• Tidak ada hasil yang ditemukan

Grafting Α-Selulosa Dari Tandanbuah Aren Dengan Sigma-Caprolactone

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Grafting Α-Selulosa Dari Tandanbuah Aren Dengan Sigma-Caprolactone"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tanaman Aren

Tanaman aren termasuk jenis tanaman palma yang mudah tumbuh. Tanaman aren berasal dari wilaya sebelah Barat, hingga mencapai umumnya banyak tumbuh di lereng-lereng atau tebing secara alami dibantu oleh oleh hewan karena buah aren yang masak banyak disukai secara tidak langsung berfungsi sebagai hewan pemencar biji aren.

Taksonomi tanaman aren adalah sebagai berikut; Kerajaan : Plantae

Divisi : Spermatophyta Sub divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Bangsa : Spadicitlorae Suku : Palmae Genus : Arenga

Species : Arenga pinnata Merr.

(2)

dengan luas areal 2.500 Hektar yang tersebar di dua kabupaten yaitu Kabupaten Lebak dan Pandeglang. Sebaran tanaman aren di seluruh Indonesia belum sepenuhnya terdata dengan baik karena selama ini masih dibiarkan tumbuh liar dan baru sedikit daerah yang membudidayakan (Anonim, 2008).

Gambar 2.1 Gambar Tandan Buah Aren

2.2. Pemanfaatan Tanaman Aren

Walaupun aren bukan tanaman yang dibudidayakan, namun karena masyarakat mulai mengetahui banyak manfaat yang didapat dari pohon aren ini membuat masyarakat mulai melirik tanaman ini untuk dibudidayakan. Hampir semua bagian pohon aren dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan produk yang mempunyai nilai ekonomi.

Jenis produk yang dapat dimafaatkan dari pohon aren yaitu: 1. Akar digunakan untuk membuat obat secara tradisional

2. Batang pohon aren dapat digunakan sebagai bahan bangunan, jembatan dan peralatan rumah tangga.

3. Buah aren muda digunakan untuk pembuatan kolang kaling sebagai bahan makanan olahan berupa manisan.

4. Daun muda/janur untuk pembungkus kertas rokok yang disebut kawung. 5. Daun yang sudah tua, digunakan sebagai atap rumah

6. Lidi daun aren untuk membuat sapu lidi

(3)

9. Ijuk sebagai bahan baku membuat sapu dan tali, atap rumah dan media penyaring air (water filter) dan juga pembungkus kabel bawah laut.

10. Tepung aren, diolah dari batang pohon aren untuk pembuatan mie, dan campuran

membuat bubur (Lay dan Heliyanto, 2010) dan (Irawan et al, 2009). Pohon aren dapat menghasilkan 15 liter nira setiap hari, ijuk sebanyak 2 kg setiap

pohon/tahun, kolang kaling 100 kg setiap pohon/tahun dan jika tidak disadap niranya, pohon aren dapat menghasilkan 40 kg tepung setiap pohon. Pohon aren akan berbunga setelah berumur 7 s/d 12 tahun. Tandan bunga muncul dari setiap pelepah atau bekas pelepah daun mulai dari ketinggian seperempat tinggi pohon ke arah bawah. Bunga betina akan masak dalam 1 – 3 tahun. Bunga betina yang masih muda, dapat diolah menjadi kolang kaling (Sunanto, 1993).

2.3. Polimer

Polimer merupakan salah satu bahan teknik yang penting untuk keperluan konstruksi atau suku cadang, disamping bahan konvensional lainnya seperti logam dan keramik. Sebagai polimer komoditas, yaitu bahan polimer yang digunakan pada pembuatan barang konsumen, misalnya untuk peralatan rumah tangga, mainan, alat kantor, dan sebagainya, volume kebutuhannya semakin meningkat. Selain daripada itu, bahan polimer telah dimodifikasi secara fisiko-kimiawi menjadi bahan khusus dengan karakteristik tertentu seperti untuk pembuatan peralatan kesehatan dan komponen elektronika. Bahan polimer khusus termodifikasi ini, yang walaupun volume produksinya kecil, harganya dapat mencapai puluhan kali harga komoditas (Wirjosentono, 1998).

(4)

sifat-sifat berharga dari polimer dengan gaya-gaya antar molekul biasa antara molekul-molekul yang mempunyai berat molekul-molekul sangat tinggi. Staudinger mengusulkan struktur rantai linier dari paraformaldehida dan polistirena. Staudinger juga memperkenalkan istilah makromolekul. Sebenarnya, beberapa polimer alam yang termodifikasi telah dikomersialkan. Sebagai contoh, selulosa nitrat (Stevens,2001).

2.4. Selulosa

Jaringan berserat dalam dinding sel mengandung polisakarida selulosa. Polisakarida ini adalah polimer alam yang paling banyak terdapat dan paling tersebar dialam. Jutaan ton selulosa digunakan setiap tahun untuk membuat perabot kayu,tekstil, dan kertas. Sumber utama selulosa ialah kayu. Umumnya kayu mengandung sekitar 50 % selulosa, bersama dengan penyusun lainnya, seperti lignin. Pemisahan selulosa dari kayu melibatkan pencernaan kayu dengan larutan belerang dioksida dan hidrogen sulfit (bisulfit) dalam air pada proses sulfit, atau larutan natrium hidroksida dan natrium sulfida dalam air pada proses sulfat (proses kraft). Pada kedua proses ini lignin dilarutkan sehingga di peroleh selulosa. Sumber lain selulosa ialah kapas, yang hampir seluruhnya memang selulosa (Cowd, 1991).

(5)

Selulosa merupakan bahan dasar dari banyak produk teknologi (kertas, film, serat dan sebagainya) dan karena itu diisolasi terutama dari kayu. Selulosa terdiri atas unit-unit anhidroglukopiranosa yang bersambung membentuk rantai molekul. Karena itu selulosa dapat dinyatakan sebagai polimer-linier glukan dengan struktur rantai yang seragam.Unit-unit terikat dengan ikatan glikosidik-B-1,4. Dua unit glukosa yang berdekatan bersatu dengan mengeliminasi satu molekul air diantara gugus hidroksil mereka pada karbon 1 dan karbon 4.Kedudukan –B dari gugus –OH pada C1

membutuhkan pemutaran unit glukosa berikutnya melalui sumbu C1 dan C4

Meskipun terdapat gugus –OH pada kedua ujung rantai selulosa, gugus-gugus OH ini menunjukkan perilaku yang berbeda. Gugus C

cincin piranosa.

1 OH adalah gugus hidrat

aldehidayang diturunkan dari pembentukan cincin melalui ikatan hemiasetal intramolekul. Itulah sebabnya gugus –OH pada akhir C4 pada rantai selulosa adalah

hidroksil alkoholat hingga bersifat bukan preduksi (Fengel et al,1999).

Selulosa memiliki beberapa turunan yaitu ester selulosa dan eter selulosa. Ester selulosa atau selulosa nitrat merupakan salah satu diantara polimer komersial yang paling awal. Ini dikembangkan mula-mula selama abad ke-19 dan bahkan telah dipakai dalam pembuatan bahan-bahan peledak, film fotografik, lak, serat tekstil, dan beberapa aplikasi pencetakan. Selulosa nitrat yang diplastisisasi dengan kamper dikenal dengan nama dagang Celluloid. Polimer ini juga dikenal sebagai nitroselulosa, tetapi ini suatu misnomer, karena tidak mengandung gugus-gugus nitro. Selulosa nitrat dipreparasi dari selulosa dan asam nitrat, biasanya ketika hadir asam sulfat, meskipun asam fosfat atau asetat bisa juga dipakai. Beberapa degradasi rantai biasanya terjadi selama pemrosesan, juga pembentukan beberapa ester sulfat, tetapi yang belakangan inibisa dihilangkan melalui pemanasan yang lama dengan asam nitrat encer atau alkohol.

Ester selulosa dipreparasi melalui reaksi selulosa dengan basa (selulosa alkali), kemudian mereaksikannya dengan suatu senyawa halogen atau epoksida. Metil sulfat juga dipakai untuk mempreparasi metil eter. Beberapa eter selulosa yang mempunyai

(6)

hidroksipropil (R=CH2CH(OH)CH3), karboksimetil (R=CH2CO2H),amino –etil

(R=CH2CH2NH2) dan benzil (R=CH2C6H5). Etil selulosa paling banyak dipakai,

terutama dalam aplikasi-aplikasi plastik yang mirip dengan aplikasi selulosa asetat. Metilseluolsa dapat larut dalm beberapa perekat, tinta dan formulasi-formulasi pemrosesan akhir tekstil (Stevens, 2001).

Beberapa karakteristik dari polisakarida tumbuh-tumbuhan ini, sejauh ini merupakan makromolekul yang paling berlimpah dialam, pada dinding sel tumbuh-tumbuhan, selulosa terdapat dalam fibril terkemas padat tersemen bersama dalam suatu matriks yang terdiri dari tiga bahan polimerik lain: hemiselulosa, pektin, dan ekstensin. Hemiselulosa merupakan suatu polmer dari aldopentosa D-silosa dalam suatu ikatan glokosidik 1,4 dengan rantai samping yang mengandung gula lain. Pektin, bersama dengan gula, melengkapi karekteristik sifat gel dari jeli dan pengawet yang dibuat dari buah-buahan. Ekstensin merupakan suatu protein kaya dalam hidroksiprolin dan berikatan secara kovalen dengan fibril selulosa (Armstrong, 1995).

Payen merupakan orang pertama yang menyatakan komposisi dari selulosa pada tahun1838, dan menemukan bahwa selulosa terdiri dari atas 44 sampai 45% karbon, 6 sampai 6,5% hidrogen dan sisanya adalah oksigen. Berdasarkan data tersebut, maka disimpulkan rumus empirisnya adalah C6H10O5. Namun, Struktur makromolekul

menyerupai rantai pada tahun 1920, sedangkan staudinger menyampaikan bukti akhir dari polimer alam, molekul selulosa.

(7)

telah diusulkan.Model ini berbeda terutama dalam daerah amorf atau daerah penyusun kecil (Gardner, 2008).

Agregasi molekul selulosa pada dinding sel kayu berperan terhadap sifat khas polimer.Untuk meningkatkan interaksi atau adhesi antarmuka selulosa dengan material hidrofobik (pelarut), maka dapat ditambahkan surfaktan atau melakukan modifikasi secara kimia terhadap permukaannya. Reaktivitas selulosa bergantung kepada strukturnya. Untuk memodifikasi struktur selulosa, Kisi ikatan hidrogen harus dihancurkan dengan cara pembengkakan atau pemutusan. Bagian reaktif pada selulosa yang dapat diderivatisasi adalah ketiga gugus hidroksil, yaitu: C-2, C-3, dan C-6. Gugus hidroksil pada C-6 adalah hidroksil primer, yang mempunyai posisi yang paling reaktif untuk reaksi esterifikasi, sementara C-2 adalah lebih asam dibandingkan kedua gugus hidroksil sekunder dan merupakan sisi yang lebih reaktif untuk esterifikasi. Selulosa memiliki afinitas yang kuat terhadap dirinya sendiri dan bahan yang mengandung hidroksil.Berdasarkan pada gugus fungsi hidroksil yang dominan, maka selulosa bersifat reakstif dengan air.

Berdasarkan derajat polimerisasi (DP) dan kelarutan dalam senyawa natrium hidroksida (NaOH) 17,5% selulosa dapat dibedakan atas tiga jenis (Sumada, 2011): 1. Alfa selulosa adalah selulosa berantai panjang, tidak larut dalam larutan NaOH 17,5%

atau larutan basa kuat dengan DP (derajat polimerisasi) 600-1500. Α-selulosa digunakan sebagai penduga atau penentu tingkat kemurnian selulosa. Selulosa dengan derajat kemurnian α > 92% memenuhi syarat untuk bahan baku utama pembuatan propelan atau bahan peledak. Sedangkan selulosa kualitas dibawahnya digunakan sebagai bahan baku pada industri kertas dan industri kain (serat rayon). Semakin tinggi kadar alfa selulosa, semakin baik mutu bahannya.

2. Beta selulosa adalah selulosa berantai pendek, larut dalam NaOH 17,5% atau basa kuat dengan DP 15-90, dapat mengendap bila dinetralkan.

(8)

Selulosa sangat stabil dalam berbagai pelarut dan hanya dapat dihancurkan dengan adanya asam kuat atau sistem pelarut dengan ikatan hidrogen yang kuat, biasanya basa amina. Sifat termal selulosa yaitu temperatur transisi gelas selulosa dengan kisaran 200-230oC (Goring, 1963), yang dekat dengan suhu dekomposisi termal yaitu 260oC. Selulosa membentuk mikrofibril melalui ikatan inter dan intra molekuler sehingga memberikan struktur yang dipecah. Mikrofibril selulosa terdiri dari dua 2 (dua) tipe, yaitu kristalin dan amorf.

2.5.Nanoselulosa

Nanoselulosa merupakan suatu serat selulosa yang memilki dimensi pada skala nanometer (0,2-100 nm). Serat nanoselulosa sebagai material penguat komposit menjadi semakin menarik bagi peneliti dalam ilmu komposit karena bersifat ringan dan memiliki kekuatan yang tinggi. Nanoselulosa dapat dibuat dengan menggunakan proses fisika, misalnya dengan penghomogenan atau penghapusan pada tekanan yang tinggi; atau secara kimia, misalnya hidrolisis asam (Wang, 2006).

Nanoselulosa terdiri dari 4 (empat) tipe, yaitu:

a. Nanoselulosa bakteri, merupakan material berukuran nanometer yang diperoleh dari strain spesies Acetobacter, Meskipun strain pseudomonas, Achrobacter,

Alcaligene, Aerobacter, dan Azotobacter juga dapat digunakan untuk

memproduksi selulosa. Selulosa bakteri dalam bentuk jaringan yang mengandung lapisan tipis (pellicles) dari pita serat selulosa yang memilki lebar kurang dari 100nm dan terbuat dari mikrofibril berdiameter 2-4nm. Melalui proses homogenisasi, bundel selulosa terbelah dan rusak meninggalkan selulosa mikrofibril. Nanoselulosa bakteri biasa digunakan untuk aplikasi medis, penguat pada kertasberkualitas tinggi, diafragma untuk transduser elektro-akustik,aditif cat, bahan pelapis, obat-obatan,dan kosmetik.

(9)

intrinsik larutan untuk proses electrospinning selulosa adalah berat molekul selulosa, viskositas larutan, densitas, tegangan permukaan larutan selulosa dan konduktivitas larutan. Serat elektrospun telah berhasil digunakan sebagai penguat polimer termoplastik. Fink dan Ganster mengembangkan teknik pultrusi ganda untuk pembentukan polimer termoplastik dan serat electrospun untuk aplikasi injeksi molding. Mereka meningkatkan sifat mekanik akhir komposit sampai tiga kali dibandingkan matriks awal.

c. Selulosa Mikrofibril, merupakan material yang diperoleh dengan disintegrasi selulosa melalui proses homogenisasi, menghasilkan mikrofibril. Morfologi baru ini dikembangkan oleh Turbak et al (1980). Proses ini biasanya dimulai dari bubur kayu. Namun Dufresne et al. menjelaskan bagaimana selulosa mikrofibril dapat diekstrak dari gula gula bit. Terlepas dari material awal, proses ini selalu melibatkan proses homogenisasi. Melalui proses homogenisasi, bundel selulosa terbelah dan rusak meninggalkan helai selulosa mikrofibril dengan dimensi 10-100 nm. Dengan proses homogenisasi, rasio luas permukaan terhadap volume serat meningkat secara dramatis.

d. Selulosa nanotube (Whiskers Cellulose), merupakan struktur menyerupai jarum dari kristal selulosa, yang telah dipelajari sifat cairan kristal dalam cairan suspensi berkonsentrasi dan untuk efek sebagai penguat ketika ditambahkan dalam matriks polimer menimbulkan jaringan yang sangat kuat oleh ikatan hidrogen. Selulosa Whisker adalah material terbarukan yang memiliki ketersediaan tinggi, ringan, dan sifat mekanik yang tinggi. Material ini terdiri dari batangan ramping, dan bergantung pada asalnya, dimensi lateral diameter berkisar 2-50 nm dan panjang dapat mencapai beberapa puluh micrometer (Gardner, 2008).

(10)

bionanokomposit dalam makann, kosmetik, medis, perangkat optik, farmasi, bahan kimia dengan dispersi dan emulsi. Nanopartikel jenis baru yang mempunyai kemampuan membentuk nanokomposit dengan sifat yang lebih baik telah banyak diterapkan. Selain itu, kemajuan terbaru berupa produksi bio-serat, mikrosera atau nano serat memungkinkan pembuatan nanokomposit yang memiliki sifat yang sangat baik (Souza, 2010).

2.6.Karbohidrat

Karbohidrat banyak terdapat dalam bahan nabati, baik berupa gula sederhana, pentosa, heksosa, maupun karbohidrat dengan massa molekul tinggi seperti pati, pektin, selulosa, dan lignin. Secara biokimia, karbohidrat adalah polihidroksi aldehid atau polihidroksi keton atau turunannya, sehingga terdapat pula karbohidrat yang mengandung nitrogen, fosforus, atau sulfur. Di alam, Karbohidrat dihasilkan dari proses fotosintesis pada tumbuh-tumbuhan yang mengandung klorofil yang mengubah karbon dioksida dan air menjadi karbohidrat dan oksigen (Riswiyanto, 2009).

2.7. Penggolongan Karbohidrat

Karbohidrat merupakan polimer yang tersusun dari molekul gula yang terangkai menjadi rantai yang panjang serta dapat pula bercabang yang disebut dengan polisakarida, misalnya pati, kitin dan selulosa. Selain monosakarida dan polisakarida, terdapat pula disakarida yang merupakan rangkaian dua monosakarida dan oligosakarida yang merupakan rangkaian beberapa monosakarida (Vistanty, 2010).

2.7.1. Monosakarida

(11)

Monosakarida dikelompokkan berdasarkan jumlah atom karbon yang dikandungnya, yaitu triosa C3H6O3, tetrosa C4H8O4, pentosa C5H10O6 dan heptosa C7H14O7

(Riswiyanto, 2009) Gugus aktifnya dapat berupa gugus aldehid atau gugus keton yang memberi awalan aldo dan keto di dalam suatu sakarida, sedangkan akhiran –osa menunjukkan karbohidrat. Jumlah atom karbon dalam karbohidrat ditunjukkan dengan menggunakan tri,tetra, penta, heksa dan seterusnya. Beberapa monosakarida mempunyai rasa manis, memiliki sifat larut dalam air, tidak berwarna, dan berbentuk kristal padat. Contoh dari monosakarida adalah glukosa, galaktosa, xylosa dan ribosa (Riswiyanto, 2009).

(12)
(13)

2.7.2. Oligosakarida

(14)

masing-masing disakarida yang terbentuk dari dua molekul monosakarida adalah sukrosa (Gambar 2.6), laktosa (Gambar 2.7) dan maltosa (Gambar 2,8).

Sukrosa terbentuk dari penggabungan satu molekul glukosa dan satu molekul fruktosa.

(15)

Maltosa terbentuk dari penggabungan dua molekul glukosa.

2.7.3. Polisakarida

Polisakarida adalah suatu molekul besar yang terbentuk dari ratusan molekul gula sederhana yang berikatan satu sama lain. Beberapa polisakarida yang penting adalah pati, selulosa dan glikogen (Laberge, 2008). Susunan dan fungsi suatu polisakarida ditentukan oleh jumlah monomer gula dan posisi ikatan glikosidiknya.Polisakarida bukan pati (Non

starch polysaccharides), terdiri atas 3 kelompok besar yakni selulosa, polimer non

selulosa, dan pektik polisakarida. Polimer non selulosa ini terdiri dari arabinoxylan, glukan, mannan, araban, galaktan dan xyloglukan (Science Tech Enterpreneur, 2008). Polisakarida adalah polimer dengan beberapa ratus hingga ribuan monosakarida yang dihubungkan dengan ikatan glikosidik.Polisakarida diklasifikasikan berdasarkan fungsi, struktur, jenis monosakrida dan posisi ikatan glikosidik serta konfigurasi ikatan glikosidik alfa dan beta juga ada tidaknya substituen karbohidrat.

(16)
(17)

2.8. Grafting selulosa

Kopolimer cangkokan merupakan senyawa-senyawa yang terdiri dari atas kerangka dari polimer alam yang mengandung rantai-samping polimer sintetik yang terikat dengan ikatan kovalen dengan bahan asal. Dengan pencangkokan, selulosa dimodifikasi dalam perilakunya dan sifat-sifatnya. Dalam kebanyakan percobaan polimer-polimer vinil (poli vinil klorida, polistirena, polimetakrilat dan sebagainya) dicangkokan kedalam bahan selulosa seperti pulp, kapas, rayon, dan kertas. Sifat-sifat selulosa yang diregenerasi dapat juga divariasi dengan mencangkokan zat antara selulosa xantat. Turunan-turunan selulosa lain juga misalnya selulosa asetat diubah menjadi kopolimer cangkok.

Reaksi-reaksi pencangkokan dapat dibagi menjadi tiga kelompok dasar yaitu dengan: 1. Pencangkokan yang diawali dengan cara-cara polimerisasi radikal.

2. Pencangkokan yang diawali dengan interaksi ion.

3. Pencangkokan dengan reaksi-reaksi kondensasi atau adisi

Teknik yang paling banyak digunakan adalah jalur polimerisasi radikal. Radikal-radikal yang diperlukan untuk mulai dan menjalankan reaksi dapat diproduksi dengan cara-cara kimia, radiasi atau cara-cara mekanis.

Untuk pencangkokan senyawa-senyawa vinil pada selulosa melalui polimerisasi radiakal maka reaksi perpindahan rantai radikal-bebas merupakan cara yang paling banyak digunakan. Berawal dari senyawa yang dapat dengan mudah menjadi radikal (misal peroksida-peroksida) pembentukan rantai-rantai polimer dengan kedudukan-kedudukan radikal dimulai Kedudukan-kedudukan-kedudukan radikal ini dipindahkan ke molekul selulosa dimana pembentukan rantai ko-polimer cangkokan dimulai. diatas polimerisasi cangkokan disertai dengan reaksi-reaksi pembentukan homopolimer dan ikatan-ikatan silang antara molekul-molekul selulosa yang dicangkokan. Pada umumnya homopolimerisasi melalui cangkokan.

(18)

pencangkokan. Radikalisasi selulosa dapat dilakukan dengan memasukkan gugus-gugus ester yang tersubtitusi halogen, gugus-gugus merkaptil dan gugus diazo.

Cara lain memulai polimerisasi cangkokan adalah radiasi dengan sinar UV. Selulosa dapat diradiasi sebelum monomer ditambahkan. Maka pembentukan homopolimer ditekan. Dengan adanya udara gugus-gugus peroksida dibentuk pada selulosa yang mengawali pencangkokan dengan tidak adanya udara pusat-pusat radikal yang dibentuk secara langsung dapat bereaksi dengan monomer-monomer. Hasil molekul yang dicangkokan dipengaruhi oleh energi radiasi. Pada dosis radiasi 5kJ/kg. Reaksi pencangkokan dapat dipercepat dengan menaikkan jumlah gugus peroksida selulosa dengan menambahkan H2O2 selama radiasi. Radiasi UV juga mempengaruhi

pemecahan-pemecahan rantai selulosa, Pembentukan pusat-pusat radikal pada C1. Dibandingkan

dengan prose-proses radikal polimerisasi ionik kurang penting. Reaksi-reaksinya dilakukan dalam pelarut-pelarut netral Tetrahydrofurane (THF) Dimethyl Sulfoxide (DMSO) dan dimulai dari selulosa alkoksida (Fengel dkk, 1999)

(19)

2.9. Metode grafting

2.9.1. Mekanisme Radikal Bebas

Metode ini adalah tertua dan terluas pengunaanya, karena relatif simpel. Ada 5 (lima) metode grafting mekanisme radikal bebas yaitu :

1. Metode Kimia

Radikal kimia dilepaskan oleh inisiator seperti benzoil peroksida (BPO) atau azobisissobutironitril (AIBN).

2. Metode Fotografting

Kelompok khromoponik di polimer menyerap radiasi elektromagnetik pada daerah visible dan elektromagnetik.Hasilnya pemutusan ikatan dan kemudian pada dekomposisi radikal dimana menghasilkan inisiasi grafting

3. Metode radiasi grafting

Pada metode ini kopolimer graft pada daerah radiakal pada rantai polimer dengan energi radiasi yang tinggi pada daerah vakum atau medium lainnya.

4. Metode Plasma Grafting

Grafting plastik seperti fiber dengan pemberian sinar. Dengan suhu rendah merupakan sistem yang kompleks untuk elektron, atom, spesies ionisasi dan pelepasan atom dan molekul.

5. Metode Kimia Mekanik Grafting

Mekanisme yang bersifat reaktif dan ultrasonik menyebabkan polimer mengalami degradasi disebabkan oleh sebuah radikal bebas.

2.9.2. Mekanisme Ionik

Merupakan teknik yang baik untuk persiapan kopolimer graft. Metode ini dibagi 2 (dua) yaitu :

1. Metode Anionik

Graft kopolimerisasi mengalami inisiasi oleh anion dengan reaksi basa dengan asam proton pada rantai utama polimer.

2. Metode Kationik

(20)

2.9.3. Mekanisme Koordinasi

Stereospesifik inisiator memberikan stereo blok kopolimer mengandung rangkaian isotaktik dan heterotaktik.

2.9.4. Mekanisme Coupling

Polimer yang mengandung hidrogen yang aktif digunakan untuk sintesis kopolimer graft. Poli (etilen oksida) adalah grafting yang mudah kedalam nilon (Singh., 1992).

2.10. Fourier transform infrared spectroscopy (FTIR)

Metode ini disebut juga sebagai metode tidak dispersif dimana radiasi yang berasal dari sumber radiasi inframerah dikolomasikan oleh sebuah cermin cekung ke pembagi berkas radiasi, setengah berkas dilewatkan cermin statik dan setengah dilewatkan cermin statik dan setengah berkas lainnya ke cermin gerak. Pergerakan cermin memodulasi semua panjan gelombang (frekuensi) dalam berkas radiasi. Setelah terjadi refleksi pada kedua cermin, kedua berkas tersebut bergabung kembali pada pembagi berkas radiasi.Meskipun cahaya masuk inkoheren, Pemecahan menjadi dua berkas dan penggabungannya kembali pada pembagi menjamin bahwa keduanya dapat bergabung sepertinya koheren. Sebagai hasilnya, kedua berkas panjang gelombangnya dapat berinterferensi dengan kadar yang berbeda. Berkas gabungan itu melalui sel sampel dan sampai ke detektor. Kedua berkas tersebut telah menempuh alur yang tidak sama panjang dengan perbedaan sebesar (Retardasi, kelambatan). Karena tiap panjang gelombang dimodulasi dan dideteksi pada frekuensi yang berbeda, akan terjadi gangguan

noise hanya pada lebar pitanya yang sempit. Sebagai hasilnya betul-betul tidak ada

radiasi baur yang meyertaipengukuran fourier transform. Bebasnya dari radiasi baur merupakan juga salah satu keuntungan fellgett pada spektroskopi inframerah fourier transform (FTIR). Salah satu keuntungan FTIR adalah perekaman spektrum inframerah yang sangat cepat, sehingga memungkinkan merekam komponen senyawa yang dipisahkan pada kromatografi gas (Satiadarma, 2004).

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana persepsi siswa terhadap kepuasan pelayanan pada SMK Nurul Huda Ulak Kembahang II Kabuten Ogan Ilir

Dalam memilih pompa, para pemasok berusaha untuk mencocokan kurva sistim yang diberikan oleh fihak pengguna dengan kurva pompa yang memenuhi kebutuhan

Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan pertolongan-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini yang berjudul “Pengaruh Faktor

Hal ini berarti dapat disimpulkan bahwa media model dapat digunakan dalam meningkatkan kemampuan memasang kancing baju bagi anak tundaksa.. Maka peneliti menyarankan

Untuk meningkatkan hard skills dan soft skills salah satu cara yang dilakukan sekretaris profesional adalah dapat menguasai keterampilan dalam berkomunikasi,

Hipotesis dalam penelitian ini yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara Intensitas Ibadah Shalat dengan Perilaku Agresif, diterima. Semakin tinggi Intensitas Ibadah

Pada tahap perencanaan tindakan dimulai dengan mengidentifikasi masalah yang diteliti berdasarkan observasi lapangan. Kegiatan pada tahap ini dimulai dengan melakukan

Untuk melihat kesetimbangan dalam penggunaan energi pada sistem rotary kiln , di bawah ini akan dibuat diagram Sankey yang menggambarkan data penggunaan energi lengkap pada sistem