• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKNA IDENTITAS PROFESI PADA KONSELOR SMP NEGERI KOTA MALANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "MAKNA IDENTITAS PROFESI PADA KONSELOR SMP NEGERI KOTA MALANG"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

17

Peningkatan kinerja konselor untuk dapat memperoleh public trust dari stakeholder, sangat dipengaruhi oleh bagaimana konselor tersebut memandang lingkungannya khususnya bagaimana pemaknaan dirinya terhadap profesinya. Kemampuan konselor untuk memandang profesinya secara utuh, tentunya akan ditunjukkan melalui sikap, pikiran dan perilaku yang positif serta adaptif

terhadap unjuk kinerjanya khususnya dalam proses konseling. Kemampuan untuk menunjukkan sikap, pikiran dan perilaku yang adaptif sangat tergantung pada bagaimana upaya konselor untuk senantiasa terus-menerus berpikir reflektif terhadap diri dan pekerjaannya.

Dari hasil studi pendahuluan, konselor meng-ungkapkan bahwa profesinya sebagai konselor atau

Arbin Janu Setiyowati

Irene Maya Simon

Nugraheni Warih Utami

Jurusan Bimbingan dan Konseling FIP Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang

Email: arbinjs_rk@ymail.com

Abstract: The Meaning of Counseling Profesional at Public Yunior High School in Malang. This study aimed to understand the meaning of professional counseling identity according to conselors in Public Junior High School, Malang City. This research used a qualitative method with a phenomenological research design. The result showed that (1) counselors defined the role and functions of professional counseling as form of their responsibility, devotion to others and practices of religious values; (2) counselors defined their personal characteristics as a positive basic attitude; (3) counselors defined their ability to establish social relationships, initiative and willingness to interact with all the school community without exception; (4) counselors defined counselor a role model; (5) counselors defined their professional ability; and (6) the motive, culture, practices of religious values, and historical backgrounds the counselors have had implications for defining their professional identity.

Keywords: meaning of professional identity, counselor, public junior high school

Abstrak: Makna Identitas Profesi pada Konselor SMP Negeri Kota Malang. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna identitas profesi konselor menurut para konselor di SMP Negeri di Kota Malang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan rancangan penelitian fenomenologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) konselor memaknai peran dan fungsi profesinya sebagai wujud tanggung jawab, pengabdian kepada sesama dan pengamalan nilai-nilai agama; (2) konselor memaknai karakteristik kepribadian konselor sebagai sikap dasar yang positif; (3) konselor memaknai kemampuan dalam menjalin relasi sosial, insiatif dan kemauan berinteraksi dengan semua warga sekolah tanpa terkecuali; (4) konselor memaknai model peran sebagai konselor; (5) konselor memaknai peningkatan kemampuan profesionalnya; dan (6) motif, budaya, pengamalan nilai-nilai agama, dan latar belakang yang dimiliki konselor berimplikasi pada cara konselor memaknai identitas profesinya. Kata Kunci: makna identitas profesi, konselor, SMP

(2)

guru BK (Bimbingan dan Konseling) seringkali dianggap kurang prestisius dibandingkan dengan guru mata pelajaran. Kedudukan konselor atau guru BK di sekolah dianggap hanya sebagai penunjang kegiatan akademik sekolah. Anggapan-anggapan mengenai profesi konselor yang cenderung inferior ini tidak hanya merupakan anggapan personil sekolah dan masyarakat saja melainkan konselor sendiri juga menganggap demikian. Ketika konselor sendiri tidak memiliki kebanggaan terhadap profesinya, dikhawatirkan akan berpengaruh terhadap kinerja konselor dalam menjalankan program BK di sekolah. Ketidakmampuan konselor dalam menghayati identitas profesinya dengan baik mengakibatkan stigma-stigma negatif tentang BK akan terus ada di kalangan masyarakat.

Kemampuan konselor untuk menghayati identitas profesi konselor sebagai bagian dari dirinya idealnya menjadi sebuah kebutuhan. Identitas profesi yang kuat ini akan menjadi pendorong untuk senantiasa meningkatkan kompetensinya dalam pelayanan bimbingan dan konseling profesional (Yeo, 2012). Penghayatan jati diri sebagai konselor akan memudahkan konselor untuk senantiasa menumbuhkembangkan pribadi seorang helper. Dengan identitas profesi yang kuat pada diri masing-masing konselor maka program BK akan setara dengan program akademik sekolah dalam rangka menunjang keberhasilan siswa dalam seluruh aspek kehidupannya.

Berbagai upaya pembinaan konselor harus dilakukan untuk meningkatkan kinerja dan profesionalitas konselor. In-service training (pendidikan dan pelatihan) diharapkan dapat meningkatkan kualitas dan sekaligus pengakuan/ legitimasi dari pengguna profesi konseling (siswa dan orang tua). Fakta di lapangan, dijumpai bahwa para siswa kurang tertarik untuk memanfaatkan layanan konseling, mereka menjadikan konselor sebagai alternatif ketiga untuk dimintai bantuan. Ditemukan pula bahwa sebagian orang tua belum mengakui signifikansi dari eksistensi program BK karena alasan kurang profesionalnya para guru pembimbing dalam menjalankan tugas. Sebagian orang tua kurang dapat membedakan mana hasil kinerja guru BK dan hasil kinerja layanan pengajaran. Peningkatan kemampuan konselor dilandasi asumsi bahwa keberhasilan BK di

sekolah ditentukan oleh faktor sikap, pengetahuan, keterampilan, kemampuan BK yang dikuasai oleh konselor dalam semua seting dapat diidentifikasi dan diajarkan melalui pendidikan dan pelatihan (in-service training).

Konselor merupakan suatu profesi yang mengemban tugas yang jelas dan teramati. Ini berarti bahwa profesi konselor memiliki seperangkat tugas dan kewajiban yang memerlukan keahlian, kemampuan dan keterampilan khusus dalam memberikan pelayanannya kepada setiap pengguna jasa layanan bimbingan, khususnya para konselor. Tingkat penguasaan pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan sikap konselor dalam melaksanakan pelayanan BK menunjukkan profesionalisme konselor. Peningkatan profesio-nalisme konselor dapat disusun dalam berbagai bentuk dan cara, sehingga dapat membantu dalam meningkatkan kinerja konselor menuju pemenuhan tuntutan perilaku profesional. Perbaikan performansi profesionalisme konselor di lapangan membutuhkan standar kompetensi profesi konselor itu sendiri sebagai dasar untuk dapat mengukur tingkat pencapaian profesionalisme konselor.

Sebagai pengampu layanan BK, diharapkan seorang konselor memiliki kompetensi yang utuh sebagai konselor profesional. Sosok utuh kompetensi konselor mencakup kompetensi akademik dan kompetensi profesional sebagai satu keutuhan. Kompetensi akademik merupakan landasan ilmiah dari kiat pelaksanaan pelayanan profesional konseling dan merupakan landasan bagi pengembangan kompetensi profesional, yang meliputi: (1) memahami secara mendalam konseli yang dilayani; (2) menguasai landasan dan kerangka teoritik konseling; (3) menyelenggarakan layanan konseling yang memandirikan; dan (4) Mengembangkan profesionalitas secara berke-lanjutan (Depdiknas, 2008). Unjuk kerja konselor sangat ditentukan oleh kualitas penguasaan keempat kompetensi tersebut yang tentunya juga dilandasi oleh nilai, sikap dan karakteristik pribadi yang mendukung.

Fungsi esensial konselor sebagai pengampu layanan BK adalah memberikan umpan balik yang jujur dan langsung kepada konseli. Konselor sebagai pengampu layanan BK selain belajar mengenai dinamika-dinamika kepribadian, proses terapeutik, juga mempelajari tingkah laku dan kepribadiannya

(3)

sendiri, karena sejatinya keefektifan pelayanan bimbingan dan konseling sebagian besar adalah produk dari seni berelasi. Artinya bimbingan dan konseling adalah ilmu pengetahuan yang tidak bisa dilepaskan dari tingkah laku dan kepribadian konselor.

Berdasarkan paparan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa pemaknaan profesi sebagai konselor sangat penting dan dapat mempengaruhi pelayanan BK di sekolah. Untuk itu penelitian ini bertujuan ingin mengetahui bagaimana konselor sekolah, khususnya konselor di SMP, memaknai identitas profesinya dilihat dari (1) peran dan fungsi profesi; (2) karakteristik pribadi konselor; (3) kemampuan dalam menjalin relasi social; (4) model peran sebagai konselor; dan (5) peningkatan kemampuan profesional.

METODE

Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Jenis penelitian kualitatif yang digunakan adalah penelitian fenomenologi. Dalam penelitian ini instrumen utama penelitian adalah peneliti sendiri. Peneliti sebagai alat pengumpul data utama dengan melakukan wawancara mendalam pada subjek penelitian. Oleh karena itu, kehadiran peneliti di lokasi penelitian mutlak diperlukan sehingga harus menciptakan hubungan yang baik dan hangat dengan subjek penelitian, baik sejak awal penelitian, selama penelitian, maupun sesudah penelitian. Sebelum penelitian, dilakukan pra survey untuk memperoleh informasi yang akurat mengenai topik yang diteliti, dengan wawancara awal. Setelah itu dilanjutkan dengan melakukan wawancara mendalam kepada para subjek penelitian guna menjawab fokus penelitian. Peneliti bertindak sebagai instrumen sekaligus pengumpul data. Subjek penelitian adalah konselor di SMPN X Kota Malang. Penetapan subjek penelitian dilakukan secara purposive. Prosedur analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah prosedur fenomenologis yaitu reduksi data, display data, verifikasi dan pengambilan kesimpulan. Untuk menjaga keabsahan data dilakukan beberapa macam uji keabsahan data yaitu credibility, dependability, dan confirmability.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil temuan secara keseluruhan tentang pemaknaan konselor terhadap identitas profesinya, meliputi: (1) peran dan fungsi profesi; (2) karakteristik pribadi konselor; (3) kemampuan dalam menjalin relasi sosial, (4) model peran sebagai konselor; dan (5) peningkatan kemampuan profesional.

Peran dan Fungsi Profesi

Variabel yang berkenaan dengan peran dan fungsi profesi meliputi (1) kinerja yang ditunjukkan konselor merupakan tugas yang harus dia lakukan untuk memfasilitasi perkembangan optimal peserta didik dalam seluruh aspek kehidupannya; (2) konselor memahami bahwa perannya sebagai konselor adalah bersama-sama dengan seluruh staf sekolah mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh kembang siswa, khususnya melalui pelayanan BK yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi siswa; (3) tugas sebagai konselor yaitu membentuk karakter peserta didik menjadi baik; (4) konselor mempunyai pandangan bahwa profesi yang digelutinya merupakan tugas mulia sebagai sesama manusia untuk saling membantu; dan (5) pelayanan BK merupakan bentuk pengamalan ajaran agama.

Karakteristik Pribadi

Variabel yang berkenaan dengan sikap pribadi berkenaan dengan hal yang meliputi: (1) sikap pribadi konselor yang ditunjukkan merupakan sikap pribadi yang spontan dilandasi hati yang tulus dan sukarela untuk menjadikan dirinya penolong serta pendamping konseli melewati masa-masa sulit hidupnya; (2) dalam memberikan pelayanan BK di sekolah, konselor memberikannya didasari pada hubungan yang hangat, dan komunikatif dengan seluruh stakeholder; (3) konselor meyakini bahwa pelayanan BK sebagai pekerjaan yang sifatnya kemanusiaan akan sangat dipengaruhi oleh kemampuan konselor dalam mengendalikan emosi; (4) konselor memiliki perhatian dan peka terhadap tumbuh kembang siswa; dan (5) konselor berupaya untuk terus menerus memperbaiki kualitas sikap pribadinya secara terus-menerus.

(4)

Kemampuan Menjalin Relasi Sosial

Variabel yang berkenaan dengan kemampuan menjalin relasi sosial meliputi: (1) insiatif dan kemauan konselor untuk berinteraksi dengan semua warga sekolah tanpa terkecuali; (2) banyaknya kunjungan siswa ke ruang BK untuk mendapatkan pelayanan BK; dan (3) pengembangan kerjasama dengan stakeholder, khususnya wali murid dalam rangka memfasilitasi perkembangan siswa.

Modal Peran sebagai Konselor

Variabel yang berkenaan dengan model peran sebagai konselor meliputi hal sebagai berikut: (1) pandangan semua warga sekolah yang memandang konselor sebagai panutan karena dalam tugasnya sehari-hari konselor itu membimbing siswa dalam berperilaku yang tepat; (2) kesadaran konselor bahwa segala perilakunya di sekolah akan menjadi sorotan semua warga sekolah; dan (3) konselor menyelaraskan antara perilakunya sehari-hari dengan apa yang disampaikan kepada siswa.

Peningkatan Kemampuan Profesional

Variabel yang berkenaan dengan peningkatan kemampuan profesional meliputi: (1) upaya untuk melakukan introspeksi diri dan meningkatkan kualitas hidup dengan belajar melalui berbagai hal; (2) konselor berupaya mempelajari perkembangan ilmu BK dengan aktif mengikuti kegiatan MGBK, seminar dan workshop; dan (3) konselor berupaya mempelajari pemanfaatan TIK dalam BK melalui pelatihan, belajar melalui teman sejawat, dan belajar melalui siswa.

Pembahasan

Layanan BK di sekolah terintegrasi dan merupakan bagian dari sistem pendidikan. Keberadaan layanan BK mutlak diperlukan untuk memfasilitasi perkembangan optimal dari peserta didik di dalam seluruh aspek kehidupannya. Untuk itu diperlukan kehadiran konselor sebagai pengampu layanan BK. Profesi konselor merupakan profesi yang professional dan bermartabat. Pelaksanaan layanan profesional selalu berwujud pada kiat yang berlandaskan keilmuan, teknologi dan pilihan nilai untuk meningkatkan kepercayaan terhadap layanan ahli. Untuk itu diperlukan

sejumlah kualifikasi untuk menjadi konselor yang professional. Kualifikasi yang dibutuhkan antara lain penguasaan kemampuan akademik dan kemampuan profesional. Dua komponen ini terintegrasi menjadi satu sehingga tidak bisa dipisahkan.

Terkait tujuan menjadi konselor, temuan di lapangan menunjukkan tujuan konselor bekerja sebagai konselor sekolah diantaranya adalah panggilan jiwa, keinginan untuk membantu sesama, pengalaman nilai-nilai agama dan pekerjaan yang profesional. Membicarakan panggilan jiwa, konselor memandang bahwa menjadi konselor itu tidak semua orang mampu dan mau karena dibutuhkan karakteristik pribadi tertentu yang bersedia memberikan diri sepenuh hati untuk membantu orang lain mengembangkan diri dan mengatasi hambatan-hambatannya. Ada dorongan kuat dalam diri yang selalu ingin berguna dan bermanfaat bagi lingkungan.

Keinginan membantu sesama, konselor memiliki prinsip bahwa tugas yang diembannya dapat bermanfaat dan dibutuhkan oleh banyak orang, membantu orang lain keluar dari masalah dan membantu mereka mengembangkan diri dengan optimal merupakan kepuasan batin bagi dirinya. Kepuasan batin yang dirasakan oleh konselor ini merupakan penjiwaan yang dimiliki konselor berupa keinginan membantu sesama. Pengamalan nilai-nilai agama, konselor mempunyai tujuan bahwa tugas yang diembannya sebagai seorang konselor mempunyai makna ibadah yakni bagian dari ketaatan dalam menjalankan perintah Tuhan. Pengalaman nilai-nilai agama menurut konselor tidak hanya terbatas pada hubungannya secara vertikal dengan Tuhan, melainkan juga harus diseimbangkan dengan hubungan secara horizontal yaitu dengan sesama manusia. Konselor berprinsip bahwa tugas manusia di dunia adalah melakukan banyak kebaikan dan bermanfaat bagi lingkungan.

Pekerjaan yang profesional, konselor memandang bahwa tidak semua orang bisa menjadi konselor. Menjadi konselor dibutuhkan bekal kemampuan akademik dan profesional yang ditempuh dalam serangkaian pendidikan dan pengalaman di lapangan. Kemampuan akademis menekankan pada penguasaan teoritis pengetahuan, sedangkan kemampuan profesional menekankan pada penempaan kemampuan konselor di lapangan.

(5)

Suatu profesi adalah memberikan layanan ahli, oleh sebab itu harus dilandasi oleh pengetahuan yang luas dan mendalam tentang bidang ilmunya serta ilmu-ilmu lain yang relevan. Profesi konselor mempunyai persyaratan pendidikan dan praktik sendiri-sendiri. Konselor adalah seorang yang memiliki keahlian suatu profesi dalam bentuk melaksanakan tugas pelayanan BK dengan tujuan memfasilitasi perkembangan optimal dan memandirikan siswa.

Terkait temuan peran dan fungsi profesi, dapat disimpulkan bahwa konselor sudah memahami dengan baik peran dan fungsinya sebagai konselor. Konselor menyadari bahwa kinerja utama sebagai seorang konselor adalah memfasilitasi perkembangan optimal siswa dalam seluruh aspek kehidupannya. Selain itu, peran sebagai konselor adalah bersama-sama dengan seluruh staf sekolah mewujudkan lingkungan sekolah yang kondusif untuk tumbuh kembang siswa.

Terkait temuan karakteristik kepribadian konselor, dapat disimpulkan bahwa konselor sudah memiliki sikap pribadi yang menunjang profesinya sebagai konselor dan mampu mengenali dengan baik segala kelebihan dan keterbatasan pribadinya. Kepribadian dan sikap profesional seorang konselor sangatlah penting dalam memfasilitasi hubungan yang sifatnya memberi bantuan. Okun & Katriwitz (dalam Glading, 2009) mencatat bahwa sangatlah sulit untuk memisahkan kepribadian konselor dari tingkat gayanya dalam bekerja, karena keduanya saling berhubungan. Konselor yang profesional akan terus menerus mengembangkan kemampuan mawas dirinya untuk bersentuhan dengan nilai-nilai, pikiran dan perasaannya sehingga selalu melakukan refleksi terhadap tindak pelayanan yang telah dilakukannya. Sisi lain konselor adalah keahlian, berupa tingkat dimana seorang konselor digambarkan sebagai orang berpengetahuan dan memahami informasi mengenai spesialisasinya yaitu bidang BK.

Terkait temuan penelitian mengenai kemampuan dalam menjalin relasi sosial, dapat disimpulkan bahwa konselor memiliki kemampuan yang baik dalam menjalin relasi sosial. Seorang konselor mempunyai tugas dan peran yang penting di lingkungan sekolah, yaitu mengantarkan peserta didik menjadi pribadi yang mampu berfungsi secara

utuh dan bermanfaat bagi lingkungannya. Selain itu konselor sekolah juga berperan sebagai fasilitator yang menjembatani hubungan siswa, guru, dan orang tua. Maka dari itu, konselor dituntut terampil dalam mengembangkan dan melaksanakan layanan BK yang mampu mengakomodir kebutuhan semua pihak.

Temuan di lapangan menunjukkan bagaimana masing-masing konselor memiliki hubungan yang baik dengan sesama kolega konselor di sekolah. Masing-masing merasa menjadi bagian satu sama lain dan bahu-membahu menjalankan pelayanan BK. Kebersamaan konselor dengan personil konselor lainnya ini semakin memperkuat identitas profesi seorang konselor sebagai individu dan berkontribusi positif terhadap kualitas profesionalnya. Hal ini sesuai dengan asumsi umum mengenai konsep identitas sosial menurut Tajfel (dalam Hogg & Vaughan, 2000) meliputi: (1) setiap individu selalu berusaha untuk merawat atau meninggikan self-esteemnya, mereka berusaha untuk membentuk konsep diri yang positif; (2) kelompok atau kategori sosial dan anggota dari mereka berasosiasi terhadap konotasi nilai positif atau negatif. Karenanya, identitas sosial mungkin positif atau negatif tergantung evaluasi (yang mengacu pada konsensus sosial, bahkan pada lintas kelompok) kelompok tersebut yang memberikan kontribusi pada identitas sosial individu; dan (3) evaluasi dari salah satu kelompok adalah berusaha mendeterminasikan dan juga sebagai bahan acuan pada kelompok lain secara spesifik melalui perbandingan sosial dalam bentuk nilai atribut atau karakteristik.

Terkait dengan kemampuan konselor dalam menjalin relasi sosial dengan seluruh stakeholder, khususnya dengan siswa terlihat bahwa konselor memiliki kemampuan yang baik dalam menjalin hubungan yang positif dalam rangka menjalankan pelayanan BK secara optimal. Menurut Akos (dalam Barunda, 2006), kepala sekolah dengan komunitas yang ada seperti guru, peserta didik, karyawan, orang tua dan komunitas lain sangat mendukung terciptanya lingkungan, pengembangan karir, kompetensi personal maupun sosial menjadikan sekolah tersebut memiliki kontribusi yang sangat berarti bagi pengembangan ke depan. Untuk itulah perlu inisiatif dan kemauan konselor untuk

(6)

membina hubungan baik dan kerjasama dengan seluruh stakeholder untuk ikut berpartisipasi dalam meningkatkan dan menjaga mutu pelayanan BK.

Terkait kemampuan menjalin relasi dengan siswa, secara khusus konselor dituntut untuk mampu menyesuaikan pola pikir dan perilaku remaja dengan cara memasuki dunia mereka. Konselor bahkan juga diharapkan dapat terlibat aktif dalam setiap kegiatan yang diikuti oleh siswa. Hal ini jauh lebih efektif dilakukan dalam upaya menjalin relasi sosial yang baik dengan siswa daripada konselor hanya duduk di belakang meja sambil menunggu siswa datang ke ruang BK.

Berkaitan dengan temuan di lapangan mengenai model peran sebagai konselor, konselor menyadari bahwa masyarakat/lingkungan menaruh harapan bagi konselor untuk dapat menunjukkan konsistensi dalam berperilaku, yaitu selaras antara apa yang diucapkan dengan perilaku yang dimunculkan. Hal ini penting mengingat dalam sehari-harinya konselor membimbing siswa agar dapat menunjukkan perilaku yang tepat dalam setiap aspek kehidupannya. Bimbingan kepada siswa ini akan efektif apabila konselor juga menunjukkan perilaku yang sama seperti apa yang disampaikan kepada siswa.

Layanan BK di sekolah akan menjadi layanan yang profesional, bergengsi dan keberadaanya banyak dirasakan manfaatnya oleh semua pihak apabila konselor dapat memaknai identitas profesinya dengan tepat. Pemaknaan identitas profesi yang tepat akan memudahkan konselor bertugas secara profesional untuk membantu tercapainya pribadi konseli yang mandiri, berintegritas dan menjadi asset bangsa di masa mendatang. Terkait temuan di lapangan mengenai peningkatan kemampuan profesional, dapat disimpulkan bahwa konselor sudah mulai menunjukkan upayanya untuk senantiasa mengasah kemampuan profesionalnya melalui berbagai upaya dan senantiasa melakukan refleksi diri. Insiatif, kemauan dan kreatifitas menjadi kunci dalam upaya peningkatan kemampuan profesional seorang konselor.

Memberikan pelayanan BK di sekolah, konselor akan berhadapan dengan siswa yang memiliki karakteristik unik. Siswa SMP merupakan usia remaja awal yang di dalam tubuhnya sedang terjadi perubahan-perubahan yang sifatnya cepat, ekstrem termasuk adanya perubahan fundamental dalam

aspek kognisi, emosi, sosial dan pencapaiannya (Fagan, 2006). Untuk itulah diperlukan kreativitas seorang konselor untuk mampu menumbuhkan kepercayaan siswa bahwa konselor adalah pihak yang tepat untuk membantunya dalam mengatasi hambatan di setiap aspek kehidupannya.

Konselor yang kreatif akan memiliki banyak cara untuk melakukan pendekatan terhadap para siswa supaya pelayanan BK dapat berjalan optimal. Dengan demikian pelayanan BK dapat menjadi atmosfer bagi lembaga sekolah dalam memfasilitasi kesuksesan siswa secara pribadi maupun secara sosial dan keberadaan BK benar-benar dapat dirasakan kebermanfaatannya.

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan fokus penelitian, paparan data, temuan penelitian dan analisis data serta pembahasan maka hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) konselor memaknai peran dan fungsi profesinya sebagai profesi yang mengutamakan kesejahteraan konseli, yang didasari oleh unjuk kerja profesional, bentuk tanggung jawab, upaya membantu kepada sesama dan pengamalan nilai-nilai agama; (2) konselor memaknai karakteristik pribadinya dalam menjalankan pekerjaannya sebagai sikap dasar yang positif yang terimplementasi dalam pelayanan BK sehingga menumbuhkan kepercayaan, dan kepuasan dari pengguna layanan BK; (3) konselor memaknai kemampuan dalam menjalin relasi sosial ditandai dengan insiatif konselor untuk berinteraksi dengan semua warga sekolah tanpa terkecuali, banyaknya kunjungan siswa ke ruang BK untuk mendapatkan pelayanan BK, pengembangan kerjasama dengan stakeholder; (4) konselor memaknai model peran sebagai konselor adalah pentingnya keselarasan antara perilakunya dengan apa yang disampaikan ke siswa sehingga tujuan pelayanan tercapai; (5) konselor memaknai peningkatan kemampuan profesionalnya sebagai usaha yang harus dilakukan terus-menerus, selalu memeriksa dan mengatasi keterbatasan diri yang dapat mengganggu peningkatan kemampuan profesionalnya sehingga kualitas profesionalnya selalu meningkat yang berujung pada keberhasilan pelayanan BK di sekolah; dan (6) motif, budaya,

(7)

pengamalan nilai-nilai agama, dan latar belakang konselor berimplikasi pada cara konselor memaknai identitas profesinya.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini, disarankan pada (1) konselor sekolah dapat mengimitasi dan mengidentifikasi diri dalam memberikan layanan BK yang profesional; (2) organisasi profesi BK perlu untuk merumuskan jati diri profesi konselor yang dapat dijadikan sebagai rujukan pengembangan profesi yang profesional; dan (3) diharapkan lembaga pendidikan profesi konselor dapat memberikan bekal kepada calon konselor untuk senantiasa memperkuat identitas profesi sebagai konselor profesional.

DAFTAR RUJUKAN

Barunda, R. & Rolla, L. 2006. Lived Stories: Participatory Leadership in School Counseling.

Journal of Counseling & Development. 84, (Online), (http://www.stephanietburns.com), diakses 10 Desember 2015.

Depdiknas. 2008. Penataan Pendidikan Profesional Konselor dan Layanan Bimbingan dan Konseling dalam Jalur Pendidikan Formal. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Fagan, R. 2006. Counseling and Treating

Adolescent with Alcohol and Other Substance Use Problem and Their Family. The Family Journal: Counseling Therapy for Couples and Families. 14, (Online), (http://www.tfj. sagepub.com), diakses 10 Desember 2015. Glading, S. T. 2009. Counseling: A Comprehensive

Profession. New Jersey: Pearson Education. Hogg, M. A. & Vaughan, G. M. 2000. Social

Psychology (3rd Ed.). London: Prentice Hall. Yeo, L. S. et al. 2012. Counseling in Singapore:

Journal Counseling and Development. 90 (2): 243-248. (Online), (http//:www.onlinelibrary. wiley.com), diakses 9 Desember 2015.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi setengah pengangguran ini mengalami penurunan dibandingkan pada Agustus 2008 yang menujukkan angka ”setengah pengangguran” sebesar 25 persen, ”setengah

Berdasarkan hasil perhitungan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 9, OSB yang direkat dengan IC dapat digunakan untuk keperluan eksterior dan tahan kondisi

Untuk dapat menjalankan tugas yang telah dibebankan, Unit Pelaksana Teknis Museum Wayang Jakarta memiliki struktur sebagai berikut: Pimpinan adalah kepala unit pengelola

Pada mata kuliah proses produksi ini,tujuan diadakannya praktikum tentang pengerjaan mesin frais ini adalah agar mahasiswa lebih mengerti tentang cara-cara atau

Dalam modul ini Anda akan mempelajari tentang rumus-rumus teknik dasar yang dipakai pada teknik elektronika seperti rumus hukum Ohm yang digunakan untuk

Untuk menjelaskan pengaruh sistem in room check-in terhadap kepuasan pelanggan di Hotel Shangri-La Jakarta berdasarkan 5 dimensi penentu kualitas jasa, maka dapat dibuat

Menimbang, bahwa atas dasar apa yang dipertimbangkan dan disebutkan sebagai pendapat Pengadilan Agama dalam putusannya mengenai permohonan izin untuk menjatuhkan

PROGRAM STUDI KEAHLIAN: KEUANGAN KOMPETENSI KEAHLIAN: PERBANKAN.. JUDUL BUKU: