Lampiran 1
Lampiran 2
LAMPIRAN 3
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN GIGI ANAK
HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN PUFA DENGAN BODY MASS INDEX (BMI) PADA ANAK USIA 12-14 TAHUN DI KECAMATAN
MEDAN TIMUR DAN MEDAN TUNTUNGAN
No :
Tgl. .../.../….. LEMBAR PEMERIKSAAN
Nama : ………
Jenis kelamin :1.Laki-laki 1.
2. Perempuan
Tanggal/bulan/tahun lahir : …./…./…… 2. Usia : ... thn...bln 1. 12 tahun
2. 13 tahun 3. 14 tahun PERHITUNGAN Body Mass Index (BMI)
Berat badan : …….. kg 3.
Tinggi badan : …….. m 4.
BMI= berat badan (kg) = ……….. 5.tinggibadan (m)xtinggi badan (m)
Kategori Body Mass Index (BMI)
6. Kategori BMI = 6. PEMERIKSAAN PUFA dan DMFT
DMFT
PUFA
17 16 15 14 13 12 11 21 22 23 24 25 26 27 47 46 45 44 43 42 41 31 32 33 34 35 36 37
DMFT
PUFA
KETERANGAN
7. P = 7.
8. U = 8.
9. F = 9.
10. A = 10.
11. Jumlah PUFA = 11.
12. D = 12.
13. M = 13.
14. F = 14
15. Jumlah DMF = 15.
No z-score Interpretasi
1 <-2 SD Kurus
2 -2 SD sampai dengan 1 SD Normal
Lampiran 4
LEMBAR PENJELASAN KEPADA ORANGTUA/WALI SUBJEK
PENELITIAN
Kepada Yth. Ibu/Bapak/Wali... Di tempat
Saya adalah Yuris salah satu mahasiswa yang sedang menjalani pendidikan dokter gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Bersama ini saya mohon kesediaan Ibu/Bapak untuk mengizinkan anak Ibu/Bapak sebagai subjek dalam penelitian saya yang berjudul: “Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan”.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pengalaman gigi berlubang (karies) ,gigi berlubang yang tidak dirawat(PUFA) dengan Indeks Massa Tubuhpada anak usia 12- 14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
Ibu/Bapak perlu mengetahui bahwa kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu komponen dari kesehatan secara umum dan juga merupakan faktor yang penting dalam pertumbuhan normal dari anak. Keadaan mulut yang buruk,misalnya banyak gigi rusak atau tidak dirawat akan menganggu fungsi dan aktivitas rongga mulut sehingga akan mempengaruhi status gizi dan pada masa anak-anak kondisi tersebut akan mempunyai dampak pada pertumbuhan anak.
Ibu/Bapak akan mendapatkan informasi mengenai kondisi rongga mulut anak. Selama penelitian ini berlangsung tentulah akan menyita waktu Ibu/Bapak dan anak sebagai subjek penelitian.
Apabila Ibu/Bapak bersedia, maka lembaran persetujuan menjadi subjek penelitian yang terlampir harap ditandatangani dan dikembalikan kepada peneliti. Surat kesediaan ini tidak bersifat mengikat dan Ibu/Bapak dapat mengundurkan diri dari penelitian ini selama penelitian berlangsung. Demikianlah penjelasan saya tentang penelitian ini, mudah-mudahan keterangan saya di atas dapat dimengerti.Atas kesediaan Ibu/Bapak dalam penelitiaan ini saya ucapkan terimakasih.
Medan,...
Yuris
Lampiran 5
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama :
Alamat :
No. Telepon/Hp : Nama Orangtua :
Sekolah :
Setelah mendapat penjelasan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul “Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan”, secara sadar tanpa paksaan saya mengijinkan anak saya ikut serta dalam penelitian yang dilakukan oleh Yuris sebagai mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, dengan catatan apabila suatu ketika saya merasa dirugikan dalam bentuk apapun saya berhak membatalkan persetujuan ini.
Medan,... Yang menyetujui
Orangtua/wali subjek penelitian
Lampiran 11 Data Penelitian
Nomor Nama JK Usia(tahun) Usia(bulan) Decay Missing Filling
Simangunsong
310 Selly 2 12 6 4 0 0 4 1
311 Tri Lestari 2 12 6 5 0 0 5 3
312 Poppy Valentina 2 12 11 1 0 0 1 1
313 Putria Khairani 2 12 8 3 0 0 3 2
314 Fara naila 2 12 7 5 0 0 5 1
315 Alia Sinurat 2 12 9 3 0 0 3 1
316 Tasya Girsang 2 13 3 1 1 1 3 1
317 Gabriel Sibarani 1 13 6 2 0 1 3 1
318 Fachrul Rohzi 1 13 4 2 0 1 3 1
319 Eninta Karina 2 14 3 3 0 0 3 1
320 Gita Fatya 2 14 1 4 0 0 4 1
321 Ikhwan Nul Hakim 1 14 9 4 0 0 4 1
322 M.Egia A 1 12 5 2 1 0 3 1
323 Bagus Syah 1 14 6 3 1 0 4 1
Lampiran 12
Karakteristik Responden
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Laki-Laki 171 52.8 52.8 52.8
Perempuan 153 47.2 47.2 100.0
Total 324 100.0 100.0
Usia(tahun)
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid 12 107 33.0 33.0 33.0
13 112 34.6 34.6 67.6
14 105 32.4 32.4 100.0
Total 324 100.0 100.0
Rerata Status Karies Kelompok 1(DMFT 1-2)
Statistics
Decay Missing Filling Jumlah DMFT
N Valid 108 108 108 108
Missing 0 0 0 0
Mean 1.44 .06 .00 1.51
Kelompok II DMFT>2
Statistics
Decay Missing Filling JumlahDMFT
N Valid 108 108 108 108
Missing 0 0 0 0
Mean 3.9815 .2222 .0926 4.2963
Std. Deviation 1.38740 .51760 .42221 1.59590
Kelompok 3 DMFT +PUFA
(DMFT > 0, PUFA > 0)
Statistics
Decay Missing Filling
JumlahDM
FT Pulpa Ulserasi Fistula Abses
JumlahPU FA
N Valid 108 108 108 108 108 108 108 108 108
Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0
Analisis Perbedaan BMI antara kelompok DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA
Kategori Karies * Kategori BMI Crosstabulation Kategori BMI
Total Underweight Normal Overweight
Kategori Karies DMFT<=2 Count 13 70 25 108
Linear-by-Linear Association 4.656 1 .031
Analisis Korelasi antara Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA dengan Rerata BMI
Correlations
Jumlah DMFT BMI
Spearman's rho Jumlah DMFT Correlation Coefficient 1.000 -.098
Sig. (2-tailed) . .152
N 216 216
BMI Correlation Coefficient -.098 1.000
Sig. (2-tailed) .152 .
N 216 216
Correlations
Jumlah PUFA BMI
Spearman's rho Jumlah PUFA Correlation Coefficient 1.000 -.167
Sig. (2-tailed) . .084
N 108 108
BMI Correlation Coefficient -.167 1.000
Sig. (2-tailed) .084 .
Analisis Hubungan DMFT tanpa PUFA dengan Usia
Kruskal-Wallis Test
Ranks Usia(tahun
) N Mean Rank
Jumlah DMFT 12 67 112.70
13 75 101.77
14 74 111.52
Total 216
Test Statisticsa,b
Jumlah DMFT
Chi-Square 1.407
df 2
Asymp. Sig. .495 a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable: Usia(tahun)
Usia(tahun)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid 12 67 31.0 31.0 31.0
13 75 34.7 34.7 65.7
14 74 34.3 34.3 100.0
Analisis Statistik Hubungan PUFA dengan Usia a. Kruskal Wallis Test
b. Grouping Variable:
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
12 67 2.82 1.348 .165 2.49 3.15 1 7
13 75 2.84 2.034 .235 2.37 3.31 1 9
14 74 3.04 1.996 .232 2.58 3.50 1 10
Analisis Hubungan DMFT tanpa PUFA dengan Jenis Kelamin Ranks
Jenis
Kelamin N Mean Rank Sum of Ranks
Jumlah DMFT Laki-Laki 117 108.73 12721.00
Perempuan 99 108.23 10715.00
Total 216
Mann-Whitney Test
Usia(tahun)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum
Maximu m Lower Bound Upper Bound
12.00 40 1.7000 1.01779 .16093 1.3745 2.0255 1.00 5.00
Mann-Whitney U 5765.000
Wilcoxon W 10715.000
Z -.059
Analisis Hubungan PUFA dengan Jenis Kelamin
Mann-Whitney Test
Test Statisticsa
Jumlah PUFA
Mann-Whitney U 1210.000
Wilcoxon W 2695.000
Z -1.648
Asymp. Sig. (2-tailed) .099 a. Grouping Variable: Jenis Kelamin
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent
DMFT + PUFA
N Mean
Std.
Deviation Std. Error
95% Confidence Interval for Mean
Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound
Decay Laki-Laki 54 3.78 2.400 .327 3.12 4.43 1 10
Perempuan 54 3.24 2.037 .277 2.68 3.80 1 9
Total 108 3.51 2.232 .215 3.08 3.93 1 10
Missing Laki-Laki 54 .56 .769 .105 .35 .77 0 3
Perempuan 54 .37 .653 .089 .19 .55 0 2
Total 108 .46 .716 .069 .33 .60 0 3
Filling Laki-Laki 54 .07 .264 .036 .00 .15 0 1
Perempuan 54 .15 .563 .077 .00 .30 0 3
DAFTAR PUSTAKA
1. Gede YI KK, Pandelaki K, Mariati NW. Hubungan pengetahuan kebersihan gigi dan mulut dengan status kebersihan gigi dan mulut pada siswa SMA N 9 Manado. J E-Gigi 2013; 1: 84-8.
2. Pintauli S, Hamada T. Menuju gigi dan mulut sehat, pencegahan dan pemeliharaan.Medan: USU Press, 2008: 4-17.
3. Larasati R. Hubungan kebersihan mulut dengan penyakit sistemik. J Skala Husada 2012; 9: 97-104.
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI. Riset kesehatan dasar (RISKESDAS) 2013. Jakarta, 2013: 113-9.
5. Mangkey E, Posangi J, Leman MA. Gambaran status karies pada siswa SMP N 1 Tomohon. J E-Gigi 2015;3:182-8.
6. Tiwari S, Dubey A, Singh B. Clinical consequences of untreated dental caries evaluated with the pulpal involvement-roots-sepsis index in the primary dentition of school children from the Raipur and Durg Districts, Chhattisgarh State, India. JMed Princ Pract 2015; 24: 184-8.
7. Yani RWE. Relationship between dental caries and nutritional status in toddlers at Kaliwates Jember. IJSBAR 2015; 21 (2) : 428-33.
8. Bagińska J, Rodakowska E, Borawska WM. Index of clinical consequences of untreated dental caries (pufa) in primary dentition of children from North-East Poland. J Advances in Medical Sciences 2013; 58: 442-7.
9. Monse B, Weltzien RH, Benzian H. PUFA–An index of clinical consequences of untreated dental caries. Community Dent Oral Epidemiol 2010; 38: 77-82. 10. Hooley M, Skouteris H, Boganin C. Body mass index and dental caries in
children and adolescents: a systematic review of literature published 2004-2011. J Systematic Reviews 2012; 1-26.
12. Jain K, Singh B, Dubey A. Clinical assessment of effects of untreated dental caries in school going children using PUFA index. J Chettinad Health City Medical 2014; 3: 105-8.
13. Dua R, Jindal R, Kaur D, Aggarwal N. Correlation between PUFA/pufa scores and IMT-for age in rural Indian children. Indian J Oral Sci 2014; 5: 21-6. 14. Karmawati IA, Tauchid SN, Harahap NN. Perbedaan risiko terjadinya karies
baru pada anak usia 12 tahun murid SD UKGS dan non UKGS di wilayah Kecamatan Cilandak Jakarta Selatan Tahun 2011. J Health Quality 2012; 2: 1-11.
15. Darwish MA, Ansari WEL, Bener A. Prevalence of dental caries among 12-14 year old children in Qatar. J The Saudi Dent 2014; 26: 115-25.
16. Rosidi A, Haryani S, Adimayanti E. Hubungan antara konsumsi makanan kariogenik dengan kejadian karies gigi pada anak SDN 1 Gogodalem Kec. Bringin Kab. Semarang. Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian dan Pengabdian.Semarang, 2014: 1-7.
17. Hidayanti L. Hubungan karakteristik keluarga dan kebiasaan konsumsi makanan kariogenik dengan keparahan karies gigi anak sekolah dasar. Tesis. Semarang: Program Studi Magister Gizi Masyarakat UNDIP, 2005: 57-66. 18. Adyatmaka I. Model simulator resiko karies gigi pada anak prasekolah.
Disertasi. Jakarta: Program Doktor Ilmu Kedokteran Gigi FKG UI, 2008: 17-8
19. Soesilo D, Santoso RE, Diyatri I. Peranan sorbitol dalam mempertahankan kestabilan pH saliva pada proses pencegahan karies. J. Dent 2005; 38: 25-8 20. Dean, Avery, Mc Donald. Dentistry for the child and adolescent. 9th ed.,
Beijing: Mosby, 2011: 177-8, 185.
21. Mehta A. Comprehensive review of caries assessment systems developed over the last decade. RSBO 2012; 9; 316-21.
23. Kementerian Kesehatan RI Direktorat Jenderal Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Direktorat Bina Gizi. Standar antropometri penilaian status gizi anak. Jakarta, 2011: 20-39.
24. Shilee F, Sogi GM, Sharma KR. Association between dental caries and body mass index among 12 and 15 years school children in Shimla, Himachal Pradesh. J of Advanced Oral Research 2013; 4: 6-10.
25. Thippeswamy HM, Kumar N, Acharya S, Pentapati KC. Relationship between body mass index and dental caries among adolescent children in South India. West Indian Med Journal 2011; 60(5): 581-6.
26. Willershausen B, Haas G, Krummenauer F, Hohenfellner K. Relationship between high weight and caries frequency in German Elementary School children. European Journal of Medical Research 2004; 9: 400.
27. Department of Health and Human Services Centers for Disease Control and Prevention. Body mass index: considerations for practitioners. Atlanta, 2009: 1-4.
28. Ningsih DS. Hubungan jenis kelamin terhadap kebersihan rongga mulut anak panti asuhan. J Odonto Dent 2015; 2: 14-9.
29. Mayusip BOS, Mariti NW, Mintjelungan CN. Gambaran status karies pada murid SMP N 4 Touluaan Kecamatan Silian Raya Kabupaten Minahasa Tenggara. J E-Gigi 2015; 3: 482-7.
30. Karam H. Evaluation of the sequelae of untreated dental caries using PUFA index. Al-Rafidain Dent J 2014, 14: 101-10.
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalahpenelitian analitik observasi dengan metode cross sectional.Data univariat adalah jenis kelamin, usia. Data bivariat adalah perbedaan
IMT antara indeks DMFT dan indeks PUFA, korelasi indeks DMFT tanpa PUFA dengan IMT dan korelasi indeks PUFA denganIMT.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP di Kecamatan Medan Timurdan Medan Tuntungan. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Februari
2016.Tempat penelitian berada di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan. Kecamatan Medan Timur
1. SMP Adhyaksa 2. SMP N 37 Medan
Kecamatan Medan Tuntungan 1. SMP Puteri Sion
2. SMP Darul Hikmah 3.3Populasi dan Sampel
a.Populasi
Populasi pada penelitian ini adalah murid SMP usia 12-14 tahun di SMP Kecamatan Medan Timur dan Kecamatan Medan Tuntungan.
b.Sampel
Tuntungan dari 21 Kecamatan sekotamadya Medan. Random kemudian dilakukan pada sekolah yang akan diteliti dari kecamatan lingkar dalam dan luar. Pengambilan sampel dilakukan dengan random pada setiap sekolah dan setiap kelas.Jumlah sampel yang dibutuhkan oleh peneliti adalah 324 orang sesuai perhitungan besar sampel berdasarkan referensi.9
c. Besar sampel
Rumus besar sampel yang digunakan: n1 = n2 =n3=2(Zα + Zβ)2S Zβ = derivate baku beta( 20%)
S = Simpangan baku gabungan
X1-X2 = Selisih minimal rerata yang dianggap bermakna
Nilai S gabungan didapatkan dari penelusuran pustaka penelitian sebelumnya.9 Berdasarkan penelusuran pustaka didapati data sebagai berikut;
(Sg)2 = S12x (n-1) + S22 x (n-1)
S1=standar deviasi dari penelitian 1=2,9 S2=standar deviasi dari penelitian 2=1,3
Sampel untuk menghindari dropout ditambahkan 10% sehingga peneliti mengambil sampel sebanyak 108 orang. Jadi jumlah sampel yang diperlukan pada sampel DMFT non PUFA ≤ 2 108 orang, DMFT non PUFA>2 108 orang, dan DMFT+PUFA 108 orang. Sehingga total sampel penelitian 324 orang.
Kriteria Inklusi :
- Anak usia 12-14 tahun - Periode gigi permanen
- Mendapat persetujuan orang tua - Anak sehat
Kriteria Eksklusi :
- Anak menolak untuk diperiksa - Anak memasang piranti ortodontik 3.4Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel Bebas :
Pengalaman karies (indeks DMFT) dan karies tidak dirawat (indeks PUFA), jenis kelamin, usia
2. Variabel tergantung :
Indeks Massa Tubuh(IMT) : Berat badan (kg) dan tinggi badan (m)
NO Variabel Definisi Cara
NO Variabel Definisi Cara
Penelitian yang dilakukan menggunakan alat untuk proses pengumpulan data adalah kaca mulut, sonde, senter, nierbeken, alat tulis, alat mengukur berat badan, alat ukur tinggi badan badan.
2.Bahan Penelitian
Cairan desinfektan, sarung tangan, masker, lembar formulir pengisian, dan air.
3.7 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan survei lapangan, peneliti mengunjungi subjek penelitian murid SMP usia 12-14 tahun pada masing- masing Kecamatan yaitu Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
Prosedur pelaksanaan penelitian adalah sebagai berikut:
menginformasikan waktu penelitian akan dilakukan.
2. Peneliti yang telah mendapatkan waktu yang sesuai untuk dilakukan penelitian, kemudian datang ke pihaksekolah yang akan dilakukan penelitian. Penentuan subyek penelitian dilakukan secara random dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi. Peneliti menjelaskan mengenai penelitian yang akan dilakukan kepada orangtua murid dan memberikan lembar informed consent.Lembar persetujuan informed consent dikumpulkan kepada pihak sekolah bagi yang bersedia dilakukan penelitian.
3. Peneliti mendata informed consent yang telah dikumpulkan dan mengumpulkan subyek penelitian di ruangan untuk dilakukan penelitian. Kemudian dilakukan penelitian dengan melakukan observasi dengan kaca mulut, sonde, senter, pengukuran tinggi badan dan berat badan
4. Hasil pemeriksaan yang telah diperoleh dicatat dalam kuisioner yang telah disiapkan oleh peneliti.
5. Alat yang dipakai saat melakukan penelitian, disterilisasi kedalam gelas yang berisi larutan antiseptik setiap anak.
6. Keringkan alat yang sudah disterilisasi dengan handuk.
3.8 Pengolahan dan analisis Data
Pengolahan Data
Data yang telah terkumpul dilakukan editing (penyuntingan data), koding (membuat lembaran kode), entry data(memasukkan data) dan cleaning data (pengetikan kembali)
Analisis Data
Analisis data dilakukan dengan melakukan uji statistik: Variabel Univariat
a. Uji univariat deskriptif
- Mengetahui status karies DMFT tanpa PUFA dan PUFA pada tiap kelompok.
Variabel Bivariat a. Uji Spearman
- Mengetahui korelasi DMFT tanpa PUFA dengan IMT. - Mengetahui korelasi PUFA dengan IMT.
b. Uji Chi-square
- Mengetahui perbedaan IMT pada DMFT tanpa PUFA dan PUFA. c. Uji Kruskal-Wallis
- Mengetahui perbedaan DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia.
- Mengetahui perbedaan PUFA berdasarkan usia.
- Uji Mann Whitney
- Mengetahui perbedaan DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin.
- Mengetahui perbedaan PUFA berdasarkan jenis kelamin.
Uji statistik bermakna apabila p <0,05 dengan derajat kepercayaan 95%.Perhitungan statistik apabila nilai P < 0,05 maka H0 ditolak yaitu terdapat hubungan signifikan antara variabel. Bila nilai P > 0,05 maka H0 diterima yaitu tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kedua variabel.
3.9 Etika Penelitian
Etika penelitian mencakup:
1. Lembar persetujuan (informed consent)
2. Ethical Clearance
BAB 4
HASIL PENELITIAN
4.1 KarakteristikSubjekPenelitian
Karakteristik subjek penelitian orang meliputi jenis kelamin dan usia. Orang laki-laki sebanyak 171 orang (52,8%), dan perempuan sebanyak 153orang (47,2%). Berdasarkan kelompok usia orang berusia 12 tahun sebanyak 107 orang (33%), usia 13 tahun sebanyak 112 orang (34,6%), dan usia 14 tahun sebanyak 105 orang (32,4%) (Tabel 2).
Tabel 2. Karakteristik subjek penelitian
Karakteristik n %
Jenis Kelamin
Laki-laki 171 52,8
Perempuan 153 47,2
Usia
12 tahun 107 33,0
13 tahun 112 34,6
14 tahun 105 32,4
Jumlah 324 100
4.2 Status KariesKelompokDMFTtanpa PUFA danKelompok PUFA
Tabel 3. Status karieskelompokDMFTtanpa PUFA dankelompok PUFA
Status Karies Kelompok orang
Kelompok 1 Kelompok 2 Kelompok 3
DMFT D (�± SD) 1,44± 0,51 3,98± 1,38 3,50± 2,23
4.3 AnalisisStatistik Perbedaan IMT antarakelompok DMFT tanpa
PUFA dankelompok PUFA
Hasil analisis statistik menggunakan uji Chi-square, pada kelompok orangDMFT ≤ 2 tanpa PUFA yang masuk dalam kategori kurus sebanyak 13 orang (12%), normal 70 (64,8%), gemuk 25 (23,1%). Pada kelompok orang DMFT > 2 tanpa PUFA yang masuk dalam kategori kurus sebanyak 15 orang (13,9%), normal 69 orang (63,9%), gemuk 24 orang (22,2%). Pada kelompok orang yang memiliki DMFT+PUFA yang masuk dalam kategori kurus 30 orang (27,8%), normal 56 orang (51,9%) gemuk 22 orang (20,4%). Hasil yang diperoleh terdapat perbedaan IMT yang signifikan antara ketiga kelompok (p<0,05) (Tabel 4).
Tabel 4. Perbedaan IMT antara kelompok DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA *p<0.05 = Uji statistik bermakna
4.4 Analisis Statistik Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok
PUFA dengan Rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) Kelompok orang Kurus
Pemeriksaan DMFT tanpa PUFA dibagi dalam kelompok yaitu kelompok yangmemiliki DMFT tanpa PUFA dan kelompok PUFA. Hasil analisis statistik menggunakan uji Spearman, kelompok DMFT tanpa PUFA tidak terdapat hubungan yang bermakna dengan IMT (p>0,05). Koefisien korelasi - artinya semakin tinggi DMFT maka IMT semakin rendah. Kelompok PUFA tidak terdapat hubungan yang bermakna (p>0,05). Koefisien korelasi - artinya semakin tinggi PUFA maka IMT semakin rendah (Tabel 5).
Tabel 5. Korelasi kelompok DMFT tanpa PUFA dan PUFA dengan IMT *p<0.05 = Uji statistik bermakna
4.5 Analisis Statistik Hubungan DMFT tanpa PUFA Berdasarkan Usia
Hasil analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis, tidak didapati hubungan yang
signifikan antara kelompok DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia (p>0,05). Kelompok DMFT tanpaPUFA dengan usia 12 tahun sebanyak 67 orangdengan rerata 2,82± 1,348, usia 13 tahun sebanyak 75 orang dengan rerata 2,84± 2,034, dan usia
14 tahun sebanyak 74 orang dengan rerata 3,04 ± 1,996 (Tabel 6).
Tabel 6. Hubungan DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia *p<0.05 = Uji statistik bermakna
Hasil analisis menggunakan uji Kruskal-Wallis, tidak didapati hubungan yang signifikan antara kelompok PUFA berdasarkan usia (p>0,05).Kelompok PUFA dengan usia 12 tahun sebanyak 40 orang dengan rerata PUFA 1,70± 1,01, usia 13 tahun sebanyak 37 orang dengan rerata 1,81 ± 1,07, dan usia 14 tahun sebanyak 31 orang dengan rerata 2 ± 0,89 (Tabel 7).
Tabel 7. Hubungan PUFA berdasarkan usia *p <0.05 = Uji statistik bermakna
4.7 AnalisisStatisikHubungan DMFT tanpa PUFA
BerdasarkanJenisKelamin
Hasil analisis menggunakan uji Mann-Whitney tidak didapati hubungan yang signifikan antara DMFT berdasarkan jenis kelamin (p>0,05). Kelompok DMFT orang laki-laki sebanyak 117 orang dengan rerata 3,03±2,078 dan perempuan sebanyak 99 orang dengan rerata 2,76± 1,478.
Tabel 8. Hubungan DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin
*p <0.05 = Uji statistik bermakna
4.8AnalisisStatisikHubungan PUFA BerdasarkanJenisKelamin
Hasil analisis menggunakan uji Mann-Whitney tidak didapati hubungan yang signifikan antara PUFA berdasarkan jenis kelamin (p>0,05). Kelompok PUFAoranglaki-laki sebanyak 54 orang dengan rerata PUFA 2±1,09dan perempuan sebanyak 54 orang dengan rerata PUFA 1,648±0,872.
Tabel 9. Hubungan PUFA berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n % Rerata PUFA ± SD p
Laki-laki Perempuan
54 54
50 50
2± 1,09 1,64±0,872
0,099
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian dilakukan di SMP kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan, subjek penelitian berjumlah 324 orang yang terdiri dari usia 12-14 tahun. Jumlah anak laki-laki 171 orang (52,8%), perempuan 153 orang (47,2%). Kelompok anak usia 12 tahun 107 orang (33%), usia 13 tahun 112 orang (34,6%), usia 14 tahun 105 orang (32,4%) (Tabel 2).
Data hasil penelitian diperoleh rerata pengalaman karies kelompok I adalah 1,51±0,50, kelompok II 4,29±1,59 dan kelompok III 4,08±2,30 dengan rerata PUFA 1,82±1,0 (Tabel 3). Data yang diperoleh anak dengan decay yang tinggi yaitu 1,44, 3,98, dan 3,50 karena kurangnya pengetahuan, motivasi dari orangtua terhadap kesehatan rongga mulut anak dan pola makan anak yang tidak teratur. Data dengan filling pada anak yang rendah karena minimnya kesadaran orangtua untuk melakukan perawatan gigi yang mengalami karies, dan anak tidak pernah mengeluh sakit gigi pada orangtua. Data penelitian Billy et al pada 71 anak usia 12-14 tahun didapat rerata DMFT anak tanpa PUFA 3,52; hasil ini tidak jauh berbeda dengan hasil yang didapat.29
Data penelitian pada anak kelompok PUFA, rerata karies mencapai Pulpa 1,69, Ulserasi 0,01, Fistula 0,04, dan Abses 0,06 , dengan rerata PUFA 1,82 ± 1,00 (Tabel 4). Rerata pengalaman karies mencapai pulpa mempunyai nilai yang paling besar disebabkan kurangnya perhatian orangtua dan anak untuk merawat gigi yang telah mengalami karies dini, sehingga motivasi dari orang tua sangat diperlukan agar anak dapat melakukan kontrol berkala ke dokter gigi apabila terdapat gigi yang mengalami karies untuk segera dilakukan penambalan sebagai bentuk pencegahan agar karies tidak berlanjut. Penelitian menurut Monse et al pada 50 anak didapat rerata PUFA 1; hasil yang didapat tidak berbeda jauh dengan peneliti.9
yang signifikan yaitu p<0,05. Kelompok DMFT ≤2 tanpa PUFA didapati anak yang termasuk dalam kategori kurus sebanyak 13 anak (12%), normal 70 anak (64,8%)dan gemuk25 anak (23,1%). Pada kelompok anak DMFT >2 tanpa PUFA anak yang termasuk kategori kurus 15 anak (13,9%), normal 69 anak (63,9%) dan gemuk 24 anak (22,2%). Pada kelompok anak yang memiliki PUFA didapat anak yang termasuk dalam kategori kurus sebanyak 30 anak (27,8%), normal 56 anak (51,9%), dan gemuk 22 anak (20,4%) (Tabel 4). Indeks massa tubuh dibawah normal terbesar terdapat pada kelompok III yaitu anak yang memiliki PUFA sebesar 27,8%, kelompok II sebesar 13,9% dan kelompok I 12% (Tabel 4). Hasil ini sesuai dengan peneltian Benzian et al bahwa anak dengan infeksi odontogenik (pufa/PUFA) memiliki resiko mengalami penurunan IMT. Hal ini mungkin disebabkan karena anak yang memiliki indeks PUFA akan merasakan rasa sakit sehingga asupan makanan berkurang karena anak tidak mau makan mengakibatkan penurunan berat badan, sulit tidur, kegiatan menjadi terbatas, mengurangi konsentrasi belajar, dan kualitas hidup.8.13
Data penelitian pada kelompok DMFT dengan indeks massa tubuh anak, dengan koefisien korelasinya -0,098 dan tidak terdapat hubungan yang bermakna (Tabel 5). Hasil ini sejalan dengan penelitian Tramini et albahwa tidak ada hubungan antara karies dengan indeks massa tubuh (IMT). Hubungan yang tidak signifikan dapat disebabkan oleh nutrisi anak, genetik, dan pola makan anak.10
Data penelitian pada kelompok PUFA dengan indeks massa tubuh anak, koefisien korelasi -0,167(Tabel 5) dan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara rerata PUFA dengan rerata IMT. Hasil penelitian sesejalan dengan penelitian Rohiniet al bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara PUFA dengan IMT dengan nilai p=0,499. Hal ini dapat terjadi karena anak yang memiliki PUFA sedikit. Rasa sakit yang dialami anak akibat karies yang tidak dirawat tidak hanya mempengaruhi IMT tetapi dapat disebabkan faktor nutrisi yang diperoleh anak berbeda-beda, faktor genetik anak, dan pola makan anak.11,13
menunjukkan bahwa rerata DMFT tanpa PUFA meningkat seiring bertambahnya usia anak yaitu usia 12 tahun rerata DMFT tanpa PUFA 2,82 ± 1,34, usia 13 tahun 2,84 ± 2,03, dan usia 14 tahun 3,04 ± 1,99. Hasil yang diperoleh sesuai dengan faktor
proses terjadinya karies yaitu waktu, semakin lama host (gigi) terpapar dengan lingkungan yang menyebabkan terjadinya karies, semakin tinggi untuk terkena karies. Usia yang semakin tinggi maka resiko untuk terkena karies juga tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Mohammed et al menunjukkan bahwa semakin bertambah usia maka rerata DMFT semakin meningkat.15
Data penelitian yang diperoleh tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara PUFA dengan usia. Kemungkinan hal ini terjadi karena anak pada usia 12-14 tahun memiliki tingkat pemahaman terhadap kesehatan gigi dan mulut hampir sama sehingga sikap dan perilaku dalam menjaga kebersihan dan kesehatan rongga mulut tidak mempunyai banyak perbedaan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 KESIMPULAN
Pada penelitian ini diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Kelompok anak yang memiliki karies dengan keterlibatan pulpa lebih beresiko memiliki indeks massa tubuh yang rendah dibandingkan dengan kelompok anak yang memiliki karies tanpa keterlibatan pulpa, tetapi semakin banyak karies tanpa keterlibatan pulpa akan tetap memengaruhi indeks massa tubuh anak.
2. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara DMFT tanpa PUFA dengan IMT (p=0,152). Korelasi antara rerata DMFT tanpa PUFA dengan rerata IMT sebesar (-0,098).
3. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara PUFA dengan IMT (p=0,084). Korelasi antara rerata pufa dengan rerata IMT sebesar (0,167). 4. Usia 14 tahun memiliki rerata DMFT tanpa PUFA yang lebih tinggi
dibanding usia 12 dan 13 tahun.
5. Usia 14 tahun memiliki rerata PUFA lebih tinggi dibandingkan usia 12 dan 13 tahun.
6. Anak laki-laki memiliki rerata DMFT tanpa PUFA yang lebih tinggi dibanding anak perempuan.
7. Anak laki-laki memiliki rerata PUFA yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan
6.2 SARAN
1. Diharapkan peran orangtua dalam memotivasi anak untuk meningkatkan kebersihan rongga mulut dan melakukan kontol berkala ke dokter gigi untuk melakukan pemeriksaan rutin.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karies Gigi
Karies merupakan suatu penyakit pada jaringan keras gigi yaitu enamel, dentin, dan sementum yang disebabkan aktivitas jasad renik yang ada dalam suatu karbohidrat yang diragikan. Proses karies ditandai dengan terjadinya demineralisasi pada jaringan keras gigi, diikuti dengan kerusakan bahan organiknya. Invasi bakteri dan kerusakan pada jaringan pulpa, penyebaran infeksi ke jaringan periapikal dan menimbulkan rasa nyeri disebabkan karena terjadinya demineralisasi jaringan keras gigi.2
Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (2013), indeks DMF-T (Decayed, Missing, Filling, dan Tooth) di Indonesia sebesar 4,6 yang berarti kerusakan gigi
penduduk Indonesia 460 gigi per 100 orang dan termasuk dalam kategori tinggi. Indeks DMF-T pada laki-laki 4,1 dan pada perempuan adalah 4,9. Hasil Riskesdas tahun 2013 berdasarkan kategori karakteristik kelompok usia 12-14 tahun memiliki indeks DMF-T sebesar 1,4 termasuk kategori rendah.4
Karies yang merupakan salah satu penyakit gigi dapat mengakibatkan stress sehingga dapat menciptakan kecemasan, nyeri dan ketakutan.3 Penelitian lain juga menyatakan bahwa karies yang tidak dirawat yang telah mengenai pulpa dapat menyebabkan anak kurang tidur, mengakibatkan rasa sakit dan ketidaknyamanan.13
(UKGS), sehingga usia 12 tahun ditetapkan sebagai pemantauan global untuk karies gigi.5,14,15
2.2 Etiologi Karies
Karies gigi disebabkan oleh kerusakan gigi oleh asam yang dihasilkan dari peragian karbohidrat oleh bakteri dalam mulut. Proses terjadinya karies dimulai dengan adanya plak pada permukaan gigi. Plak gigi memegang peranan penting dalam menyebabkan terjadinya karies, merupakan suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.16 Plak gigi merupakan produk dari bakteri Streptococcus mutans dan sisa-sisa makanan yang mengandung karbohidrat yang mudah terfermentasi.17Bakteri endogen (Streptococcus mutans, Streptococcus sobrinusdan Lactobacillus sp.) dalam biofilm memproduksi
asam organik lemah sebagai hasil metabolisme karbohidrat yang dapat difermentasi. Asam ini menyebabkan pH lokal turun hingga dibawah ambang kritis (pH5,5) sehingga terjadilah demineralisasi jaringan gigi, penelitian Streptococcus mutans berperan dalam permulaan (initition) terjadinya karies gigi, sedangkan Lactobacillus sp, berperan pada proses perkembangan dan kelanjutan karies.18,20
Gambar 1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial yang disebabkan faktor host agen, substrat, dan waktu2
a.Faktor host atau tuan rumah
Faktor yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan rumah terhadap karies yaitu faktor morfologi gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel, faktor kimia dan kristalografis. Pit dan fisur pada gigi posterior rentan terhadap karies karena sisa makanan mudah menumpuk terutama pit dan fisur yang dalam, permukaan gigi yang kasar dapat menyebabkan plak mudah melekat dan membantu perkembangan karies gigi.2
b.Faktor agen atau mikroorganisme
terjadi tanpa adanya mikroorganisme sedangkan Loesche menyatakan bahwa bakteri Streptococcus mutansyang bersifat asidurik merupakan bakteri utama yang dapat
menyebabkan karies gigi.20 c.Faktor substrat atau diet
Faktor substrat mempengaruhi pembentukan plak karena membantu perkembangbiakan dan kolonisasi mikroorganisme pada permukaan enamel, selain itu dapat memproduksi asam yang menyebabkan timbulnya karies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa banyak mengonsumsi karbohidrat terutama sukrosa cenderung mengalami kerusakan gigi.2
d.Faktor Waktu
Karies dianggap sebagai penyakit kronis pada manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun. Lamanya waktu yang dibutuhkan karies untuk berkembang menjadi suatu kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.2
2.3 Faktor Resiko Karies
Adanya hubungan sebab akibat terjadinya karies sering diidentifikasi sebagai faktor resiko karies.Beberapa faktor yang dianggap sebagai faktor resiko adalah pengalaman karies, penggunaan fluor, oral higiene, jumlah bakteri, saliva, dan pola makan, usia, jenis kelamin, sosial ekonomi.2
Faktor resiko yang mempengaruhi terjadinya karies gigi: a.Usia
Penelitian epidemiologis menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi karies sejalan dengan bertambahnya usia.2Data penelitian menurut Mohammed Al-Darwishet al pada sampel penelitian 2113 orang usia 12-14 tahun menunjukkan bahwa indeks rata-rata DMFT untuk anak usia 12 tahun adalah 4,62, 4,79 pada usia anak 13 tahun, sedangkan pada anak usia 14 tahun indeks rata-rata DMFT 5,5.15
b.Jenis kelamin
laki-laki.2 Persentase karies gigi pada anak perempuan lebih tinggi dibandingkan dengan anak laki-laki. Fujita et al menyatakan bahwa usia 12 tahun merupakan masa peralihan dari anak-anak menjadi remaja yang mengakibatkan peningkatan karies pada anak perempuan karena dipengaruhi erupsi gigi yang cepat serta perubahan hormonal.5
2.4 Indeks Pemeriksaan terhadap Karies
Indeks karies adalah ukuran yang dinyatakan dengan angka dari keadaan golongan terhadap suatu penyakit gigi tertentu. Indeks dapat digunakan untuk mengukur derajat keparahan suatu penyakit gigi tertentu.2Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013, berdasarkan kategori karakteristik kelompok usia 12-14 tahun memiliki indeks DMF-T sebesar 1,4 dan termasuk kategori rendah. Kriteria dalam perhitungan DMF-T menurut WHO sebagai berikut; 1) nilai rata-rata 0,0 – 1,1 termasuk dalam kategori sangat rendah; 2) nilai rata-rata 1,2 – 2,6 termasuk dalam kategori rendah; 3) nilai rata-rata 2,7 – 4,4 termasuk dalam kategori sedang; 4) nilai rata-rata 4,5 – 6,5 termasuk dalam kategori tinggi; 5) nilai rata-rata >6,6 termasuk dalam kategori sangat tinggi.5
2.4.1 Indeks DMFT
Indeks diperkenalkan oleh Klein H, Palmer CE, Knutson JW.3 Indeks ini mudah digunakan, valid dan dapat dipercaya sehingga masih dipakai untuk mengukur dan membandingkan prevalensi karies pada populasi di seluruh dunia.Cara perhitungan Indeks DMFT:
1.Pada kolom yang tersedia langsung diisi kode D (gigi yang karies), M (gigi yang hilang),dan F (gigi yang ditumpat) dan kemudian dijumlahkan.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan saat pemberian kode:
1.Semua gigi yang mengalami karies dimasukkan ke dalam kategori D.
2.Karies sekunder pada gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori D.
3.Gigi dengan tumpatan sementara dimasukkan dalam kategori D.
4.Semua gigi yang hilang atau dicabut karena karies dimasukkan dalam kategori M.
5.Semua gigi dengan tumpatan permanen dimasukkan dalam kategori F.
6.Pencabutan selama masa pergantian gigi geligi atau disebabkan selain karies tidak diperhitungkan dalam kategori apapun.2,21
2.4.2 Indeks PUFA
Indeks PUFA merupakan indeks yang digunakan untuk menilai keadaan rongga mulut karena karies yang tidak dirawat sehingga dapat meluas mencapai pulpa. Indeks PUFA dicatat secara terpisah dari indeks DMFT dan adanya keterlibatan pulpa, ulserasi pada rongga mulut yang disebabkan oleh ujung akar yang tajam, fistula dan abses.11
Monse pada tahun 2010 memperkenalkan indeks baru untuk mendeteksi dampak karies yang tidak terawat yakni indeks PUFA. PUFA berkaitan dengan jenis pulpa dan infeksi jaringan sekitarnya.8
Kode dan kriteria untuk indeks PUFA adalah
P: Keterlibatan pulpa dimulai pada saat pembukaan ruang pulpa terlihat atau ketika struktur gigi koronal telah hancur oleh proses karies dan hanya akar atau fragmen akar yang tersisa.
U: Ulserasi yang disebabkan oleh trauma dari bagian-bagian tajam dari gigi apabila tepi gigi yang tajam mengalami dislokasi dengan keterlibatan pulpa atau fragmen akar telah menyebabkan traumatik ulser dari jaringan lunak di sekitarnya
A: Abses dinilai ketika pus mengalami pembengkakan pada gigi dengan keterlibatan terhadap pulpa.9
Cara perhitungan indeks PUFA:
1.Hanya satu nilai diberikan untuk satu gigi, penilaian indeks PUFA didasarkan hanya pada pemeriksaan visual alat yang minimal kaca mulut dan senter (Gambar 2). 2.Hitung berapa banyak gigi dalam kelompok kode tertentu.
3.Jumlahkan semua kode.9
2.5 Akibat Karies yang Tidak Dirawat
Karies yang merupakan salah satu penyakit gigi dapat mengakibatkan stress sehingga dapat menciptakan kecemasan, nyeri dan ketakutan.3 Karies yang tidak dirawatmenurut Sheihamakan mempengaruhi kualitas hidup anak-anak karena dapat menimbulkan rasa sakit, ketidaknyamanan, profil wajah yang tidak harmonis, infeksi akut serta kronis, gangguan makan dan tidur.
Penelitian menurut Baginska et al menyatakan bahwa karies yang tidak dirawat dapat mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup seseorang yang menyebabkan sulit tidur dan makan serta menurunnya indeks massa tubuh.8 Karies yang tidak dirawat juga dapat mengakibatkan asupan makanan berkurang,pertumbuhan dan perkembangan anak karena kegiatan menjadi terbatas, mengurangi tidur, mengurangi konsentrasi, dan sebagainya; dan infeksi odontogenik dapat mengakibatkan pelepasan sitokin yang mungkin berdampak pada pertumbuhan, dan merusak sistem kekebalan tubuh.6,13
2.6 Indeks Massa Tubuh (IMT)
IMT adalah alat ukur yang digunakan untuk mendefenisikan status berat badan anak, remaja, dan dewasa. Interpretasi IMT tergantung pada usia dan jenis kelamin anak, karena anak laki-laki dan perempuan memiliki lemak tubuh yang berbeda. IMT pada anak berubah sesuai usia dan peningkatan panjang dan berat badan.22
Perhitungan nilai IMT dapat diperoleh sebagai berikut:22 IMT= BB (kg )
TB ×TB (m2)
Tabel 1. Kategori Indeks Massa Tubuhmenurut usia 5-18 tahun23
2.7 Hubungan antara Indeks PUFA dengan Indeks Massa Tubuh
Karies yang tidak dirawat menyebabkan terganggunya kualitas hidup anak. Karies yang tidak dirawat juga dapat mengakibatkan rasa sakit, ketidaknyamanan, asupan makanan berkurang,mengurangi kualitas hidup mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak melalui keterbatasan dalam pergerakan.13
Data penelitian menurut Benzian et al tahun 2011 pada sampel penelitian 1951 orang anak usia 11-13 tahun di Filipina menunjukkan bahwa indeks PUFA lebih tinggi pada IMT dibawah normaldaripada normal dengan prevalensi karies 82,3% dan prevalensi infeksi odontogenik 55,7%.10Penelitian menurut Dua R et al pada anak berusia 4-14 tahun di India menunjukkan bahwa anak- anak dengan status ekonomi menengah lebih tinggi rata-rata PUFA dibandingkan dengan anak lainnya.13
badan dibawah normal 60% dan diatas normal 78,1% dengan prevalensi karies 79,5%.10
Data penelitian menurut Fotedar et al sampel penelitian 1011 orang anak usia 12-15 tahun di India anak IMT dibawah normal memiliki rerata pengalaman karies lebih tinggi dibandingkan berat badan normal dan diatas normal. Rerata Pengalaman karies anak IMT dibawah normal 0,7143, berat badan normal 0,7033, dan diatas normal 0,607.24
Penelitian menurut Thippeswamy et al di India pada 475 sampel anak usia 13-15 tahun, rerata DMFT 1,66 pada anak IMT dibawah normal, 2,56 pada berat badan diatas normal, dan 3,75 pada obesitas.25 Penelitian menurut Willershausen et al (2004) semakin tinggi IMT, semakin tinggi indeks DMFT yang disebabkan oleh faktor diet anak, prevalensi karies 63%.10,26
Data penelitian menurut Gerdin et alpada 2303 sampel anak usia 4-12 tahun, prevalensi karies pada anak usia 12 tahun 32% dengan rerata indeks DMFT 2,1. Penelitian menurut Martinez et alpada 649 sampel anak usia 8-13 tahun karies berhubungan dengan berat badan, prevalensi karies berat badan normal 41,77%.10
Penelitian menurut Tramini et al pada anak usia 12 tahun di Paris, tidak ada hubungan antara karies dengan IMT. Rerata Pengalaman karies pada anak IMT dibawah normal 0,73, berat badan normal 1,47, dan diatas normal 1,58. Karies dapat disebabkan oleh konsumsi gula dan konsumsi minuman ringan yang tinggi. 10
2.8 Kerangka Teori
Indeks Karies Dampak
2.9 Kerangka Konsep
1.Jenis Kelamin a.Laki-Laki b.Perempuan 2.Usia a.12 tahun b.13 tahun c.14 tahun
DMFT+PUFA DMFT ≤ 2 tanpa
PUFA
DMFT >2 tanpa PUFA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut merupakan salah satu upaya meningkatkan kesehatan, salah satu penyebab seseorang mengabaikan masalah kesehatan gigi dan mulutnya adalah faktor pengetahuan tentang kebersihan gigi dan mulut yang kurang. Masalah kesehatan gigi dan mulut seperti karies, gingivitis, radang dan stomatitis pada kelompok usia sekolah menjadi perhatian yang penting dalam pembangunan kesehatan salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok usia sekolah dari gangguan kesehatan gigi dan mulut, hal ini dilandasi oleh kurangnya pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya pemeliharaan gigi dan mulut.1
Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit tertinggi keenam yang dikeluhkan masyarakat Indonesia (SKRT 2001) dan menempati peringkat keempat penyakit termahal dalam pengobatan termasuk karies dan penyakit periodontal merupakan masalah yang cukup tinggi (60%) yang dikeluhkan oleh masyarakat.2,3 Data Riset Kesehatan Dasar 2013 persentase penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir berdasarkan hasil wawancara sebesar 25,9 persen, diantaranya terdapat 31,1 persen yang menerima perawatan dan pengobatan dari tenaga medis gigi (perawat gigi, dokter gigi atau dokter gigi spesialis), sementara 68,9 persen lainnya tidak dilakukan perawatan.4
tahun.Indonesia sebagai salah satu wilayah di Asia Tenggara, indeks karies 2,2 untuk kelompok usia yang sama. Indeks karies di negara berkembang lainnya 1,2 sedangkan indeks target WHO untuk tahun 2010 adalah 1,0.2
Karies gigi sangat umum terjadi pada anak apabila tidak dirawat maka akan berdampak pada kesehatan umum, pertumbuhan, dan kualitas hidup.6 Rasa sakit akibat karies dapat mengurangi aktivitas mengunyah karena adanya ketidaknyamanan, sehingga tidak semua jenis makanan dapat dikonsumsi, perubahan dalam makanan menjadi bersifat cairan atau semi cair, sehingga mengurangi asupan kalori dan berat badan.7
Karies yang tidak dirawat dapat menyebabkan pulpitis, ulserasi, fistula, dan abses. Indeks PUFA digunakan untuk menilai kondisi rongga mulut akibat dari karies yang tidak dirawatdan berkaitan dengan infeksi jaringan sekitarnya. Indeks PUFA pada gigi permanen dan indeks pufa untuk gigi desidui.8,9
Penelitian menurut Benzian et al pada anak usia 11-13 tahun menunjukkan bahwa karies lebih tinggiterjadi pada anak IMT dibawah normal dibandingkan anak dengan normal.Penelitian menurut Merrilyn et al (2012), mengumpulkan data dari penelitian-penelitian sebelumnya pada sampel usia 0 sampai 18 tahun, dari 2004 sampai 2011;hasil penelitian diperoleh 17data yang menunjukkan karies gigiberpengaruh terhadapIndeks Massa Tubuh (IMT),9 data bahwa karies gigi berpengaruh pada IMT yang rendah, dan 23 data dari 48tidak ada hubungan antara karies gigi dengan IMT.10
Penelitian menurut Monse et al menunjukkan bahwa prevalensi indeksPUFA pada anak 12 tahun adalah 50% sedangkan rata- rata jumlah gigi yang terkena dengan indeks PUFA pada anak usia 12 tahun adalah 1,3.9Penelitian menurut Benzian et al prevalensi indeks PUFA pada anak 11-13 tahun adalah 55,7%dan penelitian Jain et al menunjukkan indeks rata- rata pufa 1,17 pada usia 9-12 tahun sedangkan pada anak 13-16 tahunindeks rata-rata PUFA adalah 0,46.11,12
mempunyai IMT dibawah normal dan 1% mempunyai IMT diatas normal.10 Hasil penelitian Dua R et al pada anak usia 4-14 tahun menunjukkan anak pada kategori IMT dibawah normal memiliki indeks rata-rata PUFA/pufa yang lebih tinggi dibandingkan dengan anak pada kategori normal dan obesitas yakni 2,15 pada anak IMT dibawah normal; pada anak normal 2,1 dan pada anak obesitas 2,0.13
Dari uraian diatas peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan antara karies dengan IMT dan hubungan antara karies yang tidak dirawat dengan IMT pada anak usia 12-14 tahun Kecamatan Medan Timur dan Tuntungan.
1.2 Rumusan Masalah
Umum:
1. Apakah ada perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) antara dua kelompok anak usia 12-14 tahunyang memiliki DMFT tanpa PUFA dengan kelompok yang memiliki PUFA di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan?
2. Bagaimana korelasi rerata indeks DMFT tanpa PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan?
3. Bagaimana korelasi rerata indeks PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan?
Khusus:
1.Apakah ada perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan?
2.Apakah ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan?
3.Apakah ada perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan?
1.3 Tujuan Penelitian
Umum :
1. Mengetahui perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) antara dua kelompok anak usia 12-14 tahun yang memiliki DMFT tanpa PUFA dengan kelompok yang memiliki PUFA di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
2. Mengetahui korelasi rerata indeks DMFT tanpa PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
3. Mengetahui korelasi rerata indeks PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
Khusus :
1. Mengetahui perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
2. Mengetahui perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
3. Mengetahui perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
4. Mengetahui perbedaan indeks PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
1.4 Hipotesis Penelitian
Mayor:
1.Ada perbedaan Indeks Massa Tubuh (IMT) antara dua kelompok anak usia 12-14 yang memiliki DMFT tanpa PUFA dengan kelompok yang memiliki PUFA di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
Timur dan Medan Tuntungan.
3. Ada korelasi antara rerata indeks PUFA dengan rerata Indeks Massa Tubuh (IMT) pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
Minor:
1. Ada perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan usia pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
2. Ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan usia pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
3.Ada perbedaan indeks DMFT tanpa PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
4.Ada perbedaan indeks PUFA berdasarkan jenis kelamin pada murid sekolah usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
1.5 Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Memberikan informasi untuk orangtua, guru sekolah, dan anak bahwa terdapat hubungan antara indeks DMFT dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) pada anak usia 12-14 tahun sehingga anak dapat termotivasi untuk meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.
2. Bagi pengelola program kesehatan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar bagi program pelayanan kesehatan gigi dan mulut anak untuk meningkatkan pelayanan kesehatan anak usia 12-14 tahun.
3. Bagi peneliti
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2016
Yuris Saragih
Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh(IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan. x + 41 halaman
Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut di negara maju maupun negara berkembang. Karies gigi yang terjadi pada anak-anak terutama di Indonesia akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak apabila tidak dirawat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara DMFT tanpa PUFA dan PUFA terhadap IMT pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah besar sampel penelitian 324 orang yang diambil dengan menggunakan teknik multistage random sampling. Metode pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan rongga mulut menggunakan indeks Klein dan indeks PUFA, serta melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak untuk mengetahui indeks massa tubuh, hasil yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria KEMENKES RI tahun 2010. Uji analisis yang dilakukan adalah Chi-square dan korelasi Spearman.
DMFT > 2 tanpa PUFA, dan kelompok PUFA (p=0,027). Pada penelitian dengan uji Spearman, tidak terdapat hubungan antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata
indeks PUFA (p = 0,084) dengan korelasi yang sangat lemah (-0,167), dan tidak terdapat hubungan antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata indeks DMFT (p = 0,152) dan tidak ada korelasi (-0,098).
Kesimpulan pada penelitian ini, anak yang memiliki karies dengan keterlibatan pulpa lebih beresiko memiliki indeks massa tubuh yang rendah dibandingkan dengan anak yang memiliki karies tanpa keterlibatan pulpa
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh : Yuris E F Saragih
120600132 Pembimbing : Yati Roesnawi, drg
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2016
HUBUNGAN PENGALAMAN KARIES DAN PUFA DENGAN
INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK USIA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Kedokteran Gigi Anak Tahun 2016
Yuris Saragih
Hubungan Pengalaman Karies dan PUFA dengan Indeks Massa Tubuh(IMT) pada Anak Usia 12-14 Tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan. x + 41 halaman
Karies merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut di negara maju maupun negara berkembang. Karies gigi yang terjadi pada anak-anak terutama di Indonesia akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak apabila tidak dirawat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara DMFT tanpa PUFA dan PUFA terhadap IMT pada anak usia 12-14 tahun di Kecamatan Medan Timur dan Medan Tuntungan.
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Jumlah besar sampel penelitian 324 orang yang diambil dengan menggunakan teknik multistage random sampling. Metode pengumpulan data dengan melakukan pemeriksaan rongga mulut menggunakan indeks Klein dan indeks PUFA, serta melakukan pengukuran tinggi badan dan berat badan anak untuk mengetahui indeks massa tubuh, hasil yang diperoleh disesuaikan dengan kriteria KEMENKES RI tahun 2010. Uji analisis yang dilakukan adalah Chi-square dan korelasi Spearman.
DMFT > 2 tanpa PUFA, dan kelompok PUFA (p=0,027). Pada penelitian dengan uji Spearman, tidak terdapat hubungan antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata
indeks PUFA (p = 0,084) dengan korelasi yang sangat lemah (-0,167), dan tidak terdapat hubungan antara rerata indeks massa tubuh dengan rerata indeks DMFT (p = 0,152) dan tidak ada korelasi (-0,098).
Kesimpulan pada penelitian ini, anak yang memiliki karies dengan keterlibatan pulpa lebih beresiko memiliki indeks massa tubuh yang rendah dibandingkan dengan anak yang memiliki karies tanpa keterlibatan pulpa
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 8 April 2016
Pembimbing: Tanda tangan
1.Yati Roesnawi, drg
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji pada tanggal 8 April 2016
TIM PENGUJI
KETUA : Essie Octiara, drg., Sp. KGA Anggota : 1. Siti Salmiah, drg., Sp. KGA
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa skripsi ini selesai disusun sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-besar nya kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Prof. dr. Sutomo Kasiman, SpPD., SpJP (K) selaku Ketua Komisi Etik Penelitian Bidang Kesehatan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3. Yati Roesnawi, drg selaku Ketua Departemen Ilmu Kedokteran Gigi Anak Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan dosen pembimbing atas keluangan waktu, saran, dukungan, dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
4. Essie Octiara, drg., Sp. KGA selaku ketua penguji atas keluangan waktu, saran, dukungan, dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
5. Siti Salmiah, drg., Sp. KGA selaku dosen penguji atas keluangan waktu, saran, dukungan, dan bantuan kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
6. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kedokteran Gigi anak FKG-USU yang telah memberikan ilmu dan bimbingan.
7. Zulfi Amalia, drg selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan dorongan kepada penulis selama menjalani program akademik.
Tinggi Sumatera Utara, SMP N 37 Medan, SMP Puteri Sion, SMP Darul Hikmah yang telah memberikan izin untuk penelitian
Rasa hormat dan terima kasih kepada orang tua penulis, ayah Jon Sarman Saragih , SH. MHum dan ibu Rosmani Sianipar, SH, kakak penulis Nancy, adik penulis Daniel atas segala kasih sayang, doa, bimbingan semangat, serta dukungan baik moril maupun materil yang selama ini diberikan kepada penulis.
Sahabat-sahabat tersayang penulis, Nevi, Anjelina, Olda, Kak Ruth, Sherly, Jenny, Chyntia, Nancy, Fheby, Ruth, Hartati, Dona, Devi, Shinta, Regina, Windi, Deandini, Lungguk, Yeyen, Ikhtarina, Esy, Bendvry serta teman-teman stambuk 2012 lainnya yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas bantuan dan motivasi selama penulis melakukan penelitian dan menulis skripsi ini.
Penulis menyadari masih terdapat kekurangan didalam penulisan skripsi dan penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik. Akhirnya penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 8 April 2016 Penulis,
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL... HALAMAN PERSETUJUAN...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………...
KATA PENGANTAR……….. iv
DAFTAR ISI... vi
DAFTAR GAMBAR... viii
DAFTAR TABEL... ix
DAFTAR LAMPIRAN... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 3
1.3 Tujuan Penelitian... 4
1.3.1 Tujuan Umum... 4
1.3.2 Tujuan Khusus... 4
1.4 Hipotesis... 4
1.5 Manfaat Penelitian... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi... 6
2.2 Etiologi Karies... 7
2.2.1 Faktor Host atau Tuan Rumah... 8
2.2.2 Faktor Agen atau Mikroorganisme... 8
2.2.3 Faktor Substrat atau Diet... 9
2.5 Akibat Karies yang Tidak Dirawat... 13
2.6 Indeks Massa Tubuh(IMT)... 13
2.7Hubungan antaraIndeks PUFAdenganIndeks Massa Tubuh... 14
2.8 Kerangka Teori...16
2.9 Kerangka Konsep... 17
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 18
BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian ………... 28
4.7 Analisis Statistik Hubungan DMFT tanpa PUFA berdasarkan Jenis Kelamin ………... 31
4.8 Analisis Statistik Hubungan PUFA berdasarkan Jenis Kelamin…... 31
BAB 5 PEMBAHASAN………. 33
BAB 6 Kesimpulan dan Saran 6.1 Kesimpulan………. 37
6.2 Saran……… 38
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Skema yang menunjukkan karies sebagai penyakit multifaktorial…. yang disebabkan faktor host agen, substrat, dan waktu... 8
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Kategori Indeks Massa Tubuhmenurut Usia 5-18 tahun……… 14
2. Karakteristik Subjek Penelitian……… 27
3. Status Karies Kelompok DMFT tanpa PUFA dan PUFA……….. 27
4. Perbedaan IMT antara Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA………... 28
5. Korelasi Kelompok DMFT tanpa PUFA dan Kelompok PUFA dengan IMT……….. 29
6. Hubungan DMFT tanpa PUFA berdasarkan Usia……….. 29
7. Hubungan PUFA berdasarkan Usia………. 30
8. Hubungan DMFT tanpa PUFA berdasarkan Jenis Kelamin………. 30
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Standar Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur anak laki-laki usia 12-14 tahun
2. Standar Indeks Massa Tubuh (IMT) menurut umur anak perempuan usia 12-14 tahun
3. Lembar pemeriksaan
4. Lembar penjelasan kepada orang tua/wali subjek penelitian 5. Surat penyataan kesediaan menjadi subjek penelitian 6. Health Research Etchical Committee
7. Surat Keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SMP Adhyaksa Kejaksaan Tinggi
8. Surat Keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SMP NEGERI 37 Medan
9. Surat Keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SMP Puteri Sion
10. Surat Keterangan pelaksanaan penelitian dari Kepala Sekolah SMP Darul Hikmah
11. Data hasil penelitian