• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsumsi rokok merupakan salah satu penyebab utama kasus kematian di dunia yang dapat dicegah (Erdal, Esengun, & Karakas, 2015). Beberapa penelitian terkait risiko yang akan dialami oleh perokok bahwa perokok kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan kematian dibanding bukan perokok (Pratiwi, 2015). Meskipun sebagian besar orang dewasa merokok, delapan dari sepuluh orang dewasa percaya bahwa merokok dapat menyebabkan penyakit berat, antara lain kanker, bronkitis kronik, penyakit jantung, stroke dan lain-lain (Bach, 2016; TCSC IAKMI, 2012). Walaupun semua orang tahu tentang bahaya yang ditimbulkan akibat rokok, perilaku merokok tidak pernah surut dan masih ditolerir oleh masyarakat. Perilaku merokok semakin lama cenderung semakin meningkat dan sering mengakibatkan ketergantungan terhadap nikotin. Efek dari konsumsi rokok dapat terjadi gangguan daya tangkap, alam perasaan, alam pikiran, tingkah laku dan fungsi psikomotor (Prihatiningsih, 2007).

Sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari banyak orang merokok diberbagai tempat, baik dikantor, dipasar ataupun ditempat umum lainnya atau bahkan dikalangan rumah tangga sendiri (Nasution, 2007). Merokok merupakan kegiatan yang berbahaya bagi kesehatan karena menurut WHO, rokok merupakan zat adiktif yang memiliki kandungan kurang lebih 4000 elemen, dimana 200 elemen didalamnya berbahaya bagi kesehatan (Tulenan, Rompas, & Ismanto, 2015).

(2)

Terdapat beberapa alasan yang melatarbelakangi perilaku merokok pada seseorang. Seseorang mengenal rokok dari lingkungannya, awalnya mengamati orang-orang yang sedang merokok, lalu mencoba merokok untuk pertama kalinya dan seseorang tersebut akan merasa ketagihan untuk merokok lagi dengan berbagai macam alasan, yaitu untuk menurunkan kecemasan, supaya terlihat lebih jantan dan juga karena merokok sudah menjadi suatu kebiasaan (Fatma & Hendriani, 2012). Perilaku merokok dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adiksi terhadap nikotin, penurunan status ekonomi, pengaruh orang sekitar dan lain-lain yang memicu seseorang untuk tetap merokok (McRobbie, 2016).

Merokok tidak hanya berbahaya bagi perokok aktif saja namun juga berdampak buruk pada perokok pasif, diantaranya anggota keluarga dirumah. Orang tua yang mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah menjadikan balita, anak dan istri sebagai perokok pasif yang selalu terpapar asap rokok. Rumah yang orang tuanya mempunyai kebiasaan merokok berpeluang meningkatkan kejadian ISPA sebesar 7,83 kali dibandingkan dengan rumah balita yang orang tuanya tidak merokok di dalam rumah (Rahmayatul, 2013).

Perilaku merokok telah menjadi kebiasaan pada kebanyakan penduduk di negara berkembang, termasuk Indonesia. Kebiasaan merokok biasanya dimulai dari rokok pertama, yang umumnya pada usia remaja (Nasution, 2007). Berdasarkan survei Provinsi DIY pada tahun 2005 menunjukkan hasil bahwa usia mulai merokok cenderung lebih muda. Menurut data Riskesdas 2013, prevalensi perokok aktif yang merokok setiap hari di Daerah Istimewa Yogyakarta 21,2%. Rerata jumlah batang rokok yang dihisap penduduk umur ≥ 10 tahun untuk Daerah Istimewa Yogyakarta 9,9%. Lebih dari separuh perokok pasif adalah

(3)

kelompok rentan seperti perempuan dan balita (Riskesdas, 2013; TCSC IAKMI, 2012).

Menurut data WHO, prevalensi perokok di Indonesia 38,5% dengan laki-laki sebesar 73,3% dan perempuan 3,8% (WHO, 2013). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013, prevalensinya sebesar 36,3%. Data GYTS 2014, 20,3% anak sekolah merokok (laki-laki 36% dan perempuan 4,3%), 57,3% anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok dalam rumah dan 60% terpapar asap rokok di tempat umum atau enam dari setiap 10 anak sekolah usia 13-15 tahun terpapar asap rokok di dalam rumah dan di tempat-tempat umum. Data GATS 2011, prevalensi perokok di Indonesia sebesar 34,8% dan sebanyak 67% laki-laki di Indonesia adalah perokok (angka terbesar di dunia). Rerata batang rokok yang dihisap perhari penduduk umur ≥ 10 tahun di Indonesia adalah 12,3 batang (setara satu bungkus). Sebanyak 51,3% (14,6 juta orang) orang dewasa merokok di tempat kerja, 78,4% (133,3 juta orang) merokok di rumah dan 85,4% (144 juta orang) meroko di tempat umum (GATS, 2011; GYTS, 2014; Riskesdas, 2013).

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat hendaknya dilakukan oleh masyarakat di semua tempat bahkan di tingkat rumah tangga. PHBS di Rumah Tangga merupakan upaya untuk memberdayakan rumah tangga agar menjadi tahu, mau dan mampu melaksanakan PHBS dan berpartisipasi dalam mewujudkan rumah tangga yang sehat. Indikator PHBS Rumah Tangga, salah satu diantaranya adalah tidak merokok di dalam rumah (Depkes RI, 2016; Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2013).

Hasil dari evaluasi pada tatanan PHBS Rumah Tangga di DIY, pencapaian tahun 2011, dari 341.362 rumah tangga yang dipantau, 53,33% rumah tangga yang mengonsumsi rokok di dalam rumah (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2013).

Hasil survei yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DIY, persentase rumah tangga bebas asap rokok ternyata lebih kecil. Sejumlah 55,4% rumah tangga di Provinsi DIY tidak bebas asap rokok. Hasil tersebut tidak mengalami

(4)

perubahan dibandingkan survei tahun 2007 yang menemukan 55% rumah tangga tidak bebas asap rokok. Dari lima kabupaten/kota di Daerah Istimewa Yogyakarta, Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten yang belum memiliki peraturan daerah mengenai kawasan tanpa rokok (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2013). Wilayah kerja Puskesmas Pakem memiliki angka PHBS lebih rendah dari rata-rata angka PHBS di Kabupaten Sleman. Dimana menurut Data Dinas Kesehatan DIY tahun 2013 menunjukkan bahwa perilaku tidak merokok di dalam rumah merupakan indikator terendah penyumbang penerapan PHBS (46,67%) (Dinas Kesehatan Provinsi DIY, 2013). Desa Hargobinangun merupakan salah satu desa di wilayah kerja Puskesmas Pakem. Berdasarkan hasil wawancara, masih banyak masyarakat di daerah tersebut yang merokok di dalam rumah, tokoh masyarakat setempat mengatakan bahwa 50-60% warga menjadi perokok. Selain itu, sebagian besar padukuhan di Desa Hargobinangun masih belum ada aturan atau kesepakatan atau deklarasi mengenai larangan merokok di dalam rumah.

Kebijakan yang menjadi dasar hukum yang kuat yaitu UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan yang mengamanatkan dalam upaya menciptakan lingkungan yang sehat. Peraturan daerah mengenai Kawasan Tanpa Rokok itu merupakan peraturan yang penting karena bahaya rokok tidak hanya berdampak pada perokok aktif, akan tetapi juga pada perokok pasif. Bahkan perokok pasif mempunyai risiko yang lebih tinggi. Data menunjukkan hasil bahwa 66% dari perokok pasif adalah perempuan. Mereka terpapar asap rokok di dalam rumah, di kantor, atau tempat-tempat umum lainnya. Selain perempuan, akibat paparan asap rokok juga terkena kepada bayi dan anak-anak terutama ketika mereka berada di rumah.

(5)

Larangan merokok di tempat umum sudah banyak diterapkan tetapi larangan merokok di rumah masih belum banyak diterapkan, padahal masyarakat banyak yang merokok di rumah (Hanifa, 2012; Kemenkes RI, 2011).

Dari data diatas, meskipun sudah banyak yang tahu tentang bahaya merokok dan peraturan dilarang merokok, tetapi masih banyak orang yang merokok di dalam rumah sehingga peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah di Desa Hargobinangun Pakem Sleman.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan masalahnya sebagai berikut: “Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah di Desa Hargobinangun Pakem Sleman?“

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum :

Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah di Desa Hargobinangun Pakem Sleman.

2. Tujuan Khusus :

a. Mengetahui gambaran faktor pengetahuan, masalah psikologis, lingkungan sosial, sosioekonomi-kultural dan paparan informasi/media tentang

(6)

larangan merokok terhadap perilaku merokok di dalam rumah di Desa Hargobinangun Pakem Sleman.

b. Mengetahui hubungan faktor pengetahuan, masalah psikologis, lingkungan sosial, sosioekonomi-kultural dan paparan informasi/media tentang larangan merokok terhadap perilaku merokok di dalam rumah di Desa Hargobinangun Pakem Sleman.

D. Manfaat Penelitian 1. Keilmuan/teori

Menambah ilmu terutama dalam bidang kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah dan memperkuat dan memperbaharui teori yang ada.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Menambah wawasan dan informasi bagi mahasiswa kesehatan khususnya mahasiswa keperawatan dalam hal meminimalisir masalah tentang merokok di dalam rumah dengan mengetahui faktor yang mempengaruhi perilaku merokok.

3. Bagi Masyarakat

Memberikan informasi mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah dan gambaran perilaku merokok di dalam rumah kepada masyarakat sehingga dapat meminimalisir jumlah perokok aktif yang merokok di dalam rumah dan melakukan pencegahan untuk mewujudkan kesehatan masyarakat yang optimal dalam mewujudkan Rumah Bebas Asap Rokok (RBAR) dan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

(7)

4. Bagi Puskesmas

Hasil yang didapat diharapkan bisa digunakan sebagai bahan penyusunan program promosi kesehatan yang tepat sesuai faktor yang dominan mempengaruhi perilaku merokok di dalam rumah kepada masyarakat sehingga promosi kesehatan yang diberikan lebih efektif.

5. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan memperoleh pengalaman tentang riset sehingga dapat terpacu untuk meningkatkan potensi diri dalam hal menanggulangi perilaku merokok di dalam rumah.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang berjudul Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Perilaku Merokok di Rumah pada Masyarakat di Jorong Gantiang Aceh Nagari Tantung Alam Kecamatan Tanjung Baru Kabupaten Tanah Datar oleh Debby Ratno Kustanto (2015). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain cross sectional, dengan populasi penelitian tersebut seluruh kepala keluarga yang ada di Jorong Gantiang Aceh dan teknik pengambilan sampel yang digunakan dengan Systematic Random Sampling. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa 62 orang merokok di dalam rumah, 35 (52,5%) orang memiliki sikap negatif, 36 (53,7%) terpapar dengan iklan rokok, dan 51 (76,1%) orang berada pada lingkungan yang buruk. Dapat disimpulkan dari tiga variabel yang diteliti tidak terdapat hubungan antara sikap negatif dan iklan rokok dengan perilaku merokok dan terdapat hubungan yang signifikan antara lingkungan sosial dengan perilaku merokok. Persamaan

(8)

penelitian terletak pada jenis dan desain penelitian yang digunakan dan variabel yang diteliti. Perbedaan penelitian terletak pada teknik pengambilan sampel dan lokasi penelitian.

2. Penelitian yang berjudul The Trend of Smoking Behavioral and its Relation to Health Knowledge among Medical and Literature Colleges oleh Wijdan Akram et al (2011). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan di Al-Kindy Medical College, Baghdad Medical College dan Baghdad Literature College dengan sampel acak sebanyak 252 mahasiswa (124 mahasiswa sastra dan 128 mahasiswa kedokteran). Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa prevalensi merokok saat itu ada 58, 60% nya untuk rokok, 65, 56% nya untuk sheesha dari masing-masing mahasiswa Kedokteran dan Sastra. Teman menjadi sumber utama untuk merokok (69%), (62%) diantara mahasiswa Sastra dan Kedokteran mengikuti orang tuanya. Tingkat kesadaran sifat merugikan dari merokok di temukan sangat tinggi pada keduanya, mahasiswa Kedokteran 100% dan mahasiswa Sastra 94%, sedangkan (74%) dari mahasiswa kedokteran dan hanya (51,3%) dari mahasiswa sastra setuju dengan pencegahan iklan rokok. Persaman penelitian terletak pada desain penelitian dan variabel yang diteliti. Perbedaan penelitian terletak pada populasi/sampel yang diteliti.

3. Penelitian yang berjudul Community-level Socioeconoic Status and Parental Smoking in Japan oleh Kenji Takeuchi et al (2012). Penelitian ini menggunakan desain penelitian cross sectional dengan sampel dipilih secara acak di 44 kota Jepang dengan 39 menyetujui untuk mengikuti penelitian ini.

(9)

Dalam penelitian ini didapatkan data bahwa di antara 2.975 responden (71,8%) yang termasuk dalam analisis penelitian ini, 59% adalah perokok. Tidak ada hubungan antara pekerjaan kepala rumah tangga yan dianggap sebagai indikator dari tingkat individu SES dan merokok. Sebaliknya, ketika dilakukan penelitian tentang hubungan antara prevalensi kerja di industri, orang tua yang tinggal di kota SES tengah – rendah memiliki prevalensi lebih tinggi untuk merokok, dibandingkan dengan orang tua yang tinggal di SES tinggi. Mereka dengan komunitas-dengan tingkat SES yang lebih rendah cenderung memiliki prevalensi lebih tinggi untuk merokok daripada orang tua dengan tingkat SES secara individu. Persamaan penelitian terletak pada desain penelitian dan variabel yang diteliti. Perbedaan penelitian terletak pada lokasi penelitian dan subjek yang diteliti.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor lingkungan yang mempengaruhi kejadian filariasis seperti adanya tempat pertumbuhan larva nyamuk Culex quinquefasciatusyaitu keberadaan air menggenang disaluran

Pada soal tingkat kedua (alasan jawaban) sebagian siswa menjawab salah yaitu difusi merupakan perpindahan zat terlarut dari daerah yang memiliki konsentrasi tinggi ke

Secara spesi fi k objek penelitian penulis adalah berkenaan dengan sistem pelacakan penggunaan software berlisensi yang dipakai PT Pupuk Kujang serta Help Desk System dalam

1) Yakinkan kertas pelapis masih melekat seluruhnya dengan rata pada kedua sisinya. 2) Periksa sekeliling batu gerinda, apakah ia tidak bertatal, tidak cacat dan bebas dari

Di Jagakarsa pada akuifer 2 menunjukkan tipe air NaMix, artinya bahwa anion utama khususnya klorida dan bikarbonat tidak ada yang dominan, sehingga senyawa yang

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

Alhamdulillaahi robbil-‘aalamiin, puji syukur penulis panjatkan ke Hadirat Allah SWT Sang Pencipta Semesta Alam, atas segala rahmat, taufik dan hidayah- Nya penulis dapat

Yang dimana tujuan dalam penelitian ini ialah untuk mengetahui pengaruh ketanggapan, perhatian, keandalan, jaminan, bukti langsung terhadap kepuasan masyarakat di