3 m/s ... 65
Grafik 4. 9 Grafik hubungan antara Cp dan tsr, kincir permukaan halus dan kasar
pada kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata 7,3 m/s ... 66
Grafik 4. 10Grafik hubungan antara daya kincir (Pout) dan beban torsi kincir
permukaan halus dan kasar kemiringan 15˚ kecepatan angin rata
-rata8,7m/s ... 67
Grafik 4. 11Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi kincir
permukaan halus dan kasar kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata8,7
m/s ... 68
Grafik 4. 12 Grafik hubungan antara Cp dan tsr kincir permukaan halus dan kasar
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Energi angin telah lama dimanfaatkan oleh manusia. Seiring
pertumbuhan penduduk yang semakin meningkat mengakibatkan
kebutuhan energi semakin meningkat, tetapi peningkatan konsumsi ini
tidak seimbang dengan sumber daya fosil yang semakin menipis.
Energi alternatif mulai banyak dikembangkan terutama yang ramah
lingkungan dalam pengolahannya. Indonesia yang merupakan negara
dengan iklim tropis dan memiliki sumber daya alam yang melimpah
tentu menyimpan banyak sekali sumber energi alternatif yang bisa
dimanfaatkan seperti energi air, energi surya, panas bumi, dan energi
angin. Dari sekian banyak energi yang sudah kita kenal selama ini
energi angin adalah yang mudah dalam pengolahanya dan tidak
membutuhkan biaya yang besar. Untuk mengkonversi energi angin
menjadi energi listrik dibutuhkan alat berupa kincir angin. Putaran
kincir akan menggerakan generator yang nantinya mengahasilkan energi
listrik.
Ada banyak bentuk dan karateristik kincir angin, yang dapat
diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu: Horizontal Axis Wind Turbine
(HAWT) dan Vertical Axis Wind Turbine (VAWT). Perbedaan kedua
jenis kincir ini terletak pada poros yang terpasang secara horisontal
2
Ada banyak faktor yang mempengaruhi kecepatan putaran
kincir, salah satunya yaitu: kecepatan angin, jumlah sudu dan
bentuknya, dan kehalusan permukaan. Dengan alasan tersebut penulis
ingin melihat sejauh mana pengaruh bentuk dan kehalusan
permukaan sudu terhadap kecepatan putaran poros kincir angin.
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:
a. Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki potensi energi
angin yang cukup besar tetapi belum dimanfaatkan secara maksimal.
b. Diperlukan kincir angin yang mampu mengkonversi energi angin
tersebut dengan maksimal untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi.
c. Dibutuhkan design kincir angin yang terbaik agar mampu mengubah
energi angin menjadi energi listrik melalui generator guna
memperoleh efisiensi maksimal.
1.3. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah;
a. Membandingkan koefisien daya yang dihasilkan kincir angin untuk dua variasi kincir angin permukaan halus dan kincir permukaan kasar
pada kemirngan 10˚ dan 15˚.
b. Mengetahui hubungan Koefisien Daya ( Cp ) dan Tip Speed Ratio (tsr) yang dihasilkan oleh dua model kincir angin pada kemiringan 10˚
3 1.4. BATASAN MASALAH
Batasan masalah yang ada dalam penelitian ini adalah:
a. Model kincir angin menggunakan sudu yang dibuat dengan bahan
baku kayu triplek dengan diameter 80 cm dan kemiringan 10o.
b. Penelitian dilakukan pada terowongan angin (wind tunnel) di Laboratorium Konversi Energi Universitas Sanata Dharma.
c. Kincir angin menggunakan tipe horizontal axis wind turbine
(HAWT) dengan tiga sudu.
d. Variasi yang dilakukan adalah dengan mengunakan variasi
kehalusan permukaan sudu (dilapisi anyaman bambu dan tanpa
dilapisi anyaman bambu) dan variasi jarak wind tunnel dengan fan blower ( tanpa jarak dan dengan jarak 5cm) dengan jumlah sudu 3.
1.5. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Mengetahui unjuk kerja kincir angin propeler tiga sudu
permukaan halus dan kincir angin propeler tiga sudu permukaan
kasar.
b. Sebagai bahan referensi untuk perpustakaan mengenai
karakteristik 2 model kincir angin.
c. Sebagai referensi bagi masyarakat yang berminat mendirikan
4
konversi energi angin menjadi bentuk energi yang berguna telah
dilakukan selama lebih dari 5000 tahun untuk tujuan seperti mendorong
perahu dan kapal layar. Dewasa ini energi angin banyak digunakan untuk
menghasilkan listrik, dan merupakan salah satu sektor energi terbarukan
paling maju dengan potensi di tahun-tahun mendatang memiliki rasio
yang jauh lebih besar sebagai pemasok kebutuhan energi dunia
dibandingkan di saat ini. Ketika berbicara tentang keunggulan dan
kelemahan energi angin, hal yang pertama kali yang digambarkan dari
energi angin adalah sumber energi ini secara ekologis dapat diterima,
yang berarti bahwa energi angin tidak seperti bahan bakar fosil yang
memliki kontribusi lebih besar terhadap dampak perubahan iklim. Energi
angin tidak akan melanjutkan pencemaran terhadap planet kita seperti
bahan bakar fosil selama ini.
Angin adalah udara yang bergerak akibat dari rotasi bumi dan juga
karena adanya perbedaan tekanan udara di sekitarnya. Angin bergerak
dari tempat bertekanan udara tinggi ke bertekanan udara rendah. Faktor
5
dekat khatulistiwa lebih cepat dari yang jauh dari garis khatulisiwa. Dan
dari faktor tinggi tempat yaitu semakin tinggi tempat, semakin kencang
pula angin yang bertiup, hal ini diseb abkan oleh pengaruh gaya gesekan
yang menghambat laju udara.
Pada teknologi modern saat ini, kincir angin banyak dimanfaatkan
sebagai alat pengonversi energi angin menjadi energi kinetik, yang
kemudian dikonversi menjadi energi listrik untuk kebutuhan umat
manusia.
2.2. KINCIR ANGIN DAN JENISNYA
Kincir angin adalah sebuah mesin yang digerakkan oleh tenaga
angin sehingga menghasilkan energi kinetik atau gerak. Kincir angin
dulunya banyak ditemukan di negara-negara Eropa khususnya Belanda
dan Denmark yang pada waktu itu banyak digunakan untuk irigasi,
menumbuk hasil pertanian, penggilingan gandum dan pembangkit tenaga
listrik. Secara umum kincir angin digolongkan menjadi dua jenisnya
menurut porosnya yaitu : kincir angin poros horisontal dan kincir angin
6 2.2.1. Kincir Angin Poros Horisontal
Kincir angin poros horisontal atau Horizontal Axis Wind
Turbin (HAWT) adalah kincir angin yang memiliki poros utama
sejajar dengan bidang tanah dan arah poros utama sesuai dengan
arah angin. Kincir angin Poros Horisontal ini memiliki jumlah
bilah lebih dari dua, dan kincir angin ini dapat berputar
dikarenakan adanya gaya aeorodinamis yang bekerja pada suatu
kincir.
Beberapa jenis kincir angin poros horisontal yang telah
banyak dikenal diantaranya ditunjukkan pada Gambar 2.1.
a. Kincir angin American WindMill
b. Kincir angin Cretan Sail WindMill
c. Kincir angin Dutch four arm
7
a. Kincir angin American WindMill b. Kincir angin Cretan SailWindmill
d. kincir angin Dutch four arm d. Kincir angin Rival calzoni
Gambar 2.1 Kincir Angin Poros Horizontal (Sumber :
8
Gambar 2. 2 Kincir Angin Poros Horisontal
(sumber : ret02n_wind, 2013)
2.2.1.1. Kekurangan dan Kelebihan Kincir Angin Poros Horisontal
Kelebihan kincir angin poros horisontal adalah:
1. Mampu mengkonversi energi angin pada kecepatan
tinggi.
2. Tidak memerlukan sudut orientasi.
3. Setiap sepuluh meter ke atas, kecepatan angin
meningkat sebesar 20%.
4. Memiliki faktor keamanan yang lebih baik karena
posisi sudu yang berada diatas menara.
5. Tidak memerlukan karateristik angin karena arah
angin langsung menuju rotor.
6. Banyak digunakan untuk menghasilkan energi listrik
9
Kekurangan yang dimiliki oleh kincir angin poros
horisontal adalah:
1. Kontruksi menara yang besar dibutuhkan untuk
menyangga bilah-bilah yang berat (Gearbox dan
Generator).
2. Perlu adanya mekanisme tambahan untuk
menyesuaikan dengan arah angin (sirip pengarah atau
sensor elektrik).
2.2.2. Kincir Angin Poros Vertikal
Kincir angin poros vertikal atau Vertikal Axis Wind
Turbin (VAWT) adalah salah satu jenis kincir angin yang posisi
porosnya tegak lurus dengan arah angin atau dengan kata lain
kincir jenis ini dapat mengkonversi tenaga angin dari segala arah
kecuali arah angin dari atas atau bawah. Kincir jenis ini
menghasilkan torsi yang lebih besar dari pada kincir angin poros
10
Beberapa jenis kincir angin poros Vertikal yang
telah banyak dikenal diantaranya ditunjukkan pada Gambar 2.2.
a. Kincir angin Darrieus b. Kincir angin Savonius
11
Gambar 2. 4 Kincir Angin Poros Vertikal 2
(sumber : ret02n_wind, 2013)
2.2.2.1. Kekurangan dan Kelebihan Kincir Angin Poros Vertikal
Kelebihan kincir angin poros vertikal adalah:
1. Dapat menerima arah angin dari segala arah.
2. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
3. Dapat bekerja pada putaran rendah.
4. Memiliki torsi yang besar pada putaran rendah.
5. Tidak perlu mengatur sudut - sudut untuk menggerakan
12
Kelemahan kincir angin poros vertikal adalah:
1. Bekerja pada putaran rendah, sehingga energi angin
yang dihasilkan kecil.
2. Hanya dapat mengkonfersi energi angin 50%
dikarenakan adanya gaya drag tambahan.
3. Bekerja pada putaran rendah, sehingga energi angin
yang dihasilkan kecil.
4. Dipasang ditempat rendah maka faktor keselamatan
perlu diperhatikan.
2.3. GRAFIK HUBUNGAN ANTARA Cp TERHADAP Tsr
Menurut Albert Betz Ilmuan Jerman bahwa koefisien daya
maksimal dari kincir angin adalah sebesar 59%. Beliau menamai batas
maksimal tersebut dengan Betz limit seperti terlihat pada Gambar 2.3 di
13
Gambar 2. 5 Grafik Hubungan Antara Koefisien Daya (Cp) dengan Tip Speed Ratio (TSR) dari beberapa jenis kincir.
2.4. KINCIR ANGIN PROPELER
Dalam tugas akhir ini penulis akan membahas mengenai kincir
angin poros horisontal atau Horizontal Axis Wind Turbin (HAWT) jenis
propeler. Kincir angin propeler merupakan kincir angin konvensional
dimana suatu putaran searah dengan arah angin dengan jumlah sudut
14
Kelebihan kincir angin Propeler:
1. Mampu menghasilkan daya yang besar.
2. Mampu berputar dengan kecepatan tinggi.
3. Konstruksi kincir lebih sederhana.
4. Penempatannya jauh dari permukaan tanahsehingga memiliki
faktorkeamanan yang cukup tinggi.
15 2.5. RUMUS PERHITUNGAN
Berikut ini adalah rumus-rumus yang digunakan untuk
melakukan perhitungan dan analisis kerja kincir angin yang diteliti.
2.5.1. Rumus Energi Kinetik
Energi kinetic adalah energi yang dimiliki oleh suatu
benda yang bergerak. Energi yang terdapat pada angin adalah
energi kinetik, sehingga dapat dirumuskan:
Eк = ½.m.v 2 (1)
dengan:
Eк : energi kinetik
m : massa udara
v : kecepatan angin
Daya adalah energi persatuan waktu, sehingga dapat
dituliskan dengan rumus sebagai berikut:
Pin = ½.ṁ.v 2 (2)
dengan:
Pin : daya angin (watt)
16
yang dapat disederhanakan menjadi:
Pin = ½.ρ.A.v 3 (4)
2.5.2. Rumus Tip Speed Ratio (tsr)
Tip speed ratio (tsr) adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu (Vt) kincir angin dengan kecepatan angin (v). Kecepatan diujung sudu (Vt) dapat dirumuskan sebagai:
t = .r (5)
dengan:
t : kecepatan ujung sudu
: kecepatan sudut (rad/s)
17
sehingga tsr dapat dirumuskan sebagai berikut:
tsr = 2.𝜋.𝑟.𝑛
Torsi adalah hasil kali dari gaya pembebanan (F) dengan
panjang lengan torsi (l). Perhitungan torsi dapat dirumuskan
sebagai berikut:
dihasilkan kincir akibat adanya angin yang melintasi sudu kincir.
Daya kincir yang dihasilkan oleh gerakan melingkar kincir dapat
18
P
out =T. (8)dengan:
T : torsi dinamis (N.m).
: kecepatan sudut didapatkan dari
=
n
𝑝𝑢𝑡𝑎𝑟𝑎𝑛P
out : daya yang dihasilkan oleh kincir angin (watt).19 2.5.5. Koefision Daya (Cp)
KoefisienDaya (Cp) adalah bilangan tak berdimensi yang
menunjukkan perbandingan antara daya yang dihasilkan kincir
(
P
out) dengan daya yang disediakan oleh angin (Pin). Sehingga Cpdapat dirumuskan:
Cp = 𝑃𝑜𝑢𝑡
𝑃𝑖𝑛 (10)
dengan:
Cp : Koefisien Daya
Pout : Daya yang dihasilkan kincir
20 BAB III
METODE PENELITIAN
3.1DIAGRAM PENELITIAN
Langkah kerja dalam penelitian ini melipiti perancangan kincir
hingga analisis data yang diperoleh disajikan dalam bentuk gambar
diagram alir yang dapat dilihat pada gambar 3.1.
Mulai
Perancangan Kincir Angin Poros Horizontal
Pembuatan kincir angin poros horizontal berbahan baku papan triplek. Variasi kehalusan permukaan dan sudu kemiringan 10 dan 15 derajat
dengan bentuk yang sama
Pengambilan data untuk mencari kecepatan angin, kecepatan putaran poros kincir dan beban pengereman pada kincir angin
Pengolahan data untuk mencari koefisien daya (Cp) dan Tip Speed Ratio (tsr)
kemudian membandingkan antara koefisien daya (Cp) dengan Tip Speed Ratio (tsr)
pada masing-masing variasi kincir angin
Analisis serta pembahasan data dan pembuatan laporan
Selesai
21 3.2ALAT DAN BAHAN
3.2.1 Bahan Uji Kincir Angin
Pada Gambar 3.2 merupakan model kincir angin propeler
dengan variasi tiga sudu. Kincir ini dibuat dari bahan kayu triplek
yang dilapisi anyaman bambu (“gedek”) sebagai variasi tingkat
kekasaran, yang berdiameter 80 cm dengan variasi kemiringan
sudu 10o dan 15o . Kincir ini memiliki 2 bagian utama yaitu : sudu
kincir dan poros kincir.
Dalam penelitian ini variasi sudu yang digunakan dalam percobaan
adalah :
1. Kincir angin propeller tiga sudu dari bahan triplex dan anyaman
bambu berdiameter 80 cm, dengan sudu berbentuk segitiga sama
kaki dengan ujung lancip menjauhi poros propeller
22 3.2.1.1Sudu Kincir
Sudu kincir merupakan daerah sapuan angin yang
menerima energi angin sehingga dapat membuat dudukan sudu
atau turbin berputar.variasi yang saya gunakan adalah variasi
kehalusan permukaan, antara lain : variasi menggunakan
anyaman bumbu dan variasi tanpa menggunakan anyaman
bambu, dimana masing-masing sudu memiliki bentuk dan
ukuran yang sama, bentuk sudu dapat dilihat pada Gambar 3.3.
23 3.2.1.2Dudukan Kincir
Dudukan kincir merupakan bagian dari kincir angin
yang berfungsi sebagai tempat untuk meletakan rangkas sudu
kincir dan juga untuk mengatur kemiringan sudu. Dudukan
sudu ini terbuat dari alumminium dengan diameter lingkar luar
7 cm, diameter mur 8 mm dan diameter center 1 cm. Dudukan
sudu ini memiliki tiga lubang dibagian samping yang berguna
untuk meletakkan rangka sudu dan memliki dua buah lubang
mur untuk mengencangkan rangka sudu agar rangka tidak
mudah terlepas. Bentuk dudukan sudu dapat dilihat pada
Gambar 3.4.
24
Penelitian ini dikerjakan dalam team, dan penulis
memfokuskan penelitian dengan bahan uji berupa kincir angin
propeller tiga sudu dari bahan triplex dan anyaman bambu
berdiameter 80 cm, dengan sudu berbentuk segitiga sama kaki
dengan ujung lancip menjauhi poros propeler.
3.2.2 Konstruksi Kincir
Gambar 3.5 dibawah ini merupakan kontruksi kincir angin
yang di uji dalam terowongan angin, dimana bagian-bagian kincir
meliputi Sudu kincir, penopang kincir dan poros kincir yang
merupakan satu kesatuan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar dibawah ini:
25 3.3ALAT DAN BAGAN PENGUJIAN
Pengambilan data penelitian berdasarkan bagan pengujian yang
telah ditetapkan sesuai bagan pengujian pada gambar 3.6 sebagai berikut:
Gambar 3. 6 Bagan pengujian
Peralatan penunjang merupakan hal yang penting dalam penelitian
suatu objek, karena dapat membantu kita mengetahui besaran skala yang
mempengaruhi hasil dari penelitian. Peralatan yang digunakan dalam
26
1. Penopang Kincir
Penopang kincir berfungsi sebagai penopang sudu, agar kincir
dapat berputar. Poros kincir ini juga sebagai penghubung antara kincir
dan sistem pengereman, yang dihubungkan dengan poros
penyambung. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.7
Gambar 3. 7 Penopang Kincir Angin
2. Sistem Pengereman
Sistem pengereman ini berfungsi sebagai beban pada
perputaran kincir, yang dimana kincir diberi beban berupa karet untuk
mengetahui bersa-nya torsi dan kecepatan putaran kincir angin. Untuk
27
Gambar 3. 8 Sistem Pengeraman
3. Terowongan Angin
Terowongan angin (wind tunnel) adalah sebuah lorong angin dengan tinggi 1,2 meter, dan panjang 2,4 meter. Terowongan angin ini
berfungsi sebagai tempat angin bergerak dengan kecepatan tertentu
28
gambar 3.9. Terowongan angin ini dapat diatur kecepatan anginnya
dengan cara mengatur jarak antara wind tunnel dengan blower sesuai keinginan, dengan cara menarik blower menggunakan troli.
Gambar 3. 9 Terowongan Angin atau Wind Tunnel
4. Blower
Blower (“pompa udara”) sebagai penghisap udara dari
terowongan angin menuju blower sehingga angin dapat berhembus
dengan kecepatan tertentu. Blower ini digerakkan oleh motor listrik
29
30
5. Takometer
Takometer adalah alat yang digunakan untuk mengukur
kecepatan poros kincir yang dinyatakan dalam satuan rpm (revolition per minute). Jenis takometer yang digunakan adalah digital light takometer, cara kerjanya cukup sederhana meliputi 3 bagian, yaitu :
Sensor, pengolah data dan penampil. Untuk lebih jelasnya dapay
dilihat pada gambar 3.11
Gambar 3. 11 Takometer
6. Anemometer
Anemometer adalah pengukur kecepatan angin, Anemometer
ini diletakkan pada bagian depan terowongan angin, supaya kita dapat
mengetahui kecepatan angin yang sedang menerpa kincir angin di
dalam terowongan angin, untuk lebih jelasnya anemometer dapat
31
Gambar 3. 12 Anemometer
7. Neraca Pegas
Neraca pegas digunakan untuk mengatahui beban pengereman
pada kincir angin saat berputar. Neraca pegas ini diletakkan pada
bagian sistem pengereman dan dihubungkan dengan kopling dengan
jarak yang telah disesuaikan. Neraca pegas dapat dilihat pada Gambar
32
Gambar 3. 13 Neraca Pegas
3.4VARIABEL PENELITIAN
Variabel dalam Penelitian ini adalah :
1. Variasi pembebanan kincir yaitu dari posisi kincir berputar maksimal
sampai kincir dalam posisi diam (terhenti).
2. Variasi Jarak yaitu, menggunakan jarak antara terowongan angin
dengan blower dan tanpa menggunakan jarak.
3. Variasi kemiringan sudu yaitu 10˚ dan 15 ˚.
4. Variasi Kehalusan permukaan yaitu dengan mengunakan anyaman
33 3.5VARIABEL YANG DIUKUR
Parameter yang diukur dalam penelitian ini adalah:
1. Kecepatan angin, (m/s)
2. Gaya pengimbang, (N)
3. Putaran kincir, (rpm)
3.6LANGKAH PERCOBAAN
Pengambilan data meliputi: kecepatan angin, beban, dan
kecepatan putar kincir, pengambilan data ini dilakukan secara
bersama-sama. Hal pertama yang dilakukan adalah mengatur
kemiringan sudu kincir dan memasang kincir angin pada terowongan
angin. Selanjutnya untuk pengambilan data memerlukan proses - proses
sebagai berikut:
1. Memasang neraca pegas yang dihubungkan ke sistem pengereman.
2. Memasang anemometer di tempat yang sudah disediakan pada
bagiandepan terowongan angin.
3. Menempatkkan takometer pada bagian piringan sistem pengereman.
4. Menyambungkan antara kincir angin dengan sistem pengereman
dengan pipa penyambung.
5. Setelah siap semua blower siap untuk dihidupkan.
6. Pengaturan kecepatan angin, karena keterbatasan alat, maka
34
blower dengan troli sesuai kecepatan angin yang di ingikan.
7. Setelah mendapatkan kecepatan angin yang diinginkan
kemudiandimulai mengukur kecepatan putaran kincir, kecepatan
angin, dan besarnya torsi.
8. Langkah tersebut diulangi sampai kondisi kincir berhenti, dengan
dua variasi kemiringansudu dan jarak yang berbeda-beda.
3.7PENGOLAHAN DATA
Dari data yang telah didapat, maka data tersebut dapat diolah
dengan langkah langkah sebagai:
1. Setelah diketahui kecepatan angin (V) dan luasan kincir (A), maka
dapat dicari daya angin (Pin).
2. Dari pembebanan di dapat gaya pengimbang (F) yang dapat
digunakan untuk mencari torsi (T).
3. Data putaran poros kincir (n) dan torsi (T) dapat digunakan untuk
mencari daya kincir (Pout).
4. Dengan membandingkan kecepatan keliling diujung sudu dan
kecepatan angin, maka tip speed ratio dapat dicari.
5. Dari data daya kincir (Pout) dan daya angin (Pin) maka koefisien
35 BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1DATA PERCOBAAN
Berikut ini data hasil percobaan kincir angin permukaan kasar
(dilapisi anyaman bambu) dan permukaan halus, dengan variasi
kecepatan angin dan sudu kemiringan yang berbeda. Data yang
36 4.1.1 Data Percobaan Kincir Angin Permukaan Kasar Tabel 4.1
sampai Tabel 4.4
Tabel 4. 1 Data percobaan kincir angin permukaan kasar dengan kemiringan 10º, pada kecepatan rata-rata 7,3 m/s
37
Tabel 4. 2 Data percobaan kincir permukaan kasar dengan kemiringan 10º dengan kecepatan 8,3 m/s
38
Tabel 4. 3 Data percobaan kincir permukaan kasar dengan kemiringan 15º,
pada kecepatan angin 7,4 m/s.
39
Tabel 4. 4 Data percobaan kincir permukaan kasar dengan kemiringan 15º kecepatan angin 8,4 m/s.
40 4.1.2 Data Percobaan Kincir Angin Permukaan Halus Tabel 4.5
sampai Tabel 4.8
Tabel 4. 5 Data percobaan kincir permukaan halus dengan kemiringan 10º, kecepatan angin 7,06 m/s.
41
Tabel 4. 6 Data percobaan kincir permukaan halus dengan kemiringan 10º kecepatan angin 8,24 m/s.
42
Tabel 4. 7 Data percobaan kincir permukaan halus dengan kemiringan 15º kecepatan angin 7,3 m/s.
43
Tabel 4. 8 Data percobaan kincir permukaan halus dengan kemiringan 15º kecepatan angin 8,7 m/s.
44
4.2PENGOLAHAN DATA DAN PERHITUNGAN
Dalam pengolahan data dan perhitungan ini dipergunakan
beberapa asumsi untuk mempermudah dalam pengolahan data, yaitu
sebagai berikut:
1. Percepatan gravitasi bumi 9.81 m/s2.
2. Massa jenis udara 1.16 kg/m3.
3. Suhu dan tekanan pengujian pada suhu kamar (27oC dan tekanan 1
atm).
4.2.1 Pehitungan Daya Angin
Besarnya daya angin (Pin) yang diterima kincir dengan luas
penampang 0,5 m dengan kecepatan angin 7,50 m/s. Maka daya
angin dapat dicari dengan persamaan berikut ini :
𝑝𝑖𝑛 = 12.𝜌.𝐴.𝑣3
Diketahui diameter kincir d = 0,80 meter, maka luas penampang
dapat dihitung dengan rumus :
A = π.𝑑
2
4
= 3,14 ( 0,802 )/4
45
Data sampel diambil dari tabel 4.1. pada pengujian ke-1
pada pembebanan ke-1.
Dari data,kecepatan angin (v) sebesar 7,27 m/s, masa jenis udara ( 𝜌 ) sebesar 1,16kg/𝑚3, dan luas penampang A = 0,50 𝑚2 maka dapat dihitung besarnya daya angin sebesar:
𝑝𝑖𝑛 = 12.𝜌.𝐴.𝑣3
= 0,5.1,16.0.50.( 7,273 ) = 111,429 watt
Jadi daya yang tersedia pada angin adalah 111,429 watt.
4.2.2 Perhitungan Torsi
Data sampel diambil dari tabel 4.1. pada pengujian ke-1
dan pembebanan ke-1. Dari data diperoleh besaran gaya (F)
0,1962 Newton dan jarak lengan torsi ke sumbu poros (l) 0,1 meter, maka besar torsi:
T = l . F
= ( 0,1 ) ( 0,1962 )
46 4.2.3 Perhitungan Daya Kincir
Data sampel diambil dari tabel 4.1, pada pengujian ke-1
4.2.4 Perhitungan Tip Speed Ratio (tsr)
Data sampel diambil dari tabel 4.1, pada pengujian ke-1
dan pembebanan ke-1, dari data didapat putaran poros per menit
47
4.2.5 Perhitungan Koefisien Daya (Cp)
Sebagai contoh perhitungan diambil dari tabel 4.1, pada
pengujian pertama dan pembebanan ke 2. Daya kincir 𝑝𝑜𝑢𝑡 didapat
48 4.3HASIL PERHITUNGAN
Dari hasil percobaan kincir angin yang telah dilakukan peneliti dengan
memvariasikan kemiringan kincir dan jarak yang berbeda maka data
perhitungan pada tabel 4.9 sampai 4.16 langkah perhitungan dapat dilakukan
menggunakan cara yang sama pada sub bab. 4.2 “Pengolahan data dan
49
4.3.1 Perhitungan Kincir Permukaan Sudu Halus dengan Kemiringan 10o
Tabel 4. 9 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu halus dengan kecepatan angin + 7,1 m/s dan kemiringan 10 º
beban V n F jarak ρ A r Torsi ω 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛 cp % tsr
m/s rpm Newton meter meter meter N.m watt watt
0 7,12 485,1 0 0,1 1,17 0,5024 0,4 0 50,774 0 106,083 0 0 2,8525
1 7,01 489,9 0,1962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0196 51,276 1,0060 101,242 0,00994 0,9937 2,9259
2 7 454,0 0,4905 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0491 47,519 2,3308 100,809 0,02312 2,3121 2,7154
3 7,1 453,1 0,7848 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0785 47,424 3,7219 105,191 0,03538 3,5382 2,6718
4 7,12 409,1 1,0791 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1079 42,819 4,6206 106,083 0,04356 4,3557 2,4056
5 7,35 369,4 1,3734 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1373 38,664 5,3101 116,699 0,04550 4,5502 2,1042
50
Tabel 4. 10 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu halus dengan kecepatan angin + 8.24 m/s dan kemiringan 10o
beban
V n F jarak
ρ A r Torsi ω 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛 Cp % tsr
m/s rpm Newton meter meter meter N.m watt watt
0 8,14 543,3 0 0,1 1,17 0,5024 0,4 0 56,865 0 158,518 0 0 2,7944
1 8,45 564,6 0,1962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0196 59,095 1,1594 177,327 0,00654 0,6538 2,7974
2 8,51 537,9 0,4905 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0491 56,300 2,7615 181,132 0,01525 1,5246 2,6463
3 8,39 542,9 0,7848 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0785 56,824 4,4595 173,577 0,02569 2,5692 2,7091
4 8,13 517,9 1,0791 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1079 54,207 5,8495 157,935 0,03704 3,7037 2,6670
5 8,33 494,9 1,3734 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1373 51,800 7,1141 169,879 0,04188 4,1878 2,4874
6 8,10 474,6 1,6677 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1668 49,675 8,2843 156,193 0,05304 5,3039 2,4531
7 8,1 452,6 1,962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1962 47,372 9,2944 156,193 0,05951 5,9506 2,3394
8 7,98 429,1 2,2563 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,2256 44,912 10,1336 149,353 0,06785 6,7850 2,2513
9 8,07 381,9 2,5506 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,2551 39,972 10,1953 154,464 0,06600 6,6005 1,9813
51
4.3.2 Data Perhitungan Kincir Permukaan Sudu Halus dengan Kemiringan 15o
Tabel 4. 11 Data perhitungan kincir angin permukaan sudut halus dengan kecepatan angin + 7,3 m/s dan kemiringan 15 o
beban
V n F jarak
ρ A r Torsi ω 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛 cp % tsr
m/s rpm Newton meter meter meter N.m watt watt
0 7,57 461,7 0 0,1 1,17 0,5024 0,4 0 48,325 0 127,495 0 0 2,5535
1 7,38 449,4 0,1962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0196 47,037 0,9229 118,134 0,00781 0,7812 2,5494
2 7,48 381 0,4905 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0491 39,878 1,9560 123,001 0,01590 1,5902 2,1325
52
Tabel 4. 12 Data perhitungan kincir angin permukaan sudut halus dengan kecepatan angin + 8,7 m/s dan kemiringan 15o
beban
V n F jarak
ρ A r Torsi ω 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛 cp % tsr
m/s rpm Newton meter meter meter N.m watt watt
0 8,68 622,1 0 0,1 1,17 0,5024 0,4 0 65,113 0 192,205 0 0 3,0006
1 8,33 563,1 0,1962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0196 58,938 1,1564 169,879 0,00681 0,6807 2,8301
2 8,61 538 0,4905 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0491 56,311 2,7620 187,592 0,01472 1,4724 2,6161
3 8,58 518,3 0,7848 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0785 54,249 4,2574 185,638 0,02293 2,2934 2,5291
4 8,77 480,3 1,0791 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1079 50,271 5,4248 198,246 0,02736 2,7364 2,2929
5 8,91 432,7 1,3734 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1373 45,289 6,2200 207,892 0,02992 2,9919 2,0332
53
4.3.3 Data Perhitungan Kincir Permukaan Sudu Kasar dengan Kemiringan 10o
Tabel 4. 13 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu kasar dengan kecepatan angin + 7,37 m/s dan kemiringan 10o
beban V n F jarak ρ A r Torsi ω 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛 cp % tsr
m/s rpm Newton meter meter meter N.m watt watt
0 7,61 476,5 0 0,1 1,17 0,5024 0,4 0 49,874 0 129,527 0 0 2,6215
1 7,27 431,2 0,1962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0196 45,132 0,8855 112,930 0,00784 0,7841 2,4832
2 7,38 382,8 0,4905 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0491 40,066 1,9653 118,134 0,01664 1,6636 2,1716
54
Tabel 4. 14 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu kasar dengan kecepatan angin + 8.39 m/s dan kemiringan 10o
beban
V n F jarak
ρ A r Torsi ω 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛 cp % tsr
m/s rpm Newton meter meter meter N.m watt watt
0 8,42 587,4 0 0,1 1,17 0,5024 0,4 0 61,481 0 175,445 0 0 2,9207
1 8,39 549,5 0,1962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0196 57,514 1,1284 173,577 0,00650 0,6501 2,7420
2 8,44 505 0,4905 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0491 52,857 2,5926 176,698 0,01467 1,4673 2,5051
3 8,36 473,5 0,7848 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0785 49,560 3,8894 171,721 0,02265 2,2650 2,3713
4 8,35 441,6 1,0791 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1079 46,221 4,9877 171,106 0,02915 2,9150 2,2142
5 8,46 416,5 1,3734 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1373 43,594 5,9872 177,958 0,03364 3,3644 2,0612
55
4.3.4 Data Perhitungan Kincir Permukaan Sudu Kasar dengan Kemiringan 15o
Tabel 4. 15 Data perhitungan kincir angin permukaan sudu kasar dengan kecepatan angin + 7,37 m/s dan kemiringan 15o
beban
V n F jarak
ρ A r Torsi ω 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛 cp % tsr
m/s rpm Newton meter meter meter N.m watt watt
0 7,33 483,6 0 0,1 1,17 0,5024 0,4 0 50,617 0 115,749 0 0 2,7622
1 7,41 441,1 0,1962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0196 46,168 0,9058 119,580 0,00758 0,7575 2,4922
2 7,59 418,3 0,4905 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0491 43,782 2,1475 128,508 0,01671 1,6711 2,3074
3 7,53 388,3 0,7848 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0785 40,642 3,1896 125,485 0,02542 2,5418 2,1589
4 7,34 339,0 1,0791 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1079 35,482 3,8289 116,223 0,03294 3,2944 1,9336
56
beban
V n F jarak
ρ A r Torsi ω 𝑝𝑜𝑢𝑡 𝑝𝑖𝑛 cp % tsr
m/s rpm Newton meter meter meter N.m watt watt
0 8,41 558,5 0 0,1 1,17 0,5024 0,4 0 58,456 0 174,821 0 0 2,7803
1 8,48 528,5 0,1962 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0196 55,316 1,0853 179,223 0,00606 0,6056 2,6093
2 8,48 478,4 0,4905 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0491 50,073 2,4561 179,223 0,01370 1,3704 2,3619
3 8,49 455,4 0,7848 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,0785 47,665 3,7408 179,858 0,02080 2,0798 2,2457
4 8,45 409,1 1,0791 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1079 42,819 4,6206 177,327 0,02606 2,6057 2,0269
5 8,41 393,5 1,3734 0,1 1,17 0,5024 0,4 0,1373 41,186 5,6565 174,821 0,03236 3,2356 1,9589
57 4.4GRAFIK HASIL PERHITUNGAN
Dari hasil perhitungan kincir yang diperoleh, maka data itu diolah kembali ke
dalam bentuk grafik untuk mengetahui hubungan antara putaran kincir dengan
torsi kincir, daya kincir dengan torsi, dan koefisien daya (Cp) dengan tip speed
ratio (tsr). Untuk leih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
58 4.4.1 Grafik Permukaan Halus dengan Permukaan Kasar pada
Kemiringan 10o dan Kecepatan Angin 7,1 m/s
Gambar 4.1 menunjukkan perbedaan daya yang dihasilkan oleh
masing-masing kincir dengan kecepatan angin yang sama tetapi memiliki kehalusan
permukaan yang berbeda. Pada grafik kincir permukaan halus (warna merah)
dapat dilihat kecepatan angin 7,1 m/s dapat menghasilkan daya maksimal 5,77
watt dan torsi maksimal 0,16 N.m dan dari grafik permukaan kasar (warna biru)
dapat menghasilkan daya maksimal 2,54 watt dan torsi maksimal 0,07 N.m.
Grafik 4. 1Grafik hubungan antara daya kincir (𝒑𝒐𝒖𝒕) dan beban torsi, kincir permukaan halus dan kasar kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata 7,1 m/s
59
Gambar 4.2 merupakan hasil pengolahan data dari tabel 4.9 untuk kincir
permukaan halus (warna merah) menunjukkan kecepatan maksimal yaitu 489,9
rpm dan hasil pengolahan data dari tabel 4.13 untuk kincir permukaan kasar
(warna biru) menunjukkan kecepatan maksimal 476,5 rpm. Masing-masing
kincir memiliki torsi 0 N.m, kecepatan angin 7,3 m/s dan kemiringan sudu 10º.
Grafik 4. 2Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi, kincir
permukaan halus dan kasar kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata 7,1 m/s
60
Gambar 4.3 menunjukkan hubungan antara koefisien daya (Cp) terhadap
tip speed ratio (trs) pada kincir permukaan halus (berwarna merah) dengan sudu
kemiringan 10º dan kecepatan angin 7,1 m/s, menunjukkan nilai cp maksimal
0,049.Pada kincir permukaan kasar (berwarna biru) dengan sudu kemiringan 10º
dan kecepatan angin 7,37 m/s, menunjukkan nilai Cp maksimal 0,02.
Grafik 4. 3Grafik hubungan antara koefisiendaya dan tip speed ratio, kincir
permukaan halus dan kasar kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata 7,1 m/s
61 4.4.2 Grafik Permukaan Halus dengan Permukaan Kasar pada
Kemiringan 10o dan Kecepatan Angin 8.24 m/s
Gambar 4.4 menunjukkan perbedaan daya yang dihasilkan oleh
masing-masing kincir dengan kecepatan angin yang sama tetapi memiliki kehalusan
permukaan yang berbeda. Pada grafik kincir permukaan halus dapat dilihat
kecepatan angin 8,24 m/s dapat menghasilkan daya maksimal 10,19 watt dan torsi
maksimal 0,25 N.m dan dari grafik permukaan kasar dapat menghasilkan daya
maksimal 6,19 watt dan torsi maksimal 0,16 N.m.
Grafik 4. 4 Grafik hubungan antara daya kincir (𝒑𝒐𝒖𝒕) dan beban torsi, kincir
permukaan halus dan kasar pada kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata 8,24 m/s
62
Grafik 4.5 merupakan hasil pengolahan data dari tabel 4.10 perukaan
halus (warna merah) menunjukkan kecepatan maksimal yaitu 564,6 rpm dan
hasil pengolahan data dari tabel 4.14 kincir permukaan kasar (warna biru)
menunjukkan kecepatan maksimal 587,4 rpm yang masing-masing kincir
memiliki torsi 0 N.m kecepatan angin 8,39 m/s dan kemiringan sudu 10º yang
sama.
Grafik 4. 5 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi, kincir
permukaan halus dan kasar pada kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata 8,24 m/s
0 200 400 600 800
0,00 0,05 0,10 0,15 0,20 0,25 0,30
63
Gambar 4.6 menunjukkan hubungan antara koefisien daya (Cp) dengan
tip speed ratio (tsr) pada kincir permukaan halus (berwarna merah) dengan
kemiringan 10º dan kecepatan angin 8,24 m/s menunjukkan nilai Cp maksimal
0,05.Pada kincir permukaan kasar (berwarna biru) dengan kemiringan 10º dan
kecepatan angin 8,39 m/s menunjukkan nilai Cp maksimal 0,035.
Grafik 4. 6 Grafik hubungan antara Cp dan tsr, kincir permukaan halus dan kasar
pada kemiringan 10˚ pada kecepatan rata-rata 8,24 m/s
64 4.4.3 Grafik Permukaan Halus dengan Permukaan Kasar pada
Kemiringan 15o dan Kecepatan Angin 7,3 m/s
Gambar grafik 4.7 menunjukkan perbedaan daya yang dihasilkan oleh
masing-masing kincir dengan kecepatan angin yang sama tetapi memiliki
kehalusan permukaan yang berbeda. Pada grafik kincir permukaan halus dapat
dilihat kecepatan angin 7,3 m/s dapat menghasilkan daya maksimal 2,41 watt
dan torsi maksimal 0,07 N.m dan dari grafik permukaan kasar dapat
menghasilkan daya maksimal 4,21 watt dan torsi maksimal 0,13 N.m.
Grafik 4. 7 Grafik hubungan antara daya kincir (𝒑𝒐𝒖𝒕) dan beban torsi , kincir
permukaan halus dan kasar pada kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata 7,3 m/s
65
Gambar 4.8 merupakan hasil pengolahan data dari tabel 4.11 untuk
kincir permukaan halus menunjukkan kecepatan maksimal yaitu 461,7 rpm.
Hasil pengolahan data dari tabel 4.15 pada kincir permukaan kasar
menunjukkan kecepatan maksimal 483,6 rpm yang masing-masing kincir
memiliki torsi 0 N.m kecepatan angin 7,4 m/s dan kemiringan sudu 15º.
Grafik 4. 8 Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi , kincir
permukaan halus dan kasar pada kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata 7,3 m/s
66
Gambar 4.9 menunjukkan hubungan antara koefisien daya (Cp) dengan
tip speed ratio (tsr) pada kincir permukaan halus (berwarna merah) dengan sudu
kemiringan 15º dan kecepatan angin 7,3 m/s dengan nilai Cp maksimal kincir
0,02.Pada kincir permukaan kasar (berwarna biru) dengan sudu kemiringan 15º
dan kecepatan angin 7,4 m/s dengan nilai Cp maksimal kincir 0,03.
Grafik 4. 9 Grafik hubungan antara Cp dan tsr, kincir permukaan halus dan kasar
pada kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata 7,3 m/s
67 4.4.4 Grafik Permukaan Halus dengan Permukaan Kasar pada
Kemiringan 15o dan Kecepatan Angin 8,7 m/s
Gambar 4.10 menunjukkan perbedaan daya yang dihasilkan oleh
masing-masing kincir dengan kecepatan angin yang sama tetapi memiliki kehalusan
permukaan yang berbeda. Pada grafik kincir permukaan halus dapat dilihat
kecepatan angin 8,7 m/s dapat menghasilkandaya maksimal 6,89 watt dan torsi
maksimal 0,16 N.m dan dari grafik permukaan kasar dapat menghasilkan daya
maksimal 6,38 watt dan torsi maksimal 0,16 N.m.
Grafik 4. 10Grafik hubungan antara daya kincir (𝒑𝒐𝒖𝒕) dan beban torsi kincir
permukaan halus dan kasar kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata8,7
68
Gambar 4.11 merupakan hasil pengolahan data dari tabel 4.12 kincir
permukaan halus (warna merah) menunjukkan kecepatan maksimal yaitu 622,1
rpm dan hasil pengolahan data dari tabel 4.16 kincir permukaan kasar (warna biru)
menunjukkan kecepatan maksimal 558,5 rpm yang masing-masing kincir
memiliki torsi 0 N.m, sudu kemiringan 15º dan kecepatan angin 8,4 m/s.
Grafik 4. 11Grafik hubungan antara putaran poros kincir dan beban torsi kincir
permukaan halus dan kasar kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata8,7
69
Gambar 4.12 menunjukkan hubungan antara koefisien daya (Cp) dengan
ip speed ratio (tsr) pada kincir permukaan halus (berwarna merah) dengan sudu
kemiringan 15º dan kecepatan angin 8,7 m/s dengan nilai Cp maksimal
0,03.Pada kincir permukaan kasar (berwarna biru) dengan sudu kemiringan 15º
dan kecepatan angin 8,4 m/s dengan nilai Cp maksimal 0,034.
Grafik 4. 12 Grafik hubungan antara Cp dan tsr kincir permukaan halus dan kasar
pada kemiringan 15˚ kecepatan angin rata-rata 8,7 m/s
70 BAB V
PENUTUP
5.1KESIMPULAN
Dari penelitian kincir angin model propeler tiga sudu dalam bentuk
prototipe, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Telah berhasil dibuat kincir angin model propeler mengunakan dua
variasi kincir angin permukaan halus dan kincir angin permukaan
kasar. Kincir yang dibuat mengunakan sudut kemiringan, bentuk, dan
ukuran kincir yang sama.
2. Pada kincir angin permukaan kasar dengan kemiringan sudu 10° untuk
kecepatan 7,3 m/smenghasilkan daya maksimal2,54 watt dengan torsi
0,07 N.m, sedangkan kincir permukaan halus dengan kemiringan dan
kecepatan angin yang sama dapat menghasilkan daya sebesar 5,77
watt dengan torsi 0,16 N.m. Dari percobaan kincir angin dengan
kemiringan 10° dan kecepatan angin 7,3 m/s disimpulkan bahwa
kincir permukaan halus dapat menghasilkan daya (Pout) yang lebih
besar dari pada kincir permukaan kasar yaitu 5,77 watt.
3. Pada perhitungan kincir angin permukaan halus dan permukaan kasar
dengan kemiringan 10°, untukkecepatan angin 8,3 m/s, didapatkan
71
torsi 0,28 N.m, sedangkan kincir angin permukaan kasar hanya
mampu menghasilkan daya sebesar 6,19 watt dengan torsi 0,16 N.m.
4. Kincir angin dengan kemiringan 15° dengan kecepatan angin 7,3 m/s
didapatkan bahwa kincir permukaan halus menghasilkan daya yaitu
2,41 watt dengan torsi 0,07 N.m, sedangkan kincir permukaan kasar
menghasilkan daya 4,21 watt dengan torsi 0,13 watt. Sedangkan pada
kecepatan angin 8,7m/s kincir angin permukaan halus dapat
menghasilkan daya yang lebih besar dari kincir permukaan kasar yaitu
6,38 watt dengan torsi 0,16 watt, sedangkan kincir permukaan halus
hanya dapat menghasilkan 6,89 watt dengan torsi 0,16 watt.
5.2SARAN
Setelah melakukan penelitian maka didapatkan kelebihan dan
kekurangan yang diperhatikan untuk bahan refrensi peneliti berikutnya
dibidang kincir angin antara lain :
1. Untuk mendapatkan daya maksimal kehalusan kincir perlu
diperhatikan karena semakin halus permukaan sudu kincir maka
hambatanya akan semakin kecil.
2. Sebaiknya melakukan pengambilan data lebih banyak untuk
72 DAFTAR PUSTAKA
Anggriawan,P.D., 2013. Kincir Angin Propeler Tiga Sudu dari bahan triplek dan anyaman bambu, Tugas Akhir, Universitas SanataDharma, Yogyakarta. Diakses tanggal 20 November 2013.
Calson.C.A. 2013. Wind Turbine Design.http://mcensustainableenergy. pbworks.
com
Kuijen,K.V. 2013. Turbine Topologies. http://www.mstudioblackboard.tudelft.nl.
Diakses tanggal 15 Oktober 2013.
Mulyani, 2008. Kajian Potensi Angin Indonesia. Central Library Institute Technology
Perdana,P.N. 2013. Pembangkit Listrik Tenaga Bayu/Angin (PLTB).http:// jendela denngabei.blogspot.com.Bandung. Diakses tanggal 12 Oktober 2013.
Sihana. 2013. Teknik Perhitungan Energi Angin. http://sihana.staff.ugm.ac.id/s2 /rets.Diakses : Tanggal 12 Oktober 2013.