• Tidak ada hasil yang ditemukan

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR SINGKATAN... 6 BAB I PENDAHULUAN... 8 BAB II KEGIATAN INTERNAL...

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 1 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR SINGKATAN... 6 BAB I PENDAHULUAN... 8 BAB II KEGIATAN INTERNAL..."

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

1

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... 1

DAFTAR TABEL ... 4

DAFTAR GAMBAR... 5

DAFTAR SINGKATAN ... 6

BAB I PENDAHULUAN ... 8

BAB II KEGIATAN INTERNAL ... 9

2.1. Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang ... 9

2.1.1 Koordinasi Perencanaan ... 9

2.1.2 Kajian Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan ... 9

2.1.3 Anugerah Pangripta Nusantara 2015 ... 10

2.1.4 Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah... 10

2.1.5 FGD Kajian Penyusunan Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan ... 10

2.1.6 Selaku Anggota Pokja I BKPRN ... 11

2.1.7 Selaku Anggota Pokja II BKPRN ... 12

2.1.8 Selaku Anggota Pokja III BKPRN ... 12

2.1.9 Selaku Anggota Pokja IV BKPRN ... 12

2.1.10 Workshop Suistainable Cities ... 13

2.1.11 Pemaparan Produk-produk Protarih ... 13

2.2. Kegiatan Utama Subdit Pertanahan ... 13

2.2.1 Penyusunan Peraturan Pertanahan Sesuai Amanat QW dan PL ... 13

2.2.2 Penyusunan RKP 2016 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN ... 14

2.2.3 Koordinasi Sosialisasi Adat Ulayat dengan Direktorat Otonomi Daerah dan KKDT ... 14

2.2.4 Koordinasi Penyepakatan Nomenklatur Kementerian ATR/BPN ... 14

2.2.5 Penyusunan Profil Pertanahan ... 14

2.2.6 Perpres Reforma Agraria ... 15

2.3. Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi ... 15

2.3.1 Strategi Komunikasi ... 15

2.3.2 Pengelolaan Media Informasi dan Sosialisasi TRP ... 15

2.3.3 Sosialisasi RPJMN 2015-2019 TRP ... 16

2.3.4 Buletin TRP ... 17

(3)

2

2.3.6 Kajian Risiko Kebencanaan SCDRR 2015 ... 17

2.4. Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional ... 17

2.4.1 Penyusunan Kajian: Review Kelembagaan BKPRN ... 17

2.4.2 Fasilitasi Mediasi: Rapat Koordinasi BKPRN terkait Pembahasan Implikasi Pemberlakuan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah terhadap Penyelenggaraan Penataan Ruang ... 17

2.4.3 Penyusunan Laporan: Kegiatan BKPRN Semester 1/2015 ... 18

2.4.4 Pembahasan Draft Awal Pedoman Penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2015 18 2.4.5 Konsultasi Terkait dengan RTR KSP ... 18

2.4.6 Pengembangan Sistem Informasi Terpadu ... 19

2.5. Kegiatan Utama Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN) ... 19

2.5.1 Program Agraria Daerah Provinsi Kalimantan Timur ... 19

2.5.2 Publikasi dan Sosialisasi Reforma Agraria Nasional ... 19

2.5.3 Kebijakan Pendaftaran Tanah Stelsel Positif ... 19

2.6 Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bulan Mei 2015 ... 20

BAB III KEGIATAN EKSTERNAL ... 21

3.1 FGD Kajian Penyusunan Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan ... 21

3.2 Sosialisasi Lembaga Penyediaan Tanah (Bank Tanah) ... 21

3.3 Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi 2015 Kementerian ATR/BPN ... 22

3.4 Konsinyasi ke-1 Penyusunan Pedoman Penataan Ruang Berbasis Pengurangan Risiko Bencana... 22

3.5 Rapat Koordinasi Tim Pokja Geopark Kaldera Toba ... 23

3.6 Pembahasan Percepatan Pengembangan Bandara di Wilayah Jakarta dan Sekitarnya23 3.7 Pembahasan Tata Cara Pengisian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara (LHKASN) ... 24

3.8 Panja RKP 2016... 24

3.9 FGD Kriteria Kesiapan Rencana Kegiatan yang Dibiayai Pinjaman Luar Negeri ... 25

3.10 Kolokium Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan Tahun 2014 ... 25

3.11 Rapat Koordinasi IGT Ke-2 ... 25

3.12 Kunjungan Kerja Komisi C DPRD Kabupaten Pekalongan dalam Rangka Konsultasi tentang Persiapan Kerja Tahun 2016 untuk Pemerintah Kebupaten Pekalongan ... 26

3.13 Pembahasan Status Landasan Udara Soewondo eks Bandara Polonia, Kota Medan .... 26

3.14 Rapat Tim Koordinasi NCICD ... 27

(4)

3 3.16 Pembahasan Materi Peraturan Menteri ATR No. 9 Tahun 2015 tentang Hak Komunal28

3.17 Rapat Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Nabire 2015-2035 ... 28

3.18 Seminar Pelembagaan Resolusi Konflik Tenurial di Dalam Kawasan Hutan ... 29

3.19 Konsolidasi Evaluasi Kertas Kerja PMPRB Kedeputian Regional Tahun 2014 ... 29

3.20 Rapat Identifikasi Ketersediaan Data untuk Kegiatan WAVES ... 30

3.21 Kunjungan DPRD Kabupaten Kulon Progo Terkait Pengembangan Sektor Pariwisata Daerah ... 30

3.22 Percepatan Pengambangan Kawasan Industri Propinsi Lampung Melalui Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Daerah (RDTR)... 30

3.23 Kick Off Meeting Koordinasi Strategis Pembangunan Desa dan Kawasan Perdesaan .. 31

3.24 Penyusunan Work Plan Program WAVES ... 31

3.25 Penyusunan Perencanaan dan Konsep Perancangan Kota Baru Sofifi dan Tanjung Selor ... 32

3.26 Knowledge Based Management Strategi Membangun dari Pinggiran ... 32

3.27 Seminar Awal Prakarsa Strategis 2015 ... 32

3.28 Pengembangan Pilot Project e-Budgeting dan Integrasi dengan e-Musrenbang ... 33

3.29 Pembahasan Finalisasi Detailed Work Plan ... 33

3.30 Persiapan Kajian Model Transparansi Dana Transfer Daerah dan kajian Pilot Project Block Grant ... 33

3.31 Koordinasi Strategis Pembangunan Kota Berkelanjutan ... 33

3.32 Pembahasan Kriteria Evaluasi Dokumen Teknis Kegiatan RISE II LOAN JICA ... 34

BAB IV RENCANA KEGIATAN ... 35

BAB V PENUTUP ... 39

(5)

4

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Statistik Situs TRP (trp.or.id) ... 15

Tabel 2. Statistik Pengunjung Portal (tataruangpertanahan.com) ... 15

Tabel 3. Rencana Kegiatan Subdit Tata Ruang ... 35

Tabel 4. Rencana Kegiatan Subdit Pertanahan ... 35

Tabel 5. Rencana Kegiatan Subdit Informasi dan Sosialisasi... 36

Tabel 6 Rencana Kegiatan Sekretariat BKPRN ... 37

(6)

5

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Statistik Website (www.trp.or.id) ... 16 Gambar 2. Statistik Portal (tataruangpertanahan.com) ... 16 Gambar 3. Rencana dan Realisasi Penyerapan Anggaran Direktorat TRP Bulan Juni 2015 .. 20

(7)

6

DAFTAR SINGKATAN

BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG : Badan Informasi Geospasial

BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BPN : BadanPertanahanNasional

FGD : Focus Group Discussion INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi K/L : Kementerian/Lembaga KEMHUT : Kementerian Kehutanan

KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KLH : Kementerian Lingkungan Hidup KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KSN : Kawasan Strategis Nasional

LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LH : Lingkungan Hidup

PERPRES : PeraturanPresiden POKJA : Kelompok Kerja PP : Peraturan Pemerintah PU : Pekerjaan Umum

PUSDATIN : Pusat Data dan Informasi RAN : Reforma Agraria Nasional RDTR : Rencana Detail Tata Ruang

RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RTR : Rencana Tata Ruang

RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah

RTRWN : Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional RTRWP : Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

RZWP3K : Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil SCDRR : Safer Community through Disaster Risk Reduction SDA : Sumber Daya Alam

SDM : Sumber Daya Manusia SK : Surat Keputusan

TRP : Tata Ruang dan Pertanahan ADB : Asian Development Bank AKG : Angka Kecukupan Gizi

AMDAL : Analisis Mengenai Dampak Lingkungan BANGDA : Pembangunan Daerah

BAPPEDA : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah BAPPENAS : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional BIG : Badan Informasi Geospasial

BIROREN : Biro Perencanaan

BKPRD : Badan Koordinasi Penataan Ruang Daerah BKPRN : Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional BLU : Badan Layanan Umum

(8)

7 BNPB : Badan Nasional Penanggulangan Bencana

BPBD : Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPN : Badan Pertanahan Nasional

BPS : Badan Pusat Statistik BTOR : Back to Office Report BUMN : Badan Usaha Milik Negara BUTARU : Buletin Tata Ruang DIRJEN : Direktur Jenderal DIT : Direktorat

DITJEN : Direktorat Jenderal

DJBM : Direktorat Jenderal Bina Marga DJCK : Direktorat Jenderal Cipta Karya DJPR : Direktorat Jenderal Penataan Ruang

DPCLS : Dampak Penting dan Cakupan Luas serta Bernilai Strategis DPR : Dewan Perwakilan Rakyat

DPRD : Dewan Perwakilan Rakyat Daerah EKPS : Evaluasi Kinerja Pembangunan Sektoral FGD : Focus Group Discussion

FPRLH : Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup GUP : Ganti Uang Persediaan

INPRES : Instruksi Presiden INFOSOS : Informasi dan Sosialisasi

JICA : Japan International Cooperation Agency K/L : Kementerian/Lembaga

KAK : Kerangka Acuan Kerja KANTAH : Kantor Pertanahan KANWIL : Kantor Wilayah

KAPET : Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu KEK : Kawasan Ekonomi Khusus

KEMHUT : Kementerian Kehutanan KEMDAGRI : Kementerian Dalam Negeri KEMENHUB : Kementerian Perhubungan KEMENKO : Kementerian Koordinator KEMEN PU : Kementerian Pekerjaan Umum KEP : Kawasan Ekonomi Potensial

KKDT : Kawasan Khusus dan Daerah Tertinggal KKP : Kementerian Kelautan dan Perikanan KLHS : Kajian Lingkungan Hidup Strategis KPH : Kesatuan Pengelolaan Hutan

KPJM : Kinerja Pengeluaran Jangka Menengah KSN : Kawasan Strategis Nasional

LAMPID : Lampiran Pidato Presiden

LP2B : Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan LH : Lingkungan Hidup

(9)

8

BAB I

PENDAHULUAN

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan memiliki 2 (dua) jenis kegiatan, yang dibagi menjadi: 1) kegiatan internal; dan 2) kegiatan eksternal. Kegiatan internal adalah kegiatan yang diselenggarakan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan sesuai dengan rencana kegiatan direktorat yang telah disusun pada awal tahun 2015. Khusus untuk kegiatan internal, kegiatan ini dijelaskan ke dalam bentuk kegiatan utama dan sub-kegiatan. Sedangkan kegiatan eksternal adalah kegiatan yang mengundang Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak luar. Umumnya, kegiatan ini bersifat koordinasi lintas sektor.

Pada laporan ini dijelaskan secara rinci pelaksanaan kegiatan yang telah dilaksanakan selama Bulan Juni 2015 oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan. Laporan ini merupakan tanggung jawab pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam mengelola perencanaan pembangunan bidang Tata Ruang dan Pertanahan, yang dijabarkan ke dalam kegiatan Sub Direktorat Tata Ruang, Sub Direktorat Pertanahan, Sub Direktorat Informasi dan Sosialisasi, Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional (BKPRN), dan sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN).

(10)

9

BAB II

KEGIATAN INTERNAL

Untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat pencapaian kinerja atas kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan secara rutin melaksanakan evaluasi kinerja seluruh bagian melalui mekanisme rapat rutin internal yang diselenggarakan setiap minggu dan setiap bulan.

Evaluasi kinerja dilakukan dengan maksud untuk dapat mengetahui dengan pasti apakah pencapaian hasil, kemajuan dan kendala yang dijumpai dalam pelaksanaan rencana kerja dapat dinilai dan dipelajari untuk perbaikan pelaksanaan rencana pembangunan dimasa mendatang. Fokus utama evaluasi diarahkan kepada keluaran (output) dari pelaksanaan rencana kerja.

Berikut rangkuman laporan pelaksanaan kegiatan internal baik kegiatan utama maupun kegiatan pendukung.

2.1.

Kegiatan Utama Subdit Tata Ruang

2.1.1 Koordinasi Perencanaan

Telah diselenggarakan rapat lanjutan ke-3 (tiga) terkait Koordinasi Penyediaan Peta Skala Besar pada tanggal 1 Juni 2015 di Ruang Rapat Pusat Pemetaan Tata Ruang dan Atlas, Badan Informasi Geospasial. Rapat ini bertujuan untuk merumuskan alternatif solusi untuk penyediaan citra satelit tegak beresolusi tinggi dalam rangka penyediaan peta dasar skala 1:5000 untuk penyusunan RDTR. Dalam kesempatan ini, Subdit Tata Ruang Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas telah hadir dan memberikan masukan.

BIG sudah memetakan sebaran lokasi yang akan disusun RDTR dan akan menambahkan Lokpri di Kawasan Perbatasan serta Kawasan Industri Proritas (KIP). Distribusi sebaran lokasi masih terpusat di Pulau Jawa dan juga data yang lebih tua (3-4 tahun) untuk wilayah-wilayah dengan kecepatan perubahan yang lebih lambat. Dana yang dialokasikan untuk penyediaan peta dasar skala besar di Kementerian ATR/BPN sebesar 101 M di tahun 2015. Dana tersebut akan dialokasikan untuk penyediaan Citra Satelit Resolusi Tinggi (CSTR) dan penyediaan foto udara 1:5000. BIG akan menyusun skenario sebagai berikut 40 M untuk pembelian CSTR (2 tahun), 40 M untuk foto udara di KSN dan KIP, dan 20 M untuk pembelian citra CSTR yang lebih tua (3-4 tahun).

Sehubungan dengan hasil trilateral meeting, yang mengindikasikan bahwa penggunaan dana BIG untuk pembelian citra melalui BLU Lapan, dapat kami sampaikan bahwa telah dilakukan konsultasi teknis dengan BPK. Dari hasil konsultasi tersebut diketahui bahwa potensi temuan adalah temuan administratif bukan temuan yang merugikan negara. Selanjutnya, hasil rapat antara BIG dan LAPAN akan dilaporkan oleh BIG kepada Bappenas dan akan dilakukan penyusunan laporan hasil rapat kepada Bapak Deputi Regional.

2.1.2 Kajian Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan

Dengan telah terselenggaranya Simulasi Pelaksanaan Kegiatan FGD di 3 (tiga) Provinsi (Gorontalo, Sumatera Barat, dan Jawa Timur) pada tanggal 27 Mei 2015, untuk selanjutnya

(11)

10 akan dilakukan penyusunan Draft II Materi Teknis. Pembahasan Draft II Materi Teknis diagendakan akan diselenggarakan pada tanggal 10 Juli 2015.

2.1.3 Anugerah Pangripta Nusantara 2015

Subdit Tata Ruang Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, telah menyelenggarakan rapat evaluasi penyelenggaraan kegiatan APN 2015. Rapat diselenggarakan dengan tujuan menghimpun masukan evaluasi pelaksanaan penilaian APN 2015 dan masukan untuk perbaikan kualitas dokumen dan proses penyusunan RKPD Provinsi dan Kabupaten/Kota. Masukan untuk perbaikan kualitas pelaksanaan dan substansi tersebut perlu dilaporkan kepada pemerintah daerah terlebih dahulu. Dalam hal ini, Direktorat TRP perlu melakukan diskusi terkait kegiatan tindaklanjut dari APN dengan Kepala Pusbindiklatren, Bappenas.

2.1.4 Penyusunan Profil Tata Ruang Daerah

Sampai Bulan Juni 2015, penyusunan Profil Tata Ruang Daerah Subdit Tata Ruang belum mengalami kemajuan karena masih perlunya dilakukan perekrutan staf khusus dalam penyusunan buku tersebut. Draft Profil yang telah disusun hingga pada bulan ini masih sama dengan bulan lalu, yaitu Provinsi Kalimantan Barat, Jawa Timur, Jambi, Gorontalo, dan Jawa Tengah. Kurangnya sumber daya manusia dalam pengumpulan profil provinsi menjadi salah satu kendalanya. Untuk mengumpulkan seluruh data daerah perlu dilakukan pengiriman kuisioner ke seluruh provinsi dan penulisan profil provinsi akan dimulai kembali pada Bulan Juli 2015.

2.1.5 FGD Kajian Penyusunan Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana

Tata Ruang dan Rencana Pembangunan

FGD yang dilakukan di 3 (tiga) Provinsi (Gorontalo, Sumatera Barat, dan Jawa Timur) ini bertujuan untuk meningkatkan pehamanan daerah mengenai sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan berdasarkan sinkronisasi di tingkat nasional antara RTRWN dan RPJMN, menjaring masukan dari daerah terhadap draft matek pedoman sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan, dan menguji penggunaan draft matek pedoman sebagai acuan dalam sinkronisasi RTRW Provinsi, RPJMD, serta RKPD yang ada. Dalam pelaksanaannya, FGD ini melibatkan Dit. TRP dan perwakilan Biro Hukum Bappenas sebagai fasilitator (panitia pemandu), serta mengundang peserta level teknis (bukan pejabat struktural) dari beberapa SKPD terkait di masing-masing Provinsi.

Hasil FGD: 1. Gorontalo

a. Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo akan melanjutkan kegiatan integrasi dalam rangka menyusun Revisi RTRW dan RPJMD ke depan.

b. Salah satu langkah nyata pertama yang akan dilakukan oleh Pemda Provinsi Gorontalo dalam upaya sinkronisasi antara RTR dan Rencana Pembangunan Daerah adalah dengan membangun sistem informasi komunikasi terpadu antara data spasial dengan aspasial.

(12)

11 2. Sumatera Barat

a. Mengingat bahwa RTRW Provinsi Sumatera Barat akan melalui Peninjauan Kembali, maka untuk meningkatkan sinkronisasi antara RTRWP-RPJMD-RKPD, Bappeda Provinsi sebaiknya menyelenggarakan forum diskusi kelompok kerja dengan melibatkan seluruh SKPD yang terkait dengan ruang dan melakukan penelaahan terhadap RTRW, RPJMD, dan Renstra SKPD, seperti kegiatan FGD yang telah dilakukan, sehingga substansi RTRW-RPJMD-RKPD dapat sinkron dan sinergis serta lebih dipahami oleh SKPD. Forum diskusi ini sebaiknya melibatkan pula perwakilan Kab./Kota.

b. Provinsi Sumatera Barat sudah pernah melakukan simulasi serupa, namun untuk program yang berbeda.

3. Jawa Timur

a. Kepala Bappeda Provinsi Jawa Timur menyambut baik kegiatan FGD, karena UU Penataan Ruang dan UU Sistem Perencanaan Pembangunan sudah semestinya saling tersinkronisasi.

b. Program yang tertuang dalam RPJMD masih ada yang belum sinkron dengan program dalam RTRW, sehingga menimbulkan persepsi yang berbeda dalam menerjemahkannya.

c. Upaya pengintegrasian/sinkronisasi antara Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan perlu dilakukan dengan hati-hati karena RPJPD dan RPJMD bersifat non-spasial, sedangkan RTRW bersifat spasial. Disamping itu, integrasi antara RPJPD-RPJMD-RTRWP-RKPD terkendala perihal periode dan masa berlaku yang berbeda.

Selanjutnya, akan dilakukan finalisasi Laporan Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan berdasarkan masukan dari kegiatan FGD tersebut.

2.1.6 Selaku Anggota Pokja I BKPRN

Selaku anggota Pokja I BKPRN, Subdit Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan pada 3 (tiga) kegiatan yang diselenggarakan pada Bulan Juni 2015, yaitu:

A. Rapat Pembahasan Penyusunan Rencana Tata Ruang Laut

Dalam penyusunan rencana tata ruang laut diperlukan koordinasi antara Kementerian ATR/BPN dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan terkait dengan pembagian tugas penyusunan Rencana Tata Ruang Laut Nasional (RTRLN) agar tidak menjadi dua dokumen, karena baik Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun Kementerian ATR/BPN menganggarkan dana untuk pembuatan Materi Teknis RTRLN. Dalam hal ini, Direktorat TRP Bappenas perlu memantau eplaksanaan penyusunana RTRLN.

B. Rapat Pembahasan Terkait Tindaklanjut Terbitnya SK Menhut 76/2015 untuk Percepatan Penetapan Ranperda RTRW Provinsi Kepulauan Riau

Saat ini Provinsi Kepulauan Riau belum menetapkan Perda RTRW nya karena terkendala isu kehutanan. Perpres 87/2011 tentang RTR Kawasan Batam-Bintan-Karimun harus diperbaiki, karena terdapat perbedaan antara SK 76/2015 dengan Perpres RTR BBK, dan juga terdapat temuan perbedaan antara rencana pola ruang dan pasal batang tubuh pada Perpres itu sendiri. Terdapat perbedaan koordinat basemap antara peta RBI dan SK Menhut yang sedang diselesaikan BIG, Kementerian LHK,

(13)

12 Kementerian ATR/BPN, dan Pemda Provinsi Kepulauan Riau akan menyelesaikan integrasi SK Menteri LHK 76/2015 ke dalam RTRW provinsi. Apabila kemudian terdapat ketidaksesuaian SK atau keraguan terkait hal-hal spesifik disepakati akan menyurati BKPRN atau Kemen ATR agar dapat dibahas per tematik.

C. Rapat Pembahasan Terkait Konsultasi Pelaksanaan Evaluasi Raperda tentang RTRW Kabupaten Kepulauan Mentawai Tahun 2012-2032

Untuk usulan perubahan kawasan hutan di Kab. Kep. Mentawai sebaiknya menunggu usulan perubahan Provinsi Sumbar pada saat revisi RTRW Provinsi Sumbar tahun 2017, sehingga tidak bersifat parsial. Terkait perubahan kawasan hutan yang luasannya <5 Ha dapat dilimpahkan kepada Gubernur. Selanjutnya, akan disampaikan surat Dirjen Bina Bangda dan Mendagri dan selanjutnya Gubernur menindaklanjuti dengan penerbitan SK Gubernur tentang hasil evaluasi Raperda RTRW Kab. Kep. Mentawai.

2.1.7 Selaku Anggota Pokja II BKPRN

Pada Rapat Fasilitasi Penetapan Ranperda RTRW Provinsi Riau dan Lima Kab/Kota di Provinsi Riaun, Subdit Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan. Dalam kegiatan ini teridentifikasi adanya ketidaksinkronan peta yang dilampirkan oleh Kementerian Kehutanan pada lampiran SK dengan narasi SK Menhut terkait luasan kawasan hutan. Selanjutnya, perlu dilakukan sinkronisasi peta yang dimiliki Kemenhut Pemrov Riau dan BIG. Untuk wilayah konflik yang termasuk kedalam kawasan hutan, dapat dilakukan mekanisme outline dan untuk wilayah konflik yang masuk ke dalam DPCLS maka penyelesaiannya dapat menunggu pembahasan yang dilakukan DPR. Perlu diajukan surat ke Mendagri sehingga dapat diambil keputusan di level politis.

2.1.8 Selaku Anggota Pokja III BKPRN

Dalam perannya sebagai anggota Pokja III BKPRN, Subdit Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan dalam Konsinyasi 1 dan 2 Penyusunan Pedoman Penataan Ruang Berbasis Pengurangan Risiko Bencana. Dalam konsinyasi tersebut, Draft-0 telah tersusun, namun masih perlu dilakukan penyempurnaan. Untuk penyempurnaan Draft-0 dan keterkaitan masing-masing bab, akan dilakukan konsinyasi ke-3.

2.1.9 Selaku Anggota Pokja IV BKPRN

Selaku anggota dalam Pokja IV BKPRN, Subdit Tata Ruang telah melakukan beberapa kegiatan, diantaranya:

1. One Map Policy

Subdit Tata Ruang telah menyusun bahan rapat, menyusun bahan rapat, hadir dan memberikan masukan dalam Rapat Persiapan Pelaksanaan One Map Policy. Skala peta One Map Policy yaitu 1:5.000. Muatan RPerpres ditekankan pada Rencana Aksi (tahapan kegiatan, indikator/target pencapaian, alokasi waktu pengerjaan dan pembagian tugas K/L terkait). Penyelesaian konflik terkait sinkronisasi peta tematik diselesaikan dalam Ratas (Menteri). Selanjutnya akan dibentuk tim sebagai penunjang kinerja BIG.

2. Pembangunan Proyek Infrastruktur

Pada Rapat Pembahasan Peningkatan Kualitas Pengembangan Kawasan Metropolitan Jabodetabekpunjur, belum ada kesimpulan mengenai landasan hukum yang akan digunakan untuk beberapa proyek pembangunan infrastruktur di Kawasan

(14)

13 Jabodetabekpunjur seperti Kanal Cikarang-Bekasi Laut; Terminal Tongkang; Bandara Karawang; Akses ke Bandara Karawang (kereta dan jalan). Dalam hal ini perlu dilakukan pembahasan kembali terkait beberapa proyek pembangunan infrastruktur yang sampai saat ini belum memiliki landasan hukum dalam rencana tata ruang.

3. Pembangunan Pembangkit Listrik

Koordinasi Tata Ruang Dalam Pelaksanaan Program Prioritas Nasional Pengembangan Pembangkit Listrik 35.000 MW yang diselengarakan pada tanggal 30 Juni 2015 di Ruang Rapat Dirjen Tata Ruang Kementerian ATR/BPN, bertujuan untuk membahas permasalahan terkait rencana pembangunan PLTU di Kabupaten Konawe Selatan yang tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Konawe Selatan. Rencana pembangunan PLTU di Kabupaten Konawe Selatan tidak sesuai dengan RTRW Kabupaten Konawe Selatan, dimana pada RTRW Kabupaten Konawe Selatan tidak tercantum rencana pembangunan PLTU, yang tercantum adalah rencana pembangunan PLTP (panas bumi) yang berbeda jauh dengan PLTU. Sementara pada RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara tercantum rencana pembangunan PLTU namun lokasinya di Kota Kendari, bukan di Kabupaten Konawe Selatan (tercantum di batang tubuh, tidak tercantum di peta). Bappenas menyarankan adanya revisi seluruh RTRW untuk mengakomodir Nawacita dan RPJMN 2015-2019, sehingga sebaiknya pembangunan PLTU menunggu selesai proses revisi dan penetapan RTRW Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kabupaten Konawe Selatan sehingga ada landasan hukum dalam pembangunan PLTU tersebut dan tidak menyalahi aturan perundang-undangan.

2.1.10 Workshop Suistainable Cities

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan yang diwakili oleh Subdit Tata Ruang telah hadir dan memberikan masukan dalam Workshop Sustainable Cities yang diselenggarakan pada tanggal 15 Juni 2015 di Ruang Rapat SS 1-2 Bappenas. Dalam workshop ini disampaikan tentang pengembangan kota yang tidak terencana menyebabkan terjadi pemusatan distribusi penduduk di kota dan pengembangan kota yang dilakukan secara amorph/sporadis/sprawl. Konsep-konsep pengembangan kota (kota layak huni, kota hijau dan kota cerdas) harus dapat diintegrasikan dalam pedoman penyusunan RTRW Kota dan RDTR sebagai acuan pengembangan kota secara aspasial serta dilakukan integrasi pada rencana pembangunan kota (RPJMD, RKPD).

2.1.11 Pemaparan Produk-produk Protarih

Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan bekerjasama untuk menyusun konsep pembentukan forum masyarakat madani Tata Ruang. Subdit tata ruang Bappenas telah menyusun bahan paparan rapat. Selanjutnya perlu segera merumuskan exit strategy maupun roadmap program mengingat Program Protarih akan selesai pada Bulan Juli 2015.

2.2.

Kegiatan Utama Subdit Pertanahan

2.2.1 Penyusunan Peraturan Pertanahan Sesuai Amanat QW dan PL

Pembahasan pelaksanaan kegiatan penyusunan peraturan pertanahan sesuai dengan amanat QW dan PL telah terselenggara, namun Pusat Hukum Kementerian ATR/BPN masih bingung terkait kelebihan adanya alokasi anggaran. Selanjutnya, akan dilakukan

(15)

14 pembahasan dengan Ditjen Anggaran Biroren Kemen ATR/BPN untuk mendapatkan revisi anggaran 2015.

2.2.2 Penyusunan RKP 2016 Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN

Dalam penyusunan RKP Kementerian ATR/BPN telah dilakukan beberapa kegiatan, yaitu 1) Trilateral Meeting Tahap I RKP Kementerian ATR/BPN. Rancangan awal RKP 2015 telah tersusun dan untuk selanjutnya akan dilakukan trilateral meeting lanjutan; 2) Rakorbangpus RKP 2016. Pada Rakorbangpus tersebut telah dilakukan penyampaian pagu indikatif RKP 2016. Adanya perbedaan pagu indikatif yang disampaikan Bappenas dan DJA menjadi kendala dalam kegiatan ini. Selanjutnya, akan dilakukan pembahasan dalam trilateral meeting menggunakan pagu yang disusun oleh Bappenas; 3) Trilateral Meeting Tahap II RKP 2016. Trilateral meeting tahap II ini membahas tentang dokumen kesepakatan tiga pihak dengan lampiran alokasi pagu anggaran. Sampai saat ini dokumen kesepakatan trilateral meeting tersebut masih belum ditandatangani oleh Ditjen Anggaran Kementerian Keuangan; 4) Pengisian Aplikasi Renja K/L 2016. Aplikasi Renja K/L masih belum disusun dan saat ini masih menunggu jadwal pengisian aplikasi Renja K/L.

2.2.3 Koordinasi Sosialisasi Adat Ulayat dengan Direktorat Otonomi Daerah

dan KKDT

Telah diselenggarakan Rapat Koordinasi Teknis terkait Pelaksanaan Sosialisasi Tanah Adat Ulayat pada tanggal 29 Mei 2015 di Ruang Rapat SG-3. Hingga saat ini, kesepakatan pendanaan kegiatan sosialisasi belum dapat dibiayai dari dana hibah karena proses pengajuan dana hibah belum dilakukan. Pendanaan hanya bersumber dari APBN (RAN) sehingga kegiatan difokuskan pada sosialisasi bukan pendampingan penyusunan Perda tanah adat/ulayat. Selanjutnya, akan dilakukan penyusunan bahan sosialisasi tanah adat ulayat.

2.2.4 Koordinasi Penyepakatan Nomenklatur Kementerian ATR/BPN

Pada Trilateral Meeting Perubahan Nomenklatur Kementerian ATR/BPN, program, kegiatan dan indikatornya telah disesuaikan dengan Perpres pembentukan Kementerian ATR/BPN. Sampai saat ini belum adanya pengesahan SOTK Kementerian ATR/BPN. Selanjutnya, akan dilakukan pembahasan nomenklatur kegiatan Tahun 2016 pada hari Jumat, 10 Juli 2015.

2.2.5 Penyusunan Profil Pertanahan

Dalam kegiatan pengumpulan data dan informasi pertanahan, Subdit Pertanahan Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melakukan evaluasi laporan profil pertanahan yang telah disusun dan mengumpulkan data dan infromasi terkait pertanahan. Dikarenakan belum seluruh provinsi mengumpulkan data pertanahan, Subdit Pertanahan akan melakukan konfirmasi dengan menghubungi Kanwil terkait pengumpulan data dan informasi pertanahan.

(16)

15

2.2.6 Perpres Reforma Agraria

Pada Pembahasan Draft Perpres Reforma Agraria akan disampaikan tentang perbaikan draft tersebut. Draft Perpres Reforma Agraria pada saat ini masih belum memuat substansi yang dibutuhkan sehibgga perlu pembahasan lebih lanjut terkait penyusunan draft Perpres Reforma Agraria.

2.3.

Kegiatan Utama Subdit Informasi dan Sosialisasi

2.3.1 Strategi Komunikasi

Pada Bulan Juni 2015 telah dilakukan Rapat Koordinasi Internal sebagai finalisasi dan penerapan stratkom TRP. Subdit Infosos telah melakukan penyusunan draft outline strategi komunikasi dan Bab I Pendahuluan, namun dikarenakan adanya keterbatasan waktu untuk menyusun, penyusunan bab per bab akan dilanjutkan pada Bulan Juli 2015.

2.3.2 Pengelolaan Media Informasi dan Sosialisasi TRP

Dit. TRP memiliki 4 (empat) media informasi dan sosialisasi elektronik, yaitu : 1) Portal TRP (tataruangpertanahan.com); 2) Situs internet TRP (trp.or.id). Berita dalam situs TRP diperbaharui setiap hari; 3) Milis TRP, dan 4) FB TRP. Kegiatan rutin dalam pengelolaan media ini adalah penambahan konten, perbaikan sistem, penambahan menu, dan evaluasi. Berikut data statistik perkembangan jumlah kunjungan Situs TRP:

Tabel 1. Statistik Situs TRP (trp.or.id) Month Unique visitors Number of visits Pages Jan-15 282 354 511 Feb-15 234 293 525 Mar-15 674 844 1.312 Apr-15 731 925 1.694 Mei-15 1.301 1.459 1.975 Juni-15 984 1.153 1.572

Tabel 2. Statistik Pengunjung Portal (tataruangpertanahan.com) Month visitors Unique Number of visits Pages

Jan-15 1.848 2.195 6.332 Feb-15 1.742 2.110 6.220 Mar-15 2.430 2.864 7.752 Apr-15 2.521 2.887 7.951 Mei-15 3.000 3.340 7.528 Juni-15 3.747 4.140 8.539

(17)

16 Gambar 1. Statistik Website (www.trp.or.id)

Gambar 2. Statistik Portal (tataruangpertanahan.com)

Berdasarkan data statistik diatas, pada Bulan Juni 2015, jumlah pengunjung Situs TRP mengalami penurunan dari bulan sebelumnya. Pada Bulan Mei 2015, jumlah pengunjung situs TRP mencapai 1.459 Pengunjung, sedangkan di Bulan Juni jumlah pengunjung turun menjadi 1.153 Pengunjung. Lain hal dengan keadaan Portal TRP yang mengalani kenaikan, pada Bulan Mei 2015 pengunjung sekitar 3.340 Pengunjung dan mengalami kenaikan pada Bulan Juni 2015 menjadi 4.140 Pengunjung. Untuk menghadapi kenaikan dan penurunan yang terjadi pada situs dan portal TRP, Subdit Infosos TRP telah melakukan pengelolaan dan updating seluruh media informasi TRP dan untuk penginformasian berita di situs sudah menggunakan hyperlink ke bahan-bahan terkait.

2.3.3 Sosialisasi RPJMN 2015-2019 TRP

Pada bulan ini sedang dilakukan penyusunan sosialisasi lanjutan yang rencananya akan diselenggarakan di NTT pada Bulan Agustus 2015. Diharapkan pada kegiatan tersebut

(18)

17 dapat tersosialisasikannya RPJMN 2015-2019 TRP dan stakeholders di daerah dapat memahami RPJMN 2015-2019 TRP.

2.3.4 Buletin TRP

Pada Bulan Juni 2015, Subdit Infosos Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan telah melakukan finalisasi materi dan editing untuk buletin TRP Edisi I/2015. Lambatnya penerimaan materi terutama untuk artikel dari narasumber menjadikan bahan baru akan masuk dalam daftar layout.

2.3.5 Pembangunan Manajemen Pengetahuan Bidang TRP

Dalam memajukan Manajemen Pengetahuan Bidang TRP, Subdit Infosos akan melakukan kegiatan serial diskusi internal mengenai public speaking dengan materi tentatif yang diagendakan pada Bulan Agustus 2015. Selain itu, masih pada Bulan Agustus 2015, Subdit Infosos juga akan melakukan survei best practice KM ke Yayasan Bakti untuh memperoleh best practice KM di Yayasan Bakti yang dapat direplikasi pada KM. Agenda ini sudah diagendakan pada bulan sebelumnya namun sampai saat ini belum dapat terlaksana dikarenakan adanya keterbatasan waktu dalam penjadwalan kunjungan.

2.3.6 Kajian Risiko Kebencanaan SCDRR 2015

Pada tanggal 30 Juni 2015 telah diselenggarakan konsinyasi lanjutan untuk menyusunan pedoman tata ruang berbasis kebencanaan. Dalam pertemuan tersebut telah dibentuk tim kerja untuk melakukan penyusunan dan penentuan kelompok penulisan draft pedoman. Khusus untuk Kelompok 1 (Dit. TRP sebagai anggota) akan merinci tabel tugas dari masing-masing kementerian dalam mengimplementasikan penataan ruang berbasis PRB. Selanjutnya, akan dilakukan Konsinyasi ke-3 pada Minggu ke-4 Juli untuk memfinalisasi Draft-0 Pedoman Penataan Ruang berbasis Pengurangan Risiko Bencana.

2.4.

Kegiatan Utama Sekretariat Badan Koordinasi Penataan Ruang Nasional

2.4.1 Penyusunan Kajian: Review Kelembagaan BKPRN

Pada tanggal 8 Juni 2015 telah diselenggarakan FGD Penajajakan Ekspektasi peran BKPRN dengan BKPRD di Provinsi Kalimantan Timur. Dalam kegiatan ini diharapkan dapat mengetahui ekspektasi BKPRD terhadap pelaksanaan dan harapan peran BKPRN kedepan. Pada FGD yang telah berlangsung tersebut diketahui bahwa BKPRN belum berfungi secara optimal terutama dalam menyerasikan peraturan perundangan sektoral. Mengingat penataan ruang membutuhkan koordinasi lintas K/L, kelembagaan BKPRN masih dibutuhkan, dengan Menteri PPN sebagai ketua. Hasil dari FGD ini akan diolah sebagai bahan rapat review kelembagaan BKPRN ditingkat Menteri.

2.4.2

Fasilitasi Mediasi: Rapat Koordinasi BKPRN terkait Pembahasan

Implikasi Pemberlakuan UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah terhadap Penyelenggaraan Penataan Ruang

Tujuan diselenggarakannya rapat koordinasi ini adalah untuk mengidentifikasi implikasi dari UU No. 23 Tahun 2014 terhadap penyelenggaraan penataan ruang. Implikasi terhadap penyelenggaraan penataan ruang yaitu penarikan kewenangan pengelolaan wilayah pesisir

(19)

18 dan pulau-pulau kecil dari Pemerintah Kab/Kota ke Pemerintah Provinsi, penyusunan RDTR perbatasan menjadi kewenangan Pemerintah Pusat dan persetujuan Raperda RDTR Kab/Kota harus sampai pada tingkat Menteri (Kementerian dalam Negeri berkoordinasi dengan Menteri ATR). Selanjutnya, akan dilakukan pemantauan tindaklanjut dalam menyikapi implikasi pemberlakuan UU No. 23 Tahun 2014 yang dilakukan oleh K/L terkait: 1) KKP (revisi Permen KKP terkait; penyusunan dan penerbitan SE petunjuk kepada Pemda); 2) BNPB (memfasilitasi penyiapan bahan bagi Presiden dalam memutuskan pendelegasian kewenangan penyusunan RDTR; memfasilitasi pembahasan dan penyepakatan dasar hukum RDTR perbatasan); dan 3) Kemendagri ( merevisi Permendagri terkait).

2.4.3

Penyusunan Laporan: Kegiatan BKPRN Semester 1/2015

Pada kegiatan ini BKPRN telah melakukan penyusunan outline dan garis besar laporan kegiatan BKPRN semester 1/2015, dan pengumpulan bahan dan data kemajuan pelaksanaan agenda kerja BKPRN 2014-2015. Dalam pengimpunan bahan dan data kemajuan tersebut, hanya Kementerian Kelautan Perikanan dan Kementerian ATR/BPN yang telah menyampaikan data. Selanjutnya, BKPRN akan melakukan konfirmasi dengan menghubungi K/L yang belum menyampaikan data.

2.4.4

Pembahasan Draft Awal Pedoman Penyelenggaraan Rakernas BKPRN

2015

Pada tanggal 4 Juni 2015, Sekretariat BKPRN menyelenggarakan rapat pembahasan draft awal pedoman penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2015. Tujuan dari rapat ini adalah untuk melakukan pembahasan draft awal sebagai pedoman penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2015. Rakernas BKPRN 2015 diagendakan akan dilaksanakan pada akhir Bulan Agustus 2015 di Jakarta dengan tema yang masih akan diusulkan dalam rapat selanjutnya. Pemilihan tema diperkecil dengan alasan bahwa dalam penyusunan kata-kata akan lebih mudah.

2.4.5

Konsultasi Terkait dengan RTR KSP

Pada tanggal 30 Juni 2015, di Hotel Akmani, Sekretariat BKPRN menyelenggarakan rapat dalam rangka memperkenalkan produk Program Tata Ruang dan Investasi Hijau (Protarih) yang telah berjalan lebih dari dua tahun di Provinsi Papua dan akan berakhir pada akhir Bulan Juli 2015. Protarih merupakan program kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris yang merupakan representasi komitmen kedua pemerintah untuk menurunkan dampak perubahan iklim dengan cara menjaga tutupan hutan.

Protarih berfokus pada dukungan kebutuhan provinsi Papua dalam Implementasi Perda No. 23 Tahun 2013 tentang RTRW Provinsi Papua tahun 2013-2033, khususnya untuk pemenuhan mandat utamanya yaitu mempertahankan kawasan hutan Papua sebesar 90% sampai tahun 2033 dan mewujudkan visi 100 tahun Papua untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat Papua secara berkelanjutan.

Program Tata Ruang dan Investasi Hijau yang merupakan kerjasama antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Inggris yang berjalan di Provinsi Papua dirasa bermanfaat dalam pembangunan Provinsi Papua karena dalam pembangunannya memahami dengan baik

(20)

19 kondisi sosial-ekologi-ekonomi kampung melalui belajar bersama pemerintah dan masyarakat serta mendorong inisiatif dan keterlibatan masyarakat dalam memahami ruang hidup.

2.4.6

Pengembangan Sistem Informasi Terpadu

Keterlibatan BKPRN dalam Pameran Perencanaan Pambangunan Nasional sebagai rangkaian acara dari Musrenbangnas 2015 telah melakukan sosialisasi BKPRN melalui media publikasi dan penyebaran kuisioner. Selanjutnya, BKPRN perlu melakukan pengembangan media komunikasi bidan penataan ruang dengan target penggunaan sistem e-BKPRN oleh seluruh K/L Anggota BKPRN pada saat ini masih tertunda karena kurangnya komitmen untuk menggunakan e-BKPRN dan adanya perubahan SOTK. Dalam hal ini perlu dilakukan review penggunaan dan kebutuhan e-BKPRN setelah finalisasi SOTK yaitu sekitar Bulan Oktober atau November 2015. Untuk pengembangan media publikasi bidang penataan ruang, BKPRN telah melakukan pemutakhiran data informasi melalui web dan milis BKPRN.

2.5.

Kegiatan Utama Sekretariat Reforma Agraria Nasional (RAN)

2.5.1

Program Agraria Daerah Provinsi Kalimantan Timur

Sekretariat RAN telah menyusun bahan persiapan koordinasi kegiatan pra-sertipikasi program agraria daerah provinsi Kalimantan Timur TA. 2016, namun kendala kegiatan ini adalah belum semua daerah siap melaksanakan Pra-Sertipikasi PRODA Kaltim TA. 2016. Sekretariat RAN perlu melakukan koordinasi lebih lanjut pada minggu pertama Juli, terkait status kesiapan daerah dan target Pra-Sertipikasi PRODA Kaltim TA.2016. dalam koordinasi pelaksanaan sertipikasi PRODA TA 2016 pun masih ditemui permasalahan teknis, seperti pedoman teknis, juru ukur, dan keuangan. Untuk menyelesaikan kendala tersebut, sekretariat RAN akan berkoordinasi dengan Bappeda Kaltim terkait exit strategy yang dippilih terhadap masalah yang dihadapi.

2.5.2

Publikasi dan Sosialisasi Reforma Agraria Nasional

Dalam pembuatan Majalah Agraria Indonesia Edisi II, Sekretariat RAN telah melakukan penyusunan sebesar 80 persen. Rubrik Kajian dan Fokus pada saat ini masih dalam pengerjaan. ISSN untuk MAI belum keluar dari LIPI. Ditargetkan penyusunan dan publikasi Majalah Agraria Indonesia Edisi II akan selesai dan siap cetak pada Bulan Juli 2015.

2.5.3

Kebijakan Pendaftaran Tanah Stelsel Positif

Dalam Kebijakan Pendaftaran Tanah Stelsel Positif, Sekretariat RAN akan mengagendakan kembali penyepakatan bahan sosialisasi dan pelaksanaan sosialisasi tanah adat ulayat yang sebelumnya telah diagendakan pada Bulan Juni 2015 namun terkendala terkait Permen ATR No. 9/2015 yang menyatakan bahwa Bappenas tidak setuju dengan perubahan status tanah, sehingga menjadikan pelaksanaan sosialisasi ke Provinsi Kalimantan Barat pun belum dapat terselenggara. Penyepakatan bahan sosialisasi dan pelaksanaan sosialisasi tanah adat ulayat tersebut diagendakan terselenggara pada Bulan Juli 2015.

(21)

20

2.6

Review Anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bulan Mei 2015

Pada Bulan Juni 2015, beberapa kegiatan yang telah dilakukan oleh Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan antara lain adalah: (a) FGD Kajian Sinkronisasi Rencana Tata Ruang dan Rencana Pembangunan di Provinsi Gorontalo, Sumatera Barat dan Jawa Timur, (b) FGD Penjajakan Ekspektasi Peran BKPRN di Provinsi Kalimantan Timur, (c) Pemantauan dan Evaluasi Bidang Tata Ruang dan Pertanahan ke Provinsi Kalimantan Tengah dan Jawa Tengah, (d) Rapat koordinasi pembahasan Draft Awal Pedoman Penyelenggaraan Rakernas BKPRN 2015, (e) Pembahasan Pedoman Penataan Ruang berbasis PRB bersama ATR dan BNPB, (f) Penyusunan Majalah Agraria Indonesia Edisi II, dan (g) Kegiatan rutin update media informasi dan media sosialisasi TRP, dan penerbitan e-Newsletter Mei 2015 dan penyusunan e-Newsletter Juni 2015.

Realisasi penyerapan anggaran Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan hingga akhir Bulan Juni 2015 adalah 35% (persen) atau sebesar Rp. 1.579.110.920,-. Rincian realisasi angka tersebut adalah dari pelaksanaan kegiatan: (i) Perencanaan sebesar 35%, (ii) Pemantauan dan Evaluasi sebesar 25%, (iii) Kajian sebesar 43%, (iv) Koordinasi Strategis BKPRN sebesar 43%, (v) Koordinasi Strategis RAN sebesar 22%, (vi) Knowledge Management (KM) sebesar 19%, dan (vii) Penelaahan Renstra K/L sebesar 67%.

Realisasi ini dilakukan melalui TUP, UP, dan LS antara lain untuk Belanja Perjalanan Dinas, Belanja Bahan Rapat terutama rapat koordinasi Sekretariat BKPRN, Honorarium Bulanan, Belanja Jasa Konsultan dan Belanja Jasa Lainnya untuk Bulan Juni 2015. Berikut merupakan diagram rencana dan realisasi penyerapan anggaran Direktorat TRP sampai dengan akhir Bulan Juni 2015:

Gambar 3. Rencana dan Realisasi Penyerapan Anggaran Direktorat TRP Bulan Juni 2015

(22)

21

BAB III

KEGIATAN EKSTERNAL

Pada bab ini dijelaskan ulasan singkat mengenai partisipasi Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan oleh pihak eksternal direktorat, baik oleh unit kerja/unit organisasi di lingkungan Kementerian PPN/Bappenas ataupun kementerian/lembaga lain, pada Bulan Juni 2015. Kegiatan ini dihadiri secara langsung oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan atau didisposisikan ke Kepala Sub Direktorat maupun Staf.

3.1

FGD Kajian Penyusunan Materi Teknis Pedoman Sinkronisasi Rencana

Tata Ruang dan Rencana Pembangunan

Rapat yang dipimpin oleh Kasubdit Informasi dan Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, diselenggarakan di Ruang Rapat Bappeda Provinsi Gorontalo pada tanggal 4 Juni 2015. FGD ini dihadiri oleh Perwakilan Direktorat TRP Bappenas, Perwakilan Bappeda Provinsi Gorontalo, Tim Tenaga Ahli Kajian terkait, Perwakilan SKPD Provinsi Gorontalo. Tujuan diselenggarakannya FGD ini adalah 1) meningkatkan pemahaman daerah mengenai rencana tata ruang dan rencana pembangunan berdasarkan sinkronisasi di tingkat nasional antara RTRWN dan RPJMN; 2) menjaring masukan dari daerah terhadap draft matek pedoman sinkronisasi rencana tata ruang dan rencana pembangunan; (3) menguji penggunaan draft matek pedoman sebagai acuan dalam sinkronisasi RTRW Provinsi, RPJMD, dan RKPD yang ada.

Dalam pelaksanaan upaya sinkronisasi antara RTRWP-RPJMD-RKPD, Bappeda Provinsi sebaiknya membentuk forum diskusi kelompok kerja seperti kegiatan simulasi FGD yang dilakukan, sehingga substansi RTRW-RPJMD-RKPD dapat dibahas secara langsung. Bappeda Provinsi Gorontalo perlu melakukan upaya sosialisasi muatan RTRWP bagi seluruh SKPD dalam rangka meningkatkan pemahaman SKPD terhadap RTRWP. Dalam hal ini, Kepala Bappeda Provinsi Gorontalo akan melanjutkan kegiatan integrasi dalam rangka menyusun Revisi RTRW dan RPJMD ke depan. Salah satu langkah nyata pertama yang akan dilakukan oleh Pemda Provinsi Gorontalo dalam upaya sinkronisasi antara RTR dan Rencana Pembangunan Daerah adalah dengan membangun sistem informasi komunikasi terpadu antara data spasial dengan aspasial.

3.2

Sosialisasi Lembaga Penyediaan Tanah (Bank Tanah)

Rapat sosialisasi yang diselenggarakan pada tanggal 5 Juni 2015 di Operation Room, Kementerian ATR/BPN diselenggarakan dalam rangka persiapan bagi Kementerian ATR/BPN dalam menyiapkan peraturan perundangan terkait pembentukan lembaga penyediaan tanah (bank tanah).

Beberapa hal penting yang disampaikan dalam rapat:

1. Berdasarkan arahan kebijakan dalam RPJMN, tahun 2015 Kementerian ATR/BPN harus menyusun Perpres Pembentukan Lembaga Penyediaan Tanah.

2. Salah satu yang ditekankan oleh DPR pada rapat dengar pendapat adalah Kementrian ATR/BPN perlu menyediakan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum.

(23)

22 3. Diusulkan agar istilah yang digunakan jangan bank tanah (land bank) tetapi diubah

menjadi Lembaga Penyediaan Tanah.

4. Prinsip-prinsip bank tanah (land bank) harus mengacu pada nilai tanah (value of land) seperti nilai sosial, ekologi, agama dan sebagainya bukan hanya nilai ekonomi. Nilai tanah tersebut harus menjadi konsideran dalam pembentukan lembaga penyediaan tanah tersebut. Nilai-nilai tersebut, perlu menjadi inspirasi dalam pembentukan lembaga penyediaan tanah.

5. Hal-hal yang diusulkan terkait dengan rencana pembentukan lembaga penyediaan tanah, antara lain: perlu mensinkronkan dengan peraturan perundangan terkait dengan penyediaan tanah, BLU harus dilakukan oleh tenaga yang profesional, Perlu mensinkronkan pengadaan tanah dengan rencana tata ruang.

6. Kementerian ATR/BPN perlu menyusun Perpres sebagai payung hukum pembentukan BLU bank tanah.

3.3

Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pemberantasan dan Pencegahan Korupsi

2015 Kementerian ATR/BPN

Rapat yang dipimpin oleh Kasubdit Analisa Peraturan Perundang-undangan Daerah, Bappenas pada tanggal 8 Juni 2015, bertujuan untuk mengisi kelengkapan lampiran Inpres No. 7/2015 tentang Aksi Pencegahan dan Pemberantasan Korupsi (PPK) Tahun 2015 terkait rencana aksi PPK Kementerian ATR/BPN. Kegiatan BPN yang disepakati menjadi target dalam Renaksi PPK Tahun 2015 sebanyak 9 aksi terdiri dari 6 aksi teknis dan 3 aksi generik. Aksi teknis merupakan kegiatan yang sifatnya mendukung layanan pertanahan yang dilakukan oleh BPN. Untuk kegiatan generik yang sifatnya transparansi dan akuntabilitas dalam mekanisme pengadaan barang dan jasa, Optimalisasi Pelaksanaan Whistle Blowing System (WBS) dan jaminan perlindungan terhadap Whistle Blower/Pelapor yang terintegrasi di Kementerian/Lembaga, dan penyampaian data dan informasi yang berkaitan dengan perpajakan dari kementerian, lembaga, dan instansi pemerintah telah dilakukan pembahasan tersendiri oleh K/L terkait. Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas perlu turut memantau pelaksanaan target-target yang telah disepakati dalam Reaksi PPK BPN tersebut pada B07, B09, B12.

3.4

Konsinyasi ke-1 Penyusunan Pedoman Penataan Ruang Berbasis

Pengurangan Risiko Bencana

Rapat ini dipimpin oleh Bapak Doni dari Kementerian ATR dan dihadiri oleh perwakilan dari BNPB, Bappenas, Kementerian ATR, dan UNDP-SCDRR. Rapat yang diselenggarakan pada tanggal 9 Junu 2015 di Hotel Novotel, Bogor ini membahas standar penataan ruang di kawasan rawan bencana/SPR KRB (Gempa Bumi, longsor, Tsunami, Latusan Gunung Api, Banjir, Kekeringan) menjadi “bass” penyatuan, sedangkan materi 3 (tiga) pedoman lainnya menjadi pelengkap. Judul pedoman hasil penyatuan tersebut adalah “Pedoman Penataan Ruang Berbasis Pengurangan Risiko Bencana (P2R-PRB). Penyusunan pedoman dibagi menjadi ke dalam 2 kelompok kerja, Dit. TRP termasuk ke dalam kelompok kerja 1 untuk membahas sub-bab I dan IV. Selanjutnya, akan diadakan workshop III yang diagendakan tentatif pada tanggal 22-25 Juni 2015 untuk melakukan melakukan pembahasan materi pedoman RTR berbasis PRB (berdasarkan hasil pembahasan dari Workshop II) secara lebih rinci.

(24)

23

3.5

Rapat Koordinasi Tim Pokja Geopark Kaldera Toba

Rapat Koordinasi Tim Pokja Geopark Kaldera Toba diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 2015 di The Hill Hotel, Sibolangit, Sumatera Utara. Saat ini Geopark Kaldera Toba berstatus sebagai Geopark Nasional, yang diharapkan pada tahun 2015 ini dapat masuk sebagai Global Geoparks Network. Tujuan rapat ini adalah membahas kesiapan Tim Pokja Geopark Kaldera Toba (dibentuk dengan Keputusan Gubernur) untuk menerima kunjungan perwakilan dari Unesco (Prof. Setsuya Nakada and Wesley Hill) tanggal 8-11 Juli 2015 ke Danau Toba untuk melakukan asesmen kelayakan Geopark Kaldera Toba menjadi Global Geoparks Network.

Untuk mempersiapkan agar layak menjadi Global Geoparks Network, setelah adanya kunjungan asesor, kedepannya harus disusun guide book, yang berisi program-program yang akan dilakukan (terutama untuk infrastruktur) dan rencana pengelolaannya. Pada kesempatan yang ada, disampaikan oleh TRP Bappenas bahwa telah ditetapkan Perpres No. 81/2014 tentang RTR Kawasan Danau Toba dan Sekitarnya yang secara delineasi maupun substansi telah meng-cover kebutuhan tersebut.

Selanjutnya, masterplan dan program-program renaksi Geopark Kaldera Toba dapat mengacu kepada RTR Kawasan Danau Toba (yang secara tusi merupakan kewenangan Kementerian ATR), tidak lagi menyusun dari awal. Masterplan dapat mengacu pada rencana struktur ruang dan rencana pola ruang, sementara program renaksi dapat mengacu pada indikasi program 5 tahunan, dengan penyesuaian yang dibutuhkan. Tim Pokja Geopark Kaldera Toba akan menerima kehadiran tim asesor dari Unesco (Prof. Setsuya Nakada and Wesley Hill) tanggal 8-11 Juli 2015 ke Danau Toba.

3.6

Pembahasan Percepatan Pengembangan Bandara di Wilayah Jakarta dan

Sekitarnya

Rapat yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian pada tanggal 9 Juni 2015 di Hotel Alila, Jakarta, dihadiri oleh Direktur Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas. Pertemuan dihadiri oleh perwakilan K/L dan BUMN terkait.

Beberapa fakta yang mengemuka diantaranya:

 Hanya sekitar 4% dari pengguna Bandara Soetta yang berpindah ke Bandara Kertajati;

 Saat ini Bandara Soetta sedang membangun Runway 3, sementara Bandara Kertajati dalam penyelesaian;

 Pemerintah Kota Bandung sedang merencanakan mengembangkan Aerocity;

 Rencana kereta Bandara sedang dilakukan perubahan jalur menjadi Gambir ke Soeta;

 Perkembangan terbaru adalah adanya rencana pembangunan LRT masuk bandara Soeta.

Adanya koordinasi yang tidak jelas, sehingga ditengarai sinergi antarmoda tidak terjadi. Setiap K/L dan BUMN membawa rencana masing-masing. Untuk itu perlu disepakati segera Rencana Transportasi Terpadu Jabodetabekjur sebagai bagian dari RTR Jabodetabekpunjur. Diusulkan oleh Dit. TRP dan disepakati agar (i) seluruh rencana disampaikan kepada

(25)

24 Kemenko Perekonomian yang mencakup kegiatan, lokasi, target waktu, biaya dll. (ii) seluruh rencana tersebut dipetakan pada peta dengan skala yang sama

3.7

Pembahasan Tata Cara Pengisian Laporan Harta Kekayaan Aparatur

Sipil Negara (LHKASN)

Rapat diselenggarakan pada tanggal 10 Juni 2015 di Ruang Rapat SS-3 Bappenas. Rapat ini bertujuan untuk sosialisasi pengisian Laporan Harta Kekayaan Aparatur Sipil Negara oleh BPKP dan Kemen PAN dan RB kepada pegawai Kementerian PPN/Bappenas. LHKSN wajib diisi oleh seluruh ASN selain yang berkewajiban mengisi LHKPN. Saat ini dilingkungan Kementerian PPN/Bappenas yang diwajibkan mengisi LHKSN adalah Eselon III, IV dan fungsional perencana utama dan madya. Kemudian pada tahap berikutnya seluruh pegawai Kementerian PPN/Bappenas diwajibkan mengisi LHKSN.

LHKSN dimaksudkan untuk melihat kewajaran harta kekayaan yang dimiliki oleh ASN. Disamping itu, LHKSN sebagai upaya mewujudkan ASN yang bersih dari KKN, serta bentuk transparansi ASN. LHKSN hampir sama dengan laporan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) namun berbeda subyek pelapornya, tujuan penyampaian laporannya, pengelolaan serta waktu penyampaiannya. Pagawai yang diwajibkan mengisi LHKSN, harus mengisi melalui aplikasi sebelum tanggal 30 Juni 2015.

3.8

Panja RKP 2016

Pada tanggal 10 Juni 2015, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan yang diwakili oleh Kasubdit Tata Ruang, hadir dalam rapat Panja RKP 2016 dengan tema Pemerataan yang diselenggarakan di RR Komisi XI, Nusantara I, DPR RI. Pembahasan dimulai dengan presentasi dari: (1) Deputi Bidang Kemiskinan, Ketenagakerjaan dan Usaha Kecil Menengah tentang Pemerataan Antargolongan Pendapatan; (2) Deputi Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah tentang Pemerataan Antarwilayah; dan (3) Deputi Bidang Politik, Hukum, Pertahanan dan Keamanan tentang Kondisi Perlu. Pokok-pokok pertanyaan yang berkaitan dengan Bidang TRP secara khusus dan Bidang Pengembangan Regional dan Otonomi Daerah secara umum adalah:

1. Pembebasan lahan milik Perhutani yang akan digunakan untuk negara, harus tukar menukar lahan. Sampai dengan saat ini, pengadaan tanah menjadi hambatan utama jalan lintas selatan tidak bisa dibangun. Bupati susah mendapatkan izin dari Kementerian Kehutanan. Perlu rancangan regulasi agar pembangunan tidak terhambat masalah pengadaan tanah;

2. Prioritas pembangunan bagi pulau-pulau terluar di perbatasan;

3. Prioritas pembangunan perlu dipilih antara pengembangan perkotaan atau perdesaan;

4. Penyesuaian RPJMD dengan RPJMN agar daerah ikut serta berupaya mencapai sasaran nasional.

Selanjutnya, akan dilakukan pembahasan di Tim Perumus dan pernulisan langsung perbaikan didalam dokumen RAPBN.

(26)

25

3.9

FGD Kriteria Kesiapan Rencana Kegiatan yang Dibiayai Pinjaman Luar

Negeri

FGD dilaksanakan pada tanggal 10 Juli 2015 di Hotel Aryaduta, Jakarta, untuk mendapatkan masukan dari peserta terhadap hasil kajian terkait dengan penilaian kriteria kesiapan kegiatan yang dibiayai pinjaman luar negeri. Pelaksanaan pinjaman luar negeri meliputi beberapa tahapan yang melibatkan K/L terkait (K/L, Bappenas dan Kemenkeu). Tahapan tersebut meliputi: perencanaan kegiatan, peningkatan kesiapan kegiatan, pemenuhan kesiapan kegiatan, negosiasi dan perjanjian pinjaman luar negeri, dan pelaksanaan kegiatan. Penyusunan kriteria kesiapan kegiatan (readiness criteria) dilakukan untuk mengidentifikasi kesiapan rencana proyek sehingga dapat diantisipasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi pelaksanaan proyek tersebut. Namun demikian seringkali dalam pelaksanaan proyek seringkali terkendala karena proses pengadaan tanah dan adanya proses politik (perubahan kebijakan kepala daerah), dan sebagainya. Selanjutnya, Direktorat Pendanaan Luar Negeri Multilateral, Bappenas akan menyelenggarakan FGD lanjutan pada tanggal 15 Juni 2015.

3.10

Kolokium Hasil Kegiatan Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi

Lingkungan Tahun 2014

Kegiatan ini diselenggarakan dengan tujuan untuk memaparkan hasil kegiatan/penelitian yang dilakukan oleh Pusat Sumber Daya Air Tanah dan Geologi Lingkungan, Badan Geologi di tahun 2014. Pemaparan dilakukan pada tanggal 10 Juni 2015 di Auditorium Badan Geologi, Bandung, terdiri dari 3 sesi, dengan kategori Sumber Daya Air Tanah; Geologi Lingkungan; dan Geologi Teknik. Beberapa hal yang didapat terkait tata ruang antara lain:

a. Karakteristik geologi suatu kota/kabupaten dapat membantu dalam penentuan kawasan peruntukan dalam pola ruang RTRW serta mengantisipasi kebutuhan lahan dalam pengembangan wilayah;

b. Penentuan pola ruang RTRW baiknya memperhatikan zona resapan air, dimana kawasan dengan potensi resapan air sedang/tinggi baiknya difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau. Bila terdapat kawasan terbangun pada zona resapan air sedang maupun tinggi maka perlu dilakukan penyesuaian sehingga fungsi resapan di kawasan tersebut tidak menghilang;

c. Pengalihan fungsi kawasan pertambangan perlu memperhatikan karakteristik geologi, antara lain morfologi/topografi, tanah/batuan, keairan, serta potensi kebencanaan.

3.11

Rapat Koordinasi IGT Ke-2

Rapat koordinasi yang diselenggarakan pada tanggal 10 Juni 2015 di Hotel Bidakara, terfokus pada persetujuan pembentukan wali data bagi beberapa Kementerian/Lembaga, adapun terkait dengan bidang tata ruang dan pertanahan, Kementerian Agraria dan Tata Ruang menjadi wali data untuk penggunaan lahan dan masyarakat hukum adat. Dalam pembagian tugas sebagai walidata terdapat beberapa hal yang perlu ditelaah lebih lanjut, salah satunya adalah terkait dengan penunjukan Kementerian ATR/BPN sebagai walidata masyarakat hukum adat, dan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sebagai walidata wilayah adat. Perlu diperjelas seperti apa pembagian tugas dan fokusnya. Selain dilakukan pembahasan terkait dengan walidata, dilakukan juga pembahasan terkait dengan one map policy, dimana direncanakan akan dibentuk pokja. Dalam rapat tersebut

(27)

26 disampaikan bahwa akan dibentuk beberapa pokja yang keseluruhannya akan dicantumkan dalam Perpres. Terkait penjelasan mengenai walidata khususnya walidata masyarakat adat, perlu dibuat memo agar tidak terjadi kesalahan dalam penentuan walidata. sedangkan untuk pembentukan pokja dan task force untuk one map policy masih perlu dilakukan penegasan kembali.

3.12

Kunjungan Kerja Komisi C DPRD Kabupaten Pekalongan dalam Rangka

Konsultasi tentang Persiapan Kerja Tahun 2016 untuk Pemerintah

Kebupaten Pekalongan

Rapat ini dilakukan pada tanggal 11 Juni 2016 di Ruang Rapat 204, Bappenas. Tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk melakukan pembahasan terkait:

1. Infrastruktur jalan yang ada di Kabupaten Pekalongan terdapat banyak kerusakan, sekitar 30% jalan rusak dikarenakan rusaknya jembatan Comal sehingga pekalongan dijadikan jalan alternatif bagi kendaraan bermuatan berat untuk melintas sehingga menimbulkan kerusakan jalan;

2. Anggaran yang seharusnya dialokasikan untuk perbaikan jalan ternyata justru digunakan untuk kepentingan Pilkada. Apabila jalan yang rusak merupakan jalan negara, maka akan dibiayai perbaikannya menggunakan anggaran negara;

3. Pemerintah Kabupaten Pekalongan menerencanakan untuk melakukan pelebaran jalan sebagai akses menuju Desa Petung, namun tidak dapat dilakukan karena terkendala lokasi yang akan dilakukan pelebaran jalan adalah hutan lindung. Sehingga apabila akan tetap dilakukakn pelebaran jalan, maka pemerintah Kabupaten Pekalongan harus menyediakan lahan pengganti untuk dijadikan kawasan hutan;

4. Pasar sembako di wilayah Kabupaten Pekalongan banyak yang tidak layak., sedangkan Presiden Jokowi merencanakan untuk memperbaiki 5000 pasar selama masa kepemimpinannya untuk 5 tahun kedepan, sehingga diharapkan untuk pasar-pasar yang ada di Kabupaten Pekalongan juga diperbaiki;

5. Pembangunan jalan tol Pekalongan-Batang sepanjang 16.5 KM yang melintas di wilayah Kabupaten Pekalongan hingga saat ini belum banyak kemajuan sehingga dikhawatirkan akan menimbulkan masalah-masalah dalam proses pembebasan lahan.

3.13

Pembahasan Status Landasan Udara Soewondo eks Bandara Polonia, Kota

Medan

Rapat yang diselenggarakan pada tanggal 11 Juni 2015 di Ruang Rapat Prambanan, Kementerian ATR, adalah sebagai tindak lanjut pembahasan RDTR dan PZ Kota Medan terkait status Landasan Udara Soewondo (eks Bandara Polonia) yang termasuk ke dalam kawasan CBD dalam rancangan Perda RDTR Kota Medan.

Berdasarkan Perpres No. 62 Tahun 2011, kawasan Lanud Soewondo termasuk zona B1 dengan salah satu kawasan peruntukan kegiatan pertahanan dan keamanan negara. Semenjak pelayanan penerbangan sipil Bandara Polonia dipindahkan ke Bandara Kuala Namu, pengelolaan Bandara Polonia diberikan kepada TNI AU sebagai pangkalan udara militer dengan nama Landasan Udara Soewondo. Pemerintah Kota Medan merencanakan pengembangan CBD di wilayah Kecamatan Medan Polonia, dimana lahan Lanud Soewondo berada. Rencana pengembangan tersebut telah tercantum dalam RTRW Kota Medan dan rancangan Perda RDTR dan PZ Kota Medan. Namun, masih beroperasinya Lanud Soewondo

(28)

27 menyebabkan rencana pengembangan CBD menjadi terbatas terutama dilihat dari aspek keselamatan penerbangan melalui penetapan Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) yang membatasi batas ketinggian bangunan. Alternatif penyelesaian terkait Lanud Soewondo dalam pembahasan RDTR dan PZ Kota Medan, antara lain:

1. Lanud Soewondo tetap beroperasi pada lahan eksisting, dengan beberapa penyesuaian:

a. Pemerintah Kota Medan melakukan rekayasa teknis terhadap rencana pembangunan di kawasan CBD Kota Medan;

b. TNI AU melakukan penyesuaian terhadap Kawasan Keselamatan Operasi Penerbangan (KKOP) yang diberlakukan di Lanud Soewondo.

2. Relokasi Lanud Soewondo dengan mempertimbangkan kelayakan operasi Lanud yang berada di pusat kota dan dikelilingi kawasan terbangun.

3.14 Rapat Tim Koordinasi NCICD

Pertemuan yang diselenggarakan pada tanggal 11 Juni 2015 di Ruang Rapat Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Lt. 4 Gd. AA Maramis II ini adalah sebagai tindak lanjut Rapat Menteri 9 Desember 2014 terkait NCICD. Tujuan pertemuan adalah meminta arahan sebagai persiapan bahan rapat koordinasi tingkat Menteri. Adapun dalam rapat koordinasi tingkat Menteri diharapkan dapat diambil keputusan apakah NCICD ini. Beberapa hal yang dibahas dalam rapat:

1. Dibutuhkan dasar hukum sebagai penguatan program NCICD. RPJMN buku II dan III hanya mengatur mengenai perlindungan Pantai Utara Jakarta.

2. Program NCICD terdiri dari 3 tahap. Dalam tahap A yang menjadi fokus NCICD adalah :

a. Penguatan tanggul laut eksisting;

b. Pembuatan tanggul laut bagian barat yang mengalami penurunan tanah (land subsidence); dan

c. Pembuatan tanggul laut timur untuk melindungi pantai utara Jakarta secara keseluruhan.

3. Untuk tahap B dan C masih menunggu keputusan Menteri apakah program NCICD ini akan dilanjutkan atau tidak. Dibutuhkan kajian lebih untuk pelaksanaan tahap B dan C (saat ini masih sebatas desain awal, masih diperlukan DED untuk pendetailan lebih lanjut).

4. Diagendakan akan diselenggarakan Rapat Koordinasi di Tingkat Menteri pada awal Juli 2015.

3.15

PPSP-USDP II

Acara yang diawali dengan sambutan oleh Direktur Perkim Bappenas, diselenggarakan pada tanggal 11 Juni 2015, di Aula Pimpinan Bappenas Lt. 2. Dalam sambutannya, Dir Perkim Bappenas menyampaikan sejumlah hal sebagai berikut:

1. Jika ingin menjadi bangsa yang maju maka permasalahan mendasar yaitu sanitasi harus dapat terpenuhi;

2. Dalam perjalanannya PPSP berusaha bagaimana agar Pemda ikut dalam program sanitasi;

3. Berhasil terbentuk AKKOPSI (Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi) sebagai partner PPSP dalam mengajak daerah lain untuk bergabung;

(29)

28 4. Komitmen atas program ini telah berkontribusi atas tercapainya MDG untuk sanitasi

bagi Indonesia;

5. Jumlah pemerintah daerah yang awalnya cuma 6 (enam), saat ini telah jauh bertambah menjadi 444 Kabupaten/Kota per akhir 2014;

6. Hasil ini membuat pemerintah berani untuk menargetkan Universal Access atau cakupan 100% untuk air minum dan sanitasi dalam RPJMN 2015-2019.

7. Acara yang dilanjutkan dengan talkshow ini, mendapatkan beberapa masukan, diantaranya dari pihak media yang mengakatakan bahwa program ini sebenarnya menjadi perhatian khusus media, tetapi masih terdengar sayup-sayup. Sebaiknya, dibuat program yang simple dan mudah diingat dan mudah diakses, seperti media televisi.

3.16

Pembahasan Materi Peraturan Menteri ATR No. 9 Tahun 2015 tentang

Hak Komunal

Rapat ini diselenggarakan pada tanggal 12 Juni 2015 di Ruang Rapat 203 dengan pimpinan rapat Kasubdit Pertanahan, Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan, Bappenas. Rapat dilaksanakan dalam rangka mengkonsultasikan mekanisme penyusunan Permen di Kementerian Lembaga sehingga tidak tumpang tindih/menjadi tidak harmonis dengan peraturan perundangan eksisting.

Dalam rapat dijelaskan bahwa Direktorat Tata Ruang dan Pertanahan dalam hal ini Tim Koordinasi Strategis Reforma Agraria bermaksud menyelenggarakan sosilaisasi terkait adat ulayat. Namun pelaksanaan sosialisasi tersebut tertunda dikarenakan terbitnya Permen Agraria dan Tata Ruang/BPN No. 9 tentang Hak Komunal yang menyebabkan materi sosialisasi adat ulayat tidak relevan untuk disosialisasikan. Permen Agraria dan Tata Ruang/BPN No. 9 telah mencabut Permen 5/1999 tentang Adat Ulayat. Pada Permen No. 9 2015 dijelaskan bahwa pemberian hak tanah kepada masyarakat adat adalah dalam bentuk pemberian hak komunal sehingga dapat diperjualbelikan maupun disewakan pada pihak ketiga atas kesepakatan adat. Untuk membahas Permen Agraria dan Tata Ruang No. 9/2015, Direktorat TRP akan melakukan diskusi dengan akademisi yang diagendakan pada akhir Juni 2015.

3.17

Rapat Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Nabire 2015-2035

Dalam rangka persetujuan substansi Raperda RTRW Kabupaten Nabire 2015-2035, dan dipimpin oleh Kasubdit Kebijakan, Direktorat Pembinaan Penataan Ruang Daerah Wilayah I, Kementerian ATR/BPN mengundang Direktorat TRP, Bappenas dalam Rapat Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Nabire 2015-2035 yang diselenggarakan pada tanggal 15 Juni 2015 di Ruang Rapat Prambanan Lt. 1, Gd. Ditjen Tata Ruang Kementerian ATR/BPN. Perda RTRW Kabupaten Nabire sebenarnya telah terbit (No. 8 Tahun 2008), namun Perda tersebut belum mengacu Permen PU No. 16 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten serta belum melalui tahap evaluasi di Kemendagri. Dikarenakan hal tersebut serta adanya perubahan di internal (pemekaran wilayah) maupun eksternal (terbitnya beberapa regulasi baru di bidang penataan ruang) Kabupaten Nabire, Pemda memutuskan untuk melakukan peninjauan kembali (PK) dan menyusun Raperda RTRWK baru.

(30)

29 Tim Teknis Penyusunan RTRW Kabupaten Nabire akan melakukan pembahasan lebih lanjut terkait masukan yang diperoleh dari rapat maupun masukan tertulis dengan tim teknis Kementerian ATR dengan batas waktu penyempurnaan Raperda hingga 1 bulan setelah berita acara Rapat Pembahasan Raperda RTRW Kabupaten Nabire ini ditandatangani. Perlu adanya mekanisme pemantauan dari K/L anggota BKPRN terhadap Raperda yang telah diperbaiki oleh Pemda dan tim teknis Kementerian ATR.

3.18

Seminar Pelembagaan Resolusi Konflik Tenurial di Dalam Kawasan

Hutan

Pada tanggal 15 Juni 2015, di Hotel Santika, Slipi, telah terselenggara Seminar Pelembagaan Resolusi Konflik Tenurial Di Dalam Kawasan Hutan. Materi yang disampaikan dalam seminar, yaitu:

a. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Tenurial di Tingkat Lokal: Sebuah Alternatif di Tengah Kemandegan Inisiatif di Tingkat Nasional;

b. Mekanisme Penanganan Konflik Tenurial di Dalam dan di Luar Kawasan Hutan; c. Pembelajaran Penanganan Konflik Tenurial oleh Kesatuan Pengelolaan Hutan

(KPH);

d. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Tenurial di Provinsi Kalimantan Tengah; e. Menggagas Kebijakan Daerah tentang Pengakuan dan Perlindungan Hak-hak

Masyarakat (Hukum) Adat yang Operasional.

Permasalahan land tenure masih fokus di Hutan Produksi belum di hutan konservasi, akar permasalahannya adalah tata batas hutan belum ‘clean and clear’ harus dipercepat pelaksanaannya. Pembentukan wilayah pengelolaan hutan hingga tingkat unit pengelola yang disebut Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) diharapkan mampu menangani permasalahan konflik tenurial, illegal activities (logging, hunting, encroaching), pencurian plasma nutfah, kebakaran hutan dan lahan masih terus berlangsung di dalam kawasan hutan yang berdampak pada rusaknya ekosistem hutan.

3.19

Konsolidasi Evaluasi Kertas Kerja PMPRB Kedeputian Regional Tahun

2014

Pertemuan yang diselenggarakan oleh Direktur Perkotaan dan Perdesaan ini diselenggarakan untuk membahas hal-hal yang menjadi penilaian dari kertas kerja Penilaian Mandiri Pelaksanaan Reformasi Birokrasi (PMPRB) Kedeputian Regional dan Otonomi Daerah sebagai input untuk penilaian PMPRB kementerian PPN/Bappenas Tahun 2014. Direktorat Perkotdes seharusnya menyampaikan masukan tersebut per tanggal 29 April 2015, dikarenakan kesibukan Musrenbangnas 2015 yang lalu menyebabkan masukan ini tidak masuk dalam input PMPRB Kementerian PPN/Bappenas yang sudah disubmit ke Kementerian Menpan-RB.

Arahan dari Direktur Perkotdes sebagai assesor RB Kedeputian, untuk nilai-nilai dari setiap indikator perubahan yang memang sudah mendapatkan nilai A tetap menjadi prioritas A, sedangkan nilai yang masih B, C atau D perlu didiskusikan perubahan ataupun tetap dari nilai tersebut diantara masing-masing direktorat di Kedeputian untuk mendapatkan nilai kesepakatan bersama. Direktorat Perkotdes akan menyampaikan hasil masukan [penilaian

Referensi

Dokumen terkait

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal

Jurusita Pajak menginventarisasi aset-aset Penanggung Pajakyang akan dilelang, meneliti dengan melihat data tunggakanbeserta pelunasan (SSP/STTS/SSB/bukti Pbk) atau

{ Jika P bukan pohon kosong: menghasilkan list yang elemennya adalah semua elemen pohon P dengan urutan Preorder, jika semua alokasi berhasil.. { Jika P bukan pohon

“rt” Membuka file teks untuk pembacaan data “wt” Membuka file teks untuk penulisan data “at” Menambah data kedalam file teks. “r+t” Membuka file teks untuk

Rangkaian program counter (PC) dan memori instruksi mengeluarkan 16-bit alamat yang akan didistribusikan ke elemen-elemen dalam prosessor seperti control unit dan register

• Fungsi getche getche getche getche() () () ()dipakai untuk membaca sebuah karakter dengan sifat karakter yang dimasukkan tidak perlu diakhiri dengan menekan.

Dalam melaksanakan tugas content marketing, Marketing Communications Intern dilibatkan dalam webinar atau talkshow melalui Instagram Live dengan tema yang sesuai

Pada multifragmentary complex fracture tidak terdapat kontak antara fragmen proksimal dan distal setelah dilakukan reposisi. Complex spiral fracture terdapat dua atau