• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

Kode

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Tri Susi Tira Katri dengan NIM : 091101025 adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Saat ini saya sedang melakukan penelitian tentang “Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Sarjana Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk dapat menjadi responden dalam penelitian ini. Selanjutnya saya mohon kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi lembar kuesioner dengan jujur tanpa ada pengaruh dari orang lain. Saya akan menjamin kerahasiaan identitas dan jawaban Bapak/Ibu. Informasi yang Bapak/Ibu berikan hanya akan dipergunakan untuk keperluan penelitian ini.

Partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini bersifat sukarela. Bapak/Ibu bebas menerima dan bebas untuk mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi apapun. Jika Bapak/Ibu bersedia menjadi responden, silahkan tandatangani lembar persetujuan ini pada tempat yang telah disediakan di bawah ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu.

Terima kasih banyak atas partisipasi Bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, April 2013

Peneliti Responden

(2)

LAMPIRAN 2

KUESIONER PENELITIAN

DUKUNGAN KELUARGA PADA LANSIA DENGAN PENYAKIT KRONIS DI KELURAHAN KWALA BEKALA

KECAMATAN MEDAN JOHOR Petunjuk Pengisian

Isilah pertanyaan berikut dan berikan tanda (√) pada kotak yang telah disediakan!

A. Data Demografi

1. Nama : ... 2. Jenis Kelamin :

Laki-laki Perempuan 3. Umur : ... tahun

4. Suku :

Jawa Melayu

Batak dan lain-lain Minang

5. Pendidikan terakhir

Tidak sekolah/tidak tamat SD SMA

SD Akademi

SMP Perguruan Tinggi 6. Penyakit Kronis yang diderita

Rematik Diabetes Mellitus

Hipertensi Stroke

Penyakit Jantung dan lain-lain 7. Keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu

Suami/Istri Anak/Menantu Saudara kandung 8. Apakah keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu bekerja

(3)

B. Dukungan Keluarga (diisi oleh lansia)

Jawablah pertanyaan berikut dengan memberikan tanda (√) sesuai yang dilakukan oleh keluarga!

Keterangan

SL : Selalu

SR : Sering

JR : Jarang

TP : Tidak Pernah

1. Dukungan Informasional

No Pernyataan SL SR JR TP

1. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan

2. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang penyakit yang sedang diderita

3. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang makanan yang berbahaya bagi

penyakitnya

4. Keluarga menyarankan kepada Bapak/Ibu untuk mengkonsumsi air putih lebih banyak 5. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu

tentang pentingnya istirahat yang cukup bagi kesehatan

(4)

kesehatan

7. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya bahaya makanan berlemak bagi kesehatan

8. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya berolahraga secara teratur 9. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri bagi kesehatan

10. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya melakukan pemeriksaan rutin ke puskesmas/pelayanan kesehatan 11. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu

tentang pentingnya meminum obat secara teratur

12. Keluarga menyarankan kepada Bapak/Ibu untuk rutin mengikuti kegiatan kesehatan di Puskesmas atau Posyandu lansia

(5)

2. Dukungan Penilaian

No Pernyataan SL SR JR TP

1. Keluarga tidak melibatkan Bapak/Ibu dalam musyawarah keluarga

2. Keluarga meminta pendapat Bapak/Ibu untuk menentukan tempat berobat atau tempat memeriksakan kesehatannya

3. Keluarga mendengarkan saran yang diberikan oleh Bapak/Ibu

4. Keluarga mengikutsertakan Bapak/Ibu dalam setiap acara keluarga

5. Keluarga meminta Bapak/Ibu untuk melakukan semua pekerjaan rumah

6. Keluarga mengajak Bapak/Ibu apabila ada acara keluarga di luar rumah

7. Keluarga menerima Bapak/Ibu apa adanya dengan segala bentuk keterbatasannya

(6)

3. Dukungan Instrumental

No Pernyataan SL SR JR TP

1. Keluarga menemani Bapak/Ibu untuk berobat atau memeriksakan kesehatan 2. Keluarga menyediakan obat-obatan yang

diperlukan Bapak/Ibu

3. Keluarga memfasilitasi Bapak/Ibu untuk Berolahraga

4. Keluarga membawa Bapak/Ibu berobat

atau memeriksakan kesehatan jika kondisi sangat menurun saja

5. Keluarga mempersiapkan dana khusus untuk biaya berobat atau memeriksakan kesehatan Bapak/Ibu

6. Keluarga menyediakan makanan khusus yang tidak bertentangan dengan penyakit Bapak/Ibu

(7)

4. Dukungan Emosional

No Pernyataan SL SR JR TP

1. Keluarga menunjukkan wajah yang

menyenangkan saat membantu atau melayani Bapak/Ibu

2. Keluarga merawat Bapak/Ibu dengan penuh kasih sayang

3. Keluarga membantu Bapak/Ibu dengan tulus ikhlas

4. Keluarga mendengarkan keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu rasakan

5. Keluarga menanyakan keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu rasakan

6. Keluarga membiarkan Bapak/Ibu sendiri saat menghadapi masalah

7. Keluarga mengetahui jadwal

pemeriksaan kesehatan/kontrol Bapak/Ibu 8. Keluarga mengingatkan Bapak/Ibu untuk

(8)

LAMPIRAN 3

JADWAL PENELITIAN

No Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 2 3 4 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 1 Mengajukan topik/judul

penelitian

2 Merevesi topik/ judul

penelitian dan penetapan judul/ topik penelitian

3 Melakukan survei awal

4 Melakukan penyelesaian bab I hingga bab IV

5 Seminar proposal penelitian

6 Revisi proposal penelitian

7. Uji Validitas

(9)

9. Mengurus surat penelitian

10. Pengumpulan data penelitian

11. Analisa data

12. Seminar hasil penelitian

10 Revisi dan pengumpulan laporan penelitian

(10)

LAMPIRAN 4

TAKSASI DANA

Pembuatan proposal dan

skripsi

Biaya print menyelesaikan proposal dan skripsi Rp. 100.000 Foto copy sumber-sumber tinjauan pustaka Rp. 30.000

Perbanyak proposal dan skripsi Rp. 50.000 Pengumpulan

data

Izin penelitian Rp. 125.000

Transportasi Rp. 50.000

Penggandaan kuesioner Rp. 66.000

Bingkisan Rp. 340.000

Analisa data Biaya print Rp. 50.000

Penjilidan Rp. 100.000

Penggandaan laporan penelitian Rp. 50.000

(11)
(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

HASIL UJI RELIABILITAS

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 30 100.0

Excludeda 0 .0

Total 30 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(18)

p29 3.80 .551 30

Scale Variance if Item Deleted

Corrected Item-Total Correlation

Cronbach's Alpha if Item Deleted

(19)

Scale Statistics

Mean Variance Std. Deviation N of Items

(20)

HASIL DISTRIBUSI FREKUENSI DATA DEMOGRAFI

Frequency Table

JenisKelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(21)

PendidikanTerakhir

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid ya, bekerja 54 83.1 83.1 83.1

tidak bekerja 11 16.9 16.9 100.0

(22)

HASIL ANALISA DATA DUKUNGAN KELUARGA

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative

Frequency Percent Valid Percent

(23)

DukunganEmosional

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid baik 21 32.3 32.3 32.3

sedang 37 56.9 56.9 89.2

kurang 7 10.8 10.8 100.0

(24)

HASIL ANALISA DATA DUKUNGAN KELUARGA

p1

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 9 13.8 13.8 13.8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 25 38.5 38.5 38.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 24 36.9 36.9 36.9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 41 63.1 63.1 63.1

jarang 13 20.0 20.0 83.1

sering 11 16.9 16.9 100.0

Total 65 100.0 100.0

p5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 40 61.5 61.5 61.5

jarang 10 15.4 15.4 76.9

sering 15 23.1 23.1 100.0

(25)

p6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 14 21.5 21.5 21.5

jarang 22 33.8 33.8 55.4

sering 25 38.5 38.5 93.8

selalu 4 6.2 6.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

p7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 25 38.5 38.5 38.5

jarang 9 13.8 13.8 52.3

sering 28 43.1 43.1 95.4

selalu 3 4.6 4.6 100.0

Total 65 100.0 100.0

p8

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 62 95.4 95.4 95.4

jarang 2 3.1 3.1 98.5

sering 1 1.5 1.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

p9

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 45 69.2 69.2 69.2

jarang 11 16.9 16.9 86.2

sering 9 13.8 13.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

p10

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 26 40.0 40.0 40.0

jarang 11 16.9 16.9 56.9

sering 28 43.1 43.1 100.0

(26)

p11

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 43 66.2 66.2 66.2

jarang 5 7.7 7.7 73.8

sering 17 26.2 26.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

p12

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 61 93.8 93.8 93.8

jarang 4 6.2 6.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

p13

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 37 56.9 56.9 56.9

jarang 7 10.8 10.8 67.7

sering 19 29.2 29.2 96.9

selalu 2 3.1 3.1 100.0

Total 65 100.0 100.0

p14

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid selalu 2 3.1 3.1 3.1

sering 10 15.4 15.4 18.5

jarang 8 12.3 12.3 30.8

tidak pernah 45 69.2 69.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

p15

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 30 46.2 46.2 46.2

jarang 8 12.3 12.3 58.5

sering 21 32.3 32.3 90.8

selalu 6 9.2 9.2 100.0

(27)

p16

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 11 16.9 16.9 16.9

jarang 21 32.3 32.3 49.2

sering 29 44.6 44.6 93.8

selalu 4 6.2 6.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

p17

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 12 18.5 18.5 18.5

jarang 4 6.2 6.2 24.6

sering 43 66.2 66.2 90.8

selalu 6 9.2 9.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

p18

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid sering 1 1.5 1.5 1.5

jarang 4 6.2 6.2 7.7

tidak pernah 60 92.3 92.3 100.0

Total 65 100.0 100.0

p19

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 11 16.9 16.9 16.9

jarang 5 7.7 7.7 24.6

sering 43 66.2 66.2 90.8

selalu 6 9.2 9.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

p20

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid jarang 2 3.1 3.1 3.1

sering 41 63.1 63.1 66.2

selalu 22 33.8 33.8 100.0

(28)

p21

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid selalu 1 1.5 1.5 1.5

sering 18 27.7 27.7 29.2

jarang 12 18.5 18.5 47.7

tidak pernah 34 52.3 52.3 100.0

Total 65 100.0 100.0

p22

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 17 26.2 26.2 26.2

jarang 10 15.4 15.4 41.5

sering 26 40.0 40.0 81.5

selalu 12 18.5 18.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

p23

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 24 36.9 36.9 36.9

jarang 8 12.3 12.3 49.2

sering 26 40.0 40.0 89.2

selalu 7 10.8 10.8 100.0

Total 65 100.0 100.0

p24

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 65 100.0 100.0 100.0

p25

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid selalu 13 20.0 20.0 20.0

sering 32 49.2 49.2 69.2

jarang 6 9.2 9.2 78.5

tidak pernah 14 21.5 21.5 100.0

(29)

p26

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 32 49.2 49.2 49.2

jarang 10 15.4 15.4 64.6

sering 17 26.2 26.2 90.8

selalu 6 9.2 9.2 100.0

Total 65 100.0 100.0

p27

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 43 66.2 66.2 66.2

jarang 6 9.2 9.2 75.4

sering 14 21.5 21.5 96.9

selalu 2 3.1 3.1 100.0

Total 65 100.0 100.0

p28

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid jarang 1 1.5 1.5 1.5

sering 33 50.8 50.8 52.3

selalu 31 47.7 47.7 100.0

Total 65 100.0 100.0

p29

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid jarang 8 12.3 12.3 12.3

sering 32 49.2 49.2 61.5

selalu 25 38.5 38.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

p30

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid jarang 2 3.1 3.1 3.1

sering 38 58.5 58.5 61.5

selalu 25 38.5 38.5 100.0

(30)

p31

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid jarang 2 3.1 3.1 3.1

sering 38 58.5 58.5 61.5

selalu 25 38.5 38.5 100.0

Total 65 100.0 100.0

p32

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 16 24.6 24.6 24.6

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 12 18.5 18.5 18.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid selalu 1 1.5 1.5 1.5

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 49 75.4 75.4 75.4

jarang 5 7.7 7.7 83.1

sering 8 12.3 12.3 95.4

selalu 3 4.6 4.6 100.0

(31)

p36

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid tidak pernah 52 80.0 80.0 80.0

jarang 3 4.6 4.6 84.6

sering 7 10.8 10.8 95.4

selalu 3 4.6 4.6 100.0

(32)

LAMPIRAN 5

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Tri Susi Tira Katri Tempat/Tanggal Lahir : Binjai, 29 Maret 1991 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jalan Danau Poso KM 18 Binjai

Riwayat Pendidikan : 1. 1997-2003 SD Negeri 028226 Binjai Timur 2. 2003-2006 SMP Negeri 1 Binjai

(33)

DAFTAR PUSTAKA

BPS. (2010). Statistik Penduduk Lanjut Usia Indonesia 2010 Hasil Sensus

Penduduk 2010. Indonesia : Badan Pusat Statistik. Diakses pada 16 Oktober

2012 dari http://www.bps.go.id/

Efendi, F. & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori dan

Praktik dalam Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Friedman, M. M., Bowden, V. R., Jones, E. G. (2010). Buku Ajar Keperawatan

Keluarga: Riset, Teori & Praktik. Jakarta: EGC.

Handayani, D., & Wahyuni. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dengan Kepatuhan Lansia dalam Mengikuti Posyandu Lansia di Posyandu Lansia Jetis Desa Krajan Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Gaster volume 9,

No. 1. Diakses pada 8 Juli 2013 dari

Hidayat, A. A. (2009). Metode Penelitian Keperawatan dan Teknis Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Indrizal. (2005). Problematika Orang Lansia tanpa Anak di dalam Masyarakat Minangkabau, Sumatera Barat. Jurnal Antropologi Indonesia volume 29,

No. 1. Diakses pada 8 Juli 2013 dari anthropology.fisip.ui.ac.id/

Kozier, Barbara. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

dan Praktik. Jakarta: EGC.

Lueckenotte, Annette G. (2000). Gerontologic Nursing. USA: Mosby, Inc.

Maryam, R. S., Ekasari, M. F., Rosidawati, Jubaedi, A., & Batubara, I. (2008).

Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mubarak, I. W., Chayatin, Nurul., Santoso, B. A. (2009). Ilmu Keperawatan

Komunitas Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Nugroho, Wahjudi. (2008). Keperawatan Gerontik & Geriatrik Edisi 3. Jakarta: EGC.

Nursalam. (2003). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu

Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

(34)

Lansia di Kelurahan Medono Kota Pekalongan. Jurnal Promosi Kesehatan

Indonesia Volume 1, No. 2. Diakses pada 4 Juli 2013 dari

ejournal.undip.ac.id/

Potter&Perry (2009). Fundamental Keperawatan Buku 1 Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika

Price, A. S., & Wilson, M. L. (2005). Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses

Penyakit Edisi 6. Jakarta: EGC.

Stanley, M., & Patricia, G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC

Setiadi. (2008). Konsep dan Proses Keperawatan Keluarga. Jakarta: Graha Ilmu. Suryanto dan Suharjana. (2004). Perilaku Hidup Sehat Lanjut Usia di Dusun

Karanggawang Desa Mororejo, Kecamatan Tempel, Kabupaten Sleman. Laporan Penelitian. Yogyakarta: FIK UNY.

Smeltzer, S. C., & Bare, G. B. (2008). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah

Brunner & Suddart Volume 1. Jakarta: EGC.

Tamher, S., & Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan

Asuhan Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Tavakol, M., & Dennick, R. (2011). Making sense of Cronbach’s Alpha.

International Journal of Medical Education, 2, 53-55. Diperoleh dari

http://www.ijme.net/archive/2/cronbachs-alpha/.

Tjokronegoro, Arjatmo & Utama, Hendra. (2001). Buku Ajar Ilmu Penyakit

Dalam. Jakarta: Gaya Baru.

Yenni. (2011). Hubungan Dukungan Keluarga dan Karakteristik Lansia dengan

Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Bukittinggi. Jakarta: Universitas Indonesia. Diunduh pada 13

November 2012 dari

lontar.ui.ac.id/

Yenny & Herwana, Elly. (2006). Prevalensi penyakit kronis dan kualitas hidup

pada lanjut usia di Jakarta Selatan. Jakarta: Universitas Trisakti. Diunduh

pada 4 November 2012 dari

Yusra, A. (2011). Hubungan Antara Dukungan Keluarga dengan Kualitas Hidup

Pasien DM Tipe 2 di Poliklinik Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta. Jakarta: Universitas Indonesia. Diakses pada 8 Juli 2013

(35)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Penelitian

Kerangka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dukungan keluarga yang diberikan kepada lansia dengan penyakit kronis. Berdasarkan tinjauan pustaka, maka kerangka penelitian dapat digambarkan sebagai berikut:

Baik

Sedang

Kurang

Skema 1. Kerangka penelitian dukungan keluarga pada lansia yang menderita penyakit kronis

3.2 Definisi Konseptual

Dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi selama masa hidup, dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga (Friedman, 2010).

(36)
(37)

c. Dukungan

terdiri dari 7 pernyataan

(38)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor.

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek dengan karakteristik tertentu yang akan diteliti (Notoatmodjo, 2002). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh lansia yang bertempat tinggal di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor. Berdasarkan data dari Kantor Kelurahan Kwala Bekala, diperoleh jumlah lansia yaitu sebanyak 186 orang.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Jumlah sampel yang dijadikan sebagai responden pada penelitian ini dihitung berdasarkan rumus sampel untuk populasi kecil atau lebih kecil dari 10.000 yang dikutip dari Notoatmodjo (2002), adalah sebagai berikut:

(39)

n = Besar sampel

d = tingkat ketepatan/kepercayaan yang diinginkan (0,1)

Berdasarkan rumus diatas, maka jumlah sampel yang diperoleh adalah: n = 186

1 + 186 (0,12) n = 65,03

n = 65

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

purposive sampling dengan penetapan kriteria sampel inklusi dan eksklusi.

Pengambilan sampel secara purposive didasarkan pada suatu pertimbangan tertentu yang dibuat oleh peneliti sendiri, berdasarkan ciri atau sifat-sifat populasi yang sudah diketahui sebelumnya. Kriteria inklusi yang sudah ditetapkan oleh peneliti adalah lansia yang berusia diatas 60 tahun, memiliki penyakit kronis yang didiagnosa oleh dokter atau petugas kesehatan lainnya, tinggal bersama keluarga di daerah Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor, bisa berbahasa Indonesia dengan baik, dan bersedia menjadi responden.

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

(40)

lainnya yang ada di Medan Johor sehingga peneliti tertarik untuk mengambil sampel di lokasi tersebut.

4.4 Pertimbangan Etik

Masalah etik keperawatan merupakan masalah yang sangat penting dalam penelitian karena berhubungan langsung dengan manusia (Hidayat, 2009). Pertimbangan etik pada penelitian ini meliputi inform consent (lembar persetujuan), anomity (tanpa nama), dan confidentiality (kerahasiaan).

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan

responden yang diberikan sebelum penelitian dilakukan (Hidayat, 2009). Responden harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas berpartisipasi atau menolak menjadi responden (Nursalam, 2003).

Kerahasiaan merupakan masalah etik yang memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaannya oleh peneliti.

Peneliti menjelaskan tujuan penelitian kepada responden, kemudian memberikan lembar persetujuan penelitian kepada responden sebelum penelitian. Responden yang menandatangani lembar persetujuan (inform consent) adalah responden yang berpartisipasi pada penelitian ini.

4.5 Instrumen Penelitian

(41)

Keluarga dan Karakteristik Lansia dengan Kejadian Stroke pada Lansia Hipertensi di Wilayah Kerja Puskesmas Perkotaan Bukit Tinggi”. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah instrumen data demografi dan instrumen dukungan keluarga.

Instrumen penelitian tentang data demografi responden meliputi: nama, jenis kelamin, umur, suku, pendidikan terakhir, jenis penyakit kronis, lamanya menderita penyakit kronis, keluarga yang tinggal bersama lansia, dan apakah anggota keluarga bekerja. Data demografi digunakan untuk mengetahui latar belakang responden yang mungkin ikut mempengaruhi penelitian ini.

Instrumen penelitian tentang dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis terdiri dari 36 pernyataan dengan pembagian 13 pernyataan pada kuesioner dukungan keluarga informasional dimana keseluruhannya merupakan pernyataan positif; 8 pernyataan pada kuesioner dukungan keluarga penilaian dimana terdapat 5 pernyataan yang merupakan pernyataan positif yaitu pernyataan nomor 2, 3, 4, 6, dan 7 , dan 3 pernyataan merupakan pernyataan negatif yaitu pernyataan nomor 1, 5, dan 8; 7 pernyataan pada kuesioner dukungan keluarga instrumental dimana terdapat 6 pernyataan yang merupakan pernyataan positif yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 5, dan 6, dan 1 pernyataan merupakan pernyataan negatif yaitu pernyataan nomor 4; dan 8 pernyataan pada kuesioner dukungan keluarga emosional dimana terdapat 6 pernyataan yang merupakan pernyataan positif yaitu pernyataan nomor 1, 2, 3, 4, 5, 7, dan 8, dan 1 pernyataan merupakan pernyataan negatif yaitu pernyataan nomor 6.

(42)

3= sering, 2= jarang, 1= tidak pernah untuk pernyataan positif, dan 1= selalu, 2=sering, 3= jarang, 4= tidak pernah untuk pernyataan negatif.

Hasil ukur penelitian didapat berdasarkan rumus statistika P= Rentang/Banyak kelas. Hasil ukur pada penelitian ini dikategorikan ke dalam dua bagian, yaitu dukungan keluarga dan komponen dukungan keluarga seperti berikut ini:

1. Dukungan Keluarga Skor 108-144 : Baik Skor 72-107 : Sedang Skor 36-71 : Kurang 2. Komponen Dukungan Keluarga

a. Dukungan Informasional Skor 39-52 : Baik Skor 26-38 : Sedang Skor 13-25 : Kurang b. Dukungan Penilaian

Skor 24-32 : Baik Skor 16-23 : Sedang Skor 8-15 : Kurang c. Dukungan Instrumental

(43)

d. Dukungan Emosional Skor 24-32 : Baik Skor 16-23 : Sedang Skor 8-15 : Kurang

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen

Uji validitas merupakan pengukuran dan pengamatan yang menggunakan prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Dalam menentukan validitas pengukuran harus memperhatikan dua hal, yaitu isi instrumen dan cara serta sasaran instrumen harus relevan (Nursalam, 2003).

Uji validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi adalah validitas yang merujuk sejauh mana instrumen penelitian memuat rumusan-rumusan sesuai dengan isi yang dikehendaki menurut tujuan tertentu (Setiadi, 2007). Pengujian validitas isi dilakukan kepada dosen di bidang keperawatan keluarga di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

(44)

penyakit kronis yang diberitahu oleh tenaga kesehatan. Jika lansia mengatakan iya dan memenuhi kriteria lainnya, kemudian peneliti menanyakan apakah lansia bersedia menjadi responden atau tidak. Jika bersedia, lansia akan menandatangi lembar persetujuan. Akan tetapi, jika tidak bersedia, peneliti akan mencari responden yang lainnya.

Peneliti menggunakan metode Cronbach Alpha (α) untuk uji reliabilitas. Instrumen dikatakan reliabel jika memberikan nilai α diantara 0.7-0.95 (Tavakol dan Dennick, 2011). Hasil uji reliabilitas untuk kuesioner dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis terhadap 30 responden diperoleh nilai 0,881. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen telah reliabel karena nilai r alpha > nilai r tabel.

4.7 Pengumpulan Data

(45)

kriteria responden yang sudah ditetapkan oleh peneliti sebelumnya, seperti apakah lansia memiliki penyakit kronis yang pernah diberitahu oleh tenaga kesehatan atau tidak. Jika lansia mengatakan iya dan memenuhi kriteria lainnya, kemudian peneliti menanyakan apakah lansia bersedia menjadi responden atau tidak.

Apabila responden sudah sesuai dengan kriteria yang dibuat oleh peneliti dan bersedia menandatangi lembar persetujuan (informed consent), berarti responden tersebut menjadi sampel dalam penelitian ini. Selanjutnya peneliti menanyakan dan menuliskan data demografi lansia. Kemudian, peneliti membacakan kuesionernya dan menuliskan jawabannya sesuai dengan jawaban yang dipilih oleh lansia sebagai responden. Akan tetapi, jika lansia menolak untuk menjadi responden dalam penelitian ini, peneliti tidak memaksa dan mencari responden yang lain. Setelah selesai pengumpulan data, dilakukan analisa data menggunakan sistem komputerisasi.

4.8 Analisa Data

Setelah pengumpulan data selesai, maka dilakukan analisis data. Analisis data dilakukan melalui beberapa tahap yaitu editing, dan coding. Tahap editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data terkumpul. Peneliti mengecek kelengkapan semua kuesioner dan kelengkapan jawaban yang diberikan oleh responden. Tahap coding merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori untuk mempermudah ketika melakukan analisa data. Tahap

(46)
(47)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini, akan diuraikan hasil penelitian dan pembahasan mengenai dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor. Penelitian dilakukan pada 25 April-15 Juni, dengan jumlah responden sebanyak 65 responden.

5.1 Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor diuraikan seperti berikut ini.

5.1.1 Karakteristik Responden

Berdasarkan dari data yang sudah dikumpulkan, peneliti memaparkan hasil yang diperoleh, yaitu distribusi karakteristik responden dan dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis. Gambaran umum dari karakteristik responden dalam penelitian ini adalah:

Dari 65 responden yang diteliti, didapat karakteristik responden yang menunjukkan bahwa mayoritas responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 50 responden (76.9%), berumur 60-74 tahun sebanyak 45 responden (69.2%), bersuku Batak sebanyak 35 responden (53.8%), sebagian besar hanya tamatan Sekolah Dasar yaitu sebanyak 29 responden (44.6%). Dari hasil yang di dapat terlihat bahwa mayoritas responden berpendidikan rendah.

(48)

61 responden (93.8%) dan sebanyak 54 responden (83.1%) anggota keluarga yang tinggal bersama lansia bekerja. Untuk lebih lengkap, hasil karakteristik responden ini disajikan dalam bentuk tabel, seperti berikut ini:

Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik Lansia di Kelurahan Kwala Bekala (n=65)

No. Karakteristik Responden n % 1. Jenis Kelamin

a. Laki-laki 15 23.1

4. Pendidikan Terakhir

a. Tidak sekolah/tidak tamat SD 21 32.3

b. SD 29 44.6

c. SMP 8 12.3

d. SMA 5 7.7

e. Perguruan Tinggi 2 3.1 5. Penyakit Kronis

a. Rematik 50 42.7

b. Hipertensi 20 17.1

c. Penyakit Jantung 1 0.9 d. Diabetes Mellitus 16 13.7

e. Stroke 1 0.9

f. dan lain-lain (asam urat, gangguan pendengaran, gangguan penglihatan

asma, katarak) 29 24.8

6. Keluarga yang Tinggal Bersama Lansia

a. Suami/Istri 3 4.6

b. Anak/Menantu 61 93.8

c. Saudara Kandung 1 1.5

7. Anggota Keluarga Bekerja

a. Ya, bekerja 54 83.1 b. Tidak bekerja 11 16.9

(49)

5.1.2 Gambaran Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis

di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga kepada lansia yang memiliki penyakit kronis dikategorikan sedang, yaitu sebanyak 48 responden (73.8%).

Gambaran umum dari komponen dukungan keluarga yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis dijelaskan seperti berikut ini.

a. Dukungan Informasional Keluarga

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan informasional yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis masih kurang, yaitu sebanyak 38 responden (58.5%).

b. Dukungan Penilaian Keluarga

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan penilaian yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis sudah baik, yaitu sebanyak 35 responden (53.8%).

c. Dukungan Instrumental Keluarga

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan instrumental yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis dikategorikan sedang, yaitu sebanyak 41 responden (63.1%).

d. Dukungan Emosional Keluarga

(50)

Untuk lebih lengkap, hasil dari dukungan keluarga disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala (n=65)

No. Dukungan Keluarga n % 1. Dukungan Keluarga

a. Baik 3 4.6

b. Sedang 48 73.8 c. Kurang 14 21.5 2. Dukungan Informasional Keluarga

a. Baik - -

b. Sedang 27 41.5 c. Kurang 38 58.5 3. Dukungan Penilaian Keluarga

a. Baik 35 53.8 b. Sedang 29 44.6 c. Kurang 1 1.5 4. Dukungan Instrumental Keluarga

a. Baik 4 6.2

b. Sedang 41 63.1 c. Kurang 20 30.8 5. Dukungan Emosional Keluarga

a. Baik 21 32.3

b. Sedang 37 56.9

c. Kurang 7 10.8

5.1.3 Gambaran Dukungan Informasional Keluarga pada Lansia dengan

Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

(51)

Untuk lebih lengkap, hasil dari jawaban responden pada setiap pernyataan untuk dukungan keluarga informasional disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Lansia tentang Dukungan Informasional Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor (n=65)

No Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah

1. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya menjaga kesehatan

2. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang penyakit yang sedang diderita

3. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang makanan yang berbahaya bagi penyakitnya

4

4. Keluarga menyarankan kepada Bapak/Ibu untuk mengkonsumsi air putih lebih banyak

0

5. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya istirahat yang cukup bagi kesehatan

6. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya makan buah bagi kesehatan

4

7. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya bahaya makanan berlemak bagi kesehatan

8. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya berolahraga secara teratur

0

9. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya menjaga kebersihan diri bagi kesehatan

10. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya melakukan pemeriksaan rutin ke puskesmas/pelayanan kesehatan

11. Keluarga menjelaskan kepada Bapak/Ibu tentang pentingnya meminum obat secara teratur

0

12. Keluarga menyarankan kepada Bapak/Ibu untuk rutin mengikuti kegiatan kesehatan di Puskesmas atau Posyandu lansia

0

13. Keluarga mengingatkan Bapak/Ibu untuk

mengontrol makanan dan memperhatikan

berat badannya agar seimbang

(52)

5.1.4 Gambaran Dukungan Penilaian Keluarga pada Lansia dengan Penyakit

Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor (n=65)

Berdasarkan dari 65 jawaban responden, hasil menunjukkan bahwa mayoritas dukungan penilaian yang diberikan oleh keluarga terhadap lansia, berupa keluarga tidak pernah meminta responden untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah, yaitu sebesar 60 responden (92,3%), dan keluarga juga tidak pernah tidak melibatkan responden dalam musyawarah keluarga yaitu sebanyak 45 responden (69,2%).

Untuk lebih lengkap, hasil dari jawaban responden pada setiap pernyataan untuk dukungan keluarga penilaian disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Lansia tentang Dukungan Penilaian Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor (n=65)

No. Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah

1. Keluarga tidak melibatkan Bapak/Ibu

dalam musyawarah keluarga

2

2. Keluarga meminta pendapat Bapak/Ibu untuk menentukan tempat berobat atau tempat memeriksakan kesehatannya

6

3. Keluarga mendengarkan saran yang diberikan oleh Bapak/Ibu

4 4. Keluarga mengikutsertakan

Bapak/Ibu dalam setiap acara keluarga

5. Keluarga meminta Bapak/Ibu untuk melakukan semua pekerjaan rumah

6. Keluarga mengajak Bapak/Ibu apabila ada

acara keluarga di luar rumah

6

7. Keluarga menerima Bapak/Ibu apa adanya

dengan segala bentuk keterbatasannya

(53)

5.1.4 Gambaran Dukungan Instrumental Keluarga pada Lansia dengan

Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

(n=65)

Berdasarkan dari 65 jawaban responden, hasil menunjukkan bahwa responden mengatakan bahwa keluarga tidak pernah memfasilitasi responden untuk berolahraga yaitu sebanyak 65 responden (100%) dan tidak pernah menyediakan makanan khusus yang tidak bertentangan dengan penyakit responden sebanyak 43 responden (66,2%) dalam pemenuhan dukungan instrumental bagi responden.

Untuk lebih lengkap, hasil dari jawaban responden pada setiap pernyataan untuk dukungan keluarga instrumental disajikan dalam tabel dibawah ini.

Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Lansia tentang Dukungan Instrumental Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor (n=65)

No. Pernyataan Selalu Sering Jarang Tidak Pernah

1. Keluarga menemani Bapak/Ibu untuk berobat atau memeriksakan kesehatan

2. Keluarga menyediakan obat-obatan yang diperlukan Bapak/Ibu

3. Keluarga memfasilitasi Bapak/Ibu untuk berolahraga

0 4. Keluarga membawa Bapak/Ibu

berobat atau memeriksakan kesehatan jika kondisi sangat menurun saja

5. Keluarga mempersiapkan dana khusus untuk biaya berobat atau memeriksakan kesehatan

6. Keluarga menyediakan makanan khusus yang tidak bertentangan dengan penyakit Bapak/Ibu

2

7. Keluarga memberikan suasana tenang/ nyaman kepada Bapak/Ibu di rumah

(54)

5.1.6 Gambaran Dukungan Emosional Keluarga pada Lansia dengan

Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

(n=65)

Berdasarkan dari 65 jawaban responden, hasil menunjukkan bahwa untuk dukungan emosional yang diberikan oleh keluarga, keluarga tidak pernah membiarkan responden sendiri ketika menghadapi masalah, yaitu sebesar 45 responden (69,2%). Akan tetapi, persentase tertinggi juga menunjukkan bila keluarga tidak pernah mengingatkan lansia untuk melakukan kontrol kesehatan sebanyak 52 responden (80,0%).

Tabel 5.1.6 Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Responden tentang Dukungan Emosional Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor (n=65)

No. Pernyataan Selalu Sering Jarang

Tidak Pernah 1. Keluarga menunjukkan wajah

yang menyenangkan saat membantu atau melayani Bapak/Ibu

2. Keluarga merawat Bapak/Ibu dengan penuh kasih sayang

25 3. Keluarga membantu Bapak/Ibu

dengan tulus ikhlas

25 4. Keluarga mendengarkan

keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu rasakan

9 5. Keluarga menanyakan

keluhan-keluhan yang Bapak/Ibu rasakan

5 6. Keluarga membiarkan Bapak/Ibu

sendiri saat menghadapi masalah

1 7. Keluarga mengetahui jadwal

pemeriksaan kesehatan/kontrol

8. Keluarga mengingatkan Bapak/Ibu untuk

memeriksakan kesehatan/kontrol sesuai jadwal

(55)

5.2 Pembahasan

Pembahasan pada penelitian mengenai dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis diuraikan seperti berikut ini.

5.2.1 Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di

Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan keluarga yang diberikan oleh keluarga kepada lansia yang memiliki penyakit kronis dikategorikan sedang, yaitu sebanyak 48 responden (73.8%). Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Pratikwo, Pietojo, & Widjanarko (2006), dimana lansia yang mendapatkan dukungan keluarga kategori sedang sebanyak 46,9% berperilaku sehat dengan baik. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Pratikwo, Pietojo, & Widjanarko (2006) ini memperlihatkan bahwa semakin baik dukungan keluarga terhadap lansia, proporsi lansia yang berperilaku sehat kategori baik juga semakin besar.

Dukungan dari teman-teman dan keluarga berperan penting dalam kepatuhan jangka panjang. Schatz menemukan bahwa suatu komponen kepatuhan pada pasien diabetes adalah dukungan dari teman-teman dan keluarganya. Dukungan keluarga juga telah pula diketahui sangat penting dalam kepatuhan terhadap program pengobatan jangka panjang (Stanley&Gauntlett, 2006).

(56)

Dukungan keluarga juga dilihat dari segi emosional, penghargaan, instrumental, dan informasi.

Hasil penelitian ini memperlihatkan bila komponen dukungan keluarga yang seharusnya mendapatkan nilai baik, pada kenyataannya memberikan hasil yang terendah. Hal ini dapat dilihat dari dukungan informasional keluarga yang rendah maupun dukungan instrumental dan emosional keluarga yang hanya memberikan kontribusi nilai di level sedang. Dukungan informasional keluarga yang rendah mempengaruhi dukungan keluarga yang diberikan. Potter&Perry (2009) mengatakan bahwa lansia menerima sebagian besar informasi kesehatan mereka dari media cetak, seperti majalah kesehatan dan kolom medis, buku-buku kedokteran dan ensiklopedia, televisi, anggota keluarga, teman-teman, dokter, perawat, dan apoteker. Sehingga apabila semua pendukung tersebut dapat berjalan dengan baik, dukungan informasi yang dibutuhkan oleh lansia dapat terpenuhi dengan baik pula.

(57)

5.2.2 Dukungan Infomasional Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis

di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan informasional yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis masih kurang, yaitu sebanyak 38 responden (58.5%). Hasil ini tentunya berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh oleh Yenni (2011) yang menunjukkan bahwa dukungan keluarga informasional yang diberikan kepada lansia sudah baik yaitu sebanyak 76% dan kurang 67%.

(58)

Padahal, sekecil apapun jumlah aktivitas fisik yang dilakukan terutama di luar rumah, dapat meningkatkan sikap, mengurangi stres dan kesepian, menjadikan tidur lebih baik, dan mencegah perasaan depresi. Akan tetapi, hanya 43% orang yang berusia lebih dari 65 tahun melakukan latihan fisik secara fisik. Faktor pendidikan dapat membantu lansia untuk memahami keuntungan-keuntungan latihan fisik dan membantu mereka dalam memilih jenis latihan yang benar (Stanley&Gauntlett, 2006).

(59)

5.2.3 Dukungan Penilaian Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di

Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan penilaian yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis sudah baik, yaitu sebanyak 35 responden (53.8%). Hasil ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Yenni (2011), dimana 78% lansia sudah mendapatkan dukungan penilaian yang baik. Dukungan penghargaan merupakan bentuk fungsi afektif dari keluarga. Menurut Friedman, Bowden, & Jones (2010), keluarga berfungsi sebagai sumber cinta, pengakuan, penghargaan, dan dukungan primer. Selain itu, dukungan penilaian ini bisa bersifat positif maupun negatif, yang mana pengaruhnya sangat berarti bagi seseorang (Setiadi, 2008).

Berdasarkan dari jawaban responden, terlihat bila dukungan penilaian yang diberikan oleh keluarga keluarga sudah baik. Hal ini terlihat dari jawaban yang diberikan oleh responden, dimana 60 responden (92,3%) mengatakan bila keluarga tidak pernah meminta lansia untuk mengerjakan semua pekerjaan rumah, dan 45 responden (69,2%) mengatakan bila keluarga tidak pernah tidak melibatkan responden dalam musyawarah keluarga.

(60)

dimana salah satu nilai ketimurannya terletak pada menghormati orang yang lebih tua. Hal ini juga dikatakan oleh Indrizal (2005), yang mengatakan bila keberadaan anak dalam keluarga di Indonesia umumnya memiliki nilai yang amat penting sebagai tumpuan harapan orang tua. Anak-anaklah yang biasanya paling diharapkan dapat memberikan bantuan materil maupun moril terhadap orang tua mereka yang sudah lansia sampai ajal tiba.

Bila dilihat berdasarkan jawaban lansia, 46,2% lansia mengatakan bila keluarga tidak pernah meminta pendapat lansia mengenai tempat berobat. Hal ini dikarenakan lansia sering dibawa berobat ketika keadaan sudah sangat menurun saja yaitu sebesar 49,2%, sehingga ketika lansia sudah dalam kondisi menurun, keluarga tidak mungkin menanyakan hal tersebut kepada lansia.

5.2.4 Dukungan Instrumental Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis

di Keluahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan instrumental yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis dikategorikan sedang, yaitu sebanyak 41 responden (63.1%). Dukungan instrumental ini masuk dalam bentuk fungsi perawatan kesehatan dan ekonomi bagi keluarga, dimana dukungan instrumental diberikan dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita, menyediakan obat-obatan yang dibutuhkan, dan lain-lain (Setiadi, 2008). Bentuk dukungan instrumental yang diberikan keluarga dapat berupa bantuan tenaga maupun waktu kepada anggota keluarganya.

(61)

lansia sudah dalam kategori baik, yaitu sebesar 72%. Berdasarkan dari jawaban lansia yang mengatakan bila keluarga tidak pernah mempersiapkan dana khusus untuk biaya pengobatan lansia sebesar 49,2%. Hal ini bukan disebabkan oleh keluarga yang tidak mengingatkannya, melainkan memang lansianya yang tidak memiliki jadwal rutin untuk melakukan pemeriksaan dikarenakan oleh lansia yang tidak pernah memeriksakan kesehatannya ke puskesmas/pelayanan kesehatan dan keluarga hanya membawa lansia ketika kondisi sedang mengalami penurunan kesehatan saja.

Dalam Yenni (2011) mengatakan bila lansia yang memiliki penyakit kronis kadang membutuhkan bantuan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari. Lansia dengan penyakit kronis harus melakukan perubahan gaya hidup, harus menjalani pengobatan, pengeluaran obat-obatan. Sementara itu, lansia yang sudah memasuki masa pensiun atau tidak lagi bekerja karena penurunan kemampuan fisik, sehingga sumber penghasilan atau pendapatan menjadi berkurang. Oleh karena itu, lansia membutuhkan bantuan dari pihak lain, seperti keluarga untuk memenuhi kebutuhannya.

(62)

hidup sehat lansia dalam kategori tidak baik. Kemungkinan para lansia dan keluarga belum atau kurang memahami manfaat memiliki kesegaran jasmani yang baik atau sangat baik. Padahal berbagai penelitian memperlihatkan bahwa olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan risiko terkena penyakit jantung, stroke/lumpuh, diabetes mellitus, darah tinggi, dan osteoporosis/rapuh tulang.

5.2.5 Dukungan Emosional Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di

Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor

Dari 65 responden yang diteliti menunjukkan bahwa dukungan emosional yang diberikan keluarga kepada lansia dengan penyakit kronis dikategorikan sedang, yaitu sebanyak 37 responden (56.9%). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Yenni (2011), menunjukkan hasil yang berbeda, dimana lansia hipertensi sudah mendapatkan dukungan emosional yang baik. Yenni (2011) mengatakan bahwa sebagian besar keluarga telah memahami bila lansia hipertensi harus diberikan perhatian dan kasih sayang agar lansia tidak merasa sendiri dalam menghadapi masalah dan merasa putus asa.

(63)

Dukungan emosi dari keluarga dan orang terdekat akan memberi kita cinta dan perasaan berbagi beban. Kemampuan berbicara kepada seseorang dan mengekspresikan perasaan secara terbuka dapat membantu dalam menguasai keadaan (Smeltzer & Bare, 2002).

Berdasarkan dari jawaban responden, keluarga sudah menunjukkan sikap penerimaan yang positif terhadap responden, seperti sering menunjukkan wajah yang menyenangkan, kasih sayang, tulus dan mendengarkan serta menanyakan keluhan yang dirasakan oleh responden. Akan tetapi, keluarga tidak pernah mengetahui apalagi mengingatkan responden mengenai jadwal kontrol kesehatan. Hal ini disebabkan oleh lansia yang dibawa ke pelayanan kesehatan hanya ketika dalam keadaan menurun saja, sehingga lansia tidak memiliki jadwal yang rutin dalam pemeriksaan kesehatan ke pelayanan kesehatan.

(64)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisa data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan dan saran mengenai dukungan keluarga pada lansia dengan penyakit kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor.

6.1 Kesimpulan

(65)

6.2 Saran

6.2.1 Saran Terhadap Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian terdapat pada pengambilan jumlah populasi lansia dengan penyakit kronis yang kurang tepat, yaitu dari pihak kelurahan. Padahal seharusnya, peneliti mengambil jumlah lansia dengan penyakit kronis dari pihak puskesmas. Meskipun lansia menjawab memiliki penyakit kronis, kemungkinan jawaban untuk bias cukup besar karena sampel yang terjaring belum tentu merupakan lansia dengan penyakit kronis yang tercatat di puskesmas. Oleh karena itu, pengumpulan data pada penelitian selanjutnya sebaiknya dilakukan berdasarkan data puskesmas yang tercatat sehingga memberikan hasil yang lebih baik dari hasil penelitian ini.

6.2.2 Saran Terhadap Praktek Keperawatan

(66)

6.2.3 Saran Terhadap Peneliti Selanjutnya

(67)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga

Keluarga menurut WHO (1969) dalam Mubarak, dkk (2009) merupakan beberapa individu yang terdiri dari kepala keluarga dan anggota rumah tangga lainnya yang dihubungkan oleh pertalian darah, adopsi, dan perkawinan.

Keluarga menurut Departemen Kesehatan RI (1998) dalam Mubarak, dkk (2009) adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul serta bertempat tinggal di suatu tempat dalam satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Friedman (2010) mengatakan bahwa keluarga adalah sebuah kelompok kecil yang terdiri dari individu-individu yang mempunyai hubungan erat satu sama lain dan saling tergantung, yang diorganisir dalam satu unit tunggal dalam rangka mencapai tujuan-tujuan tertentu.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa keluarga adalah beberapa individu yang berkumpul dalam satu atap yang dihubungkan dengan pertalian darah dan memiliki hubungan erat satu sama lain.

(68)

Menurut Efendi & Makhfudli (2009), keluarga merupakan suatu sistem yang terbuka yang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sebagai supra-sistemnya, begitupun sebaliknya, keluarga sebagai sub-sistem dari lingkungan juga dapat mempengaruhi masyarakat.

Dalam merawat lansia, keluarga memiliki peranan untuk menjaga dan merawat kondisi fisik lansia, meningkatkan status mental lansia, mengantisipasi adanya perubahan sosial dan ekonomi serta memotivasi dan memfasilitasi lansia untuk memenuhi kebutuhan spiritualnya (Mubarak, dkk, 2009). Dengan adanya peran keluarga tersebut, diharapkan lansia tetap dalam keadaan optimal dan produktif hingga akhir hayatnya.

2.1.2 Fungsi keluarga

Friedman (2010), fungsi keluarga terbagi menjadi lima bagian, diantaranya fungsi afektif, sosialisasi, reproduksi, ekonomi, dan perawatan/pemulihan kesehatan.

Fungsi afektif merupakan fungsi keluarga untuk mengajarkan segala sesuatu untuk mempersiapkan anggota keluarga berhubungan dengan orang lain. Sedangkan fungsi sosialisasi merupakan fungsi keluarga untuk mengembangkan dan tempat melatih anak untuk berkehidupan sosial sebelum meninggalkan rumah dan berhubungan dengan orang lain di luar rumah. Lain halnya dengan fungsi reproduksi yang merupakan fungsi keluarga untuk mempertahankan generasi dan menjaga kelangsungan keluarga.

(69)

kemampuan individu dalam meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan merupakan fungsi keluarga untuk mempertahankan keadaan kesehatan anggota keluarga agar tetap memiliki produktivitas tinggi.

2.1.3 Tugas Keluarga dalam Kesehatan

(70)

2.2 Dukungan Keluarga

2.2.1 Definisi Dukungan Keluarga

Friedman (2010) mengatakan bahwa dukungan keluarga adalah suatu proses yang terjadi selama masa hidup, dengan sifat dan tipe dukungan sosial bervariasi pada masing-masing tahap siklus kehidupan keluarga.

Cohen & Syme (1996 dalam Setiadi, 2008) berpendapat bahwa dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang diberikan kepada individu sehingga individu tersebut merasa diperhatikan, dihargai, dan dicintai yang diharapkan mampu meningkatkan kesehatan dan adaptasi individu dalam menjalankan kehidupannya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa dukungan keluarga adalah suatu dukungan yang diberikan oleh keluarga kepada individu sehingga individu tersebut merasa lebih berharga dalam menjalankan kehidupannya.

Stuart & Sundeen (1995 dalam Tamher & Noorkasiani, 2009) mengatakan bahwa dukungan dari keluarga merupakan unsur terpenting dalam menyelesaikan masalah. Dengan adanya dukungan, rasa percaya diri akan bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan meningkat pula. Dukungan keluarga ini bersifat timbal balik, memiliki umpan balik, dan keterlibatan emosional dalam hubungan sosialnya.

(71)

2.2.2 Komponen Dukungan Keluarga

Caplan (1976 dalam Friedman, 2010) menjelaskan bahwa keluarga memiliki delapan fungsi pendukung, meliputi dukungan sosial (keluarga berfungsi sebagai pencari dan penyebar informasi mengenai dunia), dukungan penilaian (keluarga bertindak sebagai sistem pembimbing umpan balik, membimbing dan memerantarai pemecahan masalah, dan merupakan sumber serta validator identitas anggota), dukungan tambahan (keluarga adalah sumber bantuan praktis dan konkret), dan dukungan emosional (keluarga berfungsi sebagai pelabuhan istirahat, pemulihan dan membantu penguasaan emosional serta meningkatkan moral keluarga). Sementara itu, House dan Kahn (1985 dalam Friedman, 2010 & Setiadi, 2008) mengemukakan bahwa dukungan keluarga memiliki empat komponen, yaitu dukungan informasional, penilaian, instrumental, dan emosional.

Dukungan informasional yaitu keluarga berfungsi sebagai sebuah kolektor dan diseminator (penyebar informasi). Informasi yang disediakan agar dapat digunakan oleh seseorang dalam menanggulangi persoalan-persoalan yang dihadapi, meliputi pemberian nasehat, pengarahan, ide-ide atau informasi lainnya yang dibutuhkan.

Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik, membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber. Penilaian dalam bentuk penghargaan yang diberikan kepada pihak lain berdasarkan kondisi sebenarnya dari penderita.

(72)

atau menolong secara langsung kesulitan yang dihadapi, misalnya dengan menyediakan peralatan lengkap dan memadai bagi penderita dan menyediakan obat-obat yang dibutuhkan.

Dukungan emosional yaitu keluarga sebagai sebuah tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi. Dukungan ini berupa dukungan simpatik, empati, cinta, kepercayaan, dan penghargaan. Dengan demikian, seseorang yang menghadapi persoalan merasa dirinya tidak menanggung beban sendiri tetapi masih ada orang lain yang memperhatikannya, bersimpati, dan empati terhadap persoalan yang dihadapinya, bahkan mau membantu memecahkan masalah yang dihadapinya.

2.3 Lansia

2.3.1 Definisi Lansia

Menjadi tua merupakan suatu proses yang alamiah dan melewati tahapan kehidupan setelah anak, dewasa, dan tua. Menurut Bab 1 Pasal 1 ayat 2 Undang-Undang No. 13 Tahun 1998, seseorang dikatakan lansia apabila sudah memasuki usia 60 tahun ke atas (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Smith dan Smith (1999) menggolongkan lansia ke dalam tiga bagian, yaitu

young old (65-74 tahun), middle old (75-84 tahun), dan old-old (lebih dari 85

tahun) (Tamher & Noorkasiani, 2009).

Namun, sedikit berbeda dengan Smith dan Smith, WHO memiliki pendapatnya sendiri yang mengategorikan lansia ke dalam empat bagian, yaitu

middle age (45-59 tahun), elderly (60-74 tahun), old (75-90 tahun) dan very old

(73)

Jadi, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah seseorang yang sudah memasuki usia 60 tahun ke atas dalam kehidupannya.

Pada usia lanjut akan mengalami kemunduran misalnya kemunduran fisik yang ditandai dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat, dan bentuk tubuh yang tidak proporsional (Nugroho, 2008). Akan tetapi, kemunduran yang terjadi pada lansia tidak semata-mata hanya secara fisik saja, melainkan kemunduran secara psikologis dan sosial. Misalkan lansia akan mengalami perubahan perilaku terhadap perubahan biologis yang dialaminya. Kemunduran secara sosial akan tampak ketika lansia menarik diri dan perannya di masyarakat mengalami penurunan.

2.3.2 Teori Penuaan

Menurut Maryam, dkk (2008), ada beberapa teori yang berkaitan dengan proses penuaan, seperti teori biologi, psikologis, sosial, dan spiritual.

1. Teori biologi

Teori biologi mencakup teori genetik dan mutasi, immunology slow theory, stres, radikal bebas, dan rantai silang.

a. Teori genetik dan mutasi

(74)

b. Immunology slow theory

Menurut Immunology slow theory, sistem imun menjadi efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus ke dalam tubuh yang dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.

c. Teori stres

Teori stres mengungkapkan bila menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh.

d. Teori radikal bebas

Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat melakukan regenerasi.

e. Teori rantai silang

Pada teori ini diungkapkan bahwa reaksi kimia sel-sel yang tua atau usang menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastisitas, kekacauan dan hilangnya fungsi sel.

2. Teori psikologi

Pada usia lanjut, proses penuaan terjadi secara alamiah seiring dengan penambahan usia. Perubahan psikologis yang terjadi dapat dihubungkan pula dengan keakuratan mental dan keadaan fungsional yang efektif.

(75)

3. Teori sosial

Ada beberapa teori sosial yang berkaitan dengan proses penuaan, yaitu teori interaksi sosial (social exchange theory), teori penarikan diri (disengangement

theory), teori aktivitas (activity theory), teori kesinambungan (continuity theory),

teori perkembangan (development theory), dan teori stratifikasi usia (age

stratification theory).

a. Teori interaksi sosial

Teori ini menjelaskan mengapa lansia bertindak pada suatu situasi tertentu, yaitu atas dasar hal-hal yang dihargai masyarakat. Pada lansia, kekuasaan dan prestisenya berkurang, sehingga menyebabkan interaksi sosial mereka juga berkurang, yang tersisa hanyalah harga diri dan kemampuan mereka untuk mengikuti perintah.

b. Teori penarikan diri

Teori ini merupakan teori sosial tentang penuaan yang paling awal dan pertama kali diperkenalkan oleh Gumming dan Henry pada 1961. Kemiskinan yang diderita lansia dan menurunnya derajat kesehatan mengakibatkan seorang lansia secara perlahan-lahan menarik diri.

c. Teori aktivitas

(76)

d. Teori kesinambungan

Teori ini mengemukakan adanya kesinambungan dalam siklus kehidupan lansia. Pengalaman hidup seseorang pada suatu saat merupakan gambarannya kelak pada saat ia menjadi lansia. Hal ini dapat terlihat bahwa gaya hidup, perilaku, dan harapan seseorang ternyata tidak berubah meskipun ia telah menjadi lansia.

e. Teori perkembangan

Menurut Erikson (1963) dalam Maryam, dkk (2008), tugas perkembangan lansia berfokus pada integritas ego versus keputusasaan. Integritas ego mengacu pada sikap penerimaan lansia terhadap perubahan gaya hidupnya dan kepercayaan orang lain terhadap pilihan yang telah dibuatnya merupakan keputusan terbaik bagi dirinya sehingga lansia tersebut masih dapat mengontrol dirinya sendiri. Sedangkan keputusasaan yang merupakan kebalikan dari integritas ego menunjukkan ketidakpuasan dan kekecewaan lansia dalam menerima penuaannya.

Berbeda halnya dengan Havighurst (1972) dalam Fatimah (2010) yang mengatakan bila tugas perkembangan lansia meliputi penurunan kesehatan fisik, penurunan pendapatan, pensiun, kematian pasangan, dan beradaptasi dengan peran sosial dengan cara yang fleksibel.

f. Teori stratifikasi usia

(77)

4. Teori spiritual

Komponen spiritual dan tumbuh kembang merujuk pada pengertian hubungan individu dengan alam semesta dan persepsi individu tentang arti kehidupan. James Fowler dalam Maryam, dkk (2008) berpendapat bahwa perkembangan spiritual pada lansia berada pada tahap penjelmaan dari prinsip cinta dan keadilan.

2.4 Penyakit Kronis

2.4.1 Definisi Penyakit Kronis

Penyakit kronis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan kegagalan organisme untuk beradaptasi dan mempertahankan homeostatis (Price & Wilson, 2005).

Menurut Lueckenotte (2000) penyakit kronis adalah suatu kegagalan yang terjadi dalam jangka waktu tiga bulan/lebih dengan komplikasi psikososial dan ekonomi, serta membutuhkan perawatan kesehatan profesional yang mendukung.

Smeltzer & Bare (2002) mengatakan bahwa penyakit kronis adalah suatu keadaan yang menyebabkan parameter kesehatannya dibawah kisaran normal, dan membutuhkan penatalaksanaannya dalam jangka waktu yang panjang untuk memperoleh homeostatis dalam tubuhnya.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa penyakit kronis adalah suatu keadaan yang berlangsung 3 bulan/lebih yang dapat mengganggu kesehatannya sehingga membutuhkan perawatan profesional untuk memperoleh kesehatan yang optimal.

(78)

akibat perubahan patologis nonreversible sehingga membutuhkan suatu pengobatan dalam jangka waktu yang lama.

2.4.2 Fase-fase Penyakit Kronis

Smeltzer & Bare (2002), progresi penyakit kronis akan berdampak pada pasien dan keluarga. Fase perjalanan penyakit kronis ini diidentifikasi dalam sembilan fase yang akan mempengaruhi kehidupan sehari-hari, yaitu fase pre

trajectory, trajectory, stabil, tidak stabil, akut, krisis, pulih, penurunan, dan

kematian.

Fase pre trajectory merupakan tahapan dimana seorang individu berisiko terhadap suatu penyakit kronis akibat dari faktor genetik maupun gaya hidup yang meningkatkan kerentanannya terhadap faktor penyakit kronis.

Fase trajectory ini ditandai dengan mulai tampaknya gejala-gejala yang berkaitan dengan penyakit kronis yang diderita, namun pada fase ini masih dilakukan evaluasi dan pemeriksaan sehingga masih dalam hal ketidakpastian.

Fase stabil merupakan fase terkendalinya suatu gejala-gejala yang sudah tampak dan perjalanan penyakitnya. Fase tidak stabil merupakan kebalikan dari fase stabil, dimana terjadi ketidakstabilan terhadap gejala dari penyakit kronis tersebut, yang ditandai dengan kekambuhan gejala-gejala maupun progresi penyakit, sehingga mengganggu aktivitas si penderita.

(79)

pengobatan darurat. Fase pulih adalah pulih kembali pada cara hidup yang dapat diterima dalam batasan yang dibebani oleh penyakit kronis.

Fase penurunan terjadi ketika ketidakmampuan si penderita dalam mengatasi gejala-gejala penyakitnya sementara perjalanan penyakitnya semakin berkembang. Fase kematian ditandai dengan penurunan fungsi tubuh secara bertahap maupun cepat serta penghentian hubungan individu dengan kehidupannya.

2.4.3 Penyakit Kronis pada Lansia

Meskipun tidak semua lansia menderita masalah kesehatan, namun dalam pendekatan kelompok, para lansia menunjukkan kecenderungan prevalensi yang mencolok dalam kaitan gangguan-gangguan yang bersifat kronis.

Penyakit yang diderita lansia berdasarkan data dari National Center for

Health Statistic di Amerika Serikat meliputi sinusitis kronik, arthritis, gangguan

ortopedik, hipertensi, penyakit jantung, asma, gangguan visual, diabetes, dan penyakit serebrovaskuler (Lueckenotte, 2000).

Berdasarkan The National Old People’s Welfare Council di Inggris, penyakit atau gangguan umum pada lanjut usia ada 12 macam, yakni depresi mental, gangguan pendengaran, bronkitis kronis, gangguan pada tungkai, gangguan pada sendi panggul, anemia, demensia, gangguan penglihatan, ansietas, dekompensasi kordis, diabetes mellitus, dan gangguan defekasi (Nugroho, 2008).

Gambar

Tabel 5.1.1. Distribusi Frekuensi dan Persentase berdasarkan Karakteristik  Lansia di Kelurahan Kwala Bekala (n=65)
Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi dan Persentase Dukungan Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala
Tabel 5.1.3  Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Lansia tentang Dukungan Informasional Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor (n=65)
Tabel 5.1.4  Distribusi Frekuensi dan Persentase Jawaban Lansia tentang Dukungan Penilaian Keluarga pada Lansia dengan Penyakit Kronis di Kelurahan Kwala Bekala Kecamatan Medan Johor (n=65)
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pada globalisasi sekarang banyak sekali ibu rumah tangga yang berkarir dan melimpahkan kewajiban mengurus anak kepada pengasuh (baby sitter) sehingga sebagai pendidik kita

In the second meeting on August 15th, the teacher again informed the students about the goal of the teaching and learning process and that the technique that would be used was

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis berarap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada semua pembaca..

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran dengan bentuk bahan ajar yang berbasis multi representasi dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konseptual matematis,

Berdasarkan pendapat beberapa tokoh diatas, maka dapat disimpulkan intensi berhenti merokok adalah keinginan serta niat individu yang secara sadar untuk menghentikan kebiasaan

bila terdapat peraturan pertunangan yang dilanggar maka kedua calon mempelai laki-laki dan perempuan akan dikenakan sanksi berupa bayar adat dengan cara menghitung

Untuk menguji coba Receiver RF Circuit Training System GRF-3300, digunakan beberapa alat yaitu Spectrum Analyzer, Oscilloscope, Distortion Meter dan Function

Hasil tersebut tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang meneliti karakteristik lokasi stroke pasca PCI bahwa lebih dari satu setengah dari kejadian serebrovaskular