vii ABSTRAK
Energi merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan pada era modern
ini. Sebagian besar energi yang digunakan selama ini berasal dari sumber daya
energi fosil, yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat diperbaharui kembali. Oleh
karena itu, Indonesia yang memiliki potensi angin yang cukup baik dan angin
sendiri merupakan salah satu energi terbarukan dapat dimanfaat sebagai sumber
energi yang dapat mengurangi penggunakan energi yang sudah ada dengan cara
mengubah energi angin menjadi energi listrik dengan kincir angin yang porosnya
terhubung dengan generator.
Pada tugas akhir ini menggunakan model kincir angin poros horizontal 2
sudu diameter 1 meter dengan lebar maksimal 10 sentimeter dari pusat poros
berbahan komposit. Tujuan tugas akhir ini adalah mengetahui a) daya kincir, b)
torsi, c) koefisien daya dan d) tip speed ratio.
Hasil penelitian terhadap kincir angin poros horizontal 2 sudu adalah a)
daya terbesar yang dihasilkan dari kincir angin yaitu 23,08 watt pada torsi 0,64
N.m dengan kecepatan angin 9 m/s. b) Torsi terbesar yang dihasilkan oleh kincir
angin 0,7 N.m pada kecepatan putar kincir 398 rpm terjadi pada kecepatan angin 9
m/s. c) Koefisien daya tertinggi yang didapatkan 13,02 % pada tsr 3,9 dengan
kecepatan angin 7 m/s. d) Tip speed ratio tertinggi yang didapatkan 4,8 pada
viii
Kata kunci : sudu berbahan komposit, daya kincir, torsi, koefisien daya, tip speed
ix ABSTRACT
Energy is one of the most important things in this modern era. Most of the energy that has been used until now comes from fossil, which is classified as unrenewable energy and it could be running out as the time goes by. Indonesia has a great potential in wind energy and it would be very important to maximize it. Wind is one of the natural sources that can be transformed as a renewable energy with a windmill. With the windmill that connected with the generator, the wind energy could be transformed into electrical energy.
The type of windmill that has been used in this final project is the two-bladed composite horizontal axis windmill with one meter in diameter and maximally 10 centimeters width from the center of the axis. The purpose of this final project is to determine a) windmill output power, b) torque, c) coefficient of performance, and d) tip speed ratio.
The final result of the experiment using this two-bladed horizontal axis windmill are: a) The biggest ouput power of the windmill is 23,08 Watt, with the torque of 0,64 N.m and the wind speed of 9 m/s. b) The biggest torque of the windmill is 0,7 N.m, with the rotation speed of 398 rpm and the wind speed of 9 m/s. c) The biggest coefficient of power of the windmill is 13,02%, with the tip speed ratio of 3,9 and the wind speed of 7 m/s. d) The biggest tip speed ratio of the windmill is 4,8 with the rotation speed of 629 rpm and the wind speed of 7 m/s.
i
UNJUK KERJA KINCIR ANGIN POROS HORIZONTAL 2 SUDU
DIAMETER 1 METER BERBAHAN KOMPOSIT DENGAN
LEBAR MAKSIMAL 10 SENTIMETER
DARI PUSAT POROS
SKRIPSI
Untuk memenuhi sebagian persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Teknik Mesin
ii
THE PERFORMANCE OF TWO-BLADED COMPOSITE
HORIZONTAL AXIS WIND TURBINE WITH 1 METER IN
DIAMETER AND MAXIMALLY 10 CENTIMETER OF WIDTH
FROM THE CENTER OF THE AXIS
FINAL PROJECT
Aspartial fullfilment of the requirement
to obtain Sarjana Teknik Mesin degree
by :
STEPHANUS YERIKHO
Student Number : 125214065
MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAM
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
vii
ABSTRAK
Energi merupakan kebutuhan penting dalam kehidupan pada era modern ini.
Sebagian besar energi yang digunakan selama ini berasal dari sumber daya energi
fosil, yang jumlahnya terbatas dan tidak dapat diperbaharui kembali. Oleh karena itu,
Indonesia yang memiliki potensi angin yang cukup baik dan angin sendiri merupakan
salah satu energi terbarukan dapat dimanfaat sebagai sumber energi yang dapat
mengurangi penggunakan energi yang sudah ada dengan cara mengubah energi angin
menjadi energi listrik dengan kincir angin yang porosnya terhubung dengan
generator.
Pada tugas akhir ini menggunakan model kincir angin poros horizontal 2 sudu
diameter 1 meter dengan lebar maksimal 10 sentimeter dari pusat poros berbahan
komposit. Tujuan tugas akhir ini adalah mengetahui a) daya kincir, b) torsi, c)
koefisien daya dan d) tip speed ratio.
Hasil penelitian terhadap kincir angin poros horizontal 2 sudu adalah a) daya
terbesar yang dihasilkan dari kincir angin yaitu 23,08 watt pada torsi 0,64 N.m
dengan kecepatan angin 9 m/s. b) Torsi terbesar yang dihasilkan oleh kincir angin 0,7
N.m pada kecepatan putar kincir 398 rpm terjadi pada kecepatan angin 9 m/s. c)
viii
angin 7 m/s. d) Tip speed ratio tertinggi yang didapatkan 4,8 pada kecepatan putar
kincir 629 rpm terjadi pada kecepatan angin 7 m/s.
Kata kunci : sudu berbahan komposit, daya kincir, torsi, koefisien daya, tip speed
ix
ABSTRACT
Energy is one of the most important things in this modern era. Most of the energy that has been used until now comes from fossil, which is classified as unrenewable energy and it could be running out as the time goes by. Indonesia has a great potential in wind energy and it would be very important to maximize it. Wind is one of the natural sources that can be transformed as a renewable energy with a windmill. With the windmill that connected with the generator, the wind energy could be transformed into electrical energy.
The type of windmill that has been used in this final project is the two-bladed composite horizontal axis windmill with one meter in diameter and maximally 10 centimeters width from the center of the axis. The purpose of this final project is to determine a) windmill output power, b) torque, c) coefficient of performance, and d) tip speed ratio.
The final result of the experiment using this two-bladed horizontal axis windmill are: a) The biggest ouput power of the windmill is 23,08 Watt, with the torque of 0,64 N.m and the wind speed of 9 m/s. b) The biggest torque of the windmill is 0,7 N.m, with the rotation speed of 398 rpm and the wind speed of 9 m/s. c) The biggest coefficient of power of the windmill is 13,02%, with the tip speed ratio of 3,9 and the wind speed of 7 m/s. d) The biggest tip speed ratio of the windmill is 4,8 with the rotation speed of 629 rpm and the wind speed of 7 m/s.
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha atas limpahan
rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan tepat
pada waktunya.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat wajib bagi setiap mahasiswa Jurusan
Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma untuk mendapatkan gelar S1 Teknik
Mesin.
Berkat bimbingan,nasihat, dan doa yang diberikan oleh berbagai
pihak,akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan juga
maksimal. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati dan ketulusan,penulis
mengucapkan terima kasih sbesar-besarnya kepada :
1. Sudi Mungkasi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Ir. Petrus Kanisius Purwadi, M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik Mesin
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan sekaligus sebagai Dosen Pembimbing
Akademik.
3. Doddy Purwadianto, ST., M.T selaku Dosen Pembimbing Skripsi.
4. Herman Yosef Sumarto dan Anastasia Sumarni sebagai kedua orang tua saya
yang selalu memberi semangat baik berupa materi maupun spiritual.
5. Bernardus Morgan Wijayanto, dan Kukuh Wahyu Aji Sukma yang tak
xi
6. Seluruh Dosen Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma atas semua ilmu yang telah diberikan kepada penulis
selama perkuliahan.
7. Seluruh Tenaga Kependidikan Program Studi Teknik Mesin Fakultas Sains dan
Teknologi yang telah membantu penulis selama perkuliahan hingga selesainya
penulisan skripsi ini.
8. Semua teman-teman Teknik Mesin dan pihak yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu yang telah memberikan bantuan moril maupun material sehingga
proses penyelesaian skripsi ini berjalan dengan lancar.
Akhir kata, penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidaklah
sempurna,karena tidak ada gading yang tak retak sehingga kritik dan saran yang
bersifat membangun dari pembaca sangat diharapkan demi penyempurnaan skripsi ini
di kemudian hari.Akhirnya, besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat
bagi kita semua.
Yogyakarta, 26 Juli 2016
xii
n Kecepatan putar rotor (rpm)
F Gaya pengimbang (N)
Ek Energi kinetik (Joule)
Volume (m3)
V Tegangan (Volt)
I Arus (Ampere)
Panjang (m)
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ……… i
TITLE PAGE………. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ………. iii
HALAMAN PENGESAHAN ………. iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……….. v
LEMBAR PERNYATAAN PBLLIKASI KARYA ILMIAH ………. ... vi
1.3. Tujuan Penelitian ……… 4
1.4. Batasan Masalah ………. 4
1.5. Manfaat Penelitian ……….. 5
BAB II DASAR TEORI ……….. 7
xiv
2.2. Kincir Angin ……….. 8
2.2.1. Potensi Kincir Angin ……….. 8
2.2.2. Jenis Kincir Angin ……….. 11
2.2.3. Rumus Perhitungan ………...…….. 16
2.3. Kincir Angin Poros Horizontal Berbahan Komposit ………. 20
2.4. Komposit ……… 21
2.4.1. Fasa Penyusun Komposit ……… 22
2.5. Fiberglass ………... 30
2.6. Resin Epoksi …..……… 32
2.7. Keistimewaan Komposit ……… 32
2.8. Tinjauan Pustaka ……… 33
BAB III METODE PENELITIAN ………... 34
3.4. Desain Kincir Angin ……… 45
3.5. Pembuatan Sudu / Blade Kincir Angin ……….. 48
3.6. Waktu Penelitian ……… 51
3.7.Variasi Penelitian dan Variasi Ukur ……… 52
3.7.1. Variasi penelitian ……….. 52
3.7.2. Variasi Ukur ………. 52
xv
4.2.3. Perhitungan Koefisien Daya ……… 60
4.2.4. Perhitungan Tip Speed Ratio ………... 61
4.3. Data Hasil Perhitungan ………... 61
4.4. Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan ……… 62
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………... 66
5.1. Kesimpulan ………. 66
5.2 Saran ……….... 67
DAFTAR PUSTAKA ………... 68
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Contoh Kincir Propeler Tiga Sudu ………... 12
Gambar 2.2 Contoh Kincir American Multi Blade……….. 12
Gambar 2.3 Contoh Kincir Angin Dutch four arm………... 13
Gambar 2.4 Contoh Kincir Angin Sumbu Vertikal Tipe Savonius ……….. 14
Gambar 2.5 Contoh Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Darrieus ……….. 15
Gambar 2.6 Hubungan Antara Koefisien Daya (Cp) dan tip Speed Ratio(tsr) ………... 20
Gambar 2.7 Contoh Kincir Angin Sumbu Horizontal dengan Desain Sudu Setengah Aerofoil Naca 2412 ………. 21
Gambar 2.8 Contoh Komponen Bahan Komposit ……… 22
Gambar 2.9 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Bentuk Matriksnya …….... 23
Gambar 2.10 Contoh Particulate Composites………. 27
Gambar 2.11 Contoh Fibre Composites………. 28
Gambar 2.12 Contoh Structural Compositses Laminate……….... 29
Gambar 2.13 Contoh Structural Composites Sanwich Panel………. 29
Gambar 2.14 Contoh Fiberglass ………... 30
Gambar 2.15 Contoh Resin Epoksi …………...………. 32
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Kincir Angin Berbahan Komposit … 35 Gambar 3.2 Desain Sudu / Blade ………. 36
Gamabr 3.3 Dudukan Sudu ……….. 37
Gambar 3.4 Anemometer ………. 38
xvii
Gambar 3.11 Skema Pembebanan Lampu ………. 41
Gambar 3.12 Epoksi / Resin ……….. 42
Gambar 3.18 Skema Penampang Pipa Pvc 8 Inci sebagai Bahan Sudu ... 45
Gambar 3.19 Skema Penampang Pipa Pvc 8 Inci di Sketsa Ukuran Dalam Satuan Sentimeter ……… 46
Gambar 3.20 Skema Penampang Pipa Pvc 8 Inci Setelah di Potong Sesuai dengan Ukuran Spesifik ……….. 46
Gambar 3.21 Dimensi Kincir Angin Dalam Penelitian, Ukuran Dalam Satuan Sentimeter ………... 47
Gambar 3.22 Dimensi Kincir Angin Dalam Penelitian, Ukuran Dalam Satuan Sentimeter ………... 47
Gambar 3.23 Posisi Lebar Maksimal Sudu Pada Saat Pengaplikasian Dan Penelitian ………. 47
Gambar 3.24 Skematik Dimensi Jincir Angin ……….. 48
xviii
Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter Berbahan Komposit
Pada 3 Variasi Kecepatan Angin ………... 64
Gambar 4.2 Hubungan Koefisien Daya Mekanis Kincir (Cp) dan Torsi
Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter
Berbahan Komposit Pada 3 Variasi Kecepatan Angin ………. 64
Gambar 4.3 Hubungan Koefisien Daya Mekanis Kincir (Cp) dan Tip
Speed Ratio (TSR) Kincir Angin Poros Horizontal
2 Sudu Diameter 1 Meter Berbahan Komposit
Pada 3 Variasi Kecepatan Angin ……….. 64
Gambar 6.1 Hubungan Putaran Poros dan Torsi Kincir Angin Poros
Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ….. 69
Gambar 6.3 Hubungan Putaran Poros dan Torsi Kincir Angin Poros
Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ….. 69
Gambar 6.3 Hubungan Putaran Poros dan Torsi Kincir Angin Poros
Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ….. 70
Gambar 6.4 Hubungan Koefisien Daya Mekanis Kincir (Cp) dan Torsi
Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter
Berbahan Komposit ………. 70
Gambar 6.5 Hubungan Koefisien Daya Mekanis Kincir (Cp) dan Torsi
Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter
Berbahan Komposit ………. 70
Gambar 6.6 Hubungan Koefisien Daya Mekanis Kincir (Cp) dan Torsi
Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter
Berbahan Komposit ………. 71
xix
Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter
Berbahan Komposit ………. 72
Gambar 6.8 Hubungan Koefisien Daya Elektris Kincir (Cp) dan Torsi
Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter
Berbahan Komposit ………. 72
Gambar 6.9 Hubungan Koefisien Daya Elektris Kincir (Cp) dan Torsi
Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu Diameter 1 Meter
Berbahan Komposit ………. 73
Gambar 6.10 Hubungan Koefisien Daya Mekanis (Cp) dengan Tip Speed
Ratio (TSR) Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu
Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ..……….. 73
Gambar 6.11 Hubungan Koefisien Daya Mekanis (Cp) dengan Tip Speed
Ratio (TSR) Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu
Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ..……….. 74
Gambar 6.12 Hubungan Koefisien Daya Mekanis (Cp) dengan Tip Speed
Ratio (TSR) Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu
Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ..……….. 74
Gambar 6.13 Hubungan Koefisien Daya Elektris (Cp) dengan Tip Speed
Ratio (TSR) Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu
Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ...……….. 75
Gambar 6.14 Hubungan Koefisien Daya Elektris (Cp) dengan Tip Speed
Ratio (TSR) Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu
Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ...……….. 75
Gambar 6.15 Hubungan Koefisien Daya Elektris (Cp) dengan Tip Speed
xx
Diameter 1 Meter Berbahan Komposit ...……….. 76
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Grafik Kincir Angin Hingga Tahun 2010 ………... 2
Tabel 2.1 Grafik Kapasitas Kincir Angin yang Telah Terpasang …….. 9
Tabel 2.2 Grafik Kincir Angin yang Baru Dipasang ……….. 9
Tabel 2.3 Grafik Pertambahan Kapasitas Kincir Angin Tahun
2008 - 2009 Menurut Wiser and Bolinger ( 2009 ) ....……… 10
Tabel 2.4 Tabel Jenis dan Karakteristik Material Komposit ...………... 26
Tabel 2.5 Typical Proerties of Reinforcing Fiber ………... 28
Tabel 2.6 Sifat-sifat Dari Berbagai Jenis Fiberglass ………... 31
Tabel 2.7 Komposisi Kimia Jenis –Jenis Fiberglass ……… . 31
Tabel 4.1 Hasil Dari Pengambilan Data Dengan Kecepatan Angin
Rata – Rata 9 m/s ...………. 57
Tabel 4.2 Hasil Dari Pengambilan Data Dengan Kecepatan Angin
Rata – Rata 8 m/s ……… 58
Tabel 4.3 Hasil Dari Pengambilan Data Dengan Kecepatan Angin
Rata – Rata 7 m/s ……… 58
Tabel 4.4 Hasil Dari Pengambilan Data Dengan Kecepatan Angin
Rata – Rata 9 m/s ……… 62
Tabel 4.5 Hasil Dari Pengambilan Data Dengan Kecepatan Angin
Rata – Rata 8 m/s ……… 62
Tabel 4.6 Hasil Dari Pengambilan Data Dengan Kecepatan Angin
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada peradaban era modern ini, banyak bermunculan penemuan – penemuan
untuk menunjang berbagai aspek kehidupan manusia yang masih banyak bertumpu
pada pasokan energi. Dilihat dari tingkat konsumsi energi belakangan ini mengalami
peningkatan, terlebih pada penggunaan sumber energi yang berasal dari sumber daya
fosil. Sumber daya energi fosil merupakan salah satu sumber energi yang paling
banyak digunakan oleh manusia. Namun, tingginya tingkat konsumsi manusia
terhadap sumber daya fosil ini dapat menjadi ancaman sendiri bagi manusia dimasa
depan karena sumber daya fosil merupakan sumber daya alam yang sifatnya terbatas
dan tidak dapat diperbaharui. Oleh karena itu diperlukan solusi yang dapat
mengimbangi kebutuhan manusia akan energi yang semakin meningkat. Salah satu
solusi yang tepat yaitu beralih dari energi fosil ke energi terbarukan. Energi
terbarukan merupakan energi yang akhir – akhir ini banyak digunakan untuk
menggantikan energi yang berasal dari fosil, selain energi terbarukan bersifat tidak
terbatas dan dapat diperbaharui lagi, hal ini menjadi salah satu keunggulan dari energi
terbarukan. Sumber energi terbarukan dapat berasal dari sinar matahari, aliran sungai
bagus. Dimana perbedaan tekanan udara akan menghasilkan hembusan angin
sehingga dapat dibuat alat rekayasa angin untuk memanfaatkannya seperti kincir
angin. Kincir angin dapat mengubah angin menjadi energi listrik dengan prinsip
angin akan menggerakan sudu – sudu kincir angin yang terhubung dengan poros
generator dan dari generator tersebut dihasilkanlah energi listrik dari putaran kincir
angin.
Menurut data dari World Wind Energy Association ( 1997 – 2010 ) , kapasitas
kincir angin yang terpasang di seluruh dunia mengalami peningkatan yang pesat dari
tahun ke tahun dalam kurun waktu 13 tahun terakhir yang laju pertumbuhannya dapat
dilihat pada grafik berikut ini :
Grafik 1.1 Grafik Kincir Angin Hingga Tahun 2010
Hal ini menunjukan bahwa kincir angin merupakan salah satu energi terbarukan yang
yang cukup baik untuk dapat memanfaatkan kincir angin sebagai sumber energi
terbarukan karena menurut Bidang Konversi Energi Dirgantara ( 2006 ) , Indonesia
memiliki potensi angin sebesar 3 – 5 m/s.
Menurut jenisnya, kincir angin terbagi menjadi dua jenis, yaitu kincir angin
dengan poros horizontal dan kincir angin dengan poros vertikal. Pada penelitian ini,
penulis akan meneliti kincir angin poros horizontal berjenis propeller. Karakteristik
material komposit yang ringan bobotnya, memiliki tingkat kekuatan yang tinggi dan
dapat menahan beban yang cukup tinggi. Oleh karena itu, pada penelitian ini penulis
ingin mengetahui besarnya daya, kecepatan putar poros kincir dan tingkat efisiensi
dari kincir angin poros horizontal berjenis propeller dari material komposit dengan
matriks epoksi dan serat kaca.
1.2. Rumusan Masalah
Masalah yang akan dipecahkan dalam Tugas Akhir ini adalah :
1. Pemanfaatan angin yang merupakan salah satu energi terbarukan, dalam artian
angin yang keberadaanya tidak pernah habis dan tidak terbatas jumlahnya,
akan tetapi potensi dari energi angin ini belum dimanfaatkan secara maksimal
oleh negara kita, terlebih di Indonesia yang memiliki potensi angin yang
2. Untuk memaksimalkan pemanfaatan potensi energi angin yang bagus di
Indonesia, dibutuhkan alat rekayasa tenaga angin yaitu kincir angin yang
nantinya dapat mengubah angin menjadi energi listrik yang mampu
menghasilkan daya yang besar dan efisiensi yang cukup tinggi sehingga
mampu menggantikan energi yang sudah ada.
3. Agar kincir angin dapat menghasilkan daya energi listrik yang besar dan
memiliki efisiensi yang cukup tinggi, dibutuhkan model kincir angin dengan
bahan material dan jumlah sudu – sudu yang terbaik.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan Tugas Akhir ini adalah :
1. Merancang dan membuat kincir angin poros horizontal 2 sudu diameter 1 m
dari material komposit dengan matriks epoksi dan serat kaca.
2. Menentukan koefisien daya terbaik dari masing – masing variasi kecepatan
angin.
3. Mengetahui unjuk kerja kincir angin poros horizontal 2 sudu diameter 1
meter.
Pembuatan kincir angin dengan memperhatikan batasan – batasan sebagai
berikut :
Batasan-batasan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Kincir angin menggunakan bahan komposit.
2. Kincir angin menggunakan desain bilah dari potongan pipa pvc 8 inch dengan
lebar sudu maksimal 10 cm dari pusat poros.
3. Diameter kincir yang dirancang hanya skala laboratorium yaitu berdiameter
100cm.
4. Dilakukan 3 variasi kecepatan angin yaitu pada kecepatan angin 9 m/s , 8 m/s,
dan 7 m/s.
5. Mekanisme pembebanan (dump load) pada sistem kincir angin pada penelitian
ini yaitu menggunakan beban lampu pijar sebanyak 12 buah.
6. Digunakan generator DC magnet permanen dengan efisiensi 70% sebagai alat
penunjang penelitian.
7. Penelitian dilaksanakan dengan cara meletakkan sistem kincir di depan blower
15 HP 1450 rpm dan volume 2250 m3/m.
8. Penelitian dilaksanakan di laboratorium konversi energi Universitas Sanata
Dharma.
1.5. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui unjuk kerja kincir angin angin poros horizontal 2 sudu diameter
1m dari material komposit dengan matriks epoksi dan serat kaca.
2. Memperluas dan menambah pengetahuan tentang pembuatan kincir angin dari
bahan komposit dengan matriks epoksi dan serat kaca.
3. Penghematan bahan bakar fosil dan penggantinya adalah kincir angin untuk
menjaga dan melestarikan bumi ini.
4. Sebagai wujud kontribusi penulis dalam pengembangan energi terbarukan,
7
BAB II
DASAR TEORI
2.1. Energi Angin
Energi angin merupakan salah satu energi yang telah lama ada, dan secara
konversi energi angin menjadi bentuk energi memanaskan tanah dan hal tersebut akan
mengakibatkan atmosfer menjadi hangat. Ketika suatu udara panas naik, hal ini
menyebabkan tekanan atmosfer bumi berkurang dan udara akan bergerak untuk
berpindah ke tempat tersebut. Udara dingin yang bergerak inilah yang disebut sebagai
angin. Angin sejak jaman dulu sudah banyak dimanfaatkan untuk mendorong kapal
yaitu dengan menggunakan layar. Pada saat ini, energi angin banyak dimanfaatkan
untuk menghasilkan energi listrik dengan cara mengubah energi kinetik menjadi
energi listrik. Selain itu, angin merupakan salah satu sektor energi terbarukan yang
paling berpotensi dan maju di tahun – tahun mendatang karena memiliki rasio yang
tinggi sebagai pemasok kebutuhan energi dunia saat ini.
Energi angin merupakan sumber energi terbarukan yang keberadaaanya tidak
dapat habis dibandingkan dengan bahan bakar fosil dan energi angin yang tersedia di
Indonesia yang secara geografis terletak pada jalur katulistiwa memiliki
potensi angin dengan kecepatan rata – rata 3 – 5 m/s termasuk tertinggal dalam
memanfaatkan energi angin sebagai sumber energi listrik. Indonesia yang memiliki
garis pantai yang panjang dapat menjadi potensi besar untuk memanfaatkan energi
angin yang ada dan perubahan iklim yang terjadi akibat dari pemanasan global
ternyata meningkatkan potensi angin di Indonesia terutama di daerah – daerah
tertentu seperti Sumatera, pantai Selatan Jawa, Nusa Tenggara dan Sulawesi.
2.2. Kincir Angin
Kincir angin adalah sebuah alat yang digerakkan oleh energi angin sehingga
menghasilkan energi gerak atau energi mekanik. Dahulu, kincir angin banyak
ditemukan di negara Belanda, Denmark dan negara – negara eropa lainnya yang pada
saat itu dimanfaatkan untuk menumbuk hasil pertanian, penggilingan gandum dan
irigasi. Sekarang, kincir angin dapat dimanfaatkan sebagai penghasil energi listrik.
2.2.1. Potensi Kincir Angin
Kincir angin merupakan salah satu energi terbarukan yang paling banyak
digunakan di seluruh dunia hingga saat ini. Dari tahun ke tahun, kapasitas kincir
angin yang terpasang di seluruh dunia mengalami peningkatan pesat dalam kurun
Grafik 2.1 Grafik Kapasitas Kincir Angin yang telah terpasang ( 2010 )
Laju pertambahan kincir angin baru yang dipasang setiap tahunnya
mengalami peningkatan secara drastis. Menurut World Wind Energy Association
( 2010 ), laju pertumbahan kincir angin bertambah dari yang semula 21,3 % pada
2004 bertambah secara konstan hingga 31,7 % tahun 2009.
Grafik 2.2 Grafik Kincir Angin yang baru dipasang ( 2010 )
Menurut Wiser dan Bolinger ( 2009 ), dari negara – negara di seluruh dunia
memimpin dengan total kapasitas kincir angin yang terpasang sebesar 35,1 GW,
China sebesar 26 GW, dan Jerman sebesar 25,7 GW. Tetapi, Amerika Serikat hanya
menggunakan 2% saja dalam memanfaatkan energi angin untuk menyuplai listrik.
Dalam urusan pemanfaatan energi angin untuk menyuplai listrik, Denmark
memimpin dengan persentase sebesar 20%, Portugal sebesar 15%, dan Spanyol
sebesar 14%.
Grafik 2.3 Grafik Pertambahan Kapasitas Kincir Angin Tahun 2008 - 2009 Menurut Wiser and Bolinger ( 2009 )
2.2.2. Jenis Kincir Angin
Jenis – jenis kincir angin dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu :
1. Horizontal Axis Wind Turbine ( HAWT ) / Turbin Angin Sumbu Horizontal (
TASH )
Turbin Angin Sumbu Horizontal adalah turbin atau kincir angin yang
dengan arah datangnya angin. Terdiri dari sebuah menara dan sebuah kincir
yang dipasang dipuncak menara kincir.
Poros kincir jenis ini dapat berputar 360o terhadap sumbu vertikal untuk
menangkap dan menyesuaikan arah angin.
Kelebihan Kincir Angin Sumbu Horizontal adalah :
a. Mampu mengkonversi energi angin pada kecepatan tinggi
b. Memiliki faktor keamanan yang baik karena posisi sudu yang berada
dipuncak menara
c. Material yang digunakan lebih sedikit
Kekurangan Kincir Angin Sumbu Horizontal adalah :
a. Biaya pemasangan lebih mahal dibandingkan dengan kincir angin sumbu
vertikal
b. Proses pembuatan dan pemasangan kincir angin sumbu horizontal cukup
sulit karena memiliki konstruksi yang tinggi
c. Rawan apabila dipasang di daerah padat penduduk
Beberapa jenis kincir angin horizontal yang sudah umum dikenal dan
dikembangkan:
Gambar 2.1 Contoh Kincir Propeler Tiga Sudu Sumber : https://repository.usd.ac.id/
b. Kincir Angin America Multi Blade
Gambar 2.2 Contoh Kincir American
Multi Blade
Sumber :http://en.wikipedia.org/wiki/File:
Gambar 2.3 Contoh Kincir Angin Dutch four arm Sumber: http://en.wiktionary.org/wiki/windmill
2. Vertical Axis Wind Turbine ( VAWT )/Turbin Angin Sumbu Vertikal ( TASV )
Turbin Angin Sumbu Vertikal merupakan turbin angin yang didesain untuk
menerima angin dari segala arah dan mampu bekerja pada kecepatan yang
rendah. Selain itu, turbin ini memiliki tingkat efisiensi yang lebih rendah
dibandingkan dengan turbin angin sumbu horizontal.
Ada beberapa tipe turbin angin sumbu vertikal yang sering digunakan,
diantaranya adalah Tipe Savonius dan Tipe Darrieus.
a. Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Savonius ini pertama kali diciptakan
oleh seorang insinyur asal Filandia SJ Savonius pada tahun 1929. Kincir
Turbin Angin Sumbu Vertikal ini adalah jenis turbin yang paling
dapat berputar karena adanya gaya dorong dari angin, sehingga rotor tidak
akan melebihi kecepatan angin. Jenis turbin ini cocok untuk aplikasi daya
yang rendah dan biasanya digunakan pada kecepatan angin yang berbeda.
Gambar 2.4 Contoh Kincir Angin Sumbu Vertikal Tipe Savonius
Sumber : http://es.wikipedia.org/
b. Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Darrieus ini pertama kali diciptakan oleh
seorang insinyur Perancis George Jeans Maria Darrieus yang dipatenkan pada
tahun 1931. 2 bentuk dari turbin darrieus ini diantaranya “ Eggbeater / Curved
Bladed “ dan “ Straightbladed “ Turbin Angin Sumbu Vertikal. Kincir angin
Darrieus mempunyai bilah sudu yang disusun dalam posisi simetri dengan
sudu bilah yang diatur relatif terhadap poros. Dengan pengaturan tersebut,
bergerak dengan memanfaatkan gaya angkat yang terjadi ketika angin bertiup.
Bilah sudu turbin Darrieus bergerak berputar menggelilingi sumbu.
Gambar 2.5 Contoh Turbin Angin Sumbu Vertikal Tipe Darrieus Sumber : http://es.wikipedia.org/
Kelebihan Kincir Angin Sumbu Vertikal yaitu :
a. Dapat dibangun pada lokasi yang relatif padat penduduk.
b. Tidak membutuhkan struktur menara yang tinggi.
c. Pemasangan dekat dengan tanah mempermudah menjaga bagian yang
bergerak.
d. Kincir angin jenis ini tidak harus diubah posisinya jika arah angin
berubah.
a. Sebagian besar jenis Kincir Angin Sumbu Vertikal mempunyai torsi
awal yang rendah dan membutuhkan energi untuk mulai berputar.
b. Turbin Angin Sumbu Vertikal tidak mengambil keuntungan dari angin
yang melaju lebih kencang di elevasi yang lebih tinggi.
c. Sebagian besar Turbin Angin Sumbu Vertikal memproduksi energi
hanya 50% dari efisiensi Turbin Angin Sumbu Horizontal karena drag
tambahan yang dimilikinya saat kincir berputar.
2.2.3. Rumus Perhitungan
Rumus perhitungan yang digunakan untuk mengetahui unjuk kerja kincir angin
adalah :
a) Energi Kinetik
Energi Kinetik adalah energi yang dimiliki oleh suatu benda akibat
pergerakan benda tersebut,yang dapat dirumuskan :
Ek = 1/2. m. v2 (1)
dimana :
m : massa udara (kg)
v : kecepatan angin (m/s)
Daya Angin (Pin) adalah daya yang tersedia oleh angin dimana daya ini
berbanding lurus dengan pangkat tiga kecepatannya dan dapat dirumuskan
sebagai berikut :
Pin= 1/2 ρ A v3 (2)
dimana:
Pin : daya yang tersedia pada angin (Watt)
A : luas penampang sudu (m2)
ρ : massa jenis udara (kg/m3)
v : kecepatan angin (m/s)
c) Torsi
Torsi (T) adalah hasil perkalian besarnya gaya pembebanan (F) dengan
panjang lengan torsinya (l) sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut :
T = F l (3)
adanya angin yang menghantam sudu kincir sehingga sudu kincir bergerak
Pout = T
Untuk menentukan kecepatan sudut, digunakan persamaan :
(4)
Dengan demikian daya yang dihasilkan oleh kincir angin dinyatakan dengan
persamaan :
(5)
Untuk menentukan daya output elektris digunakan persamaan :
V I
dimana:
Pout : daya yang dihasilkan kincir (Watt)
Koefisien Daya (Cp) adalah perbandingan antara daya yang dihasilkan oleh
kincir angin dengan daya yang tersedia oleh angin sehingga bisa dirumuskan
sebagai berikut :
(6)
dimana :
Cp : koefisien daya
Pout : daya yang dihasilkan oleh kincir angin (Watt)
Pin : daya yang tersedia oleh angin (Watt)
f) Tip Speed Ratio
Tip Speed Ratio adalah perbandingan antara kecepatan di ujung sudu kincir
angin dengan kecepatan anginnya sehingga dapat dirumuskan :
(7)
dimana :
tsr : tip speed ratio
n : kecepatan putar poros kincir angin (rpm)
r : jari-jari sudu kincir angin (m)
v : kecepatan angin (m/s)
Hubungan koefisien daya ( cp ) dengan tip speed ratio ( tsr ) dari berbagai jenis kincir
angin adalah 59%. Menurut Albert Betz, teorinya tersebut dinamakan dengan Betz
Gambar 2.6 Hubungan Antara Koefisien Daya (Cp) dan Tip Speed Ratio (tsr) Sumber : www.windturbine-performance.com
2.3. Kincir Angin Poros Horizontal Berbahan Komposit
Pada tugas akhir ini, jenis kincir angin yang akan saya teliti adalah kincir
angin poros horizontal 2 sudu diameter. Kincir angin poros horizontal 2 sudu
berbahan komposit kebanyakan memiliki sudu berjumlah tiga yang berpenampang
Gambar 2.7 Contoh Kincir Angin Sumbu Horizontal dengan Desain Sudu Setengah Aerofoil Naca 2412
Sumber : www.windturbine.com
Kelebihan kincir angin poros horizontal berbahan komposit adalah sebagai berikut :
a. Mampu berputar pada kecepatan yang tinggi.
b. Berat sudu yang lebih ringan.
c. Mampu menghasilkan daya yang besar.
d. Konstruksi kincir yang jauh dari tanah sehingga faktor keamanan yang lebih
tinggi.
2.4. Komposit
Secara umum komposit diartikan yaitu paduan dari dua atau lebih material
sehingga didapatkan material yang memiliki sifat lebih baik dari material
penyusunnya.
. Analoginya, material A digabungkan dengan material B membentuk paduan
material A-B yang memberikan karakter material yang baru, lebih baik dari material
A dan B secara terpisah. Contoh sederhana, misalkan beton bertulang, paduan beton
dengan “ tuang –tulang besi “ menjadikan beton bertulang memiliki karakter tangguh
untuk menopang beban yang tinggi.
Gambar 2.8 Contoh Komponen Bahan Komposit
2.4.1. Fasa Penyusun Komposit
a. Matriks ( Bahan Utama )
Gibson R.F, ( 1994 ) mengatakan bahwa matrik dalam struktur komposit bisa
berasal dari bahan polimer, logam, maupun keramik. Matrik secara umum
berfungsi untuk mengikat serat menjadi satu struktur komposit. Matrik sendiri
memiliki fungsi
- Mengikat serat menjadi satu kesatuan struktur
- Melindungi serat dari kerusakan akibat kondisi lingkungan
- Menstransfer dan mendistribusikan beban ke serat
- Menyumbangkan beberapa sifat seperti, kekakuan, ketangguhan dan
ketahanan listrik.
Berdasarkan matriksnya, komposit dapat dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu :
Gambar 2.9 Klasifikasi Komposit Berdasarkan Bentuk Matriksnya Sumber : yudiprasetyo53.wordpress.com
1) PMC ( Polymer Matrix Composites )
Bahan ini merupakan bahan komposit yang sering digunakan
biasa disebut Polimer Berpenguatan Serat ( FRP – Fibre Reinforced
berdasarkan resin sebagai matriknya, dan suatu jenis serat seperti kaca
, karbon dan aramid ( Kevlar ) sebagai penguatnya.
PMC ( Polymer Matriks Composite ) merupakan matriks yang
paling umum digunakan pada material komposit. Karena memiliki
sifat yang lebih tahan karat, korosi dan lebih ringan. Matriks polymer
terbagi 2 yaitu termoset dan termoplastik. Perbedaan polymer termoset
tidak dapat didaur ulang sedangkan termoplastik dapat didaur ulang
oleh karena itu banyak digunakan belakangan ini.
2) MMC ( Metal Matrix Composites )
Bahan ini menggunakan suatu logam seperti alumunium sebagai
matrik dan penguatnya dengan serat seperti silikon karbida.
Ditemukan berkembang pada industry otomotif.
3) CMC ( Ceramic Matrix Composite )
Bahan ini menggunakan keramik sebagai matrik dan diperkuat dengan
serat pendek, atau serabut – serabut ( whiskers ) dimana terbuat dari
silikon karbida atau boron nitrida. Jenis ini digunakan pada lingkungan
bertemperatur tinggi.
b. Reinforcement ( Penguat / Pengisi )
Reinforcement memiliki fungsi untuk meningkatkan kekuatan dan kekakuan
matrik. Penguatan ini biasanya dalam bentuk serat ( fiber ), atau serbuk. Serat
Boron ( unsur non logam berupa serbuk abu dan lainnya ), Carbon, Aramid,
Ceramics dan lain sebagainya.
Apabila menggunakan fiber sebagai reinforced, fiber yang digunakan harus
mempunyai diameter yang lebih kecil dari diameter matriksnya namun harus
lebih kuat dari matriksnya dan harus mempunyai tensile strength yang tinggi.
Sedangkan matriks yang digunakan juga harus memiliki modulus elastisitas
yang lebih rendah daripada fiber, mempunyai ikatan yang bagus antara
matriks dan fiber dan biasanya secara umum yang digunakan adalah polimer
dan logam.
Matriks yang dipadukan dengan fiber itu sendiri berfungsi sebagai :
- Pemisah antara fiber dan juga mencegah timbulnya perambatan crack dari
suatu fiber ke fiber lain.
- Penjepit fiber.
- Melindungi fiber dari kerusakan permukaan.
- Berfungsi sebagai medium dimana eksternal stress yang diaplikasikan ke
Tabel 2.4 Contoh Jenis dan Karakteristik Material Komposit Sumber : KOMPOSIT Modul-1
Berdasarkan jenisnya, reinforcement dibagi menjadi 3 jenis sebagai berikut :
1) Particulate Composite ( penguat berbentuk partikel )
Material komposit pertikel terdiri dari satu atau lebih partikel yang
tersuspensi di dalam dmatriks dari matriks lainnya. Partikel logam dan
Gambar 2.10 Contoh Particulate Composites Sumber : www.studyblue.com
2) Fibre Composite ( penguat berbentuk serat )
Merupakan komposit yang terdiri dari satu lamina atau satu lapisan
yang menggunakan penguat berupa serat ( fiber ). Serat yang
digunakan berupa glass fiber, carbon fibers, aramid fibers dan masih
banyak yang lainnya. Serat ini dapat disusun secara acak maupun
orientasi tertentu, bahkan dapat pula dalam bentuk yang lebih
Gambar 2.11 Contoh Fibre Composites Sumber : www.studyblue.com
Setiap jenis serat mempunyai karakteristik atau kekhasan sendiri –
sendiri, berikut ini contoh jenis bahan yang mempengaruhi kekuatan
serat :
3) Structural Composite ( penggabungan komposit )
Terdiri atas sekurang – kurangnya dua material berbeda yang
direkatkan bersama – sama. Proses pelapisan dilakukan dengan
mengkombinasikan aspek terbaik dari masing masing – masing lapisan
untuk memperoleh bahan yang berguna.
Gambar 2.12 Contoh Structural Composites Laminate
Sumber : www.fao.org
Gambar 2.13 Contoh Structural Composites Sanwich Panel
2.5. Fiberglas
adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan garis tengah sekitar
0,005 mm – 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi benang atau ditenun
menjadi kain, yang kemudian diresapi dengan resin sehingga menjadi bahan yang
kuat dan tahan korosi.
Gambar 2.14 Contoh Fiberglass
Sumber : fiberglassajm.wordpress.com
Sifat – sifat dari fiberglass yaitu sebagai berikut :
1) Tahan korosi
2) Tensile strength cukup tinggi
3) Density cukup rendah
4) Resisten terhadap dingin dan panas
Keuntungan dari penggunaan fiberglass yaitu sebagai berikut :
1) Tahan terhadap korosi
2) Biaya murah
Beberapa jenis fiberglass antara lain sebagai berikut :
1) E-glass
2) C-glass
3) S-glass
2.6. Resin Epoksi
Epoksida adalah senyawa eter siklik dengan cincin yang memiliki tiga
anggota. Struktur dasar dari epoksida terdiri dari sebuah atom oksigen yang diikat
oleh dua atom karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon.Tegangan dari ketiga
anggota tersebut membuat senyawa epoksida menjadi lebih reaktif daripada senyawa
eter siklik.
Gambar 2.15 Contoh Resin Epoksi Sumber : www.slideshare.net
2.7. Keistimewaan Komposit
Salah satu sifat istimewa komposit dibandingkan dengan material
konvensional lainnya. Selain kuat, kaku dan ringan, komposit juga memiliki sifat
ketahan korosi yang tinggi serta memiliki ketahanan terhadap beban dinamis. Dewasa
ini pertumbuhan kendaraan mengalami kenaikan yang cukup signifikan. Kebutuhan
mengurangi ketergantungan terhadap konsumsi bahan logam tersebut, berbagai
industri manufaktur mulai mencari bahan material non fero yang dapat digunakan
sebagai pengganti. GFRP ( glass fiber reinforced plastics ) merupakan salah satu
solusi untuk mengatasi ketergantungan material logam, dalam pembuatan komponen
kendaraan dan alat –alat lainnya. Selain pembuatannya mudah tetapi juga harganya
relatif lebih ekonomis.
2.8. Tinjauan Pustaka
Pada penelitian kincir angin poros horizontal berbahan PVC 9 inci, diameter
110 cm dengan variasi bentuk kemiringan sudu 28,7o, 34o dan 39,8o. Pengujian
dilakukan dengan wind tunnel menghasilkan koefisien daya tertinggi 29,5% pada tip
speed ratio 5. Diperoleh dengan model kincir angin bersudut 34o, menurut Isiodorus
(2013).
Selain itu, pada Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XII (
SNTTM XII ) di Bandar Lampung dengan judul “ Pengaruh Posisi Sirip Sudu
Terhadap Karakteristik Kincir Angin Petani Garam Di Pantai Utara Jawa “ dengan
model kincir angin sudu plat datar bersirip, diameter 80 cm, ukuran sirip 30x70 cm2,
jumlah sudu 2 dengan 4 variasi posisi sirip sudu ( 10o,20o,30o,40o ) didepan wind
tunnel menghasilkan koefisien daya maksimum sebesar 21% dengan posisi sirip 10o
pada kecepatan angin sekitar 7 m/detik menurut Doddy Purwadianto dan Trio
34
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Diagram Alir
Langkah kerja dalam penelitian yang penulis laksanakan tersaji dalam
diagram alir sebagai berikut :
Mulai
Perancangan sudu kincir angin propeller
Pembelian alat dan bahan yang digunakan untuk membuat kincir
Perakitan kincir angin
Uji coba pengoperasian kincir angin disertai mekanisme pembebanan
di depan fan blower laboratorium Universitas Sanata Dharma Pembuatan sudu kincir angin
matriks (epoksi) dan reinforced (serat fiberglass)
A
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian Kincir Angin Poros Horizontal 2 Sudu Berbahan Komposit
3.2. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah kincir angin poros horizontal 2 sudu diameter 1 m
berbahan komposit dengan lebar maksimal 10 sentimeter dari pusat poros, yaitu
campuran antara epoksi dan serat fiberglass sebagai fasa penyusun kompositnya.
Campuran tersebut memiliki peran masing – masing, epoksi berperan sebagai matriks
sedangkan serat fiberglass berperan sebagai reinforced.
3.3. Alat dan Bahan
3.3.1. Alat
Pengambilan data
kecepatan angin, putaran rotor, beban, tegangan dan arus
Pengolahan data untuk menentukan daya angin, daya kincir, CP, TSR,
membandingkan putaran poros dengan torsi, lalu CP dengan TSR
pada masing – masing variasi kecepatan angin
Selesai
Alat yang digunalan dalam penelitian kincir angin dengan bahan komposit ini
antara lain :
1. Sudu kincir angin
Sudu kincir angin merupakan daerah untuk menerima sapuan angin
sehingga nantinya berawal dari sudu inilah energi angin akan diubah menjadi
energi listrik. Sudu kincir angin pada penelitian ini berjumlah 2, jenis
propeller dan terbuat dari bahan komposit yaitu epoksi dan serat fiberglass.
Dimensi dari kincir angin yang dipakai yaitu memiliki radius 50 cm, lebar
pangkal 15,8 cm dan lebar ujung sudu 3 cm.
Gambar 3.2 Desain Sudu / Blade
2. Dudukan Sudu
Dudukan sudu merupakan salah satu komponen penting yang
dudukan sudu juga memiliki fungsi lain untuk mengatur sudut kemiringan
sudu sesuai dengan yang diinginkan. Dudukan sudu yang akan digunakan
pada penelitian ini berupa piringan alumunium dengan tebal 4 cm berbentuk
bulat, memiliki lubang yang berjumlah 12 lubang dan dengan mudah
mengatur sudut kemiringan sesuai yang diinginkan oleh peneliti, hanya
dengan memutar plat dudukan sudu.
Gambar 3.3 Dudukan Sudu
3. Anemometer
Anemometer adalah sebuah alat pengukur kecepatan angin sehingga
dapat dicatat nantinya besar kecepatan angin yang digunakan untuk memutar
kincir angin dan juga untuk mengukur suhu angin disekitar tempat
Gambar 3.4 Anemometer
4. Takometer
Takometer adalah sebuah alat untuk mengukur kecepatan putaran
poros kincir angin, takometer ini dinyatakan dalam satuan rpm ( rotation
perminute ).
Gambar 3.5 Takometer
5. Timbangan Digital
Merupakan komponen yang berfungsi untuk mengetahui beban pada
Gambar 3.6 Timbangan Digital
6. Generator
Generator merupakan alat untuk mengubah energi mekanis menjadi
energi listrik sehingga melalui generator ini nantinya daya listrik yang
dihasilkan oleh kincir angin dapat diketahui.
Gambar 3.7 Generator
7. Fan Blower
Fan blower berfungsi untuk menghembuskan angin ke sudu – sudu
Gambar 3.8 Fan Blower
8. Voltmeter
Merupakan komponen yang berfungsi untuk mengatur tegangan yang
dihasilkan oleh kincir angin.
Gambar 3.9 Voltmeter
9. Amperemeter
Merupakan komponen yang berfungsi untuk mengukur arus yang
Gambar 3.10 Amperemeter
10. Pembebanan
Pembebanan yang dilakukan dengan menggunakan lampu bermaksud
untuk mengetahui performa kincir angin. Varisasi voltase lampu yang
diberikan bermaksud supaya data yang dihasilkan lebih bervariasi.
Gambar 3.11 Skema pembebanan lampu
3.3.2. Bahan
1. Epoksi / Resin
Epoksi / resin adalah senyawa eter siklik dengan cincin yang memiliki
tiga anggota. Struktur dasar dari sebuah epoksi berisi sebuah atom oksigen yang
diikat pada dua atom karbon berdekatan yang berasal dari hidrokarbon.
Gambar 3.12 Epoksi / Resin
2. Hardener / Katalis
Hardener / katalis adalah zat yang dapat mempercepat atau
memperlambat reaksi yang pada akhir reaksi dilepaskan kembali dalam
Gambar 3.13 Hardener / Katalis
3. Fiberglass
Fiberglass adalah kaca cair yang ditarik menjadi serat tipis dengan
garis tengah sekitar 0,005 mm - 0,01 mm. Serat ini dapat dipintal menjadi
benang atau ditenun menjadi kain, yang kemudian diselimuti dengan resin
sehingga menjadi bahan yang kuat dan tahan korosi.
Gambar 3.14 Fiberglass
4. Alumunium Foil
Alumunium foil adalah bahan berupa lembaran logam alumunium
yang padat dan tipis. Pada penelitian ini, alumunium foil digunakan untuk
Gambar 3.15 Alumunium Foil
5. Pipa Wavin 8 inci
Pipa Wavin 8 inci merupakan pipa yang digunakan oleh peneliti untuk
membuat cetakan sesuai dengan desain yang diinginkan.
Gambar 3.16 Pipa Wavin 8 inci 6. Dempul
Dempul merupakan salah satu komponen penting proses pembuatan
sudu berbahan komposit, dalam hal ini dempul berguna dalam proses
finishing yaitu berguna untuk menambal bagian yang berlubang pada hasil
Gambar 3.17 Dempul
3.4. Desain Kincir Angin
Desain kincir angin yang peneliti pilih memiliki penampang silinder dari
potongan pipa pvc 8 inci. Posisi paling lebar sebagai penangkap angin berada 10
sentimeter diatas pusat poros. Lebar ujung sudu 3 sentimeter.
Gambar 3.19 Skema penampang pipa pvc 8 inci sebagai bahan sudu disketsa dengan ukuran spesifik.
Gambar 3.21 Dimensi kincir angin dalam penelitian, ukuran dalam satuan sentimeter.
Gambar 3.22 Dimensi kincir angin dalam penelitian, ukuran dalam satuan sentimeter.
Gambar 3.24 Skematik dimensi kincir angin.
3.5. Pembuatan Sudu / Blade Kincir Angin
Dalam proses pembuatan sudu / blade dilakukan dengan beberapa langkah,
langkah – langkahnya sebagai berikut :
A. Pembuatan Cetakan
1) Membuat mal dengan kertas
Ini merupakan langkah awal dalam proses pembuatan sudu / blade kincir
angin. Mal yang telah dibuat sesuai dengan desain yang diinginkan ini
bertujuan untuk digunakan dalam membuat mal pada pipa waving 8 inci.
Selain itu, pembuatan mal dengan kertas akan lebih memudahkan peneliti
daripada harus membuat langsung pada pipa.
Pada langkah berikut ini, pipa waving 8 inci yang memiliki panjang 50
menggunakan gergaji besi atau serkel.
3) Menghaluskan pipa
Amati hasil dari potongan pipa tersebut apakah sudah sesuai dengan
mal yang diinginkan dan apakah pada bagian terluar pipa sudah halus.
Dalam tahap ini, apabila potongan pipa belum sesuai dengan mal, maka
pipa harus mendapat modifikasi sedikit yaitu dengan menghaluskan bagian
yang belum sesuai dengan mal tersebut menggunakan amplas atau gerindra
agar pipa sesuai seperti mal.
A. Pembuatan sudu / blade
1) Pelapisan cetakan pipa
Potongan pipa yang telah selesai dibuat tersebut sebelum melalui
langkah selanjutnya, harus dilapisi dengan menggunakan alumunium foil.
Pelapisan dengan menggunakan alumunium foil ini berguna dalam proses
olesan vaselin pada alumunium foil yang tujuannya sama untuk
mempermudah proses pelepasan resin.
2) Pencampuran epoksi / resin dengan hardener / katalis
Sebelum langkah selanjutnya, campurkan terlebih dahulu epoksi
dengan hardener. Dengan perbandingan kira – kira ¼ kg epoksi
dicampurkan 8 -10 cc hardener. Semakin banyak campuran hardener, maka
akan semakin cepat kering campuran tersebut. Akan tetapi, kekurangan
dari campuran hardener yang berlebih membuat cetakan pipa menjadi
lembek yang dapat mempengaruhi hasil cetakan tersebut.
3) Pembuatan sudu / blade
Proses pembuatan sudu / blade dengan menggunakan komposit
yang terdiri dari epoksi, hardener dan fiberglass harus dilakukan dengan
cepat, karena ketika epoksi sudah tercampur dengan hardener maka
campuran tersebut akan cepat kering. Pada pelapisan ini, dibutuhkan 4
lembar fiberglass dan disetiap lembar fiberglass mendapakan saputan
epoksi pada bagian bawah dan atas lembaran fiberglass agar berat dan
kekuatan dari komposit tersebut sesuai dengan desain yang diharapkan.
Berikut langkah – langkah pembuatan sudu dari komposit :
a. Oleskan campuran epoksi dan hardener tersebut pada alumunium
b. Setelah campuran epoksi dan hardener sudah dioleskan pada
alumunium foil, tempelkan serat fiberglass lalu oleskan lagi
campuran epoksi dan hardener hingga 2 fiberglass.
c. Lalu pasang plat alumunium dan diolesi lagi dengan campuran
epoksi dan hardener serta tempelkan fiberglass seperti proses
diatas.
d. Lakukan langkah tersebut berulang kali sampai 4 lapis fiberglass.
4) Pengeringan dan finishing sudu / blade
Setelah proses pembuatan telah selesai, keringkan sudu / blade dibawah
matahari agar sudu / blade cepat kering. Jemur kira – kira 2 – 3 hari sudu /
blade. Kemudian apabila sudu / blade sudah kering, potong hasil cetakan
campuran epoksi dan hardener sesuai dengan mal pipa pada bagian paling
dasar agar cetakan komposit tersebut sesuai dengan mal dan rapikan
dengan amplas jika masih kurang sesuai dengan mal.
3.6. Waktu Penelitian
Proses pembuatan kincir angin berbahan material komposit ini dilakukan pada
semester genap tahun ajaran 2014/2015 hingga pertengahan semester genap tahun
ajaran 2015/2016. Sedangkan proses pengambilan data, pengolahan hasil, serta
pembuatan analisis beserta pembahasan dilakukan pada pertengahan semester genap
Pembuatan, penelitian dan pengambilan data dilakukan di Laboratorium Konservasi
Energi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3.7. Variabel Penelitian dan Variabel Ukur
3.7.1. Variabel Penelitian
A.Variasi kecepatan angin dilakukan dengan cara penempatan rangkaian
kincir angin pada 3 posisi yang berbeda di depan blower.
B.Variasi pembebanan dilakukan sampai menemukan beban maksimum.
3.7.2. Variabel Ukur
Variebel yang diukur pada penelitian kincir angin berbahan komposit ini
adalah :
1. Kecepatan angin
2. Kecepatan putar poros kincir angin
3. Gaya pengimbang
4. Tegangan output generator
5. Arus output generator
3.8. Parameter yang Dihitung
b. Daya kincir
Prosedur pengambilan data yang akan dilakukan oleh penulis yaitu dengan
memasangkan sistem kincir angin yang dapat beroperasi sebagai pembangkit
listrik di depan blower yang sudah ditentukan range kecepatan anginnya. Penulis
akan melakukan variasi kecepatan angin untuk mendapatkan karakteristik kincir
angin propeller tiga sudu yang akan diteliti. Sebagai langkah penelitian untuk
pengambilan data, dilakukan dengan cara sebagai berikut
A. Langkah awal dari percobaan yaitu mempersiapkan alat-alat penunjang
pengambilan data seperti timbangan, takometer, multitester, anemometer,
beban lampu, obeng, terminal, dan sudu kincir angin
B. Memasang anemometer di depan blower lalu menentukan jarak antara kincir
angin dan blower yang arahnya tegak lurus agar berada pada range kecepatan
C. Memasang timbangan yang dihubungkan dengan lengan generator yang
posisinya tegak lurus.
D. Memasang sudu kincir angin.
E. Memasang multitester untuk mengukur tegangan dan arus keluaran generator,
kemudian dihubungkan dengan beban lampu.
F. Setelah semua terpasang dan sudah siap, maka blower dinyalakan.
G. Posisi kincir dikalibrasi kembali dan apabila telah memenuhi range kecepatan
angin yang ditentukan, maka pengambilan data dapat dilakukan.
H. Awal pengambilan data dilakukan dari beban lampu nol atau tanpa beban.
Dilakukan 12 variasi beban lampu dan dimulai dengan pencatatan data
kecepatan angin, putaran rotor yaitu dengan mengarahkan takometer tegak
lurus dengan casing generator, gaya pengimbang, tegangan keluaran
generator, dan arus keluaran generator.
I. Langkah tersebut diulangi sampai mendapatkan beban maksimum pada setiap
variasi kecepatan angin dan pengambilan data dilakukan pada 3 variasi
kecepatan angina yang berbeda.
Setelah dilakukan penelitian dan proses pengambilan data ( data yang diambil
adalah kecepatan angin, kecepatan putar poros kincir angin, dan pembebanan )
selanjutnya data siap diolah dengan prosedur :
1. Dari data kecepatan angin yang telah didapat ( v ) dan menghitung luasan
dari sudu kincir angin ( A ), maka akan didapat daya angin ( Pin ) melalui
rumus yang telah tertera pada persamaan ( 2 ) pada bab dasar teori.
2. Dari data pembebanan, maka didapat gaya ( F ) sehingga nilai dari torsi ( T )
dapat dicari dengan menggunakan rumus yang telah tertera pada persamaan
( 3 ) pada bab dasar teori.
3. Setelah nilai torsi ( T ) didapat, maka dengan cara menggunakan data
torsi ( T ) dan kecepatan putar kincir angin ( Pout ) melalui rumus yang tertera
pada persamaan ( 4 ) pada bab dasar teori.
4. Setelah didapat daya yang dihasilkan oleh kincir angin ( Pout ) dan juga daya
yang dihasilkan oleh kincir angin ( Pin ) , maka dapat dihitung nilai koefisien
dayanya ( Cp ) dengan menggunakan rumus yang tertera pada persamaan ( 6 )
pada bab dasar teori.
5. Setelah didapatkan nilai koefisien dayanya ( Cp ), maka dapat diamati
efisiensi dari kincir angin dengan material komposit ini.
6. Kemudian langkah yang terakhir adalah mencari tip peed ratio – nya ( TSR )
dengan menggunakan data kecepatan angin ( v ) yang telah didapat dan juga
angin ( r ) sesuai dengan rumus yang telah tertera pada persamaan ( 7 ) pada
57
disajikan pada tabel 4.1, 4.2, dan 4.3. Pengambilan data kincir angin dengan variasi
kecepatan angin dari blower angin 9 m/s, 8 m/s dan 7 m/s.
Tabel 4.1 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata – rata 9 m/s.
Tabel 4.2 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata – rata 8 m/s.
Tabel 4.3 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata – rata 7 m/s.
4.2. Pengolahan Data dan Perhitungan
Langkah – langkah perhitungan dapat dilihat pada contoh sampel yang
diambil dari table diatas.
4.2.1. Perhitungan Daya Angin
Daya yang dihasilkan angin pada kincir angin dengan A = 0,5 m2 dapat dicari dengan
menggunakan Persamaan (2).
Sample data untuk contoh perhitungan diambil dari tabel 2.6 pada baris nomor 10.
Pin= 1/2 ρ A v3
= 1/2 . 1,2 . . 0,52 . 9,623
= 419,32 watt
4.2.2. Perhitungan Daya Kincir
Daya yang dihasilkan oleh kincir angin dapat dicari dengan menggunakan
Persamaan (5), untuk mendapatkan daya kincir harus diketahui kecepatan sudut dan
torsi. Maka perlu dicari terlebih dahulu menggunakan Persamaan (4) dan Persamaan
(3) :
T = F l
T =
T =
T = 0,61 Nm
Pout = T
= 0,61 Nm . 56,52 rad/s
= 34,47 watt
4.2.3. Perhitungan Koefisien Daya ( Cp )
Koefisien daya kincir dapat dicari dengan menggunakan persamaan (6) :
8,2
4.2.4. Perhitungan Tip Speed Ratio
Untuk mengetahui besarnya perbandingan kecepatan ujung kincir dengan
kecepatan angin atau tip speed ratio dapat dicari dengan menggunakan Persamaan (7)
:
4.3. Data Hasil Perhitungan
Parameter yang diperoleh dari penelitian diolah dengan menggunakan
software Microsoft Excell untuk menampilkan grafik hubungan antara putaran rotor
dengan torsi yang dihasilkan, grafik hubungan koefisien daya dengan tip speed ratio,
dan grafik hubungan antara daya dengan torsi yang dihasilkan untuk tiga variasi
beban tegangan arus
No beban rpm w torsi Pin Po mekanis Pout v rotor CPl
rad/s Nm watt watt watt m/s
74 0,21 4,69 232,34 15,69 0,00 6,75 37,02 0,00
70,6 0,24 4,47 232,34 16,83 4,57 7,24 35,29 1,96
69,3 0,26 4,39 232,34 18,36 5,50 7,90 34,66 2,37
66,8 0,32 4,23 232,34 21,24 9,70 9,14 33,41 4,17
65,7 0,34 4,16 232,34 22,61 9,38 9,73 32,83 4,04
63,6 0,37 4,02 232,34 23,57 10,53 10,15 31,78 4,53
61,5 0,40 3,89 232,34 24,42 11,55 10,51 30,74 4,97
61,3 0,45 3,88 232,34 27,58 14,48 11,87 30,63 6,23
57,3 0,50 3,63 232,34 28,83 17,10 12,41 28,64 7,36
53,2 0,53 3,37 232,34 28,18 16,80 12,13 26,60 7,23
50,9 0,56 3,22 232,34 28,31 18,76 12,18 25,45 8,07
44,4 0,58 2,81 232,34 25,87 15,54 11,14 22,20 6,69
40,7 0,66 2,58 232,34 26,97 13,98 11,61 20,37 6,02
TSR CPm
No beban rpm w torsi Pin Po mekanis Pout v rotor CPl
rad/s Nm watt watt watt m/s
65,9 0,21 4,77 154,81 13,96 0,00 9,02 32,93 0,00
63,8 0,26 4,62 154,81 16,89 2,01 10,91 31,89 1,30
58,1 0,29 4,21 154,81 16,93 4,55 10,94 29,06 2,94
56,9 0,29 4,12 154,81 16,57 5,93 10,70 28,43 3,83
56,3 0,34 4,08 154,81 19,40 8,54 12,53 28,17 5,52
54,3 0,37 3,94 154,81 20,15 9,23 13,02 27,17 5,96
53,4 0,37 3,87 154,81 19,80 9,02 12,79 26,70 5,83
47,3 0,37 3,43 154,81 17,55 8,97 11,34 23,67 5,79
45,6 0,40 3,30 154,81 18,10 7,25 11,69 22,78 4,69
43,4 0,42 3,14 154,81 18,37 9,49 11,87 21,68 6,13
42,3 0,42 3,07 154,81 17,93 7,85 11,58 21,15 5,07
41,6 0,45 3,01 154,81 18,72 7,49 12,09 20,79 4,84
40,8 0,45 2,96 154,81 18,39 9,61 11,88 20,42 6,21
TSR CPm
Tabel 4.4 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata – rata 9 m/s.
Tabel 4.5 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata – rata 8 m/s.
Tabel 4.6 Hasil dari pengambilan data dengan kecepatan angin rata – rata 7 m/s.
beban tegangan arus
No beban rpm w torsi Pin Po mekanis Pout v rotor CPl
rad/s Nm watt watt watt m/s
76,9 0,19 4,00 416,92 14,25 0,00 3,42 38,43 0,00
76,2 0,19 3,97 416,92 14,13 0,96 3,39 38,12 0,23
74,7 0,24 3,89 416,92 17,80 6,52 4,27 37,33 1,56
75,4 0,32 3,93 416,92 23,96 7,26 5,75 37,70 1,74
71,7 0,37 3,74 416,92 26,60 11,42 6,38 35,87 2,74
70,3 0,40 3,66 416,92 27,92 13,45 6,70 35,13 3,23
68,7 0,42 3,58 416,92 29,11 13,66 6,98 34,35 3,28
67,2 0,48 3,50 416,92 32,05 17,80 7,69 33,62 4,27
59,2 0,50 3,08 416,92 29,78 19,40 7,14 29,58 4,65
56,5 0,61 2,95 416,92 34,45 20,82 8,26 28,27 4,99
54,9 0,64 2,86 416,92 34,88 23,08 8,37 27,44 5,53
48,1 0,69 2,50 416,92 33,10 22,28 7,94 24,03 5,34
41,7 0,74 2,17 416,92 30,91 20,49 7,41 20,84 4,92
4.4. Grafik Hasil Perhitungan dan Pembahasan
Data yang telah diperoleh dan dioleah dengan menggunakan Microsoft excel,
kemudian data diolah kembali ke dalam bentuk grafik untuk mengetahui hubungan
antara kecepatan putar kincir (rpm) dengan torsi (N.m), koefisien daya mekanis kincir
(Cp) dengan torsi dan koefisien daya mekanis kincir dengan tip speed ratio (tsr).
Grafik yang disajikan untuk setiap variasi percoban dapat dilihat pada grafik berikut
ini :
Gambar 4.2 Hubungan koefisien daya mekanis kincir (Cp) dan torsi kincir angin poros horizontal 2 sudu diameter 1 meter berbahan komposit
pada 3 variasi kecepatan angin
Gambar 4.3 Hubungan koefisien daya mekanis kincir (Cp) dan tip speed ratio (tsr)
Seperti yang ditunjukan pada Gambar 6.2 memperlihatkan bahwa semakin
besar torsi yang dihasilkan oleh kincir maka kecepatan putar kincir semakin kecil.
Untuk variasi kecepatan angin 9 m/s torsi maksimal yang dihasilkan oleh kincir
sebesar 0,74 Nm pada kecepatan putar sebesar 398 m/s.
Seperti yang ditunjukan pada Gambar 6.3 memperlihatkan bahwa semakin
besar torsi yang dihasilkan oleh kincir maka semakin besar pula Cp yang dihasilkan,
hingga pada kondisi tertentu ( maksimal ) kemudian Cp mengecil. Dari gambar grafik
diatas, Cp maksimal diperoleh sebesar 13,02% dengan torsi sebesar 0,37 Nm pada
variasi kecepatan angin 8 m/s.
Seperti yang ditunjukan pada Gambar 6.4 memperlihatkan bahwa semakin
besar tsr kincir maka semakin besar Cp yang dihasilkan, sampai pada kondisi tertentu
( maksimal ) kemudian Cp mengecil. Dari gambar grafik diatas, tsr maksimal sebesar