• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI MASYARAKAT EKONOMI ASEAN SKRIPSI"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

i

KESIAPAN INDONESIA MENGHADAPI

MASYARAKAT EKONOMI ASEAN

Oleh : Yermia Anggraeni

NIM : 222009019

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ekonomika dan Bisnis

Guna memenuhi sebagian dari Persyaratan-persyaratan untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi

FAKULTAS : EKONOMIKA DAN BISNIS

PROGRAM STUDI : ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA 2014

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

MOTTO

Tangan orang rajin memegang kekuasaan, tetapi

kemalasan mengakibatkan kerja paksa

(Amsal 12 : 24)

Karena masa depan sungguh ada, dan

harapanmu tidak akan hilang

(Amsal 23 : 18)

Bekerja bukan untuk gaya dan gengsi tetapi untuk

berjuang mengejar mimpi

Sebab Aku mengetahui rancangan-rancangan

apa yang ada pada-Ku mengenai kamu,

demikianlah firman TUHAN, yaitu rancangan

damai sejahtera dan bukan rancangan

kecelakaan, untuk memberikan kepadamu hari

depan yang penuh harapan

(7)

vii

Kata Pengantar

Puji Syukur penulis panjatkan pada kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Skripsi yang berjudul

Gambaran Ekspor Impor Indonesia-ASEAN Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015

ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana ekonomi. Terwujudnya skripsi ini tidak lepas dari partisipasi dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin meyampaikan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada :

1. Kepada Tuhan Yesus untuk setiap berkat dan kelancaran dalam penulisan skripsi ini. 2. Marthen Luther Ndoen, SE, MA, Ph.D selaku pembimbing yang telah bekerja sama.

memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi yang membangun kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Dr. Gatot Sasongko, SE , M.Si selaku Kaprogdi Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan. 4. Birgitta Dian Saraswati, S.E., M.Si sebagai wali studi.

5. Kepada ibu dan saudara-saudara saya yang telah memberikan dukungan, doa, nasehat, dan motivasi hingga penulis dapat menyelesaikan studi.

6. Kepada orang terkasih Andrian Melmam Besy yang turut memberikan masukan,bantuan dan semangat selama proses mengerjakan skripsi.

7. Kepada teman-teman Ilmu Ekonomi 2009 yang telah memberikan motivasi dan bantuan selama ini Dian Sari, Ira Puspitasari, Satria Adi Saputra, Ketut Zora Evan, Valencia A. Karundeng, Nikolas Satrio, Maria Elisabeth Tahulending, Adi Saputra Wicaksono, Yustinus Wahyudi, Tri Mulyati, Leonardus Very,serta adik-adik angkatan Ilmu Ekonomi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis memohon maaf bila ada kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran penulis hargai demi penyempurnaan penulisan serupa dimasa yang akan datang. Besar harapan penulis, untuk semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat bernilai positif bagi semua pihak-pihak yang membutuhkan.

Penulis

(8)

viii DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Surat Pernyataan Keaslian Skripsi ... ii

Pernyataan Tidak Plagiat ... iii

Pernyataan Persetujuan Akses ... iv

Lembar Persetujuan ... v

Halaman Motto ... vi

Kata Pengantar ... vii

Daftar Isi ... viii

Abstract / Saripati ... ix

Pendahuluan ... 1

Latar Belakang ... 1

Rumusan Masalah ... 5

Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 5

Review Literatur ... 6

Pembahasan ... 12

Perkembangan Ekspor dan Impor ... 12

Indonesia – Singapura ... 12

Indonesia – Malaysia ... 13

Indonesia – Thailand ... 14

Implikasi ekspor-impor Indonesia ke ASEAN ... 15

Prospek Indonesia di ASEAN ... 16

Posisi Indonesia ... 18

Isu logisik Indonesia ... 19

Kesimpulan ... 21

Daftar Pustaka ... 22

Lampiran ... 24

(9)

ix

Abstract

ASEAN Economic Community (AEC) is South East Asia mutual collaboration that will be started in 2015. Indonesia has shown her readiness on some sectors. But, still, while sits on the third rank of the ASEAN market leaders, Indonesia has to develop more because she has to compete against other ASEAN countries that has been developing so well these years.

Through this thesis, the writer wants to describe how Indonesian export-import condition in years 2008-2012 dealing with MEA in year 2015, the readiness, the opportunity and the challenges.

The research resulted in the insatifaction. The fact that Indonesia is 4rd market leaders in the ASEAN countries cannot guarantee that Indonesia will be ready to face that free trade season in 2015. Some sectors like logistics and infrastructure is not ready because it has not been developed efficiently. Beside, in 2008 to 2015, Indonesia still suffer from the insufficiency compared to Singapore, Malaysia and Thailand. It resulted in Indonesia’s incapability of competing with other ASEAN countries due to the dependable industries to the raw material. Key Word : AEC ( ASEAN Economic Community) , Indonesia, ASEAN

Saripati

AEC (ASEAN Economic Community) atau yang lebih sering disebut MEA merupakan kerjasama di Asia Tenggara yang akan di laksanakan 2015 mendatang. Di beberapa sektor sudah menunjukan kesiapaan namun masih banyak hal yang harus di benahi agar Indonesia mampu bersaing dengan negara-negara di kawasan ASEAN walaupun saat ini posisi Indonesia berada di urutan ke 3 yang mendominasi perdagangan di ASEAN.

Penelitian ini ingin mengambarkan bagaimana kondisi ekspor-impor Indonesia 2008-2012 dalam menghadapi MEA 2015 mendatang, baik di lihat dari kesiapaannya, peluang dan tantangan.

Hasil penelitian ini posisi Indonesia yang berada di urutan ke 4 belum cukup memuaskan karena beberapa sektor seperti sektor logistik dan infrastruktur belum efisien dan belum mampu menghadapi pasar bebas mendatang. Di samping itu jika dlihat neraca perdagangan Indonesia ke ASEAN selama 5 tahun ( 2008-2012) masih mengalami defisit dengan Singapura, Malaysia dan Thailand sehingga bisa di lihat bahwa ekspor Indonesia belum mampu bersaing karena industri-industri di Indonesia masih bergantung dengan bahan baku impor.

(10)

x

(11)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Beralihnya sistem ekonomi yang bergeser ke arah liberalisme dengan menempatkan pasar bebas sebagai aktifitas utama mendorong negara-negara di kawasan Asia Tenggara mulai mengintegrasikan ekonominya. Hal itu dapat dilihat dengan munculnya perjanjian atau kerjasama regional dibidang liberalisasi perdagangan melalui sistem perdagangan bebas ( free

trade ).

Integrasi ekonomi di kawasan Asia Tenggara tidak lepas dari peran serta ASEAN yang saat ini telah diikuti oleh 10 negara anggota. Melalui ASEAN maka terbentuknya ASEAN Free Trade

Area ( AFTA) . AFTA ( ASEAN Free Trade Area ) merupakan hasil pertemuan KTT ASEAN

KTT ASEAN IV 27-28 Januari 1992 di Singapura. Kerjasama AFTA bertujuan untuk meningkatkan daya saing produk ASEAN di pasar dunia dan menciptakan pasar seluas-luasnya untuk menstimulus peningkatan FDI (Foreign Direct Investment) di kawasan Asia Tenggara, yang artinya semua barang atau produk yang dihasilkan oleh ASEAN dapat diperdagangkan di negara anggota dengan tarif atau tanpa tariff 1.

Terbentuknya AFTA diharapkan akan menjadi hal yang penting dalam menentukan integrasi ekonomi dan pembentukan pasar tunggal di ASEAN. Skema Common Effective Preferential

Tariffs For ASEAN Free Trade Area ( CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan

AFTA melalui : penurunan tarif hingga menjadi 0 - 5%, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015 2.

Akan tetapi pemberlakuan AFTA merupakan pilihan yang sulit bagi negara-negara anggota ASEAN yang sebagian mengalami perekonomian yang belum begitu kuat. Negara-negara anggota ASEAN seakan-akan berada diposisi yang sulit karena efisiensi produksi dan jumlah

1

Cuyvers.Ludo danWisran Pupphavesa. 1996. From ASEAN to AFTA .CAS Discussion paper No 6

2

(12)

2

produk kompetitif di masing-masing negara masih rendah sehingga justru dapat menimbulkan kerugian.

Namun disisi lain dengan terbentuknya AFTA dapat meningkatkan perekonomian di masing-masing negara, karena dengan adanya fenomena globalisasi yang menciptakan liberalisasi di berbagai sektor menimbulkan dampak langsung terhadap sistem perekonomian dunia.

Topik mengenai pasar bebas di ASEAN sangat menarik untuk diteliti karena tahun 2015 mendatang Indonesia akan benar-benar ikut berperan dalam pasar bebas ASEAN ( MEA 2015). Indonesia merupakan salah satu aktor penting yang berperan dalam pemberlakuan AFTA. Sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang memiliki pasar yang luas, tentunya posisi Indonesia sangat strategis bagi produsen karena proporsi penduduk Indonesia jauh lebih banyak dibanding negara-negara anggota ASEAN sehingga Indonesia menjadi target produsen dalam memasarkan barang dan jasa. Momen ini sangat penting bagi Indonesia karena akan menentukan masa depan Indonesia, apakah Indonesia mampu berperan aktif sebagai aktor atau hanya sebagai penonton. Sebagai salah satu tujuan dari dibentuknya kerjasama ekonomi ASEAN adalah guna meningkatkan perekonomian di kawasan ASEAN, disinilah yang akan menjadi tolak ukur apakah Indonesia di untungkan dengan kerjasama ini atau tidak, dan hal-hal apa saja yang perlu menjadi perhatian dan perbaikan atau evaluasi di sektor-sektor ekonomi dalam menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN mendatang. Sehingga melalui kerjasama ini di harapkan mampu memberikan dampak postitif bagi sektor ekonomi dan bahkan SDM di Indonesia.

Isu yang kini tengah menjadi perbincangan di Indonesia adalah mengenai ekspor-impor Indonesia yang menyebabkan defisit neraca perdagangan. Secara khusus dalam penelitian ini membahas kondisi ekspor-impor Indonesia dengan ASEAN dan implikasinya, serta prospek dan isu-isu yang menjadi masalah di Indonesia menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN. Dengan mengacu data ekspor-impor Indonesia dengan ASEAN tahun 2008-2012 akan dilihat perkembangan ekspor-impor baik dilihat dari nominal dan komoditas andalan. Negara yang mendominasi perdagangan di ASEAN adalah Singapura, Malaysia dan Thailand, dengan segala kemampuan di bidang infrastruktur dan teknologi ke 3 negara tersebut mampu mendominasi perdagangan. Di bentuknya Masyarakat Ekonomi ASEAN tidak ditujukan untuk membangun negara masing-masing agar menjadi paling hebat di ASEAN tanpa peduli negara anggota yang

(13)

3

lain. Namun dengan terbentuknya MEA agar seluruh negara ASEAN bisa berintegrasi untuk menjadikan kawasan yang lebih sejahtera,stabil,damai dan tangguh dalam politik internasional. Meski tidak yang paling tertinggal, Indonesia masih perlu kerja ekstra untuk menghadapi MEA. Ini mengingat dalam beberapa hal strategis, Indonesia relatif tertinggal. Dari studi Bank Dunia (2013) daya saing impor Indonesia tertinggal dibanding dengan negara ASEAN lainnya selain itu kondisi infrastruktur Indonesia seperti pelabuhan yang belum cukup memadai. Namun kondisi Indonesia masih lebih baik di banding kondisi Kamboja dan Brunei. Ekspor Indonesia ke Brunei tahun 2012 sebesar US$ 81,7 juta dengan share 0,20% meningkat 1% dari tahun sebelumnya. Tahun 2009 dan 2011 Brunei mengalami surplus perdagangan dengan Indonesia namun tahun 2008-2010 dan 2012 mengalami defisit perdagangan. perdagangan Indonesia- Brunei menunjukkan trend -35%. Komoditas yang diekspor Indonesia meliputi consumer

goods,farmasi,alat-alat listrik dan elektronik, tekstil dan suku cadang. Sementara impor

Indonesia dari Brunei adalah transport equipment, cashed head petroleum, dan mesin-mesin. Neraca perdagangan Indonesia dengan Singapura selama 5 tahun ( 2008-2012) menunjukan posisi defisit, karena Singapura lebih banyak mengekspor hasil sulingan minyak bumi, kapal, tekstil, pipa besi, baja dan bahan kimia, disisi lain adanya dukungan dari segi infrastruktur Singapura yang sangat maju. Negara ke 2 yang mendominasi perdagangan setelah Singapura adalah Malaysia, selama 5 tahun ( 2008-2012) neraca perdagangan secara umum menunjukan surplus bagi Malaysia namun untuk tahun 2010-2011 menunjukan surplus bagi Indonesia. Komposisi ekspor Indonesia di dominasi komoditas ( resource based ) barang primer ( primary

product), kondisi ini menyebabkan ekspor Indonesia rentan dengan gejolak harga, hal ini juga

yang menyebabkan ekspor Indonesia melemah akibat pelemahan perekonomian dunia yang menyebabkan harga komoditas dunia juga ikut menurun. Ekspor Indonesia yang didominasi komoditas dan barang primer ,memiliki nilai tambah yang sedikit selain itu menurut Menteri Perdagangan Gita Wirjawan adanya koreksi harga komoditas oleh negara-negara besar atau negara tujuan ekspor terbesar.3 Lain halnya dengan Singapura, Malaysia ,dan Thailand yang produk ekspornya lebih di dominasi barang-barang berteknologi tinggi. Selain itu adanya isu logistik di Indonesia sangat berpengaruh terhadap daya saing, aktivitas bongkar muat di pelabuhan yang memakan waktu berhari-hari menjadi hal yang perlu diperhatikan dan perlu

3

(14)

4

adanya pembenahan. Masalah mengenai logistik yang tengah dihadapi Indonesia merupakan masalah yang berkaitan yang melibatkan instansi pemerintah, pengelola pelabuhan dan pengusaha angkutan. Sehingga perlu adanya kebijakan baru dan perubahan sistem dalam pengelolaan aktivitas di pelabuhan dan pembangunan infrastruktur.

Ekspor-impor Indonesia yang mengalami defisit tentunya menyebabkan neraca perdagangan tidak seimbang yang berdampak pada pendapatan devisa yang menurun dan nilai tukar rupiah melemah. Padahal sangat penting bagi Indonesia menjaga kondisi nilai tukar rupiah untuk menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), agar perekonomian kuat maka perlu di dukung dengan rupiah yang kuat. Defisit yang semakin meningkat dari tahun ke tahun menandakan bahwa negara tersebut semakin ketergantungan dengan negara lain, sebagai contoh ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dari Singapura yang mengakibatkan defisit neraca perdagangan.

Terbentuknya ASEAN pada awalnya hanya untuk keamanan. Namun kemudian berkembang dan muncul kerjasama ekonomi seperti AFTA dan kemudian MEA yang berfokus pada ekonomi. Dengan disepakatinya kerjasama regional sangat diharapakan Indonesia mendapat manfaat, secara khusus dalam MEA 2015. Dengan segala kelimpahan yang di miliki Indonesia baik SDM dan SDA, momen ini sangat penting untuk kemajuan Indonesia. Meskipun banyak tantangan yang dihadapi Indonesia, tetap saja Indonesia masih memiliki banyak peluang jika Indonesia benar-benar menjadi aktor dalam MEA. Bahkan jika pemerintah dan masyarakat Indonesia bersinergi atau kompak dalam persaingan pasar bebas ASEAN maka Indonesia mampu menjadi Macan Asia kembali bila sektor-sektor yang unggul di Indonesia terus di kelola. Dengan begitu Indonesia mendapat banyak manfaat yang maksimal dalam pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN. Manfaat yang diperoleh Indonesia dalam hal ini seperti prospek sektor jasa pariwisata yang mampu bersaing dengan Singapura, Malaysia dan Thailand. Hal ini dapat di lihat ketika Indonesia menghadapi krisis global ,ketika ekspor turun sektor pariwisata justru mengalami peningkatan 7 %.4 Masih ada banyak lagi sektor-sektor yang unggul dalam menghadapi MEA.

4

(15)

5

Dari penjelasan di atas maka pertanyaan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah Bagaimana

kesiapan Indonesia menghadapi MEA .

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif diskriptif. Dimana penelitian ini untuk memahami fenomena mengenai apa yang terjadi dengan subjek penelitian pasar bebas Indonesia dengan ASEAN dan mendeskripsikan penelitian yang sudah didapat yang kemudian dapat memecahkan atau menjawab masalah yang ada berdasarkan data-data atau catatan-catatan. Sumber-sumber di peroleh dari koran, jurnal dan data sekunder dari BPS. Penelitian ini diharapakan dapat memberi manfaat bagi mahasiswa dan sebagai sumber untuk penelitian selanjutnya.

(16)

6

Review Literatur

Pasca perang dingin perubahan sistem ekonomi internasional mulai berkembang sehingga menimbulkan dampak yang besar bagi hubungan perdagangan internasional antarnegara. Yang menjadi landasan pembangunan ekonomi di Eropa, Asia dan Afrika pada saat itu adalah sistem ekonomi liberalisme. Amerika Serikat pun menjadi satu-satunya negara Adi daya yang memiliki ideologi kebebasan di semua bidang. Selain itu hegemoni Amerika Serikat sangat kuat menguasai ekonomi, budaya, politik luar negeri dan militer diseluruh dunia, sehingga sistem ekonomi lantas bergeser ke arah neoliberalisme dengan menempatkan pasar bebas sebagai aktivitas utama ( Helwani : 2006). Hal itu kemudian mendorong negara-negara di dunia dituntut untuk mengintegrasikan ekonomi nasionalnya menuju keterbukaan tata perekonomian dunia baru yang berdasarkan liberalisme ekonomi. Perubahan sistem ekonomi ini juga diikuti dengan munculnya perjanjian atau kerjasama internasional di bidang Liberalisasi perdagangan melalui sistem perdagangan bebas.

Perdagangan Internasional dan negara-negara berkembang

Sistem perdagangan Internasional melalui integrasi ekonomi menawarkan banyak keuntungan bagi ekonomi dunia. Hal ini sama seperti dengan teori yang dikemukaan oleh Adam Smith, Ricardo dan Heckscher-Ohlin. Keuntungan yang paling mendasar dari perdagangan internasional adalah ketika suatu negara dapat mengkonsumsi barang yang tidak bisa dihasilkan oleh negaranya atau tidak dapat di produksi secara lokal. Keuntungan muncul karena perdagangan internasional memperbolehkan suatu negara untuk mengkhususkan pembuatan suatu produk dan mengekspor produk yang dapat diproduksi lebih efisien di dalam negeri dan mengimpor produk yang dapat diproduksi lebih efisien di negara-negara lain. Namun perdagangan antara negara maju dengan negara berkembang sangat berbeda. Karena di negara maju mengekpor padat modal dan negara berkembang mengekspor padat karya. Disisi lain adanya perbedaan yang mencolok dalam pendapatan per kapita di negara maju dan negara berkembang.5

Dalam perdagangan internasional negara berkembang menganut dualisme yaitu proteksi dan liberalisasi. Proteksi dengan tujuan melindungi pabrik domestik dari kompetitor internasional.

5

(17)

7

Proteksi diwujudkan melalu kebijakan subsidi impor. Subsidi impor adalah kebijakan perdagangan dengan membatasi masuknya barang ke dalam negeri dengan menggunakan tarif atau kuota untuk mendorong penggunaan produk domestik mengganti impor.6 Latar belakang digunakannya kebijakan ini adalah untuk melindungi industri yang baru muncul (infant

industry) . Negara berkembang sebenarnya memiliki potensi dalam hal keunggulan komparatif,

namun industri baru muncul sehingga tidak dapat berkompetisi dengan industri yang sudah lama dari negara maju. Dua argumen yang mereka gunakan adalah adanya ketidaksempurnaan pasar modal dan tidak adanya kompensasi atas nilai awal. Ketidaksempurnaan pasar modal diakibatkan negara berkembang tidak memiliki institusi keuangan seperti negara maju. Tidak adanya kompensasi atas nilai awal, artinya industri baru yang mengeluarkan biaya untuk memulai aktivitasnya. Jika industri lain ingin melakukan hal yang sama, mereka tidak memerlukan biaya yang sama dengan industri pendahulunya, dan industri pendahulunya tidak mendapat kompensasi dari industri yang lebih baru tersebut.7

Negara-negara berkembang telah menolak liberalisasi perdagangan selama beberapa dekade, mereka lebih memilih strategi substitusi impor dan perlindungan industri kecil bersama dengan menuntut akses istimewa ke pasar negara-negara maju melalui System Preferensi Generalized ( SGP ), yang merupakan sistem pengurangan tariff yang lebih besar bagi negara-negara berkembang. Namun hal ini kemudian menimbulkan beberapa kritik bagi kebijakan subsidi impor karena negara yang menggunakan kebijakan ini ternyata tidak berkembang.8 Alasan pertama, negara tersebut rugi dalam hal kompetensi karena mereka memiliki keunggulan dalam bidang manufaktur ( keunggulan komparatif ) namun tidak dibuka kesempatan untuk itu. Alasan kedua, di negara berkembang banyak buruh yang tidak memiliki ketrampilan, kekurangan wiraswasta dan kompetensi manajerial serta masalah pada organisasi sosial yang nantinya akan berpengaruh terhadap pengalaman industrialisasi. Alasan ketiga, kegagalan kebijakan subsidi impor dalam menghasilkan keuntungan yang menjanjikan dikarenaan fokus pada biaya pengembangan industri domestik. Dan alasan yang terakhir adalah, industri domestik terlalu kecil sehingga tidak efisien dalam menghasilkan profit.

6Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 2003. International Economics: Theory and Policy. Pearson

Education Internasional , hal 25

7

Ibid

(18)

8

Pada akhir tahun 1980, kritik tersebut sudah diterima oleh negara berkembang. Sehingga kebijakan proteksi ditinggalkan. Sementara kebijakan liberalisasi mulai diterapkan karena adanya fakta yang menyatakan negara yang sudah menganut kebijakan liberalisasi memiliki tingkat pertumbuhan yang lebih cepat daripada negara yang menganut proteksi.9 ( Krugman & Obstfeld, 2003 : 257 ).

Kerjasama Regional

Liberalisasi merupakan fenomena yang sudah tidak bisa dihindari oleh negara-negara didunia. Hal ini dikarenakan semakin terintegrasinya ekonomi di dunia. Terbentuknya WTO ( World

Trade Organization ) telah didahului dengan terbentuknya blok-blok ekonomi. Perdagangan

dengan WTO dan kerjasama ekonomi regional berarti mengembangkan institusi yang demokratis, memperbaharui mekanisme pasar dan memfungsikan sistem hukum. Dalam sejarah perdagangan bebas internasional menunjukkan bahwa perdagangan internasional merupakan perdagangan yang fokus mengembangkan pasar terbuka.

Pada awal tahun 1990, Masyarakat Eropa memperluas integrasinya dalam Pasar Tunggal dan bahkan menyatukan mata uang mereka dengan euro, kemudian AS, Kanada dan Meksiko menyepakati pembentukan NAFTA. Tumbuhnya tren dalam perdagangan internasional pada masa itu maka muncul regionalisme yang mendorong ASEAN untuk meningkatkan kerjasama dengan menyepakati berbagai kesepakatan di bidang ekonomi ,khususnya ekonomi regional di kawasan ASEAN. Diawali dengan kesepakatan Preferential Tariff Arrangement (PTA) pada tahun 1977. Kesepakatan yang cukup menonjol dan menjadi awal visi pembentukan AEC (AEC) pada tahun 2015 adalah disepakatinya Common Effective Preferential Tariff – ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) pada tahun 1992. Tujuan dari terbentuknya AFTA adalah meningkatkan daya saing ASEAN sebagai basis produksi untuk pasar bebas. Mekanisme untuk mencapai tujuan AFTA melalui Common Efektif Preferential Tariff ( CEPT ) dimana tarif intra regional akan berkurang menjadi 0 % hingga 5 % dalam jangka waktu 15 tahun mulai 1993, penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya. Perkembangan terakhir yang terkait dengan AFTA adalah adanya kesepakatan untuk menghapuskan semua bea

9

(19)

9

masuk impor barang bagi Brunai Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. 10

Dampak Kerjasama Regional

Liberalisasi perdagangan telah memberikan dampak yang signifikan pada ekonomi dunia, dengan efek bermacam-macam. Liberalisasi perdagangan di Asia Tenggara diharapkan mampu menghasilkan pergeseran terhadap output sektoral, karena adanya realokasi sumber daya ke sektor yang lebih efisien , liberalisasi perdagangan akan sangat mempengaruhi pola perdagangan luar negeri. Dengan dihilangkannya distorsi domestik maupun luar negeri, masing-masing wilayah akan dapat meningkatkan produksi di sektor yang mempunyai keunggulan, serta mendapat kesempatan lebih besar untuk mengekspor hasil hasil produknya akibat dari semakin terbukanya pasar. Pada perubahan output, negara-negara ASEAN juga akan mengalami perubahan ekspor yang cukup signifikan di sektor manufaktur dan sektor tekstil karena dipengaruhi oleh AFTA yang merupakan blok perdagangan di ASEAN sehingga terbuka kesempatan dalam mengekspor ke negara anggota karena dikenai bea masuk yang rendah daripada negara bukan anggota. Akibatnya, harga domestik komoditas impor akan lebih murah dibandingkan harga komoditas dari negara lain sehingga ekspor antar negara ASEAN akan meningkat. Ekspansi di sektor manufaktur akan meningkatkan permintaan terhadap tenaga kerja dan menyebabkan perpindahan sumber daya. Ekspansi tersebut berbeda-beda antarnegara. Indonesia yang memiliki tenaga kerja berlimpah akan mendapat manfaat lebih banyak daripada industri yang padat karya, sementara negara ASEAN lainnya seperti Malaysia dan Thailand lebih tergantung pada industri padat modal. Sehingga hal ini menunjukkan bahwa transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke manufaktur di Indonesia lebih lambat dibandingkan dengan negara-negara lain. Pelaksanaan AFTA sebagai blok perdagangan akan sangat meningkatkan perdagangan antar negara anggota sebagai akibat dari trade creation dan trade diversion. Secara keseluruhan ada indikasi bahwa dengan liberalisasi maka perdagangan intra industri akan semakin dominan, karena liberalisasi mendorong diferensiasi produk. Negara- negara yang memiliki keunggulan komparatif diharapkan mampu meningkatkan produksi dan impor sehingga dapat menarik faktor produksi dari sektor yang kurang kompetitif. Semakin maju liberalisasi

(20)

10

perdagangan yang dilakukan maka akan semakin meningkatkan keuntungan yang diperoleh dari liberalisasi tersebut.11 Beberapa dampak liberalisasi terhadap ekonomi nasional salah satunya adalah pertumbuhan investasi asing ( FDI ). Investasi memiliki peran dalam transfer teknologi, dalam restrukturisasi industri dan dalam pembentukan perusahaan global yang semuanya memiliki dampak besar pada tingkat nasional.

Yang ketiga adalah dampak liberalisasi terhadap inovasi teknologi. Teknologi telah menjadi faktor dalam liberalisasi, selain itu liberalisasi memacu kompetisi sehingga mendorong dan mempercepat difusi dalam bangsa melalui investasi asing langsung.12 Keempat adalah pertumbuhan perdagangan di jasa termasuk keuangan, jasa dan hukum, manajerial, dan informasi berwujud dari semua jenis yang telah menjadi andalan perdagangan internasional.

AFTA Dan Indonesia

Indonesia merupakan anggota pendiri ASEAN dan ikut serta dalam kesepakatan AFTA yang berorientasi kepasar bebas Asia Tenggara. Indonesia juga telah mengadopsi kebijakan pembangunan ekonomi selama beberapa tahun terakhir.13 Kebijakan pembangunan diharapkan akan mendorong perekonomian di ASEAN yang mencangkup perdagangan dan investasi. Seperti anggota ASEAN lainnya, Indonesia mau tidak mau harus menghadapi iklim global dengan lingkungan yang lebih kompetitif.

Pada tahun 1995 Indonesia mengusulkan untuk melindungi beberapa produk pertanian, khususnya beras, gula, tepung terigu dan kedelai yang dianggap produk sensitif dan menunda liberalisasi komoditas ini. Usulan tersebut diterima dan liberalisasi komoditas sensitif akan dimulai pada bulan januari 2003 dan berakhir pada tahun 2010.

Namun kita dapat melihat kondisi Indonesia saat ini dimana Indonesia justru mengimpor komoditas pangan strategis seperti beras, jagung, kedelai, gula, daging ayam dan daging sapi

11 Dhayattoni , 2013 ,” Liberalisasi Perdagangan Dunia”. 12

Michael D. 2003 , “Globalization Of The World Economy : Potential Benefits And Cos And A Net Assessment”

13 R.H Arif dan Regalado A.Aurora . “A Country report The Impact Of AFTA On Indonesian Economy And

(21)

11

yang diperkirakan memiliki kartel dalam jumlah milyar rupiah.14 Hal ini merupakan tanggung jawab pemerintah dalam mengatur tata niaga impor, yang harus segera selesaikan.

Ketidaksiapan Indonesia dalam menghadapi AFTA ditunjukan dari segi penegak hukum yang masih sangat lemah, dan hal ini menjadi perhatian serius di Indonesia. Jika tidak ada kepastian hukum, maka iklim usaha akan tersendat sehingga menyebabkan biaya ekonomi yang tinggi yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap daya saing produk dalam pasar internasional.15 Faktor lain yang juga penting adalah lembaga-lembaga pemerintah yang banyak melakukan KKN. Seharusnya lembaga pemerintah ini mendukung perdagangan dan kemudahan dalam membuka usaha tapi nyatanya banyak praktek korupsi ditubuh lembaga-lembaga pemerintah. Dengan adanya korupsi, rent seeking dan bahkan kartel akan berdampak terhadap harga produk di pasar

14

Nurmayanti, “ 6 Komoditas Pangan Strategis Yang Jadi Mainan Kartel “ 11 Septembe 2013

http://bisnis.liputan6.com/read/689209/ini-dia-6-komoditas-pangan-strategis-yang-jadi-mainan-kartel

15

(22)

12

Kesiapan Indonesia Menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015

Perkembangan Ekspor dan Impor 1. Indonesia-Singapura

Ekspor Indonesia dengan negara anggota ASEAN dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Volume ekspor terbesar Indonesia adalah dengan Singapura, Malaysia dan kemudian di ikuti oleh Thailand. Ekspor Indonesia dengan Singapura pada tahun 2011 sebesar US$ 18,4 meningkat tahun dibanding tahun sebelumnya 2010 yang hanya US$ 13,7 dengan share 43,81 %. Besarnya peran tersebut didominasi oleh minyak mentah, gas alam, timah, karet, kopra dan elektronik ( untuk memenuhi kebutuhan industri di Singapura. Sementara untuk produk yang di ekspor Singapura ke Indonesia meliputi hasil sulingan minyak bumi, kapal, pakaian jadi, tekstil, pipa besi dan baja dan bahan kimia. Namun pada tahun 2012 ( 18, 4 Miliar ) ekspor Indonesia ke Singapura mengalami penurunan dari tahun sebelumnya yang hanya 17,1 miliar.

Sementara untuk impor dari Singapura ke Indonesia untuk tahun 2008 hingga 2010 mengalami fluktuasi dan stabil di tahun 2011 hingga 2012. Neraca perdagangan Indonesia-Singapura selama 5 tahun terakhir ( 2008-2012) menunjukan posisi defisit dengan ketiga negara dan defisit terbesar di alami dengan Singapura.

(23)

13

Jika dilihat dari tabel ekspor dan impor terlihat bahwa perdagangan Singapura lebih unggul karena struktur ekonomi pasar bebas di Singapura sangat maju, didukung dengan lingkungan bisnis dan infrastruktur seperti lokasi geostrategis dan fasilitas pelabuhan yang sangat maju. Total perdagangan eksternal Singapura pada 2012 adalah sebesar S$ 984.88 miliar meningkat tipis 1.1% (yoy) dibandingkan tahun 2011. Total ekspor turun -0.9% menjadi S$ 510.33 miliar, dan total impor tumbuh 3.2% menjadi S$ 474.55 miliar pada tahun 2011 16. Dimana, dari S$ 510.33 miliar ekspor, 44.12% adalah re-ekspor, hal ini menunjukkan peran Singapura dalam perdagangan internasional. Kelesuan ekonomi global akibat utang zona euro yang berkelanjutan, adalah alasan penurunan kinerja perdagangan Singapura. Dapat di lihat bahwa negara ASEAN yang mampu atau siap dalam menghadapi AFTA adalah Singapura, dimana kinerja ekonominya tumbuh pesat dan infrastruktur yang maju berpengaruh terhadap kondisi ekonomi global.

2. Indonesia-Malaysia

Malaysia pun menjadi urutan ke 2 , negara ASEAN yang siap dalam menghadapi AFTA. Ekspor Indonesia ke Malaysia pada tahun 2010 mengalami peningkatan, tercatat sebesar US$ 19,36 milyar, meningkat 27,66 % dibanding dengan tahun 2009 ( US$ 6,81 milyar). Ekspor Indonesia ke Malaysia tahun 2009 hanya meningkat 3 % dari tahun sebelumnya, namun hingga tahun 2012 ekspor terus meningkat. Tren perdagangan Indonesia dengan Malaysia selama 5 tahun (2008-2012) positif 15 %. Produk unggulan Indonesia yang di ekspor ke Malaysia di antaranya

16

(24)

14

minyak sawit, karet alam, kertas, serta tekstil. Impor Indonesia dari Malaysia pada tahun 2009 sebesar US$ 5,68 milyar menurun dari tahun sebelumnya sebesar US$ 8,99 milyar. Penurunan impor ini tercatat pada refined petroleum products, electronics & Electrical products, crude

petroleum, manufactures of metal dan chemicals and chemical products 17 .Trend selama 5 tahun ( 2008-2012) positif 8 %. Neraca perdagangan Indonesia-Malaysia pada tahun 2012 menunjukan posisi defisit untuk Indonesia sebesar US$ 12.2 Milyar,atau meningkat dibanding dengan defisit tahun 2011 (10,9 milyar). Selama 5 tahun terakhir ( 2008-2012) , neraca perdagangan menunjukan posisi surplus bagi Malaysia. Pada periode tahun 2010-2011 , neraca perdagangan menunjukan posisi surplus bagi Indonesia sebesar US$ 9,36 milyar dan US$ 10,9 milyar.

3. Indonesia-Thailand

Negara 3 yang mendominasi perdagangan di kawasan ASEAN adalah Thailand. Dari grafik ekspor Indonesia ke Thailand dari tahun 2009-2012 mengalami peningkatan walaupun peningkatan dari tahun ke tahun tidak signifikan. Trend selama 5 tahun ( 2008 - 2012) positif 16 %. Ekspor Indonesia ke Thailand di antaranya adalah kayu lapis dan minyak bumi. Sementara untuk Impor dari Thailand ke Indonesia meningkat tipis dari tahun 2008-2012 dengan share 15,5% di tahun 2008 dan share 21,3 % di tahun 2012. Produk impor Thailand yang membanjiri Indonesia di antaranya beras dan gula. Ketergantungan Indonesia terhadap impor beras Thailand dikarenakan Indonesia mengalami krisis ketahanan pangan nasional. Dari beberapa literatur, kini Thailand mampu mengekspor 2,3 juta unit mobil per tahun di kawasan ASEAN hal ini menandakan bahwa industri di Thailand cukup maju. Neraca perdagangan Indonesia - Thailand tahun 2012 menunjukkan defisit untuk Indonesia sebesar US$ 6,63 milyar, meningkat dari tahun sebelumnya. Sedangkan neraca perdagangan menunjukkan posisi surplus bagi Thailand Sehingga dapat dikatakan bahwa neraca perdagangan Indonesia – Thailand selama 5 tahun mengalami defisit.

Konflik geopolitik yang tengah dihadapi Thailand beberapa bulan ini memberi dampak baik positif maupun negatif bagi Indonesia dan negara-negara anggota ASEAN. Dampak positif bagi Indonesia dan negara-negara ASEAN sekitarnya adalah seperti beralihnya tujuan wisatawan mancanegara dan mendorong sebagian pelaku usaha untuk memindahkan basis produksinya ke

17

(25)

15

Filipina, Vietnam, atau Indonesia. Untuk Indonesia sendiri dampak yang paling terasa adalah ekspor elektonik dan otomotif ke Thailand menurun. Sementara impor dari Thailand ke Indonesia juga mengalami penurunan.

Implikasi Ekspor-Impor Indonesia ke ASEAN

Dampak diberlakukannya perdagangan bebas di kawasan ASEAN sangat berpengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia hal ini dapat dilihat jelas dalam neraca transaksi perdagangan Indonesia dengan Singapura, Malaysia dan Thailand yang mengalami defisit. Defisit yang terjadi di neraca transaksi Indonesia dengan ke 3 negara tersebut tidak jauh dari impor bahan bakar minyak (BBM) dan minyak mentah ke Indonesia. Defisit neraca perdagangan bukan hanya terjadi di sektor barang namun sektor jasa juga sangat berpengaruh. Beberapa contoh sektor jasa yang membuat defisit diantaranya seperti jasa pelayaran, perkapalan, perbankan, asuransi ekspor. Di industri keuangan seperti sektor asuransi, banyak digunakan perusahaan re-asuransi asing yang digunakan oleh perusahaan dalam negeri sehingga harus membayar devisa. Sektor jasa lainya yaitu tenaga kerja asing yang bekerja di Indonesia jumlahnya lebih banyak di banding jumlah TKI yang bekerja di luar negeri, sehingga membuat neraca defisit. Namun ada sektor jasa yang masih selalu surplus yaitu sektor pariwisata, jumlah wisatawan asing yang berbelanja di Indonesia jauh lebih besar dan banyak jika dibanding dengan orang Indonesia. Ekspor impor berpengaruh kuat terhadap neraca perdagangan yang defisit. Defisit yang semakin tinggi dari tahun ke tahun menandakan bahwa negara tersebut semakin ketergantungan dengan negara lain, sebagai contoh ketergantungan Indonesia terhadap impor BBM dari Singapura yang mengakibatkan defisit. Defisit tersebut jelas berdampak pada devisa dan nilai tukar Rupiah yang melemah. Hal ini tentunya akan berdampak pada kegiatan transaksi baik secara domestik atau pun secara internasional. Salah satu hal yang dapat dilakukan adalah dengan memperkuat fundamental, sehingga membuat perekonomian menjadi lebih kompetitif melalui peningkatan kinerja ekspor.

Indonesia merupakan negara terbesar di ASEAN, baik dari segi kewilayahan, jumlah penduduk, maupun ukuran ekonominya namun sayangnya, dalam kualitas, terutama daya saing, Indonesia tertinggal cukup jauh dibanding Singapura, Malaysia, dan Thailand. Beberapa studi mengonfirmasikan terkait ketertinggalan Indonesia ini. Dari ulasan sebelumnya, menurut studi

(26)

16

bank dunia (2013) daya saing produk ekspor Indonesia relatif tertinggal dibanding negara-negara ASEAN lain, terutama kaitannya dengan nilai tambah produk ekspor kita. Komposisi ekspor kita terbesar didominasi komoditas (resource based) dan barang primer (primary product). Kondisi ini menyebabkan ekspor Indonesia rentan dengan gejolak harga. Hal ini pula yang saat ini kita rasakan, ekspor kita melemah akibat pelemahan perekonomian dunia yang menyebabkan harga komoditas dunia juga ikut menurun.

Namun lain halnya dengan Singapura,Malaysia dan Thailand yang produk ekspornya di dominasi oleh barang-barang yang berteknologi tinggi. Posisi dan daya saing industri logistik Indonesia kalah dibanding dengan Malaysia, Thailand, Vietnam dan Filipina dan lebih unggul terhadap Myanmar dan Kamboja. Bertambahnya kelas menengah Indonesia membuat PDB per kapita mendekati USD 5.000 yang artinya daya beli masyarakat tinggi 18. Namun tingginya daya beli akan menjadi boomerang bagi neraca ekonomi jika daya saing dan kesiapan infrastruktur Indonesia tidak segera dibenahi dalam menghadapai MEA 2015 nanti.

Prospek Indonesia di ASEAN

ASEAN Economic Community (AEC) mengintegrasikan perekonomian ASEAN dengan kerjasama ekonomi regional di Asia Tenggara. Dengan kerjasama ekonomi ini banyak keuntungan yang didapat seperti penghapusan pembatasan kuantitatif dan hambatan non tarif. Dengan jumlah penduduk yang lebih banyak, Indonesia menjadi tujuan produsen-produsen dalam menawarkan barang dan hal itu merupakan keuntungan bagi para produsen. Selain sebagai market potensial dengan jumlah penduduk paling banyak diharapkan mampu menarik minat untuk investor berinvestasi dengan menanam modal di Indonesia. Namun biar bagaimanapun masih banyak hal yang menjadi tantangan Indonesia dalam menghadapi perdagangan bebas di lingkup domestik maupun internasional secara khusus Asia Tenggara. Dalam perkembangan ekspor Indonesia selama 5 tahun ( 2008-2012 ) menunjukan bahwa Indonesia berada di posisi ke 4 di bawah Singapura, Malaysia dan Thailand. Indonesia juga mengalami defisit dengan ke 3 negara tersebut, defisit ini akan mejadi ancaman bagi perekonomian Indonesia.

(27)

17

Dalam KTT ASEAN ke 21 di Phnom Pen tahun 2012, Indonesia di tunjuk sebagai penggerak dalam mengintegrasikan kekuatan Asia Tenggara di dunia19 . Bersama dengan Singapura dan Thailand, Indonesia berada di barisan terdepan dalam mengimplementasikan konsep-konsep yang telah disepakati. Banyak pihak yang menyatakan bahwa Indonesia belum siap dalam menghadapi AEC 2015, namun masih banyak peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia, bukan hal yang mustahil jika perekonomian di Indonesia meningkat. Peluang-peluang tersebut diantaranya sebagai berikut :

Daya saing pasar bebas ASEAN memberikan kemudahan dalam masuknya arus barang antar

negara anggota ASEAN karena adanya hambatan non tarif. Sebagai negara yang integrasinya cukup tinggi di sektor elektronik dan keunggulan komparatif di sektor sumber daya alam, Indonesia berpeluang dalam mengembangkan industri di kedua sektor tersebut 20.

Sektor Jasa/ Pariwisata Indonesia yang merupakan negara ke pulauan dengan ragam bentukan

alam seperti danau, pantai dan bahkan gunung berapi akan mampu mendorong pariwisata. Menurut BPS dan Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mencatat kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2013 sebesar 8.802.129 wisman, tumbuh 9,42 % dengan perolehan devisa sebesar US$10,05 milliar. Meningkatnya sektor pariswisata Indonesia menjadi peluang yang sangat besar untuk memperkuat perekonomian. Hal ini dapat dilihat ketika Indonesia menghadapi krisis global, ketika ekspor turun sektor pariwisata justru mengalami peningkatan dari 10% menjadi 17 % dari total ekspor barang dan jasa Indonesia dan menyumbang devisa terbesar meningkat dari peringkat 5 menjadi peringkat 4 dengan devisa sebesar US$ 10 miliar. 21

Dengan melihat kondisi ini Indonesia optimis dapat meningkatkan sektor pariwisata di tahun 2015 mendatang, peluang untuk meningkatkan sektor pariwisata Indonesia sangat terbuka karena di ASEAN daya saing Indonesia di sektor pariwisata ada di peringkat 4. Untuk terus meningkatkan daya saing banyak upaya yang dilakukan Kemenentrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) seperti melakukan sertifikasi sebanyak 58.627 tenaga kerja pariwisata.

19Wahyudin.Dian , “Peluang atau Tantangan Indonesia menuju AEC 2015” 20

Menuju ASEAN Economic Community 2015, Jakarta: Departemen Perdagangan Republik Indonesia

21

(28)

18

Selain itu Kemenparkraf membuat standarisasi bagi sektor jasa seperti hotel. Menurut MenKemenparkraf sektor pariwisata sudah paling siap dalam menghadapi MEA 2015.

Populasi penduduk Indonesia berusia produktif Jumlah penduduk Indonesia diperkirakan

akan mencapai 255,5 juta jiwa di tahun 2015 mendatang atau 40,3 % dari total jumlah penduduk di negara ASEAN.22 Sebagian besar populasi penduduk Indonesia berusia produktif ,sehingga ini membuka peluang Indonesia untuk ekspor tenaga kerja ke negara-negara ASEAN karena usia produktif di negara-negara ASEAN lainnya relative sedikit. Dengan adanya penduduk usia produktif dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan dapat memanfaatkan peluang kerja di ASEAN.

Pasar potensial dunia Kesepakatan kerjasama ekonomi ASEAN yang di ikuti 9 negara

menjadikan pasar terbesar ke 3 di dunia yang tentunya dengan jumlah penduduk yang cukup besar. Indonesia merupakan jumlah penduduk yang paling besar di kawasan ASEAN (40%) dari total penduduk ASEAN hal ini menjadikan peluang yang sangat besar bagi Indonesia yang membuat perekonomian negara lebih produktif yang dapat menjadi pemimpin di pasar ASEAN ke depan.23

Posisi Indonesia

Implementasi kesepakatan Masyarakat Ekonomi ASEAN ( MEA ) 2015 sudah di depan mata, namun masih banyak hal yang perlu di persiapkan Indonesia. Indonesia menjadi daya tarik dan menjadi salah satu aktor penting yang berperan dalam perberlakuan AFTA. Sebagai salah satu negara anggota ASEAN yang memiliki pasar yang luas, tentunya posisi Indonesia sangat strategis bagi produsen karena proporsi penduduk Indonesia jauh lebih banyak dibanding negara-negara anggota ASEAN sehingga Indonesia menjadi target produsen dalam memasarkan barang. Namun Indonesia juga harus berhati-hati dan belajar dari pengalaman ketika implementasi ACFTA 2010, akibat dari ketidaksiapaan Indonesia dalam ACFTA maka banyak produk Cina yang membanjiri Indonesia dan mengakibatkan barang-barang lokal tidak laku karena dari segi harga, produk Cina lebih murah.

22

www.economy.okezone.com

23

(29)

19

Jika dilihat dari ulasan-ulasan sebelumnya maka bisa dikatakan bahwa Indonesia belum siap dengan adanya MEA tahun 2015, karena sejauh ini pemerintah belum sepenuhnya fokus pada peningkatan produk Indonesia yang disebabkan minimnya dukungan infrastruktuur logistik nasional yang menjadi penghambat peningkatan daya saing.

Masih banyak negara anggota ASEAN yang perlu berbenah dalam menyambut implementasi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015. Ada beberapa negara yang sudah siap dan serius dalam menyiapkan, seperti Singapura, Malaysia dan Thailand. Vietnam terus berbenah untuk menjadikan negaranya tujuan investasi dan basis produksi. Kamboja terus mengasah industri pariwisata. Indonesia juga masih berbenah dalam sektor perbankan, infrastruktur dan SDM. Di sektor perbankan

Isu Logistik di Indonesia

Dengan diberlakukannya AEC tahun 2015 masih saja banyak tantangan yang harus dihadapi oleh setiap negara-negara di ASEAN salah satunya mengenai logistik. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mengenakan biaya logistik paling tinggi di banding dengan Malaysia. Menurut Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, biaya logistik di Indonesia sebesar 24 % dari total PDB yang senilai 1.820 triliun/tahun sedangkan Malaysia hanya 15% 24. Isu lain mengenai logistik seperti halnya infrastruktur penunjang logistik yang kurang memadai dan aktifitas bongkar muat yang berhari-hari sehingga berdampak terhadap biaya logistik yang mahal. Selain itu belum adanya konektivitas antar satu wilayah ke wilayah lain, sehingga cenderung biaya pengiriman barang dengan menggunakan container ke daerah jauh lebih mahal dibanding jika mengirim barang ke luar negeri. Seperti halnya kondisi wilayah Indonesia timur yang masih sangat minim kondisi infrastrukturnya baik jalan, listrik dan pelabuhan yang menyebabkan biaya logistik cukup tinggi sehingga muncul kesenjangan di Indonesia bagian Timur.

Isu logistik yang dihadapi Indonesia merupakan masalah yang saling berkaitan atau melibatkan antar instansi baik pemerintah, pengelola pelabuhan dan pengusaha angkutan 25. Dengan adanya

24

http://m.dephub.go.id/read/kolom-redaksi/tingginya-biaya-logistik-di-indonesia-10694

25

(30)

20

isu ini maka perlu adanya kebijakan baru, perubahan sistem dalam pengelolaan aktivitas di pelabuhan dan pembangunan infrastruktur pelabuhan,bandara dan bahkan terminal.

Terintegrasinya industri logistik di ASEAN yang terapkan pada tahun 2015 di harapkan mampu memberikan kenyamanan atau keleluasaan untuk pengusaha jasa logistik namun kenyataannya posisi dan daya saing industri logistik di Indonesia kalah dibanding dengan Malaysia dan Vietnam, namun lebih unggul dengan Myanmar dan kamboja. Sementara industri logistik yang paling kuat di pegang oleh Singapura dan Malaysia. Hal ini di karenakan kualitas sumber daya manusia (tenaga ahli logistik) dan teknologi informasi di Indonesia kurang mendukung dan masalah lainnya mengenai modal yang terbatas.26 Sehingga diharapkan industri logistik membentuk koneksi / jaringan dari lingkup domestik ke lingkup global (ASEAN) karena selama ini industri logistik lebih berorientasi ke pasar domestik dan fokus dengan beberapa jenis komoditas tertentu saja. 27

26

Khafi, ” MEA : Industri Jasa Logistik RI Mengkhawatirkan” 11 Maret 2014

http://koran.bisnis.com/read/20140311/244/209607/masyarakat-ekonomi-asean-industri-jasa-logistik-ri-mengkhawatirkan

27

(31)

21

KESIMPULAN

Secara teoritis, perdagangan bebas antar kedua negara akan membuat negara yang memiliki keunggulan komparatif akan saling mengimpor atau mengekspor dan akibatnya volume perdagangan akan sama meningkat jika masing-masing mengambil spesialisasi dalam memproduksi barang. Dalam hal ini Indonesia sangat diuntungkan karena merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk dan wilayah terbesar di kawasan ASEAN, ini merupakan suatu kesempatan bagi Indonesia dalam memajukan perekonomian jika Indonesia benar-benar berperan aktif dalam memanfaatkan momen ini. Tidak hanya sebagai negara tujuan ekspor namun Indonesia juga diharapkan mampu menjadi raksasa yang mampu mengimpor produk ke seluruh kawasan ASEAN. Berkaca dari pengalaman ketika implementasi ACFTA 2010 yang sangat jelas bahwa Indonesia tidak siap menghadapinya sehingga banyak produk Cina yang membanjiri Indonesia dan mengakibatkan barang-barang lokal tidak laku karena dari segi harga,produk Cina lebih murah.

Secara umum Indonesia belum siap dengan diberlakukannya MEA karena masih ada sektor yang vital dalam perdagangan bebas seperti infrastruktur dan logistik yang masih perlu dibenahi. Namun disisi lain sektor jasa pariwisata sudah berbenah dan siap menghadapi pasar bebas ASEAN hal ini dapat dilihat dari meningkatnya kunjungan wisatawan asing yang datang ke Indonesia dan sudah adanya sertifikasi SDM pariwisata sehingga tenaga kerja pariwisata sudah siap bersaing saat MEA diberlakukan

(32)

22

DAFTAR PUSTAKA

Andri Aditya. Indonesia dan AFTA . 2007. http://andriaditya.wordpress.com

ASEAN Economic Community Blueprint, Jakarta: ASEAN Secretariat, Januari 2008

Chongkittavorn Kavi . 2014. Is Thailand Ready For ASEAN Economic Community. http://www.nationmultimedia.com/

Cuyvers.Ludo danWisran Pupphavesa. 1996. From ASEAN to AFTA .CAS Discussion paper No 6

Data Bank Indonesia.2013.Waspadai Depresiasi Rupiah Makin Liar. http://www.neraca.co.id/ Dhayattoni. 2013 . Liberalisasi Perdagangan Dunia. http://dhayattoni.wordpress.com/

Dhany Rama. 2014. Selain Impor BBM Tinggi Ini Penyebab Defisit Transaksi Berjalan http://finance.detik.com/read/2014/04/17/174522/2558758/4/selain-impor-bbm-tinggi-ini-penyebab-defisit-transaksi-berjalan

Economy And Small Scale Producers” . Publish by: Southeast Asian council For Food Security

And Fair Trade

Global Future Instittute. 2012 . Proyeksi Pertumbuhan ekonomi Indonesia Tertinggi Tahun

2012 http://www.theglobal-review.com/

Hendra,Helwani, 2006, Ekonomi Internasional dan Globalisasi, Ghalia Indonesia , Bogor

Supriyatna,iwan. 2012. Komoditas Primer Dominasi Ekspor RI.

http://economy.okezone.com/read/2012/07/03/320/658038/komoditi-primer-dominasi-ekspor-ri/large

Jambak, Amal. 2014. Dimana Posisi Kita di MEA.

http://ns1.kompas.web.id/read/read/2014/05/10/58/983006/di-mana-posisi-kita-di-mea-2015

Kusuma Dewi K dan Harto Budi R. 2014. Tiga Penyebab Defisit.

http://www.businessweekindonesia.com/article/makro-ekonomi/pertumbuhan-lapangan-kerja/4436/tiga-penyebab-defisit#.VCjD9aSSzDA

Khafi. 2014. MEA : Industri Jasa Logistik RI Mengkhawatirkan.

http://koran.bisnis.com/read/20140311/244/209607/masyarakat-ekonomi-asean-industri-jasa-logistik-ri-mengkhawatirkan

(33)

23

Krugman, Paul R. dan Maurice Obstfeld. 2003. International Economics:Theory and Policy.

Pearson Education Internasional , hal 25

Market Brief, “ Atase perdagangan RI di Singapura” 2013

Menuju ASEAN Economic Community 2015, Jakarta: Departemen Perdagangan RI

Michael D. 2003 , “Globalization Of The World Economy : Potential Benefits And Cos And

A Net Assessment”

Nurmayanti. 2013. 6 Komoditas Pangan Strategis Yang Jadi Mainan Kartel. http://bisnis.liputan6.com/read/689209/ini-dia-6-komoditas-pangan-strategis-yang-jadi-mainan-kartel

Penjelasan Umum Tarif http://www.tarif.depkeu.go.id

R.H Arif dan Regalado A.Aurora . “A Country report The Impact Of AFTA On Indonesian

Statistik Perdagangan Luar Negeri Indonesia. 2013. Direktorat Jenderal Pengembangan

Ekspor Nasional , PEN/ BPS/04/VI?/2013

Seperempat Ekspor RI ke Negara ASEAN.2013.

http://www.tribunnews.com/bisnis/2013/11/02/seperempat-ekspor-ri-ke-negara-asean

Sunarsip. 2014. MEA 2015 dan Daya Saing Kita.

http://economy.okezone.com/read/2014/03/24/23/959646/mea-2015-dan-daya-saing-kita

Wahyudin.Dian , “Peluang atau Tantangan Indonesia menuju AEC 2015”

Zimmermann, Thomas A. 2000. Trade Liberalisation South-East Asia. http://www.asean.org/communities/asean-economic-community

http://m.dephub.go.id http://www.parekraf.go.id

(34)

i

Tabel Ekspor Impor Indonesia ke Negara ASEAN

Periode Tahun 2008-2012

(35)

i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Yermia Anggraeni Tempat/ Tanggal lahir : Salatiga , 2 Mei 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat Rumah : Jl Lawu no 2A Rt 02 / Rw 05

Kelurahan Kalicacing, Kecamatan Sidomukti Salatiga Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Kristen Protestan No.Hp : 085740877804

Email : mia_fix02@yahoo.com

Latar Belakang Pendidikan

1. SMA Kristen 1 Salatiga 2006-2009 2. SMP Kristen 2 Salatiga 2003-2006 3. SDN Mangunsari 7 Salatiga 1996-2003

Gambar

Tabel Ekspor Impor Indonesia ke Negara ASEAN  Periode Tahun 2008-2012

Referensi

Dokumen terkait

Pada kenyataan yang sebenarnya, variabel pointer berisi alamat dari suatu obyek lain (yaitu obyek yang dikatakan ditunjuk oleh pointer).. Sebagai contoh, px adalah variabel

Yusuf (2003:95) menyatakan, pendekatan multisensori mendasarkan pada asumsi bahwa anak akan dapat belajar dengan baik apabila materi pengajaran disajikan

Menurut Jogiyanto dalam Sukadi (2013) Analisis dapat didefinisikan sebagai penguraian dari suatu sistem informasi yang utuh ke dalam bagian- bagian komponennya

Permasalahan yang penulis ajukan pada penelitian ini yaitu mengenai gaya belajar mahasiswa atlet terhadap pencapaian prestasi akademik dan kelulusan. Banyak

Untuk menghindari kesalahan-kesalahan yang merugikan perusahaan untuk itu maka diranpanglah sistem pendukung keputusan seleksi pemenang lomba posyandu yang nantinya

Untuk meghindari interpretasi yang salah dan sebagai pembatasan masalah dalam penelitian yang akan dilakukan maka perlu kiranya menentukan pembatasan masalah yang akan

Dimensi kendaraan yang kecil dirasa cukup untuk melewati jalur-jalur yang ada di taman lalu lintas, hal tersebut dibutuhkan agar kendaraan mudah dalam mobilisasi edukasi

a) Triangulasi, yaitu mengecek kebenaran informasi yang disampaikan oleh responden berbeda. Artinya peneliti melakukan pengecekan kebenaran data tertentu dengan