• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINDAK TUTUR MEMINTA PADA SISWA TK DWI TUNGGAL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI TK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TINDAK TUTUR MEMINTA PADA SISWA TK DWI TUNGGAL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI TK"

Copied!
53
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

TINDAK TUTUR MEMINTA PADA SISWA TK DWI TUNGGAL BANDAR LAMPUNG

TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI TK

Oleh Sariyah Astuti

Masalah dalam penelitian ini adalah tindak tutur meminta pada siswa TK Dwi Tunggal Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran di TK. Tujuan penelitian ini untuk mendeskripsikan tindak tutur meminta siswa kelas B (nol besar) TK Dwi Tunggal Bandar Lampung.

Desain penelitian yang digunakan adalah desain deskriptif kualitatif, yakni penyelesaian masalah dengan memaparkan keadaan objek penelitian berdasarkan fakta-fakta yang tampil sebagaimana adanya. Sumber data dalam penelitian ini berupa tuturan siswa kelas B (nol besar) pada saat proses pembelajaran berlangsung dan jam istirahat sekolah.

(2)

Judul Skripsi : TINDAK TUTUR MEMINTA PADA SISWA TK DWI TUNGGAL BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2012/2013 DAN IMPLIKASINYA TERHADAP PEMBELAJARAN DI TK

Nama Mahasiswa : Sariyah Astuti No. Pokok Mahasiswa : 0913041062

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dr. Nurlaksana Eko R, M.Pd. Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. NIP 19640106198803 1 001 NIP 19620203198811 1 001

2. Ketua Jurusan

Pendidikan Bahasa dan Seni

Dr. Muhammad Fuad, M.Hum. NIP 19480421 197803 1 004

(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Nurlaksana Eko R, M.Pd. ...

Sekretaris : Dr. Mulyanto Widodo, M.Pd. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Wini Tarmini, M.Hum. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Bujang Rahman, M.Si. NIP 196003151985031003

(4)

RIWAYAT HIDUP

(5)

MOTTO

Pribadi yang manis hati dan tuturnya tidak akan pernah lama merasakan pahitnya kehidupan

(Mario Teguh)

Kecantikan wajah bisa menarik pria terbaik, tapi kecantikan hatilah yang mempertahankannya dalam kesetiaan yang penuh kasih

(Mario Teguh)

(6)

PERSEMBAHAN

Terikat dengan kekuatan kasih, cinta, dan syukur hamba kepada Allah Swt, Yang telah memberikan keajaiban-keajaiban kecil dalam hidupku agar

aku selalu bersabar dan bersyukur dalam menjalani sepenggal warna kehidupan-Nya

untuk mampu berdiri dan menatap ke depan dengan optimis, aku persembahkan Skripsi ini kepada.

(Kedua Orang Tuaku Tercinta)

Ayahanda Drs. Marsidi dan Ibunda Leliwati, yang senantiasa berjuang tanpa lelah, memberi tanpa harap, berdoa tanpa henti dalam setiap hembusan napasnya, mendidik dengan penuh cinta dan kasih, merawat dan membesarkanku dengan

tulus, menanti dengan penuh kesabaran,

serta memberikan nafkah lahir batin dengan tetesan peluh dan linangan air mata. Semoga Allah Subhanahu wataala

membalas setiap butir peluh dan jejak langkah Ayah dan Ibuku dengan kebahagiaan di surga.

(Ciciku Tersayang) Siska Tamayanti, S.Pd.

& Khudori

Terima kasih atas motivasi, kesabaran, dan semangat dalam membantu penyelesaian Skripsi ini,

(Adikku tersayang) Muhammad Dicky Zulkarnain

Terima kasih untuk segenap doamu, yang suka gangguin, bandel dll, tapi selalu memberikan semangat dan senyum indahnya untukku,

(Calon pendamping hidupku) Ahmad Zakki Zulkarnain

Terima kasih karena senantiasa tulus mendoakan, mendampingiku, memberi solusi dan selalu memberikan semangat

(7)

( Sahabat-Sahabatku)

Valentia Pratiwi & Yulia Patumaya

Terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik untukku selama ini Yang memberikan segenap arti persahabatan, semoga kelak kalian selalu

mengingatku sebagai sahabat kalian. (Teman-teman Angkatan 2009)

Maaf jika tidak bisa saya sebutkan satu persatu, tapi terimakasih karena sudah menjadi motivasi diriku dalam menjalani lika – liku

Perkuliahan yang selama ini kita jalani hingga akhirnya aku bisa menyelesaikan Skripsi ku, tetap semangad teman-teman seperjuangan ku angkatan 2009.

(8)

SANWACANA

Assalamualaikum Warrahmatullahhi Wabarrakatuh.

Alhamdulillah, puji syukur ke hadirat Allah Subhana wa taala atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul ”Tindak Tutur Meminta pada Siswa TK Dwi Tunggal Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran di TK. Salawat teriring salam semoga tetap tercurah kepada seorang penujuk jalan yang lurus, yaitu Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa salam, semoga keluarga dan sahabat dan para pengikutnya mendapatkan syafaatnya kelak di hari pembalasan.

Skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni Universitas Lampung. Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak menerima bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis menghaturkan terima kasih semoga amal kebaikan yang telah diberikan pendapatkan pahala dari Allah Subhana wa taala. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada.

(9)

membantu, membimbing dengan cermat, penuh kesabaran, mengarahkan, dan memberi nasihat kepada penulis.

3. Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku penguji utama yang telah memberikan nasihat, arahan, saran dan motivasi kepada penulis.

4. Sumarti, S.Pd., M.Hum., selaku Pembimbing Akademik penulis selama menempuh studi di Universitas Lampung. Senantiasa memberikan dukungan, memberikan pengarahan, nasehat, bantuan dan saran-saran. 5. Drs. Kahfie Nazzarudin, M.Hum., selaku Ketua Program Studi Bahasa dan

Sastra Indonesia dan Daerah, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

6. Dr. Muhammad Fuad,M.Hum, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

7. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah yang telah memberi penulis ilmu yang bermanfaat. 8. Yuniar Adri Ari, Kepala Sekolah TK Dwi Tunggal Bandar Lampung,

terima kasih atas izin yang telah diberikan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

9. Bapak dan Ibu guru TK Dwi Tunggal Bandar Lampung yang telah memberikan banyak dukungan kepada penulis.

10. Guru-guru SD, SMP, SMA penulis yang telah tulus ikhlas memberikan ilmu pengetahuan serta nasihat-nasihat yang sangat berguna bagi penulis.

(10)

memberikan kasih sayang, motivasi dalam bentuk moral maupun material dan untaian doa yang tiada terputus untuk keberhasilan penulis.

12. Ciciku ( Siska Tamayanti, S.Pd, dan Kakak Iparku Khudori yang selalu memberikan motivasi untuk penulis.

13. Adikku (Muhammad Dicky Zulkarnain) yang penulis sayangi dan selalu memberikan semangat, dan dorongan kepada penulis.

14. Untuk calon pendamping hidupku ( Ahmad Zakki Zulkarnain) yang selalu senantiasa memberikan dukungan, motivasi, semangat serta doanya yang tiada pernah terputus untuk keberhasilan penulis.

15. Kepada Sahabatku ( Valentia Pratiwi & Yulia Patumaya) terimakasih sudah menjadi sahabat terbaik untukku, selalu menemaniku saat susah dan senang Dibangku kuliah selama 3,5 tahun ini.

16. Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah angkatan 2009, terimakasih atas persahabatan, doa serta kebersamaan yang telah teman-teman berikan.

17. Teman-teman PPL SMP 17.2 Merbau Mataram (Soni Satrian Syah, Reni Setiawati, Iskadina Eka Putri, Susi Susanti, Rico Kurniawan, Melania Fandika, Muhammad Riyanto, Ria Herpiana, Miftahul Mahmudah, dan Tiffany Alessandra). Terima kasih atas kekompakan, kebersamaan, dan motivasi kalian.

18. Almamater tercinta Universitas Lampung.

(11)

kemajuan pendidikan, khususnya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Amin. Wassalamualaikum Warrahmatullahhi Wabarrakatuh.

Bandar Lampung, November 2012 Penulis,

(12)

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Taman kanak-kanak merupakan salah satu sarana pendidikan yang baik dalam perkembangan komunikasi anak sejak usia dini. Usia empat sampai enam tahun merupakan masa peka bagi anak dan pada masa ini potensi anak berkembang. Salah satu potensi mereka yang berkembang ialah kemampuan berbahasanya. Anak-anak dapat melakukan interaksi dengan menggunakan bahasa lisan atau percakapan yang sangat berperan penting di samping bahasa tulis. Percakapan itu terjadi apabila terdapat dua orang atau lebih dalam melakukan proses komunikasi.

Kalimat meminta adalah bentuk bahasa yang digunakan oleh anak-anak dalam bertutur, yakni tuturan yang digunakan untuk mengajukan permintaan ke mitra tutur, selain bahasa isyarat yang menggunakan gerak anggota tubuh dan mimik wajah. Wujudnya dapat berupa permintaan langsung dengan bentuk direktif maupun permintaan tidak langsung dengan menggunakan bentuk-bentuk yang lain. (Rusminto, 2010:63)

(13)

maupun status sosial. Perbedaan status hubungan antara anak dan mitra tutur ini sangat berperan terhadap pemilihan strategi yang digunakan oleh anak dalam mengajukan permintaannya. Selain konteks, jarak sosial antara anak dengan mitra tuturnya sangat berpengaruh terhadap tindak ujar yang disampaikan. Semakin dekat hubungan ia dengan mitra tuturnya, semakin langsung tuturan yang disampaikan (Leech, 1983: 199). Komunikasi yang terjadi dapat berjalan dengan lancar apabila anak memiliki hubungan kedekatan seperti orang tua, kakak, adik, kakek, nenek, serta orang yang sudah dikenal baik oleh anak.

Lenneberg ( dalam Tarigan 1990:94) menyebutkan bahwa usia tiga tahun sampai sepuluh tahun merupakan masa pemerolehan bahasa yang spesial karena otak plastis bahasa anak berkembang. Anak akan lebih mudah menerima masukan bahasa dari lingkungan sekitarnya. Bahasa yang diperoleh diinternalisasikan dan akhirnya digunakan oleh seorang anak untuk berkomunikasi. Selain itu, anak memiliki kekhasan dalam mengomunikasikan berbagai makna melalui sarana linguistik yang terbatas.

(14)

Dunia sosial pada anak usia sekolah lebih beraneka ragam, anak akan berinteraksi dengan banyak orang dengan berbagai maksud dan tujuan. Ia akan berinteraksi dengan orang lain yang berbeda latar belakang di dalam kelas dan pada kelompok bermain. Dunia interaksinya yang lebih luas, situasi dan maksud yang beraneka ragam mendorong bahasa sang anak akan menjadi lebih luas.

Sasaran penelitian yaitu anak usia Taman Kanak-Kanak yang tentunya produksi bahasa mereka semakin beragam. Kemampuan berbahasa mereka juga semakin kompleks.

Penelitian ini menganalisis tuturan pada saat proses pembelajaran berlangsung dan juga pada saat jam bermain di luar kelas. Alasan peneliti tidak hanya mengambil data tuturan saat kegiatan pembelajaran berlangsung, melainkan juga mengambil data tuturan saat jam bermain di luar kelas karena saat interaksi pembelajaran di kelas, anak hanya berinteraksi dengan guru dan teman sekelasnya saja. Dunia interaksinya akan lebih luas saat jam bermain di luar kelas. Ia akan bertemu dan berkomunikasi dengan orang-orang yang berada di sekitar sekolah seperti siswa dari kelas lain yaitu kelas B (nol kecil), para penjaja makanan, dll. Bahkan mereka dapat bertemu dengan ibu atau pengasuhnya karena banyak anak TK yang masih ditunggui saat mereka bersekolah.

(15)

Kegiatan bermain saat jam istirahat sekolah merupakan kegiatan yang menyenangkan/bisa membangkitkan anak didik untuk menyalurkan minat dan keingintahuan secara aktif.

Pemilihan taman kanak-kanak sebagai tempat penelitian karena TK merupakan wadah atau sarana yang efektif untuk mengembangkan kreativitas berbahasa anak melalui kegiatan mereka bermain dan belajar berkomunikasi serta bersosialisasi dengan orang-orang disekitarnya.

Peneliti juga lebih memfokuskan penelitian pada kelas B (nol besar) TK Dwi Tunggal Bandar Lampung, karena keberadaan siswa yang heterogen dan dari lingkungan keluarga yang berbeda-beda sehingga hal tersebut berpengaruh terhadap tingkat kemampuan siswa dalam berbahasa. Selain itu, siswa kelas B (nol besar) yang berjumlah 20 orang merupakan siswa yang aktif dalam berkomunikasi. Saat interaksi komunikasi antarsiswa, maupun antara siswa dan guru serta antara siswa dengan orang-orang di lingkungan sekolah sehingga menghasilkan berbagai macam jenis tuturan. Modus tuturan yang digunakan oleh anak-anak saat meminta temannya atau kepada gurunya sangat beragam. Ketika penutur meminta selain menggunakan kalimat langsung juga, terdapat meminta tidak langsung.

(16)

hanya memfokuskan kesantunan dalam meminta yang dituturkan oleh satu orang anak saja, sedangkan yang dilakukan oleh peneliti adalah meneliti tuturan tindak tutur meminta yang dilakukan oleh anak TK Dwi Tunggal Bandar Lampung, Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti melakukan penelitian dengan objek yang sama yaitu tindak tutur meminta tetapi dengan sumber data yang berbeda, Penelitian ini menunjukkan adanya variasi tindak tutur meminta.

Menurut peneliti, penelitian mengenai tindak tutur meminta perlu dilakukan karena penelitian yang mengkaji tindak tutur meminta anak usia TK belum pernah dilakukan. Selain itu juga, peneliti berharap agar hasil penelitian ini dapat melengkapi hasil- hasil penelitian sebelumnya.

Alasan peneliti menjadikan TK Dwi Tunggal Bandar Lampung tersebut sebagai tempat penelitian, karena sebelumnya, sekolah tersebut belum pernah dijadikan sebagai tempat penelitian mengenai tindak tutur meminta.

Komunikasi yang terjadi antarsiswa atau antara siswa dan guru harus melibatkan konteks ujaran, yakni adanya sebuah pengetahuan yang diketahui bersama antara penutur dan mitra tutur. Pengetahuan konteks ini dapat mewujudkan sebuah kepedulian dalam interaksi. Sebagai contoh, ketika seorang siswa di TK Tunggal Bandar Lampung menuturkan sebuah tuturan “Bu, sebentar lagi udah mau jam sembilan, aku udah selesai tugasnya aku istirahat duluan ya bu.”, salah seorang siswa lain berkata “Sebentar lagi ya Bu saya kumpulinnya. Bentar lagi selesai.”,

kemudian ibu guru menjawab “Makanya, ayo semuanya cepat diselesaiin biar bisa

(17)

dinding, jarum jam sudah menunjukkan pukul Sembilan. Penutur dan mitra tutur sudah memahami konteks tuturan dengan baik. Hal ini menjadikan maksud dan tujuan tuturan yang disampaikan penutur bisa dipahami oleh mitra tutur.

Tuturan di atas sebenarnya bermaksud untuk meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu, yakni segera meminta siswa untuk mengumpulkan tugas kerena waktu pelajaran hampir usai dan bergegas untuk beristirahat. Penutur melakukan hal tersebut karena ia telah selesai mengerjakan seluruh tugasnya, sementara itu, ia melihat teman-temannya masih belum selesai mewarnai. Penutur yang sudah tidak sabar untuk beristirahat dan bermain di luar kelas, segera mengingatkan ibu guru bahwa sebentar lagi waktunya istirahat.

Mitra tutur memberikan jawaban yang tepat, yaitu mitra tutur menyuruh para siswa untuk segera menyelesaikan tugas mereka karena bel istirahat sebentar lagi akan berbunyi. Hal ini membuktikan konteks dan kerja sama sangat memengaruhi tindak tutur. Oleh karena itu, peneliti merasa bahwa hal ini perlu untuk diteliti. Tuturan di atas merupakan sebuah contoh tuturan direktif meminta tidak langsung dengan modus menyatakan fakta dengan maksud direktif, yakni meminta mitra tutur agar segera mengambil tugas siswa dan mempersilakan penutur untuk beristirahat karena penutur telah selesai mengerjakan seluruh tugasnya dahulu dibandingkan siswa lainnya.

(18)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut. “Bagaimanakah Tindak Tutur Meminta pada Siswa TK Dwi Tunggal Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran di TK?”

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Tindak Tutur Meminta pada Siswa TK Dwi Tunggal Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan Implikasinya terhadap Pembelajaran di TK.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoretis maupun secara praktis.

a. Manfaat Teoretis

Secara Teoretis hasil penelitian ini dapat memberikan dukungan bagi pengembangan teori pragmatik pada umumnya dan teori tindak tutur meminta. b. Manfaat Praktis

Secara Praktis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat praktis bagi guru dan penulis.

(19)

bahan ajar. Sumber belajar dapat menggunakan rekaman peristiwa komunikasi yang sebenarnya dan bersifat alamiah, misalnya tuturan siswa pada saat interaksi pembelajaran di kelas.

2. Memberikan informasi kepada pembaca, mengenai jenis-jenis tindak tutur dalam berkomunikasi, khususnya tindak tutur meminta.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi

1. Subjek penelitian ini adalah siswa TK Dwi Tunggal Bandar Lampung pada saat proses pembelajaran dan jam istirahat sekolah berlangsung.

(20)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hakikat Tindak Tutur

(Austin dalam buku yang berjudul How to Do Things with Words) Pertama kali mengemukakan istilah tindak tutur (Speech act). Austin mengemukakan bahwa aktivitas bertutur tidak hanya terbatas pada penuturan sesuatu, tetapi juga melakukan sesuatu atas dasar tuturan itu. Pendapat Austin ini didukung oleh Searle (2009:74) dengan mengatakan bahwa unit terkecil komunikasi bukanlah kalimat, melainkan tindakan tertentu, seperti membuat pernyataan, pertanyaan, perintah dan permintaan.

Selanjutnya, Searle (dalam buku Rusminto 2009:74) mengemukakan bahwa tindak tutur adalah teori yang mencoba mengaji makna bahasa yang didasarkan pada hubungan tuturan dengan tindakan yang dilakukan oleh penuturnya. Kajian tersebut didasarkan pada pandangan bahwa (1) tuturan merupakan sarana utama komunikasi dan (2) tuturan memiliki makna jika direalisasikan dalam tindak komunikasi nyata, misalnya membuat pernyataan, pertanyaan, perintah atau permintaan. Dengan demikian, tindakan merupakan karakteristik tuturan dalam komunikasi.

2.2 Jenis Tindak Tutur

(21)

masyarakat, terdapat setidaknya tiga jenis tindak tutur yang harus dipahami bersama. Ketiga macam tindak tutur di dalam pemakaian bahasa yang sesungguhnya di masyarakat tersebut berturut-turut disebutkan seperti berikut ini: 1) tindak lokusi (Locutionary Act), 2) tindak ilokusi (Ilocutionary Act), dan (3) tindak perlokusi ( Perlocutionary Act)

2.2.1 Tindak Tutur Lokusi ( Locutionary Speech Act)

Tindak lokusi adalah tindak tutur untuk menyatakan sesuatu. Tindak tutur ini disebut sebagai the act of saying something. Sebagai contoh adalah kalimat berikut.

1) Kucing adalah binatang menyusui 2) Jari tangan manusia berjumlah lima

Tuturan pada data (1) dituturkan kepada penutur kepada lawan tutur saat mereka sedang berdiskusi. Tuturan 1) Kucing adalah binatang yang menyusui, 2) Jari tangan manusia pada umumnya berjumlah lima. Diutarakan oleh penuturnya semata-mata untuk menginformasikan sesuatu tanpa tendensi untuk melakukan sesuatu, apalagi untuk mempengaruhi lawan tuturnya. Informasi yang dituturkan adalah termaksud jenis binatang apa kucing itu, dan berapa jumlah jari tangan.

Bila diamati secara seksama konsep lokusi itu adalah konsep yang berkaitan dengan proposisi kalimat. Kalimat atau tuturan dalam hal ini dipandang sebagai suatu satuan yang terdiri dari dua unsur, yakni subjek/topik dan predikat/comment (Nababan,1987:4).

2.2.2 Tindak Tutur Ilokusi ( Ilocutionary Speech Act)

(22)

in saying somethings) tindakan tersebut seperti janji, tawaran, atau pertanyaan yang terungkap dalam tuturan. Moore (dalam buku Rusminto, Sumarti 2006:71) menyatakan bahwa tindak ilokusi merupakan tindak tutur yang sesungguhnya atau yang nyata yang diperformansikan oleh tuturan, seperti janji, sambutan, dan peringatan. Mengidentifikasi tindak ilokusi lebih sulit jika dibandingkan dengan tindak lokusi, sebab pengidentifikasian tindak ilokusi harus mempertimbangkan penutur dan mitra tuturnya, kapan, dan dimana tuturan terjadi, serta saluran apa yang digunakan. Oleh karena itu, tindak ilokusi merupakan bagian penting dalam memahami tindak tutur.

Contoh kalimat tuturan sebagai berikut. 3) Aku tidak bisa datang.

Tuturan pada data (3) Aku tidak bisa datang bila diutarakan oleh seseorang kepada temannya yang baru saja merayakan ulang tahun, tidak hanya berfungsi untuk menyatakan sesuatu, tetapi untuk melakukan sesuatu yakni meminta maaf. Informasi ketidakhadiran penutur dalam hal ini kurang begitu penting karena besar kemungkinan lawan/tutur sudah mengetahui hal itu.

Secara khusus, Searle (Tarigan, 1990: 47-48) menggolongkan lima jenis tindak tutur ilokusi tersebut yang masing-masing memiliki fungsi komunikatif sendiri - sendiri. Kelima jenis tindak tutur ilokusi tersebut adalah asertif, direktif, komisif, ekspresif, deklaratif.

(23)

apa yang diujarkan, misalnya menyatakan, mengusulkan, membual, mengeluh, mengemukakan pendapat, melaporkan.

b. Direktif (directives) ialah tindak tutur yang dimaksudkan penuturnya agar si pendengar melakukan tindakan yang disebutkan di dalam tuturan itu, misalnya larangan, memerintah, memohon, menuntut, memberi nasihat.

c. Komisif (commissives) ialah ilokusi yang penuturnya terikat pada suatu tindakan di masa depan, misalnya menjanjikan, menawarkan.

d. Ekspresif ( expressives) ialah ilokusi yang berfungsi untuk mengungkapkan sikap psikologis penutur terhadap keadaan yang tersirat dalam ilokusi, misalnya mengucapkan terima kasih, mengucapkan selamat, memberi maaf, mengancam, memuji, mengucapkan belasungkawa.

e. Kalimat deklaratif (declaration) ialah berhasilnya pelaksanaan ilokusi ini akan mengakibatkan adanya kesesuaian antara isi proposisi dengan realitas. Misalnya, mengundurkan diri, membabtis, memecat, memberi nama, menjatuhkan hukuman, mengucilkan, mengangkat ( Leech. 1983:105-106)

2.2.3 Tindak Tutur Perlokusi (Perlocutionary Speech Act)

Sebuah tuturan yang diutarakan oleh seseorang seringkali mempunyai daya pengaruh (perlocutionary force), atau efek bagi yang mendengarnya. Efek atau daya pengaruh ini dapat secara sengaja atau tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya. Tindak ini disebut The Act of Affecting Someone. Contoh kalimat tuturan sebagai berikut.

4) Televisinya 29 inchi

(24)

Seperti yang telah dipelajari dalam tindak ilokusi, kalimat sejenis (4) dan (5) tidak hanya mengandung lokusi. Bila kalimat (4) diutarakan oleh seseorang kepada temannya pada saat akan diselenggarakannya siaran langsung kejuaraan piala dunia bola, kalimat ini tidak hanya mengandung lokusi, tetapi juga ilokusi yang berupa ajakan untuk menonton di tempat temannya, dengan perlokusi lawan tutur menyetujui ajakannya. Bila kalimat (5) diutarakan oleh seseorang yang tidak dapat menghadiri undangan rapat kepada orang yang sudah mengundangnya, kalimat ini merupakan tindak ilokusi untuk memohon maaf, dan perlokusi (efek) yang diharapkan adalah orang yang mengundang dapat memakluminya.

2.2.4 Tindak Tutur Meminta

Dalam penelitian ini, difokuskan pada tindak tutur direktif meminta. Teori yang digunakan ialah teori Rahardi (2005:99—119). Teori ini digunakan untuk mengkaji definisi dan jenis-jenis tuturan meminta.

Tindak tutur meminta adalah bentuk bahasa yang digunakan oleh anak-anak dalam bertutur. yakni tuturan yang digunakan untuk mengajukan permintaan ke mitra tutur, Selain bahasa isyarat yang menggunakan gerak anggota tubuh dan mimik wajah. Wujudnya dapat berupa permintaan langsung dengan bentuk direktif maupun permintaan tidak langsung dengan menggunakan bentuk-bentuk yang lain (Rusminto,2010:63).

(25)

permintaan, yaitu permintaan secara langsung dan permintaan secara tidak langsung. permintaan langsung yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah permintaan yang dilakukan dengan menggunakan kata-kata imperative penanda permintaan, seperti minta, belikan, ambilkan, keluarkan, dan sebagainya. (Rusminto dalam bukunya 2010:64-72) Menunjukkan bahwa permintaan secara langsung yang dilakukan oleh anak-anak dapat diklasifikasikan ke dalam dua klasifikasi, yaitu 1) permintaan langsung pada sasaran dan 2) permintaan langsung dengan alasan atau argumentasi. Dan permintaan tidak langsung yang dimaksudkan dalam kajian ini adalah permintaan yang digunakan oleh anak-anak untuk mengajukan permintaan dengan menggunakan bentuk tutur yang maknanya performansinya berbeda dengan maksud ilokusinya.

Pemahaman terhadap bentuk tuturan tidak langsung sebagai sebuah permintaan dilakukan melalui interpretasi terhadap tuturan dengan menggunakan analisis heuristik, yakni pengujian terhadap hipotesis tujuan tuturan berdasarkan bukti-bukti kontekstual yang tersedia. Dengan kata lain, tuturan meminta tidak langsung adalah tuturan yang bermakna kontekstual dan situasional.

(Menurut Rusminto dalam bukunya 2010:73-100) Bahwa tuturan meminta tidak langsung yang dilakukan oleh anak-anak dapat diklasifikasikan ke dalam Sembilan klasifikasi, yaitu (1) meminta tidak langsung dengan modus bertanya (TLMT), (2) meminta tidak langsung dengan modus memuji (TLMP), (3) meminta tidak langsung dengan modus menyatakan fakta (TLMF), (4) meminta tidak langsung dengan modus menyindir ( TLMS), (5) meminta tidak langsung dengan modus “nglulu” (TLML), (6)

(26)

meminta tidak langsung dengan melibatkan orang ketiga (TLMO), (8) meminta tidak langsung dengan modus menyatakan keluhan ( TLMK), dan terakhir (9) meminta tidak langsung dengan modus menyatakan pengandaian (TLMA).

2.3 Kelangsungan dan Ketidaklangsungan Tuturan

Dalam sebuah peristiwa tutur, pada kenyataannya penutur tidak selalu mengatakan apa yang dimaksudkannya secara langsung. Dengan kata lain, untuk menyampaikan maksud tertentu, penutur sering juga menggunakan tidak tutur tidak langsung. Penggunaan bentuk verbal langsung dan tidak langsung dalam mengajukan permintaan ini sejalan dengan pandangan bahwa bentuk tutur yang bermacam-macam dapat digunakan untuk menyampaikan maksud yang sama, sebaliknya berbagai macam maksud dapat disampaikan dengan tuturan yang sama (Ibrahim, 2001:320)

Secara formal berdasarkan modusnya, kalimat dibedakan menjadi kalimat berita, kalimat tanya, dan kalimat perintah. Kalimat berita digunakan untuk memberitahukan sesuatu (informasi); kalimat tanya untuk menanyakan sesuatu, dan kalimat perintah untuk menyatakan perintah, ajakan, permintaaan atau permohonan. Apabila kalimat berita difungsikan secara konvensional untuk mengadakan sesuatu, kalimat tanya untuk bertanya dan kalimat perintah untuk menyuruh, mengajak memohon dan sebagainya, maka akan terbentuk tindak tutur langsung (direch speech) Sebagai contoh:

1)Rudi merawat neneknya yang sedang sakit 2)Siapa wanita yang berbaju merah itu? 3)Tolong matikan AC itu!

(27)

kalimat tanya, dan kalimat perintah. Tindak tutur tak langsung (indirect speech act) ialah tindak tutur yang dilakukan penutur kepada mitra tutur secara tidak langsung. Tindakan ini dilakukan dengan memanfaatkan kalimat berita atau kalimat tanya agar orang yang diperintah tidak merasa dirinya diperintah. Misalnya seorang ayah menyuruh anaknya mengambil sepatu diungkapkan dengan “ Tono, sepatunya

dimana?” Kalimat tersebut selain untuk bertanya sekaligus memerintah anaknya untuk mengambilkan sepatu.

2.3.1 Tindak Tutur Literal dan Tindak Tutur Tidak Literal

Tindak tutur literal ( literal speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya sama dengan makna kata-kata yang menyusunnya, sedangkan tindak tutur tidak literal

( nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang maksudnya tidak sama dengan atau berlawanan dengan makna kata-kata yang menyusunnya. Untuk jelasnya dapat diperhatikan kalimat berikut:

1) Penyanyi itu suaranya merdu

2) Suaranya bagus,( tapi lebih baik tak usah nyanyi saja) 3) Radionya keraskan! Aku ingin mencatat lagu itu. 4) Radionya kurang keras. Tolong lebih keraskan lagi. Aku mau belajar

(28)

volume radio untuk dapat secara lebih mudah mencatat lagu yang diperdengarkannya, tindak tutur kalimat 3) adalah tindak tutur literal. Sebaliknya, karena penutur sebenarnya menginginkan lawan tutur mematikan radionya, tindak tutur dalam kalimat 4) adalah tindak tutur tidak literal.

2.3.2 Tindak Tutur Langsung Literal

Tindak tutur langsung literal (direct literal speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus tuturan dan makna yang sama dengan maksud pengutaraannya. Maksud memerintah disampaikan dengan kalimat perintah, memberikan dengan kalimat berita, menanyakan sesuatu dengan kalimat tanya, dsb. Untuk ini dapat diperhatikan kalimat 1 s.d. 3 berikut :

1)Orang itu sangat bodoh 2)Tutup Mulutmu! 3)Jam berapa sekarang?

Tuturan (1), (2) , dan (3) merupakan tindak tutur langsung literal bila secara berturut-turut dimaksudkan untuk memberitakan bahwa orang yang dibicarakan sangat bodoh, menyuruh agar lawan tutur menutup mulut, dan menanyakan pukul berapa ketika itu. Maksud memberitakan diutarakan dengan kalimat berita (1), maksud memerintah dengan kalimat perintah (2), dan maksud bertanya dengan kalimat tanya.

2.3.3 Tindak Tutur Tidak Langsung Literal

(29)

penutur. Dalam tindak tutur ini maksud yang dimaksudkan penutur. Dalam tindak tutur ini maksud memerintah diutarakan dengan kalimat berita atau kalimat tanya.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari kalimat (5) dan (6) di bawah ini : (5) Lantainya sangat kotor

(6) Di mana handuknya?

Dalam konteks seorang ibu rumah tangga berbicara dengan pembantunya pada (5), tuturan ini tidak hanya informasi tetapi terkandung maksud memerintah yang diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat berita. Makna kata-kata yang menyusun (5) sama dengan maksud yang dikandungnya. Demikian pula dalam konteks seorang suami bertutur dengan istrinya pada (6) maksud memerintah untuk mengambilkan handuk diungkapkan secara tidak langsung dengan kalimat tanya, dan makna kata-kata yang menyusunnya sama dengan maksud yang dikandung. Untuk memperjelas maksud memerintah (5) dan (6) di atas perluasaannya ke dalam konteks (5) dan (6) diharapkan dapat membantu :

(7) + Lantainya sangat kotor

- Baik, saya akan menyapu sekarang, Bu. (8) + Di mana handuknya?

- Sebentar, saya ambilkan.

Adalah sangat lucu dan janggal bila dalam konteks seperti (5) dan (6) seorang pembantu dan istri menjawab seperti (7) dan (8) berikut :

(30)

- Di Lemari

Jawaban ( - ) dalam (9) dan (10) akan mengagetkan sang majikan yang memang sudah merasa jengkel melihat lantai kamar rumahnya kotor, dan mengejutkan sang suami yang lupa membawa handuk, dan sekarang sekarang sudah terlanjut di kamar mandi.

2.3.4 Tindak Tutur Langsung Tidak Literal

Tindak tutur langsung tidak literal (direct nonliteral speech act) adalah tindak tutur yang diutarakan dengan modus kalimat yang sesuai dengan maksud tuturan, tetapi kata-kata yang menyusunnya tidak memiliki makna yang sama dengan maksud penuturnya. Maksud memerintah diungkapkan dengan kalimat perintah, dan maksud menginformasikan dengan kalimat berita. Untuk jelasnya dapat diperhatikan dengan (11) dan (12) di bawah ini :

(11) Suaramu merdu sekali, kok

(12) Kalau makan biar kelihatan sopan, buka saja mulutmu!

Dengan tindak tutur langsung tidak literal penutur dalam (11) memaksudkan bahwa suara lawan tuturnya tidak bagus. Sementara itu dengan kalimat (12) penutur menyuruh lawan tuturnya yang mungkin dalam hal ini anak atau adiknya untuk menutup mulut sewaktu makan agar terlihat sopan. Data (11) dan (12) menunjukkan bahwa di dalam analisis tindak tutur bukanlah apa yang dikatakan yang penting tetapi bagaimana cara mengatakannya.

2.3.5 Tindak Tutur Tidak Langsung Tidak Literal

(31)

dengan maksud yang hendak diutarakan. Untuk menyuruh seorang pembantu menyapu lantai yang kotor, seorang majikan dapat saja dengan nada tertentu mengutarakan kalimat (13), Demikian pula untuk menyuruh seorang tetangga mematikan atau mengecilkan volume radionya, penutur dapat mengutarakan kalimat berita dan kalimat tanya (14) dan (15) berikut:

(13) Lantainya sangat bersih sekali

(14) Radionya terlalu pelan, aku tidak kedengaran

(15) Apakah radio yang pelan seperti itu dapat kau dengar

Akhirnya secara ringkas dapat diikhtisarkan bahwa tindak tutur dalam bahasa Indonesia dapat dibagi atau dibedakan menjadi : Tindak tutur langsung, Tindak tutur Tindak langsung, Tindak tutur literal, Tindak tutur tidak literal, Tindak tutur langsung literal, Tindak tutur tidak langsung literal, Tindak tutur langsung literal, Tindak tutur tidak langsung tidak literal.

2.4 Pemanfaatan Konteks dalam Tindak Tutur

Sebuah tindak tutur tidak akan pernah lepas dari konteks yang melatarinya, tuturan akan lebih bermakna jika dilibatkan dengan konteks yang melatarinya. Dalam hal ini pembahasan konteks menggunakan teori Schiffrin (1994), Sperber dan Wilson (1995) Dan Grice (1975).

(32)

maupun budaya. Dengan demikian, konteks tidak saja berkenaan dengan pengetahuan, tetapi merupakan suatu rangkaian lingkungan di mana tuturan dimunculkan dan diinterpretasikan sebagai realisasi yang didasarkan pada aturan-aturan yang berlaku dalam masyarakat pemakai bahasa.

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sperber dan Wilson (1995:15-16) mengemukakan bahwa sebuah konteks merupakan sebuah kontruksi psikologis, sebuah perwujudan asumsi-asumsi mitra tutur tentang dunia. Sebuah konteks tidak terbatas pada informasi tentang lingkungan fisik semata, melainkan juga tuturan-tuturan terdahulu yang menjelaskan harapan akan masa depan, hipotesis-hipotesis ilmiah atau keyakinan agama, ingatan-ingatan yang bersifat anekdot, asumsi budaya secara umum, dan keyakinan akan keberadaan mental penutur.

Sementara itu, Grice (1975:50) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan konteks adalah latar belakang pengetahuan yang sama-sama dimiliki oleh penutur dan mitra tutur yang memungkinkan mitra tutur untuk memperhitungkan implikasi tuturan dan memaknai arti tuturan dari si penutur. Pandangan ini didasari oleh adanya prinsip kerja sama, yakni situasi yang menunjukkan bahwa penutur dan mitra tutur menganggap satu sama lain sudah saling percaya dan saling memikirkan. Penutur dan mitra tutur berusaha memberikan kontribusi percakapan sesuai dengan yang diharapkan dengan cara menerima maksud atau arah percakapan yang diikuti.

2.5 Prinsip Prinsip Percakapan

(33)

percakapan, sehingga percakapan dapat berjalan dengan lancar. Supaya percakapan berjalan dengan lancar, maka pembicara harus menaati dan memperhatikan prinsip-prinsip yang berlaku dalam percakapan. Prinsip percakapan tersebut adalah prinsip kerja sama dan prinsip sopan santun.

2.5.1 Prinsip Kerja Sama

Griece (1975). mengemukakan bahwa di dalam rangka melaksanakan prinsip kerja sama itu, setiap penutur harus mematuhi empat maksim percakapan yakni 1) Maksim Kuantitas, 2) Maksim Kualitas, 3) Maksim Relevansi dan 4) Maksim Pelaksanaan.

2.5.1.1 Maksim Kuantitas

Maksim kuantitas menghendaki setiap peserta pertuturan memberikan kontribusi yang secukupnya atau sebanyak yang dibutuhkan oleh lawan bicaranya. Contoh pada kalimat berikut.

(28)Seharian ini saya selalu kerja lembur. (29)Seharian yang 24 jam ini saya kerja lembur.

Penutur yang berbicara secara wajar tentu akan memilih kalimat (58). Ungkapan (58) di samping lebih ringkas, juga tidak menyimpangkan nilai kebenaran. Setiap orang tentu tahu bahwa dalam sehari terdiri dari 24 jam. Dengan demikian, elemen yang 24 jam dalam tuturan (59) sifatnya berlebihan dan menerangkan hal yang sudah jelas. Hal ini bertentangan dengan maksim kuantitas.

2.5.1.2 Maksim Kualitas

(34)

yang nyata dan sesuai fakta sebenarnya. Kontribusi peserta percakapan hendaknya didasarkan pada bukti-buti yang memadai. Misalnya seseorang harus mengatakan bahwa ibukota Indonesia adalah Jakarta buka kota-kota lain kecuali kalau benar-benar tidak tahu. Akan tetapi, bila terjadi hal yang sebaliknya, tentu ada alasan-alasan mengapa hal demikian bisa terjadi.

2.5.1.3 Maksim Relevansi

Maksim relevansi mengharuskan setiap peserta percakapan memberikan kontribusi yang relevan dengan masalah pembicaraan.

30) Ibu: Ani, ada telpon untuk kamu. Ani: iya bu, sebentar.

Tuturan (30) di atas memilki prinsip kerjasama karena Ani menjawab perintah

Ibunya, Ibu memberikan jawaban yang sebenar-benarnya. dan Jawaban Ani relevan dengan perintah Ibunya, namun pada pertuturan ada kalanya maksim relevansi tidak selalu dipenuhi.

2.5.1.4 Maksim Pelaksanaan

Maksim pelaksanaan mengharuskan setiap peserta percakapan berbicara secara langsung, tidak kabur, tadak ambigu, dan tidak berlebih-lebihan. Apabila tidak mengindahkan hal itu dianggap melanggar prinsip kerja sama. Contoh.

(31)+ Kembalikan anuku! - Anu apanya? Yang mana?

(35)

memenuhi maksim pelaksanaan.

2.5.2 Prinsip Sopan Santun

Prinsip sopan santun menjaga keseimbangan sosial dan keramahan hubungan dalam percakapan. Leech merumuskan prinsip sopan santun ke dalam enam butir maksim, sebagai berikut.

2.5.2.1 Maksim Kebijaksanaan

Gagasan dasar maksim kebijaksanaan dalam prinsip kesantunan adalah bahwa para peserta pertuturan hendaknya berpegang pada prinsip untuk selalu mengurangi keuntungan diri sendiri dan memaksimalkan keuntungan pihak lain dalam kegiatan bertutur. Contoh sebagai berikut.

(32)Tuan rumah : “Silakan makan saja dulu, nak! Tamu : Wah, saya jadi tidak enak, Bu”.

(36)

2.5.2.2 Maksim Kedermawanan

Dengan maksim ini, Para peserta tutur diharapkan dapat menghormati orang lain dengan cara mengurangi keuntungan bagi dirinya dan memaksimalkan keuntungan bagai pihak lain.

Contoh:

(33)AnakKos A: “mari saya cucikan baju kotormu! Pakainku

tidak banyak, kok yang kotor.” Anak Kos B : “Tidak usah, mbak. Nanti siang saya akan mencuci juga, kok”.

Tuturan ini, merupakan cuplikan pembicaraan antar anak kos pada sebuah rumah kos di kota Yogyakarta. Anak yang satu berhubungan demikian erat dengan anak yang satunya. Terlihat bahwa ia berusaha memaksimalkan keuntungan bagi pihak lain dengan cara menambahkan beban bagi dirinya sendiri.

2.5.2.3 Maksim Pujian/Penghargaan

Seseorang akan dianggap santun jika dalam bertutur selalu berusaha memberikan penghargaan kepada pihak lain. Dengan maksim ini, diharapkan agar para peserta tutur tidak saling mengejek, mencaci, atau merendahkan pihak lain. Contoh:

(34)Anak : Bu, tadi aku membuat bunga dari manik-manik buat ibu. Ibu : 0 ya? Ibu jadi tidak sabar untuk melihatnya.

Tuturan (34) dituturkan oleh si anak yang membuat bunga dari manik-manik untuk ibunya. Ibunya tahu bahwa si anak baru belajar kerajinan tangan tersebut yairtu merangkai bunga, tetapi si ibu menghargai hasil kerajinan tangan putrinya.

2.5.2.4 Maksim Kerendahan Hati

(37)

dengan cara mengurangi pujian terhadap dirinya sendiri sehingga tidak disebut sebagai orang yang sombong dan congkak hati.

Contoh.

(35)Ustad : Mas, besok kamu menggantikan bapak ceramah di masjid ya? Soleh : Ya Pak, namun kemampuan dan pengetahuanku masih minim.

Pada contoh (35), si anak mengiyakan permintaan ustad, si anak merendah dengan mengatakan bahwa pengetahuan agamanya masih kurang padahal sebenarnya ia lulusan Universitas Kairo di Mesir. Inilah yang disebut rendah hati.

2.5.2.5 Maksim Permufakatan/Kesepakatan

Maksim ini disebut juga dengan maksim kecocokan. Di dalam maksim ini ditekankan agar para peserta tutur dapat saling membina kecocokan atau kemufakatan di dalam kegiatan bertutur. Orang yang menggunakan maksim ini disebut sebagai orang yang santun. Contoh sebagai berikut.

(36)Adik : Minggu depan antarkan aku daftar tes SMPTN, Kak.

Kakak : Pasti, Kakak temani sampai proses pendaftaran selesai.

2.5.2.6 Maksim Simpati

Maksim ini mengharapkan agar peserta tutur dapat memaksimalkan sikap simpati antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Kesimpatian dengan pihak lain sering ditunjukkan dengan senyum, anggukan, gandengan tangan, dan sebagainya. Contoh sebagai berikut.

(37)A d i k : Kak, besok aku akan menghadapi UN.

(38)

Contoh (37) diucapkan oleh seorang adik yang akan menghadapi Ujian Nasional SMA kepada kakanya maka kakaknya memberikan semangat dengan mengucapkan "Lakukan persiapan yang matang, kerja keras dan belajar. Tekun berusaha dan sukses selalu! " Ungkapan ini merupakan salah satu bentuk simpati.

2.6Pemerolehan Bahasa Anak Usia TK

Proses anak mulai mengenal komunikasi secara verbal dengan lingkungannya disebut pemerolehan bahasa anak. Pada masa pemerolehan bahasa anak, anak lebih mengarahkan pada fungsi komunikatif daripada bentuk bahasanya. Pemerolehan bahasa anak-anak dapat dikatakan mempunyai ciri berkesinambungan, memiliki suatu rangkaian kesatuan yang bergerak dari ucapan satu kata sederhana menuju gabungan kata yang lebih rumit.

(39)

Pemerolehan bahasa anak usia 1-5 tahun merupakan proses yang bersifat fisik dan psikis. Secara fisik, kemampuan anak dalam memproduksi kata-kata ditandai oleh perkembangan bibir, lidah, dan gigi mereka yang sedang tumbuh. Pada tahap tertentu pemerolehan bahasa (kemampuan mengucapkan dan memahami arti kata juga tidak lepas dari kemampuan mendengarkan, melihat, dan mengartikan simbol-simbol bunyi dengan kematangan otaknya. Sedangkan secara psikis, kemampuan memproduksi kata-kata dan variasi ucapan sangat ditentukan oleh situasi emosional anak saat berlatih mengucapkan kata-kata (Tarigan,1988:14)

2.7Pembelajaran di Taman Kanak-Kanak

Keberhasilan sistem pengajaran bahasa ditentukan oleh tujuan yang realistis dapat diterima oleh semua pihak, sarana dan organisasi yang baik, intensitas pengajaran yang relatif tinggi, kurikulum dan silabus yang tepat guna. Kurikulum merupakan seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan kegiatan atau pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan, Sedangkan Silabus merupakan rencana dan pengaturan kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar. Silabus harus disusun secara sistematis dan berisikan komponen-komponen yang saling berkaitan untuk memenuhi target pencapaian Kompetensi Dasar.

(40)

pembelajaran bahasa secara pragmatik, merupakan suatu bentuk kinerja dan performansi dari sebuah sistem ilmu. Pandangan ini membawa konsekuensi bahwa pembelajaran bahasa lebih menekankan fungsi bahasa sebagai alat komunikasi daripada pembelajaran tentang sistem bahasa. Standar kompetensi yang diharapkan dari pendidikan TK adalah tercapainya tugas-tugas perkembangan secara optimal sesuai dengan standar yang telah dirumuskan. Aspek-aspek perkembangan yang diharapkan dicapai meliputi aspek moral dan nilai-nilai agama, sosial, emosional dan kemandirian, berbahasa, kognitif, fisik/motorik, dan seni.

Melalui pemberian rangsangan, stimulasi dan bimbingan diharapkan akan meningkatkan perkembangan perilaku dan sikap melalui pembiasaan yang baik, sehingga akan menjadi dasar utama dalam pembentukan pribadi anak sesuai dengan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Anak mulai dapat menunjukkan rasa percaya diri, rnulai menunjukkan kepedulian, dapat menjaga kebersihan diri dan mengurus dirinya sendiri. Indikatornya meliputi, selalu bersikap ramah, meminta tolong dengan baik, mengucapkan salam, mau mengalah, mendengarkan orang tua/teman berbicara, berbahasa sopan dalam berbicara, tidak cepat marah atau membentak-bentak, mudah bergaul/berteman, dapat/suka menolong teman, saling membantu sesama teman. (Kurikulum TK 2009:25)

(41)

III. METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif, dan menggunakan pendekatan kualitatif. Metode deskriptif melukiskan secara sistematis fakta atau karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu, dalam hal ini bidang secara aktual, dan cermat (Suryabrata, 2009:22). Pengumpulan data dilakukan menggunakan metode pengamatan dan catatan lapangan. Peneliti mengadakan pengamatan (Observasi), pencatatan data, dan penganalisisan data dan berbagai hal yang terjadi di lapangan secara objektif dan apa adanya.

3.2 Sumber Data

(42)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara observasi nonpartisipan, peneliti hanya menyimak tanpa melibatkan diri secara langsung dalam peristiwa tuturan atau dalam proses pembelajaran. Observasi nonpartisipan dilakukan sampai peneliti memperoleh data yang cukup. Peneliti berada dalam satu tempat dengan objek yang diteliti. Peneliti berada di ruang kelas dengan guru dan siswa saat proses pembelajaran berlangsung dan berada di luar kelas dengan siswa pada saat jam istirahat sekolah. Peneliti melakukan pengamatan secara intensif kepada para responden agar mendapat data empiris mengenai tuturan meminta pada siswa TK Dwi Tunggal Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013 dan Implikasinya terhadap pembelajaran di TK.

Catatan lapangan dilakukan untuk mencatat tuturan meminta yang muncul dari sang anak. Catatan tersebut, yakin catatan deskriptif dan reflektif. Catatan deskriptif berupa catatan tentang semua ujaran dari sang anak termaksud konteks yang melatarinya, dan catatan reflektif adalah interpretasi/penafsiran peneliti terhadap tuturan yang disampaikan oleh sang anak.

3.4. Teknik Analisis Data

(43)
[image:43.612.114.526.284.582.2]

disesuaikan dengan fakta-fakta pendukung yang ada dilapangan. Analisis heuristik berusaha mengidentifikasi daya pragmatik sebuah tuturan dengan merumuskan hipotesis-hipotesis dan kemudian mengujinya berdasarkan data-data yang tersedia. Bila hipotesis tidak teruji, akan dibuat hipotesis yang baru. Hipotesis yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pranggapan/dugaan sementara.

Gambar Bagan 3.1 Analisis Heuristik

Menurut Leech (1983: 61) di dalam analisis heuristik analisis berawal dari problema yang di lengkapi proposisi, informasi latar belakang konteks, kemudian dirumuskan hipotesis tujuan. Berdasarkan data yang ada, hipotesis diuji kebenarannya. Bila hipotesis sesuai dengan bukti-bukti kontekstual yang tersedia, berarti pengujian

1. Problem

2. Hipotesis

3. Pemeriksaan

4a. Pengujian berhasil

5. Interpretasi default

(44)

berhasil. Hipotesis diterima kebenarannya dan menghasilkan interprestasi baku yang menunjukkan bahwa tuturan mengandung satuan pragmatik. Jika pengujian gagal maka terjadi karena hipotesis tidak sesuai dengan bukti yang tersedia. Proses pengujian ini dapat berulang-ulang sampai diperoleh hipotesis yang dapat diterima. Berikut contoh analisis konteks.

Bagan 3.2 Contoh (38) Diuji Menggunakan Analisis Heuristik

1. Problem (interpretasi tuturan)

“Disini terasa sangat dingin ya Neng”

2. Hipotesis 1. Menyatakan ingin dipeluk 2. Menyatakan ingin masuk rumah 3. Ingin minta jaket

3. Pemeriksaan 1. Sudah lama tidak bertemu

2. Suasana sedang duduk diteras dan cuaca abis hujan 3. Si Pria memakai baju tipis

5. Interpretasi Default 4a. Pengujian 1 dan 3 Berhasil

(45)
(46)
[image:46.612.113.531.114.637.2]

Tabel 3.3 Indikator Tuturan Meminta ( Rusminto 2010:63-100)

No. Indikator Deskriptor

1. Permintaan langsung pada sasaran

1.Menggunakan kata-kata imperatif penanda permintaan, seperti minta, belikan, ambilkan, keluarkan dan sebagainya.

2. Permintaan langsung dengan Argumentasi

Biasanya digunakan oleh anak-anak untuk mengajukan permintaan jika anak sedang berada dalam tekanan psikologis karena harus meminta sesuatu yang selama ini menjadi larangan.

3. Permintaan langsung dengan

alasan/argumentasi

Biasanya digunakan oleh anak-anak untuk

mengajukan permintaan jika mendapatkan respon negative berupa penolakan dari mitra tutur terhadap permintaan yang telah diajukan anak sebelumnya.

4. Permintaan tidak langsung dengan modus bertanya

Meminta tidak langsung dengan modus bertanya biasanya digunakan oleh anak-anak untuk mengajukan permintaan kepada mitra tuturnya dengan menggunakan kalimat-kalimat Tanya. Artinya, dalam mengajukan permintaannya, anak melakukannya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan tertentu kepada mitra tutur.

5. Permintaan tidak langsung dengan modus memuji

Meminta tidak langsung dengan modus memuji adalah permintaan yang digunakan oleh anak-anak untuk mengajukan permintaan dengan menggunakan kalimat-kalimat pernyataan yang berisi hal-hal yang baik tentang mitra tutur.

6. Permintaan tidak langsung dengan menyatakan fakta

(47)

7. Permintaan tidak langsung dengan modus menyindir

Permintaan tidak langsung dengan modus menyindir adalah permintaan yang digunakan oleh anak untuk mengajukan permintaan dengan cara seolah-olah sopan kepada mitra tutur dengan maksud menghindari konflik terbuka akibat permintaan yang diajukan.

8. Permintaan tidak langsung dengan modus “Nglulu”

Permintaan tidak langsung dengan modus “nglulu” adalah permintaan yang digunakan oleh anak-anak untuk menyampaikan permintaan dengan cara mengiyakan pendapat atau pandangan mitra tutur secara berlebihan dan mengemukakan sesuatu yang berlawanan dengan kenyataan yang diharapkan oleh penutur.

9. Permintaan tidak langsung dengan modus menyatakan rasa pesimis

Biasanya digunakan oleh anak-anak untuk mengajukan permintaan dengan menggunakan tuturan yang mencerminkan ketidakberdayaan penutur berkaitan dengan sesuatu yang diminta. Ketidakberdayaan ini terutama berkaitan dengan situasi dan kondisi yang melatarbelakangi permintaan tersebut.

10. Permintaan tidak langsung dengan melibatkan orang ketiga

Permintaan tidak langsung dengan melibatkan orang ketiga adalah permintaan dengan cara menyebut orang lain sebagai pihak yang berkepentingan dalam pengajuan permintaan, menyebut orang lain untuk menunjukkan kepada mitra tutur adanya dukungan terhadap permintaannya.

11. Permintaan tidak langsung dengan modus mengeluh

(48)

Langkah-langkah yang dilakukan dalam menganalisis data adalah sebagai berikut. 1. Menyimak dan mencatat semua data alamiah/ujaran spontan siswa yang muncul

termasuk mencatat konteks pada proses pembelajaran dan jam istirahat sekolah TK Dwi Tunggal Bandar Lampung tahun pelajaran 2012/2013.

2. Data yang didapat langsung dianalisis dengan menggunakan catatan deskriptif dan catatan reflektif juga menggunakan analisis heuristik, yakni analisis konteks. Analisis heuristik digunakan, apabila ada tuturan meminta tidak langsung dan memiliki interprestasi makna.

3. Mengidentifikasi percakapan yang terjadi di dalam kelas maupun di luar kelas pada

saat siswa berinteraksi dengan guru maupun sesama siswa yang mengandung tindak

tutur meminta.

4. Mengklasifikasikan data tuturan meminta berdasarkan modus dan jenisnya.

5. Berdasarkan hasil identifikasi dan klasifikasi data, dilakukan kegiatan penarikan simpulan sementara.

6. Memeriksa/mengecek kembali data yang sudah diperoleh.

7. Penarikan simpulan akhir.

(49)

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa tindak tutur meminta terdiri dari tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak langsung, tindak tutur langsung yang terdiri dari meminta langsung pada sasaran, meminta langsung dengan alasan/argumentasi, dan tindak tutur tidak langsung terdiri dari meminta tidak langsung dengan modus bertanya, meminta tidak langsung dengan modus memuji, meminta tidak langsung dengan modus menyatakan fakta, meminta tidak langsung dengan modus menyindir, meminta tidak langsung dengan modus melibatkan orang ketiga, meminta tidak langsung dengan modus mengeluh dan pemanfaaatan konteks. Data tersebut dirincikan sebagai berikut.

Meminta langsung terdiri atas (a) meminta langsung pada sasaran (mLs); (b) meminta langsung dengan alasan/argumentasi (mLA)

(50)

Pemanfaatan konteks dalam tindak tutur meminta terdiri atas (a) pemanfaatan konteks waktu; (b) pemanfaatan konteks tempat; dan (c) pemanfaatan konteks keberadaan orang sekitar.

Jenis kalimat meminta yang paling sering dituturkan oleh anak (data dominan) adalah meminta langsung pada sasaran yang berjumlah 23 data (lihat data lampiran).

5.2 Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian yang diperoleh bahwa tindak tutur meminta pada siswa kelas B (nol besar) TK Dwi Tunggal Bandar Lampung dituturkan dengan dua cara, yakni meminta langsung dan meminta tidak langsung, maka penulis sarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Untuk Guru TK

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak TK lebih sering mengajukan permintaan secara langsung. Disamping itu juga guru harus memahami bahwa terdapat beberapa modus – modus tuturan meminta yang sering dituturkan oleh siswa. Dengan demikian, tuturan yang disampaikan dapat menjaga hubungan antara penutur dan mitra tutur tetap berjalan baik dan menjaga komunikasi tetap berjalan dengan lancar.

2. Untuk Peneliti

(51)
(52)

DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Belajar dan Pembelajaran di Taman Kanak- Kanak. Bandung:Yrama Widya.

Brown, Gillian dan Yule, George. 1996. Discourse Analysis Jakarta: GramediaPustaka Utama.

Ari, Yusniar Adri. 2011. Kurikulum TK Dwi Tunggal Bandar Lampung. Bandar Lampung: Dwi Tunggal.

Ibrahim, Abdul Syukur. 1993. Kajian Tindak Tutur. Surabaya: Usaha Nasional.

Leech, Geoffrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Rahardi, Kunjana. 2003. Berkenalan dengan Ilmu Bahasa Pragmatik. Malang:Ioma.

_______. 2010. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Rusminto, Nurlaksana E, dan Sumarti. 2006. Analisis Wacana Indonesia. (Buku Ajar) Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Rusminto, Nurlaksana E. 2009. Analisis Wacana Bahasa Indonesia. (Buku Ajar) Bandar Lampung: Universitas Lampung.

_______.2010. Memahami Bahasa Anak-anak.(Buku Ajar) Bandar Lampung: Universitas Lampung.

Sudaryat, Yayat. 2009. Makna dalam Wacana. Bandung: Yrama Widya.

(53)

Winda, Patrisia. 2009. “Kesantunan dalam Tindak Tutur Meminta padaAnak-anak dan

Implikasinya pada Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD” (Skripsi). Universitas

Lampung: Lampung.

Gambar

Gambar Bagan 3.1 Analisis Heuristik
Tabel 3.3 Indikator Tuturan Meminta

Referensi

Dokumen terkait

Dari permasalah yang didapat, maka penulis mencoba untuk membangun suatu aplikasi yang dapat meningkatkan daya beli dan kualitas usaha serta memudahkan pelanggan,

ANALISIS PORTOFOLIO DENGAN MODEL INDEKS TUNGGAL UNTUK MENENTUKAN PORTOFOLIO YANG OPTIMAL PADA KELOMPOK SAHAM JAKARTA ISLAMICS INDEKS DI BURSA EFEK INDONESIA Dan

diharapkan seorang guru dapat memilih metode mengajar yang tepat. Metode pembelajaran harus bisa mendorong peserta didik untuk

Dari hasil analisis terlihat bahwa saat switching kapasitor bank terjadi lonjakan arus atau arus inrush dan frekuensi osilasi pada setiap step pemasukan kapasitor

Seperti pada lahan yang bekas tambang yang berumur reklamasi 1 dan 6 tahun titik pertama dimana terlihat dari grafik-grafik sebelumnya menunjukkan ketersediaan

BASIS DATA LUAS TANAM PADI. ANALISIS CURAH

Pengendalian serangga hama  sitophilus oryzae dapat dilakukan dengan menggunakan Musuh alami hama ini antara lain Anisopteromalus calandrae How (parasit larva), semut merah