• Tidak ada hasil yang ditemukan

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL DENGAN DUA SUDU YANG DAPAT MEMBUKA DAN MENUTUP SECARA OTOMATIS Tugas Akhir - Unjuk kerja model kincir angin poros vertikal dengan dua sudu yang dapat membuka dan menutup secara otomatis - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL DENGAN DUA SUDU YANG DAPAT MEMBUKA DAN MENUTUP SECARA OTOMATIS Tugas Akhir - Unjuk kerja model kincir angin poros vertikal dengan dua sudu yang dapat membuka dan menutup secara otomatis - USD Repository"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL

DENGAN DUA SUDU YANG DAPAT MEMBUKA DAN

MENUTUP SECARA OTOMATIS

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin

Program Studi Teknik Mesin

Oleh :

Cahyangga Adhitya

NIM : 095214070

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

UNJUK KERJA MODEL KINCIR ANGIN POROS VERTIKAL

DENGAN DUA SUDU YANG DAPAT MEMBUKA DAN

MENUTUP SECARA OTOMATIS

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Mesin

Program Studi Teknik Mesin

Oleh :

Cahyangga Adhitya

NIM : 095214070

PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN

JURUSAN TEKNIK MESIN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2011

(3)

ii

PERFORMANCE OF VERTICAL AXIS WIND TURBINE MODEL

WITH TWO BLADE THAT CAN BE OPENED AND CLOSED

AUTOMATICALLY

Final Project

Presented as fulfillments of the Riquirements

To Obtain the Sarjana Teknik Degree in

Mechanical Engineering Study Programme

By :

Cahyangga Adhitya

Student Number : 095214070

MECHANICAL ENGINEERING STUDY PROGRAMME

SCIENCE AND TECHNOLOGY FACULTY

SANATA DHARMA UNIVERSITY

YOGYAKARTA

(4)

iii

(5)
(6)

v

(7)

vi

INTISARI

Kelangkaan energi fosil dan efek pemanasan global yang diakibatkan adanya pemanfaatan energi fosil membuat banyak pihak memikirkan energi alternatif untuk mengatasi masalah tersebut. Salah satu energi alternatif yang dapat dimanfaatkan adalah energi angin. Perlu adanya mekanisme yang dapat mengubah energi kinetik dari angin sehingga dapat dimanfaatkan. Kincir angin adalah mesin yang dapat digunakan untuk dapat merubah energi angin menjadi sesuatu yang dapat dimanfaatkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara tip speed ratio (tsr)

dengan koefisien daya (Cp) serta hubungan antara daya kincir dengan torsi yang

dihasilkan sebuah kincir model poros vertikal dengan dua buah sudu yang dapat membuka dan menutup secara otomatis.

Variasi yang terdapat pada penelitian ini adalah ukuran sudu dan kecepatan angin. Adapun dimensi kincir adalah sebagai berikut, tinggi sudu 40 cm serta variasi diameter kincir 70 cm dan 100 cm. Untuk variasi kecepatan angin pada saat pengambilan data adalah 6-7 m/s. Kemudian agar kincir dapat menghasilkan listrik maka kincir ini dihubungkan dengan rangkaian generator dengan menggunakan sistem transmisi sabuk. Listrik yang dihasilkan dapat diberi variasi pembebanan lampu untuk menghasilkan gaya pengereman pada generator sehingga dapat dipakai untuk menghitung besarnya torsi yang dihasilkan.

Untuk nilai Cp terbesar didapat pada saat angka tsr adalah 0,4 pada pengambilan

data dengan kecepatan angin 6,74 m/s dan diameter kincir 100 cm. Nilai Cp tersebut

adalah 3,4 %. Sedangkan untuk nilai daya kincir maksimum yang diperoleh saat pengambilan data adalah 2,6 watt. Daya ini diperoleh pada saat pengambilan data dengan kecepatan angin 6,92 m/s dan diameter kincir 100 cm.

Untuk nilai Cp tertinggi tidak diperoleh pada saat tsr tertinggi dan daya kincir

maksimum, hal ini terjadi karena ketika daya kincir maksimum, daya angin juga maksimum, sehingga mengakibatkan angka Cp tidak maksimum.

(8)

vii

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan

karuniaNya, sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Tugas akhir ini adalah

sebagian persyaratan untuk mencapai derajat sarjana S-1 program studi Teknik

Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma.

Tugas akhir ini mengambil judul “Unjuk Kerja Model Kincir Angin Poros

Vertikal Dengan Dua Sudu Yang Dapat Membuka dan Menutup Secara Otomatis”.

Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini karena adanya bantuan dan

kerjasama beberapa pihak. Pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan

terimakasih kepada :

1. Romo Ir. Andreas Soegijopranoto SJ, Direktur ATMI Surakarta, yang

telah memberi kesempatan untuk studi lanjut di Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

2. Romo JB Clay Pareirra SJ, Selaku Pudir ATMI Surakarta.

3. Yosef Agung Cahyanta, S.T., M.T., Dekan Fakultas Sains dan

Teknologi Universitas Sanata Dharma.

4. Budi Sugiharto, S.T., M.T., Ketua Jurusan Teknik Mesin dan dosen

Pembimbing Akademik.

(10)

ix

6. Segenap Dosen di Jurusan Teknik Mesin, yang telah membimbing

penulis selama kuliah di Universitas Sanata Dharma.

7. Kepala Laboratorium dan Laboran Jurusan Teknik Mesin Universitas

Sanata Dharma.

8. Semua rekan-rekan ATMI - Sanata Dhrama angkatan pertama,

terimakasih atas dukungan dan kerjasamanya.

9. Serta semua pihak yang telah membantu atas terselesaikannya Tugas

Akhir ini serta yang tidak mungkin disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari dalam pembahasan masalah ini masih jauh dari

sempurna, maka penulis terbuka untuk menerima kritik dan saran yang membangun.

Semoga naskah ini berguna bagi mahasiswa Teknik Mesin dan pembaca

lainnya. Jika ada kesalahan dalam penulisan naskah ini penulis minta maaf yang

sebesar-besarnya, terima kasih.

Surakarta, 6 Februari 2011

(11)

x

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Title Page... ii

Halaman Pengesahan ... iii

Daftar Dewan Penguji... iv

Pernyataan keaslian karya ... v

Intisari ... vi

Lembar Pernyataan ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Gambar ... xii

Daftar Tabel ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar belakang ... 1

1.2Rumusan masalah... 2

1.3Batasan masalah ... 3

1.4Tujuan tugas akhir ... 4

1.5Manfaat tugas akhir ... 4

BAB II DASAR TEORI ... 5

2.1Definisi angin ... 5

2.2Teknologi kincir ... 8

2.3Gaya Drag dan Lift ... 11

2.4Koefisien daya (Cp) ... 11

(12)

xi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 15

3.1.Peralatan dan bahan... 15

3.2.Variabel penelitian ... 21

3.3.Parameter yang diukur ... 23

3.4.Parameter yang dihitung ... 24

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN ... 25

4.1Data penelitian ... 25

4.2Pengolahan data dan perhitungan... 29

4.3Grafik hasil perhitungan ... 33

4.4Pembahasan ... 39

BAB V PENUTUP ... 42

5.1Kesimpulan ... 42

5.2Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN

GAMBAR KERJA

(13)

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Potensi Angin Indonesia ... 3

Gambar 2.1 Grafik Betz ... 14

Gambar 3.1 Kincir Poros Vertikal ... 15

Gambar 3.2 Rangkaian Sudu... 16

Gambar 3.3 Rangkaian Poros ... 16

Gambar 3.4 Rangkaian Penahan ... 17

Gambar 3.5 Lorong Angin ... 18

Gambar 3.6 Fan Blower ... 18

Gambar 3.7 Generator ... 19

Gambar 3.8 Pengukur beban ... 19

Gambar 3.9 Anemometer ... 20

Gambar 3.10 Tachometer ... 20

Gambar 3.11 Rangkaian Lampu ... 21

Gambar 4.1 Grafik hubungan dengan pada variasi diameter kincir 70cm ... 35

Gambar 4.2 Grafik hubungan dengan pada variasi diameter kincir 100cm ... 36

(14)

xiii

Gambar 4.4 Grafik Hubungan rpm, Torsi dan Daya Kincir untuk

empat variasi kecepatan pada kincir dengan diameter 70 cm ... 38

Gambar 4.5 Grafik Hubungan rpm, Torsi dan Daya Kincir untuk

empat variasi kecepatan pada kincir dengan diameter 100 cm ... 39

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Potensial Energi Terbarukan di Indonesia ... 2

Tabel 1.2. Tingkat Kecepatan Angin 10 meter

di Atas Permukaan Tanah ... 3

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian kincir

dengan diameter kincir 70 cm ... 25

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian kincir

dengan diameter kincir 70 cm (Lanjutan) ... 26

Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengujian kincir

dengan diameter kincir 100 cm ... 27

Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengujian kincir

dengan diameter kincir 100 cm (Lanjutan) ... 28

(16)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini, telah marak dan gencar bahwa banyak negara-negara yang

sedang berlomba-lomba dalam pengembangkan energi hijau. Hal tersebut terjadi

karena didasari kesadaran banyak negara bahwa energi fosil sudah harus mulai

ditinggalkan, karena ketersediaannya mulai memprihatinkan. Disamping itu,

proses untuk dapat mengubah sebuah energi fosil menjadi sesuatu yang dapat kita

pergunakan membutuhkan banyak biaya dan waktu, serta banyak dampak negatif

yang ditimbulkan oleh adanya pengunaan energi fosil, seperti adanya dampak

pemanasan global akibat sisa-sisa pembakaran yang berupa gas CO dan CO2.

Berbagai energi hijau mulai dikembangkan, energi angin, surya dan air

pun mulai marak dipelajari. Pada kesempatan kali ini penulis akan lebih

menekankan pada pemanfaatan energi angin sebagai energi alternatif yang dapat

dikembangkan. Syarat penggunaan energi alternatif adalah energi tersebut harus

bersifat kotinu serta energi tersebut ramah lingkungan, sehingga tidak

mengganggu kelangsungan hidup manusia dan makhluk lain.

Seperti terlihat pada Tabel 1.1, potensi energi terbarukan yang negara

kita miliki, energi angin memang menempati urutan paling bawah. Hal ini terjadi

dikarenakan kondisi kecepatan angin yang kita miliki memang relatif rendah,

sekitar 30-40 km/jam. Namun, disamping itu negara kita memiliki kondisi

(17)

geografis yang cukup menguntungkan, yaitu negara kita memiliki jajaran pantai

yang panjang dan kita dapat memanfaatkan angin darat dan angin laut. Kondisi ini

sangat dapat kita jadikan alasan bagi kita untuk dapat memanfaatkan kekayaan

dan kondisi alam kita. Dan untuk dapat ikut berpartisipasi dalam menghemat

cadangan energi di bumi kita.

Tabel 1.1 Potensial Energi Terbarukan di Indonesia

Sumber : Anonim, 2005, Blueprint Pengembangan Industru Energi Nasional 2005-2020

Bentuk Energi Potensial Energi Tersedia Kapasitas yang Terpakai

Panas Bumi 27,00 GW 0,80 GW

Mini / Mikro Hidro 458,75 MW 54,00 MW

Tenaga Surya 4,80 kWh/m2/day 5 MW

Tenaga Angin 9,29 GW 0,0005 GW

Indonesia seperti kebanyakan negara tropis, memiliki potensi energi

angin yang rendah. Peta potensi angin yang dimiliki Negara Indonesia dapat

dilihat pada Gambar 1.1.

Berdasarkan kecepatanya, angin dapat dibagi menjadi beberapa kelas,

seperti yang terlihat dalam Tabel 1.2 dari tingkat kecepatan angin yang berada

pada 10 meter di atas permukaan tanah, kita juga dapat melihat kondisi alam yang

terjadi di daratan.

1.2 Rumusan Masalah

Pada pengujian kali ini, kincir model akan diuji dalam trowongan angin

(18)

3

dianalisa mengenai variasi diameter pada kincir dengan jumlah sudu dua,

sehingga diperoleh data mengenai unjuk kerja kincir tersebut.

Tabel 1.2. Tingkat Kecepatan Angin 10 meter di Atas Permukaan Tanah (sumber : http://kuntobigbrain.blogspot.com/2009_10_01_archive.html)

Kelas

Kecepatan Angin

(m/s)

Kondisi Alam di Daratan

1 0.00 – 0.02 ---

2 0.3 – 1.5 Angin tenang, asap lurus ke atas

3 1.6 – 3.3 Asap bergerak, mengikuti arah angin

4 3.4 – 5.4 Wajah terasa agak dingin, dau-daun bergoyang pelan, petunjuk arah angin bergerak

5 5.5 – 7.9 Debu jalan, kertas beterbangan, ranting pohon bergoyang

6 8.0 – 10.7 Ranting pohon bergoyang, bendera berkibar

7 10.8 – 13.8 Ranting pohon besar bergoyang, air plumpang berombak kecil

8 13.9 – 17.1 Ujung pohon melengkung, hembusan angin terasa di telinga

9 17.2 – 20.7 Dapat ,mematahkan ranting pohon, jalan berat melawan arah angin

10 20.8 – 24.4 Dapat mematahkan ranting pohon, rumsh rubuh

11 24.5- 28.4 Dapat merubuhkan pohon, menimbulkan kerudsakan

12 28.5 – 32.6 Menimbulkan kerusakan parah

13 32.7 – 36.9 Tornado Gambar 1.1. Peta Potensi Angin Indonesia

(sumber : http://konversi.wordpress.com/2008/11/06/ permasalahan-yang-sering-terjadi-pada-sistem-wind-turbine-di-indonesia)

(19)

1.3 Batasan Masalah

Pembahasan akan lebih memfokuskan pada batasan-batasan masalah

sebagai berikut :

1. Kincir model yang digunakan adalah kincir angin poros vertikal

dengan dua buah sudu yang dapat membuka dan menutup secara

otomatis.

2. Diameter maksimal kincir adalah 1 meter, menyesuaikan dengan

lebar terowongan angin Universitas Sanata Dharma.

3. Jumlah sudu kincir adalah dua buah.

4. Variasi dilakukan pada diameter 70 cm dan 100 cm.

1.4 Tujuan Tugas Akhir

1. Membuat kincir angin tipe poros vertikal yang memiliki dua buah

3. Menentukan hubungan antara koefisien daya (coefficient of power)

dan tip speed ratio (tsr) untuk dua variasi diameter kincir.

1.5 Manfaat Tugas Akhir

Adapun manfaat dari tugas akhir ini adalah :

1. Pengembangan teknologi tepat guna.

2. Dapat membantu masyarakat terutama di daerah pedesaan untuk

(20)

5

BAB II

DASAR TEORI

2.1 Definisi Angin

Angin adalah udara yang bergerak karena adanya perbedaan tekanan

udara dengan arah aliran angin dari tempat yang memiliki tekanan tinggi ke

tempat yang memiliki tekanan rendah atau dari tempat bersuhu rendah ke tempat

yang memiliki suhu tinggi.

2.1.1 Proses Terjadinya Angin

Proses terjadinya angin erat kaitannya dengan matahari, secara ilmiah

daerah yang terkena lebih banyak paparan sinar matahari akan memiliki suhu

yang tinggi jika dibanding daerah yang lebih sedikit terkena paparan sinar

matahari. Daerah yang terkena lebih banyak paparan sinar matahari juga akan

memiliki tekanan udara yang lebih rendah jika dibanding daerah lainnya, maka

akan terjadi aliran udara dari daerah yang bertekanan tinggi.

Selain proses alamiah, angin juga dapat diciptakan sendiri. Angin buatan

dapat dapat dihaasilkan dengan adanya pergerakan suatu benda, pergerakan ini

akan menyebabkan terdorongnya udara karena adanya tekanan dari benda yang

kita gerakkan. (

http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2052116-angin-dan-proses-terjadinya-angin).

(21)

Adapun beberapa faktor yang dapat menyebabkan terjadinya angin

dibagi menjadi empat tahap, yaitu :

1. Gradien Barometris

Merupakan bilangan yang menunjukan perbedaan tekanan udara dari dua

isobar yang jaraknya 111 Km. Makin besar gradien barometrisnya, makin

cepat tiupan anginnya.

2. Letak

Hal ini berkaitan dengan khatulistiwa, daerah yang berada di sekitar

khatulistiwa mempunyai kecepatan angin lebih tinggi dari daerah yang

berada jauh dari khatulistiwa.

3. Tinggi Lokasi

Semakin tinggi lokasinya, semakin kencang pula angin yang bertiup. Hal ini

disebabkan oleh pengaruh gaya gesekan yang menghambat laju udara. Di

permukaan bumi, gunung, pohon, dan topografi yang tidak rata lainnya

memberikan gaya gesekan yang besar.

4. Waktu

Angin bergerak lebih cepat pada siang hari, dan lebih lambat pada malam

hari. (http://id.wikipedia.org/wiki/Angin)

2.1.2 Macam-macam Angin

Beberapa jenis atau macam-macam angin yang dapat kita jumpai di

Indonesia antara lain adalah angin laut, angin darat, angin gunung, angin lembah,

angin terjun/angin jatuh. Angin laut merupakan angin yang bergerak dari arah laut

(22)

7

siang hari antara pukul 09.00 sampai dengan pukul 16.00 pada saat suhu di darat

lebih tinggi daripada suhu lautan. Angin ini dimanfaatkan bagi para nelayan untuk

pulang dari berlayar mencari ikan. Angin darat merupakan angin yang bergerak

dari arah darat ke laut, karena perbedaan suhu antara daratan dan lautan, angin

darat terjadi pada malam hari antara pukul 20.00 sampai dengan pukul 06:00 pada

saat suhu di darat lebih rendah daripada suhu lautan. Angin ini dimanfaatkan bagi

para nelayan untuk berangkat berlayar mencari ikan. Angin gunung adalah angin

yang bertiup dari puncak gunung ke lembah, angin ini biasanya terjadi pada

malam hari. Angin lembah adalah angin yang bertiup dari lembah ke arah puncak,

angin ini biasanya terjadi pada siang hari. Angin Jatuh/Angin terjun sering juga

disebut angin fohn. Angin fohn adalah angin yang bertiup pada suatu wilayah

dengan temperatur dan kelengasan yang berbeda. Angin fohn terjadi karena ada

gerakan massa udara yang naik pegunungan yang tingginya lebih dari 200 meter

di satu sisi lalu turun di sisi lain. Biasanya angin ini bersifat panas merusak dan

dapat menimbulkan korban. Tanaman yang terkena angin ini bisa mati dan

manusia yang terkena angin ini bisa turun daya tahan tubuhnya terhada serangan

penyakit. Di beberapa daerah di Indonesia angin ini memiliki beberapa nama atau

sebutan sesuai daerahnya, yaitu :

a. Angin gending di Jawa Timur

b. Angin bahorok di Sumatera Utara

c. Angin barubu / Brubu di Sulawesi Selatan

d. Angin kumbang di Jawa Barat

e. Angin wambrau di Papua

(23)

(

http://organisasi.org/macam-macam-jenis-jenis-angin-lokal-di-indonesia-ilmu-pengetahuan-geografi)

2.1.3 Perkembangan Tenaga Angin

Perkembangan teknologi dalam dua dekade terakhir menghasilkan turbin

angin yang modular dan mudah dipasang. Saat ini sebuah turbin angin modern

100 kali lebih kuat daripada turbin dua dekade yang lalu dan ladang angin saat ini

menyediakan tenaga besar yang setara dengan pembangkit listrik konvensional.

Pada awal tahun 2004, pemasangan tenaga angin secara global telah mencapai

40.300 MW sehingga tenaga yang dihasilkan cukup untuk memenuhi kebutuhan

sekitar 19 juta rumah tangga menengah di Eropa yang berarti sama dengan

mendekati 47 juta orang. Dalam 15 tahun terakhir ini, seiring meningkatnya

pasar, tenaga angin memperlihatkan menurunnya biaya produksi hingga 50%.

Saat ini di wilayah yang anginnya maksimum, tenaga angin mampu menyaingi

PLTU batu bara teknologi baru dan di beberapa lokasi dapat menandingi

pembangkit listrik tenaga gas alam.

2.2 Teknologi Kincir

Kincir angin adalah sebuah mesin yang digerakkan oleh tenaga angin

untuk menumbuk biji-bijian. Kincir angin juga digunakan untuk memompa air

untuk mengairi sawah. Kincir angin modern adalah mesin yang digunakan untuk

menghasilkan energi listrik, disebut juga dengan turbin angin. Turbin angin

(24)

9

2.2.1 Sejarah Kincir

Naskah tertua tentang kincir angin terdapat dalam tulisan Arab dari abad

ke-9 Masehi yang menjelaskan bahwa kincir angin yang dioperasikan di

perbatasan Iran dan Afganistan sudah ada sejak beberapa abad sebelumnya,

kadang disebut Persian windmill. Jenis yang sama juga digunakan di Cina untuk

menguapkan air laut dalam memproduksi garam. Terakhir masih digunakan di

Crimea, Eropa dan Amerika Serikat.

Kincir angin pertama kali digunakan untuk membangkitkan listrik

dibangun oleh P. La Cour dari Denmark diakhir abad ke-19. Setelah perang dunia

I, layar dengan penampang melintang menyerupai sudut propeler pesawat

sekarang disebut kincir angin tipe propeler' atau turbin. Eksperimen kincir angin

sudut kembar dilakukan di Amerika Serikat tahun 1940, ukurannya sangat besar

yang disebut mesin Smith-Putman, karena dirancang oleh Palmer Putman,

kapasitasnya 1,25 MW yang dibuat oleh Morgen Smith Company dari York

Pensylvania. Diameter propelernya 175 ft(55m) beratnya 16 ton dan menaranya

setinggi 100 ft (34m). Tapi salah satu batang propelernya patah pada tahun 1945.

(sumber : http://id.wikipedia.org/wiki/Kincir_angin)

2.2.2 Prinsip Kerja Kincir

Secara sederhana prinsip kerja kincir angin sebagai penghasil listrik

dapat kita lihat sebagai berikut :

1. Angin akan meniup bilah kincir angin sehingga bilah bergerak

2. Bilah kincir angin akan memutar poros didalam nacelle

(25)

3. Poros dihubungkan ke gearbox, di gearbox kecepatan perputaran

poros ditingkatakan dengan cara mengatur perbandingan roda gigi

dalam gearbox

4. Gearbox dihubungkan ke generator. generator merubah energi

mekanik menjadi energi listrik

5. Dari generator energi listrik menuju transformer untuk menaikan

tegangannya kemudian baru didistribusikan ke konsumen

(sumber : http://berita-iptek.blogspot.com/2008/04/cara-kincir-angin-bekerja.html )

2.2.3 Macam-macam Kincir Angin

Adapun beberapa macam kincir angin, kincir angin dapat digolongkan

menjadi dua berdasarkan posisi porosnya :

1. Kincir Angin Poros Vertikal (Vertical Axis Wind Turbine)

2. Kincir Angin Poros Horisontal (Horizontal Axis Wind Turbine)

Kincir angin poros vertikal posisi porosnya terletak tegak lurus dengan

permukaan tanah atau letak porosnya tegak lurus dengan arah datangnya angin.

Contoh beberapa kincir angin yang menggunakan poros vertikal antara lain :

Savonius, Giromill, Darrius, Cycloturbine, Volkswind Turbine, Cup Anemometer.

Kincir angin poros horisontal posisi porosnya terletak sejajar dengan

permukaan tanah atau letak porosnya sejajar dengan arah datangnya angin.

Contoh beberapa kincir angin yang menggunakan poros horizontal antara lain :

American Multiblade, Dutch Four Arm, High Speed Propeller, Cretan Sail

(26)

11

2.3 Gaya Drag dan lift

Gaya drag dapat juga disebut sebagai gaya hambat atau sering pula kita

kenal dengan hambatan fluida atau seretan. Gaya ini menghambat laju sebuah

benda padat yang melalui suatu fluida (gas atau cair). Dalam gaya gesek sendiri

terdapat dua bentuk gaya, gaya tekan dan gaya gesek. Gaya tekan bekerja pada

arah tegak lurus dengan permukaan benda, sedangkan gaya gesek terletak sejajar

dengan permukaan benda.

Gaya lift kita kenal sebagai gaya angkat. Gaya ini biasanya digunakan

dalam teknologi industri pesawat terbang, gaya ini sangat berperan penting agar

pesawat dapat terbang. Gaya ini bekerja pada permukaan sayap, secara singkat

yang diterima kincir (Pa), maka dapat kita tuliskan sebagai berikut :

(1)

Keterangan :

Cp : Koefisien daya ( % ) Pk : Daya poros kincir ( watt ) Pa : Daya angin ( watt )

(27)

Sedangkan untuk daya poros sendiri dapat kita dapat dari perkalian antara torsi

dengan kecepatan sudut, maka dapat kita tuliskan sebagai berikut :

(2)

Keterangan :

T : Torsi (Nm)

: Kecepatan sudut (rad./detik)

Untuk kecepatan sudut dapat kita jabarkan lagi menjadi :

(3)

Keterangan :

: Kecepatan sudut (rad./detik)

n : Banyaknya putaran poros per menit.

Untuk perhitungan torsi dapat kita hitung dengan rumus sebagai berikut:

(4)

beberapa hal, karena daya merupakan energi tiap satuan waktu, maka daya angin

adalah energi angin yang merupakan energi kinetik tiap satuan waktu. Maka dapat

kita tuliskan sebagai berikut :

(5)

(28)

13

Keterangan :

Ek : Energi kinetik angin ( Joule )

m : Massa udara yang mengalir ( kg )

v : Kecepatan angin

Karena daya angin merupakan energi per satuan waktu maka dapat kita

tuliskan sebagai berikut :

(7)

Maka dapat kita sederhanakan menjadi :

(8)

Dalam hal ini,

: Daya angin (watt)

: massa jenis udara (kg/m3)

v : Kecepatan angin

Rumus daya di atas kita asumsikan bahwa energi kinetik dapat kita ubah

menjadi kerja, namun dalam kenyatannya tidak demikian, maka umunya daya

efektif yang dapat diterima kincir poros vertikal hanya 59,3 %. Angka ini sering

dikenal sebagai Betz Limit. Seperti yang ditunjukan pada gambar 2.2 angka ini

merupakan batas maksimum dari berbagai jenis kincir poros vertikal.

(29)

2.5 Tip Speed Ratio(tsr)

Tip Speed Ratio adalah perbandingan dari kecepatan ujung sudu yang

berputar dengan kecepatan aliran udara, tsr dapat dituliskan dengan rumus :

(9)

Keterangan :

tsr : Tip speed ratio

rk : Jari-jari kincir ( meter ) n : Putaran poros ( Rpm )

v : Kecepatan aliran ( m/s)

Gambar 2.1 Grafik Betz limit

(30)

15

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian telah dilaksanakan di laboratorium konversi energi Universitas

Sanata Dharma. Pengambilan data dilaksanakan pada 22 - 23 Januari 2011.

3.1 Peralatan dan Bahan

Dalam penelitian ini ada beberapa alat yang harus disiapkan, baik dalam

proses pembuatan maupun dalam tahap pengujian. Adapun alat-alat yang

mendukung proses pengujian antara lain bahan uji yang berupa kincir angin poros

vertikal, dan alat-alat uji.

3.1.1. Bahan Uji

Bahan yang akan diuji adalah model kincir angin poros vertikal yang

memiliki dua buah sudu yang dapat membuka dan menutup secara otomatis

dengan variasi diameter kincir. Kincir model ini terdiri dari tiga bagian utama

yaitu rangkaian sudu, rangkaian poros utama, rangkaian penahan.

Gambar 3.1 Kincir Poros Vertikal

(31)

1. Rangkaian sudu

Bagian ini terdiri dari dua buah pipa alumunium dan sebuah penghubung

yang merupakan tempat pemasangan sudu. Dalam kincir model ini terdapat

dua buah rangkaian sudu, yaitu bagian atas dan bawah, seperti terlihat pada

Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rangkaian sudu

2. Rangkaian poros

Seperti terlihat pada Gambar 3.3 rangkaian ini berfungsi untuk meletakkan

rangkaian sudu dan merupakan poros kincir model. Bagian ini terdiri dari

dua buah pipa dan satu buah penahan.

(32)

17

3. Rangkaian penahan

Seperti terlihat pada Gambar 3.4 rangkaian ini berfungsi untuk menahan

rangkaian sudu agar dapat terpasang dengan tegar pada tangkaian poros.

Gambar 3.4 Rangkaian penahan

3.1.2. Alat-Alat Uji

Alat uji yang dipakai merupakan alat-alat uji yang telah tersedia di

laboratorium konversi energi Universitas Sanata Dharma. Adapun alat-alat uji

dipakai antara lain lorong angin, fan blower, generator, pegas pengukur beban,

anemometer, tachometer.

1. Lorong angin

Fungsi lorong angin tersebut selain sebagai tempat pengucian kincir juga

sebagai penangkap dan mengumpulkan angin dari fan blower. Dimensi

lorong angin ini adalah 1200 x 1200 mm dengan bentuk seperti terlihat pada

Gambar 3.5.

(33)

Gambar 3.5 Lorong angin

2. Fan blower

Bagian ini, seperti telihat pada Gambar 3.6 memiliki fungsi sebagai

penghisap angin yang melalui lorong angin. Blower ini memiliki motor

penggerak dengan daya 5,5 kW.

(34)

19

3. Generator

Generator yang ditunjukan pada Gambar 3.7 berfungsi mengubah energi

gerak yang dihasilkan dari putaran poros kincir angin menjadi energi listrik.

Generator menghasilkan arus dan tegangan listrik, output yang dihasilkan

akan digunakan untuk mencari nilai daya yang dihasilkan.

Gambar 3.7 Generator

4. Pengukur beban

Pengukur beban seperti pada Gambar 3.8 berfungsi untuk mengetahui

besarnya beban yang diberikan terhadap kincir.

Gambar 3.8 Pengukur beban

(35)

5. Anemometer

Anemometer seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.9 berfungsi untuk

mengukur sekaligus mengetahui kecepatan angin.

Gambar 3.9 Anemometer

6. Tachometer

Tachometer seperti yang ditunjukan pada Gambar 3.10 berfungsi untuk

mengukur putaran poros pada saat pengambilan data.

(36)

21

7. Rangkaian beban lampu

Seperti yang terlihat pada Gambar 3.11, rangkaian beban lampu berfungsi

untuk mengetahui kemampuan kincir angin dan berfungsi sebagai beban

variatif.

Gambar 3.11 Rangkaian beban lampu

3.2 Variabel Penelitian

Terdapat beberapa variable penelitian yang perlu diperhatikan, adapun

variable penelitian tersebut sebagai berikut :

1. Variasi dilakukan pada diameter 70 cm dan 100 cm

2. Pengujian dilakukan pada variasi kecepatan antara 5 m/s sampai

dengan 7 m/s.

(37)

3.3 Paramater yang diukur

Parameter ini merupakan parameter yang diperoleh dari proses

pengukuran atau pengambilan data saat pengujian kincir, adapun

parameter-parameter tersebut antara lain adalah sebagai berikut :

1. Angka putaran kincir

2. Gaya penyeimbang torsi

3.3.1 Angka putaran kincir

Untuk dapat mengetahui besarnya angka putaran yang di hasilkan kincir

pada setiap variasi kecepatan angin, variasi diameter dan pembebanan dapat

dilakukan dengan langkah-langkakh sebagai berikut :

1. Memasang kincir pada lorong angin

2. Merangkai poros kincir pada rangkaian generator melalui transmisi sabuk.

3. Menghubungkan generator dengan rangkaian lampu.

4. Merangkai anemometer pada bibir luar lorong angin untuk mengetahui

kecepatan angin.

5. Mengatur jarak fan blower untuk mendapatkan variasi kecepatan angin yang

diinginkan. Pengaturan jarak dilakukan pada kondisi fan blower berputar.

6. Mengukur besarnya angka putaran poros kincir yang telah dihubungkan

dengan transmisi sabuk menggunakan tachometer.

7. Pengukuran angka putaran kincir dilakukan pada kondisi tanpa pembebanan

(38)

23

8. Mengatur jarak fan blower lagi untuk menentukan variasai kecepatan angin,

kemudian lakukan pengukuran angka putaran kincir mulai dari tanpa

pembebanan lampu hingga pembebanan maksimal generator.

9. Mencatat besarnya putaran kincir pada setiap variasi diameter kincir,

kecepatan angin dan pembebanan.

3.3.2 Pengukuran gaya penyeimbang Torsi

Untuk mengetahui besarnya torsi pembebanan yang dihasilkan kincir

pada setiap pembebanan, maka perlu mengukur besarnya gaya penyeimbang

beban yang diterima kincir. Proses pencatatan besarnya gaya ini dapat dilakukan

pada saat melakukan pengukuran angka putaran kincir. Adapun langkah-langkah

yang dapat dilakukan dalam pengukuran gaya adalah sebagai berikut :

1. Meletakkan kincir angin pada lorong angin.

2. Menghubungkan poros kincir dengan generator melalui transmisi sabuk

yang terdapat di bawah lorong angin.

3. Memasang anemometer seperti pada proses pengukuran angka putaran

kincir, untuk mengatur kecepatan yang diinginkan.

4. Menghubungkan generator dengan rangkaian lampu.

5. Meletakkan pegas pengukur beban pada dinding luar lorong angin yang

dihubungkan dengan tali yang terkait pada lengan generator.

6. Menghidupkan fan blower pada kondisi tanpa pembebanan pada generator.

7. Melihat posisi tali yang terhubung pada pegas apakah tegak lurus dengan

lengan generator.

(39)

8. Mengatur ketinggian pegas pengukur beban hingga posisi tali menjadi tegak

lurus dengan lengan pada generator.

9. Mencatat besarnya beban yang diterima kincir dengan melihat pada pegas

pengukur beban.

10. Memberi penambahan beban dengan menghidupkan lampu pada rangkaian

lampu yang sudah terangkai dengan generator.

11. Mengatur kembali posisi tali agar tegak lurus dengan lengan generator,

apabila posisi tali sudah posisi tegak lurus dengan lengan generator, maka

dapat langsung melihat besarnya beban pada pegas pengukur beban.

12. Mengulangi proses 1 - 11 untuk setiap variasi kecepatan angin dan variasi

diameter kincir.

3.4 Parameter yang dihitung

Adapun beberapa parameter yang yang dapat dihitung dari proses

pengukuran di atas, parameter-parameter tersebut antara lain adalah sebagai

berikut :

1. Perhitungan tsr

2. Perhitungan Torsi ( T )

3. Perhitungan daya angin (Pa)

4. Perhitungan daya kincir (Pk)

(40)

25

BAB IV

PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Penelitian

Data yang dapat diperoleh dari proses pengujian antara lain kecepatan angin,

angka putaran kincir dan pembebanan. Data dari tiap variasi sudu dapat dilihat pada

Tabel 4.1 dan Tabel 4.2

4.1.1 Diameter sudu 70 cm

Data untuk pengujian kincir dengan diameter 70 cm dapat dilihat pada Tabel

4.1, adapun parameter yang dicatat adalah suhu, kecepatan angin, putaran kincir,

beban penyeimbang.

Tabel 4.1 Tabel Hasil Pengujian kincir dengan diameter kincir 70 cm Suhu

(41)
(42)

27

4.1.2 Diameter sudu 100 cm

Sedangkan untuk data hasil perngujian untuk kincir dengan diameter 100 cm

dapat dilihat sesuai Table 4.2

Tabel 4.2 Tabel Hasil Pengujian kincir dengan diameter kincir 100 cm

Suhu

(43)
(44)

29

4.2 Pengolahan Data dan Perhitungan

4.1.1 Perhitungan gaya

Perhitungan gaya didapat dari angka pembebanan pada pegas

dikalikan dengan percepatan gravitasi, dalam hal ini massa harus

dalam satuan kilogram, maka secara rumus dapat ditulis sebagai

berikut :

(10)

Dalam hal ini,

F : gaya (newton)

m : massa hasil pembebanan (kilogram)

a : percepatan gravitasi (m/s2)

dari Persamaan 10, maka dapat menghitung besarnya gaya, sebagai

contoh pada Tabel 4.1, pada pengambilan data yang pertama,

diperoleh massa pembebangan sebesar 120 gram. Diasumsikan

angka percepatan gravitasi sebesar 9,8 m/s2, maka besarnya gaya

adalah :

(45)

4.1.2 Perhitungan torsi

Perhitungan torsi dapat diperoleh dari rumus :

Dalam hal ini,

T : Torsi (Nm)

F : Gaya (N)

rt : Panjang lengan (m)

dalam percobaan kali ini panjang lengan yang digunakan adalah

0,20 m, maka besarnya torsi yang bekerja dapat dihitung. Sebagai

contoh pada Tabel 4.1, pada pengambilan data yang pertama.

4.1.3 Perhitungan tsr

Tsr dapat dihitung dengan rumus :

Dalam hal ini,

tsr : Tip speed ratio

rk : Jari-jari kincir ( meter ) n : Putaran poros ( Rpm )

(46)

31

Sebagai contoh pada Tabel 4.1, pada pengambilan data yang

pertama untuk diameter kincir 0.7 m.

4.1.4 Perhitungan daya kincir

Daya kincir dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

T : Torsi (Nm)

: Kecepatan sudut (rad./detik)

Untuk kecepatan sudut dapat dijabarkan lagi menjadi :

Keterangan :

: Kecepatan sudut (rad./detik)

n : Banyaknya putaran poros per menit.

Sebagai contoh pada Tabel 4.1, pada pengambilan data yang

pertama.

(47)

rad./detik

Kemudian dihitung besarnya daya kincir

4.1.5 Perhitungan daya angin

Perhitungan daya angin dapat dihitung dengan rumus :

Dalam hal ini,

: Daya angin (watt)

: massa jenis udara (kg/m3)

v : Kecepatan angin

Sebagai contoh pada Tabel 4.2, pada pengambilan data yang

pertama. diambil tinggi sudu adalah 0,4 m, sehingga luas

penampang kincir adalah 0,4 m2 diasumsikan massa jenis udara

pada saat itu adalah 1,2 kg/m3, sehingga daya angin adalah sebagai

(48)

33

57,624 watt

4.1.6 Perhitungan Cp

Perhitungan cp dapat dihitung dengan rumus :

Keterangan :

Cp : Koefisien daya ( % ) Pk : Daya poros ( watt ) Pa : Daya angin ( watt )

Sebagai contoh contoh pada Tabel 4.1, pada pengambilan data yang

pertama

2.091 %

4.3 Grafik hasil perhitungan

Untuk mencari hubungan antara Cp dan tsr dapat dicari dengan mencari

hubungan Cp dan tsr dengan persamaan linier. Adapun hubungan Cp dan tsr dapat

dituliskan menjadi persamaan :

(49)

(11)

Kemudian dicari nilai K1 dan K2 dengan beberapa langkah. Menurut Persamaan (1)

rumus Cp dapat dijabarkan lagi menjadi berikut :

Untuk kecepatan sudut dapat diurai lagi seperti pada Persamaan (3), sedangkan untuk

Torsi dapat diurai sesuai Persamaan (4), maka rumus Cp menjadi :

(12)

Dari Perasamaan (9) rumus tsr dapat diuraikan lagi menjadi persamaan baru. Adapun

rumus tsr sebagai berikut :

(13)

Dari Persamaan (12) dan Persamaan (13) dapat dimasukkan pada Persamaan (11),

(50)

35

Untuk mendapat nilai “A” dan “B” dibuat dari grafik hubungan antara dengan ,

sehingga didapat persamaan linier seperti pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2

.

y = -0.0046x + 0.0504

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05 0.06

0 2 4 6 8

Gambar 4.1 Grafik hubungan dengan pada variasi diameter

kincir 70cm.

(51)

Dari Gambar 4.1 dan Gambar 4.2 didapat persamaan liner dari tiap variasi diameter,

sebagai contoh pada Gambar 4.1 diketahui nilai “A” dan “B” dari persamaan linier

y = -0,004x + 0,050, sehingga nilai “A” = -0,004 dan “B” = 0,0504. Setelah mendapat

nilai “A” dan “B”, maka dapat diketahui nilai K1 dan K2 dengan langkah sebagai

berikut :

y = -0.0072x + 0.0877

0 0.01 0.02 0.03 0.04 0.05

0 2 4 6 8 10

Gambar 4.2 Grafik hubungan dengan pada variasi diameter

(52)

37

Kemudian nilai K1 dan K2 dimasukkan dalam Persamaan (11), maka akan didapat

nilai Cp terhadap tsr, seperti pada Tabel 4.3 sehingga diperoleh grafik hubungan Cp– tsr seperti yang terlihat dalam Gambar 4.3, dapat dilihat hubungan antara Cp dan

tsr.

Diameter kincir 100 cm

Diameter kincir 100 cm

(53)

Sedangkan untuk mencari hubungan Torsi dengan daya kincir, dapat dicari dengan

Persamaan (11), adapun persamaan tersebut menjadi seperti berikut :

(14)

Kemudian dari Persamaan (14) maka dapat dihitung besarnya daya kincir dengan

Persamaan (2), yaitu : diameter

Diameter 70 cm Diameter 100 cm

(54)

39

Data antara putaran kincir, tsr, Torsi dan daya kincir kemudian dibuat grafik untuk

tiap variasi kecepatan angin, seperti terlihat pada Gambar 4.4 dan Gambar 4.5.

(55)

4.4 Pembahasan

Pada pembuatan tugas akhir ini telah diketahui bagaimana proses pembuatan

kincir angin dan prinsip kerja kincir angin poros vertikal. Prinsip kerja dari kincir ini

adalah sudu menerima energi angin, yang merupakan energi kinetik yang dapat

mengakibatkan sudu dapat membuka dan menutup secara otomatis. Ketika satu sudu

pada posisi terbuka, maka di sudu itulah energi angin diterima kincir dan pada saat

bersamaan sudu yang lain posisinya mengatup. Hal ini berfungsi untuk mengurangi

hambatan yang akan diterima kincir ketika kincir berputar.

Setelah prinsip kerja di atas maka kincir akan berputar, putaran ini

menyebabkan poros kincir memutar rangkaian generator yang dengan menggunakan

sistem transmisi sabuk. Hal ini menyebabkan generator bekerja dan dapat

menghasilkan listrik yang dapat kita manfaatkan untuk memberikan variasi

pembebanan lampu pada saat pengujian.

Berdasarkan dari data yang diperoleh pada proses pengujian untuk daya

yang dihasilkan kincir yang memiliki dua buah sudu relatif rendah. Daya kincir

paling besar yang dihasilkan kincir adalah 2,6 watt. Daya ini diperoleh pada saat

pengambilan data dengan kecepatan angin 6,92 m/s dan diameter kincir 100 cm.

Untuk nilai Cp terbesar didapat pada saat angka tsr adalah 0,4 pada

pengambilan data dengan kecepatan angin 6,74 m/s dan diameter kincir 100 cm. Nilai

(56)

41

tertinggi dan daya kincir maksimum, hal ini terjadi karena ketika daya kincir

maksimum, daya angin juga maksimum, sehingga mengakibatkan angka Cp tidak

maksimum.

Sedangkan untuk angka tsr terbesar dari perhitungan dari data yang

didapat adalah 0,5 angka ini didapat pada saat kincir memiliki Cp 2,3 % pada

pengambilan data dengan kecepatan angin 6,77 m/s dan diameter kincir 100 cm, hal

ini terjadi karena angka putaran kincir pada saat maksimum.

(57)

42

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Berdasar dari beberapa data yang telah diperoleh serta hasil perhitungan dari

beberapa data tersebut, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebaai berikut :

1. Model kincir dengan diameter kincir 70 cm menghasilkan daya kincir

maksimum 1,3 watt pada kecepatan angin 6,99 m/s dan putaran poros yang

dihasilkan adalah 38,85 rpm. Angka Cp terbesar adalah 2,2% pada saat tsr

0,2.

2. Model kincir dengan diameter 100 cm menghasilkan daya kincir maksimum

2,6 watt pada kecepatan angin 6,92 m/s dan putaran poros yang dihasilkan

adalah 43,1 rpm. Angka Cp terbesar adalah 3,4% pada saat tsr0,4.

3. Semakin besar kecepatan angin dan putaran poros maka semakin besar pula

daya yang dihasilkan.

(58)

43

5.2 Saran

Beberapa hal yang dapat menjadi pertimbangan bagi peneliti berikutnya agar

hasil percobaan menjadi lebih efektif antara lain adalah :

1. Pemilihan material harus sebaik mungkin, karena akan mempengaruhi berat

kincir dan ketahanan terhadap putaran.

2. Poros utama untuk kincir harus benar-benar rigid, sehingga tidak ada

keolengan yang dapat mengurangi kinerja kincir.

3. Kondisi bantalan harus dijaga tetap baik, menghindari kondisi seret.

(59)

44

DAFTAR PUSTAKA

Kadir, A., Energi, Penerbit Universitas Indonesia : Jakarta, 1995

http://konversi.wordpress.com/2008/11/06/

permasalahan-yang-sering-terjadi-pada-sistem-wind-turbine-di-indonesia.html

http://kuntobigbrain.blogspot.com/2009_10_01_archive.html

http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2052116-angin-dan-proses-terjadinya-angin.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Angin.html

http://organisasi.org/macam-macam-jenis-jenis-angin-lokal-di-indonesia-ilmu-pengetahuan-geografi.html

http://id.wikipedia.org/wiki/Kincir_angin.html

(60)

LAMPIRAN

(61)

Tabel L1. Data hasil perhitungan dan pada kincir dengan

variasi diameter 70 cm

(62)

Tabel L2. Data hasil perhitungan dan pada kincir dengan variasi

(63)
(64)

Tabel L5. Tabel rpm, tsr, ω, Torsi dan Daya kincir pada kecepatan angin 6,5 m/s dan daya angin 46 watt pada diameter kincir 70 cm

n kecepatan angin 7 m/s dan daya angin 57,6 watt pada diameter kincir 70 cm

n

(65)

Tabel L7. Tabel rpm, tsr, ω, Torsi dan Daya kincir pada kecepatan angin 5 m/s dan daya angin 30 watt pada diameter kincir 100 cm kecepatan angin 5,5 m/s dan daya angin 40 watt pada diameter kincir 100 cm

(66)

Tabel L9. Tabel rpm, tsr, ω, Torsi dan Daya kincir pada kecepatan angin 6,5 m/s dan daya angin 66 watt pada diameter kincir 100 cm

n

(67)

Tabel L10. Tabel rpm, tsr, ω, Torsi dan Daya kincir pada kecepatan angin 7 m/s dan daya angin 82,3 watt pada diameter kincir 100 cm

(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)

Gambar

GAMBAR KERJA
Gambar 4.5 Grafik Hubungan rpm, Torsi dan Daya Kincir untuk
Tabel 1.1 Potensial Energi Terbarukan di Indonesia ................................................
Tabel 1.1 Potensial Energi Terbarukan di Indonesia
+7

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) APBD Tahun Anggaran 2012 yang telah disyahkan dananya tidak tersedia dan tidak cukup tersedia dan/atau melampaui

Rapat yang dipimpin oleh Kasubdit Informasi dan Sosialisasi Tata Ruang dan Pertanahan Bappenas, diselenggarakan di Ruang Rapat Bappeda Provinsi Gorontalo pada tanggal 4 Juni

Data hasil uji aktivitas antioksidan tersebut didukung oleh hasil uji kualitatif yang menunjukkan bahwa ekstrak metanol batang tumbuhan paku Nephrolepis radicans

Tindakan ini adalah sebagai bentuk perlawanan yang mereka tunjukkan terhadap adanya eksternalisasi dari masyarakat (di luar penyandang disabilitas) yang beranggapan bahwa

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan sebuah studi penelitian dengan menggunakan analisis semiologi untuk mengetahui

Tabulasi Pengaruh Pemberian Labu Siam Terhadap Perubahan Tekanan Darah Ibu Hamil Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Wonorejo Kecamatan Ngadiluwih kabupaten Kediri

Berdasarkan Tabel 6, dengan nilai signifikansi 0,001 < 0,05 ditambah dengan nilai F hitung (111,526) yang jauh lebih besar dari F tabel (2,71), maka dapat

8 Sedangkan untuk analisis hubungan faktor risiko terhadap luaran perinatal didapatkan hasil terdapat hubungan antara usia ibu terhadap kematian perinatal, jumlah paritas