THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY, EUSTRESS, AND LIFE SATISFACTION EMPLOYEES
(Study at Among Undergraduates Of College Students At Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
SKRIPSI
Oleh:
DHANTI INDRIATI 20120410058
FAKULTAS EKONOMI
iv
HIDUP PADA KARYAWAN
(Studi pada Mahasiswa Magister Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
THE RELATIONSHIP BETWEEN SELF-EFFICACY, EUSTRESS, AND LIFE SATISFACTION EMPLOYEES
(Study at Among Undergraduates Of College Students At Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)
SKRIPSI
Oleh:
DHANTI INDRIATI 20120410058
FAKULTAS EKONOMI
iv
Maka sesu gguh ya e sa a kesulita ada ke udaha , “esu gguh ya e sa a kesulitan ada kemudahan, Maka apabila engkau telah selesai dari suatu urusan, tetaplah
eke ja ke as u tuk u usa ya g lai , da ha ya kepada tuha u lah e gkau e oho -Al-Insyirah: 5:8-
K o ledge & a a e ess a e ague, a d pe haps ette alled illusio s. E e yo e li es ithi thei su je ti e
-Uchiha Itachi-
Po e is ’t dete i d y you size, ut the size of you hea t a d d ea s -Monkey D Luffy-
Whe thi gs go rong, as they sometimes will; Whe the oad you’ e t udgi g see s all uphill; When the funds are low and the debts are high;
And you want to smile but you have to sigh. When all is pressing you down a bit- Rest if you ust, ut do ’y you uit.
Success is failure turned inside out; The silver tint on the clouds of doubt; And you can never tell how close you are;
It may be near when it seems far. “p sti k to the fight he you’ e ha dest hit- It’s he thi gs go o g that you ust NOT QUIT.
-John Greenleaf Whittier- Too fast to life too you g to die
G-DRAGON
iv
Dengan segala puja dan puji syukur kepada Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang dan atas duku ga da do’a da i o a g-orang tercinta, akhirnya skripsi ini telah dirampungkan dengan baik dan tepat pada waktunya. Oleh karena itu, dengan dipenuhi rasa syukur dan terimakasih saya
persembahkan kepada: Keluarga Tercinta
1. Mama saya tercinta Haidar yang tidak henti-he ti ya e do’a, e gi gatka , e oti asi, dan menghibur saya saat dari mulai menempuh perkuliahan sampai pada proses pengerjaan skripsi. Sosok yang akan selalu menemani saya disaat orang-orang terdekat di dunia inipun tidak ada di samping. Terimakasih atas semua yang telah mama luangkan baik dari segi waktu, emosi, dan materi untuk mencapai kesuksesan anaknya.
2. Bapak saya tercinta Triyana yang walaupun jarang bertemu tetapi peran beliau begitu esa pula te hadap pe didika da sk ipsi saya i i. Te i akasih selalu e do’a, sa a , selalu mengingatkan, memberi masukan, motivasi disaat down dan kerja keras yang Bapak lakukan demi kesuksesan anaknya.
3. Kedua Adik te saya g Dhi ta Dia tika & De i Fadhilah Pi astika ya g selalu e do’a, membantu, dan menyemangati saya walaupun dengan cara yang berbeda.
Terimakasih untuk keluarga kecil yang sangat saya cintai dan kasihi, mungkin saya tidak akan pernah bisa dan mampu untuk membalas budi kepada Mama dan Bapak, tapi saya berjanji untuk menjadi orang yang dibanggakan dan akan selalu mengasihi dan menyayangi keluarga kecil ini.
Bugan Dekkeng
1. Suci Latifah a.k.a Uni U ik. Te i akasih u tuk do’a, oti asi, a tua , da tidak pe ah berhenti untuk mengingatkan tenggat deadline yang saya buat-buat sendiri. Selalu menemani saya tidak hanya disaat senang tetapi disaat terpuruk juga.
2. Zulfika Nanda Hadi a.k.a Julak Ijul. Terimakasih sudah turut membantu dalam proses pembuatan skripsi, menemani dan memberi keberanian menyebarkan kuesioner untuk pertama kalinya. Salah satu orang yang cerewet jika saya menunda-nunda skripsi.
iv ini.
5. Rudi Setyawan a.k.a Julak Rudi. Terimakasih sudah sering saya repotkan dalam hal SEM walaupun ujung-ujungnya saya lebih ahli SEM dari kau hahahaha, selalu mengerjakan skripsi bareng karena dibawah naungan Ayah pembimbing yang sama.
Terimakasih kalian sudah berbagi canda tawa, suka duka, kalian sudah saya anggap saudara sendiri, semoga kita semua menjadi orang yang bisa membanggakan kedua orang tua dan dapat bertemu kembali dilain waktu dan kesempatan.
BOGEMZ
1. Om Arif, Gresia, Om Zein, teteh Fikry, bujah Linggar, aa Ripul, Indah, bunda Bita, mbah Galih, Haryo, Gustian, Erik, dan Ziadi. Terimakasih untuk motivasi, penghibur dan selalu mengingatkan saya dengan deadline skripsi semoga dapat bertemu kembali dilain waktu dan kesempatan.
Geng Merapi
1. Titi Kahandra a.k.a Mba Titi, Rizky Apriani Mulkan a.k.a Kiko Lanjik, Melati Ayu Widati a.k.a Shaggy, Ayuri Nurul a.k.a Te Yur, dan Ayu Levia a.k.a Kak Ay.
Rempong
Te i akasih u tuk Lista, “usi, Puput, I ta , Dessy, Mo a, Vika da “hi ta ya g selalu e do’aka kela a a sk ipsi alaupu dala ja ak ya g egitu jauh :’)
Tim Sukses SEM
Terimakasih sekali untuk Ibu Fauziyah, Alfian, Rudi, Om Arif, Temannya Om Arif dan Bunda Bita yang membantu saya mempelajari dan mengolah SEM.
BIGBANG
Terimakasih lagu-lagu kalian sudah menemani dan memberikan saya semangat. Suami Khayalan
Kwon Ji Yong a.k.a Gdragon, terimakasih selama 8 tahun ini sudah mau membangun ilusi bahtera rumah tangga bersama saya. Pfftt. Hiks.
iv
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERNYATAAN ... iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
INTISARI ... viii
ABSTRACT ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Rumusan Masalah Penelitian ... 9
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12
A. Landasan Teori ... 12
B. Hasil Penelitian Terdahulu Dan Hipotesis ... 25
iv
A. Obyek dan Subyek Penelitian ... 32
B.Jenis Data ... 32
C. Teknik Pengambilan Sampel ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
E. Defnisi Operasional Variabel ... 33
1. Variabel Eksogen ... 33
2. Variabel Endogen ... 34
F. Uji Kualitas Instrumen ... 36
1. Uji Validitas ... 36
2. Uji Realibilitas ... 37
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 38
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47
A. Gambaran Umum Obyek/Subyek Penelitian ... 47
1. Sejarah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ... 47
2. Visi dan Misi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ... 48
a. Visi ... 48
b. Misi ... 48
3. Tujuan Umum ... 49
4. Tujuan Khusus ... 49
iv
2. Uji Realibilitas ... 57
3. Statistik Deskriptif ... 58
C. Hasil Penelitian (Uji Hipotesis) ... 60
1. Pengembangan Model Berdasarkan Teori ... 61
2. Menyusun Diagram Alur (Path Diagram) ... 61
3. Konversi Diagram Alur ke dalam Persamaan Struktural ... 62
4. Input Matrix dan Estimasi Model ... 63
5. Menilai Kriteria Godness of Fit ... 67
6. Pengujian Hipotesis ... 69
D. Pembahasan ... 72
1. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Positif ... 72
2. Pengaruh Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup ... 73
3. Pengaruh Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup ... 74
BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN ... 77
A. SIMPULAN ... 77
B. Keterbatasan Penelitian ... 77
C. Saran ... 78
iv
2.1. Jurnal Pendukung Hipotesis Penelitian ... 26
2.2. Jurnal Pendukung Hipotesis Penelitian ... 28
2.3. Jurnal Pendukung Hipotesis Penelitian ... 30
3.1. Gambar Kuesioner Penelitian ... 34
3.2. Indeks Pengujian Kelayakan Model ... 47
4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 51
4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Kelamin ... 53
4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendapatan ... 54
4.4. Hasil Uji Validitas ... 56
4.5. Hasil Uji Reliabilitas ... 57
4.6. Statistik Deskriptif Variabel Self-Efficacy ... 58
4.7. Statistik Deskriptif Variabel Stres Positif ... 59
4.8. Statistik Deskriptif Variabel Kepuasan Hidup ... 60
4.9. Hasil Pengujian Normalitas Data ... 64
4.10. Hasil Jarak Mahalanobis ... 66
4.11. Hasil Pengujian Kelayakan Model Struktural ... 67
4.12. Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian ... 70
iv
4.1. Usia Responden ... 52
4.2. Jenis Kelamin Responden ... 53
4.3. Pendapatan Responden ... 54
4.4. Diagram Jalur SEM ... 62
ix
The purpose of this research is to identify therelationship between of Self-Efficacy, Eustress, and Life Satisfaction. Information of this research is useful for employee who study at undergraduate of college students at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta and organization (University) as a consideration base to improve Self-Efficacy, Eustress, and Life Satisfaction. The subject in this research is employee who study at undergraduate of college students at Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Convenience Sampling is the method that used in this research. The method to collect data is by spreading the questionnaire, and through this method, research gained 103 employee as respondent. The data is analyzed by Structural Equation Modelling (SEM).
The results of this research shows that the Self-Efficacy has a positive and significant effect on Eustress, Eustress has a positive and significant effect on Life Satisfaction, and Self-Efficacy has a negative and significant effect on Life Satisfaction.
1 A. LATAR BELAKANG PENELITIAN
Di dalam dunia kerja, seseorang dituntut untuk mampu dalam beradaptasi,
baik untuk bekerja secara individu maupun tim, menambah nilai perusahaan, dan
bahkan melakukan yang terbaik untuk perusahaan. Untuk beberapa pekerjaan
maupun pangkat tertentu, perusahaan atau lembaga memiliki
kualifikasi-kualifikasi yang ditujukan kepada perkerjanya, dari beberapa kualifikasi-kualifikasi tersebut
salah satunya ialah memiliki gelar S2 (Magister). Jika karyawan tersebut
menginginkan kenaikan pangkat maupun diterima untuk pangkat yang bisa
dibilang bergengsi di perusahaan, maka wajib bagi mereka untuk menempuh
pendidikan S2. Tidak sedikit pula karyawan yang melanjutkan S2 (Magister)
dengan niatan untuk mempelajari ilmu yang diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan mengembangkan kemampuannya dalam pekerjaan, yang tentu
saja fakultas yang diambil disesuaikan dengan pekerjaannya. Terkadang kita
menemukan bahwa keinginan karyawan untuk menempuh S2 (Magister) seraya
bekerja itu sendiri muncul dari individu maupun rekomendasi dari perusahaan
tempat seseorang bekerja.
Dalam hal ini, tentu saja karyawan akan mempunyai peran ganda, yaitu
tentulah mempunyai bentuk dan tanggung jawab yang berbeda-beda. Karyawan yang
ingin menempuh S2 (Magister) pastilah sebelumnya harus mengetahui sebab-akibat
yang akan dihadapi jika nantinya akan menempuh S2 (Magister). Kemampuan dalam
mengelola tanggung jawab dan waktu antara pekerjaan dan perkuliahan haruslah
dimiliki oleh seorang karyawan yang ingin bekerja seraya menempuh perkuliahan.
Sebuah bentuk rasa Self-Efficacy berperan penting terhadap pencapaian
kemampuan dan pencapaian kesuksesan lebih lanjut. Self-Efficacy ialah keyakinan
seseorang terhadap kemampuannya atau percaya diri dengan apa yang dimilikinya
dalam menjalani tugas tertentu. Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) kata
efficacy diartikan sebagai kemujaraban atau kemanjuran. Maka secara harfiah
Self-Efficacy dapat diartikan sebagai kemujaraban diri, menurut Bandura dan Wood, (1989
dalam Swanepoel, S et al., 2015). Menurut Bandura (1997 dalam Suprapti V dan Putri
Dian Ayusta, 2014) menyatakan Self-Efficacy adalah penilaian terhadap seberapa baik
seseorang dapat bertindak dengan cara tertentu agar dapat bertemu tujuan yang
diinginkan atau mengatasi situasi stress dengan efektif. Bandura juga mengartikan self
efficacy sebagai keyakinan seseorang pada kemampuannya dalam melakukan sesuatu
dan muncul dari berbagai macam sumber termasuk prestasi dan kegagalan personal
yang pernah dialami, melihat orang yang sukses atau gagal serta persuasi verbal
Dalam (Jacob et al, 2013) Efficacy adalah persepsi mengenai seberapa bagus diri
dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Self-Efficacy berhubungan dengan keyakinan
bahwa diri memiliki kemampuan tindakan yang diharapkan. Self-Efficacy adalah
penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan bisa atau tidak bisa mengerjakan
sesuai dengan yang dipersyaratkan. Self-Efficacy ini berbeda dengan aspirasi
(cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya (dapat
dicapai), sedang Self-Efficacy menggambarkan penilaian kemampuan diri. Perubahan
tingkah laku dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (
Self-Efficacy). Karyawan yang menempuh S2 (Magister) dengan dibekali sedikit keahlian
dan terganggu oleh ketidakyakinan diri, menemukan banyak aspek dalam hidupnya
penuh dengan stres.
Terdapat banyak cara keyakinan Self-Efficacy menyumbang terhadap
pengembangan dan kesuksesan seseorang dalam menguasai suatu keahlian. Pada fase
awal, Self-Efficacy menentukan seberapa baik mengembangkan dasar kognisi,
manajemen diri, dan keahlian interpersonal. Keyakinan itu juga ada hubungannya
dengan pengelolaan stres yang baik dibutuhkan oleh karyawan yang sudah bekerja
seraya menempuh pendidikan S2 (Magister).
Dewasa ini ada banyak orang yang sudah memiliki pekerjaan seraya menempuh
pendidikan S2, dan pastilah stres yang didapat akan bertambah yang akan memicu
yang akan membuat timbulnya stress pada pekerjaan dan perkuliahan. Stress
dibutuhkan untuk menghasilkan prestasi yang tinggi, karenanya tingkat stress yang
optimal dibutuhkan agar selalu bersemangat dan termotivasi dalam bekerja (Shkulaku,
2015).
Menurut Selye, (1976 dalam Shkulaku, 2015) mengkaitkan definisi stres dengan
kehidupan organisasi, stres sebagai pola emosi dan reaksi fisik yang terjadi sebagai
respon terhadap tuntutan yang berasal dari dalam maupun luar organisasi. Kedua jenis
stres dapat didefinisikan sebagai aspek-aspek positif dan negatif dari stres
masing-masing (McGowan et al., 2006). Lebih khusus lagi, Stres Positif adalah “respon
psikologis yang positif untuk stressor” sedangkan stres negatif adalah “sebuah respon
psikologis negatif terhadap stressor” Simmons, (2000 dalam O’Sullivan, 2011).
Dalam(Hargrove, 2015) biasanya stress bisa datang kapan saja dengan cara yang
tidak kita duga-duga. Stress sendiri terbagi menjadi 2 (dua) jenis, yaitu Stres Positif
dan Stres negatif. Stres Positif merupakan bentuk stress yang positif dan tidak
menyebabkan efek yang berbahaya baik bagi tubuh dan mental maupun dampaknya
terhadap lingkungan sekitar. Stress ini dapat membuat seseorang untuk bekerja dengan
lebih baik. Jenis stress ini dapat memiliki efek positif pada kesehatan seseorang dan
kinerja individu. Stres negatif sendiri merupakan sisi negatives bagi kesehatan mental
maupun kemarahan, dan tentu saja akan sangat berpengaruh terhadap kegiatan maupun
kualitas pekerjaan seseorang.
Berkaitan dengan mengatasi stress, telah menunjukkan bahwa “Self-Efficacy
dianggap membantu untuk menjelaskan fenomena yang beragam seperti perubahan
perilaku, tingkat reaksi stres fisiologis, regulasi diri perilaku yang keras kepala, dan
berusaha keras terhadap tujuannya” Bandura (2006 dalam Swanepoel, S et al., 2015).
Ini adalah alasan kenapas Self-Efficacy penting untuk mempertimbangkan Stres Positif
pada tingkat akademik. “Self-Efficacy dan harapan itu saling terkait tetapi tidak identic.
Keduanya terkait dengan inti pusat harapan dan dikonseptualisasikan sebagai set
kognitif yang (a) berkaitan dengan hasil individu (b) berkaitan dengan masa depan (c)
merupakan penentu kuat dari perilaku” (Zhdanov dan Kupriyanov, 2014).
Dalam meta-analisis dari 114 studi, Luthans, (2002 dalam O’Sullivan, 2011)
menemukan “Hubungan yang lebih kuat antara efikasi dan prestasi kerja yang terkait
dari konsep popular lainnya”. Melalui meta analisis pula, peneliti Stajkovic dan
Luthans menemukan korelasi yang signifikan antara kinerja dan skor Self-Efficacy
menurut (Swanepoel, S et al., 2015).
Karyawan yang sedang menempuh jenjang pendidikan S2 dirasa penting untuk
memiliki Self-Efficacy yang tinggi. Keyakinan dalam menjalankan pekerjaan dan dunia
dirinya sendiri pastilah akan dengan mudah menjalankan tugas dalam pekerjaan
maupun dalam akademik.
Kepuasan hidup dapat mencerminkan pengalaman-pengalaman yang
mempengaruhi seseorang pada jalan yang positif. Pengalaman-pengalaman tersebut
mampu untuk memotivasi orang-orang untuk mengejar dan mencapai tujuan mereka
dalam (Bailey, 2007). Menurut Diener, (1984 dalam Khan & Ansari, 2015)
menegaskan seseorang itu perlu melihat kepada aspek kepuasan hidupnya secara
kognitif dan menyeluruh. Dalam (Pavot dan Diener, 2013) menyatakan kepuasan hidup
sebagai penilaian secara keseluruhan terhadap perasaan dan sikap seseorang berkaitan
dengan kehidupannya pada suatu waktu.
Kepuasan hidup didefinisikan sebagai penilaian seseorang terhadap
kehidupannya secara menyeluruh. Merupakan penilaian terhadap kualitas hidup
seorang individu berdasarkan kepada kriteria yang dipilih oleh individu itu sendiri
(Diener, 1993) dalam (Zuria dan Salleh, 2009). Dalam hal ini, pengalaman dalam
menempuh jenjang S2 pastinya akan menambah pengaruh positif terhadap pekerjaan
maupun karir seseorang. Tentu saja akan berdampak baik bagi kepuasan hidup
seseorang. Jika kepuasan hidup seseorang sudah tercapai maka akan memberikan
semangat dan juga mempermudah untuk meraih harapan dalam hidup.
Menurut Hampton, (2000 dalam Khan & Ansari, 2015) menemukan bahwa status
Hampton mengatakan bahwa status kesehatan memiliki korelasi parsial tertinggi
dengan kepuasan hidup dan selanjutnya diikuti dengan Self-Efficacy. Dalam sebuah
studi yang dilakukan pada 204 mahasiswa, Magaletta dan Oliver didistribusikan Hope
Scale, Self-Efficacy Scale, General Well Being Questionaire, dan Life Orientation Test
Scale (Uji Orientasi Hidup Kesejahteraan Umum) dan menemukan korelasi positif
antara semua empat skala. Dalam hal ini, sangat penting untuk mempelajari
variabel-variabel ini di tingkat universitas karena efek yang mendalam bahwa stres dimiliki oleh
mahasiswa (Shaikh dan Deschamps, 2006).
Sekarang ini, banyak sekali para karyawan yang menjalankan peran sebagai
mahasiswa S2. Setiap karyawan pastilah memiliki alasan yang berbeda-beda pada saat
ingin menjalankan peran mahasiswa disela-sela tanggung jawab pekerjaan yang ada.
Alasan yang paling sering ditemui diantaranya ialah agar karir atau pangkat lebih cepat
mengalami kenaikan, ingin menambah kompetensi keilmuan yang lebih spesifik,
merasa memiliki waktu luang untuk melanjutkan kegiatan akademik, dan masih
banyak lagi.
Dalam menjalankan dua peran yang ada, pastilah seorang karyawan yang
mengambil S2 memiliki tekanan yang lebih dibandingkan dengan mahasiswa S2 yang
belum bekerja. Bermacam-macam kendala dan hilangnya motivasi ditengah-tengah
perjalanan akademik terkadang menjadi penyebab hilangnya semangat dalam bekerja
kurangnya manajemen waktu yang baik antara urusan pekerjaan maupun perkuliahan,
fisik yang tidak stabil karena dikarenakan banyaknya tekanan dan tidak cukup waktu
untuk beristirahat, dana yang kurang diperhitungkan, maupun ketidakfokusan saat
bekerja dikarenakan stress yang dialami di pekerjaan dan aktivitas akademik.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta adalah salah satu perguruan tinggi di
Yogyakarta yang beralamat di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Kasihan, Bantul, DI Yogyakarta. Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta terakreditasi “A” dengan SK BAN PT No.061/SK/BAN
-PT/Ak-IV/PT/II/2013. UMY memiliki misi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual
maupun sosial.
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta ialah perguruan tinggi swasta islam
yang memiliki misi untuk menghasilkan lulusan yang memiliki integritas kepribadian
dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual maupun sosial. Seperti
yang kita ketahui di atas bahwa mahasiswa perguruan tinggi islam harus memiliki
integritas kepribadian dan moralitas yang islami dalam konteks kehidupan individual
maupun sosial. Untuk level Magister sendiri permasalahan dalam perkuliahan dirasa
lebih kompleks daripada S1. Dikarenakan kebanyakan mahasiswa Magister sudah
perkuliahan. Misalnya seperti tanggung jawab pekerjaan maupun kegiatan rumah
tangga.
Berdasarkan hal tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai
Hubungan Stres Positif, Self-Efficacy dan Kepuasan Hidup pada mahasiswa yang sudah
bekerja. Dalam hal ini, karyawan dituntut untuk bagaimana menempuh studi S2 dan
mampu mengelola stress yang dihasilkan ke dalam bentuk Stres Positif. Mempercayai
diri akan kemampuan yang dimiliki juga merupakan salah satu hal yang harus dimiliki
mahasiswa. Semua hal tersebut diharapkan dapat mendorong mahasiswa untuk
mendapatkan kepuasan hidup di lingkungan kerja maupun lingkungan akademik.
Penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian sebelumnya oleh
(O’Sullivan, 2011) dengan judul The Relationship Between Hope, Stres Positif,
Self-Efficacy, and Kepuasan Hidup Among Undergraduates.
B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN
Seseorang yang sudah bekerja dan memilih untuk melanjutkan tingkat
pendidikan yang lebih tinggi pastilah memiliki harapan agar dapat lebih maju dari
rekan-rekan kerjanya. Tentu saja dalam mencapai harapan tersebut, mahasiswa
mendapatkan tekanan-tekanan yang menyebabkan stress. Agar berhasil mencapai
harapan yang diinginkan, mahasiswa harus berupaya menjadikan stress tersebut
sebagai stress yang positif. Karena dengan stress yang positif, harapan bisa
Self-Efficacy merupakan kepercayaan diri seseorang terhadap kemampuan yang
dimilikinya. Jika seseorang mempunyai tingkat kepercayaan diri akan
kemampuannya, maka akan dengan mudah mengendalikan stress dan menjadikan
tekanan-tekanan tersebut sebagai stress positif. Stress positif yang di hasilkan oleh
seseorang yang memiliki Self-Efficacy yang tinggi yaitu berupa semangat maupun
kegiatan-kegiatan yang bermanfaat maka akan sangat menunjang kinerja seseorang.
Untuk mendapatkan kepuasan hidupnya, seseorang yang memilih bekerja dan
kuliah harus mampu mengelola stressor. Pada saat segala penyebab stress dan
dampak dari stress yang menyebabkan kehidupan mahasiswa dapat diatasi dengan
baik, maka kepuasan hidup seseorang akan tercapai.
Berdasarkan penjabaran yang dikemukakan pada latar belakang di atas mengenai
hubungan Stres Positif, Self-Efficacy Dan Kepuasan Hidup mahasiswa. Maka dapat
dirumuskan masalah pada penelitian sebagai berikut:
1. Apakah Self-Efficacy mempunyai hubungan terhadap Stres Positif?
2. Apakah Stres Positif mempunyai hubungan terhadap Kepuasan Hidup?
3. Apakah Self-Efficacy mempunyai hubungan terhadap Kepuasan Hidup?
C. TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai
1. Menguji dan menganalisis hubungan Self-Efficacy terhadap Stres Positif
2. Menguji dan menganalisis hubungan Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup
3. Menguji dan menganalisis hubungan Self-Efficacy terhadap Kepuasan Hidup
D. MANFAAT PENELITIAN Kegunaan dari penelitian ini adalah:
1. Bagi Universitas:
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh Universitas sebagai sumbangan pemikiran dan
bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan (dengan memperhatikan bagaimana
Harapan Mahasiswa, Stres Positif, Self-Efficacy dan Kepuasan Hidup).
2. Bagi Karyawan yang Menempuh Pendidikan S2:
Hasil penelitian ini dapat digunakan oleh karyawan sebagai pedoman dan pemikiran
bagaimana mengelola stres dan menggantinya dengan Stres Positif, memiliki
Self-Efficacy, dan tentu saja untuk mencapai kepuasan hidup.
3. Bagi pihak lain:
Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menambah khasanah ilmu pengetahuan,
serta menjadi sumbangsih pemikiran bagi penelitian selanjutnya mengenai kasus yang
12 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Self-Efficacy
Secara kontekstual Bandura, (1994 dalam Swanepoel et al., 2015)
memberikan definisi Self-Efficacy sebagai berikut : Self-Efficacy adalah
keyakinan seseorang mengenai kemampuan yang dimilikinya untuk
menghasilkan tingkatan performa yang telah terencana, dimana kemampuan
tersebut dilatih, digerakkan oleh kejadian-kejadian yang berpengaruh dalam
hidup seseorang. Self-Efficacy didefinisikan sebagai penilaian orang tentang
kapasitas mereka untuk melakukan dan mengatur tindakan yang diperlukan
untuk mencapai kinerja yang telah ditetapkan (Yarar, 2012).
Definisi Self-Efficacy terus berkembang. Menurut Bandura, (1986 dalam
Swanepoel et al., 2015) mengartikan Self-Efficacy sebagai berikut :
Self-Efficacy merupakan keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat
mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu
untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa Self-Efficacy
adalah penilaian seseorang terhadap kemampuan dirinya dalam mengerjakan
a. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Self-Efficacy
Menurut Bandura, (1989 dalam O’Sullivan, 2011) menjelaskan bahwa
efikasi diri mengacu pada keyakinan akan kemampuan individu untuk
menggerakkan motivasi, kemampuan kognitif, dan tindakan yang diperlukan
untuk memenuhi tuntutan situasi. Menurut Bandura, (1994 dalam O’Sullivan,
2011) Faktor-faktor yang mempengaruhi Self-Efficacy dapat dipeoleh dari
lima prinsip sumber informasi, yaitu:
1) Pencapaian kinerja (performance attaiment)
Performance attainment merupakan sumber pengharapan yang utama
karna didasarkan pada pengalaman individu ketika berhasil mengerjakan
sesuatu hal dengan baik. Keberhasilan yang diperoleh akan membawa
seseorang pada tingkat Self-Efficacy yang lebih tinggi, sedang kegagalan akan
merendahkan Self-Efficacy. Pengalaman sukses yang didapatkan seseorang
akan menghasilkan peningkatan Self-Efficacy dan minat pada tugas.
Sebaliknya, kegagalan tugas akan menghasilkan penurunan Self-Efficacy dan
minat pada tugas.
2) Pengalaman orang lain (vicarious experience)
Vicarious experience adalah pengalaman yang didapat ketika indivudu
Individu yang melihat atau mengamati orang lain yang mencapai keberhasilan
dapat menimbulkan persepsi Self-Efficacy-nya. Dengan melihat keberhasilan
orang lain, individu dapat menyakinkan dirinya bahwa ia juga bisa untuk
mencapai hal yang sama dengan orang yang dia amati. Ia juga meyakinkan
dirinya bahwa jika orang lain bisa melakukannya, ia harus dapat
melakukannya. Namun, jika seseorang melihat bahwa orang lain yang
memiliki kemampuan yang sama ternyata gagal meskipun ia telah berusaha
dengan keras, dapat menurunkan penilainya terhadap kemampuan dia sendiri
dan juga akan mengurangi usaha yang akan dilakukan Bandura, (1986 dalam
Thavaraj et al., 2015).
3) Persuasi verbal (verbal persuasion)
Persuasi verbal digunakan untuk memberi keyakinan kepada seseorang
bahwa ia memiliki suatu kemampuan yang memadai untuk mencapai apa yang
ia inginkan. Menurut Bandura, (1986 dalam Thavaraj et al., 2015) individu
yang diarahkan dengan saran, nasihat dan bimbingan dapat meningkatkan
kapasitasnya tentang kemampuan-kemampuan yang dimilikinya sehingga
individu tersebut mencapai tujuan yang diinginkan. Seseorang yang berhasil
diyakinkan secara verbal akan menunjukan usaha yang lebih keras jika
dibandingkan dengan individu yang memiliki keraguan dan hanya memikirkan
4) Dorongan emosional (emotional arousal)
Emotional arousal adalah muncul dan naiknya emosi seseorang ketika
individu berada dalam situasi yang tertekan. Saat berada dalam situasi
tertekan, kondisi emosional dapat mempengaruhi pengharapan individu. Rasa
takut dan cemas akan mengalami kegagalan membuat individu menjadi tidak
yakin dalam menghadapi tugas-tugas berikutnya Bandura, (1986 dalam
Thavaraj et al., 2015).
5) Keadaan dan reaksi fisiologis (physical or affective status)
Seseorang menjadikan keadaan fisiologisnya sebagai sumber informasi
untuk memberikan sumber penilaian terhadap kemampuan dirinya sehingga
berguna dalam melihat apakah tujuan yang akan dicapai sulit, sedang atau
mudah. Individu merasa gejala-gejala somatic atau tegangan yang timbul
dalam situasi yang menekan sebagai pertanda bahwa ia tidak dapat untuk
menguasai keadaan. Jika individu tidak sedang mengalami gejolak perasaan
maka dirinya cenderung akan mampu berpikir relative tenang, jernih dan
terarah.
b. Dimensi Self-Efficacy
Menurut Bandura, (1986 dalam Suprapti V dan Putri Dian Ayusta,
2014) memaparkan bahwa Self-Efficacy pada individu terdiri dari tiga
1) Dimensi magnitude
Dimensi magnitude adalah dimensi yang berhubungan dengan tingkat
kesulitan tugas. Jika seseorang dihadapkan pada tugas-tugas yang disusun
menurut tingkat kesulitan yang ada maka pengharapannya akan jatuh pada
tugas-tugas yang sifatnya mudah, sedang dan sulit. Hal ini akan disesuaikan
dengan batas kemampuan yang dirasakan untuk memenuhi tuntutan perilaku
yang dibutuhkan bagi masing-masing tingkat. Orang yang memiliki
Self-Efficacy tinggi cenderung akan memilih mengerjakan tugas-tugas yang
sifatnya sulit dibandingkan yang sifatnya mudah
2) Dimensi generality
Generality menjelaskan keyakinan individu untuk menyelesaikan
tugas-tugas tertentu dengan tuntas dan baik. Di sini setiap individu memilki
kenyakinan yang berbeda-beda sesuai dengan tugas-tugas yang berbeda pula.
Ruang lingkup tugas-tugas yang dilakukan bisa berbeda dan tergantung dari
persamaan derajat aktifitas, kemampuan yang diekspresikan dalam hal tingkah
laku, pemikiran dan emosi, kualitas dari siuasi yang ditampilkan dan sifat
individu dalam tingkah laku secara langsung ketika menyelesaikan tugas.
Semakin tinggi kemampuan yang dimiliki maka akan semakin tinggi
3) Dimensi strength
Dimensi strength berhubungan dengan derajat kemantapan individu
terhadap keyakinannya. Dimensi ini berkaitan dengan dimensi magnitude
dimana semakin tinggi taraf kesulitan tugas tyang dihadapi maka akan
semakin lemah keyakinan yang dirasakan untuk menyelesaikannya.
Berkaitan dengan mengatasi stres, telah menunjukkan bahwa “
Self-Efficacy dianggap membantu untuk menjelaskan fenomena yang beragam
seperti perubahan perilaku, tingkat reaksi stres fisiologis, regulasi diri perilaku
yang keras kepala, dan berusaha keras terhadap tujuannya” Bandura, (1982
dalam Swanepoel et al., 2015) ini adalah alasan kenapa Self-Efficacy penting
untuk mempertimbangkan Stres Positif pada tingkat akademik. “Self-Efficacy
dan harapan itu saling terkait tetapi tidak identic.
Keduanya terkait dengan inti pusat harapan dan dikonseptualisasikan
sebagai set kognitif yang (a) berkaitan dengan hasil individu (b) berkaitan
dengan masa depan (c) merupakan penentu kuat dari perilaku” Magaletta and
Oliver, (1999 dalam Swanepoel et al., 2015). Ketika mempertimbangkan
Stres, Harapan juga telah dikaitkan dengan Self-Efficacy, konsep penting yang
akan dibahas dalam penelitian ini. Menurut Albert Bandura, “dirasakan bahwa
Self-Efficacy berkaitan dengan keyakinan orang pada kemampuan mereka
c. Dampak Self-Efficacy
Self-Efficacy memiliki dampak pada emosi pola piker reactionansand
individu. Self-Efficacy juga dapat digambarkan sebagai fungsi dari
kepercayaan diri dengan mana individu dapat menyelesaikan tugas (Bandura,
2006). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketekunan tinggi yang
berhubungan dengan Self-Efficacy paling pasti akan menyebabkan
peningkatan kinerja dan produktivitas. Self-Efficacy telah terbukti menjadi
pengukuran yang baik dan dapat digunakann untuk memprediksi hasil
perilaku jika dibandingkan dengan membangun motivasi lain, terutama dalam
bidang psikologi dan pendidikan (Thavaraj, 2015).
2. Stres Positif
Dalam (McGowan, 2006) stress dapat di definisikan sebagai “hubungan
antara seseorang dengan lingkungan yang dinilai dari seseorang sebagai beban
dan mengancam kesehatan seseorang. Dalam beberapa type stress yang ada,
akan ada dua type stress yang akan di bahas pada penelitian ini yaitu: Stres
Positif dan stres negatif. Terdapat dua type stress yang di bedakan menjadi
stress positif dan stress negative. Menurut Simmons, (2000 dalam Hargrove1,
2015) lebih spesifiknya, Stres Positif adalah “respon positif terhadap stresor”
dimana stres negatif yaitu “ respon negatif terhadap stressor”.
Stres pada dasarnya tidak berdampak buruk bagi para pekerja, walaupun
stres sering disebut dalam konteks negatif, stres juga memiliki nilai positif,
potensi. Selye (dalam Nizami & Nisa, 2014) membedakan antara stres negatif
yaitu stres yang bersifat destruktif, dan Stres Positif yaitu merupakan
kekuatan yang positif. Stres Positif mengandung suku awal yang dalam
bahasa Yunani berarti "baik". Aspek positif dari stres (Stres Positif) itu akan
kita temukan kalau dilihat dari kegunaannya dan kesediaan kita dalam
menggunakannya. (Simons & Nelson, 2007), mereka juga menyatakan bahwa
Stres Positif mencerminkan sejauh mana individu menilai situasi atau saat
yang menguntungkan sebagai potensi untuk meningkatkan kesejahteraan
mereka. Positive affect, meaningfulness, manageability, and hope dapat
menjadi indikator yang baik dari Stres Positif.
Menurut definisi (Canadian Centre for Occupational Health and Safety,
1999), stres adalah tekanan dari luar yang biasa membuat seseorang merasa
tertekan. Tekanan yang menyebabkan orang stres adalah tekanan yang
sifatnya mengancam (threaten), tekanan yang sifatnya menakutkan atau
mengerikan (scare), tekanan yang sifatnya mengkhawatirkan (worry), dan
tekanan yang sifatnya menyakitkan.
Beberapa penelitian memeriksa performa akademik di populasi umum
pada universitas menggunakan rata-rata tingkat mereka untuk mengukur
performa akademik mereka, dalam (Mani V, 2010). Pada umumnya,
berkenaan dengan stress pada universitas telah menyatakan untuk bisa
pertama mereka berada di tahun pertama pembelajaran, dalam (Mani V,
2010).
Stres juga biasa diartikan sebagai tekanan, ketegangan atau gangguan
tidak menyenangkan yang berasal dari luar diri seseorang. Selain itu (Quick,
2014) mengatakan Stres Positif, yaitu hasil dari respons terhadap stres yang
bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun). Menurut Cooper,
(1995 dalam Shkulaku, 2015) mengemukakan gejala stres dapat berupa
tanda-tanda berikut ini:
1) Fisik, yaitu napas memburu, mulut dan kerongkongan kering, tangan
lembab, merasa panas, otot-otot tegang, pencernaan terganggu, sembelit,
letih yang tidak beralasan, sakit kepala, salah urat, dan gelisah.
2) Perilaku, yaitu perasaan bingung, cemas dan sedih, jengkel, salah paham,
tidak berdaya, tidak mampu berbuat apa-apa, gelisah, gagal, tidak
menarik, kehilangan semangat, sulit konsentrasi, sulit berpikir jernih, sulit
membuat keputusan, hilangnya kreativitas, hilangnya gairah dalam
penampilan dan hilangnya minat terhadap orang lain.
3) Watak dan kepribadian, yaitu sikap hati-hati menjadi cermat yang
berlebihan, cemas menjadi lekas panic, kurang percaya diri menjadi
Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi yang
diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan
tingkat performance yang tinggi.
b. Faktor-Faktor Stres Positif
Menurut Luthans, (1992 dalam Hargrove et al., 2015) menyebutkan
bahwa faktor-faktor penyebab (Stressors) terdiri atas empat hal utama, yakni:
(1) Extra organizational stressors, yang terdiri dari perubahan soal teknologi,
keluarga, relokasi, keadaan ekonomi dan keuangan, ras dan kelas, dan
keadaan komunitas atau tempat tinggal.
(2) Organizational stressors, yang terdiri dari kebijakan organisasi, struktur
organisasi, keadaan fisik dalam organisasi, dan proses yang terjadi dalam
organisasi.
(3) Group stressors, yang terdiri dari adanya kebersamaan dalam group, dukungan
sosial, serta adanya keselarasan intraindividu, interpersonal, dan intergroup.
(4) Individual stressors, yang terdiri dari tidak adanya konflik dan kejelasan
peran, serta individu seperti pola kepribadian Tipe A, control personal,
Self-Efficacy, dan daya tahan psikologis.
(5) Hasil dari stres yang menyehatkan, positif dan konstruktif dan respon stres
c. Dampak Stres Positif
Ada dua tingkatan stress yaknis Stres Positif dan stres negatif. Stres
Positif ialah stress yang memiliki dampak yang baik bagi orang yang
mengalaminya. Stres Positif sendiri berasal dari kata “eu” yang berarti “baik”
dalam bahasa Yunani. Ide Stres Positif sebagai “stres yang baik” berkaitan
dengan Hukum Yerkes-Dodson, yang menyatakan bahwa “peningkatan stres
bermanfaat untuk kinerja sampai tercapainya beberapa tingkat optimal..”
menurut Le Fevre (2003 dalam Zhdanov & Kupriyanov, 2014).
Stres Positif adalah stress positif yang terjadi ketika tingkat stress
cukup tinggi untuk memotivasi agar bertindak untuk mencapai sesuatu. Stres
Positif juga menguntungkan bagi kesehatan seperti latihan fisik atau mencapai
promosi. Stres Positif sangat bermanfaat bagi diri seseorang untuk
mengembangkan diri, meningkatkan kinerja dan kepuasan kerja.
3. Kepuasan Hidup
Kepuasaan hidup dapat didefinisikan sebagai “sejauh mana
pengalaman hidup individu memenuhi keinginan dan kebutuhan, baik secara
fisik dan psikologis” Demerouti, (2000 dalam O’Sullivan, 2011). Sedangkan
Diener et al., (1985 dalam Khan et al., 2015) mendefinisikan kepuasan hidup
sebagai penilaian menyeluruh terhadap kualitas kehidupan seseorang
Sedangkan Diener, (1984 dalam Khan et al., 2015) menegaskan
seseorang itu perlu melihat kepada aspek kepuasan hidupnya secara kognitif
dan menyeluruh. Menurut (Pavot dan Diener, 2013) menyatakan kepuasan
hidup sebagai penilaian secara keseluruhan terhadap perasaan dan sikap
seseorang berkaitan dengan kehidupannya pada suatu waktu. Sementara itu
(Lyubomirsky & Diener, 2006) menyatakan kepuasan hidup seseorang itu
merujuk kepada penerimaan seseorang terhadap keadaan kehidupannya serta
sejauh mana seseorang itu dapat memenuhi apa yang dikehendakinya secara
menyeluruh.
a. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Hidup
Menurut Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al., 2014) beberapa faktor
yang mempengaruhi kepuasan hidup pada seorang individu antara lain:
1) Kesehatan
Kesehatan yang baik memungkinkan individu pada usia berapa pun
dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidak
mampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi
keinginan dan kebutuhan individu Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al.,
2) Jenis pekerjaan
Menurut Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al., 2014), semakin
rutin sifat pekerjaan dan semakin sedikit kesempatan untuk otonomi
dalam pekerjaan, semakin kurang memuaskan. Hal ini dapat dilihat pada
tugas sehari-hari yang diberikan kepada anak-anak dan juga pekerjaan
orang-orang dewasa.
3) Status kerja
Baik di bidang pendidikan maupun pekerjaan, semakin berhasil
seseorang melaksanakan tugas semakin hal itu dihubungkan dengan 12
prestise maka, semakin besar kepuasan yang ditimbulkan Hurlock, (1980
dalam Sankaran et al., 2014).
4) Kondisi kehidupan
Jika pola kehidupan memungkinkan seseorang untuk berinteraksi
dengan orang-orang lain baik di dalam keluarga maupun dengan
teman-teman dan tetangga di dalam masyarakat, maka kondisi demikian
memperbesar kepuasan hidup Hurlock, (1980 dalam Sankaran et al.,
2014).
5) Keseimbangan antara Harapan dan Pencapaian
Jika harapan-harapan itu realistis, orang akan puas dan bahagia
b. Dampak Kepuasan Hidup
Argyle dan Serafino (dalam Carr, 2004) yang menyatakan bahwa dampak
jangka pendek dari olahraga adalah dapat menimbulkan emosi positif yaitu dengan adanya
pengeluaran endorphin di otak. Kesehatan yang baik memungkinkan orang pada
usia berapa pun dapat melakukan aktivitas. Sedangkan kesehatan yang buruk
atau ketidakmampuan fisik dapat menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi
keinginan dan kebutuhan individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia Hurlock,
(1980 dalam Sankaran et al., 2014).
Hubungan sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap life satisfaction.
Individu yang memiliki kedekatan dengan orang lain, memiliki teman dan keluarga
yang supportif cenderung puas akan seluruh kehidupannya (Diener, 2009).
B. Hasil Penelitian Terdahulu dan Hipotesis
1. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Stres Positif
Self-Efficacy adalah keyakinan bahwa seseorang memiliki
kemampuan untuk melaksanakan jalannya tindakan yang diperlukan untuk
mengelola situasi yang akan terjadi. Berkaitan dengan mengatasi stres, telah
menunjukkan bahwa “dirasakan Self-Efficacy dapat membantu untuk
menjelaskan fenomena yang beragam seperti perubahan perilaku, tingkat
(Bandura, 1982). Hal ini untuk alasan ini bahwa Self-Efficacy penting untuk
dipertimbangkan ketika belajar Stres Positif di tingkat akademis.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Self-Efficacy
mempengaruhi interaksi antara pengalaman stress dan kesehatan mental
Jerusalem and Schwarzer, 1992; Moeni et al., (2008 dalam Nizami & Nisa,
2014). Selain itu penelitian yang dilakukan oleh (Jonatha, 2010) menemukan
bahwa Self-Efficacy dapat mengurangi efek negatif dari manifestasi stress
seperti yang ditunjukkan oleh indeks dari tekanan psikologis pada psikologis,
[image:40.612.131.526.386.670.2]emosional dan kesejahteraan sosial.
Tabel 2.1 Pendukung Penelitian
No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Jerusalem dan
Schwarzer, 1992; Moeni et al., (2008, dalam Mehmoodun Nisa & Naheed Nizami, 2014)
Influence of Sources of Stress on Mental Health in Youth: A Key Role of General Self-Efficacy as Protective Factor Self-Efficacy, Stres Positif Self-Efficacy mempengaruhi interaksi antara pengalaman stress dan kesehatan mental
2. Jonathan dan Redelinghuys (2010, dalam Mehmoodun Nisa& Naheed Nizami, 2014)
Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis pertama
penelitian sebagai berikut:
H1: Terdapat pengaruh positif signifikan antara Self-Efficacy terhadap Stres
Positif
2. Pengaruh Stres Positif terhadap Kepuasan Hidup
Mencapai kepuasan hidup merupakan harapan dari setiap manusia, tak
terkecuali pada karyawan yang menempuh S2. Kepuasan hidup erat kaitannya
dengan kebahagiaan atau secara ilmiah disebut subjective well-being.
Kepuasan merupakan salah satu dari dimensi dari subjective well-being. hal
yang berkaitan dengan kebahagiaan dan kepuasan hidup adalah penilaian
subjektif individu mengenai kesehatannya dan bukan atas penilaian objektif
yang didasarkan pada analisa medis (Diener, 2013).
Dampak jangka pendek dari olahraga adalah dapat menimbulkan
emosi positif yaitu dengan adanya pengeluaran endorphin di otak. Kesehatan
yang baik memungkinkan orang pada usia berapa pun dapat melakukan
aktifitas. Sedangkan kesehatan yang buruk atau ketidakmampuan fisik dapat
menjadi penghalang untuk mencapai kepuasan bagi keinginan dan kebutuhan
individu, sehingga menimbulkan rasa tidak bahagia (Hurlock, 2009).
Kepuasan hidup digambarkan sebagai bentuk penilaian individu secara
menyeluruh dalam menilai puas atau tidaknya kehidupan yang dialaminya
Tabel 2.2 Pendukung Penelitian No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Geraldine
O’Sullivan (2011)
The Relationship Between Hope, Stres Positif, Self-Efficacy, and Kepuasan Hidup Among Undergraduates. Stres Positif, Kepuasan Hidup Penelitian
sebelumnya telah menunjukkan
hubungan positif antara harapan, Stres Positif, dan self -efficacy, penelitian ini meneliti jika harapan, Stres Positif, dan self -efficacy dapat digunakan untuk memprediksi
kepuasan hidup (O’Sullivan, 2011)
Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis kedua penelitian
sebagai berikut:
H2 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Stres Positif terhadap
Kepuasan Hidup
3. Pengaruh Self-Efficacy terhadap Kepuasan Hidup
Menurut (Woolfolk, 2004) Self-Efficacy adalah kepercayaan mengenai
kompetensi personal dalam sebuah situasi khusus. Tingkat keberhasilan
individu ketika memecahkan masalah penting dalam kehidupannya juga
mempengaruhi kebahagiaan dan menentukan kepuasan hidup individu
Dalam meta-analisis dari 114 studi Luthans, (2000 dalam O’Sullivan,
2011) menemukan “Hubungan yang lebih kuat antara efikasi dan prestasi
kerja yang terkait dari konsep popular lainnya”. Melalui meta analisis pula,
peneliti Stajkovic dan Luthans menemukan korelasi yang signifikan antara
kinerja dan skor Self-Efficacy menurut Stajkovic dan Luthans, (1998 dalam
Swanepoel et al., 2015).
Menurut Hampton, (2000 dalam Khan et al., 2015) studi pada 100
orang China secara individual dengan cedera tulang belakang menemukan
bahwa Self-Effiacy berhubungan baik dengan kualitas hidup dan kepuasan
hidup pasien yang diuji. Selain itu Hampton, (2000 dalam Khan et al., 2015)
menemukan bahwa “Self-Efficacy dan status kesehatan secara signifikan
berkorelasi dengan kepuasan hidup”. Selanjutnya, penyumbang utama
kepuasan hidup adalah Self-Efficacy, yang memiliki korelasi parsial tertinggi
dengan kepuasan hidup setelah status kesehatan dan variable demografis
dikendalikan.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Risemberg dan
Zimmerman, (1992 dalam O’Sullivan, 2011) digunakan analisis jalur
menunjukkan bahwa pembelajaran mandiri itu dipengaruhi oleh Self-Efficacy
akademik. Hasil diilustrasikan bahwa Self-Efficacy dilakukan untuk
mempengaruhi prestasi dengan cara yang signifikan dan juga mengangkat
tujuan siswa untuk prestasi akademik Risemberg dan Zimmerman, (1992
Tabel 2.3 Pendukung Penelitian No Peneliti Judul Penelitian Variabel Hasil 1. Masaud Ansari,
Dr. Kr. Sajid Ali Khan (2015)
Self-Efficacy as a
Predictor of
Kepuasan Hidup among Undergraduate Students Self-Effiacy, Kepuasan Hidup
Self-Efficacy dan status kesehatan secara signifikan berkorelasi dengan kepuasan hidup
2. O’Sullivan (2011)
The Relationship Between Hope, Stres Positif, Self-Efficacy, and Kepuasan Hidup Among
Undergraduates
Self-Effiacy, Kepuasan Hidup
Bahwa pembelajaran mandiri itu dipengaruhi oleh Self-Efficacy
akademik. Hasil diilustrasikan bahwa self-effiacy
dilakukan untuk mempengaruhi prestasi dengan cara yang signifikan dan juga mengangkat tujuan siswa untuk prestasi akademik. Berdasarkan uraian diatas maka dirumuskan hipotesis ketiga
penelitian sebagai berikut:
H3 : Terdapat pengaruh positif signifikan antara Self-Efficacy terhadap
Kepuasan Hidup
1. Model Penelitian
Dari apa yang telah di uraikan diatas, maka peneliti menentukan model
Dari model penelitian yang telah dipaparkan, maka dapat dijelaskan bahwa
Self-Efficacy sebagai pengaruh terhadap Stres Positif, Stres Positif sebagai pengaruh
dari terhadap Kepuasan Hidup, dan Self-Efficacy sebagai pengaruh dari
Self-Efficacy terhadap Kepuasan Hidup.
Stres Positif
SELF
-EFFICACY
Kepuasan
Hidup
H1 H2
H3
[image:45.612.132.523.109.292.2]32 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Obyek & Subyek Penelitian
Obyek dari penelitian ini yaitu Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta dan subyeknya ialah para Mahasiswa Magister UMY. Alasan
mengapa peneliti memilih subyek tersebut karena peneliti menemukan bahwa
Hubungan antara Self-Efficacy, Stres Positif, dan Kepuasan Hidup itu lebih
kompleks permasalahnnya di karenakan Mahasiswa Magister sebagian besar
sudah memiliki pekerjaan tetapi harus tetap menyeimbangi kehidupan
pendidikannya.
B. Jenis Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer. Karena di
peroleh langsung dari sumber data yang diperoleh dari jawaban-jawaban
responden yang berkaitan dengan Self-Efficacy, Stres Positif, DanKepuasan
Hidup. Responden itu sendiri ialah Mahasiswa Magister Universitas
C. Teknik Pengambilan Sampel
Populasi pada penelitian ini ialah semua Mahasiswa Magister
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Tahun 2014/2015, 2015/2016, dan
2016/2017 Semester Gasal dan Semester Genap yang sudah bekerja. Hair, et
al. (2004) menemukan bahwa ukuran sampel yang sesuai untuk SEM adalah
100-200.Teknik pengambilan sampel yang di gunakan yaitu convenience
sampling. Convenience Sampling yaitu pengumpulan informasi dari anggota
populasi yang dengan bebas pemilihannya (Uma Sekaran, 2011).
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini di lakukan dengan metode
kuisioner. Kuisioner merupakan metode pengumpulan data dengan cara
mengajukan beberapa pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar. Kuisioner
akan disebar kepada responden yang sesuai dengan kriteria yang sudah
ditentukan sebelumnya.
E. Definisi Operasional Variabel Penelitian
1. Variabel Eksogen (IndependenVariabel)
Menurut Uma Sekaran (2011) variabel bebas adalah variabel yang
terdapat variable bebas, variabel terikat juga hadir, dan dengan setiap unit
kenaikan dalam variabel bebas, terdapat pula kenaikan atau penurunan
dalam variabel terikat. Dengan kata lain, varians variabel terikat
ditentukan oleh variabel bebas. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah Self-Efficacy.
2. Variabel Endogen (Dependent Variabel)
Menurut Uma Sekaran (2011) variabel terikat merupakan variabel
yang menjadi perhatian utama peneliti. Tujuan peneliti adalah memahami
dan membuat variabel terikat, menjelaskan variabilitasnya, atau
memprediksinya. Dengan kata lain, variabel terikat merupakan variabel
utama yang menjadi faktor yang berlaku dalam investigasi. Variabel
terikat dalam penelitian ini adalah Stres Positif dan Kepuasan Hidup
Berikut dibawah ini merupakan definisi operasional dan indikator
[image:49.612.171.533.510.706.2]yang digunakan pada penelitian ini:
Tabel 3.1
Gambar Kuesioner Penelitian
No Variabel Definisi Operasional
Indikator Skor Skala ∑ Item
2.
Self-Efficacy Keyakinan akan kemampuan individu untuk dapat mengorganisasi dan melaksanakan serangkaian tindakan yang dianggap perlu untuk mencapai suatu hasil yang diinginkan, 1. Berpandanga n optimis dalam mengerjakan pekerjaan dan tugas. 2. Seberapa besar minat terhadap pekerjaan dan tugas SS=5 S=4 HS=3 AS=2 TS=1
Bandura (1997) dalam
(Swanepoel et al, 2015) 1. Stres
Positif Hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif (bersifat membangun) Quick dan Quick (1984) dalam
(Hargrove et al, 2015) 1. Mampu mengatasi perubahan stress kearah eustrees 2. Menciptakan lingkungan kerja yang bermanfaat bagi pembentukan Stres Positif 3. Tekanan dalam pekerjaan membuat diri semakin termotivasi 4. Berusaha untuk tidak gagal walaupun berada di dalam tekanan Sel=5 SS=4 Ser=3 KK=2 TP=1
5Likert 14 Item
3. Kepuasan Hidup Penilaian menyeluruh terhadap kualitas kehidupan seseorang berdasarkan kriteria-kriteria yang ditetapkannya sendiri, Diener (1984) dalam (Sajid, 2015) 1. Kesesuaian pencapaian dalam kehidupan dengan keinginan 2. Kehidupan yang sudah sempurna 3. Tidak akan
merubah apapun walaupun kehidupan di ulang kembali SS=5 S=4 HS=3 AS=2 TS=1
5Likert 8 Item
F. Uji Kualitas Instrumen dan Data
1. Uji Validitas
Uji validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang
telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur
secara tepat. Validitas adalah ketepatan dan kecermatan suatu isntrumen
dalam mengukur apa yang ingin diukur. Menurut (Ghozali, 2014)
menyatakan bahwa uji validitas digunakan untuk mengukur sah, atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Suatu instrument dikatakan valid jika pertanyaan
pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh
kuesioner tersebut.
Dalam pengujian instrument pengumpulan data, validitas bisa
dibedakan menjadi validitas faktor dan validitas item. Validitas faktor
diukur bila item yang disusun menggunakan lebih dari satu faktor (antara
faktor satu dengan yang lain ada kesamaan). Pengukuran validitas faktor
ini dengan cara mengkorelasikan antara skor faktor (penjumlahan item
dalam satu faktor) dengan skor total faktor (total keseluruhan faktor),
sedangkan pengukuran validitas item dengan cara mengkorelasikan antara
skor item dengan skor total item.
Validitas item ditunjukkan dengan adanya korelasi atau dukungan
mengkorelasikan antara skor item dengan skor total item. Bila kita
menggunakan lebih dari satu faktor berarti pengujian validitas item dengan
cara mengkorelasikan antara skor item dengan skor faktor, kemudian
dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total faktor,
kemudian dilanjutkan mengkorelasikan antara skor item dengan skor total
faktor (penjumlahan dari beberapa faktor). Dari hasil perhitungan korelasi
akan didapat suatu koefisien korelasi yang digunakan atau tidak. Dalam
penentuan layak atau tidaknya suatu item yang akan digunakan, biasanya
dilakukan uji signifikansi koefisien korelasi pada taraf signifikansi 0,05.
Artinya, suatu item dianggap valid jika berkorelasi signifikan terhadap skor
total (Ghozali, 2014).
2. Uji Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul
data karena instrumen tersebut sudah baik (Ghozali, 2011). Instrumen yang
baik tidak akan bersifat tendensius atau mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang sudah dapat dipercaya,
yang realibel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya. Uji reabilitas
dilakukan dengan menghitung cronbach alpha dari masing-masing
reliabel jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,70 atau dapat dilihat
dari cut off value dari Variance Extracted minimal 0,5 (Ghozali, 2011).
G. Uji Hipotesis dan Analisis Data
Analisis data adalah interprestasi untuk penelitian yang ditujukan untuk
menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian dalam rangka mengungkap
fenomena sosial tertentu (Santoso, 2012). Analisis data adalah proses
penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan
diimplementasikan (Santoso, 2012). Sesuai dengan model yang dikembangkan
dalam penelitian ini maka alat analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah SEM (Structural Equation Modeling), yang dioperasikan melalui program
AMOS.
Peneliti menggunakan program SEM (Structural Equation Modeling)
yang dioperasikan melalui program AMOS. Sebagai sebuah model persamaan
struktur AMOS telah sering digunakan dalam penelitian manajemen. Model
kasualitas AMOS menjelaskan masalah pengukuran dan struktur dan selanjutnya
digunakan untuk menganalisa dan menguji hipotesis. AMOS sesuai bagi
bermacam-macam analisis karena kemampuannya untuk: (1) Mengestimasi
koefisien yang tidak diketahui dari satu set persamaan linier terstruktur, (2)
Mengakomodasi model yang didalamnya termasuk variabel laten, (3)
Mengakomodasi peringatan yang timbal balik, simultan dan saling
ketergantungan. Hal ini seperti yang diterangkan oleh (Ferdinand, 2006).
Kelebihan SEM adalah dapat menganalisa multivariat secara bersamaan.
Sedangkan tujuan penggunaan multivariate adalah untuk memperluas kemampuan
dalam menjelaskan penelitian dan efisiensi statistik.
Penelitian ini menggunakan dua macam teknik analisis yaitu :
a) Analisis faktor konfirmatori (confirmatory factor analysis) pada SEM
yang digunakan untuk mengkonfirmasikan faktor-faktor yang paling
dominan dalam suatu kelompok variabel.
b) Regression Weight pada SEM yang digunakan untuk meneliti seberapa
besar variabel-variabel motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik,
kepuasan kerja, dan kinerja karyawan saling mempengaruhi.
Menurut (Ghozali, 2011), ada tujuh langkah yang harus dilakukan
apabila menggunakan Structural Equation Modeling (SEM) yaitu :
a) Pengembangan model berbasis teori.
Langkah pertama dalam pengembangan model SEM adalah pencarian
atau pengembangan model yang mempunyai justifikasi teoritis yang kuat.
Seorang peneliti harus melakukan serangkaian telaah pustaka yang intens
b) Pengembangan diagram alur (Path diagram) untuk menunjukkan hubungan kausalitas.
Path diagramakan mempermudah peneliti melihat hubungan-hubungan
kausalitas yang ingin diuji. Peneliti biasanya bekerja dengan “construct” atau
“factor” yaitu konsep-konsep yang memiliki pijakan teoritis yang cukup untuk
menjelaskan berbagai bentuk hubungan. Konstruk-konstruk yang dibangun
dalam diagram alur dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu konstruk
eksogen dan konstruk endogen. Konstruk eksogen dikenal sebagai “source
variables” atau “independent variables” yang tidak diprediksi oleh variabel
yang lain dalam model. Konstruk endogen adalah faktor-faktor yang
diprediksi oleh satu atau beberapa konstruk endogen lainnya, tetapi konstruk
eksogen hanya dapat berhubungan kausal dengan konstruk endogen.
c) Konversi Diagram Alur Ke Dalam Serangkaian Persamaan Struktural Dan Spesifikasi Model Pengukuran.
Setelah teori/model teoritis dikembangkan dan digambarkan dakam
sebuah diagram alur, peneliti dapat mulai mengkonversi spesifikasi model
tersebut ke dalam rangkaian persamaan. Persamaan yang akan dibangun
terdiri dari :
(1) Persamaan-persamaan struktural yang dibangun atas pedoman
sebagai berikut :
(2) Persamaan spesifikasi model pengukuran yaitu menentukan
variabel mana mengukur konstruk mana, serta menentukan
serangkaian matriks yang menunjukkan korelasi yang
dihipotesakan antar konstruk atau variabel.
Komponen-komponen ukuran mengidentifikasi latent variables, dan
komponen-komponen structural untuk mengevaluasi hipotesis
hubungan kausal, antara latent variables pada model kausal
dan menunjukkan sebuah pengujian seluruh hipotesis dari
model sebagai satu keseluruhan (Hayduk, 1987 ; Kline, 1996 ;
Loehlin, 1992 ; Long, 1983).
d) Pemilihan Matrik Input Dan Teknik Estimasi Atas Model Yang Dibangun.
SEM hanya menggunakan matrik Varians/Kovarians atau matriks
korelasi sebagai data input untuk keseluruhan estimasi yang dilakukannya.
(Hair et al., 1996) menemukan bahwa ukuran sampel yang sesuai adalah
antara 100–200. Sedangkan untuk ukuran sampel minimum adalah sebanyak 5
estimasi parameter. Bila estimated parameternya berjumlah 20, maka jumlah
sampel minimum adalah 100.
(1) Menilai problem identifikasi
Problem identifikasi pada prinsipnya adalah problem
untuk menghasilkan estimasi yang unik. Bila setiap kali
estimasi dilakukan muncul problem identifikasi, maka
sebaiknya model dipertimbangkan ulang dengan
mengembangkan lebih banyak konstruk.
(2) Evaluasi kriteria Goodness – of - fit
Kesesuaian model dievaluasi melalui telaah terhadap
berbagai kriteria goodness-of-fit. Tindakan pertama adalah
mengevaluasi apakah data yang digunakan dapat memenuhi
asumsi-asumsi SEM yaitu ukuran sampel, normalitas dan
linearitas, outliers dan multicolinearity dan singularity.
Setelah itu melakukan uji kesesuaian dan uji statistik. Beberapa
indeks kesesuaian dan cut-off valuenya yang digunakan untuk
menguji apakah sebuah model diterima atau ditolak yaitu :
(3) χ2 –Chi-square statistic
Model yang diuji dipandang baik atau memuaskan
apabila nilai chisquarenya rendah. Semakin kecil nilai χ2
semakin baik model itu dan diterima berdasarkan probabilitas
dengan cut-off value sebesar p > 0.05 atau p > 0.10 (Hulland et
al, 1996).
(4) RMSEA (The Root Mean Square Error of Approximation)
Merupakan sebuah indeks yang dapat digunakan untuk
(Baumgarther & Homburg, 1996). Nilai RMSEA menunjukkan
nilai goodness-of-fit yang dapat diharapkan bila model
diestimasi dalam populasi (Hair et al, 1995). Nilai RMSEA
yang kecil atau sama dengan 0.08 merupakan indeks untuk
dapat diterimanya model yang menunjukkan sebuah close fit
dari model tersebut berdasarkan degrees of freedom (Browne
& Cudeck, 1993)
(5) GFI (Goodness of Fit Index)
Merupakan ukuran non-statistikal yang mempunyai
rentang nilai antara 0 (poor fit) sampai dengan 1.0 (perfect
fit). Nilai yang tinggi dalam indeks ini menunjukkan sebuah
“better fit”.
(6) AGFI (Adjusted Godness Fit Index)
Tingkat penerimaan yang direkomendasikan adalah bila
AGFI mempunyai nilai sama dengan atau lebih besar dari 0.90
(Hair et al., 1996 ; Hulland et al., 1996).
(7) CMIN/DF
Adalah The minimum sample discrepancy function
yang dibagi dengan degree of freedom nya. CMIN/DF
merupakan statistikchi-square, χ2 dibagi Df nya sehingga
adalah indikasi dari acceptable fit antara model dan data
(Arbuckle, 1997).
(8) TLI (Tucker Lewis Index)
Merupakan incremental index yang membandingkan
sebuah model yang diuji terhadap sebuah baseline model,
dimana nilai yang direkomendasikan sebagai acuan
diterimanya sebuh model adalah ≥0.95 (Hair et al, 1995) dan
nilai yang mendekati 1 menunjukkan a very good fit (Arbuckle,
1997).
(9) CFI (Comparative Fit Index)
Rentang nilai sebesar 0 – 1, dimana semakin mendekati
1, mengindikasikan tingkat fit yang paling tinggi –