DAFTAR PUSTAKA
Anonim., 2007. Komoditas Aren (ArengaPinnatawurmb, merr). Dinas kehutanan Dan Perkebunan. ProvinsiBanten
Anonim. 2008. Nama-Nama Aren di Berbagai Daerah, Penyebaran dan Aneka Kegunaan Aren. (diakses dari
Anonim., 2008. A Glimpse of Galatomannans Science Tech Entrepreneur
Armstrong., 1995. Buku ajar biokimia . Jakarta : Penerbit buku kedokteran EGC
Carlmark, Larsson, and malmstrom., 2012. Grafting of cellulose by ring-opening polymerisation. Stockholm : Elsevier Ltd
Cowd, M.A., 1991. Kimia Polimer. Bandung : Penerbit ITB
Fengel., 1999. Kimia Kayu, Ultrastruktur, reaksi - reaksi.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press
Fessenden, Ralp, J., and Fessenden, Joan, S., 1984.Kimia Organik.Erlangga : Jakarta
Gardner, D., 2008. Adhesion and Surfaces Issues in Cellulose and Nanocellulose. Journal of Adhesion Science and Technology
Goring, D., 1963. Thermal softening of lignin. Pulp and Paper Magazine of Canada 64(12): T517-T527
Gibson, G.R., 2004. FibreAnd Effects On Probiotics (The Prebiotic Concept). Clinical Nutrition Supplements
Ginting., 2010. Kopolimerisasi Cangkok (Graft Copolymerization) N-Isopropilakrilamida Pada Film Selulosa Yang Diinduksi Oleh Sinar Ultraviolet Dan Karakterisasinya. Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu PengetahuanUniversitas Lampung, Bandar Lampung
Gong, H., Liu, N., Chen, J., Han, F., Gao, C., and Zhang, B., 2012, Synthesis and Characterization of carboxymethyl guar and rheological properties of its solutions, Carbohydrate Polymers Vol. 88
Klemm, D., Phillip, B., Heinze, T., Heinze, U., Wagenknecht., W., 1998. Comprehensive Cellulose, Wiley-VCH Verlag GmbH, Weinhem Vol.2
Lonnberg, Fogelstrom, Berglund, Malmstrom, and Hult., 2008. Surface grafting of microfibrillated cellulose with poly(ε- caprolactone) – synthesis and characterization. Stockholm : Elsevier Ltd
Laberge, M., 2008, Biochemistry. Chelsea House An Imprint OfInfobase Publishing 132 West 31st Street New york NY 10001
Lay, A., And Heliyanto, B., 2010. Prospek Agro-industriAren (ArengaPinnata). Balai Penelitian Tanaman Kelapa dan palma Lain, Indonesian Coconut and Palmae Research Institute Jl. Raya Mapanget, KotakPos 1004, Manado 95001
McMurry, J., 1992. Fundamentals of General, Organic, and Biological Chemistry. USA : Pearson Prentice Hall
Moran, J., Alvarez, V . A., Cyras, V . P., Vasquez, A., 2008. Extraction of cellulose and Preparation of Nanocellulose from Sisal Fibers. Cellulose
Ohwaoavworhua, F., 2005.Phosporic Acid-Mediated Depolymerization and Decrystallization of α-Cellulose Obtained from Corn Cob: Preparation of low Crytallinity Cellulose and Some Physicochemical Properties. Tropical Journal of Pharmaceutical Research
Ophardt, C.E., 2003. Protein and Its Properties. Marcel Dekker Inc. New york
Page, D.S., 1985. Prinsip-Prinsip Biokimia. Jakarta : Penerbit Erlangga
Pine., 1980. Organic chemistry.Fourthedition.English :Mcgraw Hill, Inc
Rachmi, T.,2010. Penentuan Derajat Grafting Dan Fraksi Gel Dari Polipropilena Terdegradasi yang difungsionalkan Dengan Maleat Anhidrida. Skripsi, Medan : USU
Riswiyanto, S., 2009.Kimia Organik. Jakarta : PenerbitErlangga
Samal, B., Sahu, B., Chinara, S., Nanda, P.K. Otta., Mohapatro, L.M., Mohanty, A.R., Ray, K.C., 1988.Part A Polym. Chem. J. Polym. Sci
Souza, S. F., Leao, A. L., HuiCai, J., Wu, C., Sain, M., Cherian, B., 2010. Nanocellulose from Curava Fibers and Their Nanocomposites. USA: Taylor AndFrancise Group
Singh, R.P., 1992. Surface Grafting Onto Polypropylene A Survey of Recent Developments. India : National Chemical laboratory
Steven, M.P., 2001. Kimia Polimer.Jakarta : PT. Pradnya paramita
Stephen, A.M., Phillips. G.O., and Williams, P.A., 2006. Food Polysaccharides And Applications 2ndEdition. Taylor and Francis Group, LLC
Sunanto, H., 1993. Aren Budidaya dan Multigunanya. Kanisius, Yogyakarta
Sumada.K., Tamara, P., alqani, F., 2011.IsolationStudy of Efficient α-Cellulose from Waste Plant Stem ManihotEsculentaCrantz.JurnalTeknik Kimia Vol.5, No 2 Vistanty, H., 2010. Pengeringan Pasta Susu Kedelai Menggunakan Pengering Unggun
Terfluidakan Partikel Inert, Tesis Universitas Diponegoro
Wang, S., 2006. Cellulose Microfibril/Nanofibril and Its Nanocomposites. 8th Pacific Rim Bio-Based Composites Symposium
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Alat Merek
1. Neraca analitis Mettler AE 200
2. Labu leher satu Pyrex
3. Internal mixer Heles CR-52
4. Spatula
5. Plastic
6. Statif dan klem
7. Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FTIR) Shimadzu 8. Botol aquadest
5. Sigma caprolactone Sigma-adrich
3.3. Prosedur Penelitian
3.3.1. Isolasi α-Selulosa dari Tandan Aren
Sebanyak 75 gram serat tandan buah aren dimasukkan kedalam gelas beaker
kemudian ditambahkan 1L campuran HNO3 3,5% dan 10 mg NaNO2, dan dipanaskan
diatas hotplate pada suhu 90oC selama 2 jam. Setelah itu disaring dan ampas dicuci hingga netral. Selanjutnya ditambahkan 750 mL larutan yang mengandung NaOH 2%
dan Na2SO3 2% lalu dipanaskan pada suhu 50oC selama 1 jam.Kemudian disaring dan
ampas dicuci hingga netral. Selanjutnya dilakukan pemutihan dengan 250 mL larutan
NaOCl 1,75% pada temperature mendidih selama 30 menit. Kemudian disaring dan
ampas dicuci hingga netral, setelah itu dilakukan pemurnian alfa selulosa dari sampel
dengan 500 mL NaOH 17,5% dan dipanaskan pada suhu 80oC selama 30 menit. Kemudian disaring dan ampas dicuci hingga netral.Selanjutnya dilakukan pemutihan
dengan H2O2 10% pada suhu 60oC selama 15 menit.Dicuci dan disaring selulosa yang
terbentuk hingga netral. Kemudian dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 50oC selama 3 jam. Kemudian dimasukkan kedalam planetary ball milling dengan bola zirconium pada pelarut etanol selama 6 jam. Kemudian dihasilkan α-selulosa.
3.3.2.Grafting α-selulosa dengan ε-caprolactone
Ditimbang 1 gram selulosa tandan buah aren, lalu dimasukkan kedalam labu leher satu,
setelah itu ditambahkan ε-caprolactone sebanyak 230 ml kedalam labu leher satu yang
sudah terisi tandan aren selulosa, kemudian direfluks selama 48 jam dengan
menggunakan magnetik stirer sampai merata, kemudian larutan berubah menjadi bening,
setelah itu didespersikan ε-caprolactone yang sudah tergrafting dengan selulosa tandan
aren (larutan bening) menggunakan ultrasonik selama 5 menit dengan kecepatan 45,5 Hz,
kemudian larutan bening dituangkan kedalam labu leher tiga,setelah itu ditambahkan
benzyl alkohol sebanyak 217 ml, kemudian ditambahkan katalis tin octoate Sn(oct)2
sebanyak 2.3 mldengan suhu 95oC, kemudian dialirkan gas argon dalam suasana vacum selama 15 menit dengan fungsi sebagai pencucian, setelah itu direfluks selama 18-20 jam,
kemudian larutan berubah menjadi larutan keruh, setelah itu dikarakteristik dengan
3.4. Flowsheet Penelitian
3.4.1 Flowsheet Isolasi α-selulosa dari Tandan Aren.
75 gram serbuk tandan buah aren
Dimasukkan kedalam gelas beaker
Ditambahkan 1L campuran HNO3 3,5% dan 10 mg NaNO2
Dipanaskan diatas Hotplate pada suhu 90oC selama 2 jam
Disimpan dalam desikator
Dipanaskan pada suhu 50oC selama 1 jam
Ditambahkan 750 mL larutan yang mengandung NaOH 2% dan Na2SO3 2%
Disaring dan ampas dicuci hingga netral
Filtrat Residu
Disaring dan ampas dicuci hingga netral
Diputihkan dengan 250 mL larutan NaOCl 1,75% pada suhu 100oC selama 30 menit
Disaring dan ampas dicuci hingga netral
Filtrat Residu
Selulosa Filtrat
Disaring dan ampas dicuci hingga netral
Ditambahkan 500 mL NaOH 17,5% dan dipanaskan pada suhu 80oC selama 30 menit
α -selulosa Filtrat
Dikeringkan dalam oven pada suhu 50oC selama 3 jam Diputihkan dengan H2O2 10% pada suhu 60
o
C selama 15 menit Disaring dan dicuci dengan aquadest
Filtrat α -selulosa basah
Dimasukkan kedalam planetary ball milling dengan bola zirconium pada pelarut etanol selama 6 jam
3.4.2. Flowsheet Grafting Selulosa dengan ε-caprolactone
1 gram selulosa tandan aren
Larutan Bening
Larutan Keruh
Dimasukkan kedalam labu alas
Ditambahkan ε-caprolactone 230,3 ml
Dimasukkan ke magnetic stirer
Distirer selama 48 jam
Diultrasonifikasi ( 5 menit 45,5 Hz)
Dituangkan kedalam labu leher tiga
Ditambahkan benzyl alkohol 217ml
Ditambahkan katalis Sn(oct)2
2,3ml
Direfluks selama 19 jam pada suhu 95oC, dialirin gas argon
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.Hasil Penelitian
4.1.1. Hasil Isolasi α-selulosa dari Tandan Buah Aren
Dengan serangkaian proses delignifikasi, swelling, dan proses pemutihan maka diperoleh α-selulosa yang berwarna putih. Pada tahap isolasi α-selulosa ini digunakan 75 gram serbuk tandan aren, dan pada akhir proses dihasilkan α-selulosa murni sebanyak 43,10 gram. Hasil α-selulosa yang diperoleh dari penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
Gambar 4.1 α-selulosa yang diisolasi dari tandan aren
4.1.2. Hasil Grafting α-selulosa dengan ε-caprolactone
α-selulosa yang diperoleh dari tahap sebelumnya ditambahkan dengan ε-caprolactone dengan pelarut benzyl alkohol dan tin octoate Sn(Oct)2 sebagai katalis dan juga sebagai
Gambar 4.2. Grafting Selulosa dengan ε-caprolactone
4.2. Pembahasan
4.2.1. Isolasi α-selulosa dari Tandan Buah Aren
Tahapan pertama yang dilakukan sebelum proses isolasi selulosa dari tandan buah aren
adalah pencucian serat tandan buah aren, yang bertujuan untuk menghilangkan zat
pengotor seperti minyak dan pasir, sehingga tidak menganggu dalam proses isolasi. Serat
yang telah dicuci selanjutnya dikeringkan dan digunting menjadi potongan-potongan
kecil untuk mempermudah proses isolasi.
Tahapan pertama dalam isolasi α-selulosa adalah proses delignifikasi dengan
menggunakan HNO3 3,5% dan NaNO2, yang bertujuan untuk menghilangkan lignin dari
serat tandan buah aren. Selanjutnya dilakukan proses swelling dengan menggunakan
membuka pori-pori selulosa, sehingga zat pengotor yang tidak diinginkan akan keluar.
Pulp yang dihasilkan dari proses swelling ini berwarna kuning kecoklatan. Oleh karena
itu dilakukan proses pemutihan dengan menggunakan NaOCl 1,75%.
α-selulosa yang dihasilkan pada tahap ini belum murni, dimana masih mengandung β -selulosa dan γ-selulosa akan larut di dalam NaOH 17,5%, dimana α-selulosa akan mengendap sedangkan β-selulosa dan γ-selulosa akan larut didalam NaOH 17,5%. α -selulosa yang dihasilkan pada tahap ini berwarna kuning kecoklatan. Untuk
menghilangkan warna tersebut maka dilakukan pemutihan dengan menggunakan H2O2
10%. Kemudian α-selulosa yang dihasilkan berbentuk pulp berwarna putih yang kemudian dikeringkan di dalam oven pada suhu 50oC. Selanjutnya α-selulosa yang sudah dikeringkan dalam oven dimasukkan kedalam planetary ball milling dengan bola
zirconium pada pelarut etanol selama 6 jam, tujuannya adalah untuk membentuk serbuk putih halus pada α-selulosa kemudian serbuk putih halus pada α-selulosa dimasukkan kedalam desikator.
4.2.2. Grafting α-selulosa dengan ε-caprolactone
Pembuatan grafting selulosa dilakukan dengan menggunakan ε-caprolactone melalui
pelarut benzyl alkohol dengan inisiator tin octoate (Sn(oct)2), dimana pembuatannya
dilakukan melalui reaksi radikal bebas. Dimana, 1 g selulosa dicagkokan dengan 230 ml ε-caprolactone, kemudian direfluks selama 48 jam, tujuannya untuk mencampurkan bahan polimer dengan monomer. Diultrasonik selama 5 menit untuk memisahkan
suspensi, setelah itu ditambahkan benzyl alkohol sebanyak 217 ml dan katalis tin octoate
2,3 ml pada suhu 95oC. dialirkan gas argon untuk mengusir oksigen, kemudian dicuci dan direfluks 18-20 jam sampai larutan keruh. Selulosa merupakan polimer yang hidrofilik
yang memiliki tiga gugus fungsi hidroksi relative tiap unit hidroglukosa, yang berbentuk
rantai panjang dan linier (Klemm et al. 1998).Gugus hidroksi ini telah dimanfaatkan
untuk modifikasi selulosa dengan memasukkan gugus fungsi tertentu pada selulosa
karakter hidrofilik dan hidrofob, peningkatan elastisitas, daya absorbs terhadap zat warna,
kemampuan sebagai penukar ion (Ginting, 2010) dan ketahanan terhadap panas (Samal et
al, 1988).
4.2.3 Analisa Gugus fungsi dengan Spektrofometer Infrah Merah (FTIR) 4.2.3.1. Analisa Gugus Fungsi dari Tandan Buah Aren
Analisa gugus fungsi dengan FTIR telah dilakukan dengan menggunakan alat
shimadzu IRPrestige-21. Sampel yang dianalisa yaitu α-selulosa yang diperoleh dari serat
tandan aren. FTIR membatu karaterisasi struktur kimia dengan cara mengidentifikasikan
gugus yang muncul pada setiap sampel.
Gambar 4.3 Spektrum FTIR α-Selulosa dari Tandan Buah Aren
Spektrum dari sampel α-selulosa dari tandan buah aren pada kisaran panjang
Daerah serapan pada bilangan gelombang 2893 cm-1 dan daerah fingerprint 894 cm-1 menunjukkan adanya serapan gugus C-H (1H) atau alkana. Adanya daerah serapan pada 1064,71 cm-1
Dalam thesis Kumar (2012), Spektrum FTIR α-selulosa yang diperoleh
menunjukkan daerah serapan panjang gelombang yang hampir sama dengan spektrum
FTIR pada gambar 4.3.
menunjukkan adanya gugus C-O-C dalam sampel. Serapan ini berasal
dari ikatan glikosida yang terdapat pada struktur senyawa α-selulosa.
Tabel 4.1 Puncak FTIR pada α-selulosa dari tandan buah aren
4.2.3.2. Analisa Gugus Fungsi dari ε-caprolactone
Analisa gugus fungsi dengan FTIR telah dilakukan dengan menggunakan alat shimadzu
IRPrestige-21. Sampel yang dianalisa yaitu ε-caprolactone. FTIR membantu karakterisasi
struktur kimia dengan cara mengidentifikasi gugus fungsi yang muncul pada setiap
Gambar 4.4. Spektrum FTIR ε-caprolactone
Hasil FTIR pada Gambar 4.4. menunjukkan bahwa adanya bilangan gelombang
pada derah atau pada bilangan gelombang 2862 cm-1 yang tumpang tindih menunjukkan adanya gugus aldehid. Pada bilangan gelombang 1728,22 cm-1 menujukkan adanya gugus C-O bending, Serat pada panjang gelombang 1165,00 cm-1 terdapat ikatan C-O-C dan pada daerah sidik jari atau fingerprint dengan bilangan gelombang 732,95cm-1 terdapat gugus CH2SP3.
Tabel 4.2 Puncak FTIR pada ε-caprolactone Komponen Bilangan
Gelombang (cm
Gugus Fungsi
-1)
ε-caprolactone 2862 cm 1782,22 cm
-1
1165 cm
-1
732,95 cm
-1
C-H
-1
C-O bending
C-O-C
4.2.3.3. Analisa Gugus Fungsi dari Selulosa yang Tergrafting pada ε -Caprolactone
Analisa gugus fungsi dengan FTIR dilakukan dengan menggunakan alat shimadzu IR
Prestige-21. Sampel yang dianalisa yaitu selulosa yang tergrafting pada ε-caprolactone.
FTIR membantu karakterisasi struktur kimia dengan cara mengidentifikasi gugus fungsi
yang muncul pada setiap sampel.
Gambar 4.5. Spektrum FTIR Selulosa yang Tergrafting pada ε-caprolactone
Pada Gambar 4.5. dapat dilihat bahwa puncak absorbsi pada bilangan gelombang
Gambar 4.6. Puncak vibrasi streaching grafting selulosa dengan ε-caprolactone dalam
spektrum FT-IR
Tabel 4.3 Puncak FTIR pada selulosa yang tergrafting pada ε-caprolactone Komponen Bilangan
Gelombang (cm
Gugus Fungsi
-1)
Selulosa yang
tergrafting pada ε-caprolactone
2939,52 cm
1728,22 cm
-1
1729 cm
-1
1165 cm
-1
C-H
-1
C=O bending
C=O
BAB 5
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang dilakukan terhadap grafting selulosa tandan buah aren dengan ε -caprolactone ini dapat terjadi proses grafting dan adanya pengaruh benzyl alkohol sebagai pelarut terhadap proses grafting selulosa tandan aren pada ε-caprolactone. Perbandingan FT-IR selulosa tandan buah aren dan ε-caprolactone didapat perbedaan
puncak serapan vibrasi, dimana pada FT-IR selulosa dengan ε-caprolactone
memperlihatkan adanya vibrasi streaching C=O pada panjang gelombang 1728,22 cm-1. Pada panjang gelombang ini mengindikasikan terjadinya grafting selulosa dengan ε
-caprolactone.
5.2. Saran
Dalam penelitian selanjutnya dianjurkan untuk melakukan uji Deffirensial Thermal
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Aren
Tanaman aren termasuk jenis tanaman palma yang mudah tumbuh. Tanaman aren
berasal dari wilaya
sebelah Barat, hingga mencapai
umumnya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing
secara alami dibantu oleh oleh hewan karena buah aren yang masak banyak disukai
secara tidak langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji aren.
Taksonomi tanaman aren adalah sebagai berikut;
Kerajaan : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Sub divisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledonae
Bangsa : Spadicitlorae
Suku : Palmae
Genus : Arenga
Species : Arenga pinnata Merr.
Tanaman aren (Arenga pinnata MERR) merupakan tanaman dari suku Palmae yang
tersebar pada hampir di seluruh wilayah Indonesia, terutama terdapat di 14 provinsi,
seperti: Papua, Maluku, Maluku Utara, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat,
Jawa Tengah, Banten, Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, Bengkulu,
Kalimantan Selatan dan Nangroe Aceh Darussalam. Total luas di 14 provinsi sekitar
dengan luas areal 2.500 Hektar yang tersebar di dua kabupaten yaitu Kabupaten Lebak
dan Pandeglang. Sebaran tanaman aren di seluruh Indonesia belum sepenuhnya terdata
dengan baik karena selama ini masih dibiarkan tumbuh liar dan baru sedikit daerah yang
membudidayakan (Anonim, 2008).
Gambar 2.1 Gambar Tandan Buah Aren
2.2. Pemanfaatan Tanaman Aren
Walaupun aren bukan tanaman yang dibudidayakan, namun karena masyarakat
mulai mengetahui banyak manfaat yang didapat dari pohon aren ini membuat masyarakat
mulai melirik tanaman ini untuk dibudidayakan. Hampir semua bagian pohon aren dapat
dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi.
Jenis produk yang dapat dimafaatkan dari pohon aren yaitu:
1. Akar digunakan untuk membuat obat secara tradisional
2. Batang pohon aren dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jembatan dan peralatan
rumah tangga.
3. Buah aren muda digunakan untuk pembuatan kolang kaling sebagai bahan makanan
olahan berupa manisan.
4. Daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok yang disebut kawung.
5. Daun yang sudah tua, digunakan sebagai atap rumah
6. Lidi daun aren untuk membuat sapu lidi
9. Ijuk sebagai bahan baku membuat sapu dan tali, atap rumah dan media penyaring air
(water filter) dan juga pembungkus kabel bawah laut.
10. Tepung aren, diolah dari batang pohon aren untuk pembuatan mie, dan campuran
membuat bubur (Lay dan Heliyanto, 2010) dan (Irawan et al, 2009).
Pohon aren dapat menghasilkan 15 liter nira setiap hari, ijuk sebanyak 2 kg setiap
pohon/tahun, kolang kaling 100 kg setiap pohon/tahun dan jika tidak disadap niranya,
pohon aren dapat menghasilkan 40 kg tepung setiap pohon. Pohon aren akan berbunga
setelah berumur 7 s/d 12 tahun. Tandan bunga muncul dari setiap pelepah atau bekas
pelepah daun mulai dari ketinggian seperempat tinggi pohon ke arah bawah. Bunga
betina akan masak dalam 1 – 3 tahun. Bunga betina yang masih muda, dapat diolah
menjadi kolang kaling (Sunanto, 1993).
2.3. Polimer
Polimer merupakan salah satu bahan teknik yang penting untuk keperluan
konstruksi atau suku cadang, disamping bahan konvensional lainnya seperti logam dan
keramik. Sebagai polimer komoditas, yaitu bahan polimer yang digunakan pada
pembuatan barang konsumen, misalnya untuk peralatan rumah tangga, mainan, alat
kantor, dan sebagainya, volume kebutuhannya semakin meningkat. Selain daripada itu,
bahan polimer telah dimodifikasi secara fisiko-kimiawi menjadi bahan khusus dengan
karakteristik tertentu seperti untuk pembuatan peralatan kesehatan dan komponen
elektronika. Bahan polimer khusus termodifikasi ini, yang walaupun volume
produksinya kecil, harganya dapat mencapai puluhan kali harga komoditas
(Wirjosentono, 1998).
Polimer sudah ada sejak tahun 1833 yang ditemukan oleh kimiawan swedia
Berzelius. Pada abad ke 19 ilmuwan bekerja dengan menggunakan suatu makromolekul
yang tanpa memiliki suatu pengertian yang jelas mengenai strukturnya. Teori yang
berlaku saat itu adalah bahan polimer merupakan kumpulan dari molekul-molekul kecil,
sangat menyerupai koloid, tetapi terikat bersama melalui suatu gaya sekunder yang
misterius. Teori kumpulan atau penggabungan ini memberikan jalan, tanpa sedikitpun
sifat-sifat berharga dari polimer dengan gaya-gaya antar molekul biasa antara
molekul-molekul yang mempunyai berat molekul-molekul sangat tinggi. Staudinger mengusulkan struktur
rantai linier dari paraformaldehida dan polistirena. Staudinger juga memperkenalkan
istilah makromolekul. Sebenarnya, beberapa polimer alam yang termodifikasi telah
dikomersialkan. Sebagai contoh, selulosa nitrat (Stevens,2001).
2.4. Selulosa
Jaringan berserat dalam dinding sel mengandung polisakarida selulosa.
Polisakarida ini adalah polimer alam yang paling banyak terdapat dan paling tersebar
dialam. Jutaan ton selulosa digunakan setiap tahun untuk membuat perabot kayu,tekstil,
dan kertas. Sumber utama selulosa ialah kayu. Umumnya kayu mengandung sekitar 50 %
selulosa, bersama dengan penyusun lainnya, seperti lignin. Pemisahan selulosa dari kayu
melibatkan pencernaan kayu dengan larutan belerang dioksida dan hidrogen sulfit
(bisulfit) dalam air pada proses sulfit, atau larutan natrium hidroksida dan natrium sulfida
dalam air pada proses sulfat (proses kraft). Pada kedua proses ini lignin dilarutkan
sehingga di peroleh selulosa. Sumber lain selulosa ialah kapas, yang hampir seluruhnya
memang selulosa (Cowd, 1991).
Polisakarida memilki bobot molekul yang tinggi, yang digunakan baik untuk
keperluan struktural maupun untuk penimbunan energi kimia. Karena hubungan kovalen
dasar antara satuan-satuan mono-m dalam suatu polisakarida adalah ikatan glikosida,
maka polisakarida juga disebut glikan. Ada jarak yang maha luas dari variasi dalam
Selulosa merupakan bahan dasar dari banyak produk teknologi (kertas, film, serat
dan sebagainya) dan karena itu diisolasi terutama dari kayu. Selulosa terdiri atas
unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambung membentuk rantai molekul. Karena itu
selulosa dapat dinyatakan sebagai polimer-linier glukan dengan struktur rantai yang
seragam.Unit-unit terikat dengan ikatan glikosidik-B-1,4. Dua unit glukosa yang
berdekatan bersatu dengan mengeliminasi satu molekul air diantara gugus hidroksil
mereka pada karbon 1 dan karbon 4.Kedudukan –B dari gugus –OH pada C1
membutuhkan pemutaran unit glukosa berikutnya melalui sumbu C1 dan C4
Meskipun terdapat gugus –OH pada kedua ujung rantai selulosa,
gugus-gugus OH ini menunjukkan perilaku yang berbeda. Gugus C
cincin
piranosa.
1 OH adalah gugus hidrat
aldehidayang diturunkan dari pembentukan cincin melalui ikatan hemiasetal
intramolekul. Itulah sebabnya gugus –OH pada akhir C4 pada rantai selulosa adalah
hidroksil alkoholat hingga bersifat bukan preduksi (Fengel et al,1999).
Selulosa memiliki beberapa turunan yaitu ester selulosa dan eter selulosa. Ester
selulosa atau selulosa nitrat merupakan salah satu diantara polimer komersial yang
paling awal. Ini dikembangkan mula-mula selama abad ke-19 dan bahkan telah dipakai
dalam pembuatan bahan-bahan peledak, film fotografik, lak, serat tekstil, dan beberapa
aplikasi pencetakan. Selulosa nitrat yang diplastisisasi dengan kamper dikenal dengan
nama dagang Celluloid. Polimer ini juga dikenal sebagai nitroselulosa, tetapi ini suatu
misnomer, karena tidak mengandung gugus-gugus nitro. Selulosa nitrat dipreparasi dari
selulosa dan asam nitrat, biasanya ketika hadir asam sulfat, meskipun asam fosfat atau
asetat bisa juga dipakai. Beberapa degradasi rantai biasanya terjadi selama pemrosesan,
juga pembentukan beberapa ester sulfat, tetapi yang belakangan inibisa dihilangkan
melalui pemanasan yang lama dengan asam nitrat encer atau alkohol.
Ester selulosa dipreparasi melalui reaksi selulosa dengan basa (selulosa alkali),
kemudian mereaksikannya dengan suatu senyawa halogen atau epoksida. Metil sulfat
juga dipakai untuk mempreparasi metil eter. Beberapa eter selulosa yang mempunyai
hidroksipropil (R=CH2CH(OH)CH3), karboksimetil (R=CH2CO2H),amino –etil
(R=CH2CH2NH2) dan benzil (R=CH2C6H5). Etil selulosa paling banyak dipakai,
terutama dalam aplikasi-aplikasi plastik yang mirip dengan aplikasi selulosa asetat.
Metilseluolsa dapat larut dalm beberapa perekat, tinta dan formulasi-formulasi
pemrosesan akhir tekstil (Stevens, 2001).
Beberapa karakteristik dari polisakarida tumbuh-tumbuhan ini, sejauh ini
merupakan makromolekul yang paling berlimpah dialam, pada dinding sel
tumbuh-tumbuhan, selulosa terdapat dalam fibril terkemas padat tersemen bersama dalam suatu
matriks yang terdiri dari tiga bahan polimerik lain: hemiselulosa, pektin, dan ekstensin.
Hemiselulosa merupakan suatu polmer dari aldopentosa D-silosa dalam suatu ikatan
glokosidik 1,4 dengan rantai samping yang mengandung gula lain. Pektin, bersama
dengan gula, melengkapi karekteristik sifat gel dari jeli dan pengawet yang dibuat dari
buah-buahan. Ekstensin merupakan suatu protein kaya dalam hidroksiprolin dan
berikatan secara kovalen dengan fibril selulosa (Armstrong, 1995).
Payen merupakan orang pertama yang menyatakan komposisi dari selulosa pada
tahun1838, dan menemukan bahwa selulosa terdiri dari atas 44 sampai 45% karbon, 6
sampai 6,5% hidrogen dan sisanya adalah oksigen. Berdasarkan data tersebut, maka
disimpulkan rumus empirisnya adalah C6H10O5. Namun, Struktur makromolekul
menyerupai rantai pada tahun 1920, sedangkan staudinger menyampaikan bukti akhir
dari polimer alam, molekul selulosa.
Selulosa merupakan substrat berserat yang terdapat pada struktur tanaman. Setiap
molekul selulosa yang besar terdiri dari unit β-D-Glukosa yang saling berikatan
membentuk rantai panjang dengan β-1,4 (McMurry, 1992). Panjang dari molekul
selulosa asli adalah 5000 nm sesuai dengan rantai dengan sekitar 10.000 unit
glukopiranosa. Dalam sel kayu, rantai selulosa linear disebut sebagai mikrofibril yaitu
sekitar 3,5 x 10 nm. Baik selulosa linear maupun mikrofibril supermolekul memiliki
telah diusulkan.Model ini berbeda terutama dalam daerah amorf atau daerah penyusun
kecil (Gardner, 2008).
Agregasi molekul selulosa pada dinding sel kayu berperan terhadap sifat khas
polimer.Untuk meningkatkan interaksi atau adhesi antarmuka selulosa dengan material
hidrofobik (pelarut), maka dapat ditambahkan surfaktan atau melakukan modifikasi
secara kimia terhadap permukaannya. Reaktivitas selulosa bergantung kepada
strukturnya. Untuk memodifikasi struktur selulosa, Kisi ikatan hidrogen harus
dihancurkan dengan cara pembengkakan atau pemutusan. Bagian reaktif pada selulosa
yang dapat diderivatisasi adalah ketiga gugus hidroksil, yaitu: C-2, C-3, dan C-6. Gugus
hidroksil pada C-6 adalah hidroksil primer, yang mempunyai posisi yang paling reaktif
untuk reaksi esterifikasi, sementara C-2 adalah lebih asam dibandingkan kedua gugus
hidroksil sekunder dan merupakan sisi yang lebih reaktif untuk esterifikasi. Selulosa
memiliki afinitas yang kuat terhadap dirinya sendiri dan bahan yang mengandung
hidroksil.Berdasarkan pada gugus fungsi hidroksil yang dominan, maka selulosa bersifat
reakstif dengan air.
Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa natrium
hidroksida (NaOH) 17,5% selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis (Sumada, 2011):
1. Alfa selulosa adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5%
atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) 600-1500. Α-selulosa
digunakan sebagai penduga atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa dengan
derajat kemurnian α > 92% memenuhi syarat untuk bahan baku utama pembuatan
propelan atau bahan peledak. Sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan
sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri kain (serat rayon). Semakin
tinggi kadar alfa selulosa, semakin baik mutu bahannya.
2. Beta selulosa adalah selulosa berantai pendek, larut dalam NaOH 17,5% atau basa
kuat dengan DP 15-90, dapat mengendap bila dinetralkan.
3. Gama selulosa adalah selulosa berantai pendek, larut dalam larutan NaOH 17,5% atau
Selulosa sangat stabil dalam berbagai pelarut dan hanya dapat dihancurkan dengan
adanya asam kuat atau sistem pelarut dengan ikatan hidrogen yang kuat, biasanya basa
amina. Sifat termal selulosa yaitu temperatur transisi gelas selulosa dengan kisaran
200-230oC (Goring, 1963), yang dekat dengan suhu dekomposisi termal yaitu 260oC. Selulosa membentuk mikrofibril melalui ikatan inter dan intra molekuler sehingga
memberikan struktur yang dipecah. Mikrofibril selulosa terdiri dari dua 2 (dua) tipe,
yaitu kristalin dan amorf.
2.5.Nanoselulosa
Nanoselulosa merupakan suatu serat selulosa yang memilki dimensi pada skala
nanometer (0,2-100 nm). Serat nanoselulosa sebagai material penguat komposit menjadi
semakin menarik bagi peneliti dalam ilmu komposit karena bersifat ringan dan memiliki
kekuatan yang tinggi. Nanoselulosa dapat dibuat dengan menggunakan proses fisika,
misalnya dengan penghomogenan atau penghapusan pada tekanan yang tinggi; atau
secara kimia, misalnya hidrolisis asam (Wang, 2006).
Nanoselulosa terdiri dari 4 (empat) tipe, yaitu:
a. Nanoselulosa bakteri, merupakan material berukuran nanometer yang diperoleh dari strain spesies Acetobacter, Meskipun strain pseudomonas, Achrobacter,
Alcaligene, Aerobacter, dan Azotobacter juga dapat digunakan untuk memproduksi selulosa. Selulosa bakteri dalam bentuk jaringan yang mengandung
lapisan tipis (pellicles) dari pita serat selulosa yang memilki lebar kurang dari
100nm dan terbuat dari mikrofibril berdiameter 2-4nm. Melalui proses
homogenisasi, bundel selulosa terbelah dan rusak meninggalkan selulosa
mikrofibril. Nanoselulosa bakteri biasa digunakan untuk aplikasi medis, penguat
pada kertasberkualitas tinggi, diafragma untuk transduser elektro-akustik,aditif
cat, bahan pelapis, obat-obatan,dan kosmetik.
b. Selulosa Electrospun, Selulosa harus dalam bentuk larutan agar eletrospinning dapat dilakukan, beberapa pelarut yang digunakan adalah
(Licl)/N,N-intrinsik larutan untuk proses electrospinning selulosa adalah berat molekul
selulosa, viskositas larutan, densitas, tegangan permukaan larutan selulosa dan
konduktivitas larutan. Serat elektrospun telah berhasil digunakan sebagai penguat
polimer termoplastik. Fink dan Ganster mengembangkan teknik pultrusi ganda
untuk pembentukan polimer termoplastik dan serat electrospun untuk aplikasi
injeksi molding. Mereka meningkatkan sifat mekanik akhir komposit sampai tiga
kali dibandingkan matriks awal.
c. Selulosa Mikrofibril, merupakan material yang diperoleh dengan disintegrasi selulosa melalui proses homogenisasi, menghasilkan mikrofibril. Morfologi baru
ini dikembangkan oleh Turbak et al (1980). Proses ini biasanya dimulai dari
bubur kayu. Namun Dufresne et al. menjelaskan bagaimana selulosa mikrofibril
dapat diekstrak dari gula gula bit. Terlepas dari material awal, proses ini selalu
melibatkan proses homogenisasi. Melalui proses homogenisasi, bundel selulosa
terbelah dan rusak meninggalkan helai selulosa mikrofibril dengan dimensi
10-100 nm. Dengan proses homogenisasi, rasio luas permukaan terhadap volume
serat meningkat secara dramatis.
d. Selulosa nanotube (Whiskers Cellulose), merupakan struktur menyerupai jarum dari kristal selulosa, yang telah dipelajari sifat cairan kristal dalam cairan
suspensi berkonsentrasi dan untuk efek sebagai penguat ketika ditambahkan
dalam matriks polimer menimbulkan jaringan yang sangat kuat oleh ikatan
hidrogen. Selulosa Whisker adalah material terbarukan yang memiliki
ketersediaan tinggi, ringan, dan sifat mekanik yang tinggi. Material ini terdiri dari
batangan ramping, dan bergantung pada asalnya, dimensi lateral diameter
berkisar 2-50 nm dan panjang dapat mencapai beberapa puluh micrometer
(Gardner, 2008).
Serat alami yang diperoleh dari sumber yang berbeda telah memberikan hasil yang
menjanjikan sebagai penguat pada termoplastik. Ketika diisolasi dalam skala nanometer,
serat ini memberikan nilai kekuatan tarik dan modulus yang sebanding dengan serat
gelas. Selain itu, berbagai serat lignoselulosa dapat digunakan dalam matriks polimer
bionanokomposit dalam makann, kosmetik, medis, perangkat optik, farmasi, bahan kimia
dengan dispersi dan emulsi. Nanopartikel jenis baru yang mempunyai kemampuan
membentuk nanokomposit dengan sifat yang lebih baik telah banyak diterapkan. Selain
itu, kemajuan terbaru berupa produksi bio-serat, mikrosera atau nano serat
memungkinkan pembuatan nanokomposit yang memiliki sifat yang sangat baik (Souza,
2010).
2.6.Karbohidrat
Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana,
pentosa, heksosa, maupun karbohidrat dengan massa molekul tinggi seperti pati, pektin,
selulosa, dan lignin. Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau
polihidroksi keton atau turunannya, sehingga terdapat pula karbohidrat yang
mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur. Di alam, Karbohidrat dihasilkan dari proses
fotosintesis pada tumbuh-tumbuhan yang mengandung klorofil yang mengubah karbon
dioksida dan air menjadi karbohidrat dan oksigen (Riswiyanto, 2009).
2.7. Penggolongan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai
menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang yang disebut dengan
polisakarida, misalnya pati, kitin dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida,
terdapat pula disakarida yang merupakan rangkaian dua monosakarida dan oligosakarida
yang merupakan rangkaian beberapa monosakarida (Vistanty, 2010).
2.7.1. Monosakarida
Monosakarida (dari bahasa yunani mono: satu; sacchar: gula) adalah senyawa
karbohidrat dalam bentuk gula yang paling sederhana. Disebut juga gula sederhana
(simple sugars) karena monosakarida ini tidak dapat dihidrolisis menjadi molekul
karbohidrat yang lebih sederhana lagi (Hart, 2003). Molekul monosakarida hanya terdiri
dari beberapa atom karbon.Monosakarida dapat juga diartikan sebagai senyawa
Monosakarida dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon yang dikandungnya,
yaitu triosa C3H6O3, tetrosa C4H8O4, pentosa C5H10O6 dan heptosa C7H14O7
(Riswiyanto, 2009) Gugus aktifnya dapat berupa gugus aldehid atau gugus keton yang
memberi awalan aldo dan keto di dalam suatu sakarida, sedangkan akhiran –osa
menunjukkan karbohidrat. Jumlah atom karbon dalam karbohidrat ditunjukkan dengan
menggunakan tri,tetra, penta, heksa dan seterusnya. Beberapa monosakarida
mempunyai rasa manis, memiliki sifat larut dalam air, tidak berwarna, dan berbentuk
kristal padat. Contoh dari monosakarida adalah glukosa, galaktosa, xylosa dan ribosa
(Riswiyanto, 2009).
Glukosa adalah suatu aldoheksosa (aldosa dengan enam atom karbon).
Sedangkan ribosa adalah suatu aldopentosa (aldosa dengan lima atom karbon). Fruktosa
adalah suatu heksulosa, disebut juga levulosa karena memutar bidang polarisasi ke kiri.
Merupakan satu-satunya heksulosa yang terdapat dialam. Fruktosa merupakan gula
termanis, terdapat dalam madu dan buah-buahan bersama glukosa. Fruktosa dapat
terbentuk dari hidrolisis suatu disakarida yang disebut sukrosa. Galaktosa adalah
aldoheksosa, namun memiliki sifat yang berbeda dari glukosa karena atom-atomnya
tersusun berlainan. Struktur glukosa umumnya terbentuk kursi siklik dan hanya 0,02%
berbentuk rantai lurus. Hal ini dikarenakan karbohidrat memiliki gugus fungsi alkohol
dan aldehida atau keton sehingga struktur rantai lurus mudah berkonversi menjadi bentuk
struktur kursi siklik atau struktur cincin hemiasetal (Ophardt, 2003). Rumus struktur
glukosa (Gambar 2.2), galaktosa (Gambar 2.3) dan fruktosa (Gambar 2.4) dapat
2.7.2. Oligosakarida
Oligosakarida mengandung antara 2 sampai 20 unit monosakarida atau
karbohidrat sederhana.Sehingga oligosakarida dapat berupa disakarida, trisakarida dan
lainnya. Oligosakarida sebagian terdapat secara alami dalam sayur-sayuran dan
buah-buahan sementara sebagian lainnya dapat diproduksi secara sintetis melalui hidrolisis
polisakarida atau melalui penggunaan teknologi enzim. Oligosakarida yang paling
banyak digunakan dan terdapat di alam adalah bentuk disakarida seperti maltosa, laktosa,
dan sukrosa. Molekul disakarida yang disusun oleh dua molekul monosakarida
dihubungkan oleh ikatan glikosida. Reaksi pembentukan disakarida dari monosakarida
masing-masing disakarida yang terbentuk dari dua molekul monosakarida adalah sukrosa
(Gambar 2.6), laktosa (Gambar 2.7) dan maltosa (Gambar 2,8).
Sukrosa terbentuk dari penggabungan satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.
Laktosa terbentuk dari pengabungan satu molekul glukosa dan satu molekul glaktosa
Maltosa terbentuk dari penggabungan dua molekul glukosa.
2.7.3. Polisakarida
Polisakarida adalah suatu molekul besar yang terbentuk dari ratusan molekul gula
sederhana yang berikatan satu sama lain. Beberapa polisakarida yang penting adalah pati,
selulosa dan glikogen (Laberge, 2008). Susunan dan fungsi suatu polisakarida ditentukan
oleh jumlah monomer gula dan posisi ikatan glikosidiknya.Polisakarida bukan pati (Non
starch polysaccharides), terdiri atas 3 kelompok besar yakni selulosa, polimer non selulosa, dan pektik polisakarida. Polimer non selulosa ini terdiri dari arabinoxylan,
glukan, mannan, araban, galaktan dan xyloglukan (Science Tech Enterpreneur, 2008).
Polisakarida adalah polimer dengan beberapa ratus hingga ribuan monosakarida yang
dihubungkan dengan ikatan glikosidik.Polisakarida diklasifikasikan berdasarkan fungsi,
struktur, jenis monosakrida dan posisi ikatan glikosidik serta konfigurasi ikatan
glikosidik alfa dan beta juga ada tidaknya substituen karbohidrat.
Berdasarkan fungsinya, polisakarida dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
polisakarida simpanan dan polisakarida struktural. Polisakarida simpanan berfungsi
sebagai materi cadangan yang dibutuhkan akan dihidrolisis untuk memenuhi kebutuhan
gula bagi sel. Polisakarida simpanan antara lain adalah pati, glikogen dan dekstrin. Pati
adalah polisakarida simpanan antara lain adalah monomer-monomer glukosa
penyusunnya dihubungkan dengan ikatan alfa 1-4. Bentuk pati yang paling sederhana
adalah amilosa, yang hanya memiliki rantai lurus. Sedangkan bentuk pati yang lebih
kompleks adalah amilopektin yang merupakan polimer bercabang dengan ikatan alfa 1-6
pada titik percabangan. Manusia dan vertebrata lainnya menyimpan glokogen pada sel
hati dan sel otot. Glikogen dalam sel akan dihidrolisis bila terjadi peningkatan kebutuhan
gula dalam tubuh. Hanya saja, energi yang dihasilkan tidak seberapa sehingga tidak
dapat diandalkan sebagai sumber energi dalam jangka lama. Sedangkan dekstran adalah
polisakarida pada bakteri dan khamir yang terdiri atas poli-D-glukosa rantai alfa 1-6,
Polisakarida struktural berfungsi sebagai materi penyusun dari suatu sel atau
keseluruhan organisme.Struktur dan fungsi suatu polisakarida ditentukan oleh jumlah
monomer gula dan posisi ikatan glikosidiknya. Polisakarida yang tergolong struktural
adalah selulosa dan kitin. Selulosa adalah komponen utama penyusun dinding sel
tumbuhan.Selulosa adalah senyawa paling berlimpah di bumi, yaitu diproduksi hampir
100 miliar ton per tahun (Stephen et al, 2006). Ikatan glikosidik selulosa berbeda dengan
pati yaitu monomer selulosa seluruhnya terdapat dalam konfigurasi beta. Kitin adalah
karbohidrat penyusun eksoskeleton artropoda (serangga, laba-laba, krustase). Kitin terdiri
atas monomer glukosa dengan cabang yang mengandung nitrogen. Kitin murni
menyerupai kulit, namunakan mengeras ketika dilapisi dengan kalsium karbonat. Kitin
telah digunakan untuk membuat benang operasi yang kuat dan fleksibel dan akan terurai
setelah luka atau sayatan sembuh. Beberapa senyawa polisakarida dan strukturnya adalah
2.8. Grafting selulosa
Kopolimer cangkokan merupakan senyawa-senyawa yang terdiri dari atas
kerangka dari polimer alam yang mengandung rantai-samping polimer sintetik yang
terikat dengan ikatan kovalen dengan bahan asal. Dengan pencangkokan, selulosa
dimodifikasi dalam perilakunya dan sifat-sifatnya. Dalam kebanyakan percobaan
polimer-polimer vinil (poli vinil klorida, polistirena, polimetakrilat dan sebagainya)
dicangkokan kedalam bahan selulosa seperti pulp, kapas, rayon, dan kertas. Sifat-sifat
selulosa yang diregenerasi dapat juga divariasi dengan mencangkokan zat antara selulosa
xantat. Turunan-turunan selulosa lain juga misalnya selulosa asetat diubah menjadi
kopolimer cangkok.
Reaksi-reaksi pencangkokan dapat dibagi menjadi tiga kelompok dasar yaitu dengan:
1. Pencangkokan yang diawali dengan cara-cara polimerisasi radikal.
2. Pencangkokan yang diawali dengan interaksi ion.
3. Pencangkokan dengan reaksi-reaksi kondensasi atau adisi
Teknik yang paling banyak digunakan adalah jalur polimerisasi radikal.
Radikal-radikal yang diperlukan untuk mulai dan menjalankan reaksi dapat diproduksi dengan
cara-cara kimia, radiasi atau cara-cara mekanis.
Untuk pencangkokan senyawa-senyawa vinil pada selulosa melalui polimerisasi
radiakal maka reaksi perpindahan rantai radikal-bebas merupakan cara yang paling
banyak digunakan. Berawal dari senyawa yang dapat dengan mudah menjadi radikal
(misal peroksida-peroksida) pembentukan rantai-rantai polimer dengan
kedudukan-kedudukan radikal dimulai Kedudukan-kedudukan-kedudukan radikal ini dipindahkan ke molekul
selulosa dimana pembentukan rantai ko-polimer cangkokan dimulai. diatas polimerisasi
cangkokan disertai dengan reaksi-reaksi pembentukan homopolimer dan ikatan-ikatan
silang antara molekul-molekul selulosa yang dicangkokan. Pada umumnya
homopolimerisasi melalui cangkokan.
Pembentukan homopolimer yang tidak diinginkan dapat ditekan dengan
pencangkokan. Radikalisasi selulosa dapat dilakukan dengan memasukkan gugus-gugus
ester yang tersubtitusi halogen, gugus-gugus merkaptil dan gugus diazo.
Cara lain memulai polimerisasi cangkokan adalah radiasi dengan sinar UV.
Selulosa dapat diradiasi sebelum monomer ditambahkan. Maka pembentukan
homopolimer ditekan. Dengan adanya udara gugus-gugus peroksida dibentuk pada
selulosa yang mengawali pencangkokan dengan tidak adanya udara pusat-pusat radikal
yang dibentuk secara langsung dapat bereaksi dengan monomer-monomer. Hasil molekul
yang dicangkokan dipengaruhi oleh energi radiasi. Pada dosis radiasi 5kJ/kg. Reaksi
pencangkokan dapat dipercepat dengan menaikkan jumlah gugus peroksida selulosa
dengan menambahkan H2O2 selama radiasi. Radiasi UV juga mempengaruhi
pemecahan-pemecahan rantai selulosa, Pembentukan pusat-pusat radikal pada C1. Dibandingkan
dengan prose-proses radikal polimerisasi ionik kurang penting. Reaksi-reaksinya
dilakukan dalam pelarut-pelarut netral Tetrahydrofurane (THF) Dimethyl Sulfoxide
(DMSO) dan dimulai dari selulosa alkoksida (Fengel dkk, 1999)
2.9. Metode grafting
2.9.1. Mekanisme Radikal Bebas
Metode ini adalah tertua dan terluas pengunaanya, karena relatif simpel. Ada 5
(lima) metode grafting mekanisme radikal bebas yaitu :
1. Metode Kimia
Radikal kimia dilepaskan oleh inisiator seperti benzoil peroksida (BPO) atau
azobisissobutironitril (AIBN).
2. Metode Fotografting
Kelompok khromoponik di polimer menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah
visible dan elektromagnetik.Hasilnya pemutusan ikatan dan kemudian pada
dekomposisi radikal dimana menghasilkan inisiasi grafting
3. Metode radiasi grafting
Pada metode ini kopolimer graft pada daerah radiakal pada rantai polimer dengan
energi radiasi yang tinggi pada daerah vakum atau medium lainnya.
4. Metode Plasma Grafting
Grafting plastik seperti fiber dengan pemberian sinar. Dengan suhu rendah merupakan
sistem yang kompleks untuk elektron, atom, spesies ionisasi dan pelepasan atom dan
molekul.
5. Metode Kimia Mekanik Grafting
Mekanisme yang bersifat reaktif dan ultrasonik menyebabkan polimer mengalami
degradasi disebabkan oleh sebuah radikal bebas.
2.9.2. Mekanisme Ionik
Merupakan teknik yang baik untuk persiapan kopolimer graft. Metode ini
dibagi 2 (dua) yaitu :
1. Metode Anionik
Graft kopolimerisasi mengalami inisiasi oleh anion dengan reaksi basa dengan asam
proton pada rantai utama polimer.
2. Metode Kationik
Reaksi inisiasi di antara alkil halida dan asam Lewis merupakan contoh untuk kationik
2.9.3. Mekanisme Koordinasi
Stereospesifik inisiator memberikan stereo blok kopolimer mengandung rangkaian
isotaktik dan heterotaktik.
2.9.4. Mekanisme Coupling
Polimer yang mengandung hidrogen yang aktif digunakan untuk sintesis kopolimer
graft. Poli (etilen oksida) adalah grafting yang mudah kedalam nilon (Singh., 1992).
2.10. Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR)
Metode ini disebut juga sebagai metode tidak dispersif dimana radiasi yang berasal
dari sumber radiasi inframerah dikolomasikan oleh sebuah cermin cekung ke pembagi
berkas radiasi, setengah berkas dilewatkan cermin statik dan setengah dilewatkan cermin
statik dan setengah berkas lainnya ke cermin gerak. Pergerakan cermin memodulasi
semua panjan gelombang (frekuensi) dalam berkas radiasi. Setelah terjadi refleksi pada
kedua cermin, kedua berkas tersebut bergabung kembali pada pembagi berkas
radiasi.Meskipun cahaya masuk inkoheren, Pemecahan menjadi dua berkas dan
penggabungannya kembali pada pembagi menjamin bahwa keduanya dapat bergabung
sepertinya koheren. Sebagai hasilnya, kedua berkas panjang gelombangnya dapat
berinterferensi dengan kadar yang berbeda. Berkas gabungan itu melalui sel sampel dan
sampai ke detektor. Kedua berkas tersebut telah menempuh alur yang tidak sama
panjang dengan perbedaan sebesar (Retardasi, kelambatan). Karena tiap panjang
gelombang dimodulasi dan dideteksi pada frekuensi yang berbeda, akan terjadi gangguan
noise hanya pada lebar pitanya yang sempit. Sebagai hasilnya betul-betul tidak ada radiasi baur yang meyertaipengukuran fourier transform. Bebasnya dari radiasi baur
merupakan juga salah satu keuntungan fellgett pada spektroskopi inframerah fourier
transform (FTIR). Salah satu keuntungan FTIR adalah perekaman spektrum inframerah
yang sangat cepat, sehingga memungkinkan merekam komponen senyawa yang
dipisahkan pada kromatografi gas (Satiadarma, 2004).
ditransformasikan dalam hitungan detik, teknik ini memudahkan penilitian reaksi-reaksi
polimer seperti degradasi atau ikat silang. Persyaratan-persyaratan ukuran sampel yang
sangat kecil mempermudah kopling instrumen FTIR dengan suatu mikroskp untuk
analisis bagian-bagian sampel polimer yang sangat terlokalisasi. FTIR bermanfaat juga
dalam meneliti paduan-paduan ploimer. Sementara paduan yang tidak dapat campur
memperlihatkan suatu spektrum IR yang ,merupakan superposisi dari sepktrum
homopolimer, spektrum yang dapat campur adalah super posisi dari tiga komponen – dua
spektrum homopolimer dan satu spektrum interaksi ynag timbul dari interaksi kimia atau
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman aren merupakan suatu jenis tanaman palma yang mudah tumbuh. Aren (Arenga
Pinnata) merupakan salah satu tanaman perkebunan yang serbaguna yang telah dimanfaatkan secara tradisional. Tanaman aren (Arenga pinnata MERR) merupakan
tanaman dari suku Palmae yang tersebar pada hampir di seluruh wilayah Indonesia.
Manfaat dari aren sendiri ialah dapat digunakan sebagai penahan erosi pada tebing-tebing
sungai dari bahaya tanah longsor maupun sebagai unsur produksi antara lain : Daunnya
untuk sapu lidi, Ijuknya untuk atap rumah, tali dan resapan air, dan Pelepahnya bisa
untuk tutup botol (pengganti gabus), batangnya dapat diserut diambil patinya sebagai
bahan makanan, kemudian akarnya untuk obat tradisional (obat sembelit, disentri dan
paru-paru). Nira aren dapat digunakan juga sebagai bahan minuman dengan
mengkonsumsi langsung nira yang didapat. Nira aren merupakan satu komoditas
perkebunan yang layak untuk dikembangkan menjadi produk olahan yang berbasis bahan
baku gula. Komposisi kimia dari nira aren terdiri dari kadar air sebesar (9,16%), Sukrosa
sebesar (84,31%), Gula pereduksi sebesar (0,53%), Lemak sebesar (0,11%), Protein
sebesar (2,28%), Total mineral sebesar (3,66%), Kalsium sebesar (1,35%), dan fosfor
(P2O5) sebesar (1,37%). Kandungan kimia terbesar dari nira aren adalah kandungan
sukrosa yaitu sebesar (84,31%), Sehingga nira aren sangat potensial untuk dikembangkan
sebagai bahan pembuatan bahan bakar alternatif yaitu etanol (Anonim, 2007).
Grafting atau kopolimer cangkok merupakan suatu polimer yang terdiri dari
molekul-molekul dengan satu atau lebih jenis dari monomer yang terhubung pada sisi
dapat digrafting ialah sintesis poli (vinil klorida)-cangkok-(cis-1,4-polibutadiena) lewat
inisiasi kationik bautadiena dengan kompleks dietilaluminium klorida-kobalt (Stevens,
2001).
Lonnberg dkk (2008) telah melakukan penelitian tentang grafting permukaan
selulosa mikrofibril dengan penambahan poli (ε-caprolactone) dan karakterisasinya,
dimana pada nanokomposit selulosa permukaan fase nanoselulosa sangat penting karena
adanya hubungan dengan dispersi nanoselulosa, pembentukan jaringan dan sifat
nanokompositnya. Setelah pecangkokan microfibrillated cellulose dengan poli (ε
-caprolactone) dengan adanya polimerisasi pembukaan cincin. Pertukaran karakterisasi
permukaan dari microfibrillated cellulose memungkinkan untuk memperoleh suatu
dispersi yang stabil dari microfibrillated cellulose sebuah pelarut non
polar,microfibrillated cellulose juga dapat meningkatkan kompatibilitas dengan
polycaprolactone
Carlmark dkk (2012) juga telah melakukan penelitian tentang pencangkokan
selulosa secara polimerisasi pembukaan cincin ring opening polymerization. Selulosa
yang biorenewable dan biodegradable juga sebagai bahan baku dengan berat jenis yang
relatif rendah yang dapat diproduksi menjadi pengganti yang sangat baik untuk bahan
sintesis dengan memanfaatkan polimerisasi pembukaan cincin ring opening
polymerization dari monomer seperti ε- caprolactone dan L-lactide dari selulosa pada suatu material baru serta dapat memperlihatkan sifat yang baik
Berdasarkan uraian di atas, peneliti ingin melskukan grafting selulosa secara
polimerisasi pembukaan cincin ring opening polymerization serta menguji
karakterisasinya. Selulosa yang digunakan adalah selulosa dari tandan aren dengan
penambahan monomer ε-caprolactone dan sebagai pelarutnya benzyl alkohol dan katalis
tin octoate Sn(oct)2 pada suhu 95oC dengan mengalirkan gas argon dalam suasana vakum
1.2. Permasalahan
Permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1. Apakah selulosa yang diisolasi dari tandan buah aren dapat digrafting oleh ε
-caprolactone.
2. Adakah pengaruh penambahan benzyl alkohol terhadap proses grafting selulosa
oleh ε-caprolactone.
1.3. Pembatasan Masalah
Dalam hal ini permasalahan dibatasi pada :
1. Bahan selulosa yang digunakan adalah tandan aren.
2. Bahan penggrafting yang digunakan adalah ε-caprolactone.
3. Inisiator yang digunakan adalah pelarut benzyl alkohol.
4. Untuk katalisnya maka digunakan tin octoate Sn(oct)2
5. Karakterisasinya meliputi uji FT-IR.
.
1.4. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui apakah reaksi grafting antara ε-caprolactone dengan selulosa tandan
aren dapat terjadi dengan menggunakan benzyl alkohol sebagai co-inisiator dan tin
octoate Sn(oct)2 sebagai katalis.
1.5. Manfaat Penelitian
Untuk memberikan informasi tentang grafting selulosa dengan ε-caprolactone,
dimana dengan penambahan benzyl alkohol sebagai co-inisiator dapat digunakan sebagai
1.6.Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan bersifat eksperimen, dimana pembuatan biocomposite dibuat
dengan cara yaitu:
1. Tahap Pertama adalah penyiapan 75 g serat tandan aren, Kemudian Serat tandan
aren dimasukkan ke dalam beaker gelas, lalu ditambahkan 1 L campuran HNO3
3,5% dan 10 mg NaNO2 dan dipanaskan diatas hotplate pada suhu 90oC selama 2
jam, disaring dan ampas dicuci hingga netral. Kemudian ditambahkan 750 mL
larutan yang mengandung NaOH 2% dan Na2SO3 2% kemudian dipanaskan pada
suhu 50o
2. Tahap kedua adalah dilakukan proses pemurnian α-selulosa dari sampel dengan
500 mL NaOH 17,5% dan dipanaskan pada suhu 80
C selama 1 jam, disaring dan ampas di cuci hingga netral, Selanjutnya
dilakukan pemutihan dengan 250 mL larutan NaOCl 1,75 % pada temperatur
mendidih selama 30 menit, disaring dan ampas dicuci hingga netral.
o
C selama 30 menit, disaring
dan ampas dicuci hingga netral, Selanjutnya dilakukan pemutihan dengan H2O2
10% pada suhu 600C selama 15 menit, dicuci dan disaring selulosa yang terbentuk hingga netral, lalu dilakukan pengeringan dengan oven pada suhu 50o
3. Tahap ketiga adalah α-selulosa dimasukkan ke dalam planetary ball milling pada
pelarut etanol selama 6 jam, lalu α-selulosa yang telah dihasilkan, disimpan ke dalam desikator.
C selama3
jam.
4. Tahap keempat adalah proses grafting selulosa dengan menggunakan ε -caprolactone, dimana selulosa dari tandan aren dimasukkan ke dalam labu alas,
lalu ditambahkan dengan ε-caprolactone dan dimagnetic stirer selama 48 jam.
Setelah itu diaduk dengan pengaruh magnet selama 48 jam hingga berubah
menjadi larutan bening, kemudian larutan bening tersebut diultrasonifikasi selama
5 menit dengan frekuensi 45,5 Hz. Sampel yang sudah diultrasonifikasi
dituangkan kedalam labu leher 3, ditambahkan benzyl alkohol dan katalis tin
octoate Sn(oct)2 pada suhu 95oC serta mengalirkan gas argon dalam suasana
vakum selama 15 menit, Lalu karakterisasi yang dilakukan adalah dengan uji
1.7.Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di Lab Kimia Polimer FMIPA USU, Medan dan analisa FT-IR
GRAFTING
α
-SELULOSA DARI TANDAN BUAH AREN DENGAN
SIGMA-CAPROLACTONE
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian grafting selulosa dengan ε-caprolactone dengan polimerisasi pembukaan cincin (Ring Opening Polymerization), dimana menggunakan pelarut benzyl alkohol dan tin octoate (Sn(oct)2). Dalam hal ini diharapkan karakteristik dari permukaan
selulosa dimungkinkan untuk memperoleh suatu dispersi yang stabil dan meningkatkan kompatibilitas bahan polimer. Tahapan-tahapan dalam pembuatan ini yaitu, penyiapan bahan selulosa dari tandan aren, kemudian proses grafting dengan sigma caprolactone dalam pelarut benzyl alkohol dan inisiator tin octoate. Karakteristik dilakukan berdasarkan pengujian spektrofotometer inframerah (FT-IR) untuk mengetahui perubahan gugus fungsi yang tergrafting. Hasil penelitian memperlihatkan adanya bilangan gelombang pada daerah 1728,22 cm-1 menunjukkan vibrasi C=O streaching,
menandakan bahwa terjadi grafting selulosa dengan ε-caprolactone.
GRAFTING α-CELLULOSE FROM EMPTY BUNCH WITH ε-CAPROLACTONE
ABSTRACT
Grafting of cellulose with ε-caprolactone has been conducted by the ring opening polymerization (ROP), which used solvent benzyl alcohol and tin octoate (Sn (oct)2). In this case the expected characteristics of cellulose surface is possibility to obtain a stable dispersion and the improvement of compatibility of polymeric material. The stages in the manufacture of which, preparation of empty cellulosic bunch materials, then the process of grafting with ε-caprolactone in solvent benzyl alcohol and tin octoate initiator. Characteristics based on testing performed infrared spectrophotometer (FT-IR) to assess changes in functional groups grafting . The results showed the existence of wave numbered at 1728.22 cm-1
Keywords : Cellulose; Tin octoate; Grafting; Benzyl Alcohol; ε-caprolactone and characteristics
region shows vibration C=O streaching, indicating that the
Departemen Kimia
Bahan Sidang Meja Hijau
GRAFTING
α
-SELULOSA DARI TANDAN BUAH AREN DENGAN
SIGMA-CAPROLACTONE
OLEH
AHMAD FAUZI HARAHAP
110822024
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GRAFTING
α
-SELULOSA DARI TANDAN BUAH AREN DENGAN
SIGMA-CAPROLACTONE
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat mencapai gelar
sarjana sains
OLEH
AHMAD FAUZI HARAHAP
110822024
DEPARTEMEN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERSETUJUAN
Judul : GRAFTING α-SELULOSA DARI TANDAN BUAH
AREN DENGAN SIGMA-CAPROLACTONE
Kategori : SKRIPSI
Nama : AHMAD FAUZI HARAHAP
Nomor Induk Mahasiswa : 110822024
Program Studi : SARJANA (S1) KIMIA EKSTENSI
Departemen : KIMIA
Fakultas : MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM (FMIPA) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Disetujui di Medan, Maret 2014
Komisi Pembimbing
Pembimbing 2 Pembimbing 1
Dr. Darwin Yunus Nasution, MS
NIP 195508101981031001 NIP 196811101999031001 Dr. Saharman Gea
Diketahui/Disetujui oleh
Departemen Kimia FMIPA USU Ketua,
NIP 195408301985032001
PERNYATAAN
GRAFTING α-SELULOSA DARI TANDAN BUAH AREN DENGAN
SIGMA-CAPROLACTONE
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri, kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing-masing disebutkan sumbernya.
Medan, Maret 2014
PENGHARGAAN
Segala puji dan syukur atas limpahan rezeki dan Rahmat Allah SWT, Karena jika
bukan karena-Nya, saya tidak akan mampu mengerjakan penelitian skripsi ini dengan
baik. Salawat dan salam untuk Rasulullah Muhamad SAW. Banyak hal sebagai
pembelajaran dan pembentukan dalam setiap waktu penulis rasakan sehingga semakin
melihat dan merasakan kebaikan dan kebesaran-Nya. Dalam pelaksanan penelitian
hingga penyelesaian skripsi ini, penulis menyadari banyak mendapat bantuan, motivasi
dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan
terimakasih kepada :
- Teristimewa kepada kedua orang tua saya, Bapak M. Arifin Harahap, SH dan Ibu
Duma Sari yang sangat penulis sayangi, yang telah banyak memberikan dukungan
moril, doa dan materi sepenuhnya kepada saya sehingga dapat menyelesaikan studi,
penelitian dan penulisan skripsi ini.
- Bapak Dr. Saharman Gea sebagai pembimbing I dan juga Bapak Dr. Darwin Yunus
Nasution sebagai pembimbing II, yang telah banyak membimbing dan mengarahkan
penulis dalam penyelesaian skripsi
- Ibu Dr. Rumondang Bulan, M.S dan Bapak Drs. Albert Pasaribu, M.Sc sebagai Ketua
dan Sekretaris Departemen Kimia FMIPA USU.
- Koordinator Kimia Ekstensi FMIPA USU Bapak Dr. Darwin Yunus Nasution, M.S
- Kepada Asisten Laboratorium Kimia Polimer terlebih lagi kepada Diana yang telah
banyak membantu dan memberikan saya semangat sehingga saya dapat menyelesaikan
studi, penelitian dan penulisan skripsi ini.
- Kepada semua teman, sahabat, dan semua pihak yang membantu terlaksananya dan
selesainya penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini dan isinya masih jauh dari sempurna,
penulis dengan kerendahan hati dalam hal ini sangat mengharapkan masukan, saran, dan
kritikan dari pembaca yang membangun.
GRAFTING
α
-SELULOSA DARI TANDAN BUAH AREN DENGAN
SIGMA-CAPROLACTONE
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian grafting selulosa dengan ε-caprolactone dengan polimerisasi pembukaan cincin (Ring Opening Polymerization), dimana menggunakan pelarut benzyl alkohol dan tin octoate (Sn(oct)2). Dalam hal ini diharapkan karakteristik dari permukaan
selulosa dimungkinkan untuk memperoleh suatu dispersi yang stabil dan meningkatkan kompatibilitas bahan polimer. Tahapan-tahapan dalam pembuatan ini yaitu, penyiapan bahan selulosa dari tandan aren, kemudian proses grafting dengan sigma caprolactone dalam pelarut benzyl alkohol dan inisiator tin octoate. Karakteristik dilakukan berdasarkan pengujian spektrofotometer inframerah (FT-IR) untuk mengetahui perubahan gugus fungsi yang tergrafting. Hasil penelitian memperlihatkan adanya bilangan gelombang pada daerah 1728,22 cm-1 menunjukkan vibrasi C=O streaching, menandakan bahwa terjadi grafting selulosa dengan ε-caprolactone.
GRAFTING α-CELLULOSE FROM EMPTY BUNCH WITH ε-CAPROLACTONE
ABSTRACT
Grafting of cellulose with ε-caprolactone has been conducted by the ring opening polymerization (ROP), which used solvent benzyl alcohol and tin octoate (Sn (oct)2). In this case the expected characteristics of cellulose surface is possibility to obtain a stable dispersion and the improvement of compatibility of polymeric material. The stages in the manufacture of which, preparation of empty cellulosic bunch materials, then the process of grafting with ε-caprolactone in solvent benzyl alcohol and tin octoate initiator. Characteristics based on testing performed infrared spectrophotometer (FT-IR) to assess changes in functional groups grafting . The results showed the existence of wave numbered at 1728.22 cm-1
Keywords : Cellulose; Tin octoate; Grafting; Benzyl Alcohol; ε-caprolactone and characteristics
region shows vibration C=O streaching, indicating that the
DAFTAR ISI
1.3. Pembatasan Masalah 3
1.4. Tujuan penelitian 3
1.5. Manfaat Penelitian 3
1.6. Metodologi Penelitian 4
1.7. Lokasi Penelitian 5
BAB 2 TINJAUN PUSTAKA 6
2.1. Tanaman Aren 6
2.2. Pemanfaatan Tanaman Aren 7
2.3. Polimer 8
2.4. Selulosa 8
2.5. Nanokristal Selulosa 12
2.6. Karbohidrat 14
2.7. Penggolongan Karbohidrat 15
2.7.1. Monosakarida 15
2.7.2. Oligosakarida 17
2.7.3. Polisakarida 19
2.8. Grafting Selulosa 21
2.9.2. Mekanisme Ionik 23
2.9.3. Mekanisme Koordinasi 23
2.9.4. Mekanisme coupling 23
2.10. Fourier Transform Infrared Spectroscopy (FT-IR) 24
BAB 3 METODE PENELITIAN 26
3.1. Alat 26
3.2. Bahan 26
3.3. Prosedur Penelitian 27
3.3.1. Isolasi α-selulosa dari TandanAren 27
3.3.2. Grafting α-selulosa denganε-caprolactone 27
3.4. Flowsheet Penelitian 28
3.4.1. Flowsheetisolasi α-selulosa dari Tandan Aren 28
3.4.2. Flowsheet Grafting Selulosa dengan ε-caprolactone 29
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 30
4.1. HasilPenelitian 30 4.1.1.
Hasil Isolasi α-selulosa dari Tandan Aren 30
4.1.2. Hasil Grafting α-selulosa dengan ε-caprolactone 30
4.2. Pembahasan 31
4.2.1. Isolasi α-selulosa dari Tandan Aren 31
4.2.2. Grafting α-selulosa dengan ε-caprolactone 32
4.2.3. Analisa Gugus Fungsi dengan FT-IR 33
4.2.3.1. Analisa Gugus Fungsi dari Tandan Aren 33
4.2.3.2. Analisa Gugus Fungsi dari ε-caprolactone 34
4.2.3.3. Analisa Gugus Fungsi dari Selulosa-g-ε-caprolactone 35
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 37
5.1. Kesimpulan 37
5.2. Saran 37
DAFTAR TABEL
No Judul Halaman
4.1 Puncak FTIR pada selulosa tandan buah aren 34
4.2 Puncak FTIR pada ε-caprolactone 35
DAFTAR GAMBAR
No Judul Halaman
2.1. Struktur Selulosa 9
2.2. Struktur Glukosa 16
2.3 Struktur Glaktosa 17
2.4. Struktur Fruktosa 17
2.5. Reaksi Pembentukan Disakarida 18
2.6. Struktur Sukrosa 18
2.7. Struktur Laktosa 18
2.8. Struktur Maltosa 18
2.9. Struktur Amilum 20
2.10. Struktur Glikogen 20
2.11. Polimerisasi Pembukaan cinncin dari ε-caprolactone oleh
Selulosa Menggunakan Benzyl Alkohol sebagai Co-inisiator 22
4.1. α-selulosa yang Diisolasi dari Tandan Aren 30
4.2. Grafting Selulosa dengan ε-caprolactone 31
4.3. Spektrum FT-IR α-Selulosa 33
4.4. Spektrum FT-IR ε-caprolactone 34
4.5. Spektrum FT-IR selulosa yang Tergrafting pada
ε-caprolactone 35
4.6. Puncak Vibrasi Streaching Grafting Selulosa dengan
DAFTAR SINGKATAN
ROP = Ring Opening Polymerization
FT-IR = Fourier Transform Infrared Spectroscopy
NMMO = N-Metilmorfolin-N-Oksida
DMAc = Dimetilasetamida
Licl = Litium Klorida
THF = Tetrahydrofurane
DMSO = Dimethyl Sulfoxide
BPO = Benzoil Peroksida