• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNJUK KERJA KINCIR ANGIN TIPE SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU LENGKUNG YANG DAPAT MEMBUKA DAN MENUTUP SECARA OTOMATIS No : 749 TAFST-USD TM Mei2009 TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UNJUK KERJA KINCIR ANGIN TIPE SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU LENGKUNG YANG DAPAT MEMBUKA DAN MENUTUP SECARA OTOMATIS No : 749 TAFST-USD TM Mei2009 TUGAS AKHIR Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin"

Copied!
59
0
0

Teks penuh

(1)

UNJUK KERJA KINCIR ANGIN TIPE SAVONIUS DENGAN EMPAT SUDU LENGKUNG YANG DAPAT MEMBUKA DAN MENUTUP

SECARA OTOMATIS

No : 749 /TA/FST-USD/ TM/ Mei/2009

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Jurusan Teknik Mesin

Disusun oleh :

Imanuel Kriswanto NIM : 045214072

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2009

(2)

THE PERFORMANCE OF SAVONIUS WIND MILL WITH AUTOMATIC FOUR-BEND BLADE

No : 749 /TA/FST-USD/ TM/ Mei/2009

FINAL PROJECT

Presented as Partial Fulfillment of the Requirements To Obtain then Sarjana Teknik Degree

in Mechanical Engineering

By :

Imanuel Kriswanto Student Number : 045214072

MECHANICAL ENGINEERING PROGRAM STUDY MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA 2009

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya,

sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai derajat

Sarjana S-1 pada Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi,

Universitas Sanata Dharma. Isi Tugas Akhir ini adalah mengenai unjuk kerja

kincir angin tipe savonius dengan empat sudu lengkung yang dapat membuka dan

menutup secara otomatis.

Dalam kesempatan ini penulis menyadari bahwa dalam proses belajar di

Program Studi Teknik Mesin, sejak awal studi sampai berakhirnya studi

melibatkan banyak hal. Atas segala saran, bimbingan, dukungan dan bantuan,

pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Dr.Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. Rektor Universitas Sanata

Dharma.

2. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T. Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Budi Sugiharto, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin

Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ir.Rines., M.T. Dosen Pembimbing Tugas Akhir 1.

5. Ir. Y.B. Lukiyanto, M.T. Dosen Pembimbing Tugas Akhir 2

(8)

viii

7. Seluruh dosen dan staff Jurusan Teknik Mesin Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah

memberikan berbagai pengetahuan kepada penulis dan membantu

selama proses belajar di Jurusan Teknik Mesin.

8. Ayah, Ibu, dan Kakak saya yang selalu memberikan dukungan moril

maupun materiil.

9. Teman teman yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini,

yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penulisan Tugas Akhir ini masih

jauh dari sempurna. Meskipun demikian penulis berharap bahwa penulisan Tugas

Akhir ini dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu khususnya

mengenai perancangan turbin aliran silang. Atas kritik dan saran yang bersifat

membangun guna sempurnanya karya tulis ini penulis mengucapkan terima kasih.

Yogyakarta, 16 Mei 2009

(9)

ix

INTISARI

Pembangunan kerlistrikan Indonesia cukup pesat perkembangannya, namun pada kenyataannya belum dapat menjangkau desa-desa terpencil. Hal ini disebabkan biaya untuk pembangunan jaringan transmisi listrik ke desa-desa terpencil jauh lebih mahal daripada pendapatan yang diperoleh dari pelanggan di desa-desa terpencil tersebut. Indonesia sebagai negara kepulauan, angin merupakan sumber energi yang tersedia sepanjang tahun baik di darat maupun di lautan. Oleh sebab itu suatu pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB) berskala kecil dengan konstruksi sederhana dan mudah pemeliharaannya namun memiliki koefisien daya yang tinggi merupakan solusi dan memungkinkan dioperasikan sendiri oleh masyarakat pedesaan. Kajian mengenai kincir angin yang memiliki koefisien daya yang tinggi masih terus dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan unjuk kerja yang dihasilkan oleh kincir angin tipe Savonius dengan 4 sudu lengkung yang dimodifikasi pada mekanisme gerakan sudu-sudunya yang bisa membuka dan menutup secara otomatis. Koefisien daya dan torsi dari kincir angin tipe Savonius dengan 4 sudu lengkung didapat dengan cara menentukan besarnya daya yang diberikan oleh angin pada kincir angin tersebut di dalam sebuah terowongan angin. Ukuran kincir tinggi 60 cm dan berdiameter 50 cm. Untuk ini akan ditetapkan variasi kecepatan angin, yaitu 3 m/s, 3,5 m/s, 4 m/s, 4,5 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s, 6 m/s, 6,5 m/s, dan 7 m/s. Koefisien daya kincir ditentukan berdasarkan daya output yang dihasilkan oleh kincir dan daya teoritis yang dihasilkan oleh angin. Daya output kincir dihitung dengan cara mengukur kuat arus dan tegangan yang dihasilkan oleh sebuah generator DC yang dihubungkan ke poros kincir. Sedangkan torsi didapat berdasarkan daya output yang dihasilkan oleh kincir dan putaran poros pada kincir. Selanjutnya akan dilakukan analisis karakteristik kincir yang dituangkan dalam bentuk grafik-grafik hubungan antara kecepatan angin dengan koefisien daya yang dihasilkan oleh kincir dan kecepatan angin dengan torsi yang dihasilkan oleh kincir angin tersebut.

Setelah dilakukan penelitian maka didapat kesimpulan nilai maksimum dari rata-rata koefisien daya yang dihasilkan oleh kincir sebesar 16,14 % terjadi pada kecepatan angin 3 m/s. Selain itu, nilai maksimum dari rata-rata torsi yang dihasilkan oleh kincir sebesar 1,25 Nm pada kecepatan angin 3 m/s. Dari hasil perbandingan dengan kincir angin yang memiliki empat sudu datar dengan ukuran kincir yang sama dapat disimpulkan bahwa kincir angin dengan 4 sudu lengkung memiliki koefisien daya lebih tinggi dari pada kincir angin dengan 4 sudu datar. Demikian juga pada perbandingan torsi yang dihasilkan, kincir angin dengan 4 sudu lengkung menghasilkan torsi yang lebih besar dari kincir angin 4 sudu datar.

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

HALAMAN PERNYATAAN ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

KATA PENGANTAR... vii

INTISARI ... ix

DAFTAR ISI... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 RUMUSAN MASALAH ... 4

1.3 TUJUAN ... 5

1.4 MANFAAT………...……… 5

1.5 BATASAN MASALAH………… ..……….. 6

BAB II DASAR TEORI ... 7

2.1.TIPE TURBIN ANGIN ... 7

2.1.1 Kelebihan Turbin AnginSumbu Vertikal (VAWT)... 8

2.1.2 Kekurangan Turbin Angin Sumbu Vertikal ... 9

2.2.GERAK KINCIR ... 10

2.3.PERHITUNGAN PADA KINCIR ... 11

2.3.1. Perolehan Daya Menurut Teori ... 11

2.3.2. Perhitungan Daya Keluaran ... 12

2.3.3. Perahituangan Besar Koefisien Daya ... 13

2.3.4. Perhitungan Torsi Yang Dihasilakn Oleh Kincir ... 13

2.3.5. Perhitungan Tip Speed Ratio (tsr)... 14

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 15

3.1.SARANA... 15

3.2.PERALATAN PENELITIAN ... 15

3.3.ANALISA DATA ... 16

3.4.LANGKAH PENELITIAN ... 17

3.5.CARA KERJA ALAT ... 25

BAB IV PEMBAHASAN ... 27

4.1.DATA PENELITIAN ... 27

4.2.PEHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 27

4.3.ANALISA DATA ... 39

4.3.1 Grafik Hubungan Kecepatan Angin Dengan Koefisien Daya ... 40

(11)

4.3.3 Grafik Hubungan Koefisien Daya Dengan TSR ... 42

4.3.4 Grafik hubungan Kecepatan Angin Dengan Koefisien Daya Terhadap Kincir Angin Sejenis... 42

4.3.5 Grafik hubungan Kecepatan Angin Dengan Torsi Terhadap Kincir Sejenis ... 44

BAB V KESIMPULAN ... 46

5.1.KESIMPULAN ... 46

5.2.SARAN ... 47

DAFTAR PUSTAKA

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Kebutuhan energi merupakan salah satu hal yang tak dapat dipisahkan

dari kehidupan manusia. Energi mempunyai peranan penting dalam memenuhi

tuntutan kehidupan baik sosial, ekonomi maupun lingkungan.

Pemakaian energi di dunia dalam jangka waktu mendatang seperti yang

diperkirakan oleh lembaga Energy Information Administration (EIA) hingga

tahun 2025 masih didominasi oleh bahan bakar fosil seperti minyak bumi, gas

alam dan batubara, sedangkan penggunaan energi terbarukan masih relatif

sedikit. Di samping itu, dari segi pemakaian, sumber energi minyak secara

global didominasi untuk kepentingan transportasi, dan hingga awal tahun 2025

diperkirakan masih akan terus meningkat, sedangkan untuk daerah komersial

dan tempat tinggal dapat dikatakan tidak akan terjadi perubahan yang

signifikan.

Kebutuhan listrik dunia diperkirakan akan meningkat dari 14,275 milyar

watt pada tahun 2002 melonjak menjadi 26,018 milyar watt pada tahun 2025,

dan untuk mendapatkan energi listrik tersebut sebagian besar diperoleh dari

batubara yaitu hampir 40%, diikuti oleh gas.

Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan

dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun

(13)

perkembangan teknologi. Dari data pemakaian energi di Indonesia hingga saat

ini lebih dari 90% penduduk Indonesia masih menggunakan energi yang

berbasis fosil, yaitu minyak bumi 54,4%, gas 26,5% dan batubara 14,1%. Untuk

energi dengan panas bumi 1,4%, PLTA 3,4%, sedangkan energi baru dan

terbarukan (EBT) lainnya 0,2%.

Negara Indonesia tercatat sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di

dunia. Ini berarti bahwa Indonesia memiliki potensi terbesar akan salah satu

sumber energi terbarukan yaitu angin. Dari data yang diperoleh, potensi energi

angin di Indonesia tercatat 9268,61 MW, namun hingga tahun 1999, kapasitas

yang terpasang hanya 0,888 MW atau prosentase pemanfaatannya baru 0,00956

%. Energi angin yang tersedia berlimpah, tidak habis-habis, dan tersebar luas.

Penggunaan energi angin memiliki beberapa keunggulan yakni bersih,tidak

menimbulkan polusi suara serta tidak menimbulkan efek rumah kaca.

Pernyataan diatas berdasarkan sumber dari website resmi lemhanas RI, yang

diakses pada bulan november 2008.

Kebanyakan energi angin modern dikonversikan ke dalam bentuk energi

listrik dengan cara mengubah gerak rotasi sudu turbin menjadi arus listrik

dengan menggunakan generator listrik. Pada kincir angin, energi angin pada

umumnya digunakan untuk memutar peralatan mekanik guna melakukan kerja

(14)

Tabel 1.1 Data angin yang telah dihimpun oleh Pusat Meteorologi dan Geofisika tentang daerah yamg mempunyai kecepatan angin

rata-rata 3,5 m/s atau lebih.

No Nama Daerah

Kecepatan Rata-rata

(m/s)

Masa Bertiup Angin

Di atas 4,0 m/s (%)

1 Blang Bintang 3,50 42,6

2 Tanjung Pinang 3,75 62,5

3 Tanjung Pandang 4,35 75,0

4 Pondok Betung 3,70 25,0

5 Margahayu 4,30 90,0

6 Rendole/Pati 5,30 84,8

7 Semarang 3,90 51,3

8 Iswahyudi 5,15 95,5

9 Kalianget 4,15 65,6

10 Denpasar 4,03 59,5

11 Pasir Panjang 4,95 66,7

12 Kupang/Penfui 5,75 78,6

13 Waingapu 3,65 32,7

Sumber : Pusat Meteorologi dan Geofisika, 2000

Dari data yang dipaparkan di atas, dengan menganggap kecepatan

(15)

angin yang sesuai dengan keadaan angin di indonesia adalah kincir angin

Savonius, hal ini dikarenakan kincir angin Savonius dapat berputar dengan

kecepatan angin rendah yaitu kisaran 3 m/s. Kincir angin Savonius yang

dikembangkan dapat digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga angin dan

untuk kepentingan memompa atau menaikkan air.

Kincir angin yang telah dibuat selama ini dinilai masih kurang berfungsi

secara optimal. Oleh karena itu, melalui modifikasi pada mekanisme gerakan

sudu-sudu pada kincir angin Savonius ini diharapkan kincir angin tersebut dapat

menghasilkan koefisien daya yang semakin meningkat.

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan yang dapat dirumuskan pada pembuatan alat ini adalah

sebagai berikut:

1) Indonesia sebagai negara kepulauan, angin merupakan sumber energi yang

tersedia sepanjang tahun baik di darat maupun di lautan tetapi pada

umumnya berkecepatan rendah.

2) Penggunaan bahan bakar fosil selain mengurangi cadangan dalam bumi,

juga berdampak pada terjadinya pemanasan global. Karena itu, diperlukan

suatu tindakan untuk mencari pengganti sumber bahan bakar fosil yaitu

energi terbarukan. Energi angin merupakan salah satu jenis sumber energi

(16)

3) Kebutuhan akan kincir angin yang sederhana dengan biaya pembuatan dan

pemeliharaan yang murah tetapi menghasilkan efisiensi tinggi.

4) Kincir angin yang dibuat adalah kincir angin tipe Savonius dengan empat

sudu lengkung yang dapat membuka dan menutup secara otomatis.

1.3 TUJUAN

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian kincir angin ini adalah :

1) Mendapatkan hubungan koefisien daya dengan kecepatan angin pada kincir

angin tipe Savonius dengan empat sudu lengkung yang dapat membuka dan

menutup secara otomatis.

2) Mendapatkan hubungan torsi yang di dapat dari hasil penelitian kincir angin

tipe Savonius dengan empat sudu lengkung yang dapat membuka dan

menutup secara otomatis dengan kecepatan angin.

3) Mendapatkan hubungan hasil penelitian koefisien daya yang didapat

terhadap tip speed ratio kincir angin tipe Savonius dengan empat sudu

lengkung yang dapat membuka dan menutup secara otomatis.

4) Membandingkan unjuk kerja terhadap kincir lain yang sejenis.

1.4 MANFAAT

Manfaat yang didapat dari penelitian kincir angin ini adalah :

(17)

2) Dapat dipergunakan sebagai sumber informasi bagi masyarakat yang tinggal

di daerah-daerah berpotensi angin tinggi, agar dapat dikembangkan sebagai

alternatif pembangkit tenaga listrik.

1.5 BATASAN MASALAH

Agar permasalahan yang ada tidak berkembang menjadi luas, maka perlu

adanya batasan terhadap permasalahan yang akan muncul yaitu:

1) Kecepatan angin di variasikan dengan mengatur jarak terowongan angin

dari blower.

2) Model kincir angin yang digunakan adalah kincir angin tipe Savonius

dengan empat sudu lengkung yang dapat membuka dan menutup secara

otomatis satu tingkat berukuran 60 x 50 cm.

3) Sudu yang dipilih berbentuk lengkung sejumlah empat sudu.

4) Variasi kecepatan angin 3 m/s, 3,5 m/s, 4m/s, 4,5 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s, 6 m/s,

6,5 m/s, 7 m/s.

5) Paramater-parameter yang diperoleh berupa hubungan antara koefisien daya

dengan kecepatan angin serta tip speed ratio dan hubungan torsi pada kincir

dengan kecepatan angin.

6) Membandingkan hasil yang diperoleh dengan kincir angin sejenis yang telah

(18)

BAB II DASAR TEORI

2.1 TIPE TURBIN ANGIN

Turbin angin yang juga dikenal dengan sebutan kincir-angin merupakan

sarana pengubah energi kinetik angin menjadi energi mekanik untuk memutar

generator listrik. Sejarah penggunaan energi angin dimulai sejak abad ke-17 SM

dan tersebar di berbagai negara: Persia, Babilonia, Mesir, China dan di benua

Eropa dengan berbagai bentuk rancang bangun. Namun berdasarkan kedudukan

poros, jenis-jenis turbin angin itu dapat dibagi ke dalam dua kategori, yakni:

turbin angin dengan sumbu vertikaldan turbin angin dengan sumbu horisontal.

Turbin angin poros Vertikal atau VAWT (Vertical Axis Wind Turbine)

adalah turbin dengan poros vertikal dan mempunyai generator pembangkit

listrik dibawah poros. Sedangkan turbin angin poros horizontal atau HAWT

(Horizontal Axis Wind Turbine) adalah turbin dengan poros utama horizontal

dan generator pembangkit listrik pada puncak menara.

Salah satu turbin angin poros vertikal adalah turbin angin savonius. Turbin

angin savonius dicipta pertama kali di negara Finlandia dan berbentuk-S apabila

dilihat dari atas. Turbin jenis VAWT secara umum bergerak lebih perlahan

dibanding jenis HAWT, tetapi menghasilkan torsi yang lebih tinggi.

(19)

2.1.1 Kelebihan Turbine Angin Sumbu Vertikal (VAWT)

Turbin angin savonius merupakan salah satu turbin dengan poros

vertikal. Beberapa keuntungan dari turbin angin savonius dibandingkan

turbin angin poros horisontal yaitu :

1) Tidak membutuhkan struktur menara yang besar.

2) Karena sudu rotornya vertikal maka kincir jenis ini dapat berputar

dengan arah angin dari manapun juga, sehingga tidak membutuhkan

ekor pengarah (tail vane).

3) Sebuah VAWT bisa diletakkan lebih dekat ke tanah, membuat

pemeliharaan bagian-bagiannya yang bergerak jadi lebih mudah.

4) VAWT memiliki sudut airfoil (bentuk bilah sebuah baling-baling

yang terlihat secara melintang) yang lebih tinggi, memberikan

keaerodinamisan yang tinggi sembari mengurangi drag pada tekanan

yang rendah dan tinggi.

5) Desain VAWT bersudu lurus dengan potongan melintang berbentuk

kotak atau empat persegi panjang memiliki wilayah tiupan yang

lebih besar untuk diameter tertentu daripada wilayah tiupan

berbentuk lingkarannya HAWT.

6) VAWT memiliki kecepatan awal angin yang lebih rendah daripada

HAWT. Biasanya VAWT mulai menghasilkan listrik saat kecepatan

(20)

7) VAWT biasanya memiliki tip speed ratio (perbandingan antara

kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah dengan laju sebenarnya

angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil kemungkinannya

rusak di saat angin berhembus sangat kencang.

8) VAWT bisa didirikan pada lokasi-lokasi dimana struktur yang lebih

tinggi dilarang dibangun.

9) VAWT yang ditempatkan di dekat tanah bisa mengambil

keuntungan dari berbagai lokasi yang menyalurkan angin serta

meningkatkan laju angin (seperti gunung atau bukit yang puncaknya

datar dan puncak bukit).

10)VAWT tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah.

11)Kincir pada VAWT mudah dilihat dan dihindari burung.

2.1.2 Kekurangan Turbin Angin Sumbu Vertikal (VAWT)

Adapun kekurangan dari turbin angin sumbu vertikal adalah sebagai

berikut :

1) Kebanyakan VAWT memproduksi energi hanya 50% dari efisiensi

HAWT karena drag tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.

2) VAWT tidak mengambil keuntungan dari angin yang melaju lebih

kencang di elevasi yang lebih tinggi.

(21)

4) Sebuah VAWT yang menggunakan kabel untuk menyanggahnya

memberi tekanan pada bantalan dasar karena semua berat rotor

dibebankan pada bantalan. Kabel yang dikaitkan ke puncak bantalan

meningkatkan daya dorong ke bawah saat angin bertiup.

2.2 GERAK KINCIR

Pada dasarnya rotor Turbin Angin mengambil tenaga dari angin dan

membuatnya menjadi lebih pelan, dan menghasilkan tenaga.

Ini dapat dilihat dengan adanya gaya yang diterapkan yaitu gaya yang

diberikan oleh angin kepada kincir. Obyek yang bergerak searah aliran angin,

menghasilkan gaya yang disebut “drag” atau gaya dorong

Prinsip kerja kincir angin savonius adalah mengkonversikan energi angin

menjadi energi mekanis dalam bentuk gaya dorong (drag force). Sebagian sudu

mengambil energi angin dan sebagian sudu lagi melawan angin. Sudu yang

mengambil energi angin disebut down wind sedangkan sudu yang melawan

angin disebut upwind. Sudu upwind ini dapat mengurangi kecepatan rotor.

Besarnya torsi pada rotor dan kecepatan rotor (rpm) tergantung pada selisih

(22)

Gambar 2.1 Prinsip kerja kincir angin tipe Savonius DOWNWIND

UPWIND

ARAH PUTARAN

ARAH ANGIN

2.3 PERHITUNGAN PADA KINCIR

2.3.1 Perolehan Daya Menurut Teori

Daya teoritis yang disediakan angin dapat dihitung dari perkalian masa jenis udara dikalikan luas penampang kincir angin dikalikan pangkat tiga kecepatan angin :

3 2 1

= Av

Pin ρ (watt) (2.1)

(Sumber : Pengerak Mula Turbin, Wiranto Arismunandar, 2004) dengan :

Pin = Daya teoritis (watt)

ρ = Densitas Udara / massa jenis udara, kg/m3

= 1,225 kg/m3

A = Luas Penampang ( m2)

(23)

Pada Gambar 1 ditunjukkan bahwa, daya angin yang dapat

dimanfaatkan dengan menggunakan turbin angin dengan propeller yang

ideal maksimum 59 % dari daya yang disediakan angin. Sementara ini,

daya efektif yang dapat dicapai oleh sebuah kincir (atau turbin) angin

tipe Savonius hanya mencapai 30% dari daya yang disediakan angin.

Savonius

American multiblade

High Speed Propeller Ideal Propeller

Dutch Four Arm Darrieus

Gambar 2.2 Grafik hubungan daya, Cp dan rasio kecepatan keliling tepi luar sudu terhadap kecepatan angin, tsr.(Sumber: Wiranto Arismunandar,2004)

2.3.2 Perhitungan Daya Keluaran (Pout)

Perhitungan Daya yang dihasilkan oleh kincir (Pout) dihitung

berdasarkan tegangan (V) dan kuat arus (I) output generator yang

digunakan dapat dituliskan menurut persamaan berikut :

(24)

dengan :

Pout = Daya yang dihasilkan Oleh Kincir ( watt )

V = Tegangan ( volt )

I = Arus ( ampere )

2.3.3 Perhitungan Besar Coefisien Daya (Cp)

Perhitungan Koefisien daya (Cp) kincir dapat dihitung

berdasarkan perbandingan daya yang dihasilkan oleh kincir (Pout)

dengan daya teoritis (Pin) yang disediakan oleh angin dapat dituliskan

menurut persamaan berikut :

100

× =

in out P

P P

C ( 2.3 )

dengan :

Cp= Koefisien Daya Kincir (%)

Pout = Daya Yang dihasilkan oleh Kincir ( watt )

Pin = Daya Teoritis ( watt ) 2.3.4 Perhitungan Torsi Yang Dihasilkan Oleh Kincir

Perhitungan torsi didapat dari perbandingan daya yang

dihasilkan kincir dengan kecepatan putar poros. Perhitungan Torsi dapat

dituliskan Menurut Persamaan Berikut :

ωout

t P

(25)

n P

Mt out

π 30

= (Nm) (2.4)

dengan :

t

M = torsi (Nm) Pout = daya output (watt) n = putaran poros (rpm)

ω = kecepatan sudut kincir (rad/s) 2.3.5 Perhitungan Tip Speed Ratio (TSR)

Tip speed ratio (tsr) adalah hasil pembagian kecepatan ujung

kincir angin dengan kecepatan angin, yaitu :

tsr = ∞ V Vtip tsr = ∞ ×V Dn 60 π (2.5)

(Sumber : hasil pembelajaran rekayasa tenaga angin)

dengan :

tsr = tip speed ratio

Vtip= kecepatan ujung kincir (rad/s)

n = putaran yang di hasilkan kincir (rpm)

D = diameter kincir (m)

(26)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. SARANA PENELITIAN

Sarana yang digunakan untuk penelitian adalah kincir angin sumbu vertical

tipe Savonius 4 sudu lengkung dengan sudu yang dapat membuka dan menutup

secara otomatis. Selanjutnya kincir angin tersebut akan dicari unjuk kerjanya

pada kecepatan angin yang bervariasi sehingga mendapatkan daya keluaran

yang berbeda.

3.2. PERALATAN PENELITIAN

Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah :

1. Generator

Alat ini berfungsi sebagai alat yang mengubah gaya gerak menjadi listrik.

Generator menghasilkan arus listrik dan tegangan listrik yang digunakan

untuk mencari besar daya yang dikeluarkan.

2. Tachometer

Alat ini digunakan untuk mengukur putaran poros motor DC. Tachometer

yang digunakan tachometer jenis digital light tachometer, yang prinsip

kerjanya dengan memancarkan sinar untuk membaca sensor yang berupa

pemantul cahaya (contoh aluminium foil) yang dipasang pada poros.

(27)

3. Wind Tunnel ( Terowongan Angin )

Alat ini berfungsi sebagai lorong yang menangkap dan mengumpulkan

angin dan mengalirkannya pada kincir yang diletakkan didalam terowongan

angin tersebut, pengaturan kecepatan angin dilakukan dialat ini.

4. Blower

Alat ini menghisap angin yang akan disalurkan melalui terowongan angin

5. Multimeter

Alat ukur untuk mengukur kelistrikan pada beban yang diberikan.

6. Lampu

Lampu ini berfungsi sebagai beban dalam pengukuran tegangan dan arus

dari alternator.

7. Anemometer

Anemometer ini berfungsi sebagai alat pengukur kecepatan angin, sehingga

dapat diketahui kecepatan angin yang dibutuhkan.

3.3. ANALISA DATA

Data yang analisa dari percobaan ini adalah sebagai berikut :

a. Putaran poros kincir yang dihasilkan ( rpm ).

b. Tegangan dan arus listrik pada lampu. (VL) dan (IL)

c. Kecepatan angin ( ) yang digunakan didapat dari pengukuran

Anemometer yang diletakan di depan terowongan angin ∞

(28)

d. diperoleh dari pengkalian tegangan ( ) dan arus ( ) listrik yang

dihasilkan dari lampu.

out

P VL IL

e. didapat dari hasil perkalian antar massa jenis udara dengan luas

penampang kincir dan kecepatan angin dipangkatkan tiga ,dan hasilnya

dibagi dua, seperti yang tercantum pada Persamaan 2.1. in

P

f. Untuk mencari torsi didapat dari hasil pembagian daya keluaran dengan

kecepatan sudut pada kincir angin, seperti yang tercantum pada Persamaan

2.4.

g. Untuk menentukan efisiensi kincir didapat dari hasil pembagian daya

keluaran dengan daya teoritis, dengan menggunakan Persamaan 2.3.

h. Selanjutnya mencari tsr yang didapat dari hasil perkalian phi dengan

diameter kincir dan dengan kecepatan putar poros dibagi kecepatan angin

yang di kalikan 60.

3.4. LANGKAH PENELITIAN

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Kincir angin dipasang didalam terowongan angin dan dibaut supaya poros

tidak bergeser .

b. Pada poros atas kincir diberi bantalan agar putarannya menjadi ringan,

kemudian bagian bawah poros dihubungkan dengan alternator.

(29)

d. Di depan kincir angin dipasang anemometer untuk mengetahui kecepatan

angin yang melewati terowongan angin.

e. Setelah semua siap, blower dihidupkan untuk menghisap angin masuk

kedalamterowongan angin.

f. Ketika generator berputar maka akan timbul tenganan dan arus pada lampu

sehingga dapat diukur tegangan dan arusnya.

g. Bersamaan dengan pengukuran tegangan dan arus, diukur juga putaran

porosnya.

Gambar 3.1 Pengukuran arus dan volt pada generator

h. Jalannya percobaan a-g dilakukan berulang dengan variasi kecepatan angin

yaitu dari kecepatan angin terkecil kincir bisa berputar sampai kecepatan

(30)

Gambar 3.2Kincir angin savonius empat sudu lengkung

Keterangan Gambar 3.2 :

1. Poros dan Lubang Pena Penahan Poros

Poros yang digunakan merupakan poros pejal dengan diameter 0,016 m dan

panjang 1,29 m . Poros tersebut berfungsi sebagai tumpuan kincir saat

didirikan dan berputar. Lubang pena penahan poros adalah lubang yang

dibuat untuk menghubungkan kincir dengan generator. Pada kincir ini

(31)

Gambar 3.2Poros kincir

2. Penutup Atas

Penutup atas terbuat dari bahan mika, penutup atas berfungsi untuk

menahan angin agar tetap mendorong sudu dan tidak terhambur keluar tepi

atas kincir. Penutup atas mempunyai diameter yang sama dengan diameter

(32)

Gambar 3.3 Penutup atas kincir

3. Penahan bilah sudu

Penahan sudu mengunakan baut dengan diameter 12 mm. Fungsinya untuk

menahan sudu saat terbuka agar sudu tidak membuka 180o, jika sudu

membuka 180o maka sudu tidak dapat berbalik lagi karena terdorong angin,

itu berarti di tengan sudu terdapat lubang yang membuat angin lolos dan

(33)

Gambar 3.4 Penahan sudu kincir

4. Dudukan poros sudu

Dudukan ini terbuat dari kayu yang berbentuk palang atau dengan kata lain

saling tegak lurus. Fungsi dari dudukan ini adalah sebagai dudukan atau

tempat menempelnya poros pada sudu, dan sebagai penghubung antara

(34)

Gambar 3.5Dudukan poros sudu pada kincir

5. Poros penahan sudu

Poros penahan terbuat dari besi cor dengan diameter 8 mm. Fungsinya

untuk menahan agar penahan poros sudu atas dan bawah tetap sejajar atau

dengan kata lain untuk menahan beban puntir pada kincir akibat dorongan

angin.

(35)

6. Sudu

Pada kesempatan ini kincir yang dibuat adalah kincir Savonius dengan sudu

melengkung. Sudu terbuat dari mika yang mempunyai beben yang ringan,

berfungsi untuk mempermudah saat sudu membuka dan menutup. Panjang

sudu adalah 0,6 m dengan jari-jari lengkungan 0,07 m.

Gambar 3.7Sudu lengkung pada kincir

7. Poros sudu

Poros sudu berfungsi untuk tumpuan sudu saat berputar dan berfungsi

sebagai penghubung antara sudu dengan poros utama.

(36)

8. Penutup bawah

Penutup bawah bahan dan ukurannya sama, fungsinya pun sama dengan

penutup atas yaitu untuk menahan angin agar tidak terhempas keluar

melewati tepi bawah kincir.

Gambar 3.9Penutup bawah kincir

3.5. Cara Kerja Alat

Cara kerja kincir angin adalah sebagai berikut :

1. Kincir dipasang pada terowongan angin.

2. Pemasangan Anemometer diletakan pada terowongan angin bagian depan.

3. Kincir dihubungkan dengan alternator untuk menghasilkan listrik

4. Pada alternator diberi beban berupa lampu, yang akan diukur keluaran

listriknya.

5. Pada saat angin berhembus pada terowongan angin, maka akan mendorong

(37)

6. Setelah lampu dapat menyala dengan stabil dapat dilakukan pengukuran

terhadap tegangan listrik, arus listrik, putaran Generator. Setelah selesai

pengukuran, angin berhenti dihembuskan, supaya tidak ada magnet pada

generator.

7. Setelah selesai melakukan pengukuran pada salah satu kecepatan angin,

maka dilakukan perubahan kecepatan angin dengan menggeser terowongan

(38)

BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DATA PENELITIAN

Pengambilan data yang dilakukan dengan memvariasikan kecepatan angin

yaitu 3 m/s, 3,5 m/s, 4 m/s, 4,5 m/s, 5 m/s, 5,5 m/s, 6 m/s, 6,5 m/s, 7 m/s. Variasi

minimum diambil 3 m/s karena kecepatan ini adalah kecepatan angin minimum

kincir dapat berputar, sedangkan kecepatan maksimum diambil 7 m/s, karena

pada terowongan angin yang digunakan dapat menghisap udara dengan

kecepatan maksimal 7,5 m/s, untuk alasan keamanan maka diambil 7 m/s untuk

variasi kecepatan angin maksimal. Pengambilan data dilakukan pada tiap 1 menit

sebanyak 20 kali untuk tiap variasi.

4.2 PERHITUNGAN DAN PENGOLAHAN DATA

Luas penampang kincir bila dilihat dari pandangan samping berbentuk

persegi, luas persegi tersebutlah yang mengalami dorongan dari angin yang

mengandung energi kinetik.

(39)

Gambar 4.1 Penampang kincir dalam 2 dimensi

A = panjang x lebar

= 0,6 m x 0,5 m

= 0,3 m2

Menurut Tabel 4.1 pada nomer 1 diperoleh data sebagai berikut :

V = 0,9 volt

I = 0,6 ampere

n= 5 rpm

Rumus yang digunakan dalam perhitungan ini adalah rumus yang telah

dijabarkan pada bab II, sehingga penerapannya pada hasil pengamatan

(40)

a. Perhitungan perolehan daya yang disediakan oleh angin secara teori

menurut Persamaan 2.1

3 2 1

= Av

Pin ρ

s m m

m kg

Pin 1,255 3 0,3 2 33

2

1× × ×

=

Pin = 4,96 watt

b. Perhitungan daya keluaran pada kincir menurut Persamaan 2.2

Pout = V x I

Pout = 0,9 V x 0,6 A

Pout = 0,54 watt

c. Perhitungan koefisien daya pada kincir menurut Persamaan 2.3

100 × = in out P P P C % 100 96 , 4 54 , 0 × = watt watt

CP %

Cp = 10,88 %

d. Perhitungan perolehan torsi pada kincir munurut Persamaan 2.4

n P

Mt = ⋅ out

π 30 rpm watt Mt 5 54 , 0 14 , 3 30 =

(41)

e. Perhitungan perolehan tsr pada kincir menurut Persamaan 2.5 tsr ∞ × = V Dn 60 π

sehingga perhitungan yang didapat sebagai berikut :

tsr ∞ × = V Dn 60 π tsr 3 60 5 5 , 0 14 , 3 × × × =

tsr=0,043

(42)

Tabel 4.1 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran kecepatan angin 3 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W Koefisien daya % Torsi

Nm tsr

1 0,90 0,60 5,00 0,54 4,96 10,90 1,03 0,04 2 1,26 0,93 6,50 1,17 4,96 23,60 1,72 0,06 3 1,01 0,45 4,00 0,45 4,96 9,16 0,73 0,05 4 1,12 0,63 5,00 0,71 4,96 14,20 1,35 0,04 5 0,99 0,83 4,50 0,82 4,96 16,60 1,23 0,05 6 1,32 0,57 6,00 0,75 4,96 15,20 1,19 0,05 7 1,04 0,52 4,00 0,54 4,96 10,90 0,79 0,06 8 1,13 0,51 3,00 0,58 4,96 11,60 0,91 0,05 9 1,27 1,01 5,00 1,28 4,96 25,90 1,86 0,06 10 1,16 0,43 4,00 0,50 4,96 10,10 0,82 0,05 11 1,27 0,74 5,00 0,94 4,96 18,90 1,40 0,05 12 1,36 0,85 4,50 1,16 4,96 23,30 1,67 0,06 13 1,14 0,49 3,50 0,56 4,96 11,30 0,92 0,05 14 1,16 0,52 4,50 0,60 4,96 12,20 0,98 0,05 15 1,28 0,54 4,50 0,69 4,96 13,90 1,16 0,05 16 0,83 0,74 3,50 0,61 4,96 12,40 1,11 0,04 17 1,30 0,80 4,00 1,04 4,96 21,00 1,51 0,06 18 1,40 0,96 5,00 1,34 4,96 27,10 1,97 0,06 19 1,60 0,69 5,00 1,10 4,96 22,30 1,65 0,06 20 1,04 0,60 4,50 0,62 4,96 12,60 0,98 0,05

(43)

Tabel 4.2 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran kecepatan angin 3,5 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W Koefisien daya % Torsi

Nm tsr

1 1,76 0,66 9,10 1,16 7,88 14,70 1,39 0,07 2 1,34 0,71 8,60 0,95 7,88 12,10 1,31 0,07 3 1,51 0,75 8,10 1,13 7,88 14,40 1,25 0,07 4 1,68 0,72 8,20 1,21 7,88 15,40 1,14 0,08 5 1,69 0,77 8,50 1,30 7,88 16,50 1,35 0,07 6 1,41 0,73 8,60 1,03 7,88 13,10 1,24 0,08 7 1,56 0,76 7,50 1,19 7,88 15,00 1,37 0,07 8 1,46 0,75 8,20 1,10 7,88 13,90 1,21 0,07 9 1,46 0,69 7,80 1,01 7,88 12,80 1,12 0,08 10 1,49 0,67 7,70 1,00 7,88 12,70 1,09 0,08 11 1,47 0,69 8,60 1,01 7,88 12,90 1,08 0,08 12 1,52 0,67 8,30 1,02 7,88 12,90 1,17 0,07 13 1,68 0,65 8,80 1,09 7,88 13,90 1,05 0,08 14 1,67 0,68 8,70 1,14 7,88 14,40 1,13 0,08 15 1,52 0,69 8,60 1,05 7,88 13,30 1,07 0,08 16 1,74 0,70 8,20 1,22 7,88 15,50 1,15 0,07 17 1,48 0,71 8,50 1,05 7,88 13,30 1,08 0,08 18 1,48 0,68 8,70 1,01 7,88 12,80 1,15 0,07 19 1,58 0,72 8,50 1,14 7,88 14,40 1,19 0,07 20 1,59 0,69 8,40 1,10 7,88 13,90 1,05 0,08

(44)

Tabel 4.3 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran kecepatan angin 4 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W Koefisien daya % Torsi

Nm tsr

1 2,60 0,69 15,40 1,79 11,80 15,30 1,11 0,10 2 2,40 0,69 20,20 1,66 11,80 14,10 1,04 0,09 3 3,00 0,78 31,60 2,34 11,80 19,90 1,06 0,11 4 3,10 0,67 17,30 2,08 11,80 17,70 1,00 0,10 5 3,70 0,71 30,70 2,63 11,80 22,30 1,10 0,11 6 3,70 0,72 32,80 2,66 11,80 22,70 1,03 0,12 7 3,40 0,70 18,10 2,38 11,80 20,20 0,92 0,12 8 3,30 0,71 22,50 2,34 11,80 19,90 0,95 0,13 9 3,80 0,74 26,00 2,81 11,80 23,90 1,28 0,10 10 3,80 0,69 21,50 2,62 11,80 22,30 1,07 0,12 11 3,40 0,70 21,10 2,38 11,80 20,20 0,89 0,13 12 3,70 0,72 25,10 2,66 11,80 22,70 0,96 0,13 13 3,40 0,68 18,70 2,31 11,80 19,70 0,90 0,12 14 3,20 0,72 22,40 2,30 11,80 19,60 0,95 0,11 15 3,60 0,72 22,80 2,59 11,80 22,00 1,10 0,12 16 3,80 0,74 25,60 2,81 11,80 23,90 1,02 0,11 17 3,40 0,72 24,70 2,45 11,80 20,80 0,91 0,12 18 3,20 0,73 26,50 2,34 11,80 19,90 1,01 0,11 19 3,60 0,72 25,60 2,59 11,80 22,00 0,99 0,12 20 3,80 0,73 27,20 2,77 11,80 23,60 1,04 0,10

(45)

Tabel 4.4 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran kecepatan angin 4,5 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W Koefisien daya % Torsi

Nm tsr

1 3,60 0,79 23,90 2,84 16,70 17,00 0,99 0,14 2 4,20 0,73 35,30 3,07 16,70 18,30 0,59 0,21 3 3,80 0,72 25,20 2,74 16,70 16,30 0,94 0,15 4 3,80 0,74 26,20 2,81 16,70 16,80 0,96 0,15 5 3,70 0,73 24,60 2,70 16,70 16,10 1,05 0,14 6 4,10 0,73 31,50 2,99 16,70 17,90 0,75 0,18 7 3,50 0,74 28,10 2,59 16,70 15,50 0,88 0,16 8 4,10 0,72 28,20 2,95 16,70 17,60 0,78 0,16 9 3,60 0,69 16,60 2,48 16,70 14,80 1,43 0,09 10 3,90 0,74 28,60 2,89 16,70 17,20 1,09 0,15 11 4,10 0,75 35,10 3,08 16,70 18,40 1,04 0,14 12 4,30 0,74 36,50 3,18 16,70 19,00 0,86 0,15 13 4,40 0,77 37,00 3,39 16,70 20,20 0,95 0,14 14 3,80 0,73 24,70 2,77 16,70 16,60 1,07 0,14 15 3,70 0,76 31,10 2,81 16,70 16,80 0,91 0,17 16 3,40 0,74 28,50 2,52 16,70 15,00 0,84 0,16 17 3,50 0,73 33,10 2,56 16,70 15,30 0,81 0,17 18 3,60 0,71 25,00 2,56 16,70 15,30 0,98 0,14 19 3,50 0,70 27,30 2,45 16,70 14,60 0,86 0,16 20 3,80 0,72 30,50 2,74 16,70 16,30 0,86 0,18

(46)

Tabel 4.5 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran

kecepatan angin 5 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W Koefisien daya % Torsi

Nm tsr

1 4,40 0,75 38,10 3,30 23,00 14,40 0,82 0,20 2 3,90 0,72 30,50 2,81 23,00 12,20 0,88 0,16 3 4,30 0,74 34,50 3,18 23,00 13,90 0,88 0,18 4 4,10 0,78 35,90 3,20 23,00 13,90 0,85 0,19 5 4,10 0,78 37,60 3,20 23,00 13,90 0,81 0,20 6 4,20 0,75 36,50 3,15 23,00 13,70 0,82 0,19 7 4,10 0,81 32,90 3,32 23,00 14,50 0,96 0,17 8 3,90 0,81 38,20 3,16 23,00 13,80 0,79 0,20 9 4,20 0,82 33,60 3,44 23,00 15,00 0,98 0,18 10 4,30 0,71 35,10 3,05 23,00 13,30 0,83 0,18 11 4,20 0,72 31,70 3,02 23,00 13,20 0,91 0,17 12 4,40 0,79 38,40 3,48 23,00 15,10 0,86 0,20 13 4,10 0,74 35,90 3,03 23,00 13,20 0,81 0,19 14 4,20 0,71 32,60 2,98 23,00 13,00 0,87 0,17 15 4,30 0,77 37,60 3,31 23,00 14,40 0,84 0,19 16 4,10 0,80 35,40 3,28 23,00 14,30 0,89 0,18 17 4,30 0,82 42,30 3,53 23,00 15,40 0,79 0,22 18 4,30 0,74 42,50 3,18 23,00 13,90 0,72 0,22 19 4,10 0,74 34,10 3,03 23,00 13,20 0,85 0,18 20 4,50 0,71 36,60 3,20 23,00 13,90 0,83 0,19

(47)

Tabel 4.6 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran

kecepatan angin 5,5 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W koefisien daya % Torsi Nm tsr

1 5,80 0,79 49,50 4,58 30,60 15,00 0,88 0,24 2 5,10 0,74 48,90 3,77 30,60 12,30 0,74 0,23 3 5,10 0,75 48,70 3,83 30,60 12,50 0,75 0,23 4 5,30 0,73 44,40 3,87 30,60 12,70 0,83 0,21 5 5,60 0,78 48,00 4,37 30,60 14,30 0,86 0,23 6 5,30 0,75 47,10 3,98 30,60 13,00 0,81 0,22 7 5,20 0,76 50,80 3,95 30,60 12,90 0,74 0,24 8 4,90 0,76 48,70 3,72 30,60 12,20 0,73 0,23 9 5,80 0,76 48,60 4,41 30,60 14,40 0,87 0,23 10 5,90 0,77 51,50 4,54 30,60 14,90 0,84 0,25 11 5,40 0,74 47,60 4,00 30,60 13,10 0,80 0,23 12 5,80 0,75 48,80 4,35 30,60 14,20 0,85 0,23 13 5,70 0,78 50,10 4,45 30,60 14,50 0,85 0,24 14 5,30 0,79 51,20 4,19 30,60 13,70 0,78 0,24 15 5,30 0,79 50,70 4,19 30,60 13,70 0,78 0,24 16 5,20 0,78 46,50 4,06 30,60 13,30 0,83 0,22 17 5,60 0,81 50,10 4,54 30,60 14,80 0,86 0,24 18 5,00 0,79 46,70 3,95 30,60 12,90 0,81 0,22 19 5,20 0,80 50,00 4,16 30,60 13,60 0,79 0,24 20 5,20 0,80 48,40 4,16 30,60 13,60 0,82 0,23

(48)

Tabel 4.7 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran

kecepatan angin 6 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W koefisien daya % Torsi

Nm tsr

1 5,90 0,85 54,30 5,02 39,70 12,60 0,88 0,24 2 5,80 0,83 56,20 4,81 39,70 12,10 0,82 0,25 3 5,70 0,85 59,40 4,85 39,70 12,20 0,78 0,26 4 5,50 0,84 56,30 4,62 39,70 11,60 0,78 0,25 5 5,40 0,85 56,00 4,59 39,70 11,60 0,78 0,24 6 5,20 0,84 54,20 4,37 39,70 11,00 0,77 0,24 7 5,70 0,92 59,20 5,24 39,70 13,20 0,85 0,26 8 5,30 0,87 57,30 4,61 39,70 11,60 0,76 0,25 9 5,30 0,86 55,40 4,56 39,70 11,50 0,78 0,24 10 5,20 0,88 58,50 4,58 39,70 11,50 0,75 0,26 11 5,40 0,84 53,70 4,54 39,70 11,40 0,81 0,23 12 5,80 0,86 58,70 4,99 39,70 12,60 0,81 0,26 13 5,50 0,81 51,10 4,46 39,70 11,20 0,83 0,22 14 5,60 0,83 56,10 4,65 39,70 11,70 0,79 0,24 15 5,40 0,82 54,30 4,43 39,70 11,20 0,78 0,25 16 5,10 0,84 55,60 4,28 39,70 10,80 0,74 0,24 17 6,10 0,85 57,50 5,19 39,70 13,10 0,86 0,25 18 5,60 0,84 56,60 4,70 39,70 11,90 0,79 0,24 19 5,40 0,85 55,90 4,59 39,70 11,60 0,78 0,24 20 5,30 0,87 58,10 4,61 39,70 11,60 0,76 0,25

(49)

Tabel 4.8 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran

kecepatan angin 6,5 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W Koefisien daya % Torsi

Nm tsr

1 6,10 0,90 63,10 5,49 50,50 10,90 0,83 0,25 2 6,20 0,92 68,40 5,70 50,50 11,30 0,79 0,27 3 6,00 0,94 67,40 5,64 50,50 11,20 0,79 0,27 4 6,50 0,92 63,80 5,98 50,50 11,90 0,89 0,27 5 6,10 0,93 64,00 5,67 50,50 11,20 0,85 0,26 6 6,20 0,90 61,60 5,58 50,50 11,10 0,87 0,25 7 5,90 0,87 65,20 5,13 50,50 10,20 0,75 0,26 8 6,80 0,89 64,50 6,05 50,50 12,00 0,89 0,26 9 6,60 0,88 65,10 5,81 50,50 11,50 0,85 0,26 10 6,40 0,89 64,30 5,70 50,50 11,30 0,85 0,26 11 6,20 0,89 66,10 5,52 50,50 10,90 0,79 0,27 12 5,80 0,88 58,90 5,10 50,50 10,10 0,83 0,24 13 6,80 0,93 61,50 6,32 50,50 12,50 0,98 0,25 14 6,50 0,94 60,80 6,11 50,50 12,10 0,96 0,24 15 6,20 0,92 59,10 5,70 50,50 11,30 0,92 0,24 16 6,90 0,93 56,40 6,42 50,50 12,70 1,09 0,23 17 5,90 0,94 61,50 5,55 50,50 11,00 0,86 0,25 18 6,30 0,93 61,40 5,86 50,50 11,60 0,91 0,25 19 6,00 0,94 60,40 5,64 50,50 11,20 0,89 0,24 20 5,70 0,93 57,80 5,30 50,50 10,50 0,88 0,23

(50)

Tabel 4.9 Data hasil pengamatan dan hasil perhitungan pada kisaran

kecepatan angin 7 m/s

NO V

volt

I ampere

RPM Pout

W Pin W koefi daya % Torsi

Nm tsr

1 7,50 0,97 87,10 7,28 63,00 11,50 0,79 0,33 2 7,60 1,10 86,30 8,36 63,00 13,30 0,92 0,32 3 7,10 1,30 85,40 9,23 63,00 14,60 1,03 0,32 4 7,50 1,40 91,20 10,50 63,00 16,70 1,09 0,34 5 7,00 0,98 87,50 6,86 63,00 10,90 0,75 0,33 6 6,80 0,96 88,60 6,53 63,00 10,40 0,70 0,33 7 6,90 0,97 89,20 6,69 63,00 10,60 0,72 0,33 8 6,70 1,20 84,90 8,04 63,00 12,80 0,90 0,32 9 6,20 1,10 87,80 6,82 63,00 10,80 0,74 0,33 10 6,40 1,30 86,90 8,32 63,00 13,20 0,91 0,32 11 6,70 1,30 88,10 8,71 63,00 13,80 0,94 0,33 12 6,10 1,40 87,50 8,54 63,00 13,50 0,93 0,33 13 6,20 1,10 89,30 6,82 63,00 10,80 0,73 0,33 14 6,20 1,30 86,90 8,06 63,00 12,80 0,89 0,32 15 6,60 1,10 87,20 7,26 63,00 11,50 0,79 0,33 16 6,00 1,20 88,30 7,20 63,00 11,40 0,78 0,33 17 6,20 1,40 87,60 8,68 63,00 13,80 0,95 0,32 18 6,10 1,40 84,90 8,54 63,00 13,50 0,96 0,31 19 6,50 1,30 82,10 8,45 63,00 13,40 0,98 0,31 20 6,70 1,20 88,90 8,04 63,00 12,80 0,86 0,33

Rata-rata 12,60 0,87 0,33

4.3 ANALISA DATA

Dari hasil penelitian dan perhitungan telah didapatkan beberapa

perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan beberapa faktor yang terjadi selama

penelitian. Untuk mengetahui hal tersebut maka perlu diadakan suatu analisa dan

(51)

4.3.1 Grafik Hubungan Kecepatan Angin Dengan Koefisien Daya

Berkut ini adalah grafik hubungan kecepatan angin (v ) dengan koefisien daya pada kincir (Cp) :

10 11 12 13 14 15 16 17

3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5

Kecepatan Angin (m/s)

K

oef

is

ien D

ay

a

(%

)

Gamabr 4.1 Grafik hubungan kecepatan angin dengan koefisien daya pada kincir.

Dari grafik pada Gambar 4.1 dapat diketahui koefisien daya

tertinggi sebesar 16,14 % pada kisaran kecepatan angin 3 m/s dengan

persamaan pada grafiknya adalah y = 0,6518x2 – 0,4229x + 0,1929 dan R2

= 0,8874, hal ini di karenakan pada kecepatan ini kincir berputar dengan

setabil maka daya keluaran yang dihasilkan lebih besar sehingga

(52)

4.3.2 Grafik Hubungan Kecepatan Angin Dengan Torsi

Berkut ini adalah grafik hubungan kecepatan angin (v ) dengan torsi pada kincir (Mt) :

0.78 0.88 0.98 1.08 1.18 1.28

3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5

Kecepatan Angin (m/s)

T

o

rs

i (Nm

)

Gambar 4.2 Grafik hubungan kecepatan angin dengan torsi yang dihasilkan kincir.

Dari grafik pada Gambar 4.2 dapat diketahui torsi tertinggi yang

dapat dihasilkan oleh kincir sebesar 1,25 Nm pada kecepatan angin 3 m/s

dengan persamaan pada grafik adalah y = 0,0551x2 – 0,6506x + 2,7382

dan R2 = 0,971. Hal tersebut disebabkan karena kecepatan angin kecil

sehingga putaran yang dihasilkan kecil maka torsi yang dihasilkan besar,

(53)

4.3.3 Grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio.

Berikut adalah grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed

ratio :

Gambar 4.3 Grafik hubungan koefisien daya dengan tsr

Dari grafik pada Gambar 4.3 dapat disimpulakn bahwa hubungan

koefisien daya dengan tsr berbanding terbalik. Semakin bersar tsr maka

semakin kecil koefisien daya dengan persamaan pada grafik adalah y =

0,6518x2 – 0,4229x + 0,1929 dan R2 = 0,8874.

4.3.4 Grafik Hubungan Kecepatan Angin Dengan Koefisien Daya terhadap

Kincir Angin Sejenis

Pada analisa ini kincir yang diteliti di bandingkan dengan kincir

(54)

dapat sebagai tolok ukur bagi penelitian penulis. Berikut adalah grafik

hubungan koefisien daya dengan kecepatan angin pada kedua kincir :

0 5 10 15 20 25 30

2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7

keceptan angin (m/s)

k

o

e

fis

ien day

a

(%

)

.5

kincir 4 sudu datar kincir 4 sudu lengkung Li (ki i 3 d l k )

Gambar 4.4 Grafik Hubungan Kecepatan Angin Dengan Koefisien Daya terhadap Kincir Angin Sejenis

Dari grafik pada Gambar 4.4 diatas dapat diketahui bahwa kincir

dengan variasi 4 sudu lengkung mempunyai koefisien daya lebih tinggi

dari jenis kincir empat sudu datar. Dengan persamaan pada grafik adalah y

= 0,0346x2 – 1,5883x + 21,037 dan R2 = 0,8704 untuk kincir dengan 4

sudu lengkung sedangkan kincir dengan empat sudu datar adalah y =

1,845x2 – 22,615x + 70,008 dan R2 = 0,9586 . Hal ini disebabkan karena

(55)

menerima angin lebih banyak dibandingkan dengan kincir 4 sudu datar

sehingga pada gaya dorong angin yang sama kincir dengan 4 sudu

lengkung lebih setabil berputar, sehingga daya keluaran yang dihasilkan

besar maka koefisien dayanya menjadi besar, karena koefisien daya

berbanding lurus dengan daya keluaran kincir.

4.3.5 Grafik Hubungan Kecepatan Angin Dengan Torsi terhadap Kincir Angin

Sejenis.

Berikut adalah grafik ke-2 kincir sejenis pada hubungan torsi

dengan kecepatan angin:

0 0.2 0.4 0.6 0.8 1 1.2 1.4

2.5 3 3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5 7 7.5

Kecepatan Angin (m/s)

T

o

rs

i (N

m

)

kincir 4 sudu datar kincir 4 sudu lengkung

Gambar 4.5 Grafik Hubungan Torsi Dengan Kecepatan Angin

(56)

Dari grafik pada Gambar 4.5 di atas dapat diketahui kincir dengan torsi

terbesar adalah kincir 4 sudu lengkung dengan persamaan grafiknya y = 0,0551x2

– 0,6506x + 2,7382 dan R2 = 0,971, hal ini disebabkan karena kincir ini di beri

plat untuk menahan sudu tetap melengkung dan akan menambah berat pada kincir

tersebut sehingga daya dorong yang tertangkap oleh kincir tidak menjadi putaran

secara maksimal pada kincir, maka torsi yang didapat akan sangat besar

dibandingkan dengan kincir angin 4 sudu datar yang tidak mempunyai pemberat

sehingga rpmnya besar dengan persamaan grafiknya y = 0,0412x2 – 0,4922x +

1,4983 dan R2 = 0,8703. Secara teori putaran berbanding terbalik terhadap torsi

(57)

BAB V PENUTUP

5.1KESIMPULAN

Dari hasil-hasil pengamatan dan analisis data maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1) Semakin besar kecepatan angin, maka semakin kecil koefisien daya pada

kincir. Koefisien daya terbesar adalah 16,14 % pada kecepatan angin 3 m/s .

2) Semakin besar kecepatan angin maka semakin kecil torsi yang dihasilkan oleh

kincir. Torsi terbesar adalah 1,25 Nm pada kecepatan angin 3 m/s.

3) Semakin besar tsr maka semakin kecil koefisien daya pada kincir. Tsr terbesar

pada saat kecepatan angin 7 m/s yaitu 0,33.

4) Dari hasil perbandingan dengan kincir angin dengan empat sudu datar yang

telah diteliti sebelumnya dapat disimpulkan, kincir angin dengan 4 sudu

lengkung memiliki koefisien daya lebih tinggi dari pada kincir dengan 4 sudu

datar. Namun pada perbandingan torsi yang dihasilkan, kincir angin dengan 4

sudu lengkung menghasilkan torsi yang jauh lebih besar dari kincir jenis 4

sudu datar, hal ini dikarenakan kincir dengan 4 sudu lengkung mempunyai

berat yang lebih dibandingkan dengan kincir jenis 4 sudu datar.

5.2 SARAN

Adapun saran bagi pihak-pihak yang ingin mengembangkan penelitian pada

bidang kincir angin terutama tipe Savonius adalah sebagai berikut :

(58)

1) Pada bidang kincir angin khususnya tipe Savonius buku-buku referensi sangat

terbatas, oleh sebab itu perlu dilakukan pengkajian lebih banyak pada bidang

tersebut untuk menambah kepustakaan.

2) Membuat modifikasi lain pada bentuk dan mekanisme sudu-sudunya serta

mevariasikan jumlah sudu agar mendapatkan koefisien daya yang terbaik.

3) Untuk mendapatkan kincir angin dengan koefisin daya yang besar, sebaiknya

digunakan bahan yang ringan, agar dengan kecepatan angin yang kecil kincir

angin sudah dapat berputar, sedangkan untuk menghasilakn torsi yang besar

sebaiknya digunakan bahan yang lebih berat.

4) Pada pengambilan data sebaiknya pada ruang tertutup, karena perubahan

(59)

DAFTAR PUSTAKA

Arismunandar, W. 2004. Penggerak Mula Turbin. Ed.-3. Penerbit ITB. Bandung.

Djojodihardjo, H. dan Molly, J.P. 1983. Wind Energy System. Penerbit Alumni.

Bandung.

Fox, J.A. 1982. An Introduction to Engineering Fluid Mechanics. Ed-2, The

Macmillan Press Ltd. London

Kadir, A. 1995. Energi: Sumber Daya, Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensial

Ekonomi. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

Sachs, P. 1978. Wind Forces in Engineering, Ed-2, Pergamon Press. Great Britain.

Setyadhi, N. 2009. Modifikasi Sudu Pada Kincir Angin Tipe Savonius Dengan Empat

Sudu Datar. Tugas Akhir jurusan Teknik Mesin, FST, USD, Yogyakarta.

http://id.wikipedia.org/wiki/turbin_angin

http://www.lemhannas.go.id

Gambar

Tabel 1.1 Data angin yang telah dihimpun oleh Pusat Meteorologi dan
Gambar 2.1 Prinsip kerja kincir angin tipe Savonius
Gambar 2.2 Grafik hubungan daya, Cp dan rasio kecepatan keliling tepi
Gambar 3.1 Pengukuran arus dan volt pada generator
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penelitian ini akan dibangun sebuah media bantu pengambilan keputusan menggunakan metode Plus Minus Interesting.. Media bantu yang dibangun merupakan aplikasi

Apabila dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) APBD Tahun Anggaran 2012 yang telah disyahkan dananya tidak tersedia dan tidak cukup tersedia dan/atau melampaui

Rapat yang dipimpin oleh Kasubdit Informasi dan Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, diselenggarakan di Ruang Rapat Bappeda Provinsi Gorontalo pada tanggal 4 Juni

Teknik belajar mengajar keliling kelas bisa di gunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan anak didik. Namun, jika digunakan untuk anak-anak tingkat dasar

Data hasil uji aktivitas antioksidan tersebut didukung oleh hasil uji kualitatif yang menunjukkan bahwa ekstrak metanol batang tumbuhan paku Nephrolepis radicans

Dengan adanya sistem pakar ini diharapkan dapat menghasilkan informasi mengenai gangguan jiwa skizofrenia , cara mendiagnosa gangguan jiwa, serta cara pengobatan yang

Tindakan ini adalah sebagai bentuk perlawanan yang mereka tunjukkan terhadap adanya eksternalisasi dari masyarakat (di luar penyandang disabilitas) yang beranggapan bahwa

Maskulin menurut Hoyenga & Hoyenga dalam Nauly (2003) adalah ciri-ciri yang berkaitan dengan gender yang lebih umum terdapat pada laki-laki, atau suatu peran atau trait