UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA
SUDU DATAR DENGAN TIGA VARIASI LEBAR SUDU
DAN LIMA VARIASI SUDUT
KEMIRINGAN SUDU
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin
Diajukan oleh : CUSTAVIO CARVALHO
NIM : 07 5214 031
Kepada
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN PROPELER TIGA
SUDU DATAR DENGAN TIGA VARIASI LEBAR SUDU
DAN LIMA VARIASI SUDUT
KEMIRINGAN SUDU
TUGAS AKHIR
Untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat sarjana S-1
Program Studi Teknik Mesin Jurusan Teknik Mesin
Diajukan oleh :
CUSTAVIO CARVALHO NIM : 07 5214 031
Kepada
JURUSAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
ii
THE PERFORMANCE OF THREE FLAT BLADES
PROPELLER WINDMILL MODEL WITH THREE
VARIATION OF BLADES WITH AND FIVE VARIATION
OF BLANDES DECLINATION ANGLE
FINAL PROJECT
A Partial Fulfillment of the requirements to obtain the sarjana teknik degree
Mechanical Engineering Study Program Mechanical Engineering Department
by :
CUSTAVIO CARVALHO Student Number : 07 5214 031
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
vii
INTISARI
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk membuat tiga model kincir
angin tipe propeler, mencari dan mengetahui daya maksimal dan koefisien daya
yang dihasilkan oleh tiga model kincir angin propeler datar dengan lima variasi
kemiringan sudu.
Ukuran kincir dibuat tiga variasi, yaitu sudu dengan lebar 40 cm x 10 cm
,40 cm x 12,5 cm, 40 cm x 15 cm Panjang sudu adalah 40 cm dan lebar sudu 10
cm, 12,5 cm, dan15 cm Untuk mengukur dan mengetahui torsi, daya kincir,
koefisien daya dan tip speed ratio, poros kincir dihubungkan ke mekanisme pengereman yang berfungsi untuk memvariasikan beban. Besarnya beban
pengimbang torsi diukur dengan neraca pegas, putaran poros kincir diukur dengan
menggunakan takometer, sedangkan kecepatan angin diukur dengan
menggunakan anemometer.
Hasil – hasil penelitian menunjukkan bahwa daya kincir maksimal yang
dihasilkan sebesar 41 watt didapatkan pada kincir dengan ukuran sudu 40 cm x
12,5 cm saat kecepatan angin 7,12 m/s dan pada torsi sebesar (0,75 Nm).
Koefisien daya maksimal juga didapatkan dari kincir dengan ukuran sudu 40 cm x
12,5 cm sebesar 28 % saat tsr sebesar 3,3 pada sudut kemiringan sudu 10˚.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena penyertaan,
perlindungan, dan berkat-Nya dalam penyusunan Tugas Akhir ini, sehingga pada
akhirnya Tugas Akhir ini dapat penulis selesaikan dengan baik.
Tugas Akhir merupakan sebagian persyaratan yang wajib ditempuh oleh
setiap mahasiswa Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Tugas Akhir ini juga dapat dikatakan
sebagai wujud pemahaman dari hasil belajar mahasiswa setelah mengikuti
kegiatan perkuliahan selama di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Dalam Tugas Akhir akan dibahas tiga model kincir angin tipe propeler,
mencari dan mengetahui daya maksimal dan koefisien daya yang dihasilkan oleh
tiga model kincir angin propeler datar dengan lima variasi kemiringan sudu.
Selama pembuatan Tugas Akhir ini tentu penulis mengalami berbagai
macam hambatan dan cobaan, namun pada akhirnya dapat diselesaikan dengan
bantuan saran, nasehat, ide, maupun bimbingan dari berbagai pihak. Pada
kesempatan ini, dengan segenap kerendahan hati penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Paulina Heruningsih Prima Rosa, S.Si., M.Sc., selaku Dekan Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak Ir. P.K. Purwadi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Bapak Ir. Rines, M.T., dosen pembimbing Tugas Akhir.
4. Bapak Ir. Doddy Purwadianto, M.T. selaku Kepala Laboratorium Konversi
Energi yang telah memberikan ijin untuk menggunakan fasilitas-fasilas
Laboratorium.
5. Bapak/Ibu dosen dan seluruh staf pengajar Jurusan Teknik Mesin Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan ilmunya selama aktivitas perkuliahan
ix
6. Kedua orang tua penulis cintai yang telah memberikan dukungan moral dan
material yang melimpah kepada penulis.
7. Rekan-rekan dibangku kuliah yang telah memberikan dorongan serta
semangat kepada penulis agar dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
8. Seluruh pihak yang telah membantu selama melakukan penelitiaan Tugas
Akhir ini yang tidak sempat penulis sebutkan.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyelesaikan Tugas
Akhir ini, namun sebagai manusia tentunya penulis juga menyadari bahwa yang
penulis kerjakan masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mohon maaf
atas segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat dalam penyusunan Tugas
Akhir ini. Saran serta kritik yang membangun dari pembaca sangat penulis
harapkan demi perbaikan dikemudian hari.
Penulis berharap semoga Tugas Akhir yang telah penulis susun ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca.
Yogyakarta, 13 Juli 2012
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
TITLE PAGE ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIHAN KARIYA... v
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUPBLIKASI ... vi
INTISARI... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
BAB I : PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah... 2
1.3. Batasan Masalah... 2
1.4. Tujuan Penelitian…... 2
x
BAB II : DASAR TEORI 4
2.1. Konsep Dasar Angin ... 4
2.2. Kincir Angin………... ... 4
2.2. Rumus Perhitungan ... 8
BAB III : METODE PENELITIAN………. 12
3.1. Peralatan dan Bahan ... 12
3.2. Variabel Penelitian ... 18
3.3. Variabel yang Diukur ... 18
3.4. Parameter yang Dihitung ... 18
3.5 Langkah penelitian……… 19
BAB IV : DATA DAN PEMBAHASAN……….. 21
4.1. Data Penelitian ... 21
4.2. Pengolahan Data dan Penelitian ... 39
4.3. Hasil dan Pembahasan ... 41
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN………... 71
5.1. Kesimpulan ... 71
5.2. Saran ... 71
DAFTAR PUSTAKA ... 72
LAMPIRAN……... ... 73
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 5o……….. 22
Tabel 4.2 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 10o……….. 23
Tabel 4.3 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 15o 24
Tabel 4.4 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 20o……….. 25
Tabel 4.5 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 25o……… 26
Tabel 4.6 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm
pada sudut kemiringan sudu 5o……….. 27
Tabel 4.7 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm
pada sudut kemiringan sudu 10o……… 28
Tabel 4.8 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm
pada sudut kemiringan sudu 15o……… 29
Tabel 4.9 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm
pada sudut kemiringan sudu 20o……… 30
Tabel 4.10 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm
pada sudut kemiringan sudu 25o……… 31
Tabel 4.11 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm
pada sudut kemiringan sudu 5o……….. 32
Tabel 4.12 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm
xii
Tabel 4.12 (Lanjutan) Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm
x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 10o………..………… 34
Tabel 4.13 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm
pada sudut kemiringan sudu 15o……… 35
Tabel 4.13 (Lanjutan) Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm
x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 15o……….. 36
Tabel 4.14 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm
pada sudut kemiringan sudu 20o……….. 37
Tabel 4.15 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm
pada sudut kemiringan sudu 25o……….. 38
Tabel L.1 Tabel Udara……….. 76
Tabel L.2 Data grafik Cp terhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudu kemiringan 5o………. 77
Tabel L.7 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 5o……….. 82
Tabel L.8 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 10o……… 83
Tabel L.9 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 15o……… 84
Tabel L.10 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
xiii
Tabel L.11 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 25o……… 86
Tabel L.12 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 5o………. 87
Tabel L.13 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 10o………... 88
Tabel L.13(Lanjutan) Data grafik Cp terhadap tsr, torsi terhadap rpm dan
daya kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 10o… 89
Tabel L.14 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 15o………... 90
Tabel L.14 (Lanjutan) Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan
daya kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 15o… 91
Tabel L.15 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 20o………... 92
Tabel L.16 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 jenis-jenis kincir angin menurut porosnya………. 5
Gambar 3.1 Kincir angin………... 12
Gambar 3.2 Tiga variasi sudu yang di buat………... 13
Gambar 3.3 Dudukan sudu……… 14
Gambar 3.4 Terowongan Angin (wind tunnel)………. 15
Gambar 3.5 Fan Blower……… 15
Gambar 3.6 Anemometer (a) dan sensor kecepatan angin (b)……….. 16
Gambar 3.7 Takometer……….. 16
Gambar 3.8 Neraca pegas……….. 17
Gambar 3.9 Mekanisme pengereman……… 17
Gambar 3.10 Posisi kincir angin………... 19
Gambar 4.1 Grafik Betz Limut ………. 42
Gambar 4.2 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 5o… 43 Gambar 4.3 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 10o... 43
Gambar 4.4 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 15o... 44
Gambar 4.5 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 20o... 44
Gambar 4.6 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 25o... 45
Gambar 4.7 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 5o... 45
Gambar 4.8 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 10o.. 46
xv
Gambar 4.10 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 20o………... 47
Gambar 4.11 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 25o.. 47 Gambar 4.12 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 5o…... 48 Gambar 4.13 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 10o... 48 Gambar 4.14 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 15o... 49 Gambar 4.15 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 20o... 49 Gambar 4.16 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 25o... 50 Gambar 4.17 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 5o……….. 51
Gambar 4.18 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 10o……… 51
Gambar 4.19 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 15o……… 52
Gambar 4.20 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 20o……… 52
Gambar 4.21 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 25o……… 53
Gambar 4.22 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 5o………... 54
Gambar 4.23 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
xvi
Gambar 4.24 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 15o………. 55
Gambar 4.25 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 20o………. 55
Gambar 4.26 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 25o………. 56
Gambar 4.27 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 5o……….. 57
Gambar 4.28 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 10o……… 57
Gambar 4.29 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 15o. 58
Gambar 4.30 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 20o……… 58
Gambar 4.31 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 25o. 59
Gambar 4.32 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 5o……….. 60
Gambar 4.33 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 10o……… 60
Gambar 4.34 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 15o……… 61
Gambar 4.30 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 20o……… 61
Gambar 4.35 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan 25o……… 62
Gambar 4.36 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 5o………... 63
Gambar 4.37 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
xvii
Gambar 4.38 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 15o………. 64
Gambar 4.39 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 20o………. 64
Gambar 4.40 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan 25o………. 65
Gambar 4.41 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 5o……….. 66
Gambar 4.42 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 10o……… 66
Gambar 4.43 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 15o……… 67
Gambar 4.44 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 20o……… 67
Gambar 4.45 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan 25o……… 68
Gambar L.1 Cakram dari mekanisme pengereman……… 74
Gambar L.2 Bagian anemometer yang berfunsi sebagai penangkap angin. 74
Gambar L.3 Dudukan sudu dan tempat menvariasikan kemiringan sudu…….. 75
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya terus
meningkat karena pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dengan pola
komsumsi energi itu sendiri senantiasa meningkat. Hal ini menjadi tantangan besar
bagi Indonesia dan dunia, ketika dihadapkan pada kondisi dimana sebagian besar
masih tergantung pada energi bahan bakar fosil, Penulis sebagai mahasiswa Jurusan
Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma dengan visi
mengembangkan energi terbarukan dan konservasi energi merasa terpanggil mencari
solusi dan berupaya mengembangkan sumber energi alternatif guna mengurangi
pemakaian bahan bakar jenis fosil, yang sampai sekarang masih digunakan sebagai
sumber energi utama. Angin merupakan salah satu energi yang dapat dijadikan
sebagai energi alternatif, walaupun energinya tidak sebesar energi yang dihasilkan
oleh bahan bakar fosil tetapi dapat membantu mengurangi penggunaanya. Indonesia
adalah negara kepulauan yang cukup dan memiliki potensi angin yang cukup baik,
yaitu sekitar 3,5 – 5,9 m/s (Sumber : Pusat Meterologi dan Geofisika tahun 2000).
Kincir angin adalah suatu mesin yang digerakan oleh tenaga angin, dan mudah
dalam pembuatanya tidak membutuhkan teknologi yang cangih, biaya pembuatan
murah dan dapat di aplikasihkan di daerah yang jauh dari kota, kincir angin ada dua
jenis menurut porosnya yaitu kincir angin poros horizontal (propeler) dan kincir
angin poros vertical (savonius). Kelebihan dan kekurangan kincir angin poros
horizontal dan poros vertical. Untuk itu muncul sebuah gagasan untuk membuat
sebuah model kincir angin propeler yang dapat divariasikan sudut kemiringan
sudunya, dengan harapan untuk mengetahui dan memperoleh kinerja terbaik dari
kincir yang divariasikan sudut kemiringan sudunya. Untuk itu muncul sebuah
sudut kemiringan sudunya, dengan harapan untuk mengetahui dan memperoleh
kinerja terbaik dari kincir yang divariasikan sudut kemiringan sudunya.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan pada pembuatan kincir angin propeler ini
adalah sebagai berikut:
1) Pemakaian energi dari bahan bakar fosil masih tinggi.
2) Potensi angin di Indonesia mencapai 3,5–5,9 m/s.
3) Pemanfaatan energi angin di indonesia masih kurang.
1.3 Batasan Masalah
Supaya permasalahan tidak berkembang menjadi luas, maka diperlukan batasan
masalah sebagai berikut:
1) Objek penelitian adalah model kincir angin tiga propeler datar.
2) Jumlah sudu kincir sebanyak tiga buah dengan tiga variasi ukuran sudu.
3) Variasi sudut kemiringan sudu yaitu 5o, 10o, 15o, 20o dan 25 o.
4) Jangkauan kecepatan angin disesuaikan dengan kondisi terowongan angin
yang digunakan.
5) Unjuk kerja angin yang dimaksutkan adalah daya yang dihasilkan hubungan
dengan torsi dan kecepatan putar kincir dan koefisien daya hubungan
dengan tip speed ratio.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian kincir angin adalah:
1) Membuat tiga model kincir angin tipe propeler.
2) Mencari dan mengetahui daya maksimal yang dapat dihasilkan oleh model
3) Mencari dan mengetahui koefisien daya maksimal yang dapat di hasilkan
oleh model kincir angin dari lima variasi sudut kemiringan sudu dan tiga
variasi sudu.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang didapat dari penulisan Tugas Akhir ini adalah:
1) Dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat yang
membutuhkan sumber energi alternatif selain sumber energi fosil.
4
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Konsep Dasar Angin
Energi angin telah lama dikenal dan dimanfaatkan manusia.
Perahu-perahu layar menggunakan energi ini untuk melewati perairan sudah lama
sekali. Sebagaimana diketahui, pada asasnya angin merupakan udara yang
bergerak yang disebabkan oleh rotasi bumi dan disertai perbedaan tekanan
udara sekitar. Angin selalu bergerak dari tempat bertekanan tinggi ke tempat
bertekanan rendah.
Pada umumnya kecepatan angin dipengaruhi oleh letak tempat dan
ketinggiannya. Bila letak tempatnya di daerah khatulistiwa maka angin
akan lebih cepat dibandingkan dengan letak tempatnya jauh dari
khatulistiwa. Begitu pula ketinggianya. Semakin tinggi tempatnya semakin
kencang juga anginnya. Hal ini disebabkan oleh, semakin tinggi suatu
tempat maka, gaya gesekan yang di pengaruhi oleh permukaan bumi yang
tidak datar, pohon, gunung dan topografi semakin kecil.
Arah angin ditentukan oleh dari mana saja datangnya, apakah dari
timur ke barat atau dari selatan ke utara. Sebagai contoh windsocks yang digunakan sebuah bandara pesawat komersial sebagai penunjuk datangnya
arah angin untuk mengukur kecepatan angin biasanya digunakan
anemometer.
2.2 Kincir Angin
Kincir angin adalah sebuah mesin yang digerakan oleh tenaga angin
yang dipergunakan tidak hanya sebagai penumpuk biji–biji dan memompa
air untuk mengaliri sawah tetapi juga digunakan sebagai pembangkit tenaga
Secara umum kincir angin dapat digolongkan menjadi dua jenis
menurut porosnya yaitu kincir angin poros horisontal dan kincir angin
poros vertical seperti pada gambar 2.1 dibawah ini
Gambar 2.1 jenis-jenis kincir angin menurut porosnya
2.2.1 Kincir angin poros horizontal
Kincir angin poros horizontal (propeller) merupakan kincir angin yang
konvensional dimana suatu putaran searah dengan arah angin dengan jumlah
sudut dua, tiga ataupun lebih yang berpenampang airfoil. Dimana
perputaran kincir angin ini disebabkan adanya gaya aerodinamika yang
bekerja pada suatu kincir angin. Agar propeller dapat berputar maka letak
bidang rotasinya harus tegak lurus dengan arah angin. Dan untuk maksud ini
Kelebiha kincir angin poros horizontal
1. Konstruksi lebih sederhana dalam pembuatan sudu kincir
2. Karakteristik aerodinamis angin tidak terganggu karena arah angin
langsung menuju rotor.
3. Untuk variable pitch start lebih ringan.
4. Tidak memerlukan sudut orientasi.
5. Dasar menara yang tinggi membolehkan akses ke angin yang lebih
banyak di tempat-tempat yang memiliki geseran angin (perbedaan antara
laju dan arah angin antara dua titik yang jaraknya relatif dekat di dalam
atmosfer bumi. Di sejumlah lokasi geseran angin, setiap sepuluh meter ke
atas, kecepatan angin meningkat sebesar 20%.
Kekurangan kincir angin poros horizontal
1. Tidak bisa menerima angin dari segala arah
2. Membutuhkan alat bantu untuk mengarahkan kincir angin (sirip pengarah
atau sensor elektrik)
.
2.2.2 Kincir angin poros vertical
Kincir angin poros vertical adalah kincir angin yang menerimah energi
angin tegak lurus dengan arah mata angin.
Kelebihan kincir angin poros vertical
2. Tidak perlu pengaturan sudut-sudut untuk menggerakan sebuah
generator.
Kekurangan kincir angin poros vertical
1. Tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih kencang di
elevasi yang lebih tinggi.karena sulit membuat menara yg tinggi.
2. Beroperasi pada putaran rendah.
3. Sudutnya kembali menentang aliran udara dan ini merupakan suatu
kerugian yang besar.
Untuk tugas akhir ini adalah kincir angin jenis poros
harisontal.(propeller tiga sudu).
2.3 Grafik Hubungan Antara Cp Terhadap tsr
Menurut Betz (Ilmuwan dari Jerman Albert Betz) bahwa koefisien
daya (Cp) maksimal dari kincir angin adalah sebesar 59% seperti yang
terlihat pada Gambar 2.1. Dia menamai batas maksimal tersebut dengan
Gambar 2.1 Grafik Betz limit.(sumber: http://www.intechopen.com)
2.4 Rumus Perhitungan
Berikut ini adalah rumus-rumus yang di pergunakan untuk melakukan
perhitungan dan analisis unjuk kerja kincir angin.
2.4.1 Energi Angin
Angin adalah fluida yang bergerak sehingga memiliki energi kinetik,
maka dapat dirumuskan sebagai berikut:
Ek= 0,5ṁv2………..……...…………...(1)
dengan :
v = kecepatan angin (m/s).
Daya adalah energi persatuan waktu, sehingga dapat di tuliskan
sebagai berikut:
Pin = 0,5ṁ v2………...…………..….………...…...…(2)
dengan:
Pin = daya angin (watt).
ṁ = massa udara yang mengalir dalam waktu tertentu (kg/s). dimana:
ṁ = ρAv……….………...(3) dengan:
ρ = massa jenis udara (kg/m3).
A = luas penampang yang membentuk sebuah lingkaran (m2).
Dengan menggunakan persamaan (3), maka daya angin (Pin) dapat
dirumuskan menjadi:
Pin = 0,5(𝜌𝜌Av)v2, yang dapat disederhanakan menjadi:
Pin= 0,5𝜌𝜌Av3……….………...……...………(4)
2.4.2 Perhitungan Torsi dan Daya
Untuk mengetahui perbedaan unjuk kerja dari setiap sudut
kemiringan sudu yang divariasikan, maka perlu mencari torsi dinamis dan
daya yang dihasilkan oleh kincir.
2.4.1 Torsi
Torsi merupakan hasil perkalian vektor antara jarak sumbu putar
dengan gaya yang bekerja pada titik yang berjarak tertentu dari sumbu
pusat. Pada penelitian ini digunakan mekanisme pengereman, sehingga
T = Fr………..……..…...(5) dengan:
T = torsi dinamis yang dihasilkan dari putaran poros (Nm). F = gaya pada poros akibat puntiran (N).
r
= jarak lengan torsi ke poros (m).2.4.2 Daya kincir
Pada umumnya perhitungan untuk menghitung daya pada gerak
melingkar dapat dituliskan sebagai berikut:
Pout= T
𝜔𝜔
……….………..(6)dengan:
T = torsi dinamis (Nm).
𝜔𝜔 = kecepatan sudut (
ω
) didapatkan dariω =
𝑛𝑛
𝑝𝑝𝑜𝑜𝑜𝑜𝑝𝑝𝑟𝑟𝑝𝑝𝑛𝑛𝑚𝑚𝑚𝑚𝑛𝑛𝑖𝑖𝑜𝑜= n
2 𝜋𝜋
60 rad/s
=
𝑛𝑛𝜋𝜋30 rad/s
Dengan ini untuk daya yang dihasilkan oleh kincir dapat
dinyatakan dengan persamaan (6) yaitu:
Pout = T
𝜔𝜔
Pout=T 𝜋𝜋 𝑛𝑛
30 rad/s………...……..………(7)
dengan:
p
out = daya yang dihasilkan oleh kincir angin (watt).2.4.3 Tip Speed Ratio
Tip spead ratio (tsr) adalah perbandingan antara kecepatan ujung sudu kincir angin dengan kecepatan angin.
Kecepatan di ujung sudu (Vt) dapat dirumuskan sebagai:
Vt =
𝜔𝜔
r dengan:Vt = kecepatan ujun sudu.
𝜔𝜔
= kecepatan sudut (rad/s). r = jari – jari kincir (m).sehingga tsrnya dapat dirumuskan dengan: tsr = 𝜋𝜋𝑟𝑟𝑛𝑛
30𝑣𝑣 ………...………...(8)
dengan:
r = jari – jari kincir (m).
n = putaran poros kincir tiap menit (rpm). v = kecepatan angin (m/s).
2.4.4 Koefisiensi Daya (Cp)
Koefisien daya (Cp) adalah pebandingan antara daya yang dihasilkan
oleh kincir (Pout) dengan daya yang disediakan oleh angin (Pin), sehingga
dapat dirumuskan sebagai berikut:
12
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Proses penelitian di mulai pada tangal 17 Oktober 2011 sampai pada tangal 25
Oktober 2011 di Laboratorium Konversi Energi Program Studi Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma.
3.1 Peralatan dan Bahan
Bentuk kincir angin yang di buat dalam penelitian ini dilihat pada Gambar 3.1.
Kincir yang dibuat memiliki 2 bagian utama, yaitu:
1) Sudu.
2) Dudukan sudu.
1) Sudu
Sudu yang berfunsi untuk menangkap energi angin dilihat pada Gambar 3.2.
2) Dudukan Sudu
Dudukan sudu yang merupakan bagian komponen yang berfunsi untuk
pemasangan sudu dan juga untuk mengatur kemiringan sudu. Dudukan sudu ini
memiliki tiga buah lubang untuk pemasangan sudu dan tiga buah klem untuk
menjepit sudu yang dipasang pada dudukan sudu, untuk mengatur sudu kemiringan
cukup membuka mur klem dan mengatur kemiringan sudut yang di inginkan
setelah itu di kencangkan.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Terowongan Angin
Terowongan angin(wind tunnel) berfungsi untuk menangkap angin yang dihisap oleh fan blower, sekaligus menjadi tempat untuk pengujian kincir seperti yang dapat dilihat pada Gambar 3.4.
Gambar 3.4 Terowongan Angin (wind tunnel)
2. Fan blower
Fan blower berfungsi untuk menghisap udara yang akan disalurkan ke wind tunnel, Fan blower dengan daya penggerak motor 5,5 kW dapat dilihat pada Gambar 3.5.
3. Anemometer
Anemometer berfungsi untuk mengukur kecepatan angin, dan juga digunakan
untuk mengukur suhu angin di sekitar lingkungan dilihat pada Gambar 3.6.
(a) (b)
Gambar 3.6 Anemometer (a) dan sensor kecepatan angin (b)
4. Takometer
Takometer biasanya digunakan untuk mengukur rotasi perputaran menit kincir
angin, dilihat pada Gambar 3.7.
5. Neraca pegas
Neraca pegas digunakan untuk mengukur beban pengimbang torsi dinamis.
Dapat dilihat pada Gambar 3.8.
Gambar 3.8 Neraca pegas
6. Mekanisme Pengereman
Mekanisme pengereman berfungsi sebagai pengerem untuk memperlambat
putaran kincir angin pada saat pengambilan data torsi dan daya kincir angin.
Mekanisme kincir angin ini dilihat pada Gambar 3.9.
3.2 Variabel Penelitian
Beberapa variabel yang peneliti ketahui, dalam penelitian ini adalah:
1) Dimensi sudu kincir angin ada tiga yaitu panjang 40 cm x lebar 10 cm,
panjang 40 cm x lebar 12,5 cm dan panjang 40 cm x lebar 15 cm.
2) Variasi sudut kemiringan sudu yaitu: 5o, 10o, 15o, 20o dan 25o.
3) Variasi kecepatan angin dalam penelitian adalah 7,5 m/s hingga 4 m/s.
4) Diameter kincir angin 920 mm atau 0,92 m.
3.3 Variabel yang Diukur
Data yang diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Kecepatan angin (v). Karena keterbatasan alat, maka variasi kecepatan angin diperoleh dengan cara menggeser kedudukan blower terhadap
terowongan angin.
2) Putaran poros kincir angin (n). 3) Gaya pengimbangan torsi (F). 4) Suhu (T).
3.4 Parameter yang Dihitung
Parameter yang dihitung untuk mendapatkan karakteristik kincir angin adalah:
1) Daya angin (Pin).
2) Daya kincir (Pout).
3) Gaya pengimbang torsi (T). 4) Koefisien Daya (Cp).
Langkah pertama yang dilakukan sebelum pengambilan data penelitian adalah
pasang kincir angin di dalam terowongan angin pasang komponen poros penghubung
kincir angin dengan mekanisme pengereman yang berada di bagian depan
Gambar 3.10 Posisi kincir angin
3.5 Langkah Penelitian
Proses pengambilan data daya dan torsi dinamis kincir angin dilakukan secara
bersamaan di saat pengambilan data daya dan torsi dinamis kincir, ada beberapa hal
yang perlu dilakukan yaitu:
1) Poros kincir di hubungkan dengan mekanisme pengereman.
2) Memasang anemometer pada terowongan di depan kincir angin untuk
mengukur kecepatan angin di saluran terowongan angin.
3) Memasang neraca pegas pada tempat yang telah di tentukan.
4) Memasang tali yang menghubungkan antara neraca pegas dengan lengan pada
mekanisme pengereman.
5) Mengatur sudu kemiringan sudu sesuai yang telah ditentukan.
7) Untuk mengatur kecepatan angin dalam terowongan angin dengan cara
memundurkan jarak fan blower terhadap terowongan angin agar dapat menetukan variasi kecepatan angin.
8) Variasi beban pada mekanisme pengereman untuk mendapatkan variasi beban
di gunakan 1 karet, 2 karet, 3 karet, 4 karet, dan seterusnya.
9) Bila kecepatan angin dan variasi beban telah sesuai dengan yang diinginkan
maka, pengukuran dapat dilakukan dengan membaca massa pengimbang yang
terukur dalam neraca pegas.
10) Ukur kecepatan kincir angin, suhu dan putaran poros dengan mengunakan
takometer dengan bersamaan.
11) Mengamati selama waktu yang telah ditentukan.
12) Ulangi langkah 5 hingga 11 untuk variasi sudu kemiringan sudu yang
21
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Data penelitian
4.1.1Data penelitian kincir angin dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm
Data hasil penelitian ini diperoleh dari pengambilan data torsi pada kincir
angin ukurang 40 cm x 10 cm. Selanjutnya pengujian ini dilakukan dengan
variasi angin untuk memundurkan fan Blowe terhadap Terowongan Angin sejauh 3 cm untuk mendapatkan variasi angin mulai dari 7,5 m/s dengan penurunan
rata-rata sekitar 0,7 m/s hingga kincir berhenti berputar. Pada Sudut kemiringan,
dengan sudu yang divariasikan dari 5o, 10o, 15o, 20o dan 25o, untuk mendapatkan
variasi beban dengan menggunakan mekanisme pengereman dengan mengunakan
1 karet, 2 karet, 3 karet dan selanjutnya. Dari penelitian diperoleh data yang
dilihat pada Tabel 4.1 hingga 4.5.
4.1.2Data penelitian kincir angin dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm
Langkah penelitian untuk ukuran sudu kincir angin 40 cm x 12,5 cm sama
seperti kincir angin 40 cm x 10 cm. Dari penelitian yang diperoleh data pada
Tabel 4.6 hingga 4.10.
4.1.3Data penelitian kincir angin dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm
langkah penelitian untuk ukuran sudu kincir angin 40 cm x 15 cm sama
seperti kincir angin 40 cm x 10 cm dan 40 cm x 12,5 cm. Dari penelitian ini,
Tabel 4.1 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 5o.
Tabel 4.2 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 10o
Tabel 4.3 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 15o
Tabel 4.4 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 20o
Tabel 4.5 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada
sudut kemiringan sudu 25o
Tabel 4.6 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada
sudut kemiringan sudu 5o
Tabel 4.7 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada
sudut kemiringan sudu 10o
Tabel 4.8 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada
sudut kemiringan sudu 15o
Tabel 4.9 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada
sudut kemiringan sudu 20o
Tabel 4.10 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada
sudut kemiringan sudu 25o
Tabel 4.11 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada
sudut kemiringan sudu 5o
Tabel 4.12 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada
sudut kemiringan sudu 10o
Tabel 4.12 (Lanjutan) Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15
cm pada sudut kemiringan sudu 10o
No Kec Angin m/s
Suhu
˚C kg/m³ 𝜌𝜌
Putaran Poros (rpm)
Tabel 4.13 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada
sudut kemiringan sudu 15o
Tabel 4.13 (Lanjutan) Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15
cm pada sudut kemiringan sudu 15o
No Kec Angin m/s
Suhu
˚C kg/m³ 𝜌𝜌
Putaran Poros (rpm)
Tabel 4.14 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada
sudut kemiringan sudu 20o
Tabel 4.15 Data hasil pengujian kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada
sudut kemiringan sudu 25o
Contoh perhitungan untuk kincir angin dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm
pada kecepatan angin 6,75 m/s ditunjukan pada sub Bab 4.6:
4.2 Pengolahan Data dan Penelitian
4.2.1Perhitungan daya angin
Daya angin dihitung dengan mengunakan rumus Persamaan (4) yang dapat
dilihat pada sub Bab 2.4.1:
Pin = 0,5 𝜌𝜌 A v3
Diamter kincir d = 0,92 m, maka luas penampang dapat di hitung dengan
rumus:
A = π d2
/4
= 3,14 (0,92)2/4
= 0,66 m2
Sehingga contoh diambil data dari Tabel 4.6 no 1 dengan beban variasi
pertama.
Dari data, kecepatan angin (v) sebesar 6,75 m/s, massa jenis udara (𝜌𝜌) sebesar 1.16 Kg/m3, dan luas penampang A = 0,66 m2, maka dapat dihitung besarnya daya
angin (Pin) sebesar:
Pin = 0,5 𝜌𝜌 A v3
= 0,5 1,16 (0,66) 6,75 3
= 0,58 (0,66) 307,54
4.2.2 Perhitungan torsi
Perhitungan torsi dengan menggunakan persamaan (5) yang dapat
dilihat pada sub Bab 2.4.2.1.
Sebagai contoh perhitungan di ambil data dari Tabel 4.6 no. 1 dengan
beban variasi pertama.
Dari data, diperoleh besarnya gaya pengimbang (F) 0,65 Newton dan jarak lengan torsi ke sumbu poros (r) 0,1 meter maka besar torsi:
T = r F
T = (0,1) (0,65) T = 0,065 Nm
4.2.3 Perhitungan daya kincir
Daya kincir dihitung dengan menggunakan persamaan (7) yang dapat
dilihat pada sub Bab 2.4.2.2.
Sebagai contoh perhitungan dapat diambil dari Tabel 4.6 no. 1 dengan
beban variasi pertama.
Dari data, didapatkan kecepatan angin (v) 6,75 m/s, putaran poros (n) sebesar 622,27 rpm, dan torsi (T) yang telah diperhitungkan pada sub Bab 4.2.2 sebesar 0,065 Nm maka besar daya kincir:
Pout = T
4.2.4 Perhitungan tip speed ratio
Perhitungan tip speed ratio (tsr) mengunakan Persamaan (8) yang telah dibahas pada sub Bab 2.4.3. Sebagai contoh perhitungan tip speed ratio (tsr) dapat di ambil dari Tabel 4.6 no.1 dengan beban variasi pertama.Dari data,
tsr = 𝜋𝜋 𝑟𝑟𝑛𝑛
30 𝑣𝑣
tsr = (3,14) (0,46) (622,27)
30 (6,75)
tsr = 4,44
4.2.5 Perhitungan koefisien daya (Cp)
Koefisiensi daya (Cp) dapat dihitung dengan Persamaan (9) yang dapat
dilihat pada sub Bab 2.4.4.
Sebagai contoh perhitungan dapat diambil data pada Tabel 4.6 no.1
dengan beban variasi pertama.
Daya kincir (Pout) didapatkan pada sub Bab 4.2.3 sebesar 4,233 watt,
dan daya angin (Pin) didapatkan pada sub Bab 4.2.1 sebesar 118 watt. Maka
koefisien dayanya:
Cp =
𝑃𝑃𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜𝑜
𝑃𝑃𝑖𝑖𝑛𝑛 100 %
Cp =
4,23
118 100 %
Cp = 3.6 %
4.3 Hasil dan pembahasan
4.3.1Grafik hubungan antara Cpterhadap tsr
Menurut Betz (ilmuan dari Jerman Albert Betz) bahwa koefisien daya
(Cp) maksimal dari kincir angin adalah sebesar 59% seperti yang terlihat pada
Gambar (4.1 ) Ia menamai batas maksimal tersebut dengan Betz limit. Gambar
Gambar 4.1 Grafik Betz limit.(Sumber: http://www.intechopen.com)
Setelah melakukan perhitungan dari ketiga kincir angin dengan ukuran
sudu 40 cm x 10 cm, 40 cm x 12,5 cm dan 40 cm x 15 cm dan variasi sudu
kemiringan sudu sebesar 5o, 10o, 15o , 20o dan 25o ditiap ukuranya, didapatkan
Gambar 4.2 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio(tsr)
kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 5o.
Gambar 4.3 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio(tsr)
Gambar 4.4 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio(tsr)
kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 15o.
Gambar 4.5 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio(tsr)
Gambar 4.6 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio(tsr)
kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 25o.
Dari lima grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
(tsr), untuk lebar 40 cm x 10 cm, dengan variasi sudut kemiringan sudu 5o, 10o, 15o, 20o dan 25o pada Gambar 4.2 sampai 4.6 mennujukan bahwa koefisien daya (Cp)
tertinggi pada sudut kemiringan 10o = 0,21 atau 21 % didapatkan pada tsr 3,2 dapat
Gambar 4.7 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio(tsr)
kincir dengan ukuran sudu 40cm x 12,5cm pada sudut kemiringan sudu 5o.
Gambar 4.8 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio(tsr)
kincir dengan ukuran sudu 40cm x 12,5cm pada sudut kemiringan sudu 10o.
Gambar 4.9 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio(tsr)
Gambar 4.10 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
(tsr) kincir dengan ukuran sudu 40cm x 12,5cm pada sudut kemiringan sudu 20o.
Gambar 4.11 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
Dari lima grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
(tsr), untuk lebar sudu 40 cm x 12,5 cm, dengan variasi sudut kemiringan sudu 5o, 10o, 15o, 20o dan 25o pada Gambar 4.7 sampai 4.11 mennujukan bahwa koefisien
daya (Cp) tertinggi pada sudut kemiringan 10o = 0,28 atau 28 % didapatkan pada
tsr 3,3 dapat di lihat pada Gambar 4.3
Gambar 4.12 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
(tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 5o.
Gambar 4.13 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
Gambar 4.14 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
(tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 15o.
Gambar 4.15 Grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
Gambar 4.16 Grafik hubungan Koefisiensi Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
(tsr) kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 25o. Dari lima grafik hubungan Koefisien Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio
(tsr), untuk lebar 40 cm x 15 cm, dengan variasi sudut kemiringan sudu 5o, 10o, 15o, 20o dan 25o pada Gambar 4.12 sampai 4.16 mennujukan bahwa koefisien
daya (Cp) tertinggi pada sudut kemiringan 10o = 0,28 atau 28 % didapatkan pada
tsr 3 dapat di lihat pada Gambar 4.3
4.3.2 Grafik hubungan antara putaran poros (rpm), torsi (Nm)
Grafik hubungan antara putaran poros (rpm) dan torsi (Nm) ini akan
menunjukkan unjuk kerja yang dihasilkan oleh tiga variasi sudu dan lima variasi
kemiringan sudu, yaitu: sudu dengan ukuran 40 cm x 10 cm, 40 cm x 12,5 cm
dan 40 cm x 15 cm dengan variasi kemiringan sudu sebesar: 5º, 10º, 15º, 20º, 25º
ditiap ukuran.
Setelah melakukan perhitungan pada ukuran variasi tiga sudu, didapatkan
grafik perbandingan antara putaran poros, torsi dan untuk ukuran 40 cm x 10 cm,
40 cm x 12,5 cm dan 40 cm x 15 cm dengan lima variasi sudut kemiringan
sudunya yaitu: 5º, 10º, 15º, 20º dan 25º
Gambar 4.17 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 5o.
Gambar 4.18 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
Gambar 4.19 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 15o.
Gambar 4.20 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
. Gambar 4.21 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 25o
Dari grafik Gambar 4.17 sampai 4.21 hubungan Putaran Poros (rpm)
terhadap torsi (Nm) dan kecepatan angin (m/s) untuk kincir angin dengan ukuran
sudu 40 cm x 10 cm dengan variasi sudut kemiringan sudu 5˚,10˚,15˚,20˚,25˚ dengan torsi yang sama dan kecepatan angin yang sama di setiap sudut
kemiringan sudu untuk torsi 3 Nm dan kecepatan angin 7,13 m/s mendapatatkan
rpm maksimal sekitar 640 rpm pada sudut kemiringan sudu 10o dapat dilihat pada
Gambar 4.22 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan sudu 5o
Gambar 4.23 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan ukuran
Gambar 4.24 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan sudu 15o
Gambar 4.25 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
Gambar 4.26 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan sudu 25o
1) Dari grafik Gambar 4.22 sampai 4.26 hubungan Putaran Poros
(rpm) terhadap torsi (Nm) dan kecepatan angin (m/s) untuk kincir
angin dengan ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm dengan variasi sudut
kemiringan sudu 5˚,10˚,15˚,20˚,25˚ dengan torsi yang sama dan
kecepatan angin yang sama di setiap sudut kemiringan sudu untuk
torsi 3 Nm dan kecepatan angin 7,12 m/s mendapatatkan rpm
maksimal sekitar 690 rpm pada sudut kemiringan sudu 10o dapat
Gambar 4.27 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 5o
Gambar 4.28 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
Gambar 4.29 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsi kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 15o
Gambar 4.30 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
Gambar 4.31 Grafik hubungan putaran poros terhadap torsikincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 25o
Dari grafik Gambar 4.27 sampai 4.31 hubungan Putaran Poros (rpm)
terhadap torsi (Nm) dan kecepatan angin (m/s) untuk kincir angin dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm dengan variasi sudut kemiringan sudu
5˚,10˚,15˚,20˚,25˚ dengan torsi yang sama dan kecepatan angin yang sama di
setiap sudut kemiringan sudu untuk torsi 3 Nm dan kecepatan angin 7,05 m/s
mendapatatkan rpm maksimal sekitar 650 rpm pada sudut kemiringan sudu 10o
dapat dilihat pada grafik Gambar 4.18
4.3.3 Grafik hubungan antara daya kincir (watt), torsi (Nm).
Grafik hubungan antara daya kincir dan torsi ini akan menunjukkan
unjuk kerja yang dihasilkan oleh tiga variasi sudu dan lima variasi kemiringan
sudu, yaitu: sudu dengan ukuran 40 cm x 10 cm dan 40 cm x 12,5 cm dengan
variasi kemiringan sudu sebesar: 5º, 10º, 15º, 20º, 25º ditiap ukuran.
Setelah melakukan perhitungan, didapatkan grafik perbandingan antara
daya kincir, torsi dan untuk ukuran 40 cm x 10 cm, 40 cm x 12,5 cm dan 40 cm x
15 cm dengan lima variasi sudut kemiringan sudunya yaitu: 5º, 10º, 15º, 20º dan
Gambar 4.32 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 5o
Gambar 4.33 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
Gambar 4.34 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 15o
Gambar 4.35 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
Gambar 4.36 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 10 cm pada sudut kemiringan sudu 25o
Dari grafik Gambar 4.32 sampai 4.36 hubungan daya kincir (watt)
terhadap torsi (Nm) dan kecepatan angin (m/s) untuk kincir angin dengan ukuran
sudu 40 cm x 10 cm dengan variasi sudut kemiringan sudu 5˚,10˚,15˚,20˚,25˚ dengan torsi yang sama dan kecepatan angin yang sama di setiap sudut
kemiringan sudu dengan torsi yang sama 3 Nm dan kecepatan angin 6,92 m/s
dayan kincir sekirtar 21 watt pada sudut kemiringan 10o dapat dilihat pada grafik
Gambar 4.37 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan sudu 5o
Gambar 4.38 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan ukuran
Gambar 4.39 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan sudu 15o
Gambar 4.40 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan ukuran
Gambar 4.41 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi, kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudut kemiringan sudu 25o
Dari grafik Gambar 4.37 sampai 4.41 hubungan daya kincir (watt)
terhadap torsi (Nm) dan kecepatan angin (m/s) untuk kincir angin dengan ukuran
sudu 40 cm x 12,5 cm dengan variasi sudut kemiringan sudu 5˚,10˚,15˚,20˚,25˚ dengan torsi yang sama dan kecepatan angin yang sama di setiap sudut
kemiringan sudu dengan torsi yang sama 3 Nm dan kecepatan angin 7,12 m/s
dayan kincir sekirtar 22,5 watt pada sudut kemiringan 10o dapat dilihat pada
Gambar 4.42 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 5o
Gambar 4.43 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
Gambar 4.44 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 15o
Gambar 4.45 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
Gambar 4.46 Grafik hubungan daya kincir terhadap torsi,kincir dengan ukuran
sudu 40 cm x 15 cm pada sudut kemiringan sudu 25o
Dari grafik Gambar 4.42 sampai 4.46 hubungan daya kincir (watt)
terhadap torsi (Nm) dan kecepatan angin (m/s) untuk kincir angin dengan ukuran
sudu 40 cm x 15 cm dengan variasi sudut kemiringan sudu 5˚,10˚,15˚,20˚,25˚ dengan torsi yang sama dan kecepatan angin yang sama di setiap sudut
kemiringan sudu dengan torsi yang sama 3 Nm dan kecepatan angin 7,05 m/s
dayan kincir sekirtar 21 watt pada sudut kemiringan 10o dapat dilihat pada grafik
4.3.4 Pembahasan.
Pada tugas akhir ini telah diketahui bahwa kerja dari kincir angin model
ini adalah propeler yang dapat divariasikan sudut kemiringan sudunya dan variasi
lebar sudu. Hembusan angin yang datang akan langsung menabrak dan
menyebabkan kincir berputar. Variasi sudut kemiringan sudu berpeda besar dan
kecilnya daya kincir, Cp kincir, yang mana untuk mengetahui variasi sudut
kemiringan sudu dan ukuran kincir berapakah yang memiliki unjuk kerja terbaik.
Dari data perhitungan dapat dikethaui bahwa grafik hubungan Koefisien
Daya (Cp) terhadap Tip Speed Ratio (tsr), putaran poros (rpm) terhadap torsi
(Nm) pada kecepatan angin (m/s)) dan daya kincir (watt) tehadap torsi (Nm) pada
kecepatan angin (m/s), untuk ukuran 40 cm x 10 cm, 40 cm x 12,5cm dan 40 cm
x 15 cm dengan variasi sudut kemiringan sudu 5o, 10o, 15o, 20o dan 25o, unuk
variasi lebar yaitu:
1) Koefisien daya tertinggi untuk kincir angin dengan ukuran sudu 40 cm x
10 cm Cp = 0.21 atau 21% didapatkan pada saat tsr 3,25 pada sudut
kemiringan sudu 10o
2) Koefisien daya tertinggi untuk kincir angin dengan ukuran sudu 40 cm x
12,5 cm Cp = 0.28 atau 28% didapatkan pada saat tsr 3,3 pada sudut
kemiringan sudu 10o
3) Koefisien daya tertinggi untuk kincir angin dengan ukuran sudu 40 cm x
15 cm Cp = 0.28 atau 28% didapatkan pada saat tsr 3 pada sudut
kemiringan sudu 10o
4) Pada kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm, sudut kemiringan sudu
10o, dengan torsi = 3 (Nm) dan kecepatan angin = 6,92 (m/s) putaran
poros maksimal yang didapatkan = 640 (rpm)
5) Pada kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm, sudut kemiringan sudu
10o, dengan torsi = 3 (Nm) dan kecepatan angin = 7,12 (m/s) putaran
6) Pada kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm, sudut kemiringan sudu
10o, dengan torsi = 3 (Nm) dan kecepatan angin = 7,05 (m/s) putaran
poros maksimal yang didapatkan = 650 (rpm)
7) Pada kincir angin ukuran sudu 40 cm x 10 cm, sudut kemiringan sudu
10o, dengan torsi = 3 (Nm) dan kecepatan angin = 6,92 (m/s) daya kincir
maksimal yang didapatkan = 20 (watt)
8) Pada kincir angin ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm, sudut kemiringan sudu
10o, dengan torsi = 3 (Nm) dan kecepatan angin = 7,12 (m/s) daya kincir
maksimal yang didapatkan = 21 (watt)
9) Pada kincir angin ukuran sudu 40 cm x 15 cm, sudut kemiringan sudu
10o, dengan torsi = 3 (Nm) dan kecepatan angin = 7,05 (m/s) daya kincir
maksimal yang didapatkan = 21 (watt)
71
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1
Kesimpulan
Dari penelitian kincir angin model yang telah dilakukan, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan:
1. Telah berhasil dibuat tiga model kincir angin propeler tiga sudu dengan
tiga variasi lebar sudu.
2. Kincir angin dengan tiga variasi lebar sudu dan lima variasi kemiringan
sudu, koefisien daya tertingi sebesar 28 % didapatkan pada tsr 3,3 pada lebar sudu 12,5 cm x 40 cm, pada sudut kemiringan 10o .
3. Kincir angin dengan tiga variasi lebar sudu dan lima variasi kemiringan
sudu daya kincir tertingi sebesar 41 watt didapatkan pada torsi 0,75
Nm,pada 522 rpm pada lebar sudu 12,5 cm x 40 cm, pada sudut
kemiringan 10o .
5.2
Saran
Beberapa hal penting yang dapat digunakan untuk penelitian
berikutnya:
1. Material yang digunakan untuk membuat kincir angin harus ringan dan
kuat sehingga, dapat meningkatkan efisiensi kincir.
2. Kincir angin harus dibuat aerodinamis sehingga, dapat mengurangi
gaya drag yang dapat menghambat putaran kincir.
3. Data yang diambil dari sudut kemiringan sudu 10˚ hingga 15˚ karena daya maksimal didapatkan sekitar sudut kemiringan sudu 10˚-15o. 4. Kecepatan agin perlu di perhatikan pada saat pengambilan data sehinga
DAFTAR PUSTAKA
Burton, T, at.ol.2001, Wind E H, Wiley, New York.
Prabowo, E, Andryanto, S., 2011 Unjuk Kerja Model Kincir Angin Poros
Vertikal Dengan Empat Sudu yang dapat Membuka dan Menutup Seacara Otomatis Dengan Variasi Diameter.Tugas Akhir Teknik Mesin Makultas Sain dan Teknologi Universitas Sanata Dharma yokyakarta, 2011, Tugas
Akhir.
Pusat Meterologi dan Geofisika tahun 2000.
http://yefrichan.wordpress.com/2010/12/01/sifat-sifat-udara-2/.
Wikipedia.org/wiki/Energi_terbaharui.
http://www.intechopen.com/articles/show/title/wind-turbines-theory-thebetz
equation-and-optimal-rotor-tip-speed-ratio, 17 April 2011.
http://www.scribd.com/doc/50279547/5/Rumus-Perhitungan.
Gambar L.1 Cakram dari mekanisme pengereman.
Gambar L.3 Dudukan sudu dan tempat menvariasikan kemiringan sudu.
Gambar L.4 Lengan torsi pada mekanisme pengereman.
Tabel L.2 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudu kemiringan 5o
Tabel L.3 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudu kemiringan 10o
Tabel L.4 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudu kemiringan 15o
Tabel L.5 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudu kemiringan 20o
Tabel L.6 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 10 cm pada sudu kemiringan 25o
Tabel L.7 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 5o
Tabel L.8 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 10o
Tabel L.9 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 15o
Tabel L.10 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 20o
Tabel L.11 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 12,5 cm pada sudu kemiringan 25o
Tabel L.12 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 5o
Tabel L.13 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 10o
Tabel L.13(Lanjutan) Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya
kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 10o
Tabel L.14 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 15o
Tabel L.14 (Lanjutan) Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya
kincir dengan ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 15o
Tabel L.15 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 20o
Tabel L.16 Data grafik Cpterhadap tsr, torsi terhadap rpm dan daya kincir dengan
ukuran sudu 40 cm x 15 cm pada sudu kemiringan 25o