• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Efektivitas Pelayanan Publik Dalam Penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) Di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Efektivitas Pelayanan Publik Dalam Penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) Di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

Abidin. Zainal. 2010. Kebijakan Publik. Jakarta.

Balai Pustaka. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas RI. 2008. Batinggi. Ahmad. 1998. Manajemen Pelayanan Umum. Jakarta.

Boediono. 2003. Pelayanan Prima Perpajakan. Rineka Cipta. Jakarta. Gibson, et all. 1994. Organisasi dan Manajemen Perilaku. Yogyakarta.

Handoko. T. Hani. 2000. Manajemen Personalia dan Sumber Daya edisi II. Yogyakarta.

Kurniawan, Agung. 2005. Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaharuan.

Lubis, Hari. S.B. dan Martani Husaini. 1987. Teori Organisasi (Suatu Pendekatan Makro). Jakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu-ilmu Sosial Universitas Indonesia.

Lukman. Sampara. 2000. Manajemen Kualitas Pelayanan. Jakarta. STIA LAN Press.

Mahmudi. 2005. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Moenir. 2006. Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta. PT. Bumi Aksara.

Nawawi, H. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Pasolong, Harbani.2007.Teori Administrasi Publik. Bandung : Alfabeta.

Ratminto dan Winarsih, Atik Septi. 2005. Manajemen Pelayanan :pengembangan model konseptual, penerapan citizen’s charter dan standar pelayanan minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rukman, Mullins. 2006. Efektifitas Kerja Karyawan. Bandung: Budi Mulia. Sampara, L. & Sutopo. 2003. Pelayanan Prima. Lembaga Administrasi Negara

RI. Jakarta.

(2)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

3.1 Sejarah Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan.

Setelah terbentuknya Kantor Direktorat Jenderal Imigrasi pada tanggal 26 Januari 1950, maka di seluruh wilayah Indonesia pada tahun tersebut dibentuk kantor pendaratan yang pada mulanya di sebut “On schepings Kantoor” yang kemudian tugas Kantor Pendaratan itu berkembang melaksanakan teknis operasional keimigrasian. Untuk mengatur tugas dan fungsi tersebut maka dibentuk dalam inspektorat-inspektorat di tingkat propinsi atau lebih.

Koordinasi dan operasional berada di bawah Kantor Inspektorat Wilayah I Sumatera Utara/Aceh dan bertanggung jawab kepada Direktorat Jenderal Imigrasi di Jakarta.

Pada mulanya Kantor Inspektorat Wilayah (Kins-piyah) Sumatera Utara/Aceh tersebut bernama Kantor Inspektorat Imigrasi Sumatra Utara/Aceh yang berkedudu-kan di Medan, dan Kantor Imigrasi Daerah Medan sebelumnya bernama Kantor Imigrasi Medan. Perubahan ini didasarkan pada surat Keputusan Direktorat Jenderal Imigrasi Nomor S.016/III/3 tanggal 12 Oktober 1966. Akan tetapi berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI.No.: J.S/4/5/16 tanggal 14 Juli 1974, nama Kantor Inspektorat Imigrasi Wilayah di ganti menjadi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Imigrasi Sumatera Utara, sedangkan Kantor Imigrasi Medan menjadi Kantor Imigrasi Daerah Medan.

(3)

Kehakiman R I Nomor M.01-PR.08.04.1981 tanggal 20 Januari 1981, tentang pengaktifan kembali Kantor Imigrasi Medan yang diintegrasikan ke dalam Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Imigrasi Sumatera Utara/Aceh, maka terhitung tanggal 1 Juli 1981 Kantor Imigrasi Medan diaktifkan kembali.

Semakin pesatnya perkembangan pembangunan di Indonesia dengan teknologi canggihnya, maka Departemen Kehakiman pun tidak ketinggalan untuk meningkatkan Struktur Tata kerja Departemen Kehakiman R.I. No. : M-04.PR.07.10 tahun 1982 tanggal 26 April 1982 Kantor Daerah Direktorat Jenderal Imigrasi Sumatera Utara/Aceh dihapuskan, dan semua Kantor Wilayah yang berada di bawah naungan Departemen Kehakiman seperti Kanwil Pemasyarakatan, Pengadilan Negeri, Balai Harta Peninggalan diintegrasikan dalam satu wadah yang disebut dengan Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumatera Utara yang berkedudukan di Medan.

Kehakiman R.I. No. : M-02.PR.07.04 tahun 1983 tanggal 10 Maret 1983 tentang organisasi dan Tata Kerja Wilayah Departemen Kehakiman, Kantor Imigrasi Medan dikategorikan sebagaiKantor Imigrasi kelas I. Wilayah kerja Kantor Imigrasi Medan terdiri dari 5 (lima) Kabupaten/Kota yang meliputi 53 kecamatan. Kabupaten/Kota yang menjadi wilayah kerja Kantor Imigrasi Medan adalah sebagai berikut:

1. Kabupaten Deli Serdang. 2. Kabupaten Karo.

(4)

Sejarah perkembangan daerah Polonia Medan tercatat sejak tahun 1872 dimana area tersebut dimiliki oleh seorang berkebangsaan Polandia bernama Michalsky. Area rawa tak bertuam tersebut dibeli dan diolah oleh Michalsky menjadi area perkebunan tembakau yang cukup luas dan produktif. Dikarenakan wilayah tersebut masih merupakan wilayah tak bertuan maka Michalsky menamakan daerah tersebut Polonia, bahasa Latin menyebut Polandia, dengan harapan daerah tersebut dapat dikembangkan sebagai perkampungan Polandia yang bekerja di daerah Sumatera Timur.

Seiring dengan rencana kedatangan penerbangan perintis Fokker dari Belanda oleh Van der Hoop, VP Poleman, dan Van der Broeke menuju Medan, maka ada inisiatif dari pemerintah Gemeente (Kota Medan) untuk membangun sebuah lapang terbang sederhana, meski kemudian keinginan tersebut gagal terpenehu akibat waktu persiapan yang kurang matang. Perdaratan Van der Hoop beserta kawan-kawan kemudian dialihkan ke pacuan kuda Deli Renvereninging. Pembangunan Lapangan terbang yang gagal tersebut kemudian dimunculkan kembali oleh Gubernur Sumatera Timur pada saat itu, CS van Kempen pada tahun 1910, dan berhasil diimplementasikan dengan terbangunnya sebuah lapangan terbang sederha pada tahun 1928. Kedatangan 6(enam) pesawat KNILM milik pemerintah kolonial menandai pembangunan tersebut, sekalian peresmiannya. Nama polonia kembali dicantumkan sebagai nama lapangan tersebut. Pada tahun 1936 landasan pacu lapangan udara tersebut direnovasi sejauh 600 meter.

(5)

lintas udara Indonesia di bagian Sumatera tersebut menjadi tidak tergantikan, bahkan menjadikan Kota Medan sebagai kota terpadat ketiga di Indonesia di samping Jakarta dan Surabaya. Pada tahun 1975 Departemen Pertahanan dan Keamanan RI meresmikan status pengelolaan bersama lapangan udara Polonia menjadi Pangkalan Udara AURI dan Pelabuhan Udara Sipil. Pada tahun 1985 pengeloaan tersebut beralih kepada PT. Angkasa Pura. Pada tanggal 1 Januari 1994, PT. Angkass Pura berubah menjadi PT. Angkasa Pura II (Persero)

Kantor Imigrasi Kelas I Polonia sebagai salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) dilingkungan Kementerian Hukum dan HAM RI pada mulanya berkedudukan di tempat Pemeriksaan Imigrasi Bandara Polonia dengan memanfaatkan gedung Kantor Angkasa Pura II cabang Medan dengan status pinjam pakai. Pelaksanaan kegiatan dan fungsi keimigrasian dilaksanakan di dua tempat, yakni Kantor Imigrasi Polonia serta Bandara Polonia yang terletak di Kecamatan Medan Polonia.

(6)

Tahun 1987, Kepala Kantor Wilayah Departemen Kehakiman Sumater Utara melalui suranya Nomor : W207573.PL.02.01 Tahun 1987 tanggal 9 Juni 1987 secara resmi menyerahkan gedung Kantor Direktorat Jenderal Pemasyarakatan beserta tananhnya sebagai tempat beroperasi kegiatan Kantor Imigrasi Polonia yang berkedudukan di Jalan Mangkubumi No. 2 Medan. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor: M.03-PR.07.04 Tahun 1991 tanggal 15 April 1991 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi, Kantor Imigrasi memiliki tugas melaksanakan bagian tugas pokok dan fungsi Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia di wilayah yang bersangkutan. Adapun Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Polonia terdiri dari : 1. Kecamatan Medan Johor

2. Kecamatan Medan Tuntungan 3. Kecamatan Deli Tua

4. Kecamatan Tanjung Morawa 5. Kecamatan Lubuk Pakam 6. Kecamatan Pagar Merbau 7. Kecamatan Beringin 8. Kecamatan Pantai Labu 9. Kecamatan Medan Baru.

(7)

tersebut berupa pembentukan kecamatan baru namun pada waktu itu belum tertampung dalam Wilayah Kerja Kantor Imigrasi Polonia yang dituangkan dalam Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor Imigrasi Polonia. Untuk menghindari adanya ketidakjelasan dan kesimpangsiuran wilayah kerja tersebut; melalui Surat Sekretaris Direktorat Jenderal Imigrasi No. F-PR.07.04-1105 tanggal 25 Nopember 1992 telah ditegaskan tentang wilayah kerja Kantor Imigrasi Polonia dengan berdasarkan pemekaran wilayah pada Kota Medan dan Kabupaten Binjai yang meliputi beberapa kecamatan sebagai berikut :

1. Kecamatan Beringin 2. Kecamatan Deli Tua 3. Kecamatan Lubuk Pakam 4. Kecamatan Pagar Merbau 5. Kecamatan Pantai Labu 6. Kecamatan Tanjung Morawa 7. Kecamatan Medan Amplas 8. Kecamatan Medan Baru 9. Kecamatan Medan Johor 10.Kecamatan Medan Maimun 11.Kecamatan Medan Polonia 12.Kecamatan Medan Selayang 13.Kecamatan Medan Tuntungan

(8)

Hukum dan HAM sebagai tempat masuk atau keluar wilayah Indonesia. Setiap orang yang ingin keluar atau masuk ke Indonesia wajib melalui pemeriksaan (dokumen perjalanan dan/atau identitas diri yang sah) yang dilakukan oleh Pejabat Imigrasi di Tempat Pemeriksaan Imigrasi. Tanpa melalui TPI setiap orang yang keluar atau masuk Indonesia dianggap sebagai imigran illegal dan dapat dikenakan sanksi seperti yang termuat dalam pasal 113 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 tentang Kemigrasian, sanksi berupa pidana penjara paling lama 1 (satu) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Disini Pejabat Imigrasi akan memeriksa Dokumen Perjalanan dan menerangkan tanda masuk wilayah Indonesia. Setiap orang dapat keluar wilayah Indonesia setelah memenuhi persyaratan dan mendapat Tanda Keluar dari Pejabat Imigrasi. Pejabat Imigrasi menolak orang untuk keluar wilayah Indonesia dalam hal orang tersebut:

1. Tidak memiliki Dokumen Perjalanan yang sah dan masih berlaku.

2. Diperlukan untuk kepentingan penyelidikan dan penyidikan atas permintaan pejabat yang berwenang.

3. Namanya tercantum dalam daftar pencegahan

Menurut Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor M.HH-02.01.02 Tahun 2009 tentang Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI), ada 128 TPI yang terdapat di Indonesia. TPI tersebut terdiri dari TPI Pelabuhan, TPI Bandar Udara dan TPI lain-lain.

(9)

Visi : Masyarakat memperoleh kepastian hukum Misi : Melindungi Hak Asasi Manusia

Values : Kepentingan Masyarakat, Integritas, Responsif, Akuntabel dan profesional.

3.3 Struktur Organisasi

Sesuai dengan tugas dan fungsinya, struktur organisasi pada Kantor Imigrasi Polonia terdiri dari :

1. Bidang Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian (Seksi Insarkom), dibawahi oleh seorang Kepala Seksi (Pejabat Struktural Eselon IV.a) dan 2 (dua) orang Kepala Sub Seksi (Pejabat Eselon V.a), yaitu Sub Seksi Informasi dan Sub Seksi Komunikasi.

2. Bidang Lalu Lintas Keimigrasian (Seksi Lantaskim), dibawahi oleh seorang Kepala Seksi (Pejabat Struktural Eselon IV.a) dan 2(dua) orang Kepala Sub Seksi (Pejabat Struktural Eselon V.a), yaitu Kepala Sub Seksi Perizinan Keimigrasian dan Kepala Sub Seksi Lintas Batas yang berfungsi sebagai Kepala Unit Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) di Bandara.

3. Bidang Status Keimigrasian, dibawahi oleh seorang Kepala Seksi (Pejabat Struktural Eselon IV.a) dan 2(dua) orang Kepala Sub Seksi (Pejabat Struktural Eselon V.a), yaitu Kepala Sub Seksi Penentuan Status Keimigrasian dan Kepala Sub Seksi Penelaahan Status Keimigrasian.

(10)

5. Bidang Tata Usaha, dibawahi oleh seorang Kepala Sub Bagian Tata Usaha (Pejabat Struktural Eselon IV.a) dan 3 (tiga) orang Kepala Urusan (Pejabat Struktural Eselon V.a), yaitu Kepala Urusan Kepegawaian, Kepala Urusan Keuangan dan Kepala Urusan Umum.

3.4 Uraian Tugas Pokok dan Fungsi

Pelaksanaan Tugas Kantor Imigrasi Kelas I Polonia periode tahun 2012 dilaksanakan sesuai dengan program kerja dan program aksi yang dibuat dan berdasarkan DIPA Kantor Imigrasi Kelas I Polonia T.A 2012 Nomor : 0302/013-01.2.01/02/2012 tanggal 9 Desember 2011. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.03-PR.07.04 Tahun 1991 Tentang Tata Cara Kerja Kantor Imigrasi sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia RI Nomor M.14.PR.07.04 Tahun 2003 Tentang Tata Cara Kerja Kantor Imigrasi, makan tugas dan fungsi Kantor Imigrasi Kelas I Polonia melaksanakan :

1. Bidang Fasilitatif

(11)

dengan bidang Substantif (pelayanan) dalam hal operasional Keimigrasian, sub bagian tata usaha meliputi :

a. Urusan Kepegawaian (Sumber Daya Manusia)

Kepala Urusan Kepegawaian membantu sebagian tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha dalam melaksanakan tugasnya dibidang pembinaan personil, kedisplinan, usul promosi, diklat, dan lain-lain.

b. Urusan Umum

Menyangkut tentang hal yang mengenai Rumah Dinas, Kendaraan Dinas, Permohonan Pensertifikatan Tanah, Usul Penghapusan Barang Milik Negara (BMN), Usul Pelelangan dan Data Persediaan Blanko Dokumen Keimigrasian.

c. Urusan Keuangan

Kepala Urusan Keuangan beserta 2 (dua) orang bendaharawan yaitu bendaharawan PNBP dan bendaharawan Pengeluaran/Rutin membantu tugas Kepala Sub Bagian Tata Usaha dalam hal menerima biaya-biaya keimigrasian atau Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan belanja barang, belanja pegawai maupun penyetoran biaya Keimgrasian ke Bank yang dilakukan oleh bendaharawan :

1) Bendaharawan PNBP

Melaksanakan tugasnya menerima pungutan PNBP baik sewa rumah dinas maupun biaya keimigrasian.

(12)

Polonia dan melakukan pengadministrasian keuangan sesuai tata cara yang telah ditentukan oleh Kementerian Keuangan maupun petunjuk pelaksana dari Kementerian Hukum dan HAM RI agar penggunaan anggaran berbasis Kas dengan daya serap yang maksimal dan dapat dipertanggung jawabkan. Bendaharawan juga melakukan penyetoran atau pengembalian sisa Kas ke Negara melalui Bank yang ditunjuk sebagai bentuk pertanggung jawaban sesuai ketentuan yang berlaku. 2. Bidang Substantif

a. Seksi Lalu Lintas Keimigrasian

Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian melaksanakan sebagian tugas pimpinan di bidang pelayanan jasa keimigrasian berupa penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) yang digunakan untuk melakukan perjalanan antar negara dengan berbagai keperluan seperti berkunjung, keperluan medical, ibadah haji/umroh. Tugas lainnya juga dilaksanakan pada Pemeriksaan Keimigrasian di Tempat Pemeriksaan Imigrasi (TPI) Bandara Internasional Kuala Namu terhadap penumpang WNI dan WNA. b. Seksi Status Keimigrasian

Kepala Seksi Status Keimigrasian melaksanakan sebagian tugas pimpinan di bidang pelayananan izin keimigrasian berupa penerbitan Kartu Izin Tinggal Terbatas (KITAS), Kartu Izin Tinggal Tetap (KITAP). Bagi Tenaga Kerja Asing /orang asing perpanjangan izin kunjungan.

c. Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

(13)

dan Penindakan Keimigrasian yang dibantu oleh 2 (dua) orang Kasubsi Pengawasan dan Kasubsi Penindakan dengan kegiatan antara lain pengawasan orang asing pemegang izin tinggal keimigrasian dan mengambil tindakan hukum bilamana terjadi pelanggaran keimigrasian yang berada di wilayah kerja Kantor Imigrasi Polonia.

d. Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian

Kepala Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian melaksanakan sebagian tugas pimpinan dan dibantu oleh 2 (dua) orang Kasubsi yaitu Kasubsi Informasi dan Kasubsi Komunikasi di dalam hal penataan/penyimpanan file seluruh pelayanan jasa keimigrasian baik secara manual maupun secara elektronik. Melalui digital file ke dalam suatu sistem Komputerisasi untuk mempercepat alur pelayanan dan mempermudah memberikan informasi dengan tingkat keamanan dan akurasi yang terukur serta tidak memerluka ruangan arsip yang luas.

Berikut ini tugas - tugas pokok dari setiap Pejabat Imigrasi :

a) Kepala Kantor Imigrasi

Tugas Pokok :

(14)

b) Kepala Sub Bagian Tata Usaha Tugas Pokok :

Mengkoordinasikan penyelenggaraan Tata Usaha dan Rumah Tangga Kantor Imigrasi Klas I yang antara lain meliputi urusan surat menyurat, Kepegawaian, Keuangan, Perlengkapan dan rumah tangga serta memberikan pelayanan administrasi di lingkungan Kantor Imigrasi Klas I sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

c) Kepala Urusan Keuangan

Tugas Pokok

Melaksanakan Urusan Keuangan yang meliputi anggaran belanja rutin dan pembangunan di lingkungan kantor sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

d) Kepala Urusan Kepegawaian Tugas Pokok :

Melaksanakan Urusan Kepegawaian yang meliputi formasi mutasi, pemberhentian dan pemensiunan di lingkungan kantor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

e) Kepala Urusan Umum

Tugas Pokok :

(15)

f) Kepala Seksi Lalu Lintas Keimigrasian Tugas Pokok :

Melakukan kegiatan keimigrasian yang meliputi pemberian perlintasan, pemberian pemohonan dokumen perjalanan izin berangkat / kembali bagi warga negara asing atau warga negara Indonesia serta kegiatan dalam hal perjalanan, pendaratan, urusan haji, pengiriman tenaga kerja Indonesia ke luar negeri, pengurusan anak kapal dan izin masuk darurat sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka menunjang kelancaran pelayanan keimigrasian.

g) Kepala Sub Seksi Perizinan Keimigrasian

Tugas Pokok :

Melakukan pemberian dokumen perjalanan, izin berangkat dan izin kembali bagi WNA maupun WNI sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku guna tertibnya WNA / WNI yang keluar maupun masuk negara Indonesia.

h) Kepala Sub Seksi Lintas Batas

Tugas Pokok :

Memberikan perizinan Lintas Batas bagi warga negara asing yang hendak masuk ke Indonesia maupun warga negara Indonesia yang hendak pergi ke luar Indonesia sesuai perjanjian Lintas Batas yang telah ditetapkan dalam rangka tertibnya keluar masuk melalui pos perbatasan.

i) Kepala Seksi Pengawasan dan Penindakan Keimigrasian

Tugas Pokok :

(16)

WNA dan pemukim gelap yang melanggar ketentuan Keimigrasian di lingkungan kantor sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam rangka menertibkan WNA yang masuk ke wilayah Republik Indonesia.

j) Kepala Sub Seksi Penindakan Keimigrasian

Tugas Pokok :

Melakukan penyidikan dan penindakan, pencegahan dan penangkalan, penampungan sementara orang asing yang melakukan pelanggaran Keimigrasian berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

k) Kepala Sub Seksi Pengawasan Keimigrasian

Tugas Pokok :

Melakukan pengawasan terhadap WNA yang masuk ke wilayah Republik Indonesia maupun WNI yang akan berpergian ke luar negeri serta

mengadakan kerja sama antar instansi yang ada kaitannya dalam bidang pengawasan orang asing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

l) Kepala Seksi Status Keimigrasian

Tugas Pokok :

Mengkoordinasikan pelaksanaan pemantauan status keimigrasian, pendayagunaan warga negara asing pendatang maupun pemukin dan alih status izin tinggal, serta melaksanakan penelaahan dan penilaian tentang status keimigrasian orang asing, pemukim berdasarkan peraturan

(17)

m) Kepala Sub Seksi Penentuan Status Keimigrasian Tugas Pokok :

Melakukan penyaringan, penelitian, penyelesaian permohonan alih status dan izin tinggal keimigrasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

n) Kepala Sub Seksi Penelaahan Status Keimigrasian

Tugas Pokok :

Melakukan penelitian terhadap kebenaran bukti kewarganegaraan seseorang dan memberikan surat keterangan orang asing untuk kelengkapan permohonan kewarganegaraan.

o) Kepala Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian

Tugas Pokok :

Melakukan pengumpulan, pengolahan serta penyajian data informasi dan penyebarannya untuk penyidikan keimigrasian serta melakukan

pemeliharaan dokumentasi keimigrasian sesuai dengan ketentuan yang berlaku guna kelancaran pelaksanaan tugas Seksi Informasi dan Sarana Komunikasi Keimigrasian.

p) Kepala Sub Seksi Informasi

Tugas Pokok :

(18)

q) Kepala Sub Seksi Komunikasi Tugas Pokok :

Melakukan pemeliharaan dan pengamanan dokumentasi keimigrasian serta menggunakan sarana komunikasi keimigrasian dalam rangka pelaksanaan tugas.

3.5 Sumber Daya Manusia

Sumber Daya Manusia pada Kantor Imigrasi Kelas I Polonia berdasarkan keadaan bulan Oktober 2015 adalah sebanyak 127 orang pegawai terdiri dari : 1. Pejabat Struktural Eselon III sebanyak 1 (satu) orang, yakni Kepala Kantor. 2. Pejabat Struktural Eselon IV sebanyak 5 (lima) orang.

3. Pejabat Struktural Eselon V sebanyak 10 orang.

4. Pejabat Imigrasi sebanyak 42 orang, terdiri dari 33 orang PTK (Pejabat Teknis Keimigrasian), 2 orang lulusan Ajun dan 9 orang lulusan AIM (Akademi Keimigrasian).

5. Pegawai/Staf Tata Usaha sebanyak 67 orang.

(19)

3.6. Lambang dan Artinya

Frame Lingkaran : Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam melaksanakan tugas dan fungsinya senantiasa mengedepankan prinsip sinergitas

Latar Belakang Merah Putih : Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia berjiwa pemberani (merah) dan niat yang suci/tulus (putih)

Simbol Manusia berjumlah 5 orang melompat : Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia yang memiliki semangat kerja keras dalam mencapai visi dan misi organisasi

(20)

Warna Seragam Biru : Biru melambangkan kekuatan dan optimisme, artinya setiap Aparatur Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia mempunyai kekuatan atau potensi diri serta optimisme dalam memberikan sumbangsihnya bagi organisasi, bangsa dan negara

(21)

BAB IV PENYAJIAN DATA

4.1. Informan Penelitian

Seperti yang telah diuraikan dari bab sebelumnya bahwa tujuan penelitian adalah untuk mengetahui bagaimana efektifitas pelaksanaan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan. Dengan demikian untuk mengetahui pelaksanaan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) tersebut maka terlebih dahulu dikemukakan identitas informan dalam penelitian ini.

Informan yang dijadikan objek dalam penelitian di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan diambil sebanyak 1 orang informan kunci (Kepala Kantor), 1 orang Kepala Bagian Umum, 1 orang pegawai bagian loket dan 1 orang pegawai bagian input data sebagai informan utama dan 4 orang masyarakat sebagai informan tambahan. Hal ini dilakukan untuk menjamin keabsahan dan informasi yang diperoleh selama penelitian.

4.2. Hasil Wawancara

(22)

dengan menggunakan pertanyaan - pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya dan berstruktur.

Wawancara dilakukan dengan informasi kunci yaitu dengan Bapak Heriyanto, SE. SH. Msi selaku Kepala Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan yaitu . Wawancara ini dilakukan pada hari Kamis, 2 April 2015 pukul 10.00 WIB di dengan memberikan sejumlah pertanyaan yang berhubungan dengan judul penelitian.

Terkait dengan pelaksanaan penerbitan SPRI, penulis menanyakan tentang Bagaimana tahapan atau prosedur yang dijalani dalam pengajuan SPRI.

“Pemohon mengambil nomor antrian beserta diberikannya formulir yang berfungsi menuliskan biodata pemohon. Pemohon menyerahkan dokumen asli maupun fotocopy untuk melakukan pengesahan dokumen yang dicek oleh petugas. Setelah dokumen dicek, dokumen tersebut discan oleh petugas yang berfungsi untuk memasukkan ke dalam sistem. Setelah melakukan scan. Adapun berkas yang harus disiapkan setiap pemohon yakni segala persyaratan mutlak seperti KTP, KK, akte lahir/ijazah yang difotocopy masing-masing 1 rangkap dan nomor antrian ke loket permohonan. Setelah berkas diterima di loker permohonan, pemohon dapat langsung foto, sidik jari dan wawancara. Dan tahap terakhir pemohon membayar biaya paspor ke bank BNI. Paspor bisa diambil empat hari ke depan.”

(23)

Tahap terakhir pemohon membayar biaya paspor ke bank BNI dan empat hari kemudian datang mengambil paspor.

Terkait sarana dan prasarana yang tersedia di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan. Penulis menanyakan seberapa baikkah sarana dan prasarana yang tersedia guna menunjang pelaksanaan penerbitan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

“Untuk sarana dan prasarana maupun fasilitas yang tersedia di kantor, setiap tahunnya kita melakukan pengembangan dan perbaikan di tempat – tempat yang dirasa memerlukan perbaikan serta pengembangan dan untuk saat ini sarana dan prasarana yang tersedia masih kurang dikarenakan meningkatnya pelayanan yang harus diberikan sedangkan sarana dan prasarana belum ditingkatkan sehingga sistem harus ditambah seperti PC, printer, kamera, mesin scan, dll.”

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpulkan bahwa informan menyatakan bahwa sarana dan prasarana serta fasilitas pendukung tugas pelayanan penerbitan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan masih kurang dan belum diimbangi dengan banyak permohonan dari masyarakat.

Mengenai kemampuan dari masing – masing pegawai di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan, penulis menanyakan bagaimanakah kemampuan dari masing – masing pegawai/tenaga pelaksana penerbitan SPRI pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

(24)

tenaga pelaksana/pegawai diberikan pelatihan dan pembelajaran terhadap tugas masing – masing sehingga ketika berhadapan dengan masyarakat langsung mampu memberikan pelayanan yang maksimal dan memuaskan masyarakat.”

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap informan dapat disimpulkan bahwa para pegawai/tenaga pelaksana penerbitan SPRI sudah dibekali dengan kemampuan yang mampu menunjang kinerja dalam hal pelayanan kepada masyarakat.

Berikutnya penulis melakukan wawancara dengan informan utama yaitu dengan Bapak Zulfan Basir Siregar selaku Kepala Urusan Umum Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan. Terkait sikap para pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Penulis menanyakan hal mengenai daya tanggap para pegawai dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat terutama dalam penerbitan SPRI.

“Setiap masyarakat yang hendak mengajukan penerbitan SPRI langsung ditangani oleh para pegawai yang membidangi pelayanan tersebut, masyarakat harus antri dalam menerima giliran pengurusan penerbitan SPRI. Respon yang pegawai berikan terkait pelayanan penerbitan SPRI dirasa cukup baik hal ini terbukti dengan sedikitnya keluhan – keluhan yang muncul dari masyarakat mengenai tingkat pelayanan penerbitan SPRI pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan. Akan tetapi tetap harus ada perbaikan yang dilakukan agar masyarakat yang mengajukan penerbitan SPRI benar – benar memperoleh pelayanan kelas satu dan yang terbaik dari para pegawai.”

(25)

“Masyarakat yang mengajukan penerbitan SPRI dilayani dengan baik di tiap – tiap loket yang tersedia dan dilayani dengan baik pula pada tiap – tiap bagian yang berhubungan dengan penerbitan SPRI. Walaupun masih ada beberapa kekurangan yang perlu dibenahi akan tetapi pelayanan yang diberikan dirasa sudah cukup maksimal.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas, maka dapat disimpulkan bahwa sikap dan daya tanggap para pegawai/tenaga pelaksana penerbitan SPRI sudah cukup maksimal dan memuaskan akan tetapi diperlukan pembenahan dibeberapa hal agar ke depannya pelayanan yang diberikan mampu memberikan kepuasan kepada masyarakat.

Hasil wawancara dengan Kepala Urusan Umum Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan terkait apakah yang menjadi kendal ataupun faktor penghambat dalam penerbitan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

“Terlambatnya jaringan pada sistem pusat, terbatasnya saran dan prasarana yang menunjang penerbitan SPRI yang belum mampu mengakomodasi seluruh masyarakat terutama disaat banyak masyarakat yang melakukan pengajuan penerbitan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan”

Sedangkan hasil wawancara yang diperoleh dari pegawai bagian input data yaitu.

(26)

Dari hasil wawancara di atas, dapat disimpukan bahwa kendala atau hambatan yang dihadapi dalam proses pemberian pelayanan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan berasal dari internal Kantor Imigrasi itu sendiri yaitu kerusakan/lambatnya sistem jaringan dari pusat, terbatasnya sarana dan prasarana serta kurangnya jumlah pegawai. Sedangkan dari ekternal Kantor Imigrasi yaitu dari pihak pemohon adalah dokumen yang dipersyaratkan untuk penerbitan SPRI tidak lengkap serta sebagian pemohon terlihat tidak sabar menunggu proses penerbitan SPRI sehingga petugas kewalahan apalagi saat pengambilan sidik jari dan foto.

Wawancara dengan Kepala Urusan Umum terkait apakah tenaga pelaksana yang tersedia sudah cukup untuk memberikan pelayanan penerbitan SPRI kepada masyarakat.

“Jumlah petugas pelaksana pelayanan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan sudah mencukupi untuk pelayanan normal namun kadang kala disaat jumlah pemohon banyak/membludak jadi tidak sebanding dengan jumlah petugas pelaksana yang ada hal inilah terkadang menjadi permasalahan yang selalu muncul jika petugas pelaksana ditambah akan terjadi kelebihan tenaga pelaksaan terutama jika pemohon SPRI sedikit jumlahnya.”

Hal ini juga didukung oleh hasil wawancara yang diperoleh dari pegawai bagian loket di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan yakni sebagai berikut.

(27)

Dari hasil wawancara di atas, dapat dirangkum pada umumnya informan menyatakan bahwa jumlah tenaga pelaksana pelayanan penerbitan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan sudah mencukupi bila pengajuan permohonan yang diterima normal. Tetapi bila permohonan banyak, jumlah petugas pelaksana yang ada tidak seimbang.

Selanjutnya penulis melakukan wawancara kepada masyarakat sebagai pihak yang menerima pelayanan dari Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan terkait apakah yang harus dilakukan oleh pihak Kantor Imigrasi Klas I dalam meningkatkan pelayanan terutama dalam penerbitan SPRI.

Hasil wawancara yang diperoleh dari Ibu Nurul Hasanah sebagai masyarakat yang mengajukan permohonan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) sebagai berikut.

“Sewaktu saya mengajukan permohonan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) saat ini sedang ramai sekali sehingga waktu saya sedikit tersita dalam proses tersebut kalau dari segi pelayanan yang ada saya rasa sudah cukup baik tetapi rasanya perlu sedikit penambahan kapasitas ruangan dan petugas terutama jika suasana sedang ramai, hal ini agar masyarakat yang mengajukan permohonan memperoleh kenyamanan pada saat menunggu proses yang dijalani.”

Hasil wawancara dengan ibu Anita sebagai masyarakat yang mengajukan permohonan Surat Perjalanan Republik Indonesia diperoleh hasil sebagai berikut.

(28)

permohonan dirasa perlu dipersingkat agar memepercepat setiap proses permohonan.”

Sedangkan hasil wawancara yang dilakukan kepada saudara Putra Satria sebagai pihak pemohon Surat Perjalanan Republik Indonesia diperoleh hasil sebagai berikut.

“Kebetulan saat saya mengajukan permohonan saat itu sedang terjadi gangguan jaringan dari pusat sehingga mengganggu proses yang akan saya lakukan oleh karena itu perlu adanya peningkatan kualitas sistem jaringan agar proses yang sedang dilakukan tidak terhambat oleh permasalahan tersebut.”

Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa secara umum masih terdapat kekurangan dalam proses penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) terutama mengenai jaringan yang sering terganggu, kurangnya petugas saat permohonan banyak hingga waktu yang dibutuhkan dalam proses pembuatan yang bisa dipersingkat. Perbaikan dalam hal yang disebutkan diatas menjadi saran yang umumnya diberikan masyarakat sebagai pemohon Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).

Berikutnya penulis melakukan wawancara terhadap masyarakat sebagai pihak yang menerima pelayanan di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan terkait bagaimanakah pelayanan yang diterima oleh masyarakat terutama pada saat mengajukan permohonan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia, berikut hasilnya.

(29)

“Pelayanan yang saya peroleh sangat baik dari mulai mengambil antrian hingga foto, para petugas memperlakukan para pemohon atau masyarakat dengan baik seluruh pemohon diperlakukan sama baiknya. Dan jangka waktu penyelesaian paspor ±4 hari setelah pemohon melakukan pembayaran di Bank BNI yang sudah sesuai dengan peraturan yang ditetapkan.”

Berikutnya hasil wawancara dengan saudari Dini Septika sebagai pemohon Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI), diperoleh hasil wawancara sebagai berikut.

“Seluruh proses yang saya jalani sesuai dengan peraturan yang ada mulai dari memberikan berkas hingga pengambilan paspor sudah sesuai dengan apa yang ada di peraturan. Dalam hal pelayanan pun saya merasa dilayani dengan baik oleh para petugas walaupun saya harus mengantri cukup lama, untuk itu saya rasa perlu perbaikan agar antrian yang ada tidak terlalu panjang sehingga tidak memakan waktu yang lama.”

(30)

BAB V ANALISA DATA

Dalam bab ini, penulis akan menganalisis seluruh data yang telah dikumpulkan dan disajikan pada bab sebelumnya. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan analisis kualitatif, dimana data dan fakta yang telah didapatkan di lapangan akan dideskripsikan sebagaimana adanya serta menafsirkannya dengan analisis kemampuan daya nalar peneliti untuk membuat kesimpulan penelitian.

Penelitian ini berkaitan dengan efektivitas pelayanan publik melalui penerapan sistem penerbitan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan yang ditinjau dari hambatan yang dihadapi, tahapan prosedur pelayanan penerbitan SPRI, dukungan sarana, prasarana, dan/atau fasilitas, kompetensi pelaksana pelayanan penerbitan SPRI, jumlah pelaksana pelayanan penerbitan SPRI, dan jangka waktu penyelesaian SPRI, akan dianalisis lebih dalam lagi sesuai dengan data - data yang telah disajikan di bab sebelumnya.

5.1. Efektivitas Pelayanan Publik Mengenai Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI)

(31)

dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antarnegara yang berlaku selama jangka waktu tertentu.

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 pada Pasal 35 juga dijelaskan bahwa Dokumen Perjalanan Republik Indonesia berfungsi sebagai Dokumen Perjalanan antarnegara, bukti identitas diri, dan bukti kewarganegaraan Republik Indonesia dari pemegang Paspor yang bersangkutan pada saat berada di luar Wilayah Indonesia. Pasal 49 menyatakan bagi warga negara Indonesia yang berdomisili atau berada di Wilayah Indonesia

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian pada Pasal 50 menyatakan bahwa penerbitan Paspor biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Imigrasi yang ditunjuk pada Perwakilan Republik Indonesia. Pasal 52 bahwa Penerbitan Paspor biasa dilakukan melalui tahapan : pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan persyaratan, pembayaran biaya Paspor, pengambilan foto dan sidik jari dan wawancara. Juga dilakukan verifikasi dan adjudikasi. Pasal 53 bahwa Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk menerbitkan Paspor biasa dalam waktu paling lama 4 (empat) hari kerja sejak dilakukan wawancara.

(32)

petugas, pengecekan dokumen, dokumen discan, wawancara dan foto dan pemohon membayar biaya paspor ke bank BNI. Pemohon diminta datang empat hari kemudian untuk menerima SPRI.

Tahapan prosedur yang dijalani tersebut merupakan kewajiban yang harus dilakukan pemohon dalam pengajuan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia, pelayanan yang diterima oleh masyarakat merupakan suatu elemen penting dalam pelayanan publik. Masyarakat sebagai objek dari pelayanan publik harus diberikan pelayanan yang maksimal agar tercipta kepuasan dalam diri masyarakat setelah menerima pelayanan dari suatu instansi publik.

(33)

dalam proses maupun terkait biaya yang harus dikeluarkan pemohon dalam proses pengajuan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI).

Dilihat dari sudut kemampuan yang dimiliki oleh para petugas pelaksana sudah tergolong baik karena masing – masing tenaga pelaksana ditempatkan sesuai dengan kemampuan yang mereka miliki masing – masing. Pemilihan posisi yang sesuai juga menentukan kualitas pelayanan publik yang diberikan kepada masyarakat, setiap petugas pelaksana diberikan pemahaman serta penjelasan terkait tugas dan fungsi masing – masing sehingga ketika menghadapi masyarakat para petugas sudah paham apa yang harus dilakukan dan apa yang menjadi fungsi mereka masing – masing.

5.2. Faktor – Faktor Yang Menjadi Penghambat Pelayanan Publik Dalam Penerapan Sistem Penerbitan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan

Masyarakat merupakan objek dari seluruh pelayanan publik yang negara lakukan karena pada dasarnya negara berkewajiban memberikan pelayanan yang maksimal kepada setiap warga negara Indonesia. Pelayanan tersebut tersedia di berbagai bidang yakni kesehatan, hukum, keamanan dan lain – lain. Peran dari aparatur negara dalam memberikan pelayanan dipandang haruslah mampu memuaskan masyarakat dalam menyikapi pelayanan yang diberikan kepada masyarakat tersebut.

(34)

penghambat yang muncul dalam pelayanan publik dalam hal ini mengenai penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan. Faktor penghambat ini dibagi menjadi dua yaitu faktor penghambat yang berasal dari internal Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan dan faktor yang berasal dari eksternal Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

Faktor - faktor penghambatan pelayanan publik dalam penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan yang berasal dari internal Kantor Imigrasi itu sendiri antara lain yaitu kerusakan/lambatnya sistem jaringan dari pusat, hal ini sering kali terjadi pada saat – saat padatnya penggunaan jaringan. Hasil wawancara menunjukkan bahwa gangguan pada jaringan pusat sering terjadi sehingga berdampak pada terhambatnya pelaksanaan pelayanan publik dalam penerbitan SPRI. Untuk itu dirasa ke depannya jaringan yang tersedia harus diciptakan sedemikian rupa agar mampu meminimalisir permasalahan terkait gangguan ataupun lambatnya jaringan dari pusat. Sistem jaringan perlu ditingkatkan ke taraf yang benar – benar maksimal agar mampu menampung permintaan permohonan yang berhubungan dengan pelayanan pada Kantor Imigrasi.

(35)

penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) mengakibatkan petugas pelaksana kewalahan menghadapi tingginya permohonan untuk itu dirasa perlu peningkatan jumlah pegawai atau tenaga pelaksana agar jika terjadi lonjakan permohonan dapat ditangani dengan baik oleh petugas pelaksana yang tersedia.

Terkait sarana dan prasarana yang tersedia di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan sebenernya sudah memadai jika permohonan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) dalam taraf normal akan tetapi ketika permohonan melonjak dan naik secara drastis maka fasilitas atau sarana dan prasarana yang tersedia tadi belum cukup untuk mengatasi lonjakan permintaan tersebut. Perlu penambahan PC komputer, printer serta kamera agar proses yang dijalani lebih cepat dan antrian tidak membludak. Peningkatan fasilitas juga perlu demi menciptakan kenyamanan pada masyarakat sebagai pihak yang menjadi objek dari pelayanan publik pada Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan. Disamping itu terdapat pula fasilitas atau sarana dan prasarana yang tersedia di kantor dalam kondisi rusak dan tidak bisa dipergunakan, hal ini juga menimbulkan permasalahan bahwa perawatan fasilitas kantor terutama yang berhubungan dengan penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) perlu diperbaiki agar fasilitas yang tersedia dapat digunakan dalam jangka waktu yang cukup panjang.

(36)

kebanyakan pemohon SPRI tidak memenuhi persyaratan kelengkapan berkas sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 pada Pasal 35 juga dijelaskan bahwa Dokumen Perjalanan Republik Indonesia berfungsi sebagai Dokumen Perjalanan antarnegara, bukti identitas diri, dan bukti kewarganegaraan Republik Indonesia dari pemegang Paspor yang bersangkutan pada saat berada di luar Wilayah Indonesia. Pasal 49 menyatakan bagi warga negara Indonesia yang berdomisili atau berada di Wilayah Indonesia, permohonan Paspor biasa diajukan kepada Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk dengan mengisi aplikasi data dan melampirkan persyaratan.

Persyaratan yang dimaksud yaitu kartu tanda penduduk yang masih berlaku, kartu keluarga, akta kelahiran, akta perkawinan atau buku nikah, ijazah, atau surat baptis, surat pewarganegaraan Indonesia bagi Orang Asing yang memperoleh kewarganegaraan Indonesia melalui pewarganegaraan atau penyampaian pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang - undangan, surat penetapan ganti nama dari pejabat yang berwenang bagi yang telah mengganti nama, dan paspor lama bagi yang telah memiliki paspor.

(37)
(38)

BAB VI PENUTUP

VI.1. Kesimpulan

Berdasarkan penyajian data dan analisis yang dilakukan penulis pada penelitian ini, maka dapat diambil kesimpulan bahwa penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesiia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan dapat dikatakan belum efektif, dikarenakan masih ditemukan masalah dimanan penerbitan SPRI tidak selalu sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan. Hal tersebut disebabkan oleh:

a) Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas yang ada dan tersedia saat ini di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan pada umumnya masih kurang dan belum diimbangi dengan banyak permohonan dari masyarakat.

b) Gangguan jaringan yang berimbas kepada putusnya koneksi ke Pusat sehingga tidak dapat dilakukan konsolidasi

c) Jumlah tenaga pelaksana di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan jumlahnya belum sesuai dengan beban kerja apalagi bila pemohon SPRI banyak jumlah petugas pelaksana yang ada menjadi tidak seimbang atau masih kurang.

VI.2 Saran

(39)

a) Agar sarana, prasarana, dan/atau fasilitas ditambah dan ditingkatkan sesuai kebutuhan sehingga pelaksanaan pelayanan publik penerbitan SPRI di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan dapat lebih efektif.

b) Meningkatkan kerjasama dengan kantor pusat untuk kelancaran jaringan. c) Agar jumlah tenaga pelaksana di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan

(40)

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1. Bentuk Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Zuriah (2006:47) penelitian dengan menggunakan metode deskriptif adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta, atau kejadian-kejadian, secara sistematis dan akurat, mengenai sifat-sifat populasi atau daerah tertentu. Dalam penelitian deskriptif cenderung tidak perlu mencari atau menerangkan saling berhubungan dan menguji hipotesis.

Berdasarkan pengertian di atas, maka penelitian ini, adalah penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala fakta-fakta, atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai efektivitas pelayanan publik melalui penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan”.

2.2. Lokasi Penelitian

(41)

2.3. Informan Penelitian

Menurut Suyanto (2005 :17) Penelitian kualitatif tidak dimaksudkan untuk membuat generalisasi dari hasil penelitiannya, oleh karena itu pada penelitian kualitatif tidak dikenal adanya populasi dan sampel.

Penentuan informan dalam penelitian kualitatif berfungsi untuk mendapatkan informasi yang maksimum (Sugiyono, 2009:221). Informan adalah seseorang yang benar-benar mengetahui suatu persoalan tertentu yang darinya dapat diperoleh informasi yang jelas, akurat terpercaya baik berupa pernyataan, keterangan atau data-data yang dapat membantu dalam memahami persoalan tersebut.

Dalam penelitian ini penentuan informan kunci dan utama dilakukan dengan teknik purposive sampling. Sedangkan menentukan informan tambahan dilakukan dengan teknik accidental sampling. Menurut Sugiyono (2009:53,77) menjelaskan yang dimaksud dengan purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Dan accidental sampling adalah mengambil responden sebagai sampel/informan berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang secara kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai informan bila orang yang kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.

(42)

kebetulan bertemu dengan peneliti saat dilakukannya penelitian di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

Menurut Suyanto (2005 : 172) informan penelitian beberapa macam, yaitu: 1. Informan kunci merupakan mereka yang mengetahui dan memiliki

informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian yaitu Kepala Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan yaitu Bapak Heriyanto, SE. SH. Msi. 2. Informan utama merupakan mereka yang terlibat langsung dalam interaksi

sosial yang diteliti yaitu Kepala Bagian Umum Kantor Imigrasi Klas 1 Polonia Medan, Pegawai Bagian Loket dan Pegawai Bagian Input Data. 3. Informan tambahan merupakan mereka yang dapat memberikan informasi

walaupun tidak langsung terlibat dalam interaksi sosial yang diteliti yaitu masyarakat yang mengajukan pembuatan paspor di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

2.4. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua macam teknik penggumpulan data menururt klasifikasi jenis dan sumbernya, yaitu:

Teknik Pengumpulan Data Primer

(43)

informan atau pihak yang berhubungan dan memiliki relevansi terhadap masalah yang berhubungan dengan penelitian.

b. Kuesioner (angket), adalah suatu daftar yang berisi rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu masalah atau bidang yang akan diteliti, yang bertujuan memperoleh informasi yang relevan, serta informasi yang dibutuhkan dapat dibutuhkan secara serentak. Dalam penelitian ini angket digunakan sebagai alat pendamping dalam mengumpulkan data. Daftar pertanyaan dibuat semi terbuka yang memberi pilihan jawaban pada responden dan memberikan penjelasan-penjelasan yang diperlukan oleh peneliti.

c. Observasi adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung terhadap objek penelitian kemudian mencatat gejala-gejala yang ditemukan di lapangan untuk melengkapi data-data yang diperlukan sebagai acuan yang berkaitan dengan permasalahan penelitian.

Teknik Pengumpulan Data Sekunder

(44)

II.5 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis data kualitatif yang menguraikan serta menginterpretasikan data yang diperoleh di lapangan dari para informan kunci (key informan). Penganalisisan ini didasarkan pada kemampuan nalar dalam menghubungkan fakta, data, dan informasi, kemudian data yang diperoleh akan dianalisis sehingga diharapkan muncul gambaran yang dapat mengungkapkan permasalahan penelitian.

(45)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Berbagai upaya pembangunan nasional yang dilakukan oleh pemerintah saat ini dituntut untuk semakin mampu menyentuh segala aspek kehidupan rakyat Indonesia. Melalui aspek pembangunan nasional pemerintah mengadakan penyelenggaraan Negara. Pelayanan publik atau pelayanan yang berkualitas kepada masyarakat adalah suatu pelayanan yang mendahulukan kepentingan publik, mempermudah urusan publik, mempersingkat waktu pelaksanaan urusan publik dan memberikan kepuasan kepada publik.

Selaku penyelenggara pelayanan publik, pemerintah perlu menyadari fungsi sosial yang diemban dalam rangka pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, serta betapa penting dan strategisnya peran pemerintah sebagai aparatur negara yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap perkembangan dan kemajuan masyarakat. Di sisi lain, masyarakat yang berhak mendapatkan pelayanan publik, pada umumnya berada pada posisi yang lemah jika dikaitkan dengan pelayanan yang diterima. Masih sering ditemukan bahwa masyarakat belum dapat menuntut agar pelayanan yang mereka terima sepadan dengan apa yang seharusnya dapat diperoleh.

(46)

identitas pemegangnya, yang berlaku dan dikeluarkan oleh Kantor Imigrasi yang ada di seluruh wilayah Indonesia. Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) berfungsi sebagai alat bukti domisili bagi seseorang yang menunjukkan kewarganegaraannya di wilayah negara lain.

Direktorat Jenderal Imigrasi secara resmi pada tanggal 26 Juli 2008 menggunakan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia dalam pembuatan pasport Republik Indonesia di seluruh Kantor Imigrasi di Indonesia.

Pelaksanaannya menggunakan sistem antrian atau dikenal dengan sistem FIFO (First In First Out) dimana sistem akan menolak jika terdapat lompatan berkas permohonan pembuatan pasport serta dapat mengurangi praktek percaloan. Pembuatan pasport dengan menggunakan sistem ini hanya membutuhkan waktu penyelesaian empat hari setelah wawancara, dan juga akan mencegah terjadinya pembuatan pasport ganda karena pengolahan verifikasi data pemohon yang lebih detail dan perangkat yang terhubung secara online pada Kantor Imigrasi di seluruh Indonesia.

(47)

Dengan penerapan Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia. Sistem Penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia dilaksanakan bertujuan untuk mempercepat proses pembuatan pasport yang berfungsi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik serta meningkatkan keamanan dalam pembuatan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI). Dalam pelaksanaannya, masih ditemukan berbagai masalah terkait dengan pelayanan dan pengurusan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) ini.

Dalam sektor publik, faktor-faktor yang mempengaruhi pelayanan yang dinilai dari indikator-indikator yang melekat pada pemerintah antara lain adalah efisiensi dan efektivitas. Dalam kajian ini, indikator yang diangkat adalah efektivitas. Pelayanan publik dapat dikategorikan efektif apabila publik/ masyarakat mendapatkan kemudahan pelayanan dengan prosedur yang singkat, cepat, tepat dan memuaskan. Keberhasilan meningkatkan efektifitas pelayanan publik ditentukan oleh banyak faktor antara lain sumber daya manusia (aparat pelayanan) dan sumber daya sarana prasarana pelayanan. Sehubungan dengan munculnya permasalahan, maka merupakan suatu keharusan bagi Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan untuk melakukan perubahan dalam hal pelayanan publik di Kantor Imigrasi.

(48)

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana efektivitas pelayanan publik dalam penerapan sistem penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan?

b. Faktor-faktor apa yang menghambat pelayanan publik dalam penerapan sistem penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan?

I.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan jawaban terhadap perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas yakni:

1. Untuk menganalisis efektivitas pelayanan publik melalui penerapan sistem penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

2. Untuk menganalisis faktor-faktor apa yang menghambat pelayanan publik melalui penerapan sistem penerbitan Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) di Kantor Imigrasi Klas I Polonia Medan.

I.4 Manfaat Penelitian

(49)

1. Manfaat Secara Ilmiah

Sebagai sarana untuk melatih dan mengembangkan kemampuan berfikir ilmiah, sistematis yang bermanfaat untuk mengembangkan kemampuan menuliskan karya ilmiah di lapangan berdasarkan kajian-kajian teori dan aplikasi yang diperoleh dari Ilmu Administrasi Negara.

2. Manfaat Secara Akademis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khasanah kepustakaan sehingga dapat menambah bahan kajian perbandingan bagi yang memanfaatkannya.

3. Manfaat Secara Praktis

Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan informasi mengenai profesionalisme kerja dalam memberikan pelayanan publik.

I.5 Kerangka Teori

Untuk memudahkan penulis dalam rangka menyusun penelitian ini, maka dibutuhkan teori-teori sebagai pedoman kerangka berpikir untuk menggambarkan dari sudut mana peneliti menyoroti masalah yang dipilih. Pedoman tersebut disebut kerangka teori. Kerangka teori merupakan landasan berpikir untuk melakukan penelitian dan teori yang dipergunakan untuk menjelaskan fenomena sosial yang menjadi objek penelitian.

(50)

hal-hal yang berhubungan dengan variabel pokok, subvariabel, atau pokok masalah yang ada dalam penelitiannya (Sugiyono, 2010:57).

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan untuk memecahkan atau menyoroti masalah. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok–pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana penelitian disorot. Uraian di dalam kerangka teori merupakan hasil berpikir rasional yang dituangkan secara tertulis meliputi aspek-aspek yang terdapat di dalam masalah ataupun sub-sub masalah (Nawawi, 2005:39-40). Adapun teori-teori yang dianggap relevan dengan penelitian ini adalah:

1.5.1 Pelayanan Publik

1.5.1.1Defenisi Pelayanan Publik

(51)

Beberapa pakar yang memberikan pengertian mengenai pelayanan diantaranya adalah Moenir (Pasolong, 2007:128). Pasolong (2007:4), pelayanan pada dasarnya dapat didefinisikan sebagai aktivitas seseorang, sekelompok dan/atau organisasi baik langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutuhan

Hasibuan mendefinisikan pelayanan sebagai kegiatan pemberian jasa dari satu pihak ke pihak lain, dimana pelayanan yang baik adalah pelayanan yang dilakukan secara ramah tamah dan dengan etika yang baik sehingga memenuhi kebutuhan dan kepuasan bagi yang menerima.

Menurut Kotler dalam Lukman (2000:8), pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefenisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh instansi pemerintah di pusat, di daerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan (Ratminto, 2005:5)

(52)

publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.

Menurut Ahmad Batinggi (1998:21) terdapat tiga jenis layanan yang bisa dilakukan oleh siapapun, yaitu :

1. Layanan dengan lisan

Layanan dengan lisan dilakukan oleh petugas - petugas di bidang Hubungan Masyarakat ( HUMAS ), bidang layanan Informasi, dan bidang- bidang lain yang tugasnya memberikan penjelasan atau keterangan kepada siapapun yang memerlukan. Agar supaya layanan lisan berhasil sesuai dengan yang diharapkan, ada syarat - syarat yang harus dipenuhi oleh pelaku layanan yaitu :

a) Memahami masalah - masalah yang termasuk ke dalam bidang tugasnya.

b) Mampu memberikan penjelasan apa yang diperlukan, dengan lancar, singkat tetapi cukup jelas sehingga memuaskan bagi mereka yang memperoleh kejelasan mengenai sesuatu.

c) Bertingkah laku sopan dan ramah 2. Layanan dengan tulisan

(53)

Layanan tulisan ini terdiri dari 2 (dua) golongan yaitu, berupa petunjuk Informasi dan yang sejenis ditujukan kepada orang - orang yang berkepentingan, agar memudahkan mereka dalam berurusan dengan instansi atau lembaga pemerintah. Kedua, layanan berupa reaksi tertulis atau permohonan laporan, pemberian/ penyerahan, pemberitahuan dan sebagainya. Adapun kegunaannya yaitu :

a) Memudahkan bagi semua pihak yang berkepentingan. b) Menghindari orang yang banyak bertanya kepada petugas

c) Mamperlancar urusan dan menghemat waktu bagi kedua pihak, baik petugas maupun pihak yang memerlukan pelayanan.

d) Menuntun orang ke arah yang tepat 3. Layanan dengan perbuatan

Pada umumnya layanan dalam bentuk perbuatan dilakukan oleh petugas - petugas yang memiliki faktor keahlian dan ketrampilan. Dalam kenyataan sehari - sehari layanan ini memang tidak terhindar dari layanan lisan jadi antara layanan perbuatan dan lisan sering digabung. Hal ini disebabkan karena hubungan pelayanan secara umum banyak dilakukan secara lisan kecuali khusus melalui hubungan tulis yang disebabkan oleh faktor jarak.

Istilah publik berasal dari bahasa inggris public yang berarti umum, masyarakat, negara. Kata public sebenarnya sudah diterima menjadi bahasa

Indonesia baku menjadi publik yang dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

(Badudu, 2001:781-782) berarti umum, orang banyak, ramai. Yang kemudian

(54)

pada organisasi itu sendiri dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Pelayanan publik atau pelayanan umum dapat didefenisikan sebagai

segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk barang publik maupun jasa

publik yang pada prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh

instansi pemerintah di pusat, didaerah, dan dilingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha Milik Daerah, dalam rangka upaya pemenuhan

kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan (Ratminto, 2005:5)

Sedangkan menurut Kurniawan (Pasolong,2007:135) pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat

yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan

tata cara yang telah ditetapkan.

Menurut Undang–Undang Republik Indonesia Nomor 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundangundangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

(55)

rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan (melayani) keperluan orang lain atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan. Jadi pelayanan yang diberikan oleh pemerintah haruslah mendahulukan kepentingan masyarakat dengan waktu yang singkat, mudah serta dapat memberikan rasa puas bagi masyarakat yang menikmati layanan itu (Kurniawan, 2005:6). Pendapat lain seperti yang dijelaskan Kotler dalam Sampara & Sutopo (2003:4) bahwa pelayanan adalah setiap kegiatan yang menguntungkan dalam suatu kumpulan atau kesatuan, dan menawarkan kepuasan meskipun hasilnya tidak terikat pada suatu produk secara fisik.

1.5.1.2Asas dan Komponen Standar Pelayanan Publik

Undang-Undang Republik Indonesia (UU-RI) Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik Pasal 4 menyebutkan asas-asas pelayanan publik meliputi:

a. Kepentingan umum b. Kepastian hukum c. Kesamaan hak

d. Keseimbangan hak dan kewajiban e. Keprofesionalan

f. Partisipatif

(56)

h. Keterbukaan i. Akuntabilitas

j. Fasilitas dan perlakuan khusus bagi kelompok rentan k. Ketepatan waktu; dan

l. Kecepatan, kemudahan, dan keterjangkauan.

Pada Pasal 21 (UU-RI) Nomor 25 Tahun 2009 ini disebutkan komponen standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi:

a. Dasar hukum b. Persyaratan

c. Sistem, mekanisme, dan prosedur d. Jangka waktu penyelesaian e. Biaya/tarif

f. Produk pelayanan

g. Sarana, prasarana, dan/atau fasilitas h. Kompetensi pelaksana

i. Pengawasan internal

j. Penanganan pengaduan, saran, dan masukan k. Jumlah pelaksana

l. Jaminan pelayanan yang memberikan kepastian pelayanan dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan

(57)

Dalam Sinambela (2010:6), secara teoritis tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan prima yang tercermin dari :

a) Transparan

Pelayanan yang bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b) Akuntabilitas

Pelayanan yang dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

c) Kondisional

Pelayanan yang sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d) Partisipatif

Pelayanan yang dapat mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan masyarakat.

e) Kesamaan Hak

Pelayanan yang tidak melakukan diskriminasi dilihat dari aspek apapun khususnya suku, ras, agama, golongan, status sosial dan lain-lain.

f) Keseimbangan Hak Dan Kewajiban

(58)

Menurut Abidin (2010:71) mengatakan bahwa pelayanan publik yang berkualitas bukan hanya mengacu pada pelayanan itu semata, juga menekankan pada proses penyelenggaraan atau pendistribusian pelayanan itu sendiri hingga ke tangan masyarakat sebagai konsumer. Aspek-aspek kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan menjadi alat untuk mengukur pelayanan publik yang berkualitas. Hal ini berarti, pemerintah melalui aparat dalam memberikan pelayanan publik kepada masyarakat harus memperhatikan aspek kecepatan, ketepatan, kemudahan, dan keadilan.

1.5.1.3Ruang Lingkup Pelayanan Publik

Dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 96 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dinyatakan pada Pasal 3 bahwa ruang lingkup pelayanan publik meliputi: a. Pelayanan barang publik

b. Pelayanan jasa publik, dan c. Pelayanan administratif.

(59)

instansi pemerintah sebagaimana dimaksud di atas diselenggarakan dalam bentuk pelayanan pemberian dokumen berupa perizinan dan nonperizinan.

Adapun bentuk dan sifat penyelenggaraan pelayanan umum harus mengandung sendi - sendi : kesederhanaan, kejelasan, kepastian, keamanan, keterbukaan, efisiensi, ekonomis, keadilan, dan ketepatan waktu ( Boediono, 2003 : 68-70 ). Uraiannya sebagai berikut :

a) Kesederhanaan

Yang dimaksud dengan kesederhanaan meliputi mudah, lancar, cepat, tidak berbelit– belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan.

b) Kejelasan dan kepastian

Arti adanya kejelasan dan kepastian di sini adalah hal - hal yang berkaitan dengan :

 Prosedur atau tata cara pelayanan umum;

 Persyaratan pelayanan umum, baik teknis maupun administratif;  Unit kerja dan atau pejabat yang berwewenang dan bertanggung

jawab dalam memberikan pelayanan umum;  Rincian biaya / tarif pelayanan umum dan tata cara

poembayarannya;

 Jadwal waktu penyelesaian pelayanan umum;

 Hak dan Kewajiban, baik bagi pemberi pelayanan maupun

penerima pelayanan umum berdasarkan bukti-bukti penerimaan permohonan / kelengkapannya, sebagai alat untuk memastikan pemprosesan pelayanan umum;

(60)

c) Keamanan

Artinya bahwa dalam proses dan hasil pelayanan umum dapat memberikan kepastian hukum.

d) Keterbukaan

Hal - hal yang berkaitan dengan proses pelayanan umum wajib diinformasikan secara terbuka agar mudah diketahui dan dipahami oleh masyarakat.

e) Efisiensi

 Persyaratan pelayanan umum hanya dibatasi pada hal-hal yang

berkaitan langsung dengan pencapaian sasaran pelayanan dengan tetap memperhatikan keterpaduan antara persyaratan dengan produk pelayanan umum yang diberikan;

 Dicegah adanya pengulangan pemenuhan kelengkapan, persyaratan

dalam hal proses pelayanannya mempersyaratkan kelengkapan persyaratan dari satuan kerja / instansi pemerintah lain yang terkait. f) Ekonomis

Dalam arti pengenaan biaya pelayanan umum harus ditetapkan secara wajar dengan memperhatikan :

 Nilai barang dan atau jasa pelayanan umum dan tidak menuntut

biaya yang tinggi di luar kewajaran;

 Kondisi dan kemampuan masyarakat untuk membayar secara

umum;

(61)

g) Keadilan

Dimaksud dengan sendi keadilan disini adalah keadilan yang merata, dalam arti cakupan / jangkauan pelayanan umum harus diusahakan seluas mungkin dengan distribusi yang merata dan diperlakukan secara adil. h) Ketetapan Waktu

Yang dimaksud dengan ketetapan waktu di sini adalah dalam pelaksanaan pelayanan umum dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan.

1.5.2 Pelayanan Dokumen Surat Perjalanan Republik Indonesia (SPRI) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2013 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2011 Tentang Keimigrasian dinyatakan bahwa dokumen Perjalanan Republik Indonesia adalah Paspor Republik Indonesia dan Surat Perjalanan Laksana Paspor Republik Indonesia. Paspor Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Paspor adalah dokumen yang dikeluarkan oleh Pemerintah Republik Indonesia kepada warga negara Indonesia untuk melakukan perjalanan antarnegara yang berlaku selama jangka waktu tertentu.

(62)

Paspor biasa diajukan kepada Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk dengan mengisi aplikasi data dan melampirkan persyaratan:

a. Kartu tanda penduduk yang masih berlaku. b. Kartu keluarga.

c. Akta kelahiran, akta perkawinan atau buku nikah, ijazah, atau surat baptis. d. Surat pewarganegaraan Indonesia bagi Orang Asing yang memperoleh

kewarganegaraan Indonesia melalui pewarganegaraan atau penyampaian pernyataan untuk memilih kewarganegaraan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

e. Surat penetapan ganti nama dari pejabat yang berwenang bagi yang telah mengganti nama, dan

f. Paspor lama bagi yang telah memiliki Paspor.

Pada Pasal 50 bahwa penerbitan Paspor biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan oleh Pejabat Imigrasi yang ditunjuk pada Perwakilan Republik Indonesia. Pasal 52 bahwa Penerbitan Paspor biasa dilakukan melalui tahapan: pemeriksaan kelengkapan dan keabsahan persyaratan, pembayaran biaya Paspor, pengambilan foto dan sidik jari dan wawancara. Juga dilakukan verifikasi dan adjudikasi. Pasal 53 bahwa Menteri atau Pejabat Imigrasi yang ditunjuk menerbitkan Paspor biasa dalam waktu paling lama 4 (empat) hari kerja sejak dilakukan wawancara.

(63)

1.5.3 Efektivitas

1.5.3.1. Pengertian Efektivitas

Konsep efesiensi dan efektifitas mempunyai pengertian yang berbeda. Efesiensi lebih menitikberatkan dalam pencapaian hasil yang besar dengan pengorbanan yang sekecil mungkin, sedangkan pengertian efektif lebih terarah pada tujuan yang dicapai, tanpa mementingkan pengorbanan yang dikeluarkan.

Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Menurut Pasolong (2007:4), efektivitas pada dasarnya berasal dari kata “efek” dan digunakan istilah ini sebagai hubungan sebab akibat. Efektivitas dapat dipandang sebagai suatu sebab dari variabel lain. Efektivitas berarti bahwa tujuan yang telah direncanakan sebelumnya dapat tercapai atau dengan kata sasaran tercapai karena adanya proses kegiatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif berarti dapat membawa hasil, berhasil guna (Balai Pustaka, 2008:284).

(64)

Efektivitas merupakan hubungan antara output dengan tujuan, semakin besar kontribusi (sumbangan) output terhadap pencapaian tujuan, maka semakin efektif organisasi, program atau kegiatan (Mahmudi, 2005:92).

Menurut Stoner (dalam Kurniawan, 2005:106) menekankan pentingnya efektivitas dalam pencapaian tujuan-tujuan organisasi dan efektivitas adalah kunci dari kesuksesan suatu organisasi. Menurut Rukman (2006:14), efektif itu harus terkait dengan pencapaian tujuan dan sasaran suatu tugas dan pekerjaan dan terkait juga dengan kinerja dari proses pelaksanaan suatu pekerjaan. Efektivitas merupakan hubungan antara keluaran suatu pusat tanggung jawab dengan sasaran yang mesti dicapai, semakin besar konstribusi daripada keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian sasaran tersebut, maka dapat dikatakan efektif pula unit tersebut. (Supriyono, 2000:29)

Gibson dkk (1994:31) memberikan pengertian efektivitas dengan menggunakan pendekatan sistem yaitu.

1. Seluruh siklus input-proses-output, tidak hanya output saja, 2. Hubungan timbal balik antara organisasi dan lingkungannya.

Mengukur efektivitas suatu kegiatan atau aktifitas perlu diperhatikan beberapa indikator, yaitu :

1. Pemahaman program. 2. Tepat Sasaran.

3. Tepat waktu. 4. Tercapainya tujuan.

(65)

Sedangkan Menurut Lubis dan Martani (1987:55) menyebutkan 3 (tiga) pendekatan utama dalam pengukuran efektifitas organisasi, yaitu :

a. Pendekatan sumber (resource approach)

Pendekatan sumber mengukur efektivitas dari input. Pendekatan mengutamakan adanya keberhasilan organisasi untuk memperoleh sumber daya, baik fisik maupun non fisik yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. b. Pendekatan proses (process approach)

Pendekatan proses bertujuan untuk melihat sejauh mana efektivitas pelaksanaan program dari semua kegiatan proses internal atau mekanisme organisasi.

c. Pendekatan sasaran (goals approach)

Pendekatan sasaran memusatkan perhatian pada output, mengukur keberhasilan organisasi untuk mencapai hasil (output) yang sesuai dengan rencana.

Referensi

Dokumen terkait

Namun apabila dibandingkan dengan ampas tebu, jerami, maupun batu bara mempunyai fixed carbon yang sangat tinggi, sehingga diperlukan pencampuran dengan bahan lain

Ketentuan mengenai tim teknis dan sekretariat komisi penilai merujuk pada Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup yang mengatur mengenai tata kerja komisi

suku terbesar kedua di Indonesia setelah Jawa, memiliki sistem kepercayaan awal yang unik yang tercermin dalam agama Sunda Wiwitan yang dianut dan lestari pada

Area penyimpanan, persiapan, dan aplikasi harus mempunyai ventilasi yang baik , hal ini untuk mencegah pembentukan uap dengan konsentrasi tinggi yang melebihi batas limit

Peraturan Daerah Kabupaten Bantul Nomor 17 Tahun 2007 tentang Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan Pemerintah Kabupaten Bantul (Lembaran

[r]

Penunjukan Pengguna Anggaran, Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran, Bendahara Pengeluaran Pembantu dan Bendahara Penerimaan pada Satuan Kerja Perangkat Daerah

Mahasiswa Baru ]alur Seleksi Mandiri (SM) Universitas Negeri Yogyakarta. Tahun 2012,