• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009 SEBESAR 6,00 PERSEN"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

No. 04/01/34/Th.XI, 05 Januari 2009 No. 47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009

TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA

DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA PADA AGUSTUS 2009

SEBESAR 6,00 PERSEN

(Di seluruh kabupaten/kota di DIY, TPT menunjukkan peningkatan pada periode

Agustus 2008-Agustus 2009)

1. PENDAHULUAN

Krisis perekonomian global tidak dapat dipungkiri mempengaruhi kinerja pembangunan yang sedang dilaksanakan di Indonesia. Dampak yang paling terasa dapat disimpulkan kedalam dua hal. Pertama, mengeringnya likuiditas. Mengeringnya likuiditas ini akan berdampak tidak saja kepada dunia usaha akan tetapi akan berdampak pula kepada kemampuan pemerintah untuk membiayai pembangunan. Kedua, melemahnya ekonomi di berbagai negara maju akan melemahkan ekspor. Dari kedua hal tersebut maka pada giliranya akan berdampak kepada dunia usaha dan sektor

BPS PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Hasil Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) menunjukkan bahwa Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Provinsi DIY pada Agustus 2009 sebesar 6,00 persen. Mengalami kenaikan bila dibandingkan dengan keadaan Agustus 2008 (5,38%), atau tetap bila dibandingkan keadaan Februari 2009 (6,00%).

Jumlah penganggur terbuka di Provinsi DIY pada Agustus 2009 diperkirakan sebesar 121 ribu orang. Bertambah sekitar 13,5 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2008 yang sebesar 107,5 ribu orang, tetapi berkurang sekitar 2 ribu orang bila dibandingkan keadaan Februari 2009.

Variasi TPT antar kabupaten/kota di Provinsi DIY pada Agustus 2009 menunjukkan bahwa TPT tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta (8,07%) dan yang terendah di Kabupaten Gunungkidul (3,94%). Namun secara absolut (jumlah) yang terbanyak penganggurnya terdapat di Kabupaten Sleman (42,6 ribu orang) dan yang paling sedikit di Kabupaten Kulonprogo (9,6 ribu orang). Di seluruh kabupaten/kota TPT menunjukkan peningkatan pada periode Agustus 2008-Agustus 2009.

Pada Agustus 2009, penduduk yang bekerja kurang dari 35 jam seminggu (setengah pengangguran) sebesar 23 persen dari orang yang bekerja. Jika dihitung jumlahnya mencapai sekitar 436 ribu orang. Lebih dari separuhnya (13%) tergolong ”setengah pengangguran sukarela” dan selebihnya (10%) tergolong ”setengah pengangguran terpaksa”. Kondisi setengah pengangguran ini mengalami penurunan dibandingkan pada Agustus 2008 yang menujukkan angka ”setengah pengangguran” 25 persen, ”setengah pengangguran sukarela” 14 persen, dan ”setengah pengangguran terpaksa” 11 persen.

(2)

2

Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 riil yang selanjutnya akan berdampak pada kesejahteraan masyarakat (Sambutan Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional pada acara Perkuatan Perekonomian Daerah dalam rangka Mengantisipasi Krisis Finansial Global Menggerakkan Sektor Riil dan Percepatan Pelaksanaan Pembangunan Daerah, Jakarta, 3 November 2008).

Sakernas (Survei Angkatan Kerja Nasional) ditujukan sebagai dasar dalam monitoring dan evaluasi pembangunan nasional maupun daerah dalam hal penciptaan kesempatan kerja. Sakernas menghasilkan indikator secara makro situasi ketenagakerjaan. Sakernas yang terakhir diselenggarakan pada Agustus 2009 yang lalu dirancang untuk menghasilkan indikator pokok yang bisa menggambarkan situasi wilayah sampai level kabupaten/kota di seluruh Indonesia. Sakernas sebelumnya yang juga bisa menggambarkan hasil sampai level kabupaten/kota adalah kondisi Agustus 2008.

2. PERKEMBANGAN ANGKA PENGANGGURAN DI PROVINSI DIY

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang merupakan perbandingan antara jumlah penganggur dengan jumlah angkatan kerja dapat digunakan untuk melihat perkembangan pengangguran. Fluktuasi TPT di Provinsi DIY dari tahun ke tahun berada dalam kisaran 5-8 persen. TPT tertinggi sejak tahun 2005 terjadi pada Nopember 2005 yang mencapai 7,59 persen. Kenaikan harga BBM yang cukup besar dan musim kemarau panjang pada saat itu kemungkinan dapat menjadi penjelas situasi. Setelah itu TPT cenderung menurun ke angka 5-6 persen. Pada Agustus 2006 TPT sekitar 6,31 persen, pada Agustus 2008 sebesar 5,38, dan terakhir pada Agustus 2009 sebesar 6,00 persen (Gambar 1). Angka ini relatif lebih rendah bila dibandingkan dengan TPT nasional yang berkisar 8-11 persen.

Gambar 1. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi DIY dan di Tingkat Nasional, Nopember 2005 – Agustus 2009 (%) 7.59 6.25 6.31 6.08 6.10 6.04 5.38 6.00 6.00 11.24 10.45 10.28 9.75 9.11 8.39 8.14 7.87 8.46 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

Nop-05 'Feb 06 Ags 06 'Feb 07 Ags 07 'Feb 08 Ags 08 'Feb 09 Ags 09

DIY Nasional

Pada Agustus 2009 TPT di daerah perkotaan Provinsi DIY sekitar 7,48 persen, sementara di perdesaan hanya 4,07 persen. TPT di perkotaan selalu lebih tinggi dibanding di perdesaan di Provinsi DIY. Tingginya TPT di perkotaan dipengaruhi oleh beragamnya lapangan pekerjaan di perkotaan yang biasanya sebagai pusat perekonomian, sementara di perdesaan umumnya didominasi pertanian dengan daya tampung yang terbatas. Angkatan kerja baru yang mencari pekerjaan pindah atau

(3)

mondok di perkotaan, sehingga pengangguran menjadi lebih nampak di daerah perkotaan. Sementara itu, penduduk daerah perdesaan biasanya tidak terlalu selektif dalam memilih pekerjaan, sehingga mereka akan melakukan kegiatan apa saja walaupun hanya sebagai pekerja keluarga. Penganggur yang tersisa di daerah perdesaan sebagian di antaranya memang mencari pekerjaan di perdesaan juga, dan sebagian lagi tetap tinggal di desanya sambil mencari pekerjaan dengan cara melaju (nglajo/commute/ulang-alik/ pulang-pergi) ke perkotaan.

Jumlah penganggur terbuka di Provinsi DIY pada Agustus 2009 diperkirakan sebesar 121 ribu orang. Bertambah sekitar 13,5 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2008 yang sebesar 107,5 ribu orang, tetapi berkurang sekitar 2 ribu orang bila dibandingkan keadaan Februari 2009.

Di antara penduduk yang sudah bekerja masih terkandung di dalamnya pekerja setengah pengangguran atau pengangguran terselubung, yakni yang waktu kerjanya kurang dari 35 jam seminggu. Keadaan Agustus 2009 pekerja ”setengah pengangguran” ini mendekati 23 persen dari pekerja. Jika dihitung jumlahnya mencapai sekitar 436 ribu orang. Lebih dari separohnya (13%) tergolong ”setengah pengangguran sukarela” karena tidak berusaha mencari pekerjaan lain, dan selebihnya (10%) tergolong ”setengah pengangguran terpaksa” karena masih berusaha mencari pekerjaan lain. Kondisi setengah pengangguran ini mengalami penurunan dibandingkan pada Agustus 2008 yang menujukkan angka ”setengah pengangguran” sebesar 25 persen, ”setengah pengangguran sukarela” 14 persen, dan ”setengah pengangguran terpaksa” 11 persen.

Bila angka TPT dan setengah pengangguran ini dibedakan menurut jenis kelamin, terdapat perbedaan nilai antara laki-laki dan perempuan meskipun tidak terlalu jauh. Pada Agustus 2009 TPT perempuan tercatat sebesar 5,05 persen, lebih rendah daripada TPT laki-laki yang sebesar 6,72 persen. Secara nominal, jumlah penganggur terbuka laki-laki dan perempuan berturut-turut sekitar 77 ribu dan 44 ribu. Sementara dari pekerja ”setengah pengangguran” yang ada di Provinsi DIY sekitar 57 persen adalah perempuan.

3. ANGKA PENGANGGURAN MENURUT KABUPATEN/KOTA

Pada pelaksanaan Sakernas Agustus 2008 dan 2009 jumlah sampelnya lebih banyak daripada Sakernas Februari, sehingga memungkinkan dibuat beberapa indikator ketenagakerjaan untuk level kabupaten/kota. Salah satunya adalah tingkat pengangguran terbuka (TPT).

Perkembangan TPT menurut wilayah kabupaten/kota disajikan pada Gambar 2. TPT di seluruh kabupaten/kota mengalami kenaikan pada periode Agustus 2008 ke Agustus 2009. Meskipun demikian pola TPT antar kabupaten/kota tidak berubah. Pada Agustus 2009 TPT tertinggi terjadi di Kota Yogyakarta (8,07%), disusul Kabupaten Sleman (7,43%) dan Kabupaten Bantul (5,85%). TPT rendah terjadi di Kabupaten Gunungkidul (3,94%) dan Kabupaten Kulonprogo (4,31%). Tampak bahwa wilayah yang berciri agraris mempunyai TPT yang rendah. Ciri umum perekonomian pada dua kabupaten dengan TPT rendah tersebut didominasi sektor pertanian.

(4)

4

Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 Gambar 2. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota

di Provinsi DIY, Agustus 2008 & Agustus 2009 (%)

4.31 5.85 3.94 7.43 8.07 7.85 6.83 3.29 5.06 3.56 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta Agustus 2008 'Agustus 2009

Jika dibuat perhitungan nominal, pada Agustus 2009 jumlah pengangguran paling banyak terdapat di Kabupaten Sleman yang mencapai sekitar 43 ribu. Kemudian diikuti secara berurut-turut di Kabupaten Bantul, Kota Yogyakarta, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Kulonprogo masing-masing terdapat sekitar 31 ribu, 21 ribu, 17 ribu, dan 10 ribu. Lihat Gambar 3.

Gambar 3. Estimasi Jumlah Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota di Provinsi DIY, Agustus 2008 & Agustus 2009 (dalam ribuan orang)

26.2 9.6 31.0 17.0 42.6 20.8 19.9 39.4 14.2 7.8 0 5 10 15 20 25 30 35 40 45 Kulonprogo Bantul Gunungkidul Sleman Yogyakarta

Agu stus 2008 'Agu stus 2009

4. KEADAAN KETENAGAKERJAAN DI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA

Secara keseluruhan struktur ketenagakerjaan di Provinsi DIY pada Agustus 2009 mengalami perubahan yang berarti dibanding kondisi periode yang sama tahun sebelumnya. Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2009 diperkirakan sebesar 1,9 juta orang, berkurang sekitar 30 ribu

(5)

orang bila dibandingkan keadaan Februari 2009, atau bertambah sekitar 3 ribu orang bila dibandingkan keadaan Agustus 2008.

TPAK (tingkat partisipasi angkatan kerja) yang merupakan perbandingan antara penduduk tergolong angkatan kerja dengan penduduk usia kerja dapat dilihat pada Tabel 1. Hasil Sakernas menunjukkan bahwa TPAK di Provinsi DIY pada Agustus 2009 sekitar 70,23 persen, menurun sedikit bila dibandingkan keadaan Agustus 2008 (70,51%). Pola perkembangan TPAK pada periode 2007-2009 juga menunjukkan pola yang menarik. TPAK tidak banyak berubah tetapi terdapat kecenderungan pada bulan Agustus lebih rendah bila dibandingkan kondisi bulan Februari, kecuali pada Agustus 2008. Pergeseran musim penghujan pada waktu itu dapat menjadi salah satu penjelasnya.

Tabel 1. Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan di Provinsi DIY, Februari 2007 - Agustus 2009 (dalam ribuan)

Uraian Feb 2007 Agst 2007 Feb 2008 Agst 2008 Feb 2009 Agst 2009

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)

Angkatan kerja 1.954,42 1.889,44 1.983,53 1.999,73 2.048,60 2.016,70

Bekerja 1.835,54 1.774,24 1.863,75 1.892,20 1.925,63 1.895,65

Pengangguran Terbuka 118,88 115,20 119,78 107,53 122,97 121,05

Bukan Angkatan Kerja 771,87 866,35 852,24 836,45 808,74 855,02

Penduduk Usia Kerja 2.726,29 2.755,80 2.835,77 2.836,18 2.857,34 2.871,72

TPAK 71,69% 68,56% 69,95% 70,51% 71,70% 70,23%

TPT 6,08% 6,10% 6,04% 5,38% 6,00% 6,00%

Sektor Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan dan Sektor Perdagangan, rumah makan, dan jasa akomodasi menyerap pekerja paling banyak di Provinsi DIY yaitu masing-masing sekitar 30,1 persen dan 24,0 persen pada Agustus 2009. Sektor lain yang peranannya cukup berarti adalah Sektor Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan (17,7%) dan Sektor Industri (12,5%). Bila ditinjau dari lapangan pekerjaan utama, maka selama satu tahun terakhir persentase penduduk yang bekerja di Sektor Pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan, perikanan, Sektor Lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan dan Sektor Jasa kemasyarakatan, sosial, dan perorangan pada Agustus 2009 lebih tinggi dibandingkan keadaan Agustus 2008.

Dari 1,9 juta orang yang bekerja di Provinsi DIY pada Agustus 2009, terdapat 32,4 persen penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan. Jika dilihat dari sisi gender, perempuan yang bekerja sebagai buruh/karyawan terdapat 30,3 persen, sedangkan yang laki-laki 34,1 persen. Selain itu juga terlihat bahwa masih sekitar 28,0 persen tenaga kerja perempuan bekerja dengan status pekerja keluarga/tidak dibayar.

(6)

6

Berita Resmi Statistik Provinsi D.I. Yogyakarta No.47/12/34/Th.XI, 01 Desember 2009 Tabel 2. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2007 - Agustus 2009

2007 2008 2009

Lapangan Pekerjaan Utama

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

(1) (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan dan Perikanan

32,1 30,8 35,3 29,6  35,7  30,1

Pertambangan, Penggalian, dan

Listrik, Gas, Air 1,5 1,5 1,1 1,1  1,3  1,1

Industri 14,3 11,8 13,2 13,2  12,9  12,5

Konstruksi 9,7 8,6 5,6 8,0  4,7  7,7

Perdagangan, Rumah Makan

dan Jasa Akomodasi 21,9 24,5 23,0 24,1  22,3  24,0

Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi 3,1 3,3 3,2 4,7  4,2  4,4

Lembaga Keuangan, Real Estate, Usaha Persewaan dan Jasa Perusahaan

2,3 2,7 2,3 2,2  1,6  2,6

Jasa Kemasyarakatan, Sosial

dan Perorangan 15,1 16,8 16,3 17,0  17,3  17,7

Total 100,0 100,0 100,0 100,0  100,0  100,0

2007 2008 2009

Status Pekerjaan Utama

Februari Agustus Februari Agustus Februari Agustus

(1) (2)  (3)  (4)  (5)  (6)  (7) 

Berusaha Sendiri 13,3 13,3 12,6 16,5  15,3  14,3

Berusaha dibantu Buruh Tidak

Tetap/Buruh Tidak Dibayar 23,0 23,0 24,6 22,8  23,8  23,8

Berusaha dibantu Buruh Tetap 3,0 3,1 3,9 4,0  3,7  3,0

Buruh/Karyawan/Pegawai 31,7 33,9 31,8 30,8  30,7  32,4

Pekerja Bebas di Pertanian 2,9 2,4 2,9 3,0  2,8  2,9

Pekerja Bebas di Non Pertanian 8,3 7,6 5,2 6,5  4,9  7,7

Pekerja Keluarga/tak Dibayar 17,8 16,7 18,9 16,4  19,0  15,9

Total 100,0 100,0 100,0 100,0  100,0  100,0

Kegiatan formal dan informal dapat dilihat berdasarkan status pekerjaan. Dari tujuh kategori status pekerjaan utama, pekerja formal hanya diasumsikan terdiri dari kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan kategori buruh/karyawan, sedangkan kategori yang lain dianggap sebagai pekerja informal. Jika melihat status pekerjaan berdasarkan klasifikasi formal dan informal, maka pada Agustus 2009 sekitar 64,6 persen tenaga kerja bekerja pada kegiatan informal. Persentase pekerja informal sedikit mengalami penurunan bila dibandingkan pada Agustus 2008 yang sebesar 65,2 persen.

Tabel 3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama, Februari 2007 - Agustus 2009

(7)

Gambar

Gambar 1. Tingkat Pengangguran Terbuka di Provinsi DIY dan di Tingkat Nasional,   Nopember 2005 – Agustus 2009 (%)  7.59 6.25 6.31 6.08 6.10 6.04 5.38 6.00 6.0011.2410.4510.289.759.118.398.147.878.46 23456789101112
Gambar 3. Estimasi Jumlah Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota      di Provinsi DIY, Agustus 2008 & Agustus 2009 (dalam ribuan orang)
Tabel 1.    Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas menurut Kegiatan di Provinsi DIY,                            Februari 2007 - Agustus 2009 (dalam ribuan)
Tabel  3. Persentase Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Status                   Pekerjaan Utama, Februari 2007 - Agustus 2009

Referensi

Dokumen terkait

Peranan polen trap dari bahan bahan plastik dan logam terhadap peningkatan produksi tepung sari lebah adalah salah satu teknologi yang belum terungkap secara

Lamanya waktu pencetakan sertifikat, hal tersebut dikarenakan pencetakan sertifikat dilakukan 1 (satu) minggu setelah kegiatan seminar dilakukan. Lamanya waktu

Adapun pendapat dari M Cherief Bassiouni tentang ekstradisi yaitu 21 : “proses hukum berdasarkan perjanjian, hubungan timbal balik, rasa hormat, atau hukum nasional,

Walaupun impedansi bukan fasor, namun karena keduanya berupa pernyataan kompleks, maka operasi-operasi fasor dapat diterapkan pada keduanya.. tegangan dan arus

Dengan kondisi dan keadaan yang sesungguhnya pelatih-pelatih di Pengkab persani se-DIY khususnya pelatih fisik sangat memprihatinkan dan dalam onservasi yang pernah tim

Activity Diagram Form Input Data Barang (Pupuk) Keluar dapat dilihat pada Gambar III.25.. Tambah Data

Sebagai wujud sila keempat yaitu Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang Demokratis. Demokrasi Sebuah kata yang setiap Negara/ bangsa selalu mengagungkannya. kata tersebut

Seperti halnya yang terjadi pada kelas VIII MTs Al Huda Bandung Tulungagung, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah peserta didik diberikan permasalahan dan