Menurut Labib Mz. (1992), shalat adalah amalan dari perkataan dan perbuatan,
yang dimulai dengan takhirotul ihram dan diakhiri dengan salam, dengan syarat
dan rukun yang sudah ditentukan.
Shalat merupakan sarana untuk mencegah seseorang dari perbuatan keji
dan munkar. Sebagaimana bunyi ayat suci al-Qur'an, yaitu:
jfLLalt j g.1 >u-\s\l (jC- <_s£JJ oXt-aH (jl
"Sesungguhnya shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar". (QS. al-Ankabuut: 45)
Dengan menunaikan ibadah shalat secara teratur, dimungkinkan bagi seseorang untuk lebih menyayangi dan mencintai manusia, sehingga seseorang
tidak lagi berbuat agresif.
Di sisi lain banyak orang yang sudah menunaikan ibadah shalat lima waktu, namun masih melakukan perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama,
seperti membunuh, mencuri, memperkosa, dan sebagainya. Dari pendapat-pendapat tersebut menimbulkan pertanyaan yang mendasar apakah benar ada hubungan antara intensitas ibadah shalat dengan perilaku agresif?
B. TUJUAN PENELIT1AN
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tentang hubungan antara intensitas
Siswa SMU BOPKRI 2Yogyakarta (Caroline, C. 1999).
Dari penelitian-penelitian d, atas tidak ada yang menghubungkan antara
intensi ibadah shalat dengan perilaku agresif. Dengan demikian penelitian ini
c. Agresifsebagai hasil dari belajar sosial
Pendekatan tersebut berdasarkan teori belajar sosial dikembangkan
oleh Bandura & kolega-koleganya (dalam Sears, 1991). Teori ini
mengemukakan bahwa sebagian besar perilaku individu sebetulnya diperoleh
dari hasil belajar-melalui pengamatan atas perilaku yang ditampilkan oleh
individu-individu lain yang menjadi model (Koeswara, 1988).
Dalam model ini menurut Bandura (dalam Koeswara, 1988) ada
empat proses yang saling berkaitan, yaitu: pertama, proses atensional adalah
individu tertank untuk memperhatikan atau mengamati tingkah laku model,
kedua, proses retensi adalah individu pengamat menyimpan tingkah laku
model yang telah diamatmya ke dalam ingatannya, ketiga, proses reproduksi
adalah individu pengamat mencoba mengungkap ulang tingkah laku model
yang telah diamatmya, keempat, proses motivasional dan perkuatan, tingkah
laku yang telah diamati tidak akan diungkapkan oleh individu pengamat
apabila individu tersebut kurang termotivasi. Teori ini memiliki pandangan
yang optimis dalam memandang agresif karena menurut teori ini ada
kemungkinan untuk mencegah atau mengontrol agresif.
Berdasarkan pendekatan-pendekatan agresif yang telah dikemukakan
di atas maka pendekatan yang tepat untuk menjalankan munculnya sikap
g. Kekuasaan dan kepatuhan. Dalam Koeswara (1988), Weber menjelaskan
kekuasaan sebagai kesempatan dari seseorang atau sekelompok orang untuk
merealisasikan keinginannya dalam tindakan komunal, bahkan ketika harus
berhadapan dengan perlawanan dari seseorang atau sekolompok orang lainnya
yang berpartisipasi dalam tindakan komunal tersebut. Konsep ini mengandung
pengertian penyalahgunaan kekuasaan, yaitu perubahan kekuasaan menjadi
kekuatan yang memaksa, yang langsung atau tidak langsung memiliki efek
terhadap munculnya agresif.
h. Prasangka. Adanya prasangka menyebabkan individu cenderung untuk melihat
realitas yang dihadapinya jauh dari obyektivitas, yang tidak dilandasi fakta-fakta
atau tidak mencari kebenaran, sehingga menimbulkan persepsi yang negatif
Persepsi negatif ini dapat merugikan dan merusak interaksi sosial (Koeswara,
1988). Senada dengan pendapat ini, Sears (1991) mengatakan bahwa prasangka
merupakan sikap yang secara sosial sangat merusak. Lebih dan enam juta orang
Yahudi Eropa dibunuh oleh Nazi pada tahun 1940, dengan kedok "memurnikan"
ras Eropa. Sehingga prasangka dapat menimbulkan perilaku agresif.
i. Antisosial. Theodore Millon dari University of Miami di Florida (dalam
Berkowitz, 1995), menggambarkan kepribadian ini sebagai berikut:
"Baik varian agresif dasar dan antisosisal terbuka dari kepribadian ini mendorong
kekerasan, bukan hanya sebagai konsekuensi insidental dari perilaku dan sikap
mereka tetapi karena mereka sengaja menggiring orang lain ke dalam konfiik.
Mereka cepat tersinggung, sering tampak ingin berkelahi, dan seperti menikmati
perselisihan dengan orang lain untuk membuktikan kekuatan mereka dan menguji
Dalam sa,u nwaya, Nabi SAW. bersabda, "Barang siapa menyia-nyiakan
shaIa, maka AHah SWT akan mengadzabnya dengan „ma belas s.ksaan Enam
macam s.ksaan akan d,,impaka„ ketika d, duma, tig. maoam s.ksaan ketika ma„, «,ga
macam s.ksaan ketika d, alam kubu, dan tig, macam siksaan ketika bangk,, dalam
kubur. (Al-Kandahlawi, 2000)
Adapun enam macam siksaan yang akan ditimpakan di dunia adalah:
1. Allah SWT akan mencabut keberkahan umurnya.
2. Allah SWT akan menghapus cri-cri keshalihan dan wajahnya.
3. Seluruh amal shalihnya tidak akan mendapat ganjaran dari Allah SWT
4. Allah SWT tidak akan mengangkat do'anya ke langit.
5. Seluruh makhluk di dunia akan mencercanya.
6. Dia tidak akan mendapatkan bagian dan do'a orang-orang shahh.
Adapun tiga macam siksaan yang akan ditimpakan ketika mati adalah:
1• Dia akan mati dalam keadaan hina.
2. Dia akan mati dalam keadaan lapar.
3. Di. akan ma« dalam keadaan haus, sehingga walaupun dia d,ben m,num air
seluruh samudera di dun,a, tidak akan bisa mengh.langkan kehausannya
Adapun tiga macam siksaan yang ditimpakan d, alam kubur adalah:
1 Allah SWT akan menyempitkan kuburnya dan menghimpi, tubuhnya sehmgga
tulang-tulang rusuk k,ri dan kanannya saling bersilangan.
2. Api akan dmyalakan di dalam kubumya dan ,a akan d,gu,i„g.gU„„gka„ d, dalam
3. Allah SWT akan memasukkan ular berbisa ke dalam kubur.
"Allah SWT akan memasukkan ular berbisa yang bernama Syuja 'ul-Aqra' ke dalam kuburnya, kedua mata ular itu terbuat dari api, kuku-kukunya dari besi,
panjang setiap kukunya sepanjang sehari perjalanan. Ular itu akan memekik
kepadanya, "saya adalah Syuja'ul-Aqr'V" suaranya seperti petir yang
menyambar, ia berkata lagi, "Tuhanku telah memerintahkan aku untuk
menderamu, karena kamu telah menyia-nyiakan shalat Shubuh hingga waktu Zhuhur. Karena kamu telah menyia-nyiakan shalat Zhuhur hingga ke waktu
Ashar. Karena kamu telah menyia-nyiakan shalat Ashar hingga ke waktu Magnb.
Karena kamu telah menyia-nyiakan shalat Magrib hingga ke waktu Isya'. Karena
kamu telah menyia-nyiakan shalat Isya' hingga ke waktu Shubuh." Setiap pukulan akan membenamkan orang itu ke dalam tanah sedalam tujuh puluh
hasta, lalu dengan kukunya ular itu akan mencungkilnya lagi keluar dari tanah, terus berulang-ulang sampai ke hari kiamat". Semoga Allah SWT menjauhkan
kita dan adzab kubur. (Al-Kandahlawi, 2000)
Adapun tiga macam siksaan yang akan ditimpakan pada hari kiamat (ketika
dibangkitkan dari kubur) adalah:
1. Allah SWT memerintahkan malaikat untuk menarik orang itu hingga ke neraka
jahanam dengan wajah terseret.
2. Pada hari hisab Allah SWT akan memandang dia dengan pandangan murka,
sehingga rontoklah daging wajah orang itu.
3. Allah SWT akan menghisabnya dengan hisab yang sangat keras, tiada keringanan
sedikit pun baginya selama-lamanya, sehingga Allah mcmasukkannya ke dalam
neraka yang merupakan seburuk-buruk tempat.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa orang-orang yang melalaikan shalat akan datang pada hari kiamat, pada wajahnya tertulis tiga baris tulisan sebagi berikut:
1. Wahai orang yang menyia-nyiakan hak Allah. 2. Wahai orang yang dimurkai Allah.
Atadf ^ n"U ^ '"L Beg1'" *» ***** <**« «*«* «<*»,» (HR,
Jika selama setanun seseorang shala, fardhu lima kali sehan, ditambah shala,
witir. d.tambah sha.at-shala, sunat rawatib, dttambah snala, tarawth d.bulan
Ramadhan, maka tidaklah mustah.l shala, seseorang akan mencapa, enam r,bu
raka'at.
berkata. 'Wahai anak Adi 1 ' T?''™"'" "»»/<"*W diulus. lain la
menga„M wudhu kemud,a7mij;kkaan "Tafrir hefn da"
™l«h,k«„kehuta"\*tlZZ^ mm*ha»hk«" °"*™»y° *4»
Karena „u,ah Rasu.ullah SAW. telah memXn Safscbaga, '^lipur
mataku." Was.a, terakh.r Rasu.ullah SAW. yang ditekankan (kepada umatnya)
adalah agar memperhatikan shalat.
Al-Jauziyah (1999) telah menulis banwa shala. adalah kuncnya rezcki,
penjaga kesehatan, menytnarkan wajah, menggemb.rakan ha.,, menyegarkan anggota
badan, membnang rasa ma.as, melapangkan dada, memberi makanan ruhani,
mencerahkan ha,,, menjaga tetapnya „,kma, ANah kepada k,,a, menjadikan
perhndungan dar, adzab Allah, memauhkan sva.tan, mendeka.kan din pada
"Posisi hamba yang paling dekat dengan Tuhannva adalah k^tiir r
£W, maka perbanyakiah berdoa \epaMZl
(iTM^m.tnT-Jika selama in, problem umat Islam kebanyakan adalah mereka tidak mau
shalat, maka scsungguhnya problem bagi mereka yang sudah shala, adalah bahwa
mereka be.um dapa, merasakan khusyu' dalam menjalankan shalat Padahal khusyu'
merupakan buah dari .badah yang hak.ki, dan buah mengenal Allah dan ktiab-Nya.
Jika seorang mukmin di hatinya te,ah merasakan mdah dan nyaman ketika shala,,
.emunya ,a tidak mau berpisah dan shalat Khusyu' ,,ulah yang akan diperl.ha.kan
periama kali dari uma, ini. Ketika ia tidak b,sa merasakan indah dan nyaman da.am
shala,, maka ia akan merasakan bcra, me.aksanakan shala,. Ketidakkhusyu'an
seseorang adalah disebabkan ia tidak mau berpegang ,eguh kepada al-Qur'an dan
sunah Rasul. ,a lalai dalam me.aksanakan shala, ba,k i,u berkai,an dengan n,a,,
ucapan maupun gerakan.
Berkenaan dengan shalat, Allah SWT berfirman:
la1ailntfTnlah ^ °ra^°^ yang shalat, (yaitu) orang-orang yang
lalai dan shalatnya, orang-orangyang berbuat riya\» (QS. al-Ma'un: 4-6)
Para ulama menafsirkan maksud ayat lalai dalam shalat, dengan penafsiran
yang berbeda-beda. Ada yang menafsirkan lalai dalam waktu, sehingga ia
mengqadha shalatnya, yang kedua: lalai dalam arti tidak berkonsentrasi ketika shalat,
yakni P.kirannya ke sana keman. Yang ketiga: lalai dalam jumlah raka'at. Ia lalai
berapa raka'at yang telah dikerjakannya.
Shalat khusyu' adalah shalat yang sangat dirindukan oleh orang-oran
ingin melaksanakan dengan cara yang baik. Shalat yang khusyu' bukanlah
g yang
gambar pada sajadah yang digunakan karena akan mengganggu konsentrasi
(Ghazali, 2002).
4. Persiapan Waktu
Shalat pada awal waktu merupakan ibadah yang dipenntahkan oleh
Allah kepada hamba-Nya, sebagai perantara seseorang untuk memperoleh
kebahagiaannya, dan rasa nyaman setelah lelah dan sibuk dengan urusan
dunia. Kemudian bermunajat kepada Tuhan sehingga memperoleh solusi
dalam memecahkan kesul.tan-kesulitan hidup, kemudian akan nampak rasa
takut dan lalai di hadapan keagungan Allah SWT Karena lalai dalam shalat
merupakan tanda tertolaknya amalan seseorang (Abdu, 2002).
5. Persiapan Wudhu yang baik
Wudhu' termasuk faktor kunci dalam kekhusyu'an shalat. Walaupun
tampak hanya membasuh sebagian tubuh bagran luar dengan air atau
terkadang hanya bertayamum dengan debu, namun, makna pent.ng dan
semua itu adalah, wudhu' harus menjad, bagian pembersih jiwa, karena
memang di antara hikmah lain dari wudhu' adalah menggugurkan dosa-dosa
kecil. Saat membasuh anggota tubuh, usahakan batin sepert, sedang
membasuh maksiat yang pernah dilakukan anggota badan tersebut. Inngi
tetesan air yang jatuh dengan istigfar d, hati, insya Allah saat berwudhu sudah
menjadi saat yang mengasyikkan. Jangan lupa pula untuk membaca do'a
.0-ong-meno.ong, senmgga pen.aku ya„8 akan menyakjt, _
dapat dihindarkan.
Bacaan da.am me.aksanakan sha.a, adalah ueapan yang d,panja,ka„ pada
-ah, yang bens, Pu,a„, do'a dan permohonan pada Vang Maha Kuasa. D,„„iau
7 te°n h,Pn0S,Sl ~- ' " *" **» - P-s au,o-suges„
-aanda,amsha,a,se„an,,asaya„8ba,,ba,k,m,sa,„yasebe,msha,a,d,mu,a,dan
-a, akan membenkan dampak kepada seseorang u„,uk senant,asa ^
Seka"8US rae— — - «* -,u, ,_,, „_, apa|ag,
Pe^capan ka,,ka,a dalam shala, tersebu, membenkan efek mensuges,, atau
«*•*-. pada yang bersangkuta, Menurut Dryarkara (da.am Zam, ,991)
— — .badah yang memb.asakan kepada manus.a tindakan-tindakan mora,'
-ntu, sepert, yang ^ ^
_ ^ ^ ^ ^ ^
-a, Yang merupakan ^
mora] ^ ama teik jsiam ^
manusia di samping makhluk individu iuBa m,„
i.
juga merupakan makhluk sosial. Ma„uS,a
WdUP ""* t0l°"8 me"°'- «» A'-^b: 2>, ma„„s,a dllarang be^
P-ah (QS. Al,,,mro„: ,03), ba(lkan ^^ saja ^
^ ^ ^ ^
Shala, dapa, mcmbcnkan dampak pada kesucan ,ahir dan batin, maka ha, „u
akan melah.rkan ke,u„du,cka„ kehendak hamba kepada kehendak Allah SWT rasa
"« dan c,„,a kepada-Nya, ser,a .erlepasnya ,ab,a,-,abia, kebma.angan yang
-ngginngny. kepada ^ ^ ^ ^ ^
^
^
^
-eapa, kekhusu'an dalam shala,, maka semakin sue, hatinya dan semakm
kemgmannya melakukan kejaha,an, .ermasuk perilaku menyak,,, orang ,a,„ (per„ak„
agresif).
a HIPOTESIS
penchtian ,„, yaitu ada hubungan yang ^ ^ ^^ .^^ ^
Bagi orang yang senantiasa menjalankan ibadah shalat, akan berusaha
menyadari bahwa kesukaran atau bahaya sebesar apapun yang harus dihadapinya,
tetap waras dan sabar. Ia tidak memandang setiap kesukaran atau ancaman
terhadap dinnya dengan cara yang negatif, akan tetapi sebaliknya melihat di
celah-celah kesukaran tersebut terdapat harapan-harapan (Daradjat, 1985).
Apabila mengalami kegagalan, maka ia akan memohon pertolongan
kepada Dzat Yang Maha Kuasa, sehingga hatinya pun akan menjadi tenang dan
tenteram kembali. Hal mi diperkuat juga oleh firman Allah surat ar-Ra'du: 28,
yangberbunyi:
-Mereka itu orang yang beriman, yang berhati tenang karena ingat kepada
Allah. Ketahuilah, dengan ingat Allah hati menjadi tenang"
Pengendali utama dalam kehidupan manusia adalah kepnbadiannya yang
mencakup segala unsur-unsur pengalaman, pendidikan, dan keyakinannya yang
didapatnya sejak kecil. Apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu
kepribadian yang harmonis, di mana segala unsur-unsur pokoknya terdiri dari
pengalaman-pengalaman yang menentramkan batin, maka dalam menghadapi
dorongan-dorongan, baik yang bersifat fisik (biologis), maupun yang bersifat
rohani dan sosial, ,a akan selalu bersifat wajar, tenang dan tidak menyusahkan
atau melanggar hukum dan peraturan masyarakat di tempat tinggalnya. Akan
tetapi orang yang dalam perkembangannya mengalami banyak kekurangan dan
ketegangan batin, maka kepribadiannya akan mengalami kegoncangan. Dalam
d,ke„dal,ka„ o,eh kepnbad.an yang kurang ba,k „„, dan banyak di antara s.kap
dan tingkah lakunya akan merusak atau mengganggu orang lain.
Shala, yang ,e.ah dnanamkan se,ak keel dan menjadi bag,a„ dan unsur
kepnbad.annya dapat bertindak sebaga, pengendal, din dalam menghadap, segala
kemgman dan dorongan yang timbu, Keyak,„an jn] yang ^ ^^ ^
dan tingkah laku seseorang seeara o.omatis dan dalam.,. tidak mau mengganggu
a.au menyak,,, orang ,a,„ a.au kepada benda-benda, bukan karena ,a ,aku, kepada
orang ,ersebu, a,au ketahuan dan hukuman pemenntah a«au masyarakat, akan
•etap, taku, akan kemarahan dan keh,langa„ ndho Allah yang d.percaya.nya ,,u
Setiap orang membu.uhkan sarana berkomumkasi, baik dengan din
send,n, dengan orang ,a,n, dengan alam maupun dengan Tuhannya. Komumkas,
akan leb.h d.bu.uhkan ia.kala seseorang mengalam, masalah a,au problem
k,,waa„. Shala, dapa, d.pandang sebagai proses pengakuan dan penyaluran
Ptoses ka,ars,s a,a„ kanalisas, .erhadap hal-hal yang tersimpa„ dalam dinnya
Shala, merupakan sarana hubungan manus.a dengan Tuhan. Dengannya manus.a
Vang Maha Mengetahu, dan Maha Kas.h sena Sayang. Setiap saa, ,a dapa,
senantiasa mengadukan, menge.uhkan dan memohon periolongan a.as
permasalahan yang dihadap, Ha, ,„, akan memberikan efek bahwa d.nnya tidak
sendinan, tidak merasa kesep.an, se.alu ada yang melihatnya, ada yapg
memehhara, memperhatikan dan menolongnya, yaltu Allan SWT ^
perasaan ini akan melegakan dan menen.ramkanjiwany, Nab, Muhammad SAW
menya,akan, bahwa apab.la seseorang sedang shala, berarti i. sedang berbisik
dengan Allah (HR. Bukhori dan Muslim).
Shala, yang dilakukan setiap har, akan membekalinya dengan kekuatan
ruha„,ah yang se.anju.nya akan mempengaruhi harapan, mengua.kan kemauan
dan membenkan kekua,a„ un.uk menanggung berbagai derita yang d,a,am,
Daradja, (1983) berpendapat bahwa shalat, dz,k,r, doa dan permohonan ampunan
kepada Allah merupakan eara-cara pelegaan batin yang akan mengembal.kan pada
A. Kesimpulan
Dan hasil data penel.tian dapat disimpulkan bahwa: ada hubungan negatif
antara Intensitas Ibadah Shalat dengan Perilaku Agresif; dengan koefisien korelas,
sebesar -0,355 (r =-0,355) dengan p=0,000 (p<0,01). Hipotesis dalam penelitian
ini yang menyatakan bahwa ada hubungan negatif antara Intensitas Ibadah Shalat
dengan Perilaku Agresif, diterima. Semakin tinggi Intensitas Ibadah Shalat semakin
rendah pula Perilaku Agresif pada mahasiswa UII. Sebaliknya semakin rendah
Intensitas Ibadah Shalat maka semakin tinggi Penlaku Agresifnya.
B. Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian dan permasalahan yang timbul dalam penelitian
ini, maka peneliti mengajukan saran kepada beberapa pihak diantaranya:
a. Saran bagi Mahasiswa
Shalat bukan saja merupakan suatu kewajiban, akan tetapi juga sebaga. suatu
kebutuhan karena mempunyai dampak-dampak yang positif diantaranya memberikan
dampak ketenangan dan ketentraman jiwa.
b. Peneliti selanjutnya
'• Subjek penelitian lebih banyak dan lebih he.erogen dengan w.layah penehtian
yang lebih luas, sehingga hasil penelitian lebih dapa, d,jeneral,s,r.
Z Me„ba,ka„ variabel-vanabe, ,a,„ yang ada ka,,a„„ya dengan ,„tens,(as
Ibadah Shalat dan Perilaku Agresif.
Zami, SMu,99l. FmUl shahl Hag, ^^ ^ ^
^
^
Koran dan Majalah.
Nama(boleh initial)
Jem's Kelamin
Usia
PEDOMAN UMUM
Dalam kesempatan ini, perkenankan saya mohon anda untuk mengisi skala
penelitian ini. Sebelumnya, saya mohon maaf jika hal ,ni menyita waktu dan
kesibukan anda.
Bersama ini ada skala dan anda diminta untuk mengisi seluruh nomor yang
ada, tanpa meiewatkan satu nomor pun. Tidak ada jawaban yang salah. Setiap
jawaban adalah benar sepanjang ,tu sesuai dengan keadaan anda sebenarnya.
Berikut ini akan disaj.kan sejumlah pernyataan, jawablah sesua, dengan
keadaan anda dengan cara memberi tanda silang (X) pada kotak jawaban yang anda
pilih. Pilihan jawaban yaitu :
SS : Sangat Sesuai
S : Sesuai
TS : Tidak Sesuai
STS : Sangat Tidak Sesuai
Segala identitas yang menyangkut diri anda akan dirahasiakan sesuai dengan
kode etik penelitian. Atas segala partisipas, dan ketulusan jawaban anda, saya
ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.
Peneliti