• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENUTUP EKSISTENSI PENERAPAN ASAS CABOTAGE DI PERAIRAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENUTUP EKSISTENSI PENERAPAN ASAS CABOTAGE DI PERAIRAN INDONESIA DALAM MENGHADAPI PEMBERLAKUAN MASYARAKAT EKONOMI ASEAN."

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

(2)

B. Saran

Beberapa saran yang disampaikan penulis diantaranya yaitu:

1. Penerapan asas cabotage sebagai upaya untuk memberdayakan pelayaran nasional diharapkan tetap dipertahankan keberadaannya mengingat bahwa sebagian besar wilayah Indonesia merupakan perairan dan sangat membutuhkan transportasi laut sebagai penghubung antar pulau.

2. Terlebih dengan adanya peningkatan transaksi antar negara ASEAN sebagai dampak dari MEA, membutuhkan transportasi laut untuk menghubungkan antar pelabuhan negara anggota, maka wacana untuk menerapkan asas beyond cabotage sebaiknya segera diberlakukan agar dapat semakin meningkatkan pertumbuhan kapal nasional.

(3)

Daftar Pustaka

Buku:

C.P.F. Luhulima, 1997, ASEAN Menuju Postur Baru, Centre for Strategic And International Studies, Jakarta.

Dimyati Hartono, 1977, Hukum Laut Internasional, Penerbit Bhratara Karya Aksara, Jakarta.

Edy Burmansyah, 2014, Rezim Baru ASEAN Memahami Rantai Pasokan dan Masyarakat Ekonomi ASEAN, Pusataka Sempu, Yogyakarta.

Etty R. Agoes, 1991, Konvensi Hukum Laut 1982 Masalah Pengaturan Hak Lintas Kapal Asing,Abardin, Bandung.

Frans E. Likadja, 1987, Bunga Rampai Hukum Internasional, Penerbit Binacipta, Jakarta.

Husseyn Umar M., 2015, Hukum Maritim dan Masalah-Masalah Pelayaran Di Indonesia, Penerbit PT. Fikahati Aneska, Jakarta.

I Wayan Parthiana, 2014, Hukum Laut Internasional dan Hukum Laut Indonesia, Penerbit YRAMA WIDYA, Bandung.

Sekretariat Nasional ASEAN, 1991, ASEAN Selayang Pandang, Departemen Luar Negeri RI, Jakarta.

Tumpal Rumapea, 2000, Kamus Lengkap Perdagangan Internasional, PT Gramedia, Jakarta.

Jurnal :

Rizky Aprilianto, dkk. 2014 , “Implementasi Asas Cabotage dalam Kebijakan Pelayaran di Indonesia (studi di Direktorat Jenderal Perhubungan Kementrerian Perhubungan dan Indonesian National Ship Owners Association)”, Jurnal Administrasi Publik, Vol. 2, No.4, Universitas Brawijaya.

(4)

Skripsi dan tesis :

Muhamad Iqbal Asnawi, 2012, Implikasi Pemberlakuan Asas Cabotage Terhadap Eksistensi Perusahaan Angkutan Laut Nasional Pada Perdagangan Bebas dalam Kerangka WTO

Yosafat Wira Pratama, 2013, Tantangan dan Peluang Indonesia dalam Pembentukan ASEAN Community 2015 di Bidang Keamanan.

Peraturan-peraturan :

Konvensi Hukum Laut 1982

ASEAN Economic Community Blueprint 2015

ASEAN Economic Community Blueprint 2025

Brunei Action Plan

Kuala Lumpur Stategic Plan

Undang-Undang nomor 21 tahun 1992 tentang Pelayaran. Lembaran Begara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 98. Sekretariat Negara. Jakarta. Undang-Undang nomor 17 tahun 2008 tentang Pelayaran. Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 64. Sekretariat Negara. Jakarta. Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan.

Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 26. Sekretariat Negara. Jakarta.

Peraturan Pemerintah nomor 22 tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah nomor 20 tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan. Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 43. Sekretariat Negara. Jakarta.

Peraturan Menteri Perhubungan nomor 48 tahun 2011 tentang Tata Cara dan Persyaratan Pemberian Izin Penggunaan Kapal Asing Untuk Kegiatan Lain Yang Tidak Termasuk Kegiatan Mengangkut Penumpang dan/atau Barang Dalam Kegiatan Angkutan Laut Dalam Negeri

(5)

Website :

http://linkedin.com/pulse/mengingat-lagi-asas-cabotage-novy-rachmat?trk=prof-post&trkSplashRedir=true&forceNoSplash=true, diakses 21 April 2016.

http://www.reformier.com/asas-cabotage-terhadap-industri-pelayaran-minyak-dan-gas, diakses 29 Maret 2016.

http://maritimenews.id/berhasil-atau-tidak-liberalisasi-cabotage-filipina/, diakses 11 April 2016

http://ngsuyasa.wordpress.com/2014/08/28/pengenalan-dan-pelaksanaan-asas-cabotage-pelayaran-offshare-di-industri-migas-nasional/, diakses 28 April 2016

http://kamusbahasaindonesia.org, diakses 11 April 2016

http://www.setneg.go.id/index.php?option=com_content&task=view&id=6033 diakses 16 Agustus 2016

http://aeccenter.kemendag.go.id/post/berita/berita-asean/ktt-asean-sepakati-lima-pilar-era-baru-masyarakat-asean-2025/ diakses 17 Agustus 2016

http://www.pikiranrakyat.com/nasional/2016/07/25/implementasi-beyond-cabotage-akan-berdampak-positif-375723 diakses 16 Agustus 2016

Referensi

Dokumen terkait

Masalah mendasar dari tahapan e-Government yang dilaksanakan pemerintah, khususnya di daerah dalam menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)

Dalam hal ini, yang perlu kita lakukan adalah bagaimana Indonesia sebagai bagian dari komunitas ASEAN berusaha untuk mempersiapkan kualitas diri dan memanfaatkan peluang MEA

Tatanan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada tahun 2015, akan menjadi ancaman yang sangat serius untuk para pekerja Indonesia khususnya pemuda apabila kualifikasi

dalam negeri dan mendapat peluang ekonomi yang lebih besar dari Negara. anggota ASEAN

“Kesiapan Bank Pembangunan Daerah (BPD) dalam menghadapi ASEAN Economic Community”, Jurnal Ekonomi, hal 1-12.. “Peluang dan Tantangan Indonesia Menghadapi Masyarakat Ekonomi

Indonesia merupakan jumlah penduduk yang paling besar di kawasan ASEAN (40%) dari total penduduk ASEAN hal ini menjadikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia yang

Kedua , faktor-faktor yang menjadi kendala penguatan budaya maritim desa pesisir di Jawa Timur dalam meng hadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) dikarenakan masih

MEA yang merupakan akronim dari Masyarakat Ekonomi ASEAN yang sejatinya merupakan kesepakatan dari Negara-negara di ASEAN untuk membentuk sebuah kawasan bebas keluar