i
DUA RUANG YANG DAPAT MEMBENTANG DAN MENGATUP SECARA OTOMATIS
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik
Program Studi Teknik Mesin
Diajukan Oleh :
BERNADUS BILLI ANGGARA NIM : 065214027
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
ii
SPACE VERTICAL AXIS WIND TURBINE
FINAL PROJECT
Presented as partial fulfillment of the Requirements To obtain the Sarjana Teknik Degree in Mechanical Engineering Study Programme
by
BERNADUS BILLI ANGGARA Student Number : 065214027
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAMME SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY
SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA
2010
v
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tugas akhir ini tidak terdapat karya yang diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan sayajuga tidak terdapat karya atau pendapat yangpernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertuilis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Yogyakarta 14 Juni 2010
vi
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mencari torsi statis, torsi dinamis, daya dan koefisien daya kincir angin poros vertikal dengan dua sudu datar serta dua ruang yang dapat membentang dan mengatup secara otomatis.
Sudu-sudu kincir angin yang dapat membentang dan mengatup secara otomatis ini dibuat dari bahan tripleks dengan ketebalan 4 mm. Pengujiannya dilakukan untuk tiga variasi ukuran sudu dan lima variasi kecepatan angin. Pengujian poros kincir dilakukan dengan cara memasang kincir angin pada wind tunnel dan dihubungkan dengan generator sebagai pembangkit listrik melalui transmisi sabuk.
vii
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma
Nama : Bernadus Billi Anggara Nomor Mahasiswa : 065214027
Demi mengembangkan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
Kincir Angin Poros Vertikal dengan Dua Sudu Datar Dua Ruang yang dapat Membentang dan Mengatup Secara Otomatis
beserta perangkat yang diperluakan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti Kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 10 Juni 2010
Yang menyatakan,
viii
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karuniaNya, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini adalah sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.
Tugas akhir ini mengambil judul “Kincir Angin Poros Vertikal dengan Dua Sudu Datar Dengan Dua Ruang yang Dapat Membentang dan Mengatup Secara Otomatis“.
Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini karena adanya bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Budi Sugiarto, S.T, M.T., Ketua Jurusan Teknik Mesin dan dosen Pembimbing Akademik.
3. Bapak Ir. Rines, M.T., Dosen Pembimbing Tugas Akhir.
4. Segenap Dosen di Jurusan Teknik Mesin, yang telah membimbing penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.
5. Kepala Laboratorium dan Laboran Jurusan Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma.
6. Semua rekan-rekan mahasiswa Teknik Mesin, angkatan 2006 khususnya. 7. Serta semua pihak yang telah membantu atas terselesainya Tugas Akhir ini
ix
sempurna, maka penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun.
Semoga naskah ini berguna bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca lainnya. Jika ada kesalahan dalam penulisan naskah ini penulis minta maaf yang sebesar-besarnya, terima kasih.
Yogyakarta, 31 Mei 2010
x
Halaman Judul ... i
Title Page ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Persetujuan ... iv
xi
3.4. Variabel Penelitian ... 23
3.5. Analisa Data ... 24
3.6. Langkah Penelitian ... 25
BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ... 27
4.1. Data Penelitian ... 27
4.2. Pengolahan Data dan Perhitungan ... 36
4.3. Grafik hasil Perhitungan ... 44
4.4. Pembahasan ... 57
BAB V PENUTUP ... 65
5.1. Kesimpulan ... 66
5.2. Saran ... 67
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Jenis kincir angin ... 6
Gambar 2.2 Grafik hubungan koefisien daya dan tip speed ratio maksimal untuk berbagai model kincir ... 9
Gambar 3.1 Skema kincir angin ... 15
Gambar 3.2 Dudukan poros sudu ... 16
Gambar 3.3 Poros sudu ... 16
Gambar 3.4 Rumah bearing ... 17
Gambar 3.5 Bentuk penampang sudu ... 17
Gambar 3.6 Variasi sudu ... 18
Gambar 3.7 Pembatas sudu ... 18
Gambar 3.8 Motor listrik ... 19
Gambar 3.9 Tachometer ... 19
Gambar 3.10 Wind tunnel ... 20
Gambar 3.11 Fan blower ... 20
Gambar 3.12 Multimeter ... 21
Gambar 3.13 Beban lampu ... 21
Gambar 3.14 Anemometer ... 22
Gambar 3.15 Timbangan ... 22
Gambar 3.16 Motor listrik ... 23
xiii
Variasi lebar Sudu 20 cm ... 44 Gambar 4.3 Grafik Hubungan Torsi Statis dan Kecepatan Angin Pada
Variasi lebar Sudu 25 cm ... 44 Gambar 4.4 Grafik Hubungan Torsi Statis dan Kecepatan Angin Pada
Variasi lebar Sudu 30 cm ... 45 Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi lebar Sudu 20 cm dengan Beban 3 Watt ... 45 Gambar 4.6 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi lebar Sudu 20 cm dengan Beban 6 Watt ... 46 Gambar 4.7 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi lebar Sudu 25 cm dengan Beban 3 Watt ... 46 Gambar 4.8 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi Lebar Sudu 25 cm dengan Beban 6 Watt ... 47 Gambar 4.9 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi lebar Sudu 30 cm dengan Beban 3 Watt ... 47 Gambar 4.10 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi Lebar Sudu 30 cm dengan Beban 6 Watt ... 48 Gambar 4.11 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Ketiga Variasi Lebar Sudu dengan Beban 3 Watt ... 48 Gambar 4.12 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
xiv
20 cm dengan Beban 3 Watt ... 49 Gambar 4.14 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
20 cm dengan Beban 6 Watt ... 50 Gambar 4.15 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
25 cm dengan Beban 3 Watt ... 50 Gambar 4.16 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
25 cm dengan Beban 6 Watt ... 51 Gambar 4.17 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
30 cm dengan Beban 3 Watt ... 51 Gambar 4.18 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
30 cm dengan Beban 6 watt ... 52 Gambar 4.19 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Ketiga Variasi Lebar
Sudu dengan Beban 3 Watt ... 52 Gambar 4.20 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Ketiga Variasi Lebar
Sudu dengan Beban 6 Watt ... 53 Gambar 4.21 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 20 cm dengan Beban 3 watt ... 53 Gambar 4.22 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 25 cm dengan Beban 3 watt ... 54 Gambar 4.23 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
xv
Lebar Sudu 20 cm dengan Beban 6 watt ... 55 Gambar 4.25 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 25 cm dengan Beban 6 watt ... 55 Gambar 4.26 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
xvi
Tabel 4.1 Data hasil penelitian gaya statis untuk ukuran sudu 20 x 23 cm ... 27 Tabel 4.2 Data hasil penelitian gaya statis untuk ukuran sudu 25 x 23 cm ... 28 Tabel 4.3 Data hasil penelitian gaya statis untuk ukuran sudu 30 x 23 cm ... 29 Tabel 4.4 Data hasil penelitian untuk ukuran sudu 20 x 23 cm dengan beban
3 watt ... 30 Tabel 4.5 Data hasil penelitian untuk ukuran sudu 20 x 23 cm dengan beban
6 watt ... 31 Tabel 4.6 Data hasil penelitian untuk ukuran sudu 25 x 23 cm dengan beban
3 watt ... 32 Tabel 4.7 Data hasil penelitian untuk ukuran sudu 25 x 23 cm dengan beban
6 watt ... 33 Tabel 4.8 Data hasil penelitian untuk ukuran sudu 30 x 23 cm dengan beban
3 watt ... 34 Tabel 4.9 Data hasil penelitian untuk ukuran sudu 30 x 23 cm dengan beban
6 watt ... 35 Tabel 4.10 Data hasil perhitungan gaya statis dengan ukuran sudu 20 x 23
cm ... 35
Tabel 4.11 Data hasil perhitungan gaya statis dengan ukuran sudu 25 x 23 cm ... 44 Tabel 4.12 Data hasil perhitungan gaya statis dengan ukuran sudu 30 x 23
xvii
Tabel 4.13 Data hasil perhitungan dengan ukuran sudu 20 x 23 cm dengan beban 3 watt ... 46 Tabel 4,14 Data hasil perhitungan dengan ukuran sudu 20 x 23 cm dengan
beban 6 watt ... 47 Tabel 4,15 Data hasil perhitungan dengan ukuran sudu 25 x 23 cm dengan
beban 3 watt ... 48 Tabel 4,16 Data hasil perhitungan dengan ukuran sudu 25 x 23 cm dengan
beban 6 watt ... 49 Tabel 4,17 Data hasil perhitungan dengan ukuran sudu 30 x 23 cm dengan
beban 3 watt ... 50 Tabel 4,18 Data hasil perhitungan dengan ukuran sudu 30 x 23 cm dengan
1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tingginya kebutuhan energi di Indonesia khususnya dan di dunia pada
umumnya terus meningkat karena pertambahan penduduk, pertumbuhan
ekonomi dan pola konsumsi energi yang senantiasa meningkat. Hal ini tidak
sebanding dengan energi fosil yang selama ini merupakan sumber energi
utama ketersediaannya sangat terbatas dan terus mengalami penipisan
sehingga menyebabkan terjadinya kelangkaan bahan bakar migas dan terjadi
kenaikan harga secara terus menerus.
Penggunaan energi terbarukan diperlukan sekali oleh masyarakat untuk
menanggulangi krisis energi, namun diusahakan dengan biaya serendah
mungkin. Salah satu energi yang dapat dimanfaatkan adalah energi angin.
Pemanfaatan energi angin diminati disebabkankan pula karena bebas polusi
dan tersedia di mana pun, sehingga dapat menjawab masalah lingkungan
hidup dan ketersediaan sumber energi. Untuk memanfaatkan angin diperlukan
sebuah alat untuk mengubahnya dengan menggunakan prinsip konversi energi
menjadi energi listrik. Oleh karena itu perlu diteliti dengan sebuah alat tentang
karakteristik kincir angin. Alat ini menekankan tentang besar daya yang
dikeluarkan dan efektif atau tidaknya alat tersebut. Berawal dari hal tersebut
Kincir angin poros vertikal dengan dua sudu datar yang membentang dan
mengatup otomatis dengan dua ruang ini memilikai kelebihan yaitu kedua
sudunya dapat membentang dan mengatup secara otomatis dan diharapkan
kincir ini dapat menambah gaya dorong (drag force) sehingga dapat
menambah daya yang dihasilkan kincir.
1.2. Perumusan Masalah
1) Indonesia mempunyai potensi energi angin yang besar.
2) Perlunya dibuat desain alat yang baru untuk pembangkit energi angin,
yaitu kincir angin poros vertikal dengan dua sudu datar yang
membentang dan mengatup otomatis dengan dua ruang.
1.3. Batasan masalah
Agar permasalahan yang ada tidak berkembang menjadi luas, maka
perlu adanya batasan terhadap permasalahan yang akan dibuat yaitu:
1) Bentuk sudu yang digunakan yaitu dengan dua ruang.
2) Pengendalian kecepatan angin menggunakan Wind Tunnel.
3) Sudu yang digunakan dengan 3 variasi ukuran dan variasi kecepatan
angin.
4) Pengukuran yang dilakukan pada saat penelitian kincir adalah massa
beban statis, kecepatan angin, tegangan, arus, putaran poros, dan massa
1.4. Tujuan penelitian
1. Membuat sebuah model kincir angin yang sudunya dapat membuka
dan mengatup secara otomatis.
2. Mengetahui torsi statis yang dihasilkan model kincir angin untuk tiga
variasi ukuran sudu dan lima variasi kecepatan angin.
3. Mengetahui torsi dinamis untuk tiga variasi ukuran sudu dan lima
variasi kecepatan angin.
4. Mengetahui koefisien daya model kincir angin untuk tiga variasi
ukuran sudu dengan lima variasi kecepatan angin yang dipilih.
5. Mengetahui efisiensi total sistem.
1.5.Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Menambah kepustakaan teknologi pembangkit tenaga listrik.
2. Ikut serta dalam upaya memasyarakatkan pemanfaatan energi alternatif.
1.6. Langkah Perancangan
Sebelum memulai perancangan, terlebih dahulu harus diketahui
kecepatan angin yang diperlukan dan daya yang dihasilkan generator. Dalam
perhitungan daya perlu diketahui luas sudu kincir terlebih dahulu.
Selanjutnya poros kincir angin disambungkan ke generator sehingga
BAB II DASAR TEORI
2.1. Energi yang terdapat dalam angin
Sistem angin di bumi dikarenakan adanya perpindahan massa udara
pada atmosfer sebagai hasil dari variasi tekanan di atmosfer, dimana
perubahannya merupakan hasil dari perbedaan pemanasan dari sinar
matahari karena perbedaan permukaan bumi.
Energi yang terdapat pada angin adalah energi kinetik.
Energi kinetik = 0,5 mV2 (1)
dimana m dalam kilogram dan V dalam m/s
Dengan m adalah massa udara yang mengalir per satuan waktu. Yaitu:
m =ρAV (2)
Energi kinetik angin per satuan waktu = 0,5 (ρAV )V2
P = 0,5 ρAV3 (3)
dengan :
ρ = massa jenis udara, kg / m3
A = luas penampang melintang arus angin yang ditangkap kincir, m2
V = kecepatan angin, m / s
P = daya angin, Watt
Apabila massa jenis udara adalah ρ = 1,23 kg/m3 maka persamaan (3) di atas
dapat disederhanakan menjadi :
P = 0,6 AV 3 (4)
Pembangkitan energi angin terjadi berdasarkan prinsip perubahan
energi kinetik angin sebelum dan setelah melewati kincir angin. Ketika
melewati kincir angin, angin mengalami pengurangan energi kinetik (yang
ditandai dengan berkurangnya kecepatan angin). Energi kinetik yang
“hilang” ini dikonversikan menjadi energi mekanik yang memutar kincir
angin yang terhubung dengan rotor dari generator. Generator akan
mengubah energi mekanik menjadi energi listrik.
2.2. Dasar Kincir Angin
Energi angin pada awalnya disebut windmill yang digunakan secara
tradisional untuk menumbuk biji-bijian, membuat kertas dan memotong
kayu, memompa air dan akhirnya pada saat ini energi angin digunakan
untuk membangkitkan tenaga listrik.
Meskipun masih terdapat susunan dan perencanaan yang beragam,
namun secara umum kincir digolongkan ke dalam dua macam tipe
(horisontal dan vertikal). Turbin angin poros Vertikal atau VAWT (Vertical
Axis Wind Turbine) adalah turbin dengan poros vertikal sepanjang menara
dan mempunyai generator pembangkit listrik dibawah poros. Sedangkan
adalah turbin dengan poros utama horizontal dan generator pembangkit
listrik pada puncak menara.
Gambar 2.1 Jenis kincir angin
(Sumber:http://www.scribd.com/document_downloads/24511217?extension
=pdf&skip)
Keuntungan dari turbin angin poros vetikal:
1. Kincir angin poros horizontal dapat menerima angin dari berbagai
macam arah tidak harus diubah posisinya jika arah angin berubah
(mengurangi kebutuhan untuk penyesuaian kedudukan).
2. Tidak memperhitungkan hembusan angin (memiliki keuntungan
dalam berbagai tingkat hembusan angin)
3. Nilai torsi yang besar pada angkatan awal.
4. Kemampuannya ini menghasilkan torsi pelan tetapi cukup bertenaga
untuk memutar generator.
6. Desain kincir angin poros vertikal berbilah lurus dengan potongan
melintang berbentuk kotak atau empat persegi panjang memiliki
wilayah tiupan yang lebih besar untuk diameter tertentu daripada
wilayah tiupan berbentuk lingkarannya kincir angin poros horisontal.
7. Kincir angin poros vertikal biasanya memiliki tip speed ratio
(perbandingan antara kecepatan putaran dari ujung sebuah bilah
dengan laju sebenarnya angin) yang lebih rendah sehingga lebih kecil
kemungkinannya rusak di saat angin berhembus sangat kencang.
Tetapi kincir ini juga memiliki beberapa kekurangan, terutama dibanding
dengan kincir angin sumbu horisontal.
Kekurangan tersebut diantaranya adalah :
1. Kebanyakan kincir angin poros vertikal memproduksi energi hanya
50% dari efisiensi kincir angin poros horisontal karena gaya drag
tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
2. Kecepatan angin lebih pelan pada ketinggian yang rendah, sehingga
yang tersedia adalah energi angin yang sedikit
3. Kebanyakan kincir angin poros vertikal mempunyai torsi awal yang
rendah, dan membutuhkan energi untuk mulai berputar.
4. Sudu yang mengambil energi angin disebut downwind sedangkan
sudu yang melawan angin disebut upwind. Sudu upwind ini dapat
mengurangi kecepatan rotor. Besarnya torsi pada rotor dan
kecepatan rotor (rpm) tergantung pada selisih drag force sudu upwind
dengan drag force sudu downwind.
2.3. Daya Kincir Angin
Daya turbin angin adalah daya yang dibangkitkan oleh rotor turbin angin
akibat mendapatkan daya dari hembusan angin. Daya turbin angin tidak
sama dengan daya angin dikarenakan daya turbin angin terpengaruh oleh
koefisien daya.
Koefisien daya adalah presentase daya yang terdapat pada angin yang
diubah ke dalam bentuk energi mekanik.
P = Cp . ½ . ρ . A . V3 (5)
Umumnya daya efektif yang dapat diambil oleh sebuah kincir angin hanya
sebesar 20% - 30%.
Angka 20 % - 30 % ini disebut batas Betz (Betz limit, diambil dari
ilmuwan Jerman Albert Betz). Angka ini secara teori menunjukkan
efisiensi maksimum yang dapat dicapai oleh rotor turbin angin tipe sumbu
vertikal.
Di dalam rangkaian kincir angin yang berputar selain dipengaruhi Cp,
terdapat pula koefisien Cd yang mempengaruhi sudu dalam menghasilkan
daya. Coeffisient of drag (Cd) adalah koefisien dari gaya tarik (drag). Cd
pada dasarnya adalah kecenderungan suatu benda untuk mempertahankan
diri pada kondisi yang ada dari gaya geser atau gaya tekan yang timbul.
Bila semakin halus permukaan suatu benda, maka nilai Cd akan semakin
Gambar 2.2 Grafik hubungan koefisien daya dan tip speed ratio
maksimal untuk berbagai model kincir yang dapat dihasilkan
(Sumber: http://www.physicsforums.com/showthread.php?t=229058)
2.4. Perhitungan Torsi dan Daya
a. Torsi statis
Torsi statis dihitung dengan menggunakan rumus :
(6)
dengan :
= Torsi statis, N.m
= Gaya pada poros akibat puntiran, N
b. Daya output
Perhitungan daya pada gerak melingkar secara umum dirumuskan
sebagai:
(7)
dengan :
= torsi dinamis, N.m
= kecepatan sudut, rad/detik
Untuk perhitungan daya output yang dihasilkan kincir dapat dinyatakan
sebagai:
2 60
(8)
dengan :
= daya putar poros (watt)
= banyaknya putaran poros tiap menit
c. Torsi
Torsi dinamis dihitung dengan menggunakan rumus :
(9)
dengan :
= Torsi yang dihasilkan akibat putaran poros (N.m)
= Jarak lengan ke poros (m)
d. Tip Speed Ratio
Tip-speed ratio adalah perbandingan dari kecepatan ujung sudu –sudu
yang berputar dengan kecepatan dari aliran udara.
(10)
dimana,
= Tip speed ratio
= jari-jari kincir
= kecepatan aliran angin
= putaran poros (rpm)
Tip speed ratio mempengaruhi besaran koefisien daya. Hubungan ini
digambarkan sebagai berikut :
a. Koefisien daya bergantung pada perbandingan ujung sudu.
b. Ditandai dengan kurva Cp berbanding dengan perbandingan
kecepatan ujung sudu - Tip Speed Ratio Curve.
2.5. Koefisien daya
Perhitungan Koefisien daya (Cp) kincir dapat dihitung berdasarkan
perbandingan daya yang dihasilkan oleh kincir (P) dengan daya teoritis (Pth)
100% (11)
Dengan :
Cp= Koefisien Daya Kincir (%)
P= Daya Yang dihasilkan oleh Kincir (Watt)
Pth = Daya Teoritis (Watt)
2.6. Daya Generator
Perhitungan Daya Generator (Pgen) kincir dapat diperoleh dari perkalian
antara tegangan listrik (V) yang dihasilkan oleh motor dengan arus listrik (I)
yang dihasilkan, dapat dituliskan menurut persamaan berikut :
Pgen = V x I (12)
Dengan :
Pgen = Daya generator (Watt)
2.7. Efisiensi Total Sistem.
Perhitungan Efisiensi Total Sistem (
η
Tot) kincir dapat dihitung berdasarkanperbandingan daya generator yang dihasilkan oleh kincir (Pgen) dengan daya
teoritis (Pth) yang disediakan oleh angin dapat dituliskan menurut persamaan
berikut :
η
Tot 100% (13)Dengan :
η
Tot = Efisiensi Total Sistem (%)P gen = Daya generator (Watt)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Sarana Penelitian
Sarana yang digunakan untuk penelitian adalah Kincir angin poros vertikal
dengan dua sudu datar yang membentang dan mengatup secara otomatis
dengan memvariasikan ukuran sudu yang akan menghasilkan daya masukan
yang berbeda.
3.2. Perancangan Kincir Angin
Dalam perancangan ini, parameter yang sudah diketahui adalah :
a. Panjang poros = 120 cm
b. Lebar kincir = 60 cm
c. Tinggi kincir = 120 cm
1. Poros utama
2. Sudu
3. Rumah sudu
4. Pembatas sudu
5. Poros sudu
6. Pengait sudu
Dalam pembuatannya melewati proses pembuatan komponen-komponen
1. Dudukan Poros Sudu
Dudukan Poros Sudu dibuat dari pipa persegi dengan ukuran 5 x 5 cm
dan panjang pipa 15 cm. Pada kedua sisi pipa dibuat lubang untuk poros
sudu.
Gambar 3.2 Dudukan poros sudu
2. Poros Sudu
Poros Sudu terbuat dari besi pejal dengan diameter 16mm.
3. Rumah bearing
Rumah bearing terbat dari plat besi dengan tebal 5 mm, dan dibuat
lubang 2 dengan diameter 28mm sesuai dengan ukuran bearing.
Gambar 3.4 Rumah bearing
4. Poros Utama
Poros dibuat dari pipa besi lubang dengan panjang 1,20 m dan diameter
0,04 m.
5. Sudu
Sudu dibuat dari bahan tripleks dengan tebal 4 mm.
Penampang sudu beebentk persegi empat dengan lebar 23 cm
menyesuaikan panjang pembatas sudu. Sedangkan panjang sudu
Gambar 3.6 Variasi sudu
6. Pembatas Sudu
Berfungsi untuk membatasi gerak sudu agar sudu hanya bergerak
sebesar ± 70o.
Gambar 3.7 Pembatas sudu.
3.3. Peralatan Penelitian
Adapun peralatan yang digunakan dalam penelitian adalah:
1. Generator
Alat ini berfungsi sebagai alat yang mengubah gaya gerak menjadi
listrik. Generator menghasilkan arus listrik dan tegangan listrik yang
Gambar 3.8 Motor listrik
2. Tachometer
Alat ini digunakan untuk mengukur putaran poros motor DC.
Tachometer yang digunakan tachometer jenis digital light tachometer,
yang prinsip kerjanya dengan memancarkan sinar untuk membaca sensor
yang berupa pemantul cahaya (contoh alumunium foil) yang dipasang
pada poros.
3. Wind Tunnel
Alat dengan ukuran 1,2 m x 1,2 m x 2,4 m ini berfungsi sebagai lorong
yang menangkap dan mengumpulkan angin dan menghembuskannya
pada kincir yang juga diletakkan didalam Wind Tunnel tersebut,
pengaturan kecepatan angin dilakukan dialat ini.
Gambar 3.10 Wind tunnel
4. Fan Blower
Alat ini menghembuskan angin yang akan disalurkan ke Wind Tunnel.
5. Multimeter
Alat ukur untuk mengukur kelistrikan pada beban yang diberikan.
Gambar 3.12 Multimeter
6. Lampu/beban
Berfungsi sebagai beban dalam percobaan ini dan beban ini yang akan
diukur.
7. Anemometer
Berfungsi sebagai alat pengukur kecepatan angin.
Gambar 3.14 Anemometer
8. Timbangan
Berfungsi untuk mengukur massa beban yang bekerja pada kincir.
3.5. Analisa Data
Data yang diambil dari percobaan ini adalah sebagai berikut :
a. Torsi statis kincir angin
b. Putaran poros kincir dan generator yang dihasilkan ( n ).
c. Tegangan (V) dan Arus (I) listrik pada lampu, dan gaya yang
dihasilkan karena beban.
d. Kecepatan angin (v) yang digunakan didapat dari pengukuran
Anemometer yang diletakan didepan Wind Tunnel.
e. Untuk mendapatkan Pin maka haruslah mendapatkan S yang
didapat dari luasan (A) seluruh kincir dan dikalikan dengan besar
sudu dan jumlah sudu.
f. Pout diperoleh dari pengkalian torsi dan putaran poros yang
dihasilkan dari kincir.
g. Dari hasil Pout diperoleh FGen yang merupakan gaya generator.
h. Gaya generator tersebut bila dikalikan dengan (r) yang merupakan
jari-jari maka didapatkan torsi generator tersebut.
i. Selanjutnya ditentukan efisiensi turbin dan efisiensi kincir dengan
3.6. Langkah Penelitian
1. Pengambilan Data Torsi Statis
a. Pada Kincir angin dipasang pengukur torsi.
b. Setelah pengukur terpasang, kincir angin dipasang didalam Wind
Tunnel dan pengunci dibaut supaya tidak bergerak sedikitpun.
c. Didepan kincir angin dipasang anemometer untuk mengetahui
besar angin yang ada dalam Wind Tunnel.
d. Setelah semua siap, blower dihidupkan untuk menghembuskan
angin masuk kedalam Wind Tunnel.
e. Setelah angin berhembus maka dapat diukur berapa massa
penahan yang dapat menahan gerak kincir.
f. Jalannya percobaan a-e dilakukan berulang dengan variasi
ukuran sudu 23 x 20 cm, 23 x 25cm, 23x 30 cm.
2. Pengambilan Data Daya yang dihasilkan Kincir
a. Kincir angin dipasang didalam Wind Tunnel dan pengunci dibaut
supaya tidak bergerak sedikitpun.
b. Puli besar kincir angin yang terletak di bawah wind tunnel
dihubungkan dengan generator.
c. Amperemeter dipasang secara paralel dengan lampu, dan
Voltmeter dipasang secara seri seperti pada gambar.
d. Didepan kincir angin dipasang anemometer untuk mengetahui
e. Setelah semua siap, blower dihidupkan untuk menghembuskan
angin masuk kedalam Wind Tunnel.
f. Setelah lampu menyala maka dapat diukur tegangan dan arus
pada lampu, diukur juga perputaran poros pada puli generator.
g. Jalannya percobaan a-f dilakukan berulang dengan variasi ukuran
BAB IV
PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Data Penelitian
4.1.1. Data Gaya Statis yang diperoleh pada saat percobaan dengan menggunakan sudu yang berbeda
Kecepatan angin dengan variasi mulai dari kecepatan tertinggi
kurang lebih 8,0m/s dengan penurunan 1 m/s hingga kincir tidak
berputar.
Dari hasil penelitian didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Gaya Statis dengan ukuran sudu
20 x 23 cm.
No Kecepatan Angin (m/s) Gaya (Newton)
Tabel 4.1 Data Hasil Pengukuran Gaya Statis dengan ukuran
sudu 20 x 23 cm (lanjutan).
No Kecepatan Angin (m/s) Gaya (Newton)
16 5.6 3.53
Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Gaya Statis dengan ukuran
sudu 25 x 23 cm
No Kecepatan Angin (m/s) Gaya (Newton)
Tabel 4.2 Data Hasil Pengukuran Gaya Statis dengan ukuran
sudu 25 x 23 cm (lanjutan).
No Kecepatan Angin (m/s) Gaya (Newton)
18 5.5 5.69
19 5 4.12
20 5 4.41
21 5 4.02
Tabel 4.3 Data Hasil Pengukuran Gaya Statis dengan ukuran
sudu 30 x 23 cm
No Kecepatan Angin (m/s) Gaya (Newton)
4.1.2. Data yang diperoleh pada saat percobaan dengan menggunakan sudu yang berbeda
Kecepatan angin dengan variasi mulai dari kecepatan tertinggi
kurang lebih 8,0m/s dengan penurunan 0,5 m/s hingga kincir tidak
berputar.Dari hasil penelitian didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 4.4 Data Hasil Pengukuran dengan ukuran sudu 20 x 23 cm dengan beban
Tabel 4.5 Data Hasil Pengukuran dengan ukuran sudu 20 x 23 cm dengan beban
6 watt.
No Tegangan Arus Gaya Putaran
Kecepatan Angin
(Volt) (Ampere) (Newton) (rpm) (m/s)
1 1 0,14 1.13 44.08 8,1
2 1 0,14 1.03 43.04 8,1
3 1 0,15 1.13 45.07 8,1
4 1 0,14 1.08 43.14 8,1
5 1 0,15 1.13 45.60 8,1
4.2. Pengolahan Data dan Perhitungan
1. Luas penampang kincir
Kincir ini memiliki penampang persegi panjang sehingga :
A = p x l
P = 60 cm
Kemiringan 12o dan panjang sudu =20 cm
Gambar 4.1 kemiringan sudu
Panjang sisi tegak: cos 12o x 20 cm = 19.5629cm
Jadi L= (19.5629 x 2) + 5 cm =44.1258 cm ≈ 44cm
A = 0,6 m x 0,4 m
A = 0,264 m2
Dengan cara yang sama didapatkan:
Panjang sudu 25 cm = L = 53,90738 ≈ 54 cm
A = p x l
A = 0,6 m x 0,55 m
Panjang sudu 30 cm = L = 63,68885 ≈ 64 cm
A = p x l
A = 0,6 m x 0,55 m
A = 0,384 m2
2. Daya yang tersedia dari angin
p
in=
0
,
6
⋅
A
⋅
v
3Dengan :
in
P = daya angin, (watt)
A= luas penampang kincir (m)
3
v = kecepatan angin (m/s)
Daya pada kecepatan angin pada ukuran penampang sudu 20 x 23:
1. 8,1 m/ s = 0,6 x 0,264 x 8,13
= 84.180watt
2. 7,5m/s = 0,6 x 0,264 x 7,53
= 66,825 watt
3. 7 m/s = 0,6 x 0,264 x 73
= 54,3312 watt
Daya pada kecepatan angin pada ukuran penampang sudu 25 x 23:
1. 8 m/ s = 0,6 x 0,324 x 83
2. 7,5m/s = 0,6 x 0,324 x 7,53
= 82,0125 watt
3. 7,1 m/s = 0,6 x 0,324 x 7,13
= 69,578 watt
4. 6,5 m/s = 0,6 x 0,324 x 6,53
= 53,3871 watt
5. 6 m/s = 0,6 x 0,324 x 63
= 41,9904 watt
Daya pada kecepatan angin pada ukuran penampang sudu 30 x 23:
1. 8,2 m/ s = 0,6 x 0,324 x 8,23
= 126,374 watt
2. 7,5m/s = 0,6 x 0,324 x 7,53
= 82,0125 watt
3. 7,1 m/s = 0,6 x 0,324 x 7,13
= 82,033 watt
4. 6,5 m/s = 0,6 x 0,324 x 6,53
= 53,3871 watt
5. 6,1 m/s = 0,6 x 0,324 x 6,13
3. Menghitung torsi :
1. Torsi Statis
T = F.r
F = diperoleh dari pembacaan pada timbangan r = 0,1 meter
Sebagai contoh perhitungan torsi pada Tabel 4.10 no. 1.
T = F.r
= 8,5347 . 0,1
= 0,85347 N.m
Untuk perhitungan lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.10 sampai 4.12
2. Torsi
dengan
= diperoleh dari pembacaan pada timbangan
= 0,25 meter
Sebagai contoh perhitungan torsi pada Tabel 4.13 no. 1.
1,12815 x 0,25
4. Daya keluaran poros kincir (Pout)
2
dengan :
= putaran poros (rpm)
T = torsi pada poros (N.m)
Sebagai contoh perhitungan daya keluaran poros kincir pada Tabel
4.13 pada pengujian no. 1.
2 60
2 44,0860 0,282
1,30
Untuk perhitungan lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.13 sampai
4.18 pada lampiran.
Sebagai contoh perhitungan daya keluaran poros kincir pada tabel 4.13
pada pengujian no. 1
∞
Untuk perhitungan lainnya dapat dilihat pada tabel 4.13 sampai 4.18
6. Menghitung Coeffisien of Power
Sebagai contoh perhitungan daya keluaran poros kincir pada tabel
4.13 no 1
7. Menghitung Daya Generator.
Pgen = V x I
Dengan :
Pgen = Daya generator
V = Tegangan yang dihasilkan oleh motor I = Arus yang dihasilkan oleh motor
Sebagai contoh perhitungan daya generator kincir pada tabel 4.13 no
1
Pgen = V x I
Pgen =1,4 x 0,1
Pgen =0,14
Untuk perhitungan lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.13 sampai 4.18.
8. Menghitung Efisiensi Total Sistem.
η
Tot 100%Dengan :
η
Tot = Efisiensi Total SistemP gen= Daya generator
Pth = Daya Teoritis
Sebagai contoh perhitungan efisiensi total sistem pada tabel 4.13 no 1
ηTot
100%η
Tot 0,14ηTot
0,17 %Untuk perhitungan lainnya dapat dilihat pada Tabel 4.13 sampai 4.18.
Tabel 4.10 Data hasil perhitungan Gaya Statis dengan ukuran sudu 20 x 23 cm
4.3. Grafik Hasil Perhitungan
Dari perhitungan di atas maka didapatkan grafik sebagai berikut :
a. Grafik perbandingan Torsi Statis Dengan Kecepatan Angin
Gambar 4.2 Grafik Hubungan Torsi Statis dan Kecepatan Angin Pada
Variasi lebar Sudu 20 cm
Gambar 4.3 Grafik Hubungan Torsi Statis dan Kecepatan Angin Pada
Variasi lebar Sudu 25 cm
kecepatan angin (m/s)
0
Gambar 4.4 Grafik Hubungan Torsi Statis dan Kecepatan Angin Pada
Variasi lebar Sudu 30 cm
b. Grafik Perbandingan Kecepatan Angin dan Daya Output
Gambar 4.5 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi lebar Sudu 20 cm dengan Beban 3 Watt
0
kecepatan angin (m/s)
0
Gambar 4.6 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi lebar Sudu 20 cm dengan Beban 6 Watt
Gambar 4.7 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi lebar Sudu 25 cm dengan Beban 3 Watt
0
kecepatan angin (m/s)
0
Gambar 4.8 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi Lebar Sudu 25 cm dengan Beban 6 Watt
Gambar 4.9 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi lebar Sudu 30 cm dengan Beban 3 Watt
0
kecepatan angin (m/s)
0
Gambar 4.10 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Variasi Lebar Sudu 30 cm dengan Beban 6 Watt.
Gambar 4.11 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Ketiga Variasi Lebar Sudu dengan Beban 3 Watt.
0
kecepatan angin (m/s)
0
kecepatan angin (m/s)
Gambar 4.12 Grafik Hubungan Kecepatan Angin dan Daya Output Pada
Ketiga Variasi Lebar Sudu dengan Beban 6 Watt.
c. Grafik Perbandingan TSR dan Efisiensi Kincir
Gambar 4.13 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
20 cm dengan Beban 3 Watt
kecepatan angin (m/s)
variasi 1
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
CP
(%)
Gambar 4.14 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
20 cm dengan Beban 6 Watt
Gambar 4.15 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
25 cm dengan Beban 3 Watt
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
CP
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
CP
(%)
Gambar 4.16 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
25 cm dengan Beban 6 Watt
Gambar 4.17 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
30 cm dengan Beban 3 Watt
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30
CP
(%
)
Gambar 4.18 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Variasi Lebar Sudu
30 cm dengan Beban 6 watt
Gambar 4.19 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Ketiga Variasi
Lebar Sudu dengan Beban 3 Watt
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30
Gambar 4.20 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Pada Ketiga Variasi
Lebar Sudu dengan Beban 6 Watt
Gambar 4.21 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 20 cm dengan Beban 3 watt
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
Et
ot
(%
)
Gambar 4.22 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 25 cm dengan Beban 3 watt
Gambar 4.23 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 30 cm dengan Beban 3 watt
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
Eto
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30
E
tot
(%)
Gambar 4.24 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 20 cm dengan Beban 6 watt
Gambar 4.25 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 25 cm dengan Beban 6 watt
0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20
E
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25
Et
ot
(%)
Gambar 4.26 Grafik Hubungan TSR dan Efisiensi Total Sisem Pada Variasi
Lebar Sudu 30 cm dengan Beban 6 watt
0 0.05 0.1 0.15 0.2 0.25 0.3 0.35 0.4
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30
CP
(%)
4. PEMBAHASAN
Dari data-data hasil pengujian, dapat dilihat bahwa semakin
bertambahnya beban yang diberikan maka akan mengurangi putaran pada
poros kincir. Saat penambahan beban, tegangan yang dihasilkan oleh
generator akan semakin turun sedangkan arus yang dihasilkan akan semakin
besar seiring dengan bertambahnya beban. Hal ini terjadi karena semakin
besar beban maka semakin besar arus yang dibutuhkan untuk menyalakan
beban.
Dari perhitungan didapatkan bahwa daya keluaran terbesar yang
didapatkan oleh kincir dicapai pada kecepatan angin 8,2 m/s dengan variasi
lebar sudu 30 cm. Hal ini membuktikan bahwa semakin tinggi kecepatan
angin maka semakin besar daya keluaran yang dihasilkan, karena kecepatan
angin akan mempengaruhi putaran pada poros kincir. Demikian pula lebar
sudu akan mempengaruhi aliran angin yang akan memberikan dorongan awal
pada sudu sehingga mempengaruhi putaran pada poros kincir.
Pada perhitungan TSR-Efisiensi didapatkan efesiensi tertinggi pada
variasi lebar sudu 30 cm yaitu 3,42 % pada TSR 0,269. Sehingga dapat
disimpulkan semakin besar TSR maka semakin besar pula daya yang
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah :
1. Semakin besar kecepatan angin maka torsi statis dan daya yang
dihasilkan kincir angin semakin besar.
2. Semakin besar ukuran sudu maka torsi statis dan daya yang
dihasilkan kincir semakin besar
3.. Hasil Daya dan Efisiensi pada kincir diperoleh :
I. Kincir angin dengan ukuran sudu 20 x 23 cm diperoleh
torsi dinamis maksimal 0,85 Nm, daya maksimal 1,30 watt
yang terjadi pada kecepatan angin 8,1 m/s dan koefisien
daya 1,55 % pada TSR 0,17.
II. Kincir angin dengan ukuran sudu 25 x 23 cm diperoleh
torsi dinamis maksimal 1,58 Nm, daya maksimal 1,28 watt
yang terjadi pada kecepatan angin 8 m/s dan koefisien daya
III. Kincir angin dengan ukuran sudu 30 x 23 cm diperoleh
torsi dinamis maksimal 1,73 Nm, daya maksimal 2,60 watt
yang terjadi pada kecepatan angin 8,1 m/s dan koefisien
daya 1,92 % pada TSR 0,27.
IV. Koefisien daya tertinggi yang diperoleh adalah sebesar
2,06 %, pada kincir angi dengan sudu 30 cm dengan
kecepatan angin 8,2 m/s.
5.2 Saran
Beberapa saran yang penting untuk penelitian selanjutnya adalah :
1. Kincir sebaiknya dibuat lebih ringan namun kuat, agar mampu
berputar pada kecepatan yang lebih rendah.
2. Saat akan melakukan pengujian periksa setiap komponen kincir
terutama baut-baut pengikat, karena kemungkinan baut kendur
setelah kincir berputar lama.
3. Pada saat pengujian pastikan alat-alat pengujian berfungsi dengan
baik dengan cara mengkalibrasi dan mengganti baterai.
4. Transmisi pada kincir sebaiknya dibuat lebih ringan agar
DAFTAR PUSTAKA
Arismunandar, W., Penggerak Mula Turbin, ITB Press : Bandung, 2004
Boyle, G., Renewable Energy, Oxford Universiy Press : New York, 2004
Nugraha,E.S.,Kincir Angin Poros Vertikal Dengan Dua Sudu Datar Satu Ruang
Yang Dapat Membentang Dan Mengatup Secara Otomatis, FST-
Universitas Sanata Dharma :Yogyakarta, 2010
a) “http://home.gna.org/huribatash/tutorials/introduction/tjaerborgIntro.htm l”
b) “http://www.physicsforums.com/showthread.php?t=229058”
c) “http://www.scribd.com/document_downloads/24511217?extension=pdf& skip”
d) “http://www.scribd.com/document_downloads/7450830?secret_password =&e”