• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Pada Proyek Pembangunan Gedung (Studi Kasus: Siloam Hospital Di Jln. Imam Bonjol Medan)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (Smk3) Pada Proyek Pembangunan Gedung (Studi Kasus: Siloam Hospital Di Jln. Imam Bonjol Medan)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

(Studi Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol Medan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas - Tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil

Disusun oleh :

SHERLY MEYKLYA SEMBIRING 09 0424 066

BIDANG STUDI STRUKTUR

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI

DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN

KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA

PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG

(Studi Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol Medan)

TUGAS AKHIR

Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat untuk Menempuh Ujian Sarjana Teknik Sipil NIP : 19611231 198111 1 001

(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena

atas berkat dan rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan tugas akhir ini

dengan baik. Adapun judul tugas akhir ini adalah:

EVALUASI PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (SMK3) PADA PROYEK

PEMBANGUNAN GEDUNG

(Studi Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam Bonjol Medan)

Tugas akhir ini disusun untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi

syarat untuk menempuh ujian sarjana ekstensi pada Fakultas Teknik Departemen

Teknik Sipil Universiatas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan tugas akhir ini penulis banyak mendapat bimbingan,

bantuan dan dorongan moril serta spiritual dari berbagai pihak sehingga dapat

menyelesaikan tugas akhir ini. Untuk itu, dengan kerendahan hati dan rasa hormat

penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. DR. Ing. Johannes Tarigan, selaku Ketua Departemen Teknik Sipil

Fakultas Teknik Universiatas Sumatera Utara.

2. Bapak Ir. Syahrizal, MT, selaku Dosen Pembimbing dan Sekretaris Departemen

Teknik Sipil Fakultas Teknik Universiatas Sumatera Utara.

3. Bapak Ir. Zulkarnain A. Muis, M.Eng.Sc, selaku Dosen Penguji dan Koordinator

PPSE Ketua Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik Universiatas Sumatera

Utara.

4. Bapak Yusandy Aswad, ST, MT, selaku Dosen Penguji Departemen Teknik

(4)

5. Bapak dan Ibu staff pengajar Departemen Teknik Sipil yang telah membimbing

dan mendidik penulis dalam penyusunan tugas akhir ini.

6. Pegawai administrasi Departemen Teknik Sipil Universiatas Sumatera Utara.

7. Bapak Ronald Sembiring, ST, selaku SHEO kontrak PP (Persero).

8. Bapak Drs. Ir. Tagor MR Simatupang, M.Hum, selaku Ketua A2K4 Wilayah

Propinsi Sumatera Utara.

9. Ayahanda tercinta Mehamat Sembiring dan Ibunda tercinta Kelan Surbakti yang

sangat mendukung baik dalam dorongan moral maupun material.

10.Seluruh sahabat mahasiswa stambuk ‟09 ekstensi dan rekan-rekan lainnya yang

turut berperan serta dalam penyelesaian tugas akhir ini.

Penulis menyadari bahwa tugas akhir ini masih belum sempurna, namun

diharapkan semoga dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi

pengembangan dalam bidang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

Medan, Desember 2013

Penulis

(5)

ABSTRAK

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dan mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek tersebut.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan hasil penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 9 responden untuk pekerja dan 9 responden untuk pegawai/staff manajemen yang berdasarkan 5 kriteria dalam SMK3 yang masing-masing memiliki elemen. Setiap elemen diberi nilai yang apabila „ya‟ bernilai (+1) dan „tidak‟ bernilai (0). Nilai tersebut menghasilkan frekuensi dan persentase yang menyimpulkan keberhasilan penerapan SMK3 di proyek tersebut.

Penelitian ini menghasilkan hasil evaluasi untuk nilai tingkat keberhasilan penerapan SMK3 di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dengan perincian; Kebijakan K3 (92.19%), Perencanaan (87.54%), Penerapan dan Operasi Kegiatan (91.05%), Evaluasi (92%) dan Tinjauan Manajemen (96.29%). Maka diperoleh total penerapan SMK3 sebesar 91.81 % yang tergolong dalam kategori nomor 3 yaitu tingkat pencapaian 85-100% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera emas.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

ABSTRAK ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR NOTASI ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 4

1.3. Tujuan Penelitian ... 4

1.4. Manfaat Penelitian ... 4

1.5. Batasan Maasalah ... 5

1.6. Metode Pengumpulan Data ... 5

1.7 Sistematika Penulisan ... ………..6

BAB II LANDASAN TEORI………. .8

2.1. Umum ... 8

2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ... 8

2.2.1. Keselamatan Kerja ... 9

2.2.2. Kesehatan Kerja... 10

2.3. Tujuan Penerapan K3 ... 11

2.4. Kecelakaan Kerja ... 11

(7)

2.6. Defenisi SMK3 ... 14

2.7. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan ... 17

2.8. Acuan/Elemen-Elemen Penerapan SMK3 ... 20

2.8.1. Komitmen dan Kebijakan K3 ... 20

2.8.2. Perencanaan ... 21

2.8.2.1. Perencanaan IBPR ... 22

2.8.2.2. Pemenuhan UU dan Persyaratan Lainnya ... 23

2.8.2.3. Sasaran dan Program K3 ... 26

2.8.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan ... 27

2.8.3.1. Sumber Daya, S. Organisasi, Pertanggungjawaban ... 27

2.8.3.2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian ... 28

2.8.3.2. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultansi ... 29

2.8.4. Evaluasi/Pemeriksaan ... 32

2.8.4.1. Pengukuran dan Pemantauan ... 33

2.8.4.2. Evaluasi dan Kepatuhan ... 33

2.8.4.3. Penyelidikan Insiden, dan Pencegahan ... 34

2.8.4.4. Pengendalian Rekaman ... 35

2.8.4.5. Audit Internal ... 35

2.8.5. Tinjauan Manajemen... 36

2.9. Pengendalian Resiko ... 38

2.10. Program Kerja K3... 39

2.11. Perlengkapan dan Peralatan K3 ... 42

2.12. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 48

2.11.1. Teknik Pengumpulan Data ... 48

(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN …...………...…… .54

3.1. Uraian Umum ... 54

3.2. Lokasi Penelitian ... 55

3.3. Tahap dan Prosedur Penelitian ... 55

3.4. Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 56

3.4.1. Teknik Pengumpulan Data ... 56

3.4.2. Teknik Pengolahan Data ... 14

3.5. Hasil Analisis Data ... 58

3.6. Bagan Alir Metodologi Penelitian ... 60

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN…...…….………...62

4.1. Umum ... 62

4.2. Profil Perusahaan ... 63

4.2.1. Deskripsi Proyek ... 63

4.2.2. Data Teknis Proyek ... 63

4.2.3. Lokasi Proyek ... 64

4.3. Visi dan Misi Perusahaaan ... 64

4.4. Pelaksanaan Penerapan SMK3 Proyek Siloam Hospital ... 65

4.4.1. Komitmen dan Kebijakan Perusahaan K3 ... 65

4.4.2. Perencanaan (Safety Plan) Perusahaan ... 66

4.4.2.1. Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko ... 66

4.4.2.2. Pemenuhan Undang-undang K3 ... 68

4.4.2.3. Sasaran dan Program Kerja K3 ... 70

4.4.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan ... 73

(9)

4.4.3.2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian ... 14

4.4.3.3. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultansi ... 75

4.4.4. Pengukuran dan Evaluasi ... 79

4.4.4.1. Audit Internal ... 79

4.4.5. Tinjauan Manajemen... 80

4.5. Keberhasilan Penerapan SMK3 Proyek Siloam Hospital ... 81

4.5.1. Evaluasi Penerapan SMK3 untuk Para Pekerja ... 82

4.5.1.1. Kebijakan K3 ... 82

4.5.1.2. Perencanaan ... 83

4.5.1.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan ... 84

4.5.2. Jumlah Frekuensi untuk Pekerja ... 86

4.5.3. Evaluasi Penerapan SMK3 untuk Pegawai/Staff ... 88

4.5.3.1. Adanya Kebijakan K3 ... 88

4.5.3.2. Adanya Perencanaan ... 89

4.5.3.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan ... 91

4.5.3.4. Evaluasi ... 92

4.5.3.5. Tinjauan Manajemen... 95

4.5.4. Jumlah Frekuensi untuk Pegawai/Staff ... 97

4.6. Pembahasan Hasil Penelitian ... 98

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.……...………...102

5.1. Kesimpulan ... 102

(10)

DAFTAR PUSTAKA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

4.1. Jadwal Pelaksanaan Program SHE ... 79

4.2. Jumlah Reponden Kriteria Kebijakan K3 ... 76

4.3. Jumlah Reponden Kriteria Perencanaan K3 ... 83

4.4. Jumlah Reponden Kriteria Penerapan dan Operasi Kegiatan ... 85

4.5. Jumlah Persentase untuk Pekerja ... 87

4.6. Jumlah Reponden Kriteria Kebijakan K3 ... 88

4.7. Jumlah Reponden Kriteria Perencanaan K3 ... 90

4.8. Jumlah Reponden Kriteria Penerapan dan Operasi Kegiatan ... 92

4.9. Jumlah Reponden Kriteria Evaluasi ... 94

4.10. Jumlah Reponden Kriteria Tinjauan Manajemen ... 96

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

3.1. Bagan Alir (Flow Chart) Metodologi Penelitian... 61

4.1. Denah Lokasi Proyek ... 64

4.2. Struktur Organisasi Tanggap Darurat………... 73

4.3. Kebijakan K3 ... 83

4.4. Perencanaan K3 ... 84

4.5. Penerapan dan Operasi Kegiatan ... 86

4.6. Kebijakan K3 ... 89

4.7. Perencanaan K3 ... 91

4.8. Penerapan dan Operasi Kegiatan ... 93

4.9. Evaluasi/Pemeriksaan ... 95

(13)

DAFTAR NOTASI

K3 : Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SMK3 : Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

P2K3 : Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja

SHE : Safety Health Environmental

SHEO : Safety Health Environmental Officer

SOM : Site Operational Manager

SAM : Site Administrasi Manager

SEM : Site Engineering Manager

GSP : General Super Intendant

SP : Super Intendant

PM : Project Manager

QC : Quality Control

IBPR : Identifikasi Bahaya dan Pengendalian Resiko

SIB : Surat Ijin Berkendara

APD : Alat Pelindung Diri

P3K : Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan

PPE : Personal Protective Equipment (Alat Pelindung Diri)

Rata-rata

jumlah keseluruhan persentase

jumlah masing-masing persentase terhadap kriteri

(14)

ABSTRAK

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dan mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek tersebut.

Metode yang digunakan untuk penelitian ini adalah metode kuantitatif dan analisis univariat. Kuantitatif ialah pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah ada, sedangkan analisis univariat ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode ini dipakai untuk mengukur tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital berdasarkan hasil penyebaran kuesioner. Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan penyebaran kuesioner. Penyebaran kuesioner diberikan kepada 9 responden untuk pekerja dan 9 responden untuk pegawai/staff manajemen yang berdasarkan 5 kriteria dalam SMK3 yang masing-masing memiliki elemen. Setiap elemen diberi nilai yang apabila „ya‟ bernilai (+1) dan „tidak‟ bernilai (0). Nilai tersebut menghasilkan frekuensi dan persentase yang menyimpulkan keberhasilan penerapan SMK3 di proyek tersebut.

Penelitian ini menghasilkan hasil evaluasi untuk nilai tingkat keberhasilan penerapan SMK3 di proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dengan perincian; Kebijakan K3 (92.19%), Perencanaan (87.54%), Penerapan dan Operasi Kegiatan (91.05%), Evaluasi (92%) dan Tinjauan Manajemen (96.29%). Maka diperoleh total penerapan SMK3 sebesar 91.81 % yang tergolong dalam kategori nomor 3 yaitu tingkat pencapaian 85-100% yang pengertiannya layak untuk diberi sertifikat dan peringkat bendera emas.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pekerjaan konstruksi merupakan kegiatan yang cukup banyak menggunakan

berbagai peralatan, baik canggih maupun manual. Peralatan ini dilaksanakan di lahan

yang terbatas luasnya dalam berbagai jenis kegiatan sehingga menyebabkan resiko

tinggi terhadap kecelakaan. Di samping peralatan, berkurangnya pengetahuan

pekerja mengenai Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) serta kepedulian dalam hal

pengawasan K3 juga salah satu penyebab terjadinya kecelakaan.

Berdasarkan data PT Jamsostek Provinsi wilayah I, jumlah kasus kecelakaan

kerja di Sumatera Utara tahun 2009 cabang Medan sebanyak 744 kasus kecelakaan

kerja, sedangkan sepanjang tahun 2012 telah terjadi kecelakaan kerja 2062 kasus dan

berdasarkan data Agustus 2013 telah terjadi 1197 kecelakaan Kerja. (Suaraburuh,

2013). Dalam hal klasifikasi kondisi kerja ditemukan bahwa kecelakaan dengan alat

pengaman tidak sempurna mencapai angka yang cukup dominan yaitu 78.87% dan

kecelakaan dengan menggunakan peralatan tidak seharusnya mencapai 6.21%.

Sementara untuk klasifikasi berdasarkan sumber kecelakaan dengan menggunakan

mesin (press, bor dan gergaji) mendominasi angka 39.88% dan dengan perkakas

kerja tangan mencapai 14.44% (Shaleh, 2009).

Dilihat dari data kecelakaan yang ada, menunjukkan bahwa pekerjaan

konstruksi merupakan kegiatan yang beresiko tinggi terhadap kecelakaan. Banyak

penyebab kecelakaan kerja yang sering terjadi dalam pekerjaan konstruksi

mengurangi keberhasilan proyek tersebut. Penyebab utama kecelakaan kerja adalah

(16)

adalah Mis Management yang artinya manajemen tidak melakukan upaya

pencegahan kecelakaan kerja seiring dengan kegiatan manajemen perusahaan. Oleh

karena itu, pelatihan dan implementasi K3 sangat penting untuk mengurangi resiko

kecelakaan kerja dan meminimalisir korban jiwa dan meningkatkan produktivitas

kerja karyawan sebab usaha menyelamatkan kehidupan manusia juga merupakan

tanggung jawab moral yang sangat mendasar dari semua pihak yang terkait terlepas

dari tingkat pemahamannya terhadap aturan, besar kecilnya skala proyek ataupun

jenis posisi jabatan yang diembannya pada proyek konstruksi. (Santoso, 2004)

Pelatihan dan implementasi K3 dapat dilihat dalam suatu pendekatan sistem yaitu

penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3). Karena

pada prinsipnya kecelakaan kerja akibat perbuatan manusia (human error) bisa

dicegah dengan pengawasan dan kualifikasi SMK3 yang diperketat oleh pengawasan

dari pemerintah pusat maupun dinas. (Rifki, 2013)

SMK3 merupakan sistem yang lebih bertanggung jawab dalam berupaya

untuk menciptakan lingkungan kerja yang aman, sehat dan sejahtera beserta bebas

dari kecelakaan dan penyakit akibat kerja. (Logawa, 2007). Sistem manajemen ini

juga merupakan suatu set elemen yang saling terkait yang digunakan untuk

menetapkan kebijakan, sasaran dan pencapaian sasaran. Sasaran tersebut meliputi

struktur organisasi, rencana aktivitas (termasuk analisa risiko dan penetapan

objektif), tanggung jawab, praktek, prosedur, proses dan sumberdaya. SMK3 terdiri

dari lima prinsip dasar acuan elemen yaitu kebijakan, perencanaan, penerapan dan

operasi kegiatan, evaluasi atau pemeriksaan dan tinjauan manajemen atau usaha

tindakan perbaikan.

Prinsip dasar SMK3 sebenarnya sudah ada dalam perundang-undangan sejak

(17)

1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa bahwa setiap tenaga kerja

berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam melakukan pekerjaan untuk

kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta produktivitas nasional.

Salah satu kendala yang mengganjal penerapan Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek konstruksi adalah adanya

anggapan bahwa penerapan SMK3 di sektor konstruksi memakan biaya tinggi dan

pengusaha yang peduli keselamatan kerja para karyawannya apabila memasukkan

biaya K3 dalam dokumen penawarannya kemungkinan jadi pemenang tender sebab

tawarannya pasti bukanlah tawaran yang terendah. Begitu pula survei ILO

menyatakan bahwa dari tingkat competitiveness karena faktor K3 Indonesia adalah

negara ke 2 dari bawah dari lebih 100 negara yang disurvei. (Suparno, 2007).

Namun dengan adanya dalam ketentuan yang jelas tertulis dalam Permen PU

Nomor: 09/PRT/M/2008 pasal 11 butir 2 yang menjelaskan bahwa “Penyedia Jasa

wajib memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 Konstruksi Bidang Pekerjaan

Umum dalam harga penawaran pengadaan jasa konstruksi..dst”.

Keberhasilan penerapan SMK3 di dalam suatu proyek dapat dilihat dari

pencapaian target menuju kondisi nol kecelakaan (zero accident). Untuk itu, maka 5

kriteria dasar SMK3 dalam suatu proyek dievaluasi kebenarannya yang menandakan

nilai ukur keberhasilan penerapan SMK3 suatu proyek. Keberhasilannya dapat

terlihat dari tingkat pencapaian nilai ukur menurut standar nilai yang tertulis dalam

suatu Peraturan Pemerintah. Dalam penyusunan tugas akhir ini, akan dievaluasi

bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital yang dilihat dari tingkat

keberhasilan penerapannya. Evaluasi penerapan SMK3 dilaksanakan di proyek ini

(18)

sebagai Sustaining Performance with Sustanable Environment Through Green

Construction yang artinya memiliki komitmen yang tinggi terhadap lingkungan yang

menjadi bahagian dari kesehatan lingkungan dan mempunyai misi dan target

„Menjadi Juara dalam Quality, Safety and House Keeping Award‟.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang disusun dalam penyusunan tugas akhir ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital?

2. Kendala apa yang dapat menghambat penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek ini?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penulisan Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui pelaksanaan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital.

2. Mengetahui tingkat keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian

Penyusunan tugas akhir ini diharapkan akan sangat bermanfaat bagi:

1. Masyarakat jasa konstruksi sebagai bahan masukan terutama bagi

perusahaan-perusahaan penyedia jasa yang baru akan memulai penerapan SMK3 di

(19)

2. Bahan masukan untuk para instansi pengguna jasa yang dalam ketentuan SMK3

disebut juga sebagai pihak yang turut berperan dalam kegiatan penerapan SMK3.

3. Penulis sendiri sebagai bahan pengalaman dan penambahan pengetahuan dan

wawasan.

1.5. Batasan Masalah

Bagaimana kondisi penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital dan apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja pada proyek tersebut.

1.6. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan untuk penyusunan tugas akhir ini

ada dalam langkah sebagai berikut:

1. Penyebaran Kuesioner

Kuesioner adalah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh

informasi atau hal-hal yang diketahui oleh responden. Dalam hal ini, peneliti

menggunakan metode kuesioner dengan sistem check list dimana responden

membubuhkan tanda check () pada kolom yang sesuai.

2. Analisis Data

Untuk mengetahui pelaksanaan penerapan SMK3, digunakan metode

deskriptif kualitatif. Pengertian dari deskriptif adalah penggambaran terhadap suatu

permasalahan, sedangkan kualitatif adalah cara penyajian terhadap suatu

permasalahan. Maka dari itu metode deskriptif kualitatif dalam penulisan tugas akhir

ini ialah menggambarkan kegiatan dan pengelolaan SMK3 pada proyek

(20)

Sedangkan untuk mengetahui tingkat keberhasilan penerapan SMK3 di

proyek ini digunakan metode kuantitatif dan analisis univariat. Kuantitatif ialah

pengukuran berdasarkan teori-teori yang sudah ada, sedangkan analisis univariat

ialah analisis terhadap satu variabel. Kedua metode ini dipakai untuk mengukur

tingkat keberhasilan penerapan SMK3 pada proyek pembangunan gedung Siloam

Hospital berdasarkan hasil penyebaran kuesioner.

3. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka diperoleh dari bacaan buku-buku, makalah, majalah dan

internet yang berhubungan dengan masalah yang ditinjau untuk penulisan Tugas

Akhir ini yang di dalamnya terdapat susunan seperti pengertian, undang-undang,

faktor-faktor terbentuknya dan gambaran prinsip dasar Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3).

1.7. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dan pembahasan laporan Tugas Akhir ini disusun sebagai berikut:

BAB I. PENDAHULUAN

Berisikan latar belakang pemilihan topik penelitian, permasalahan yang ada,

pembatasan masalah, tujuan penelitian yang ingin dicapai dan sistematika

pembahasannya.

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

Berisikan uraian mengenai teori dasar tentang penerapan Sistem Manajemen

(21)

pembangunan gedung Siloam Hospital, serta teori Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja (SMK3) menurut undang-undang.

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN

Berisi tentang pendekatan teori yang telah dijabarkan dan cara pengumpulan

data dalam studi kasus pada proyek pembangunan gedung Siloam Hospital.

BAB IV. ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Berisi tentang pelaksanaan penelitian yang dilakukan berdasarkan penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang ada di lapangan,

serta memuat perbandingan dan kesimpulan antara studi kasus di lapangan dan

penerapan SMK3 menurut undang-undang.

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi tentang penutup dari penelitian, yang terdiri dari kesimpulan dari hasil

penelitian yang dilaksanakan, serta saran-saran yang dapat diberikan berdasarkan

(22)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1. Umum

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang memiliki peranan penting dan

sangat menentukan dalam kegiatan perusahaan. Dalam melaksanakan pekerjaannya,

setiap tenaga kerja akan menghadapi ancaman bagi keselamatan dan kesehatan kerja

yang datang dari pelaksanaan tugas mereka tersebut karena setiap perusahaan yang

memperkerjakan tenaga kerja sebanyak seratus orang atau lebih mempunyai potensi

bahaya dalam kecelakaan kerja seperti peledakan, kebakaran, pencemaran dan

penyakit akibat kerja. Oleh karena itu, dengan adanya Sistem Manajemen

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) akan membawa iklim keamanan dan

ketenagaan kerja, sehingga membantu hubungan tenaga kerja dan pengusaha yang

merupakan landasan kuat bagi kelsncaran produksi. Begitu juga, sudah saatnya para

pelaku insustri jasa konstruksi secara bersama-sama memikirkan penerapan SMK3

konstruksi yang lebih baik dalam pelaksanaan proyek. (Sutarto, 2008)

Dari keinginan tersebut, penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (SMK3) yang secara berkesinambungan merupakan hal yang perlu

didorong agar dapat lebih meyakinkan tercapainya lingkungan kerja yang aman,

sehat dan sejahtera. Penerapan SMK3 merupakan suatu kebijaksanaan yang

mempunyai arti penting dalam upaya peningkatan kualitas SDM maupun

perlindungan tenaga kerja dari aspek ekonomi, sosial, budaya dan politis.

2.2. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan pemberian perlindungan

(23)

pemindahan bahan baku, penggunaan peralatan kerja konstruksi, proses produksi dan

lingkungan sekitar tempat kerja. (Permen, 2008). K3 juga merupakan suatu hal yang

penting dalam sektor konstruksi demi kelancaran suatu pembangunan pada setiap

proyek maupun dalam proses operasionalnya. Perusahaan harus menjunjung tinggi

keselamatan, kesehatan dan kesejahteraan karyawan. Bekerja dengan selamat lebih

diutamakan dari produksi. Keselamatan kerja dan kesehatan kerja memiliki

pengertian yang berbeda sebagai berikut:

2.2.1. Keselamatan Kerja

Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin, pesawat,

alat kerja, bahan dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan

lingkungannya serta cara-cara melakukan suatu pekerjaan. (Suma‟mur, 1981)

Keselamatan kerja dapat berkenaan di suatu tempat kerja konstruksi bangunan yang

berhubungan dengan para pekerja dan karyawan. Keselamatan kerja juga

menyangkut segenap produksi dan distribusi baik barang maupun jasa serta sarana

untuk pencegahan kecelakaan, cacat dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja.

Adapun tujuan keselamatan kerja adalah sebagai berikut:

a. Melindungi tenaga kerja atas hak keselamatannya dalam melakukan pekerjaan

untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas

nasional.

b. Menjamin keselamatan setiap orang lain yang berada di tempat kerja.

c. Sumber produksi dipelihara dan dipergunakan secara aman dan efsien. (Silalahi,

1985).

Dalam upaya melaksanakan pekerjaan dengan selamat, perlu

dipertimbangkan beberapa faktor yaitu; manusia, mesin, material, metode kerja dan

(24)

faktor kecelakaan terbesar yaitu sebesar 85%. Maka dari itu, usaha keselamatan

selain ditujukan kepada teknik mekanik, juga harus memperhatikan secara khusus

untuk aspek manusiawi. Dalam hal ini, pendidikan dan penggairahan keselamatan

kerja kepada tenaga kerja merupakan sarana penting. (Suma‟mur, 1981)

2.2.2. Kesehatan Kerja

Selain faktor keselamatan, hal penting yang juga harus diperhatikan oleh

manusia pada umumnya dan para pekerja konstruksi khususnya adalah faktor

kesehatan. Kesehatan berasal dari bahasa Inggris „health‟ yang tidak hanya berarti

terbebasnya seseorang dari penyakit, tetapi pengertian sehat mempunyai makna sehat

secara fisik, mental dan juga sehat secara sosial. Dengan demikian pengertian sehat

secara utuh menunjukkan pengertian sejahtera (well-being).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tahun 1948 menyebutkan

bahwa pengertian kesehatan adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial

kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan. Kesehatan adalah

konsep positif menekankan sumber daya sosial dan pribadi serta kemampuan fisik.

Sedangkan menurut Suma‟mur pada tahun 1981 defenisi kesehatan kerja adalah

spesialisasi dalam ilmu kesehatan/kedokteran beserta prakteknya yang bertujuan agar

pekerja/masyarakat memperoleh derajat kesehatan setinggi-tingginya, baik fisik atau

mental maupun sosial dengan kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan

dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit-penyakit umum.

Kesehatan kerja memang harus diperhatikan, untuk itu perlu dilakukan

pemeriksaaan terhadap seluruh karyawan yang mencakup hal berikut:

a. Pemeriksaan kesehatan karyawan (pekerja baru dan pekerja lama).

b. Lingkungan tempat kerja (debu, kebisingan, pencahayaan, getaran dan gas-gas

(25)

c. Ergonomis (tempat duduk, alat kerja, dimensi kerja dan lain-lain).

2.3. Tujuan Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Adapun tujuan penerapan keselamatan dan kesehatan kerja (K3) ialah sebagai

berikut:

a. Agar setiap pegawai mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan baik secara

fisik, sosial dan psikologis.

b. Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya dengan

seefektif mungkin.

c. Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya.

d. Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai.

e. Agar meningkatkan kegairahan, keserasian dan partisipasi kerja.

f. Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau

kondisi kerja.

g. Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja. (Luckyta, 2012)

2.4. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan adalah suatu kejadian yang tak terduga dan tidak diharapkan. Tak

terduga dikarenakan di belakang peristiwa itu tidak terdapat unsur kesengajaan lebih

dalam bentuk perencanaan. Kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan yang

berhubungan dengan hubungan kerja pada perusahaan. Penyebab dari kecelakaan di

berbagai tempat kegiatan konstruksi tidak sama. Namun memiliki kesamaan umum

yang dibedakan dalam 2 golongan:

a. Tindakan atau perbuatan manusia yang tidak memenuhi keselamatan (unsafe

human acts) yang berarti manusialah penyebab dari kecelakaan. Tindakan yang

(26)

1) Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai kewenangan (bekerja bukan pada

kewenangannya).

2) Gagal menciptakan keadaan yang baik sehingga menjadi tidak aman atau

memanas.

3) Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan kecepatan geraknya.

4) Memakai Alat Pelindung Diri (APD) atau safety hanya berpura-pura.

5) Menggunakan peralatan yang tidak layak.

6) Pengurusan alat pengaman peralatan yang digunakan untuk melindungi

manusia.

7) Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja di tempat kerja.

8) Mengangkat dan mengangkut beban yang berlebihan.

b. Keadaan lingkungan yang tidak nyaman (unsafe conditions) yang berarti situasi

atau keadaan lingkungan sekitarlah yang menyebabkan kecelakaan. Kondisi yang

membahayakan (unsafe conditions) dapat berupa situasi sebagai berikut:

1) Dalam keadaan pengamanan yang berlebihan.

2) Alat dan peralatan yang sudah tidak layak digunakan.

3) Terjadi kemacetan dalam penggunaan alat/mesin (congestion).

4) Sistem peringatan yang berlebihan (in adequate warning system).

5) Ada api di tempat yang berbahaya. Misalnya, tempat yang mengandung bensin

atau sejenisnya yang mendatangkan bahaya api.

6) Alat penjaga atau pengaman gedung kurang standar.

7) Kondisi suhu (atmosfir) yang membahayakan seperti; terpapar gas, fumes dan

lain-lain.

8) Terpapar bising.

(27)

10)Pencahayaan dan ventilasi yang kurang ataupun berlebihan. (Santoso, 2004)

2.5. Alasan Mendasar Perlunya Standar K3

Adapun beberapa alasan yang mendasari perlunya standar K3 dapat ditinjau

dari 3 aspek yaitu:

a. Aspek Moral (Kemanusiaan)

Faktor ini sangat penting karena jiwa manusia tidak dapat dihitung secara

ekonomi, tetapi dengan menonjolkan faktor ini dan mengabaikan faktor ekonomi

adalah kurang bijaksana. Setiap pekerja tidak seharusnya mendapatkan risiko cedera

dan sakit di tempat kerja, begitu juga setiap orang yang berhubungan dalam

lingkungan kerja. Faktor ini sangat ditonjolkan pemerintah dan organisasi pekerja,

sehingga kriteria accident adalah bila terjadi kecelakaan yang mengakibatkan

meninggalnya manusia atau cacat permanen.

b. Aspek Ekonomis

Rendahnya kinerja K3 dengan adanya kecelakaan dan penyakit akibat kerja

yang berakibat:

1) Peningkatkan biaya negara dan biaya sosial (melalui pembayaran keamanan

sosial, biaya pengobatan, kerugian, hilangnya kesempatan bekerja bagi pekerja,

terganggu dan menurunnya produktifitas semua pihak yang terkena dampaknya),

2) Perusahaan pengguna dan organisasi pengerah tenaga kerja juga menanggung

biaya atas kejadian kecelakaan (biaya administrasi resmi, denda, kompensasi

kerusakan dan kecelakaan, waktu penyelidikan, terhentinya produksi, hilangnya

(28)

c. Alasan Hukum

Persyaratan K3 harus diperkuat oleh peraturan hukum perdata dan pidana.

Karena tanpa dorongan ekstra tindakan pengaturan/penuntutan hukum yang tegas,

banyak perusahaan tidak akan memenuhi kewajiban moralnya. (Beesono, 2012)

Sesuai ketentuan pada Pasal 4 ayat 1 Permen PU No.9 Tahun 2008 kegiatan

jasa konstruksi yang dilaksanakan oleh pengguna jasa terdiri dari jasa pemborongan,

jasa konsultansi dan kegiatan swakelola yang aktifitasnya melibatkan tenaga kerja

dan peralatan kerja. Untuk keperluan pelaksanaan pekerjaan fisik di lapangan, wajib

menyelenggarakan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

2.6. Defenisi Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3)

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah bagian

dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, pengkajian dan

pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja guna terciptanya tempat

kerja yang selamat, aman, efisien dan produktif. (Permen, 2008)

Sedangkan menurut Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: 05/MEN/1996

Bab 1 Pasal 1, Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) adalah

bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi,

perencanaan, pelaksanaan, tanggung jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang

dibutuhkan bagi pengembangan penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan

keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan

dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan

(29)

manajemen dalam melakukan perencanaan, implementasi, maupun evaluasi program

K3 di tempat kerja dalam suatu sistem.

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) mencakup

hal-hal sebagai berikut; struktur organisasi, perencanaan, pelaksanaan, tanggung

jawab, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi pengembangan

penerapan, pencapaian, dan pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja

dalam rangka pengendalian resiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna

terciptanya tempat kerja yang aman, efisien, dan produktif.

Tujuan dan sasaran manajemen k3 adalah menciptakan sistem keselamatan

dan kesatuan kerja di tempat kerja dengan melibatkan unsur manajemen, tenaga

kerja, kondisi, dan lingkungan kerja yang terintegrasi dalam rangka mencegah dan

mengurangi kecelakaan dan penyakit akibat kerja serta terciptanya tempat kerja yang

aman dan efisien, dan produktif. (Sastrohadiwiryo, 2001).

Elemen-elemen yang patut dipertimbangkan dalam mengembangkan program

keselamatan kerja adalah; komitmen perusahaan, kebijakan pemimpin, ketentuan

penciptaan lingkungan kerja, ketentuan pengawaasan selama proyek berlangsung,

pendelegasian wewenang, penyelidikan pelatihan dan pendidikan, mengukur kinerja

program K3 dan pendokumentasian yang memadai secara kontinu. (Ervianto, 2009).

Penanggulangan kecelakaan dan penyakit akibat kerja hanya akan berhasil

apabila:

a. Manajemen sungguh-sungguh menyadari bahwa akar dari setiap kecelakaan atau

penyakit akibat kerja terletak pada manajemen.

b. Manajemen memberi wewenang penuh kepada manajer K3.

c. Kebijakan K3 yang ditetapkan.

(30)

Pemahaman tentang sistem manajemen keselamatan dan kesehatan kerja

(SMK3) yang benar dari semua aspek sangat berguna untuk pencegahan kecelakaan

dalam kegiatan konstruksi dimana diharapkan produksi meningkat dengan

meminimalkan atau mengurangi kecelakaan bahkan meniadakan kecelakaan.

Sesuai dengan Bab III pasal 3 ayat 1, Peraturan Menteri Tenaga Kerja

Nomor: PER.05/MEN/1996 tentang penerapan SMK3 diwajibkan yang kepada

perusahaan dengan syarat:

a. Setiap perusahaan yang memperkerjakan tenaga kerja sebanyak 100 orang atau

lebih dan atau mengandung potensi bahaya yang ditimbulkan oleh karakteristik

proses atau bahan produksi yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja se[erti

peledakan, kebakaran, pencemaran dan penyakit akibat kerja wajib menerapkan

Sistem Manajemen K3.

b. Sistem Manajemen K3 sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib dilaksanakan

oleh pengurus, pengusaha dan seluruh tenaga kerja sebagai satu kesatuan.

Pada lampiran IV dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor: PER.

05/MEN/1996, penerapan SMK3 diwajibkan yang kepada perusahaan dengan tingkat

penerapan sebagai berikut:

a. Perusahaan kecil atau perusahaan dengan tingkat resiko rendah harus menerapkan

sebanyak 64 (enam puluh empat) elemen.

b. Perusahaan sedang atau perusahaan dengan tingkat resiko menengah harus

menerapkan sebanyak 122 (seratus dua puluh dua) elemen.

c. Perusahaan besar atau perusahaan dengan tingkat resiko tinggi harus menerapkan

sebanyak 166 (seratus enam puluh enam) elemen.

Dilihat dari tingkat penerapan di atas, maka pembangunan proyek gedung

(31)

elemen yang terdapat dalam SMK3. Hal dikarenakan proyek ini memiliki pekerja

lebih dari 100 orang.

Keberhasilan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan

Kerja (SMK3) di tempat kerja dapat diukur menurut Permenaker Nomor:

05/MEN/1996 sebagai berikut:

a. Untuk tingkat pencapaian 0-59% dan pelanggaran peraturan perundangan

(nonconformance) dikenai tindakan hukum.

b. Untuk tingkat pencapaian 60-84% diberikan sertifikat dan bendera perak.

c. Untuk tingkat pencapaian 85-100% diberikan sertifikat dan bendera emas.

Ditinjau dari segi kinerja penerapan penyelenggaraan SMK3 konstruksi

bidang Pekerjaan Umum menurut Permen PU Nomor: 09/PRT/2008 terbagi menjadi

3 bagian, yaitu:

a. Baik, bila mencapai hasil penilaian > 85%.

b. Sedang, bila mencapai hasil penilaian 60% - 85%.

c. Kurang, bila mencapai hasil penilaian < 60%.

2.7. Prinsip Dasar SMK3 dalam Perundang-undangan

Prinsip dasar SMK3 yang terdapat dalam perundang-undangan dalam

mengatur dan mendefenisikan mengenai K3 sudah ada sejak tahun 1970.

Perlindungan untuk setiap tenaga kerja terlihat dalam Peraturan Undang-undang

Republik Indonesia No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja menjelaskan bahwa

bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatan dalam

melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan dan meningkatkan produksi serta

produktivitas nasional.

Sedangkan pada undang-undang No.13 tahun 2003 terdapat prinsip dasar

(32)

1. Setiap perusahaan wajib menerapkan sistem manjemen keselamatan dan

kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.

2. Ketentuan mengenai penerapan sistem manjemen keselamatan dan kesehatan

kerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Peraturan Pemerintah.

Setelah peraturan SMK3 dalam undang-undang, maka dikeluarkan peraturan

pelaksanaan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER. 05/MEN/1996 tentang

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Peraturan pelaksanaan ini

ditujukan untuk kegiatan industri yang terdiri dari ayat (b), (c) dan (d) sebagai

berikut:

1. Ayat (b) menyatakan bahwa untuk menjamin keselamatan dan kesehatan tenaga

kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, serta sumber produksi,

proses produksi dan lingkungan kerja dalam keadaan aman, maka perlu penerapan

Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.

2. Ayat (c) menyatakan bahwa dengan penerapan Sistem Manajemen Keselamatan

dan Kesehatan Kerja dapat mengantisipasi hambatan teknis dalam era globalisasi

perdagangan.

3. Ayat (d) menyatakan bahwa untuk Sistem Manajemen Keselamatan dan

Kesehatan Kerja perlu ditetapkan dengan Peraturan Menteri.

Dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi demi

tercapainya keamanan K3, maka ditetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman

SMK3 kontruksi bidang Pekerjaan Umum. Menteri Pekerjaan Umum pada tahun

2008 telah menerbitkan sebuah regulasi baru berupa Permen PU No. 09 Tahun 2008

tentang SMK3 yang ditindaklanjuti dengan penandatanganan fakta komitmen pada

tanggal 12 februari tahun 2009 di Jakarta. (Simatupang, 2008). Dalam komitmen

(33)

yang salah satu diantaranya sarat pekerjaan konstruksi itu adalah “mengutamakan

Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) menjadi faktor kunci sukses

penyelenggaraan konstruksi”. Dengan demikian penyelenggaraan jasa konstruksi di

Indonesia telah memasuki era baru yang pantas disambut lega oleh para pemerhati

masalah keselamatan tenaga kerja konstruksi di Indonesia. Salah satu kendala yang

mengganjal penerapan SMK3 pada proyek konstruksi adalah adanya anggapan

bahwa penerapan SMK3 di sektor konstruksi memakan biaya tinggi dan pengusaha

yang peduli keselamatan kerja para karyawannya jelas tidak akan mungkin jadi

pemenang tender apabila memasukkan biaya K3 dalam dokumen penawarannya

sebab tawarannya pasti bukanlah tawaran yang terendah. Namun karena adanya yang

tertulis dalam Permen PU No. 09/PRT/M/2008 tersebut pada pasal 11 butir 2 yang

menjelaskan “Penyedia jasa wajib memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3

konstruksi bidang Pekerjaan Umum dalam harga penawaran pengadaan jasa

konstruksi..dst. Maka salah satu kendala yaag ada telah terhapuskan karena semua

peserta tender sudah diwajibkan memasukkan biaya penyelenggaraan K3 dalam

dokumen.

Peraturan Menteri tentang Pedoman SMK3 kontruksi bidang Pekerjaan

Umum Nomor: 09/PRT/2008 tercantum dalam ayat (a), (b) dan (c) sebagai berikut:

1. Ayat (a) menyatakan bahwa dalam rangka mewujudkan tertib penyelenggaraan

pekerjaan konstruksi, penyelenggaraan pekerjaan konstruksi wajib memenuhi

syarat-syarat keamanan, keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan

konstruksi.

2. Ayat (b) menyatakan bahwa agar penyelenggaraan keamanan, keselamatan dan,

kesehatan kerja pada tempat kegiatan konstruksi bidang Pekerjaan Umum dapat

(34)

pengendalian sistem keselamatan dan kesehatan kerja pada tempat kegiatan

konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

3. Ayat (c) menyatakan bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud

pada huruf a dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Menteri tentang Pedoman

Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Konstruksi bidang Pekerjaan

Umum.

2.8. Acuan/Elemen - Elemen Penerapan SMK3

Dalam penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja

(SMK3) perusahaan wajib melaksanakan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Menetapkan kebijakan K3 dan menjamin komitmen terhadap penerapan SMK3.

2. Merencanakan pemenuhan kebijakan, tujuan, dan sasaran penerapan keselamatan

dan kesehatan kerja.

3. Menerapkan kebijakan K3 secara efektif dengan mengembangkan kemampuan

dan mekanisme pendukung yang diperlukan mencapai kebijakan, tujuan dan

sasaran keselamatan dan kesehatan kerja.

4. Mengukur, memantau dan mengevaluasi kinerja K3 serta melakukan tindakan

perbaikan dan pencegahan.

5. Meninjau secara teratur dan meningkatkan pelaksanaan SMK3 secara

berkesinambungan dengan tujuan meningkatkan kinerja K3.

Sebagaimana yang telah disebutkan dalam peraturan Menteri Pekerjaan

Umun Nomor: 09/PRT/M/2008 tentang pedoman SMK3 konstruksi bidang

Pekerjaan Umum tercantum elemen-elemen yang harus dilaksanakan oleh Penyedia

(35)

2.8.1. Komitmen dan Kebijakan K3

Pengurus dan pengusaha menunjukkan komitmen terhadap K3 sehingga

mengeluarkan suatu kebijakan K3 demi memulai sebuah aturan terhadap pelaksanaan

SMK3 di proyek konstruksi.

Kebijakan K3 suatu pernyataan tertulis yang ditandatangani oleh pengusaha

dan pengurus yang memuat seluruh visi dan tujuan perusahaan, komitmen dan tekad

melaksanakan K3, kerangka dan program kerja yang mencakup kegiatan perusahaan

secara menyeluruh yang bersifat umum dan atau operasinal. (Permenaker, 1996)

Adapun persyaratan kebijakan K3 yang diatur dalam permen Nomor:

09/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut:

a. Perusahaan Penyedia Jasa harus menetapkan Kebijakan K3 pada kegiatan

konstruksi yang dilaksanakan.

b. Pimpinan Penyedia Jasa harus mengesahkan Kebijakan K3.

c. Kebijakan K3 yang ditetapkan harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:

1) Sesuai dengan sifat dan kategori resiko K3 bagi Penyedia Jasa.

2) Mencakup komitmen untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat

kerja serta peningkatan berkelanjutan SMK3.

3) Mencakup komitmen untuk mematuhi peraturan perundang-undangan dan

persyaratan lain yang terkait dengan K3.

4) Sebagai kerangka untuk menyusun dan mengkaji sasaran K3.

5) Didokumentasikan, diterapkan dan dipelihara.

6) Dikomunikasikan kepada semua personil yang bekerja di bawah pengendalian

Penyedia Jasa agar peduli K3.

(36)

8) Dievaluasi secara berkala untuk memastikan bahwa kebijakan K3 masih

relevan dan sesuai.

2.8.2. Perencanaan K3

Perusahaan harus membuat perencanaan yang efektif guna mencapai

keberhasilan penerapan Sistem Manajemen K3 dengan sasaran yang jelas dan dapat

diukur. Perencanaan juga memuat tujuan, sasaran dan indikator kinerja yang

diterapkan dengan mempertimbangkan identifikasi sumber bahaya penilaian dan

pengendalian resiko sesuai dengan persyaratan perundangan yang berlaku serta hasil

pelaksanaan tinjauan awal terhadap keselamatan dan kesehatan kerja.

(Sastrohadiwiryo, 2001)

2.8.2.1. Perencanaan Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko

(IBPR)

Identifikasi bahaya, penilaian dan pengendalian risiko dari kegiatan produk,

barang dan jasa harus dipertimbangkan pada saat merumuskan rencana untuk

memenuhi kebijakan K3. Untuk itu harus diterapkan dan dipelihara prosedurnya

sebagai berikut yang diatur dalam Permen Nomor: 09/PRT/M/2008 berikut:

1) Penyedia Jasa harus menetapkan Identifikasi bahaya, penilaian risiko dan

pengendaliannya secara berkesinambungan.

2) Prosedur untuk identifikasi bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya harus

mempertimbangkan:

 Mengakomodasi kegiatan rutin.

 Mengakomodasi kegiatan non rutin.

 Kegiatan semua orang yang memiliki akses di tempat kerja.

(37)

 Mengidentifkasi bahaya yang berasal dari luar tempat kerja yang dapat

mempengaruhi kesehatan dan krselamatan personil di tempat kerja.

 Bahaya yang ada di sekitar tempat kerja dikaitkan dengan kegiatan kerja

penyedia jasa.

 Sarana dan prasarana, peralatan dan bahan di tempat kerja yang disediakan oleh

penyedia jasa atau pihak lain.

 Modifikasi pada SMK3 termasuk perubahan sementara dan dampaknya pada

operasi, proses dan kegiatannya.

 Beberapa kewajiban perundangan yang digunakan terkait dengan penilaian

resiko dan penerapan dan pengendaliannya.

 Desain lokasi kerj, proses, instalasi, mesin/peralatan, prosedur operasi dan

instruksi kerja termasuk penyesuaian terhadap kemampuan manusia.

3) Penyedia Jasa harus menerapkan prosedur untuk identifkasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

4) Penyedia Jasa harus memelihara prosedur untuk identifkasi bahaya, penilaian

risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

5) Penyedia Jasa harus mendokumentasikan dan menjaga rekaman hasil identifkasi

bahaya, penilaian risiko dan pengendaliannya secara berkesinambungan.

2.8.2.2. Pemenuhan Perundang-undangan dan Persyaratan lainnya

Pemenuhan perundang-undangan dan persyaratan lainnya merupakan bagian

dari perencanaan (safety plan) yang di dalamnya terdapat item pekerjaan yang resiko

bahaya pengendaliannya diatur oleh perundang-undangan.

Perusahaan harus menetapkan dan memelihara prosedur untuk inventarisasi,

identifikasi dan pemahaman pemenuhan perundangan dan persyaratan lainnya yang

(38)

Pengurus harus menjelaskan peraturan perundangan dan persyaratan lainnya kepada

setiap tenaga kerja. (Sastrohadiwiryo, 2001)

Dalam hal ini, Penyedia Jasa wajib melaksanakan peraturan sebagaimana

yang terdapat dalam permen Nomor: 08/PRT/M/2008 berikut:

1)Membuat prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan dan

persyaratan K3 yang digunakan.

2)Menerapkan prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan dan

persyaratan K3 yang digunakan.

3)Memelihara prosedur untuk mengidentifikasi dan mengakses peraturan dan

persyaratan K3 yang digunakan.

4)Memperhatikan perundang-undangan dan peraturan lain yang berlaku dalam

membuat, menerapkan dan memelihara SMK3.

5)Memelihara informasi ini selalu mutakhir.

6)Mengkomunikasikan informasi persyaratan peraturan dan persyaratan lain yang

relevan untuk personil yang bekerja dalam pengendalian Penyedia Jasa dan pihak

terkait yang relevan.

7)Memasukkan biaya penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum

dalam harga penawaran pengadaan jasa konstruksi.

8)Membuat pra „„RK3K‟‟ sebagai salah satu kelengkapan penawaran lelang dalam

proses pengadaan barang/jasa yang diikuti sepanjang tidak bertentangan dengan

peraturan yang berlaku.

9)Menyusun tingkat risiko kegiatan yang akan dlaksanakan untuk dibahas dengan

PPK yang disusun pada awal kegiatan.

10)Melibatkan Ahli K3 Konstruksi pada setiap paket pekerjaan yang mempunyai

(39)

11)Melibatkan sekurang-kurangnya Petugas K3 Konstruksi pada setiap paket

pekerjaan yang mempunyai resiko K3 sedang dan kecil.

12)Melakukan kerja sama untuk membentuk kegiatan SMK3 Konstruksi bidang

Pekerjaan Umum bila ada dua atau lebih Penyedia Jasa yang bergabung dalam

suatu kegiatan. Kerja sama kegiatan SMK3 Konstruksi bidang Pekerjaan Umum

tesebut dipimpin oleh penanggung jawab utama Penyedia Jasa.

13)Membentuk P2K3 bila :

 Mengelola pekerjaan yang memperkerjakan pekerja dengan jumlah paling

sedikit 100 orang.

 Mengelola pekerjaan yang memperkerjakan pekerja kurang dari 100 orang,

akan tetapi menggunakan bahan, proses dan instalasi yang mempunyai resiko

besar akan terjadinya peledakan, kebakaran, keracunan dan penyinaran

radioaktif.

14) Melapor ke Dinas Tenaga Kerja dan Jamsostek setempat sesuai ketentuan yang

berlaku.

15) Membuat laporan rutin kegiatan P2K3 ke Dinas enaga Kerja setempat dan

tembusannya disampaikan kepada PPK (Pejabat Pembuat Komitmen).

16) Melaksanakan audit internal K3 konstruksi bidang Pekerjaan Umum.

17)Membuat rangkuman aktifitas pelaksanaan SMK3 konstruksi bidang Pekerjaan

Umum sebagai bagian dari dokumen serah terima kegiatan pada akhir kegiatan.

18) Melaporkan kepada Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Dinas Tenaga Kerja

setempat tentang kejadian berbahaya dan kecelakaan.

19) Menindaklanjut surat peringatan yang diterima dari PPK.

20) Bertanggung jawab atas terjadinya kecelakaan kerja konstruksi.

(40)

meliputi; inspeksi tempat pekerja, peralatan dan sarana pencegahan kecelakaan

kerja konstruksi sesuai dengan RK3K.

22) Memiliki sertifikat K3 perusahaan yang diterbitkan oleh lembaga sertikasi yang

telah terakreditasi oleh Komite Akrediatsi Nasional (KAN) apabila melaksanakan

pekerjaan dengan tingkat resiko tinggi.

2.8.2.3. Sasaran dan Program K3

Penetapan sasaran dan program kebijakan K3 harus dikonsultasikan dengan

wakil tenaga kerja, Ahli K3, P2K3 dan pihak-pihak lain yang terkait. Tujuan dan

sasaran yang telah ditetapkan ditinjau kembali secara teratur sesuai dengan

perkembangan. (Permenaker, 1996)

Sasaran dan program kebijakan K3 yang ditetapkan oleh perusahaan

setidaknya harus memenuhi kualifikasi oleh Penyedia Jasa sebagaimana yang

tercantum dalam permen Nomor: 08/PRT/M/2008 sebagai berikut:

1)Membuat sasaran K3 yang terdokumentasi.

2)Menyusun sasaran K3 dengan ketentuan:

 Relevan pada fungsi dan tingkat yang di dalam perusahaan Penyedia Jasa.

 Dibuat secara spesifik dan terukur.

 Dideklarasikan secara eksplisit.

 Disosialisaikan kepada pihak terkait yang relevan.

 Sesuai dengan Kebijakan K3.

 Ditinjau ulang dalam rangka peningkatan berkelanjutan.

3)Memelihara sasaran K3 yang terdokumentasi.

4)Mengukur tingkat pencapaian sasaran.

5)Mengkaji tingkat pencapaian sasaran.

(41)

7)Menerapkan program untuk mencapai sasarannya.

8)Memelihara program untuk mencapai sasarannya.

9)Menyusun program dengan ketentuan.

10) Mengkaji program secara rutin dan terencana dan menyesuaikannya jika perlu,

untuk memastikan sasaran itu tercapai.

11)Membuat RK3K, dengan ketentuan:

 Dibuat pada awal kegiatan.

 Mencantumkan kategori resiko pekerjaan yang telah dicantumkan bersama PPK.

 Pada awal dimulainya kegiatan, penyedia jasa mempresentasikan RK3K kepada

PPK untuk mendapat persetujuan.

 Melakuan tinjauan ulang terhadap RK3K (pada bagian yang memang perlu

dilakukan kaji ulang) dilakukan setiap bulan secara berkesinambungan selama

pelaksanaan pekerjaan konstruksi berlangsung.

12) Membuat jadwal pelaksanaan pekerjaan.

2.8.3. Penerapan dan Operasi Kegiatan

Dalam mencapai tujuan K3, perusahaan harus menunjuk personel yang

mempunyai kualifikasi yang sesuai dengan sistem yang diterapkan. Adapun

kualifikasi yang tercantum dalam Permen No. 9 tahun 2008 adalah sebagai berikut:

2.8.3.1. Sumber Daya, Struktur Organisasi dan Pertanggungjawaban

Perusahaan harus menyediakan petugas yang memiliki sumber daya, struktur

organisasi dan pertanggung jawaban yang memadai sesuai SMK3 yang diterapkan.

Dalam penerapan SMK3 yang efektif perlu dipertimbangkan hal-hal sebagai berikut:

1) Pimpinan puncak harus mengambil tanggungjawab utama untuk K3 dan SMK3

(42)

 Menjamin ketersediaan sumber daya yang utama dalam membangun,

menerapkan, memelihara dan meningkatkan SMK3.

 Menentukan peranan, pembagian tanggung jawab dan memberi kewenangan

kepada pelaksana SMK3.

 Mendokumentasikan dan mengkomunikasikan ketentuan-ketentuan yang di atas

kepada personil yang diberi tanggung jawab dan wewenang.

3) Penyedia jasa harus menentukan penanggungjawab K3 untuk:

 Menjamin bahwa SMK3 dibuat, diterapkan dan dipelihara sesuai dengan

pedoman yang berlaku.

 Menjamin kinerja SMK3 dilaporkan kepada pimpinan puncak untuk dikaji ulang

dan digunakan sebagai dasar peningkatan SMK3.

 Penyedia jasa harus dapat memotivasi karyawan di tempat kerja. (Permen, 2008)

2.8.3.2. Kompetensi, Pelatihan dan Kepedulian

Penerapan dan pengembangan SMK3 yang efektif ditentukan oleh

kompetensi kerja dan pelatihan dari setiap tenaga kerja di perusahaan. Pelatihan

merupakan salah satu alat penting dalam menjamin kompetensi kerja yang

dibutuhkan untuk mencapai tujuan K3. Prosedur untuk melakukan identifikasi

standar kompetensi kerja dan penerapannya melalui program pelatihan harus

tersedia.

Setelah penilaian kemampuan gambaran kompetensi kerja yang dibutuhkan

dilaksanakan, program pelatihan harus dikembangkan sesuai dengan hasil

penilaiannya. Prosedur pendokumentasian pelatihan yang telah dilaksanakan dan

dievaluasi efektifitasnya harus ditetapkan. Kompetensi kerja harus diintegrasikan ke

dalam rangkaian kegiatan perusahaan mulai dari penerimaan, seleksi dan penilaian

(43)

Adapun persyaratan kompetensi, pelatihan dan kepedulian yang tercantum dalam

Permen Nomor: 09/PRT/M/2008 adalah sebagai berikut:

1)Menjamin setiap karyawan yang terlibat dalam pekerjaan yang mengandung risiko

K3 memiliki kompetensi atas dasar pendidikan dan pelatihan atau pengalaman

yang sesuai.

2)Mengidentifikasi dan melaksanakan pelatihan K3.

3)Mengevaluasi keefektifan pelatihan.

4)Membuat, menerapkan dan memlihara prosedur kerja karyawan.

5)Prosedur pelatihan harus mempertimbangkan perbedaan tingkatan untuk:

 Tanggung jawab, kemampuan, keterampilan bahasa dan pendidikan.

 Resiko.

2.8.3.3. Komunikasi, Keterlibatan dan Konsultansi

a. Komunikasi

Komunikasi dua arah yang efektif dan pelaporan rutin merupakan sumber

penting dalam penerapan SMK3. Penyediaan informasi yang sesuai bagi tenaga kerja

dan semua pihak yang terkait dapat digunakan untuk memotivasi dan mendorong

penerimaan serta pemahaman umum dalam upaya perusahaan untuk meningkatkan

kinerja K3. Perusahaan harus mempunyai prosedur untuk menjamin bahwa informasi

K3 terbaru dikomunikasikan ke semua pihak dalam perusahaan. Dalam kaitannya

dengan bahaya K3, penyedia jasa harus membuat menerapkan dan memelihara

prosedur untuk:

1)Komunikasi internal.

2)Komunikasi dengan pemasok.

(44)

b. Keterlibatan dan Konsultansi

Keterlibatan dan konsultansi keterlibatan kerja mencakup dalam beberapa

hal sebagai berikut:

1) Membuat, menerapkan dan memelihara keterlibatan kerja dalam hal:

 Identifikasi bahaya, pnilaian resiko dan menentukan pengendalian.

 Penyelidikan insiden.

 Pengembangan dan pengkajian kebijakan dan sasaran K3.

 Konsultansi jika ada beberapa perubahan yang mempengaruhi K3.

 Sebagai perwakilan atas hal-hal yang berkaitan dengan K3.

2) Menginformasikan kepada pekerja tentang pengaturan keterlibatannya, termasuk

siapa yang mewakili jika terkait dengan hak-hal K3.

3) Konsultansi dengan pemasok dan sub kontraktor jika ada perubahan pelaksanaan

kegiatan yang berhubungan dengan K3.

c. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan unsur utama dari setiap sistem manajemen dan

harus dibuat sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Proses dan prosedur kegiatan

perusahaan harus ditentukan, didokumentasikan dan diperbarui apabila diperlukan.

Perusahaan harus dengan jelas menentukan jenis dokumen dan pengendaliannya

yang efektif. Pendokumentasian SMK3 juga mendukung kesadaran tenaga kerja

dalam rangka mencapai tujuan K3 dan evaluasi terhadap sistem dan kinerja K3.

Bobot dan mutu pendokumentasian ditentukan oleh kompleksitas kegiatan

perusahaan. Apabila unsur SMK3 terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan

secara menyeluruh, maka pendokumentasian SMK3 harus diintegrasikan dalam

keseluruhan dokumentasi yang ada. Dokumentasi SMK3 meliputi:

(45)

2)sasaran K3.

3)uraian lingkup SMK3.

4)uraian unsur-unsur utama dari SMK3 dan kaitannya.

5)acuan yang terkait.

6)rekaman yang diperlukan.

7)hal-hal penting untuk menjamin efektivitas perencanaan, operasi dan pengendalian

proses dikaitkan dengan risiko K3.

d.Pengendalian Dokumen

Pengendalian dokumen memenuhi ketentuan seperti berikut:

1)Dokumen yang diperlukan oleh SMK3 dan pedoman ini harus dikendalikan.

2)Penyedia jasa harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk:

 menyetujui dokumen untuk kecukupannya sebelum dikeluarkan.

 mengkaji ulang dan memutakhirkan seperlunya dan menyetujui kembali

dokumen tersebut.

 menyimpan dokumen tersebut dan diidentifikasi (diberi penomoran) sehingga

mempunyai kemampuantelusur.

 memastikan versi terbaru dari dokumen yang dipakai telah teridentifikasi dan

tersedia di tempat-tempat yang digunakan.

 memastikan dokumen eksternal asli yang penting unutuk perencanaan dan

operasi SMK3 telah diidentifikasi dan dikendalikan pendistribusiannya.

 menjaga pengggunaan yang tidak diinginkan dari dokumen tersebut disimpan

(46)

e. Pengendalian Operasional

1)Penyedia jasa harus menentukan jenis kegiatan yang bahayanya telah

diidentifikasi guna untuk mengelola resiko K3.

2)Untuk kegiatan tersebut Penyedia Jasa juga wajib menerapkan:

 pengendalian operasional.

 mendokumentasikan pengendalian.

 menentukan kriteria pengendalian operasional.

f. Kesiagaan dan Tanggap Darurat

1)Membuat, mengidentifikasian, menerapkan dan memelihara prosedur situasi

darurat.

2)Tanggap terhadap situasi darurat dan mencegah atau meminimalkan kerugian

yang ditimbulkan.

3)Perencanaan tanggap darurat harus memperhitungkan keberadaan pihak-pihak

terkait antara lain pemadam kebakaran, kantor polisi dan rumah sakit.

4)Secara berkala menguji prosedur tanggap darurat dengan melibatkan pihak-pihak

terkait yang diperlukan, apakah masih dapat diterapkan dalam menanggapi situasi

darurat.

5)Secara berkala mengkaji ulang dan merevisi prosedur kesiagaan dan tanggap

darurat khususnya setelah pengujian berkala dan sesudah terjadinya situasi

darurat.

2.8.4. Pemeriksaan (Evaluasi)

Pemeriksaan myerupakan pengukuran, pemantauan dan evaluasi kinerja

SMK3 dan hasilnya harus dianalisis guna menentukan keberhasilan atau untuk

(47)

Seperti yang terdapat pada pasal 10 pada Permen Nomor: 09/PRT/M/2008

menyatakan bahwa dalam hal materi penyelenggaraan SMK3 konstruksi bidang

Pekerjaan Umum yang dijadikan salah satu bahan evaluasi dalam proses pemilihan

penyedia jasa, maka PPK wajib menyediakan acuannya. PPK (Pejabat Pembuat

Komitmen) ialah pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran

anggaran belanja. Berikut ini adalah peraturan dalam setiap evaluasi atau pengukuran

kinerja SMK3:

2.8.4.1. Pengukuran dan Pemantauan

Adapun syarat dalam pengukuran dan pemantauan adalah sebagai berikut:

1) Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk pengukuran dan

pemantauan kinerja K3 secara teratur yang meliputi:

 pengukuran kualitatif dan kuantitatif.

 pemantauan lebih luas terhadap keseuaian dengan sasaran K3 penyedia jasa.

 pemantauan efektivitas.

 pemantauan penyakit, insiden (termasuk kecelakaan, hampir kena) dan bukti

historis.

 pencatatan data, hasil pemantauan dan pengukuran harus dapat mencukupi

kebutuhan untuk analisa tindakan perbaikan dan pencegahan.

2) Merencanakan memelihara prosedur kalibrasi peralatan.

2.8.4.2. Evaluasi Kepatuhan

Adapun syarat dalam evaluasi kepatuhan adalah sebagai berikut:

1)Membuat, menerapkan dan memelihara prosedur secara berkala sehingga dapat

mengevaluasi kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan.

(48)

3)Penyedia jasa dapat menggabungkan evaluasi ini dengan evaluasi kepatuhan

terhadap peraturan yang mengacu dalam prosedur terpisah.

2.8.4.3. Penyelidikan Insiden, Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan &

Pencegahan

a. Penyelidikan Insiden

Adapun syarat/peraturan dalam hal penyelidikan insiden adalah:

1) Penyedia Jasa harus membuat, menerapkan dan memelihara prosedur untuk

mencatat, menyelidiki dan menganalisa insiden untuk:

Identifikasi kebutuhan tindakan dan perbaikan.

Identifikasi peluang untuk tindakan pencegahan.

Identifikasi peluang untuk peningkatan berkelanjutan.

Mengkomunikasikan hasil penyelidikan kepada pemangku kepentingan.

2) Penyelidikan harus tepat waktu.

3) Beberapa identifikasi memerlukan tindakan perbaikan atau peluang tindakan

pencegahan harus sesuai dengan klausul.

b.Ketidaksesuaian, Tindakan Perbaikan dan Pencegahan

Semua hasil temuan dari pelaksanaan pemantauan, audit dan tinjauan ulang

SMK3 didokumentasi dan digunakan untuk identifikasi tindakan perbaikan dan

pencegahan serta pihak manajemen menjamin pelaksanaannya secara sistematik dan

efektif. Adapun syarat untuk membuat dan memelihara prosedur untuk menentukan

potensi ketidaksesuaian, tindakan perbaikan dan pencegahan ialah:

1) Memperbaiki ketidaksesuaian dan mengambil tindakan untuk mencegah resiko

Gambar

Gambar 4.2: Struktur Organisasi Tanggap Darurat
Tabel 4.1. Jadwal Pelaksanaan Program K3
Tabel 4.2.: Jumlah Responden Berdasarkan Kriteria Kebijakan K3
Tabel 4.3.:  Jumlah Responden Berdasarkan Kriteria Perencanaan K3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada Penerapan Sistem Manajemen Kesehatan Dan Keselamatan Kerja (SMK3) pada pelaksanaan proyek gedung RSUD Sunan Kalijaga Demak telah diterapkan dengan baik oleh

Dalam penyusunan tugas akhir ini, akan dievaluasi bagaimana penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) pada proyek pembangunan gedung Siloam

Berdasarkan hasil analisa terhadap penilaian penerapan SMK3 di proyek pembangunan Gedung Living World Pekanbaru, untuk hasil penilaian kuisioner yang ditujukan kepada

Laporan tugas akhir ini berjudul, “Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Jalan Tol Kayu Agung

Berdasarkan hasil penelitian yang berjudul “ Gambaran Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Gedung di

Evaluasi Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) Pada Proyek Pembangunan Gedung (Studi Kasus: Siloam Hospital di Jln. Imam.. Bonjol

Pembangunan gedung Telkomsel Pekanbaru merupakan salah satu proyek konstruksi yang menarik untuk diteliti karena pembangunan gedung Telkomsel termasuk kategori

Sehingga, berdasarkan kedua nilai persentase yang menunjukkan antara persentase kinerja penerapan SMK3 proyek dengan kelengkapan fasilitas K3 yang menunjang pelaksanaan proyek dengan