UNJUK KERJA KINCIR ANGIN TIPE SAVONIUS DENGAN TIGA SUDU LENGKUNG YANG DAPAT MEMBUKA DAN MENUTUP SECARA
OTOMATIS
No : 748/TA/FST-USD/ TM/ Agustus/2008
TUGAS AKHIR
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Jurusan Teknik Mesin
Disusun oleh :
Yosef Benyamin M. Ray NIM : 045214066
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2009
THE PERFORMANCE OF SAVONIUS WIND MILL WITH AUTOMATIC THREE - BEND BLADE
No : 748/TA/FST-USD/ TM/ Agustus/2008
FINAL PROJECT
Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain then Sarjana Teknik Degree
in Mechanical Engineering
By :
Yosef Benyamin M. Ray Student Number : 045214066
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA 2009
vii
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat
Sarjana S-1 pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,
Universitas Sanata Dharma. Isi Tugas Akhir ini adalah mengenai unjuk kerja
kincir angin tipe savonius dengan empat sudu lengkung yang dapat membuka dan
menutup secara otomatis.
Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa dalam proses belajar di
Program Studi Teknik Mesin, sejak awal studi sampai berakhirnya studi
melibatkan banyak hal. Atas segala saran, bimbingan, dukungan dan bantuan,
pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, SJ. Rektor Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
2. Yosef Agung Cahyanta, S.T.,M.T. Dekan Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Budi Sugiharto, S.T., M.T. Ketua Program Studi Teknik Mesin
Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
4. Ir.Rines., M.T. Dosen Pembimbing Tugas Akhir 1.
5. Ir.YB Lukiyanto, M.T. Dosen Pembimbing Tugas Akhir 2
viii
7. Seluruh Dosen dan Staf Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah
memberikan berbagai pengetahuan kepada penulis dan membantu
selama proses belajar di Jurusan Teknik Mesin.
8. Teman teman yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,
yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.
9. Bapak, Ibu, dan Kakak saya yang selalu memberikan dukungan moril
maupun materil.
10. Teman-teman seperjuangan di Teknik Mesin yang selalu mendorong
dan memberi dukungan dalam penyelesaian tugas akhir ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih
jauh dari sempurna. Meskipun demikian penulis berharap bahwa penulisan Tugas
Akhir ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu khususnya
mengenai perancangan turbin aliran silang. Atas kritik dan saran yang bersifat
membangun guna sempurnanya karya tulis ini penulis mengucapkan terima kasih.
Yogyakarta, 18 Mei 2009
ix
INTISARI
Kebutuhan energi di dunia pada umumnya dan di Indonesia pada khususnya terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan perkembangan teknologi. pembangunan kelistrikan Indonesia cukup pesat perkembangannya, namun pada kenyataannya belum dapat menjangkau desa-desa terpencil. Hal ini dikarenakan biaya untuk pembangunan jaringan transmisi listrik ke desa-desa terpencil jauh lebih mahal dari pada pendapatan yang diperoleh dari pelanggan di desa-desa terpencil tersebut. Indonesia sebagai negara kepulauan dan tercatat sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia memiliki potensi terbesar akan salah satu sumber energi terbarukan yaitu angin, angin merupakan sumber energi yang tersedia sepanjang tahun baik di darat maupun di lautan. Oleh sebab itu suatu pembangkit listrik tenaga angin (PLTAn) berskala kecil dengan konstruksi sederhana dan mudah pemeliharaannya namun memiliki koefisien daya yang tinggi merupakan solusi dan memungkinkan dioperasikan sendiri oleh masyarakat pedesaan. Kajian mengenai kincir angin yang memiliki unjuk kerja yang tinggi masih terus dilakukan.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan torsi dan koefisien daya yang dihasilkan oleh kincir angin tipe Savonius dengan 3 sudu lengkung yang dimodifikasi pada mekanisme gerakan sudu-sudunya yang dapat membuka dan menutup secara otomatis. Koefisien daya dan torsi dari kincir angin tipe Savonius dengan 3 sudu lengkung akan ditentukan dengan cara menentukan besarnya daya yang diberikan oleh angin pada kincir angin tersebut di dalam sebuah terowongan angin. Ukuran dari kincir ini adalah tinggi 60 cm dan berdiameter 50 cm. Daya output kincir dihitung dengan cara mengukur kuat arus dan tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC yang dihubungkan ke poros kincir, sedangkan torsi ditentukan berdasarkan daya output yang dihasilkan oleh kincir dan putaran poros pada kincir. Adapun variasi kecepatan angin yang ditetapkan, yaitu 4 m/s, 4,5 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s, 6 m/s, 6,5 m/s, 6 m/s, 6,5 dan 7 m/s. Koefisien daya kincir ditentukan berdasarkan daya output yang dihasilkan oleh kincir dan daya teoritis yang dihasilkan oleh angin.
Selanjutnya dilakukan analisis karakteristik kincir yang dituangkan dalam bentuk grafik-grafik hubungan antara kecepatan angin dengan koefisien daya yang dihasilkan oleh kincir angin dan kecepatan angin dengan torsi yang dihasilkan oleh kincir angin Savonius 3 sudu lengkung. Nilai maksimum dari koefisien daya yang dihasilkan oleh kincir angin 3 sudu lengkung sebesar 9,92 % terjadi pada tip speed ratio 0,07 atau pada kecepatan angin 4 m/s. Selain itu nilai maksimum dari torsi yang dihasilkan oleh kincir angin Savonius 3 sudu lengkung sebesar 1,03 Nm pada kecepatan angin 4 m/s.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
HALAMAN PENGESAHAN... iv
HALAMAN PERNYATAAN ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
KATA PENGANTAR... vii
INTISARI ... ix
DAFTAR ISI ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 LATAR BEKAKANG ... 1
1.2 PERUMUSAN MASALAH ... 5
1.3 TUJUAN ... 6
1.4 MANFAAT ... 6
1.5 BATASAN MASALAH ... 7
BAB II DASAR TEORI ... 8
2.1.TIPE KINCIR ANGIN ATAU TURBIN ANGIN ... 8
2.1.1 Kelebihan Turbin Angin Sumbu Vertikal ... 8
2.1.2 Kekurangan Turbin Angin Sumbu Vertikal ... 10
2.2.GERAK KINCIR ... 10
2.3.PERHITUNGAN PADA KINCIR ... 11
2.3.1. Perolehan Daya Menurut Teori ... 11
2.3.2. Perhitungn Daya Keluaran Kincir ... 13
2.3.3. Perhitungan Koefisien Daya ... 13
2.3.4. Perhitungan Torsi ... 14
2.3.5. Perhitungan tip speed ratio... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 16
3.1.SARANA PENELITIAN ... 16
3.2.PERALATAN PENELITIAN ... 16
3.3.ANALISA DATA ... 17
3.4.LANGKAH PENELITIAN ... 18
3.5.CARA KERJA ALAT... 25
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1.DATA PENELITIAN ... 27
4.1.1. Hasil Pengambilan Data Penelitian dengan Tujuh Variasi Kecepatan Angin ... 27
4.2.PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 34
4.3.ANALISIS DATA... 44
4.3.1. Grafik Hubungan Kecepatan Angin dengan
Koefisien Daya ... 45
4.3.2. Grafik Hubungan Kecepatan Angin dengan Torsi ... 46
4.3.3. Grafik Hubungan Koefisien Daya dengan Tip speed ratio ... 47
4.3.4. Grafik Hubunga Kecepatan Angin dengan Koefisien Daya terhadap Kincir Angin 4 Sudu Datar.. 48
4.3.5. Grafik Hubungan Kecepatan Angin dengan Torsi Terhadap Kincir Angin 4 Sudu Datar ... 49
BAB V KESIMPULAN ... 51
5.1.Kesimpulan ... 51
5.2.Saran ... 52
DAFTAR PUSTAKA ... 53
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada umumnya
terus meningkat karna pertambahan penduduk, pertumbuhan ekonomi dan pola
konsumsi energy itu sendiri yang senantiasa meningkat. Sedangkan energi fosil
yang selama ini merupakan sumber energi utama ketersediaannya sangat
terbatas dan terus mengalami deplesi (depletion: kehabisan, menipis) dan proses
alam memerlukan waktu yang cukup lama untuk dapat kembali menyediakan
energi fosil ini.( sumber: DESDM 2005 )
Pemakaian energi di dunia dalam jangka waktu mendatang seperti yang
diperkirakan oleh lembaga Energy Information Administration (EIA) hingga
tahun 2025 masih didominasi oleh bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas
alam dan batubara, sedangkan penggunaan energi terbarukan masih relatif
sedikit. Di samping itu, dari segi pemakaian, sumber energi minyak secara
global didominasi untuk kepentingan transportasi, dan hingga awal tahun 2025
diperkirakan masih akan terus meningkat, sedangkan untuk daerah komersial
dan tempat tinggal dapat dikatakan tidak akan terjadi perubahan yang
signifikan.
Kebutuhan listrik dunia diproyeksikan akan meningkat dari 14.275 milyar
watt pada tahun 2002 melonjak menjadi 26.018 milyar watt pada tahun 2025,
2
dan untuk mendapatkan energi listrik tersebut sebagian besar diperoleh dari
batubara yaitu hampir 40%, diikuti oleh gas.
Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan
dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun
perkembangan teknologi. Dari data pemakaian energi di Indonesia hingga saat
ini lebih dari 90% penduduk Indonesian masih menggunakan energi yang
berbasis fosil, yaitu minyak bumi 54,4%, gas 26,5% dan batubara 14,1%. Untuk
energi dengan panas bumi 1,4%, PLTA 3,4%, sedangkan energi baru dan
terbarukan (EBT) lainnya 0,2%.
Negara Indonesia tercatat sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di
dunia. Ini berarti bahwa Indonesia memiliki potensi terbesar akan salah satu
sumber energi terbarukan yaitu angin. Energi angin merupakan energi
terbarukan yang sangat fleksibel. Energi angin dapat dimanfaatkan untuk
berbagai keperluan misalnya memompa air untuk irigasi, pembangkit listrik,
pengering atau pencacah hasil panen, irigasi tambak/udang, pendingin ikan pada
perahu-perahu nelayan dan lain-lain. Selain itu, pemanfaatan energi angin dapat
dilakukan di mana-mana, baik di daerah landai maupun di daerah tinggi, bahkan
dapat diterapkan di laut, berbeda halnya dengan energi air.
Pemanfaatan energi angin ini, selain dapat mengurangi ketergantungan
terhadap energi fosil, di harapkan juga dapat meningkatkan efektifitas dan
efisiensi sistem pertanian yang pada gilirannya akan meningkatkan produktifitas
Walaupun pemanfaatan energi angin dapat di lakukan dimana saja,
daerah-daerah yang memiliki potensi energi angin yang tinggi tetap perlu
diidentifikasi agar pemanfaatan energi angin ini lebih kompetitif di bandingkan
dengan energi angin lainnya. Oleh karena itu, studi potensi pemanfaatan energi
angin ini sangat tepat di lakukan guna mengidentifikasi daerah-daerah
berpotensi. Angin selama ini di pandang sebagai proses alam biasa yang kurang
memiliki nilai ekonomis bagi kegiatan produktif masyarakat.
Secara umum, pemanfaatan tenaga angin di indonesia memang kurang
mendapat perhatian. Dari data yang diperoleh, potensi energi angin di Indonesia
tercatat 9268,61 MW, namun hingga tahun 1999, kapasitas yang terpasang
hanya 0,888 MW atau prosentase pemanfaatannya baru 0,00956 %. Energi
angin yang tersedia berlimpah, tidak habis-habis, dan tersebar luas. Penggunaan
energi angin memiliki beberapa keunggulan yakni bersih dan tidak
menimbulkan efek rumah kaca. Pernyataan diatas berdasarkan sumber dari
website resmi lemhanas RI, yang diakses pada bulan november 2008.
Kebanyakan energi angin modern dikonversikan ke dalam bentuk energi
listrik dengan cara mengubah gerak rotasi sudu turbin menjadi arus listrik
dengan menggunakan generator listrik Pada kincir angin, energi angin pada
umumnya digunakan untuk memutar peralatan mekanik guna melakukan kerja
4
Tabel 1. Data angin yang telah dihimpun oleh Pusat Meteorologi dan Geofisika
tentang daerah yamg mempunyai kecepatan angin rata-rata 3.5 m/s atau lebih.
No Nama Daerah
Kecepatan Rata-rata
(m/s)
Masa Bertiup Angin
Di atas 4.0 m/s (%)
1 Blang Bintang 3.50 42.6
2 Tanjung Pinang 3.75 62.5
3 Tanjung Pandang 4.35 75.0
4 Pondok Betung 3.70 25.0
5 Margahayu 4.30 90.0
6 Rendole/Pati 5.30 84.8
7 Semarang 3.90 51.3
8 Iswahyudi 5.15 95.5
9 Kalianget 4.15 65.6
10 Denpasar 4.03 59.5
11 Pasir Panjang 4.95 66.7
12 Kupang/Penfui 5.75 78.6
13 Waingapu 3.65 32.7
Sumber : Pusat Meteorologi dan Geofisika, 2000
Dari data yang dipaparkan di atas, dengan menganggap kecepatan
angin yang sesuai dengan keadaan angin di indonesia adalah kincir angin
savonius. Kincir angin Savonius yang dikembangkan dapat digunakan sebagai
pembangkit listrik tenaga angin dan untuk kepentingan memompa atau
menaikkan air.
Kincir angin yang telah dibuat selama ini dinilai masih kurang berfungsi
secara optimal. Oleh karena itu, melalui modifikasi pada mekanisme gerakan
sudu-sudu pada kincir angin Savonius tiga sudu lengkung yang dapat membuka
dan menutup secara otomatis ini diharapkan dapat memberikan koefisien daya
yang semakin meningkat.
1.2 PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang dapat dirumuskan pada pembuatan kincir angin
Savonius 3 sudu lengkung adalah sebagai berikut:
1) Indonesia mempunyai potensi angin yang banyak tetapi pada umumnya
berkecepatan rendah.
2) Kebutuhan masyarakat akan energi pada saat ini terus meningkat sedangkan
energi fosil yang selama ini merupakan sumber energi utama
ketersediaannya mulai menipis, untuk itu di butuhkan energi alternatif yang
salah satunya adalah energi angin.
3) Kebutuhan akan kincir angin yang sederhana dan murah tetapi memiliki
6
4) Kincir angin yang penulis teliti ini adalah kincir angin tipe Savonius tiga
sudu lengkung yang sudu – sudunya dapat membuka dan menutup secara
otomatis, dengan diameter kincir 50 cm dan tinggi kincir 60 cm.
1.3 TUJUAN
Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam pembuatan kincir angin tipe
Savonius 3 sudu lengkung ini adalah:
1. Mendapatkan hubungan koefisien daya terhadap kecepatan angin.
2. Mendapatkan hubungan torsi terhadap kecepatan angin.
3. Mendapatkan hubungan koefisien daya yang didapat terhadap tip speed
ratio.
4. Membandingkan koefisien daya terhadap kecepatan angin dengan hasil
penelitian sejenis.
1.4 MANFAAT
Manfaat dari penelitian tentang pembuatan kincir angin tipe Savonius 3 sudu
lengkung adalah:
1. Dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat Indonesia,
untuk dapat di kembangkan sebagai alternatif sebagai pembangkit tenaga
listrik.
2. Menambah kepustakaan pada bidang energi terbarukan.
1.5 BATASAN MASALAH
Agar permasalahan yang ada tidak berkembang menjadi luas, maka perlu
adanya batasan terhadap permasalahan yang akan dibuat yaitu:
1) Kecepatan angin di variasikan dengan mengatur jarak terowongan angin
dari blower.
2) Model kincir angin yang digunakan adalah kincir angin tipe Savonius satu
tingkat berukuran 60 cm x 50 cm yang sudu kincirnya dapat membuka dan
menutup secara otomatis.
3) Sudu yang dipilih berbentuk lengkung berjumlah tiga sudu.
4) Kisaran kecepatan angin mulai dari 4 m/s, 4,5 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s, 6 m/s,
dan 7 m/s.
5) Parameter – parameter yang diperoleh berupa hubungan antara koefisien
dayadengan kecepatan angin dan hubungan torsi pada kincir angin dengan
BAB II DASAR TEORI
2.1 TIPE KINCIR ATAU TURBIN ANGIN
Secara umum, kincir atau turbin angin di bedakan dalam dua jenis berdasarkan
kedudukan porosnya, yaitu :
1. Turbin angin poros vertical atau VAWT ( Vertical Axis Wind Turbine ).
Turbin angin poros vertical adalah turbin dengan poros vertical dan
mempunyai generator pembangkit listrik dibawah poros.
2. Turbin angin poros horizontal atau HAWT ( Horisontal Axis Wind Turbine ).
Turbin angin poros horizontal adalah turbinndengan poros utama horizontal
dan mempunyai generator pembangkit listrik diatas puncak menara.
Salah satu turbin angin poros vertical adalah turbin angin Savonius. Turbin
angin Savonius pertama kali di ciptakan di negara Finlandia dan berbentuk-S
apabila dilihat dari atas.
Pada umumnya, turbin angin jenis VAWT bergerak lebih perlahan di
bandingkan dengan jenis HAWT, tetapi menghasilkan torsi yang lebih tinggi.
2.1.1 Kelebihan Turbin Angin Sumbu Vertikal
Adapun kelebihan dari turbin angin sumbu vertikal ini, yaitu :
1. Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.
2. Karena sudu pada rotornya berbentuk vertikal, tidak dibutuhkan
mekanisme yaw.
3. Sebuah VAWT bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat
pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.
4. VAWT memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling yang
terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan
keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan
yang rendah dan tinggi.
5. Desain VAWT berbilah lurus dengan potongan melintang berbentuk
kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang lebih
besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan berbentuk
lingkarannya HAWT.
6. VAWT memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada
HAWT. Biasanya VAWT mulai menghasilkan listrik saat kecepatan
angin 10 km/jam (6 m.p.h.)
7. VAWT biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara
kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya
angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya rusak di
saat angin berhembus sangat kencang.
8. VAWT bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih
tinggi dilarang dibangun.
9. VAWT yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil keuntungan
dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta meningkatkan laju
angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya datar dan puncak
bukit),
10.VAWT tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.
10
12.Cara membuat VAWT mudah dan murah dari segi biaya
2.1.2 Kekurangan Turbin Angin Sumbu Vertikal
Dan ada pula kekurangan dari turbin angin sumbu vertikal ini, yaitu :
1. Kebanyakan VAWT memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi
HAWT karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
2. VAWT tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih
kencang di elevasi yang lebih tinggi.
3. Kebanyakan VAWT mempunyai torsi awal yang rendah, dan
membutuhkan energi untuk mulai berputar.
4. Sebuah VAWT yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya
memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor
dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan
meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.
2.2 GERAK KINCIR
Pada dasarnya rotor kincir angin mengambil tenaga dari angin dan
membuatnya menjadi lebih pelan, dan menghasilkan tenaga.
Ini dapat dilihat dengan adanya gaya yang diterapkan yaitu gaya yang
diberikan oleh angin kepada kincir. Obyek yang bergerak searah aliran angin,
Prinsip kerja kincir angin savonius adalah mengkonversikan energi angin
menjadi energi mekanis dalam bentuk gaya dorong. Sebagian sudu mengambil
energi angin dan sebagian sudu lagi melawan angin. Sudu yang mengambil energi
angin disebut downwind sedangkan sudu yang melawan angin disebut upwind. Sudu
upwind ini dapat mengurangi kecepatan rotor. Besarnya torsi pada rotor dan
kecepatan rotor (rpm) tergantung pada selisih drag force sudu upwind dengan gaya
dorong sudu downwind.
Gambar 2.1 Arah gerak kincir
ARAH PUTARAN
UPWIND
DOWNWIND
ARAH ANGIN
2.3 PERHITUNGAN PADA KINCIR
2.3.1 Perolehan Daya Menurut Teori
Daya teoritis yang tersedia angin dapat dihitung dari perkalian masa jenis
udara dikalikan luas penampang frontal kincir angin dikalikan kecepatan
angin pangkat tiga dan dibagi dua, sehingga rumus untuk menghitung daya
teoritis adalah :
3
2 1
Av
pin = ρ (watt)
12
dengan :
= Daya teoritis (watt)
ρ = Densitas udara / massa jenis udara, kg/m3
= 1,225 kg/m3
A = Luas penampang frontal kincir ( m2)
v = Kecepatan angin (m/det)
Pada Gambar 2.2 ditunjukkan bahwa, daya angin yang dapat dimanfaatkan dengan menggunakan turbin angin dengan propeller yang
ideal maksimum 59 % dari daya yang disediakan angin. Sementara ini,
daya efektif yang dapat dicapai oleh sebuah kincir (atau turbin) angin tipe
Savonius hanya mencapai 30% dari daya yang disediakan angin.
Savonius
American multiblade
High Speed Propeller Ideal Propeller
Dutch Four Arm Darrieus
2.3.2 Perhitungan Daya Keluaran yang dihasilkan oleh kincir ( )
Perhitungan Daya Keluaran yang dihasilkan oleh kincir ( ) dihitung
berdasarkan hasil perkalian dari tegangan (V) dan kuat arus (I) output
generator yang digunakan sehingga dapat dituliskan menurut persamaan
berikut :
I V
Pout = . ( watt
)
( 2.2 )
dengan :
Pout= Daya yang dihasilkan oleh kincir ( watt )
V = Tegangan ( volt )
I = Arus ( ampere )
2.3.3 Perhitungan Koefisien Daya (Cp) kincir :
Perhitungan koefisien daya pada kincir dapat dihitung dari hasil pembagian
daya keluaran yang dihasilkan oleh kincir ( ) dengan daya teoritis ( )
yang disediakan oleh angin dikali 100% sehingga dapat di peroleh
persamaan sebagai berikut :
% 100 × = in out p P P
14
dengan :
Cp = Koefisien daya kincir
= Daya keluaran yang dihasilkan oleh Kincir ( watt )
= Daya Teoritis ( watt )
2.3.4 Perhitungan Torsi
Untuk perhitungan torsi, diperoleh dari hasil pembagian antara daya
keluaran yang dihasilkan oleh kincir dan putaran poros pada kincir sehingga
diperoleh rumus untuk menghitung torsi adalah:
( Nm ) ( 2.4 )
dengan :
t
M = Torsi ( Nm )
= Daya output ( watt )
n = Putaran poros ( rpm )
2.3.5 Perhitungan tip speed ratio ( tsr )
Perhitungan tip speed ratio diperoleh dari hasil pembagian antara
kecepatan keliling ujung kincir dengan kecepatan angin sehingga diperoleh
( 2.5 )
dengan :
tsr = tip speed ratio
D = Diameter kincir ( m )
Kecepatan angin ( m/s )
Putaran poros kincir angin ( rpm )
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.SARANA PENELITIAN
Sarana yang di gunakan untuk penelitian adalah kincir angin vertical dengan
sudu yang dapat membuka dan menutup. Selanjutnya kincir angin tersebut akan
dicari unjuk kerjanya pada kecepatan angin yang bervariasi sehingga mendapatkan
daya keluaran yang berbeda.
3.2.PERALATAN PENELITIAN
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :
1. Generator
Alat ini berfungsi sebagai alat yang mengubah gaya gerak menjadi listrik.
Generator menghasilkan arus listrik dan tegangan listrik yang digunakan untuk
mencari besar daya yang dikeluarkan.
2. Tachometer
Alat ini digunakan untuk mengukur putaran poros motor DC. Tachometer yang
digunakan tachometer jenis digital light tachometer, yang prinsip kerjanya
dengan memancarkan sinar untuk membaca sensor yang berupa pemantul
cahaya (contoh aluminium foil) yang dipasang pada poros.
3. Wind Tunnel ( terowongan angin )
Alat ini berfungsi sebagai lorong yang menangkap dan mengumpulkan angin
dan menghembuskannya pada kincir yang diletakkan didalam terowonganangin
tersebut, pengaturan kecepatan angin dilakukan dialat ini.
4. Fan / Blower
Alat ini menghisap angin yang akan disalurkan melalui terowongan angin
5. Multimeter
Alat ukur untuk mengukur kelistrikan pada beban yang diberikan.
6. Lampu
Lampu ini berfungsi sebagai beban dalam pengukuran tegangan dan arus dari
alternator.
7. Anemometer
Anemometer ini berfungsi sebagai alat pengukur kecepatan angin.
3.3.ANALISA DATA
Data yang diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
a. Putaran poros kincir yang dihasilkan ( rpm ).
b. Tegangan dan arus listrik pada lampu. (VL) dan (IL)
c. Kecepatan angin ( ) yang digunakan didapat dari pengukuran anemometer
yang diletakan di depan terowongan angin ∞
18
d. didapat dari hasil perkalian antar massa jenis udara dengan luas penampang
kincir dan kecepatan angin dipangkatkan tiga ,dan hasilnya dibagi dua, dengan
menggunakan Persamaan 2.1.
in P
e. Pout diperoleh dari hasil perkalian antara tegangan (V ) dan arus (I) listrik
yang dihasilkan dari lampu, dengan menggunakan Persamaan 2.2.
f. Selanjutnya ditentukan efisiensi kincir yang didapat dari hasil pembagian daya
keluaran yang dihasilkan oleh kincir terhadap daya teoritis dikali 100%, dengan
menggunakan Persamaan 2.3.
g. Untuk mencari torsi didapat dari hasil pembagian antara daya keluaran yang
dihasilkan oleh kincir dan putaran poros pada kincir,dengan menggunakan
Persamaan 2.4.
h. Dan untuk mencari tip speed ratio didapat dari hasil perkalian dari ,diameter
kincir dan putaran poros dan dibagi dengan hasil perkalian 60 dan kecepatan
angin, pada Persamaan 2.5.
3.4. LANGKAH PENELITIAN
Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Kincir angin dipasang didalam terowongan angin dan dibaut supaya poros tidak
bergeser .
b. Pada poros atas kincir diberi bantalan agar putarannya menjadi ringan,
kemudian bagian bawah poros dihubungkan dengan alternator.
c. Selanjutnya generator diberi beban berupa lampu.
d. Di depan kincir angin dipasang anemometer untuk mengetahui kecepatan angin
e. Setelah semua siap, blower dihidupkan untuk menghisap angin masuk kedalam
terowongan angin.
f. Ketika generator berputar maka lampu akan menyala sehingga dapat diukur
tegangan dan arusnya.
g. Bersamaan dengan pengukuran tegangan dan arus, diukur juga putaran
porosnya.
h. Jalannya percobaan a-g dilakukan berulang dengan variasi kecepatan angin
yaitu dari kecepatan angin terkecil kincir bisa berputar sampai kecepatan
20
Gambar 3.1 Kincir angin savonius tiga sudu lengkung
Keterangan Gambar 3.1 :
1. Poros
Poros yang digunakan merupakan poros pejal dengan diameter 0,016 m dan
panjang 1,29 m . Poros tersebut berfungsi sebagai tumpuan kincir saat didirikan
dan berputar. Pada ujung poros ini tedapat lubang yang dibuat untuk
penghubung kincir dengan alternator yang berdiameter 8 mm.
Gambar 3.3 Lubang pena penahan poros
2. Penutup atas
Penutup atas terbuat dari bahan mika, penutup atas berfungsi untuk menahan
angin agar tetap mendorong sudu dan tidak terhambur keluar tepi atas kincir.
Penutup atas mempunyai diameter yang sama dengan diameter luar kincir yaitu
0,5 m.
Gambar 3.4 Penutup atas kincir 3. Penahan bilah sudu
Penahan sudu mengunakan baut dengan diameter 12 mm. Fungsinya untuk
22
180o maka sudu tidak dapat berbalik lagi karena terdorong angin, itu berarti di
tengan sudu terdapat lubang yang membuat angin lolos dan tidak termanfaatkan
secara maksimal.
Gambar 3.5 Penahan sudu kincir
4. Dudukan poros sudu
Dudukan ini terbuat dari kayu yang berfungsi sebagai dudukan atau tempat
menempelnya poros pada sudu, dan sebagai penghubung antara sudu-sudu
dengan poros utama.
5. Poros penahan sudu
Poros penahan terbuat dari besi cor dengan diameter 8 mm. Fungsinya untuk
menahan agar poros sudu atas dan bawah tetap sejajar atau dengan kata lain
untuk menahan beban puntir pada kincir akibat dorongan angin.
Gambar 3.7 Poros penahan sudu pada kincir
6. Sudu
Pada kesempatan ini kincir yang dibuat adalah kincir Savonius dengan sudu
melengkung. Sudu terbuat dari mika yang mempunyai beben yang ringan,
berfungsi untuk mempermudah saat sudu membuka dan menutup. Panjang sudu
24
Gambar 3.8 Sudu lengkung pada kincir
7. Poros sudu
Poros sudu berfungsi untuk tumpuan sudu saat berputar dan berfungsi sebagai
penghubung antara sudu dengan poros utama.
8. Penutup bawah
Penutup bawah bahan dan ukurannya sama, fungsinya pun sama dengan
penutup atas yaitu untuk menahan angin agar tidak terhempas keluar melewati
tepi bawah kincir.
Gambar 3.10 Penutup bawah kincir
3.5. CARA KERJA ALAT
Cara kerja kincir angin adalah sebagai berikut :
1. Kincir dipasang pada terowongan angin.
2. Pemasangan Anemometer diletakan pada terowongan angin bagian depan.
3. Kincir dihubungkan dengan alternator untuk menghasilkan listrik
4. Pada alternator diberi beban berupa lampu, yang akan diukur keluaran
listriknya.
5. Pada saat angin berhembus pada terowongan angin, maka akan mendorong sudu
26
6. Setelah lampu dapat menyala dengan stabil dapat dilakukan pengukuran
terhadap tegangan listrik, arus listrik, putaran generator. Setelah selesai
pengukuran, angin berhenti dihembuskan, supaya tidak ada magnet pada
generator.
7. Setelah selesai melakukan pengukuran pada salah satu kecepatan angin, maka
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1 DATA PENELITIAN
Pengambilan data yang dilakukan dengan memvariasikan kecepatan angin yaitu
dimulai dari kecepatan angin 4 m/s sampai 7 m/s. Variasi minimum diambil 4 m/s
karena kecepatan ini adalah kecepatan angin minimum kincir dapat berputar,
sedangkan kecepatan maksimum diambil 7 m/s, karena pada terowongan angin yang
digunakan dapat menyedot udara dengan kecepatan maksimal 7,5 m/s, maka
diambil 7 m/s untuk variasi kecepatan angin maksimal. Pengambilan data dilakukan
pada tiap 1 menit sebanyak 20 kali untuk tiap variasi.
4.1.1 Hasil Pengambilan Data Penelitian dengan Tujuh Variasi Kecepatan Angin.
Berikut adalah keterangan simbol-simbol pada tabel :
V = tegangan listrik pada kincir (volt)
I = arus listrik (ampere)
n= putaran poros kincir (rpm)
28
Tabel 4.1 Data penelitian pada kecepatan angin variabel 4 m/s
NO V I n volt ampere rpm
Tabel 4.2 Data penelitian pada kecepatan angin variabel 4,5 m/s
NO V I n volt ampere rpm
30
Tabel 4.3 Data penelitian pada kecepatan angin variabel 5 m/s
NO V I n volt ampere rpm
Tabel 4.4 Data penelitian pada kecepatan angin variabel 5,5 m/s
NO V I n volt ampere rpm
32
Tabel 4.5 Data penelitian pada kecepatan angin variabel 6 m/s
NO V I n volt ampere rpm
Tabel 4.6 Data penelitian pada kecepatan angin variabel 6,5 m/s
34
Tabel 4.7 Data penelitian pada kecepatan angin variabel 7 m/s
NO V I n volt ampere rpm
1 6,10 0,49 50,20 2 6,30 0,50 52,30 3 5,00 0,54 52,60 4 5,40 0,50 53,40 5 5,60 0,53 53,10 6 6,10 0,48 53,80 7 5,60 0,50 54,30 8 6,20 0,53 54,60 9 5,30 0,52 55,50 10 6,00 0,60 55,80 11 5,60 0,59 55,90 12 6,10 0,56 56,40 13 5,30 0,65 56,80 14 5,70 0,62 57,00 15 6,10 0,59 57,20 16 6,30 0,56 57,80 17 5,10 0,59 58,70 18 5,60 0,59 58,90 19 5,50 0,61 60,20 20 6,10 0,51 60,70
4.2 PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA
Luas penampang kincir bila dilihat dari pandangan samping berbentuk
persegi, luas persegi tersebutlah yang mengalami dorongan dari angin yang
Gambar 4.1 Penampang kincir dalam 2 dimensi
A = diameter tinggi
= 0,5 m 0,6 m
= 0,3 m2
Menurut Tabel 4.1 pada nomor 1 diperoleh data sebagai berikut :
V = 2,7 volt
I = 0,43 ampere
n= 10 rpm
Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah rumus yang telah
36
a. Perhitungan perolehan daya yang disediakan oleh angin secara teori
menurut Persamaan 2.1
3
2 1
∞
= Av
Pin ρ
) / 4 ).( 3 , 0 ).( / 255 , 1 .( 2
1 3 2 3
s m m
m kg Pin =
Pin = 12,05 watt
b. Perhitungan daya keluaran yang dihasilakn oleh kincir menurut
Persamaan 2.2
Pout = V I
Pout = 2,7 V 0,43 A
Pout = 1,16 watt
c. Perhitungan koefisien daya pada kincir menurut Persamaan 2.3
100 × = in out P P P
C (%)
100 05 , 12 16 , 1 × = watt watt CP
d. Perhitungan perolehan torsi pada kincir munurut Persamaan 2.4
Nm
e. Perhitungan perolehan tip speed ratio pada kincir menurut Persamaan 2.5
tsr = 0,06
Untuk mempermudahkan perhitungan, data-data selanjutnya dihitung
38
Tabel 4.8 Hasil perhitungan pada kecepatan angin variabel 4 m/s
Pout Pin Koefisien
Daya torsi tsr watt watt % Nm
1,16 12,05 9,64 1,11 0,06
1,18 12,05 9,83 0,91 0,08 0,99 12,05 8,22 0,95 0,06 1,37 12,05 11,35 1,28 0,06 1,37 12,05 11,33 1,12 0,07 1,29 12,05 10,75 1,00 0,08 1,41 12,05 11,67 1,03 0,08 1,19 12,05 9,86 0,96 0,07 1,26 12,05 10,46 1,11 0,07 1,18 12,05 9,83 0,95 0,07 1,33 12,05 11,03 1,21 0,06 1,09 12,05 9,03 1,08 0,06 1,02 12,05 8,47 0,97 0,06 1,16 12,05 9,60 0,93 0,07 1,26 12,05 10,46 1,05 0,07 1,15 12,05 9,56 1,06 0,06 1,06 12,05 8,76 0,93 0,07 1,30 12,05 10,76 1,16 0,06 1,06 12,05 8,76 0,88 0,07 1,09 12,05 9,03 0,92 0,07
Tabel 4.8 Hasil perhitungan pada kecepatan angin variabel 4,5 m/s
Pout Pin Koefisien
Daya torsi tsr watt watt % Nm
1,36 17,15 7,97 0,93 0,08 1,40 17,15 8,20 0,92 0,08 1,55 17,15 9,08 1,00 0,08 1,15 17,15 6,73 0,72 0,08 1,33 17,15 7,75 0,81 0,09 1,33 17,15 7,75 0,79 0,09 1,33 17,15 7,76 0,78 0,09 1,12 17,15 6,54 0,64 0,09 1,17 17,15 6,87 0,67 0,09 1,33 17,15 7,75 0,74 0,09 1,44 17,15 8,42 0,79 0,10 1,48 17,15 8,63 0,84 0,09 1,56 17,15 9,09 0,87 0,09 1,59 17,15 9,32 0,88 0,10 1,19 17,15 6,94 0,64 0,10 1,12 17,15 6,53 0,60 0,10 1,25 17,15 7,33 0,66 0,10 1,12 17,15 6,54 0,59 0,10 1,19 17,15 6,94 0,62 0,10 1,05 17,15 6,16 0,55 0,10
40
Tabel 4.9 Hasil perhitungan pada kecepatan angin variabel 5 m/s
Pout Pin Koefisien
Daya torsi trs watt watt % Nm
1,88 23,53 8,01 0,93 0,10 1,55 23,53 6,62 0,82 0,09 1,36 23,53 5,81 0,70 0,09 1,67 23,53 7,1 0,81 0,10 1,97 23,53 8,39 0,93 0,10 1,33 23,53 5,67 0,58 0,11 1,33 23,53 5,67 0,57 0,11 1,36 23,53 5,82 0,58 0,11 1,72 23,53 7,32 0,71 0,11 1,93 23,53 8,22 0,80 0,12 1,60 23,53 6,80 0,65 0,12 1,76 23,53 7,50 0,73 0,11 1,33 23,53 5,67 0,53 0,12 1,44 23,53 6,13 0,58 0,12 1,68 23,53 7,14 0,66 0,12 1,56 23,53 6,63 0,60 0,12 1,88 23,53 8,01 0,75 0,12 1,64 23,53 6,97 0,63 0,12 1,68 23,53 7,14 0,64 0,12 1,97 23,53 8,41 0,75 0,13
Tabel 4.10 Hasil perhitungan pada kecepatan angin variabel 5,5 m/s
Pout Pin Koefisien
Daya torsi trs watt watt % Nm
2,07 31,32 6,61 0,77 0,12 1,89 31,32 6,03 0,71 0,12 2,00 31,32 6,41 0,74 0,12 1,80 31,32 5,77 0,65 0,12 2,11 31,32 6,74 0,75 0,12 1,84 31,32 5,90 0,65 0,12 2,16 31,32 6,90 0,77 0,12 1,97 31,32 6,32 0,69 0,12 1,72 31,32 5,49 0,60 0,12 2,07 31,32 6,61 0,72 0,13 1,76 31,32 5,62 0,60 0,13 1,80 31,32 5,77 0,63 0,12 1,93 31,32 6,18 0,66 0,13 2,30 31,32 7,35 0,78 0,13 2,16 31,32 6,90 0,72 0,13 2,30 31,32 7,34 0,77 0,13 2,06 31,32 6,60 0,68 0,13 2,11 31,32 6,75 0,70 0,13 2,11 31,32 6,74 0,71 0,13 2,11 31,32 6,75 0,69 0,13
42
Tabel 4.11 Hasil perhitungan pada kecepatan angin variabel 6 m/s
Pout Pin Koefisien
Daya torsi tsr watt watt % Nm
2,06 40,66 5,06 0,63 0,13 2,16 40,66 5,32 0,67 0,13 2,11 40,66 5,18 0,66 0,13 2,30 40,66 5,67 0,70 0,13 2,21 40,66 5,43 0,66 0,13 2,12 40,66 5,20 0,63 0,13 2,45 40,66 6,03 0,72 0,14 2,16 40,66 5,31 0,63 0,14 1,93 40,66 4,75 0,56 0,14 2,11 40,66 5,18 0,61 0,14 2,02 40,66 4,97 0,58 0,14 2,11 40,66 5,19 0,60 0,14 2,25 40,66 5,54 0,64 0,14 2,02 40,66 4,96 0,57 0,14 2,12 40,66 5,20 0,60 0,14 1,98 40,66 4,86 0,55 0,14 1,98 40,66 4,87 0,54 0,15 1,93 40,66 4,75 0,51 0,15 2,12 40,66 5,20 0,56 0,15 2,16 40,66 5,30 0,56 0,15
Tabel 4.12 Hasil perhitungan pada kecepatan angin variabel 6,5 m/s
Pout Pin Koefisien
Daya torsi tsr watt watt % Nm
3,13 51,70 6,06 0,81 0,14 3,34 51,70 6,48 0,85 0,15 3,47 51,70 6,72 0,87 0,15 3,53 51,70 6,84 0,87 0,15 3,16 51,70 6,13 0,77 0,15 2,86 51,70 5,54 0,69 0,15 2,45 51,70 4,74 0,58 0,16 3,56 51,70 6,89 0,84 0,16 1,88 51,70 3,65 0,43 0,16 1,80 51,70 3,48 0,41 0,16 2,96 51,70 5,73 0,66 0,17 3,10 51,70 5,99 0,69 0,10 2,96 51,70 5,73 0,66 0,17 2,20 51,70 4,26 0,48 0,17 1,96 51,70 3,81 0,42 0,17 2,64 51,70 5,12 0,56 0,17 2,89 51,70 5,59 0,61 0,17 2,81 51,70 5,45 0,58 0,18 3,18 51,70 6,16 0,65 0,18 2,13 51,70 4,12 0,42 0,19
44
Tabel 4.13 Hasil perhitungan pada kecepatan angin variabel 7 m/s
Pout Pin Koefisien
Daya torsi tsr watt watt % Nm
2,98 64,57 4,63 0,56 0,18 3,15 64,57 4,80 0,57 0,19 2,70 64,57 4,18 0,49 0,19 2,70 64,57 4,18 0,48 0,19 2,96 64,57 4,60 0,53 0,19 2,92 64,57 4,53 0,51 0,20 2,80 64,57 4,34 0,49 0,20 3,28 64,57 5,09 0,57 0,20 2,75 64,57 4,27 0,47 0,20 3,60 64,57 5,50 0,61 0,20 3,30 64,57 5,12 0,56 0,20 3,41 64,57 5,29 0,57 0,21 3,44 64,57 5,34 0,57 0,21 3,53 64,57 5,47 0,60 0,21 3,59 64,57 5,57 0,60 0,21 3,52 64,57 5,46 0,58 0,21 3,01 64,57 4,66 0,48 0,21 3,30 64,57 5,12 0,53 0,22 3,35 64,57 5,19 0,53 0,22 3,11 64,57 4,81 0,48 0,22
Rata - rata 4,91 0,54 0,21
4.3 ANALISIS DATA
Dari hasil penelitian dan perhitungan telah didapatkan beberapa perbedaan.
Perbedaan tersebut disebabkan beberapa faktor yang terjadi selama penelitian. Untuk
mengetahui hal tersebut maka perlu diadakan suatu analisa dan pembahasan dari data
yang diperoleh selama penelitian.
4.3.1 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dengan Koefisien Daya
Berkut ini adalah grafik hubungan kecepatan angin (v∞) dengan
koefisien daya pada kincir angin (Cp) :
Gambar 4.1 Grafik hubungan kecepatan angin dengan koefisien daya pada
Kincir angin.
Dari grafik pada Gambar 4.1 dapat diketahui bahwa koefisien daya
tertinggi pada kincir angin Savonius dengan 3 sudu lengkung sebesar 9,92
% pada kecepatan angin 4 m/s, dan terendahnya sebesar 4,9 % pada
kecepatan angin 7 m/s. Untuk persamaan garis dari grafik hubungan
kecepatan angin dengan koefisien daya y =
46 bahwa semakin kecil kecepatan angin maka koefisien daya yang didapat
semakin besar.
4.3.2 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dengan Torsi
Berkut ini adalah grafik hubungan kecepatan angin (v ) dengan torsi
pada kincir angin (Mt) :
∞
Gambar 4.2 Grafik hubungan kecepatan angin dengan torsi yang dihasilkan
Kincir angin.
Dari grafik pada Gambar 4.2 dapat diketahui bahwa torsi tertinggi
yang dapat dihasilkan oleh kincir ini sebesar 1,03458 Nm pada kecepatan
Untuk persamaan garis dari grafik hubungan kecepatan angin dengan torsi
adalah sehingga dapat
disimpulkan bahwa semakin besar kecepatan angin maka torsi yang diperoleh
semakin kecil.
4.3.3 Grafik Hubungan Koefisien Daya dengan tip speed ratio
Berikut ini adalah grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed
ratio pada kincir angin.
Gambar 4.3 Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio
Dari grafik pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa semakin besar
48 besar . Untuk persamaan garis pada garfik hubungan koefisien daya dengan tip
speed ratio adalah
4.3.4 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dengan Koefisien Daya terhadap Kincir
Angin Savonius 4 Sudu Datar
Berikut ini adalah grafik perbandingan koefisien daya dengan
kecepatan angin pada kincir angin savonius 4 sudu datar :
Gambar 4.4 Grafik hubungan kecepatan angin dengan koefisien daya
terhadap kincir angin savonius 4 sudu datar
Dari grafik pada Gambar 4.3 dapat diketahui bahwa koefisien daya
angin 4 sudu datar. Untuk persamaan garis pada kincir angin 3 sudu lengkung
adalah dan untuk kincir angin 4
sudu datar adalah
4.3.5 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dengan Torsi terhadap Kincir Angin
Savonius 4 Sudu Datar.
Berikut adalah grafik hubungan torsi dengan kecepatan angin pada
kincir angin Savonius 4 sudu datar :
Gambar 4.5 Grafik hubungan torsi dengan kecepatan angin pada
50 Dari grafik pada Gambar 4.5 dapat diketahui bahwa torsi pada kincir angin
savonius 3 sudu lengkung lebih besar dibandingkan dengan kincir angin 4 sudu datar.
Hal ini disebabkan karena kincir 3 sudu lengkung memiliki bobot yang lebih besar
karena pada setiap sudunya dilapisi dengan plat agar kelengkungan sudu kincirnya
tetap terjaga. Berbeda dengan kincir 4 sudu datar yang bobotnya lebih ringan karena
tidak memiliki plat pada setiap sudunya. Hal inilah yang menyebabkan torsi pada
kincir 4 sudu datar lebih rendah jika dibandingkan dengan kincir 3 sudu lengkung.
Untuk persamaan garis kincir angin tiga sudu lengkung adalah
dan untuk kincir angin empat sudu
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari penelitian dan perhitungan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Semakin besar kecepatan angin, maka koefisien daya yang di peroleh
semakin kecil. Koefisien daya terbesar pada kincir angin 3 sudu lengkung
adalah 9,92% pada tip speed ratio 0,07 atau kecepatan angin 4 m/s.
2. Semakin besar kecepatan angin, maka torsi yang di peroleh juga semakin
kecil. Torsi terbesar pada kincir angin 3 sudu kengkung adalah 1,03 Nm
pada kecepatan angin 4 m/s.
3. Dari grafik hubungan antara tip speed ratio dengan koefisien daya
diperoleh bahwa semakin besar tip speed ratio maka semakin kecil
koefisien daya yang didapat.
4. Dari hasil perbandingan dengan kincir sejenis dan seukuran yang telah
diteliti sebelumnya yaitu kincir angin Savonius dengan 4 sudu datar dapat
disimpulkan bahwa kincir angin dengan 4 sudu datar memiliki koefisien
daya lebih rendah dari pada kincir angin Savonius dengan 3 sudu
lengkung. Selain itu juga, kincir angin Savonius dengan 4 sudu datar
memiliki torsi yang lebih rendah dari kincir angin Savonius 3 sudu
lengkung.
5.2 Saran
Adapun saran untuk pihak yang akan mengembangkan penelitian pada
bidang ini adalah :
1. Memperbanyak jumlah sudu agar dapat mengetahui efisiensi yang terbaik.
2. Bahan yang digunakan sebaiknya lebih ringan agar mendapat kecepatan
angin yang lebih rendah dan torsi yang kecil.
3. Pada saat percobaan dimulai sebaiknya peralatan yang akan digunakan
berfungsi sebagai mana mestinya.
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, W. 2004. Penggerak Mula Turbin. Ed.-3. Penerbit ITB. Bandung.
Djojodihardjo, H. dan Molly, J.P. 1983. Wind Energy System. Penerbit Alumni. Bandung.
Fox, J.A. 1982. An Introduction to Engineering Fluid Mechanics. Ed-2, The Macmillan
Press Ltd. London
Setyadhy, N. 2009. Modifikasi Sudu Pada Kincir Angin Tipe Savonius Empat Sudu
Datar. Tugas Akhir Jurusan Teknik Mesin SFT, USD, Yogyakarta.
Kadir, A. 1995. Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensial Ekonomi.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta
Sachs, P. 1978. Wind Forces in Engineering, Ed-2, Pergamon Press. Great Britain.
http://id.wikipedia.org
http://id.wikipedia.org/wiki/turbin_angin
http://www.lemhannas.go.id