• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prima Master Bank 1/24

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prima Master Bank 1/24"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

Manajemen risiko Bank telah diterapkan dengan melakukan identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko. Identifikasi risiko pada setiap unit kerja dilakukan oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko dan dibantu oleh unit kerja terkait dengan memperhatikan setiap jenis risiko yang melekat pada setiap aktivitas Bank serta mengantisipasi dampak risiko yang terjadi. Pengawasan risiko dilakukan menggunakan profil risiko Bank sehingga dapat diperoleh gambaran efektifitas penerapan manajemen risiko Prima Master Bank. Penilaian profil risiko Bank didukung dengan adanya risk event dalam setiap unit kerja yang dilaporkan kepada Satuan Kerja Manajemen Risiko secara berkala. Pemantauan dalam setiap potensi risiko yang telah diidentifikasi dilakukan melalui kerjasama dengan Satuan Kerja Audit Intern, dengan membandingkan hasil audit dan risk event yang telah dilaporkan kepada Satuan Kerja Manajemen Risiko.

Penerapan manajemen risiko dilakukan dengan menetapkan kebijakan dan prosedur manajemen risiko yang diatur dalam 4 (empat) kerangka dasar, yaitu :

1. Pengawasan aktif Dewan Komisaris dan Direksi 2. Kecukupan kebijakan, prosedur dan penetapan limit 3. Kecukupan proses identifikasi, pengukuran,

pemantauan dan pengendalian risiko serta sistem informasi manajemen risiko

4. Sistem pengendalian internal yang menyeluruh

Bank secara berkala mengevaluasi dan mengembangkan kebijakan dan prosedur yang telah ditetapkan, dengan tujuan untuk penyempurnaan penerapan manajemen risiko. Selain kebijakan dan prosedur manajemen risiko, Bank juga menetapkan kebijakan limit Risk Appetite dan Risk Tolerance yang berlaku untuk membatasi risiko yang dapat diterima oleh Bank, menetapkan batasan risiko dan pengendalian dengan harapan tidak menimbulkan kerugian bagi Bank.

Secara periodik Bank melakukan sosialisasi kesadaran risiko bagi seluruh karyawan untuk meningkatkan pemahaman maupun kemampuan karyawan dalam mengidentifikasi dan memitigasi kemungkinan risiko yang timbul.

Bank juga telah menerapkan fungsi manajemen risiko secara terpadu dan terkoordinir untuk meningkatkan kinerja Bank, dimana Bank telah membentuk Komite Pemantau Risiko, Komite Manajemen Risiko dan Satuan Kerja Manajemen Risiko. Komite Pemantau Risiko beranggotakan komisaris Bank dan pihak independen. Komite Manajemen Risiko beranggotakan Direktur Kepatuhan, Direktur Komersial, beberapa pejabat eksekutif dan Satuan Kerja Manajemen Risiko.

Sesuai dengan kompleksitas usaha, Bank telah mengelola 8 (delapan) jenis risiko yaitu risiko kredit, risiko likuiditas, risiko pasar, risiko operasional, risiko kepatuhan, risiko hukum, risiko stratejik dan risiko reputasi.

The Bank has implemented risk management by identifying, measuring, monitoring and controlling risks. Identification of risk on each unit performed by the Risk Management Unit and assisted by working units associated with attention to every type of risk inherent in any activities of the Bank and to anticipate the impact of the risk occurring. Risk monitoring is done using the Bank's risk profile in order to obtain an overview effectiveness of risk management Prima Master Bank. Bank's risk profile assessment is supported by the risk event in each working unit reported to the Risk Management Unit regularly. Monitoring in each of the potential risks that have been identified conducted in cooperation with the Internal Audit Unit, by comparing the results of the audit and risk events that have been reported to the Risk Management Unit.

Application of risk management is done by setting the risk management policies and procedures set out in 4 (four) basic framework, namely :

1. Monitoring from The Board of Commissioners and The Board of Directors.

2. The Adequacy of policies, procedures and limits

3. The Adequacy of identification, measurement, monitoring and control of risk and risk management information system 4. The overall system of internal control

A bank periodically evaluates and develops policies and procedures that have been established, with the aim of improvement of risk management. In addition to risk management policies and procedures, the Bank also establishes a policy limit of Risk Appetite and Risk Tolerance applies to limit the risk that is acceptable to the Bank , set risk limits and controls with no expectation to incur losses for the Bank .

Bank periodically disseminate risk awareness for all employees to improve the understanding and the ability of employees to identify and mitigate the possible risks arising.

The Bank also has implemented an integrated risk management function and coordinated to improve the performance of the Bank, which the Bank has established a Risk Monitoring Committee, Risk Management Committee and Risk Management Unit. Risk Monitoring Committee comprised of commissioners Bank and independent parties. The Risk Management Committee consists of the Director of Compliance, Commercial Director, several executives and Risk Management Unit.

In accordance with the complexity of the business, the Bank has been managing eight (8) types of risk are credit risk, liquidity risk, market risk, operational risk, compliance risk, legal risk, strategic risk and reputation risk.

(3)

Pengungkapan permodalan serta pengungkapan eksposur risiko dan penerapan manajemen risiko bank, meliputi :

PERMODALAN

a. Manajemen permodalan Bank digunakan untuk mempertahankan posisi modal yang dipersyaratkan, sehingga dapat mendukung Rencana Bisnis Bank, serta sebagai sarana mitigasi atas risiko yang timbul. Bank juga memiliki stress test berdasarkan skenario tertentu yang digunakan dalam menentukan kebutuhan dana baik dalam kondisi normal maupun dengan skenario terburuk.

b. Peringkat komposit Profil Risiko Bank mencerminkan kondisi yang sehat. Berdasarkan ketentuan dari regulator, modal minimum Bank yang harus disediakan sesuai dengan Profil Risiko tersebut adalah 9% - 10% dari ATMR.

Capital disclosure and the disclosure of risk exposures and risk management of banks, include :

CAPITAL

a. The Bank capital management is used to maintain the required capital position, so as to support the Bank's business plan, as well as a means of mitigating the above risks arising. Banks also have the stress test based on specific scenarios used in determining funding requirements both under normal conditions and with a worst-case scenario.

b. The Composite rating reflects the Bank's Risk Profile healthy condition. Under the terms of the regulators , the Bank's minimum capital to be provided in accordance with the risk profile is 9% - 10% of risk weighted assets.

(4)

PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO

Penerapan Manajemen Risiko dalam Bank telah dilakukan cukup efektif dan menyeluruh, proses penerapan manajemen risiko mulai dari identifikasi, pengukuran, pemantauan dan pengendalian risiko telah dijalankan oleh Satuan Kerja Manajemen Risiko (SKMR). SKMR berada dibawah Direktur Kepatuhan, bersifat independen dan tidak terlibat dalam operasional serta tidak memiliki kewenangan bisnis. Dalam melakukan proses penerapan manajemen risiko, SKMR bekerjasama dengan seluruh risk taking unit serta Satuan Kerja Audit Intern (SKAI) dalam pengawasan risiko.

Bank memiliki Komite Manajemen Risiko yang bertanggung jawab untuk membahas kegiatan yang terkait dengan manajemen risiko, meliputi kebijakan, prosedur maupun limit manajemen risiko. Keanggotaan Komite Manajemen Risiko terdiri dari Direktur Kepatuhan, Direktur Komersial, beberapa pejabat eksekutif dan Satuan Kerja Manajemen Risiko..

Dewan Komisaris juga ikut memantau proses manajemen risiko melalui Komite Pemantau Risiko yang beranggotakan komisaris Bank dan pihak independen. Komite Pemantau Risiko melakukan evaluasi pelaksanaan kinerja Satuan Kerja Manajemen Risiko dan Komite Manajemen Risiko, serta merekomendasikan perbaikan.

Bank memantau dan mengendalikan risiko melalui profil risiko, serta menetapkan limit risiko, baik secara keseluruhan, per jenis risiko maupun per aktivitas fungsional tertentu yang memiliki eksposur risiko. Profil risiko dari Bank selalu dipantau agar tidak melebihi limit dan masuk dalam risk appetite Bank.

PENGELOLAAN RISIKO

Pengelolaan risiko terdiri dari 8 (delapan) risiko yang terdiri dari :

1. Risiko Kredit

Risiko kredit merupakan risiko kerugian akibat kegagalan pihak lawan (counterparty) memenuhi kewajibannya. Risiko kredit dapat timbul dari berbagai aktivitas fungsional Bank seperti perkreditan (pembiayaan), aktivitas tresuri, investasi dan pembiayaan perdagangan (trade finance).

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank dilakukan dengan melakukan kajian sektor ekonomi dari seluruh kredit yang diberikan, sehingga dapat menghindari risiko konsentrasi kredit pada sektor tertentu serta mampu untuk memitigasikan risiko kredit terhadap sektor ekonomi yang memiliki potensi eksposur besar. Pengelolaan risiko kredit dalam Bank juga dilakukan dengan melakukan proses analisa kredit atas potensi risiko yang timbul melalui proses Compliant Internal Control Self Assessment dan Credit Risk Rating, sehingga akan di dapat nilai risiko atas kredit yang diajukan, sebagai pertimbangan bagi komite kredit untuk mengambil keputusan atas kredit yang diajukan.

RISK MANAGEMENT IMPLEMENTATION

The Application of Risk Management in Banks have done quite effective and thorough risk management process starting from the identification, measurement, monitoring and risk control which has been carried out by the Risk Management Unit (RMU). RMU under the Director of Compliance , is independent and does not involve in the operations of a business and does not have the authority. In the process of risk management, RMU work with all risk-taking unit and the Internal Audit Unit (IAU) under the supervision of risk.

The Bank has a Risk Management Committee which is responsible for discussing activities related to risk management, including policies, procedures and limits of risk management. The Risk Management Committee consists of the Director of Compliance, Commercial Director, several executive officers and Risk Management Unit.

The Board of Commissioners also participate in monitoring the risk management process through the Risk Monitoring Committee comprising the board of commissioners and independent parties. Risk Monitoring Committee evaluates the implementation performance of the Risk Management Unit and Risk Management Committee, and recommend improvements.

A bank monitor and controlls risk through risk profiles, and establishes risk limits, either as a whole, per type of risk or per specific functional activities that have a risk exposure. The risk profile of the Bank is always monitored so as not to exceed the limit and into the Bank's risk appetite.

RISK MANAGEMENT

Risk management consists of 8 ( eight ) risk namely :

1. Credit Risk

A Credit risk is the risk of loss due to the failure of counterparties (counterparties) to meet its obligations . The Credit risk can arise from a variety of functional activities such as bank credit (financing), treasury activities, investment and trade finance (trade finance).

The Management of credit risk in the Bank is done with a review of the entire economic sector loans, so as to avoid the risk of credit concentration in a particular sector and is able to mitigate the credit risk of the economic sector that has great potential exposures. The Management of credit risk in the Bank is also done by performing credit analysis process over the potential risks that arise through the process of Compliant Internal Control Self Assessment and Credit Risk Rating, so it will be able to value the credit risk proposed, as the consideration for the credit committee to take decisions on credit proposed.

(5)

Pengelolaan risiko kredit dalam Bank diterapkan dengan tujuan untuk mengidentifikasi jenis risiko kredit yang melekat dalam operasional perbankan, memitigasikan potensi dampak risiko yang timbul, meningkatkan ekspansi kredit yang sehat agar terhindar dari penurunan kualitas kredit (Non Performing Loan / NPL) bahkan terhindar dari kerugian yang diakibatkan oleh kredit macet.

Bank telah menetapkan kebijakan limit risiko kredit, yang meliputi Limit NPL, Konsentrasi Kredit, Pelampauan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dan Agunan serta pertumbuhan kredit. Limit risiko kredit ditentukan, dengan tujuan agar Bank mampu mengelola pertumbuhan kredit secara efektif tanpa mengabaikan potensi risiko yang timbul. Limit risiko kredit yang telah ditentukan berfungsi sebagai early warning signal, sehingga ketika kredit yang diberikan masih sesuai dengan risk appetite yang telah ditentukan, Bank masih dalam kondisi sehat, tetapi ketika kredit yang diberikan telah mencapai risk tolerance yang telah ditentukan Bank, maka Bank harus mengambil langkah mitigasi atas potensi risiko yang dapat terjadi.

CKPN kredit adalah penyisihan yang dibentuk apabila nilai tercatat kredit setelah penurunan nilai, kurang dari nilai tercatat awal.

CKPN individual dibentuk untuk kredit yang diberikan dengan status tunggakan lebih dari 45 hari dan memenuhi salah satu kriteria dibawah ini :

a. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan dan memiliki bukti obyektif penurunan nilai.

b. Kredit yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan dan memiliki bukti obyektif penurunan nilai.

CKPN Kolektif dibentuk untuk kredit yang diberikan dengan status tunggakan lebih dari 45 hari dan memenuhi salah satu kriteria dibawah ini :

a. Kredit yang secara individual memiliki nilai signifikan dan tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai.

b. Kredit yang secara individual memiliki nilai tidak signifikan dan tidak memiliki bukti obyektif penurunan nilai.

Sebagai salah satu langkah mitigasi risiko kredit, Bank mewajibkan debitur memberikan agunan yang marketable dalam pengajuan permohonan kredit. Jenis agunan yang diterima Bank antara lain cash collateral, aktiva tetap, mesin dan kendaraan bermotor.

The Bank's credit risk management is applied in order to identify the type of credit risk inherent in banking operations, mitigates the potential impact of risks that arise , increase healthy credit expansion in order to avoid a decline in credit quality (non-performing loans/NPL) even avoid losses caused by credit with collectability 5.

The Bank has established a policy of credit risk limits , which includes limits credit risk, concentration of credit , Exceedances of Legal Lending Limit (LLL) , Allowance for Impairment Losses (CKPN) and Collateral and credit growth. The Credit risk limits are determined , with the aim that the Bank is able to effectively manage credit growth without ignoring the potential risks arising. The Credit risk limits have been determined to function as an early warning signal , so that when the loans are still in accordance with the risk appetite that has been determined , the Bank is still in good health, but when the loans have reached a predetermined risk tolerance Bank, the Bank must take mitigation of potential risks that may occur .

Credit Allowance for Impairment Losses is established allowance if the carrying value after impairment, less than the initial carrying value.

CKPN individually formed for loans with arrears status of more than 45 days and meet one of the following criteria:

a. The loans which individually have significant value and objective evidence of impairment.

b. The Loans which individually have no significant value and objective evidence of impairment.

CKPN Collective formed for loans with arrears status of more than 45 days and meet one of the following criteria :

a. The loans which individually have significant value and no objective evidence of impairment.

b. The loans which individually have no significant value and no objective evidence of impairment.

As One of the credit risk mitigation, the Bank requires the borrowers providing collateral that is marketable in the filing of the loan application. Types of collateral received by the Bank include cash collateral, fixed assets, machinery and motor vehicles.

(6)

2. Risiko Pasar

Secara umum risiko pasar adalah risiko pada posisi neraca dan rekening administratif termasuk transaksi derivatif, akibat perubahan secara keseluruhan dari kondisi pasar, termasuk risiko perubahan harga option. Risiko pasar antara lain terdapat pada aktivitas fungsional Bank seperti kegiatan tresuri dan kegiatan investasi dalam bentuk surat berharga.

Saat ini Bank hanya terekspos risiko pasar yang terkait dengan suku bunga. Pengelolaan risiko suku bunga dilakukan terhadap posisi instrumen keuangan dalam trading book maupun banking book. Risiko suku bunga dalam trading book dihitung dengan metode standar sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia yang berlaku. Risiko suku bunga dalam banking book dikelola dengan melakukan analisa repricing gap antara Risk Sensitive Assets (RSA) dan Risk Sensitive Liabilities (RSL). Analisa dilakukan untuk mengukur sensitivitas pendapatan bunga bersih atas pergerakan suku bunga.

Bank melakukan stress testing secara berkala, terutama dalam pemenuhan indikator penilaian dalam profil risiko pasar. Stress test berguna untuk mengidentifikasikan kejadian yang berdampak cukup besar dan mengevaluasi kemampuan Bank dalam menutup kerugian atas dampak yang ditimbulkan. Stress test juga berguna untuk memitigasikan risiko serta memelihara kecukupan modal.

3. Risiko Operasional

Risiko operasional merupakan risiko akibat ketidakcukupan dan/atau tidak berfungsinya proses internal, kesalahan manusia, kegagalan sistem dan/atau adanya kejadian-kejadian eksternal yang mempengaruhi operasional Bank. Risiko operasional dapat menimbulkan kerugian keuangan secara langsung maupun tidak langsung dan menimbulkan potensi kesempatan yang tidakberhasil diraih untuk memperoleh keuntungan.

Risiko operasional dapat melekat di setiap aktivitas Bank, yakni melekat pada aktivitas perkreditan, tresuri dan investasi, operasional dan jasa, pembiayaan perdagangan, pendanaan dan instrumen utang, teknologi sistem informasi dan sistem informasi manajemen serta pengelolaan sumber daya manusia.

Bank telah menetapkan kebijakan dan prosedur dalam pengelolaan risiko operasional. Pengelolaan risiko operasional Bank dilakukan melalui self assessment dari risk taking unit yang secara berkala diserahkan kepada SKMR. Self assessment yang telah disampaikan digunakan sebagai perbandingan dalam penilaian profil risiko Bank. Self assessment yang dilakukan oleh masing-masing risk taking unit merupakan salah satu sarana penerapan budaya sadar risiko dalam aktivitas operasional Bank.

2. Market Risk

In general, the market risk is the risk on balance sheet and off balance sheet positions, including derivative transactions, due to overall changes in market conditions, including the risk of price changes in the option. Among others a market risk containes in the functional activity of the Bank as treasury activities and investment activities in the form of securities.

Currently a bank is only exposed to market risk associated with interest rates. The Interest rate risk management is done on the position of financial instruments in the trading book and the banking book. The Interest rate risk in the trading book is calculated by standard methods in accordance with the provisions of the applicable Bank Indonesia. Interest rate risk in the banking book is managed by analyzing the repricing gap between Risk Sensitive Assets (RSA) and Risk Sensitive Liabilities (RSL). Analysis was conducted to measure the sensitivity of net interest income over interest rate movements.

A bank conducts periodic stress testing, especially in the indicators in the assessment of market risk profile. Stress tests are useful to identify events that impact large enough to evaluate the ability of the Bank to cover losses on impact. Stress tests are also useful to mitigate risk and maintain capital adequacy.

3. Operational Risk

An Operational risk is the risk due to insufficient and/or failed internal processes, human error, system failure and/or the presence of an external event affecting the operations of the Bank. The Operational risk can lead to financial loss directly or indirectly and pose a potential opportunity which is unsuccessful to be achieved.

An Operational risks to get the profit inherents in any activity to the Bank, which is attached to the activity of lending, treasury and investment, operations and services, trade finance, funding and debt instruments, information systems technology and management information systems and human resource management.

The Bank has established the policies and the procedures in the management of operational risk. The risk management of bank operation is done through a self-assessment of risk taking units which are periodically submitted to RMU. Self-assessment that was submitted is used as a comparison in the assessment of the risk profile of the Bank. Self assessment performed by each risk taking unit is one of the means of applying a risk awareness culture within the Bank's operational activities.

(7)

Kerugian yang telah diperkirakan dalam risiko operasional telah dibebankan dalam komponen pricing asset, sedangkan kerugian operasional yang tidak diperhitungkan telah diantisipasi dengan modal melalui perhitungan ATMR risiko operasional. Sebagai bentuk mitigasi atas potensi risiko operasional, Bank melakukan pengukuran risiko operasional melalui indikator yang melekat dalam perhitungan profil risiko Bank. Indikator dalam profil risiko Bank disesuaikan dengan limit yang telah ditetapkan oleh Bank.

Bank telah menetapkan risk appetite yang digunakan sebagai limit risiko yang mampu diterima oleh Bank dan menetapkan risk tolerance sebagai batas limit yang dapat merugikan Bank, sehingga Bank mampu mengambil tindakan untuk mencegah potensi kerugian risiko operasional.

Salah satu bentuk risiko operasional adalah fraud, baik yang disebabkan dari internal maupun eksternal. Bank telah menyusun kebijakan dan prosedur penerapan strategi anti fraud. Dalam penerapan anti fraud, Bank telah membentuk Fungsi Anti Fraud, dan menunjuk Anti Fraud Officer yang bertugas untuk menindaklanjuti indikasi adanya fraud. Guna mendukung penerapan strategi anti fraud, Bank telah mengikutsertakan pejabat anti fraud dalam pelatihan yang terkait dengan penerapan anti fraud dan akan melakukan sosialisasi strategi anti fraud kepada seluruh karyawan.

4. Risiko Likuiditas

Risiko likuiditas merupakan risiko akibat ketidakmampuan Bank untuk memenuhi kewajiban yang jatuh tempo dari sumber pendanaan arus kas dan/atau dari aset likuid berkualitas tinggi yang dapat diagunkan, tanpa mengganggu aktivitas dan kondisi keuangan Bank. Risiko likuiditas melekat pada aktivitas fungsional perkreditan, aktivitas tresuri dan kegiatan hubungan koresponden dengan Bank lain.

Pemantauan likuiditas Bank dilakukan secara harian guna memastikan kecukupan dana dan dilaporkan oleh bagian Tresuri yang mengelola aliran dana masuk dan keluar, posisi aset likuid primer serta rasio likuiditas Bank. Bagian Tresuri juga mengawasi posisi primary reserve dan secondary reserve untuk memastikan kecukupan likuiditas Bank, sehingga tidak mengganggu aktivitas Bank terutama dalam melakukan proses kliring. Pemantauan atas Gap Likuiditas juga dilakukan oleh SKMR dengan melakukan analisa Standardized Gap Report berdasarkan sisa waktu sampai dengan jatuh tempo.

Bank telah membuat stress test likuiditas yang digunakan sebagai indikator untuk memantau likuiditas Bank, yang dilakukan secara berkala dengan membuat beberapa skenario untuk menguji kekuatan Bank ketika dalam keadaan likuiditas normal, rendah maupun tinggi. Stress Test likuiditas Bank juga digunakan sebagai bantuan dalam mengambil keputusan untuk mengelola keuangan Bank, sehingga Bank tidak kelebihan maupun kekurangan likuiditas sehingga kondisi likuiditas Bank menjadi lebih optimal dan stabil.

The losses which have been estimated in the operational risk component has been charged in the pricing of assets, while operating loss which is not taken into account has been anticipated by capital through the calculation of operational risk RWA. As the shape of the potential mitigation of operational risk, the Bank does the operational risk measurement through indicators that are inherent in the calculation of the Bank's risk profile. The Indicators in the Bank's risk profile are adjusted to the limit set by the Bank.

The Bank has set a risk appetite that is used as a risk limit that is able to be accepted by the Bank and establishes the risk tolerance as the limit which can be detrimental to the Bank, so the Bank is able to take action to prevent potential losses of operational risk.

One form of operational risk is fraud, whether it is caused by internal or external resulting. a bank has developed policies and procedures for the implementation of anti- fraud strategy. In the application of the anti- fraud , the Bank has established a Function of Anti Fraud and Anti- Fraud Officer appointed duty to follow up on indications of fraud. To support the implementation of anti- fraud strategy, the Bank has included anti- fraud officers in training related to the implementation of anti- fraud and will disseminate anti- fraud strategy to all employees.

4. Liquidity Risk

A liquidity risk is the risk due to the inability of the Bank to meet its maturing obligations from cash flow funding sources and/or of high quality liquid assets that can be pledged, without disturbing the activities and financial condition of the Bank. The liquidity risk inherents in the activity of lending, treasury activities and events correspondent relationship with another bank.

A bank liquidity monitoring is done on a daily basis in order to ensure sufficient funds and reported by the Treasury which manages part of the flow of funds in and out, the position of primary liquid assets and liquidity ratios. Part Treasury also oversees primary position and secondary reserves to ensure adequate liquidity, so it does not interfere with the activity of the Bank, especially in the process of clearing . The Liquidity Gap monitoring was also conducted by RMU by analyzing the Standardized Gap Report based on the remaining period to maturity.

The Bank has made a liquidity stress test which is used as an indicator to monitor the Bank's liquidity, which is done periodically to make several scenarios to test the strength of bank liquidity when in a state of normal, low or high. Stress Test Bank liquidity is also used as an aid in making decisions to manage financial condition, so that no excess or shortage of bank liquidity so that the liquidity conditions become more optimal and stable.

(8)

Bank telah menetapkan kebijakan dan prosedur limit risiko likuiditas. Melalui profil risiko Bank, SKMR melakukan pemantauan risiko likuiditas agar sesuai dengan risk appetite dan segera menginformasikan kepada pihak terkait untuk melakukan mitigasi ketika risiko likuiditas telah mencapai risk tolerance Bank.

5. Risiko Hukum

Risiko Hukum adalah risiko yang disebabkan oleh adanya kelemahan aspek yuridis, yang antara lain disebabkan adanya tuntutan hukum, ketiadaan peraturan perundang-undangan yang mendukung atau kelemahan perikatan seperti tidak dipenuhinya syarat sahnya kontrak dan pengikatan agunan yang tidak sempurna.

Dalam penerapan manajemen risiko hukum, SKMR dapat bekerja sama dengan bagian legal di kantor pusat untuk melakukan review maupun evaluasi atas setiap kebijakan maupun perjanjian dengan pihak ketiga sehingga kebijakan maupun pasal-pasal dalam perjanjian dengan pihak ketiga dapat terhindar dari potensi risiko hukum. Bank juga melakukan pendokumentasian penggunaan best practice maupun mendokumentasikan penyelesaian setiap permasalahan hukum yang pernah terjadi dengan menggunakan undang-undang yang berlaku sebagai acuan atau dasar penyelesaian Bank ketika mengalami masalah yang sama.

Mitigasi potensi kerugian risiko hukum juga dilakukan dengan melakukan pemeliharaan atas dokumen pendukung terkait perjanjian yang dibuat dengan pihak ketiga sehingga dapat menghindari adanya potensi kerugian ketika terjadi adanya gugatan dari pihak yang bersangkutan serta meminimalkan risiko hukum yang mungkin terjadi.

Bank juga telah menetapkan kebijakan dan prosedur limit risiko hukum. Melalui profil risiko Bank, SKMR melakukan pemantauan indikator risiko hukum agar sesuai dengan risk appetite dan segera menginformasikan kepada pihak terkait untuk melakukan mitigasi ketika risiko hukum sampai pada batas risk tolerance Bank. Disamping itu juga mengamati potensi terjadinya risiko hukum terkait produk-produk layanan Bank melakukan review atas syarat dan ketentuan yang diberlakukan kepada nasabah.

6. Risiko Stratejik

Risiko stratejik merupakan risiko yang terjadi akibat ketidaktepatan dalam pengambilan dan atau pelaksanaan keputusan stratejik serta kegagalan dalam mengantisipasi perubahan lingkungan bisnis. Risiko stratejik berhubungan dengan keputusan jangka panjang Bank yang tertuang dalam rencana bisnis Bank maupun terhadap suatu strategi Bank yang baru diterapkan untuk mengembangkan bisnis Bank.

The Bank has established the policies and the procedures limit liquidity risk. Through the Bank's risk profile, RMU monitoring the risk liquidity to match the risk appetite and immediately informs to the relevant parties in order to mitigate liquidity risk when it has reached the Bank's risk tolerance.

5. Legal Risk

A legal risk is the risk caused by the weakness of the juridical aspect, which is partly due to the demands of law, the absence of legislation that supports or weaknesses such as non-compliance with the terms of the engagement contract validity and binding collateral is not perfect.

In the application of legal risk management, RMU can cooperate with the legal section at the central office to conduct a review and evaluation of all policies and agreements with third parties so that policy and the clauses in agreements with third parties can avoid the potential legal risks. The Bank also makes the document of the use of best practices and the document of the completion of any legal issues that have occurred with the use of the applicable law as a reference or base settlement bank when experiencing the same problem.

The mitigation of potential legal risk losses is also done by performing maintenance on the supporting documents related to the agreement made with third parties so that they can avoid any potential losses in the event of any appeal of the parties concerned and to minimize legal risks that may occur .

The Bank also has established the policies and the procedures also limiting the legal risks. Through the Bank's risk profile, RMU monitors the indicator of the legal risk to conform with the risk appetite and immediately informs the relevant parties to mitigate legal risks when it comes to the Bank's risk tolerance limits. Besides, it also observes the potential legal risks related the products of bank services to review based on the terms and conditions applied to customers.

6 . Strategic Risk

A strategic risk is the risk that occurs as a result of inaccuracies in the making and or the implementation of strategic decisions and failure to anticipate changes in the business environment. The Strategic risk is associated with the Bank's long- term decisions which contain in the business plan of the bank or the bank's new strategy which is applied to develop the Bank's business.

(9)

Dalam penerapan manajemen risiko stratejik, SKMR melakukan pemantauan risiko stratejik dengan membandingkan pencapaian yang telah dilakukan Bank terhadap Rencana Bisnis Bank (RBB). Hasil perbandingan RBB dengan realisasi dituangkan dalam indikator penilaian profil risiko Bank, sehingga SKMR mampu mereview maupun mengevaluasi atas rencana yang tertuang dalam RBB serta memberikan kajian tersebut baik kepada Direksi secara langsung maupun melalui Komite Manajemen Risiko.

Bank telah menetapkan kebijakan dan prosedur limit risiko stratejik. Melalui indikator profil risiko stratejik, SKMR dapat memantau risiko stratejik agar sesuai dengan risk appetite Bank dan segera menginformasikan kepada pihak terkait untuk melakukan mitigasi ketika risiko stratejik sampai pada batas risk tolerance Bank.

7. Risiko Kepatuhan

Risiko kepatuhan merupakan risiko yang disebabkan Bank tidak mematuhi atau tidak melaksanakan peraturan perundang-undangan dan ketentuan lain yang berlaku. Risiko kepatuhan melekat pada peraturan perundangan dan ketentuan yang berlaku, antara lain ketentuan kewajiban pemenuhan modal minimum sesuai dengan profil risiko, Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK), Kualitas Aktiva Produktif, penerapan Good Corporate Governance (GCG) dan ketentuan lainnya.

Dalam penerapan manajemen risiko kepatuhan, SKMR melakukan pemantauan risiko kepatuhan melalui indikator dari profil risiko kepatuhan, meliputi jumlah maupun frekuensi pelanggaran yang dilakukan Bank, jenis pelanggaran atau ketidakpatuhan Bank, signifikansi tindak lanjut Bank atas ketidakpatuhan tersebut serta pelanggaran atas ketentuan transaksi keuangan tertentu. SKMR juga bekerja sama dengan Satuan Kerja Kepatuhan (SKK) untuk melakukan pemantauan atas peraturan maupun kebijakan regulator yang baru, sehingga Bank tidak tertinggal informasi maupun kewajiban atas pemenuhan peraturan dan kebijakan regulator yang baru. SKK juga bertanggung jawab terhadap penerapan Program Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan Terorisme (APU & PPT) di Bank.

Bank telah menetapkan kebijakan dan prosedur limit risiko kepatuhan. Melalui indikator profil risiko kepatuhan, SKMR dapat memantau risiko kepatuhan Bank agar sesuai dengan risk appetite Bank dan segera menginformasikan kepada pihak terkait untuk melakukan mitigasi ketika risiko kepatuhan sampai pada batas risk tolerance Bank.

In the application of strategic risk management, the strategic risk RMU monitors by comparing the achievements that have been made to the Bank's Business Plan (BBP). The result of BBP comparison with actual results is outlined in the Bank's risk profile assessment indicators , so RMU capable of reviewing and evaluating the above plans which are contained in the Business Plan and gives a good review to the Board of Directors directly or through the Risk Management Committee .

The Bank has established policies and procedures limit strategic risk. Through the strategic risk profile indicators, RMU can monitor strategic risk to match the Bank's risk appetite and immediately inform the relevant parties to mitigate when strategic risk achieves the Bank's risk tolerance limits.

7. Compliance Risk

A compliance risk is the risk that causes the Bank not to comply with or implement legislation and other applicable regulations. Compliance risk inherents in the laws and regulations, including the provisions of the minimum capital obligations in accordance with the risk profile, Legal Lending Limit (LLL), Productive Assets Quality, the implementation of Good Corporate Governance (GCG) and other provisions.

In compliance risk management, RMU monitors through the indicators of compliance risk profile, including the number and frequency of violations committed by the Bank, the type of violation or noncompliance Bank, the significance of the follow-up of the bank for non-compliance and violation of the provision of certain financial transactions. RMU also works closely with the Compliance Unit (CU) to monitor the legislation and new regulatory policies, so that the Bank is not lagging information nor liability for regulatory compliance and new regulatory policies. CU is also responsible for the implementation of Anti-Money Laundering and Counter Terrorism Financing (AML & CTF) in the Bank.

The Bank has established the policies and the procedures of compliance risk limits. Through the indicators of compliance risk profiles can monitor the compliance risk RMU Bank to conform to the Bank's risk appetite and immediately inform the relevant parties in order to mitigate compliance risk as to the Bank's risk tolerance limits.

(10)

8. Risiko Reputasi

Risiko reputasi merupakan risiko yang terjadi akibat menurunnya tingkat kepercayaan stakeholder yang bersumber dari persepsi negatif terhadap Bank. Bank melakukan pengukuran risiko reputasi dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Bank memantau risiko reputasi secara berkala dengan memperhatikan pengalaman kerugian di masa lalu akibat risiko reputasi serta memperhatikan indikator risiko reputasi saat ini. Indikator risiko reputasi dalam profil risiko Bank, lebih memperhatikan dan memantau berita yang berkaitan dengan reputasi Bank. Indikator risiko reputasi Bank lebih fokus pada pengaruh kredibilitas pemilik dan Bank, etika bisnis Bank yang berkaitan dengan transparansi informasi keuangan, SDM Bank, pemasaran produk / jasa Bank, penggunaan hak atas kekayaan intelektual, kerjasama dengan stakeholder lainnya, serta adanya frekuensi maupun materialitas eksposur pemberitaan negatif Bank serta keluhan nasabah.

Bank telah menetapkan kebijakan dan prosedur limit risiko reputasi. Melalui indikator profil risiko reputasi, SKMR dapat memantau risiko reputasi Bank agar sesuai dengan risk appetite Bank dan segera menginformasikan kepada pihak terkait untuk melakukan mitigasi ketika indikator risiko reputasi sampai pada batas risk tolerance Bank.

Bank telah memiliki prosedur penanganan pengaduan nasabah yang meliputi kebijakan, prosedur, unit kerja yang melakukan pemantauan dan pelaporan sesuai ketentuan.

SERTIFIKASI MANAJEMEN RISIKO

Sesuai dengan PBI no. 12/7/PBI/2010 tanggal 19 April 2010 tentang Perubahan Atas PBI No.11/19/ PBI/2009 tentang Sertifikasi Manajemen Risiko bagi Pengurus dan Pejabat Bank, Hingga akhir tahun 2015 secara bertahap Bank telah mengikutsertakan pengurus dan pejabat yang diwajibkan untuk mengikuti uji kompetensi sesuai dengan level jabatan yang bersangkutan termasuk juga penyegarannya. Hal ini merupakan salah satu komitmen Bank untuk meningkatkan kompetensi pengurus dan pejabat Bank terhadap pemahaman risiko, sehingga penerapan manajemen risiko pada semua lini Bank dapat berjalan secara efektif.

PROFIL RISIKO

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 13/01/PBI/2011 tanggal 05 Januari 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dan Surat Edaran Bank Indonesa No. 13/24/DPNP/ tanggal 25 Oktober 2011 tentang Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum, maka Bank memperhatikan cakupan penilaian penerapan manajemen risiko melalui profil risiko Bank baik penilaian inherent risk maupun penilaian kualitas penerapan manajemen risiko serta menyesuaikan setiap indikator penilaian sesuai dengan peraturan yang baru dengan menggunakan konsep Risk Based Bank Rating (RBBR).

8 . Reputation Risk

The Reputation risk is the risk that occurs due to decrease the levels of stakeholder confidence that come from the negative perceptions of the Bank. A bank measures the reputation risk with the qualitative and quantitative approaches. A bank regularly monitors the risk reputation by taking into account the past experience losses due the reputation risk and reputation risk indicators of attention today. The Indicator of reputation risk in the Bank's risk profile, more attention and monitoring news relating to the Bank's reputation . Bank reputation risk indicators focuses on the influence of the owner 's credibility and the Bank, the Bank's business ethics relating to the transparency of financial information, HR Bank, the marketing of products/services of the Bank, the use of intellectual property rights, cooperation with other stakeholders, as well as the frequency and exposure reporting materiality Bank and negative customer complaint.

The Bank has established the policies and the procedures at reputation risk limits. Through the profile indicator reputation risk, reputation risk RMU Bank can monitor to match the Bank's risk appetite and immediately inform the relevant parties to mitigate reputation risk as an indicator to the Bank's risk tolerance limits.

The Bank has a customer complaints handling procedure which includes policies, procedures, work unit monitoring and reporting in accordance with.

RISK MANAGEMENT CERTIFICATION

In accordance with Bank Indonesia Regulation no. 12/7/PBI/2010 dated April 19, 2010 on the Amendment of Bank Indonesia Regulation No.11/19/PBI/2009 on Certification of Risk Management for Managers and Officers of the Bank , until the end of 2015 gradually Bank has included the management and officers are required to follow the test level of competence in accordance with the relevant positions including refreshing. This is one of the Bank's commitment to improve the competence of management and officers of the Bank to the understanding of the risks , so that the application of risk management in all lines of the Bank can run effectively . RISK PROFILE

In accordance with Bank Indonesia Regulation No. 13/01/PBI/2011 dated January 5, 2011 on the Assessment of Commercial Banks and Bank Indonesia Circular Regulation No.13/24/DPNP/ dated October 25, 2011 concerning the Commercial Banks, a bank pays attention to the scope of risk management assessment through better risk profile inherent risk assessment and assessment of the quality of risk management and assessment customizes every indicator in accordance with the new regulations by bank using the concept of Risk Based Bank Rating (RBBR).

(11)

DAFTAR TABEL MANAJEMEN RISIKO

Tabel 1 Pengungkapan Kuantitatif struktur permodalan Bank Umum

Tabel 2.1.a Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Wilayah - bank secara Individual

Tabel 2.2.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sisa Jangka Waktu Kontrak - bank secara Individual Tabel 2.3.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Sektor Ekonomi - bank secara Individual

Tabel 2.4.a. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Wilayah - bank secara Individual Tabel 2.5.a. Pengungkapan Tagihan dan Pencadangan Berdasarkan Sektor Ekonomi - bank secara Individual Tabel 2.6.a. Pengungkapan Rincian Mutasi Cadangan Kerugian Penurunan Nilai - bank secara Individual Tabel 3.1.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Kategori Portofolio dan Skala Peringkat – bank

secara Individual

Tabel 3.2.a. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Derivatif

Tabel 3.2.b.1. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Repo - bank secara Individual

Tabel 3.2.c.1. Pengungkapan Risiko Kredit Pihak Lawan: Transaksi Reverse Repo - bank secara Individual Tabel 4.1.a. Pengungkapan Tagihan Bersih Berdasarkan Bobot Risiko Setelah Memperhitungkan Dampak

Mitigasi Risiko Kredit - bank secara Individual

Tabel 4.2.a. Pengungkapan Tagihan Bersih dan Teknik Mitigasi Risiko Kredit - bank secara Individual Tabel 6.1.1. Pengungkapan Eksposur Aset di Neraca

Tabel 6.1.2. Pengungkapan Eksposur Kewajiban Komitmen/Kontinjensi pada Transaksi Rekening Administratif Tabel 6.1.3. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Pihak Lawan Tabel 6.1.4. Pengungkapan Eksposur yang Menimbulkan Risiko Kredit akibat Kegagalan Setelmen Tabel 6.1.7. Pengungkapan Total Pengukuran Risiko Kredit

Tabel 7.1. Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Metode Standar

Tabel 7.2.a Pengungkapan Risiko Pasar Dengan Menggunakan Model Internal (Value at Risk/VaR) – bank secara Individual

Tabel 8.1.a. Pengungkapan Kuantitatif Risiko Operasional - bank secara Individual Tabel 9.1.a. Pengungkapan Profil Maturitas Rupiah - bank secara Individual

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)
(18)
(19)
(20)
(21)
(22)
(23)
(24)

Referensi

Dokumen terkait

(AHP) digunakan untuk mendukung keputusan dari wisata peradaban ekologi sehingga nantinya hasil yang diperoleh dapat menjadi solusi yang baik dalam penerapannya..

Pada kuartal pertama tahun ini, Adira membukukan laba bersih Rp 414 miliar atau tumbuh 22 persen dibanding periode yang sama tahun lalu.. Volume perdagangan saham ADMF mencapai

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada suatu perbedaan yang penting antara kemampuan pengucapan kata-kata bahasa Inggris siswa kelas tujuh SMP

Penghasilan Dan Beban (Biaya) Menurut Undang-Undang Perpajakan Berdasarkan pasal 4 Undang-undang pajak penghasilan tahun 2000 yang dikenakan pajak adalah objek pajak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor-faktor pertumbuhan ekonomi (pertumbuhan tenaga kerja, pertumbuhan kredit investasi

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan cross sectonal, yaitu menggambarkan jenis bakteri tonsilitis kronis dari

Variabel yang berkenaan dengan peran dan fungsi profesi meliputi (1) kinerja yang ditunjukkan konselor merupakan tugas yang harus dia lakukan untuk memfasilitasi perkembangan

Demikian juga menurut pengamat berdasarkan hasil analisis video pembelajaran menggunakan lembar observasi kelas dikjasor masuk dalam kategori baik dengan nilai 68,35%; (3)