• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA SKRIPSI"

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA

DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT

GATOT SOEBROTO JAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi ( S. Psi. )

Program Studi Psikologi

Oleh :

Burduniaji Cahyo Purnomo

NIM : 999114014

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

I ni adalah sebuah awal untuk melangkah lebih lanj ut menuj u masa

depan, walaupun terasa berat harus terus maj u menggapai impian kita

yang pernah kita gantungkan setinggi langit. M enyerah, bukanlah

j alan keluar.

- penulis -

Kuper sem bahkan t ulisan ini unt uk :

Papa & Mam a t ercint a

(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya penulisan karya ilmiah.

Yogyakarta, 21 Januari 2008 Penulis,

(6)

Nama : BURDUNIAJI CAHYO PURNOMO

Nomor Mahasiswa : 999114014

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA PRIA DAN WANITA DI RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO JAKARTA

beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupaun memberikan royalty kepada saya selamA tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyatan ini yang saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 04 Juni 2008 Yang menyatakan

(7)

vi

ABSTRAK

Burduniaji Cahyo Purnomo

Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun antara Pria dan Wanita di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan kecemasan menghadapi pensiun pada pria dan wanita. Kecemasan menghadapi pensiun ini difokuskan pada seputar permasalahan seperti kebutuhan ekonomi, perasaan kesepian, kehilangan status, dan perasaan tidak berguna. Sedangkan gejala kecemasannya akan diukur menggunakan kompone n fisik, emosional, dan kognitif.

Skala kecemasan menghadapi pensiun uji dengan subjek 60 orang, peneliti mendapatkan nilai reliabilitas yang cukup tinggi yaitu 0,928 dan jumlah item adalah 36 item

Penelitian dilaksanakan di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta dengan subjek 60 orang yang dibedakan menjadi 30 pria dan 30 wanita. Hasil penelitian dengan menggunakan t-test menunjukkan taraf signifikansi sebesar 0,024 yang lebih besar dari 0,05. Hasil tersebut menunjukkan tingkat perbedaan kecemasan menghadapi pensiun yang siginifikan antara pria dan wanita.

(8)

vii

Faculty of Psychology Sanata Dharma University Yogyakarta

2007

This research attended to give information to the different of anxiety level among male and female toward pension. The pensions were focused on the economic needs, loneliness, loss of status, and useless feelings. The symptoms of anxiety will be scale by psychic component, emotional cognitive component.

The scale towards pension are tested with 60 people, researcher also gain a high reliability that is 0.928 and the amount of the items were 36 items.

Research held at Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta with 60 subject; 30 male and 30 female. The result with the T-test shown 0.024 significance that bigger from 0.05. This result shown a significant anxiety level differences toward pension among male and female.

(9)

viii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan kerunia-Nya, penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul ” Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun antara

Pria dan Wanita di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memotivasi dan

memberi saran hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma serta Dosen Pembimbing Skripsi yang selalu memberikan keramahannya kepada

setiap mahasiswa.

2. Ibu Sylvia C.M.Y.M., S.Psi, M.Si, selaku Kaprodi Psikologi Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma yang selalu membantu mahasiswa yang sedang mengalami kesulitan.

3. Ibu Tanti Arini, S.Psi, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan juga Dosen

pembimb ing skripsi yang dengan penuh kesabaran dalam memberikan nasihat-nasihat yang

sangat berguna.

4. Bapak Kolonel Drs. Wahyudi Uun Hidayat, Apt, Msc, selaku Kepala Apoteker Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto atas perizinan dan segenap

bantuan lainnya selama proses pengambilan data.

5. Segenap staff dan karyawan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot

Soebroto atas kesediaannya meluangkan waktu dalam membantu terlaksananya penelitian

ini.

6. Bp. V. Didik Suryo Hartoko., S.Psi., M.Si dan Ibu P. Henrietta PDADS., S.Psi., M.Si, selaku

dosen penguji, terima kasih atas masukan dan saran yang diberikan terhadap kemajuan

(10)

ix bantuannya selama ini di Fakultas Psikologi.

9. Papa dan Mama tercinta, atas segala ketulusan dan kebesaran hatinya, cinta dan kasih sayang

yang tak terhingga.

10.Adikku tersayang, Dwipa Fajar Arini, S.E, atas kebaikan hatinya dan juga semangat yang

telah diberikan kepadaku.

11.Veronika Retno Tri Susanti, S.Psi, terima kasih atas cinta dan kasih sayang, kesabaran,

kebesaran hati, dan memberikanku kesempatan yang amat sangat berarti dalam hidupku.

12.Pak De, Bu De, Mas Singgih ( Big Brother ), Mbak Arum, Dede Laras, Mas Oky, saya

ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya telah mengijinkan saya untuk tinggal di

Yogyakarta dan berproses menjadi seorang manusia yang penuh dengan tanggung jawab dan

mengerti tentang makna hidup yang sebenarnya.

13.Mbak Rollis dan Mas Wayan atas kesabarannya dalam menjawab semua

pertanyaan-pertanyaanku....KEEP ROCKIN’ DUDE!!!

14.Tony Hermawan Yudha Satria., S.Psi, My best friend forever!!! Many Thanks and

Forgiveness Dude!!! I’ll keep you in my mind … always…but kamu sama Andi jangan lupa

daftar srimulat!

15.Andi Hermawan Haji., S.Psi, My best friend forever!!! Many Thanks and Forgiveness

Dude!!! I’ll keep you in my mind … always… but kamu sama Toni jangan lupa daftar

(11)

x

16.Vincensius Dwi “Bemo” Hartanto, S.Psi & FX. Wahyu “Ojie Saputra” Widiantoro, S.Psi.,

M.Si, pertemuan kita agak terlambat namun sangat berarti selama ku di Yogyakarta, semoga

kalian tambah mesra ya….selalu…

17.Vonni “Poniyem”, Sussy, Rina, Brigitta V. Wulandari, dsb, thanks for being my secret

admire…? I’ll keep in mind…

18.Kawan-kawan kos; Wilson “Pace”, Wara, Indro, Bonek, Johan, Talis, Carvalo, Ronnie, Andi,

Pak kos dan keluarga, terima kasih atas canda tawa kalian yang sedikit banyak meringankan

bebanku sewaktu ku pusing mengerjakan skripsi.

19.Kawan-kawan angkatan ‘97, ‘98 ,’99 yang telah banyak membantu menyemangatiku…

Saya menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis

menerima segala bentuk saran dan kritik dari berbagai pihak demi kesempurnaan tulisan ini.

Atas segala perhatiannya penulis mengucapkan banyak terima kasih.

Yogyakarta, 08 February 2008

Penulis

(12)

xi

Halaman Judul ... i

Halaman Persetujuan... ii

Halaman Pengesahan... iii

Halaman Persembahan... iv

Pernyataan Keaslian Karya... v

Abstrak... vi

Abstract... vii

Kata Pengantar... viii

Daftar Isi... xi

Daftar Tabel... xv

Daftar Grafik………. xvi

Daftar Lampiran... xvii

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 5

C. Tujuan Penelitian... 5

D. Manfaat Penelitian... 5

1. Manfaat Teoritis... 5

2. Manfaat Praktis... 6

(13)

xii

1. Pengertian Kecemasan…….……… 7

2. Gejala dan Komponen Reaksi Kecemasan……….. 10

3. Bentuk-Bentuk Kecemasan ……… 11

4. Tingkat-Tingkat Kecemasan……… 12

5. Sumber-Sumber Kecemasan……...……….. 13

B. Pensiun……….……….. 14

1. Pengertian Masa Pensiun………. 14

2. Pengaruh Pensiun Terhadap Individu………. 16

3. Permasalahan yang dihadapi pada Masa Pensiun ………… 17

C. Kecemasan Menghadapi Pensiun………. 20

D. Perbedaan Pria dan Wanita……… 20

1. Perbedaan Pria dan Wanita secara Biologis………...…….. 21

2. Perbedaan Pria dan Wanita Secara Umum……..…………. 21

3. Perbedaan Pandangan mengenai Pekerjaan antara Pria dan Wanita……….. 23 4. Perbedaan Pandangan mengenai Pensiun pada Pria dan Wanita……….. 24 E. Perbedaan Kecemasan Menghadapi Pensiun pada Pria dan Wanita……….. 25 F. Hipotesis Penelitian………...………. 28

BAB III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian……….. 29

B. Definisi Operasional………... 29

(14)

xiii

E. Validitas & Reliabilitas………. 33

1. Validitas……… 33

2. Seleksi Item……….. 34

3. Reliabilitas……… 35

D. Metode Analisa Data... 37

BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Orientasi Kancah ...……… 38

B. Persiapan Penelitian……… 38

1. Persiapan Penelitian... 38

2. Seleksi Item… ... 39

C. Pelaksanaan Penelitian……… 40

D. Hasil Penelitian………... 40

1. Karakteristik Subjek………. 40

2. Kategorisasi Skor………. 41

3. Hasil Uji Asumsi……….. 43

a. Uji Normalitas……… 43

b. Uji Homogenitas……… 44

4. Uji Hipotesis……….. 44

E. Pembahasan... 46

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 49

(15)

xiv

DAFTAR PUSTAKA... 51

(16)

xv

Tabel 1 . Sebaran Butir Skala Kecemasan 32

Tabel 2. Interpretasi Nilai rxx, Koefisien Alpha 36

Tabel 3. Karakteristik Subjek 40

Tabel 4. Kategori Nilai Jenjang tiga ( Azwar, 1999 ) 42

Tabel 5. Kategori Skor Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun 42

Tabel 6. Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ( Independent Sample t – Test )

berdasarkan jenis kelamin

(17)

xvi

DAFTAR GRAFIK

(18)

xvii

LAMPIRAN 1 Reliabilitas Item dan Daya Beda Item 55

LAMPIRAN 2 Skala Penelitian, Data untuk seleksi item & Data

Penelitian

64

LAMPIRAN 4 Uji Normalitas, Uji Homogenitas, t-test 73

LAMPIRAN 5 Surat Ijin Penelitian 76

(19)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Manusia tidak terlepas dengan adanya aktivitas kerja. Aktivitas

kerja tersebut didorong oleh kebutuhan seseorang yang harus dipenuhi.

Aktivitas dalam bekerja juga mengandung unsur suatu kegiatan sosial,

menghasilkan sesuatu, dan pada akhirnya bertujuan untuk memenuhi

kebutuhannya.

Menurut Maslow (dalam Atkinson, 2000) kebutuhan manusia

secara garis besar dapat dibagi atas : kebutuhan fisiologis, kebutuhan rasa

aman, kebutuhan dimiliki, kebutuhan harga diri, dan aktualisasi diri.

Alasan seseorang bekerja yaitu bisa memenuhi salah satu kebutuhan yang

diutarakan oleh Abraham Maslow ( dalam Atkinson, 2000 ). Steer &

Porter ( dalam Eliana, 2003 ) menambahkan jika seseorang bekerja secara

psikologis akan menimbulkan identitas, status, ataupun fungsi sosial.

Mc.Gregor ( dalam As’ad, 2001 ) menjelaskan pula bahwa

seseorang bekerja karena bekerja merupakan kondisi bawaan seperti

bermain, atau beristirahat, untuk aktif dan mengerjakan sesuatu. Smith dan

Warkeley (dalam As’ad, 2001) juga menyatakan bahwa seseorang

(20)

membawa pada keadaan yang lebih memuaskan daripada keadaan

sekarang.

Jadi bekerja merupakan suatu bentuk aktifitas yang bertujuan untuk

mendapatkan kepuasan baik fisik maupun psikologis dan aktivitas ini juga

melibatkan fungsi fisik dan mental. Aktifitas kerja tersebut mempunyai

batasan waktu dimana seseorang akan mencapai batas maksimal usia

seseorang untuk dapat bekerja. Masa berakhirnya aktifitas kerja tersebut

dapat disebut sebagai masa pensiun.

Masa pensiun dapat pula menumbulkan permasalahan karena tidak

semua orang siap untuk menghadapinya. Terutama pada pegawai nege ri

sipil yang mempunyai aktifitas rutin yang dilakukan bertahun-tahun

lamanya. Pensiun akan memutuskan aktifitas rutin tersebut, selain itu

dapat pula memutuskan rantai sosial yang sudah terbina dengan rekan

kerjanya dan yang paling vital adalah menghilangkan identitas seseorang

yang sudah melekat begitu lama ( Warr dalam Prastiti, 2005 ). Maka tidak

mengherankan bahwa masa pensiun dapat menimbulkan permasalahan

bagi orang-orang yang tidak siap menghadapinya. Fakta Sekitar

Pensiun (Jacinta, 2001) menunjukkan adanya penurunan kesehatan,

kemungkinan untuk bersantai berkurang karena waktu cenderung tersita

untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga, dapat meningkatkan

kesehatan dengan berkurangnya beban tekanan yang harus dihadapi, masa

yang penuh kesempatan menarik, banyak waktu dan kesempatan untuk

(21)

3

Eyde ( dalam Eliana, 2003 ) juga menjelaskan bahwa memasuki

pensiun dapat membuat seseorang akan mengalami kehilangan peran

sosialnya di masyarakat, prestise, kekuasaan, dan kontak sosial.

Kehilangan kontak sosial dapat menimbulkan pemikiran-pemikiran yang

negatif seperti pertanyaan-pertanyaan “apa aku bisa melakukan ini atau

itu setelah pensiun”, dan “apakah aku masih dihargai oleh keluargaku”

atau, “apakah aku dapat memenuhi harapan keluargaku”.

Pertanyaan-pertanyaan dalam diri tersebut dapat membuat seseorang mengalami suatu

kecemasan.

Kecemasan pada umumnya merupakan ketakutan akan sesuatu

yang akan terjadi disertai dengan perasan yang tidak jelas (Kasschau

dalam Prastiti, 2005). Kecemasan ini kadang menjadikan seseorang panik,

gemetar ataupun sering mengalami sakit kepala. Reaksi kecemasan

tersebut dapat dibedakan menurut sifatnya yaitu yang bersifat fisik dan

mental (Darajat, 1996 ). Gejala fisik berupa ujung jari yang terasa dingin,

pencernaan yang tidak teratur, detak jantung cepat, keringat bercucuran,

tidur tidak nyenyak, nafsu makan hilang, kepala pusing dan sesak nafas.

Gejala mental antara lain perasaan takut, merasa akan ditimpa bahaya,

tidak bisa memusatkan perhatian, tidak berdaya dan rendah diri, hilang

kepercayaan diri, tidak tentram, dan ingin lari dari kenyataan hidup.

Gejala kecemasan tersebut dapat menyerang siapa saja baik itu

pada pegawai pria maupun wanita yang mendekati masa pensiunan.

(22)

peran gender bahwa laki- laki sebagai agresif, independen, dominan,

mudah dipengaruhi, aktif, kompetitif, bertindak sebagai pemimpin,

percaya diri, ambisius. Sedangkan perempuan lebih aktif, lebih halus

mengungkapkan perasaannya, religius, tertarik pada penampilan diri,

perilaku bersih, kebutuhan kuat dalam keamanan, jarang menggunakan

bahasa yang kasar.

Perbedaan stereotip tersebut dapat membawa reaksi yang

berbeda-beda atas sebuah permasalahan. Wanita yang mempunyai sifat perasaan

yang lebih peka dan cenderung religius akan berbeda dari pria yang lebih

agresif dan dominan dalam menghadapi masalah pensiun. Belum

banyaknya penelitian yang mengungkapkan perbedaan peran jenis

kelamin dalam reaksi kecemasan menghadapi pensiun menjadi alasan

yang utama penelitian ini dilakukan.

Penelitian ini dilakukan didasari oleh penelitian sebelumnya dari

Prastiti ( 2005 ) yang juga meneliti kecemasan menghadapi masa pensiun

pada guru SD, namun perbedaannya terletak pada subjek yang berbeda.

Penelitian ini mempunyai subjek Pegawai Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta, karena belum ada penelitian

mengenai kecemasan menghadapi pensiun berdasarkan perbedaan jenis

kelamin di instansi tersebut, sehingga penelitian ini diharapkan dapat

memberikan perhatian bagi instansi terkait untuk lebih memperhatikan

(23)

5

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: “ Apakah ada perbedaan kecemasan menghadapi

pensiun antara pria dan wanita pada Pegawai Instalasi Farmasi di Rumah

Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.”

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kecemasan

menghadapi pensiun antara pria dan wanita pada Pegawai Instalasi

Farmasi di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat Teoretis

Bagi para calon pensiunan di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Soebroto, penelitian ini diharapkan dapat

menjadikan wawasan dan perhatian untuk lebih menyadari akan

adanya atau timbulnya kecemasan dalam menghadapi pensiun.

Bagi pemerintah, penelitian ini dapat memberikan bahan informasi

penunjang untuk lebih memperhatikan nasib pegawai negeri sipil

yang akan pensiun dalam hal psikologis maupun finansial agar

kesejahteraan dan kebermaknaan diri para pensiunan dapat

tercapai sebagai bentuk penghargaan pemerintah atas jasa-jasa

(24)

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah keragaman penelitian

dalam bidang psikologi klinis dan perkembangan. Serta

memberikan tambahan hasil mengenai temuan peneliti sebelumnya

dalam penelitian tentang kecemasan menghadapi pensiun dari

(25)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. KECEMASAN

1. Pengertian Kecemasan

Hall dan Lindsey ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan

bahwa kecemasan merupakan kondisi psikologis dimana individu

merasa terganggu akibat adanya kondisi yang mengancam meskipun

masih bersifat kabur. Kecemasan juga dapat terjadi karena pikiran atau

perasaan yang tidak menyenangkan tentang apa yang terjadi.

Jhonson ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan bahwa

kecemasan adalah reaksi terhadap ancaman terhadap keinginan pribadi

atau perasaan tertekan yang disebabkan oleh perasaan kecewa, rasa

tidak puas, tidak aman atau sikap bermusuhan dengan orang lain. Dari

keadaan yang mencemaskan maka akan timbul reaksi-reaksi

kecemasan yang dapat diubah dalam bentuk gangguan-gangguan

simtomatis, baik berupa gejala psikologis maupun fisiologis.

Lazarus ( dalam Prastiti, 2005 ) menyatakan bahwa kecemasan

adalah reaksi individu terhadap masalah yang dihadapi dan ditandai

dengan adanya kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan

kekhawatiran. Kecemasan juga merupakan gangguan yang komplek

yang disertai dengan perubahan fisiologis. Kecemasan ini juga

(26)

perasaan tidak berdaya dan tidak menentu, sehingga dirasakan sangat

mengganggu.

Individu yang mengalami kecemasan ditandai dengan adanya

rasa khawatir, gelisah dan perasaan akan terjadi sesuatu hal yang

kurang menyenangkan yang diikuti perasaan tidak mampu menghadapi

tantangan, kurang percaya diri sendiri dan tidak dapat menemukan

penyelesaian terhadap masalahnya (Hurlock, 1997).

Priest ( dalam Prastiti, 2005 ) kecemasan adalah perasaan yang

dialami ketika seseorang berfikir tentang sesuatu yang tidak

menyenangkan akan terjadi dan timbul karena berbagai alasan serta

situasi. Kecemasan menimbulkan rasa tidak enak sehingga membuat

seseorang ingin lari dari kenyataan dan enggan untuk berbuat sesuatu.

Kasschau ( dalam Prastiti, 2005 ) menyatakan kecemasan pada

umumnya adalah ketakutan akan sesuatu yang akan terjadi disertai

perasaan yang tidak jelas akan adanya suatu bahaya. Kecemasan ini

kadang menjadikan panik, gemetar dan sakit kepala. Berbeda dengan

takut yang merupakan reaksi nyata akan sesuatu yang tampak

sedangkan kecemasan merupakan reaksi yang tidak jelas atau adanya

suatu imajinasi akan suatu bahaya.

Kagan dan Havemann ( dalam Prastiti, 2005 ) mendefinisikan

kecemasan sebagai sesuatu yang tidak jelas, adanya perasaan gelisah

(27)

9

akan terjadi. Perasaan cemas ini berbeda dengan rasa takut.

Perbedaannya terletak pada stimulusnya, yaitu perasaan takut

stimulusnya lebih spesifik dan terjadi pada saat itu juga, misalnya

perasaan takut akan ular.

Kecemasan mempunyai segi yang disadari manusia seperti rasa

takut, terkejut, tak berdaya, rasa bersalah. Disamping itu kecemasan

juga memiliki segi di luar kesadaran manusia dan tidak jelas, seperti

orang yang merasa takut dan tidak bisa menghindari perasaan yang

tidak menyenangkan (Daradjat, 1996). Daradjat juga menyebutkan

gejala- gejala kecemasan yang bersifat fisik dan mental. Gejala fisik

tersebut berupa ujung jari yang terasa dingin, pencernaan tidak teratur,

detak jantung cepat, keringat bercucuran, tidur tidak nyenyak, nafsu

makan hilang, kepala pusing, nafas sesak. Gejala mental antara lain

sangat takut, merasa akan ditimpa bahaya atau kecelakaan, tidak bisa

memusatkan perhatian, tidak berdaya atau rendah diri, hilang

kepercayaan diri, tidak tentram, ingin lari dari kenyataan hidup. White

dan Watt ( dalam Prastiti, 2005 ), mengemukakan tanda-tanda fisik

seperti gemetar, pegal-pegal, detak jantung cepat dan nafas memburu.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa kecemasan mempengaruhi kondisi

fisik dan psikologis manusia.

Berdasarkan beberapa definisi kecemasan diatas dapat

disimpulkan bahwa kecemasan merupakan suatu perasaan-perasaan

(28)

permasalahan yang dihadapi yang tampak dan dapat dilihat dari gejala

fisik dan mental.

2. Gejala dan Komponen Reaksi Kecemasan

Hurlock ( 1996 ) menyatakan bahwa tanda-tanda adanya

kecemasan yang sering muncul adalah perasaan khawatir, gelisah,

kurang percaya diri, merasa tidak mampu, tidak sanggup

menyelesaikan masalah, rendah diri dan perasaan-perasaan lain yang

tidak menyena ngkan.

Mahler ( dalam Prastiti, 2005 ) menyebutkan tiga komponen

reaksi kecemasan, yaitu :

a. Komponen emosional, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang

berkaitan dengan perasaan individu terhadap suatu hal yang

dialami secara sadar dan mempunyai ketakutan yang mendalam,

misalnya : cenderung terus menerus merasa khawatir akan sesuatu

yang menimpanya, mudah tersinggung, tidak sabar dan sering

mengeluh.

b. Komponen kognitif, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang

berkaitan dengan kekhawatiran individu terhadap

konsekuensi-konsekuensi yang mungkin akan dialami. Bila kekhawatiran

meningkat, hal ini dapat mengganggu kemampuan kognitif

individu, seperti : sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran kacau dan

(29)

11

c. Komponen fisik, yaitu reaksi terhadap kecemasan yang berkaitan

dengan reaksi tubuh. Secara fisik, individu akan tampak

berkeringat walaupun udara tidak panas, jantung berdebar terlalu

keras, tangan atau kaki dingin, gangguan pencernaan, mulut dan

tenggorokan terasa kering, muka tampak pucat, sering buang air

kecil, otot dan persendian terasa kaku, sering mengalami gangguan

tidur atau susah tidur. Hal lain yang dapat diperhatikan adalah

individu mudah merasa lelah, tidak merasa santai, mudah terkejut

dan terkadang menggerak- gerakkan wajah atau anggota tubuh

dalam frekuensi yang berlebihan, seperti mengoyang-goyangkan

kaki atau tangan, sering merenggangkan leher atau anggota tubuh

lainnya. Setiap individu yang cemas mengalami gejala fisik yang

berbeda-beda.

3. Bentuk-bentuk Kecemasan

Lazarus ( dalam Prastiti, 2005 ), mengungkapkan bahwa

kecemasan memiliki dua arti, yaitu :

a. Kecemasan sebagai suatu respon merupakan reaksi seseorang

terhadap pengalaman tertentu atau suatu keadaan yang ia hadapi.

Lazarus membagi kecemasan sebagai suatu respon menjadi dua

bentuk yaitu :

1) State Anxiety, yaitu gejala kecemasan yang timbul karena

(30)

dirasakan mengancam dirinya. Gejala kecemasan ini selalu

tetap selama situasi itu masih ada.

2) Trait Anxiety, yaitu kecemasan yang timbul sebagai suatu

keadaan yang menetap pada diri individu. Kecemasan ini

berhubungan ini berhubungan dengan kepribadian individu

yang mengalaminya dan dipandang sebagai suatu keadaan

yang menunjukkan adanya kesulitan dalam mengadakan

proses penyesuaian diri.

b. Kecemasan sebagai intervening variable

Merupakan suatu keadaan yang diperkirakan terjadi karena kondisi

tertentu tetapi juga memiliki konsekuensi tertentu. Kecemasan ini

tidak dapat diketahui melalui observasi tetapi hanya dapat

diketahui melalui keadaan yang mendahului serta akibat-akibatnya.

Individu yang mengalami kecemasan ini akan berusaha

membentuk penyesuaian diri untuk menghilangkan kecemasannya.

4. Tingkat-tingkat Kecemasan

Bucklew ( dalam Prastiti, 2005 ) berpendapat bahwa pada

umumnya kecemasan terbagi menjadi dua tingkat, yaitu :

a. Tingkat psikologis, adalah kecemasan yang berwujud gejala-gejala

kejiwaan seperti perasaan tegang, bingung, khawatir, ragu-ragu,

perasaan tidak menentu, tidak jelas dan gejala lain yang bercampur

(31)

13

b. Tingkat fisiologis, adalah kecemasan yang mempengaruhi atau

terwujud pada gejala- gejala fisik terutama pada system saraf,

seperti keluarnya keringat dingin yang berlebihan, jantung

berdebar-debar, susah tidur, sering gemetar, perut mual, dan

sirkulasi darah yang tidak teratur.

Sebenarnya kecemasan merupakan suatu kondisi yang pernah

dialami oleh hampir semua orang, hanya taraf atau tingkatnya saja

yang berbeda-beda. Jersild ( dalam Prastiti, 2005 ) membedakan

kecemasan pada taraf normal dan kecemasan pada taraf neurotik.

Kecemasan pada taraf normal terjadi apabila individu menyadari

konflik-konflik yang terjadi dalam dirinya yang meyebabkan dia

merasa cemas. Sedangkan kecemasan tahap neurotik, individu tidak

menyadari adanya konflik-konfik dalam dirinya, dan tidak menyadari

pula mengapa ia merasa cemas seperti itu, kemudian pada umumnya

mereka akan menggunakan mekanisme pertahan diri secara tidak

disadarinya.

5. Sumber-sumber Kecemasan

Kecemasan ya ng muncul pada individu dapat berkaitan dengan

berbagai macam sumber. Greist, Martens & Sharkey ( dalam Gunarsa,

1996 ) menyatakan hal yang sama mengenai sumber-sumber timbulnya

kecemasan, yaitu :

a. Tuntutan sosial yang berlebihan dan belum atau tidak dapat

(32)

perasaan subyektif dari individu yang mungkin tidak dirasakan

oleh orang lain.

b. Adanya standar keberhasilan yang terlalu tinggi bagi kemampuan

yang dimiliki individu sehingga menimbulkan rasa rendah diri.

c. Individu kurang siap dalam menghadapi suatu situasi atau keadaan

yang tidak diharapkan atau diperkirakan olehnya.

d. Adanya pola berpikir dan persepsi yang negatif terhadap situasi

atau diri sendiri. Hal ini dapat pula berkaitan dengan

kecenderungan individu untuk menilai secara negatif dan subyektif

terhadap hal- hal yang disekitarnya.

Sumber-sumber kecemasan pada individu penting untuk

diketahui agar dapat menentukan cara atau metode yang digunakan

untuk mengatasi kecemasan tersebut sehingga individu dapat

mengembangkan rasa percaya dirinya dan dapat melakukan sesuatu

sesuai dengan kemampuannya.

B. PENSIUN

1. Pengertian Masa Pensiun

Masa pensiun merupakan saat penting yang menetukan dalam

perkembangan manusia sebab masa pensiun menandai pergantian

tahun pertengahan ke usia tua ( Kimmel dalam Prastiti, 2005 ). Pensiun

juga berarti melepaskan jabatan dan kekuasan yang diperoleh dari

pekerjaan dan tentuanya banyak membawa perubahan dalam hidup

(33)

15

mengundurkan diri dari pekerjaannya. Parkinson ( 1990 ) menyatakan

bahwa pensiun diartikan menundurkan diri dari masyarakat umum atau

kehidupan afektif, bisnis atau profesi.

Kimmel ( dalam Prastiti, 2005 ) mengatakan pensiun

merupakan suatu perubahan yang penting dalam perkembangan

individu yang ditandai dengan perubahan sosial. Perubahan ini harus

dihadapi oleh para pensiunan berupa penyesuaian diri terhadap

keadaan yang tidak bekerja, berakhirnya karier pada pekerjaan formal,

berkurangnya penghasilan dan bertambahnya waktu luang yang sangat

menganggu.

Adanya usia yang telah ditentukan ( kurang lebih 56 tahun )

membuat seseorang yang bekerja dipaksa untuk berhenti dari

pekerjaannya. Hal ini menimbulkan terjadinya perubahan yang

menyolok antara masa kerja dengan masa tidak bekerja / pensiunan

(Andari, 2001). Di Indonesia usia pensiun berkisar antara 56-64 tahun.

Untuk pegawai non edukatif, usia pensiun adalah 56 tahun dan umur

65 tahun untuk karyawan yang memangku jabatan ahli peneliti, guru

besar, lektor kepala, serta jabatan-jabatan yang telah ditentukan oleh

presiden ( Perpu no. 32, 1979 ).

Maka dapat disimpulkan bahwa masa jabatan pensiun berarti

pengunduran diri seseorang dari pekerjaannya, kehidupan afektif,

bisnis atau profesi yang menandai akhir dari periode kerja. Masa

(34)

hilangnya pekerjaan, jabatan dan penghasilan merupakan hal yang

sering membuat orang menjadi cemsa dan khawatir ketika memasuki

masa pensiun. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya

adanya kecemasan dan kekhawatiran tentang akibat yang ditimbulkan

setelah masa pensiun tiba atau mereka masih mampu bekerja. Semua

orang yang bekerja dalam suatu instasni akan mengalami masa

pensiun, begitu pula karyawan yang bekerja pada instansi pemerintah

dan non pemerintah.

2. Pengaruh Pensiun terhadap Individu

Rogers ( dalam Prastiti, 2005 ) menjelaskan tentang dampak

positif dan negative pensiun terhadap individu, yaitu :

a. Akibat positif pensiun

Masa pensiun memang dapat dan sering menghasilkan berbagai

macam kepuasan. Bisa memberi kebebasan rutinitas, hilangnya

stress akibat ketegangan pekerjaan yang dapat menyebabkan

kesehatan mental lebih baik ketika masa pensiun. Lebih banyak

waktu luang untuk mengerjakan hal- hal yang selama initidak

sempat dikerjakan karena sibuk, dapat menyalurkan hobi, serta

banyak kesempatan untuk mempelajari hal- hal baru misalnya

bertani, berternak, melukis, dan lain- lain.

(35)

17

Masa pensiun memang dapat memberikan kebebasan dari rutinitas

dan pekerjaan berat yang membosankan, tetapi yang berlebihan

juga dapat berakibat buruk, terlalu banyaknya waktu luang

terkadang dapat lebih buruk daripada stress kerja yang berlebihan

(Parkinson, et.al., 1990). Pensiun dapat lebih menjadi penyebab

stress karena kehilangan peran sosial yang dominant, hilangnya

status dan kekuasaan. Individu yang pensiun juga harus

menghadapi aspek-aspek lain dari pensiun seperti akhir dari karier

kerja, menurunnya pendapatan, kesadaran terhadap proses menjadi

tua, menurunnya kesehatan sehingga harus mengurangi aktivitas,

perubahan hubungan interpersonal dan image masyarakat terhadap

pensiun, semua hal tersebut menjadi masalah besar. Orang yang

akan menghadapi masa pensiun menyangsikan bahwa mereka

dapat menciptakan suatu gaya hidup yang menyenangkan setelah

pensiun dan tidak menderita syndrome masa pensiun.

3. Permasalahan yang dihadapi pada masa pensiun

Prastiti ( 2005 ) permasalahan yang dihadapi pada masa

pensiun berkaitan dengan bagaimana seseorang memandang dan

mengartikan masa pensiun dan tidak terlepas pula dengan persepsi

seseorang tentang hidup dan diri sendiri. Orang yang menganggap

pensiun sebagai akhir dari segala-galanya akan mengalami kecemasan

dan kebingungan menjelang masa datangnya pensiun karena merasa

(36)

seseorang juga mempunyai kepercayaan diri rendah, kurangnya

kompetensi sosial, namun sebaliknya bagi orang yang optimis dan

positif mereka akan cenderung dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Secara garis besar terdapat dua persoalan pokok yang dihadapi

oleh seseorang yang akan pensiun. Pertama yaitu berkaitan dengan

persoalan fisik yang melibatkan pemenuhan akan kebituhan-kebutuhan

fisik atau ekonomi yang disebabkan karena berkurangnya penghasilan

atau fasilitas setelah mereka pensiun nanti. Sedangkan yang kedua

mengenai persoalan-persoalan psikologis sebagai akibat kehilangan

pekerjaan. Persoalan psikologis dapat disebabkan karena hal- hal

sebagai berikut :

a. Masalah Kebutuhan Ekonomi

Uang jaminan pensiun yang akan mereka terima jumlahnya akan

sedikit dibandingkan dengan gaji biasa yang mereka terima ketika

masih aktif bekerja. Mereka khawatir nantinya tidak dapat

mencukupi kebutuhan keluarganya. Keadaan akan semakin sulit

apabila jumlah keluarga sangat banyak. Bagi seseorang yang tidak

dapat mempersiapkan tabungan di hari tua akan mengalami

masalah besar.

b. Masalah kehilangan status.

Dengan bekerja seseorang akan memperoleh kepuasan tersendiri

karena disamping mendatangkan uang dan fasilitas,kerja mampu

(37)

19

mengalami kecemasan ketika pensiun akan datang karena setelah

mereka pensiun nanti mereka akan merasa kehilangan status dan

peran sosialnya. Mereka dapat mudah putus asa karena tidak

diperhatikan dan dibutuhkan lagi oleh lingkungannya

c. Masalah perasaan tidak berguna atau tidak produktif.

Banyak orang akan mengalami kecemasan dalam menghadapi

masa pensiun karena pensiun sering diidentikkan dengan tanda

seseorang mengalami masa tua. Pada masa tua akan menimbulkan

perasaan tidak berguna,tidak dibutuhkan lagi, tidak produktif, dan

tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Apabila keadaan terus berlarut

akan sangat tidak menguntungkan karena mempercepat

kemerosotan psikis maupun psikologis orang yang hendak pensiun.

d. Masalah kesepian.

Kehilangan kesibuka yang tiba-tiba dirasakan seringkali sebagai

suatu yang menyiksa.Seseorang yang sering terbiasa sibuk dengan

pekerjaan tiba-tiba harus kehilangan pekerjaannya dan menjauh

dengan rekan-rekan kerjanya. Hal ini dapat menimbulkan kesepian

yang sangat menyiksa.

Dari uraian diatas terlihat bahwa orang yang akan pensiun akan

menghadapi beberapa permasalahan antara lain masalah kebutuhan

ekonomi, masalah kehilangan status, masalah perasaan tidak berguna, dan

masalah kesepian sehingga dapat memunculkan suatu kecemasan

(38)

C. KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN

Kecemasan merupakan reaksi individu terhadap masalah yang

dihadapi dan ditandai dengan adanya kegelisahan, kebingungan, ketakutan

dan kekhawatiran. Dan kecemasan mempunyai tiga komponen yaitu

komponen emosi, kognitif, dan fisik. Sedangkan masa jabatan pensiun

berarti pengunduran diri seseorang dari pekerjaannya, kehidupan afektif,

bisnis atau profesi yang menandai akhir dari periode kerja.

Kecemasan menghadapi pensiun dapat dijelaskan sebagai suatu

reaksi seseorang terhadap kejadian yang akan dilaluinya yaitu aktivitas

pengunduran diri dari pekerjaannya dan kehidupan afektifnya yang

menandai akhir periode kerja. Aktivitas yang akan dilaluinya tersebut

dirasakan mendatangkan berberapa permasalahanan yaitu permasalahan

ekonomi, kehilangan status, perasaan tidak berguna, dan masalah kesepian

yang dihadapi dengan adanya reaksi fisik, emosi, dan kognitif .

D. PERBEDAAN PRIA DAN WANITA

Pria dan wanita merupakan dua fenomena yang sangat berbeda.

Perbedaan ini telah ada sejak awal kehidupannya sebagai manusia, sejak

terjadinya pembuahan ovum oleh sperma. Didalam setiap tubuh manusia

terdapat 46 kromosom atau 23 pasang kromosom yang menentukan jenis

kelamin individu dan pembawa sifat dan ciri-ciri tertentu ( dalam Prastiti,

2005 ). Berikut perbedaan antara pria dan wanita dipandang dari berbagai

(39)

21

1. Perbedaan pria dan wanita secara biologis

Handayani, et.al. ( 2001 ) menjelaskan bahwa pria memiliki

karakteristik fisik yang kuat, otot yang kuat, memiliki jakun, bersuara

berat, memiliki testis, penis, sperma, yang berfungsi sebagai alat

reproduksi dalam meneruskan keturunan. Sedangkan wanita memiliki

hormon yang berbeda dengan pria, sehingga mengalami menstruasi,

perasaan sensitive, serta ciri-ciri fisik dan postur tubuh yang berbeda

dengan pria, seperti bentuk pinggul yang lebih besar daripada pria.

Secara biologis, semua itu melekat pada pria dan wanita selamanya

yang fungsinya tidak dapat dipertukarkan, tidak dapat berubah karena

merupakan keturunan Tuhan (kodrat) (Handayani, et.al., 2001).

2. Perbedaan pria dan wanita secara umum

Shaevitz, ( dalam Prastiti, 2005 ) mengemukakan beberapa perbedaan

antara pria dan wanita yang secara luas dapat diterima, yaitu :

a. Pria lebih agresif dibandingkan wanita

Pria lebih menyukai persaingan, lebih mudah marah dan lebih

mendominasi. Mereka dengan mudah mengungkapkan rasa marah

yang mungkin merupakan satu-satunya segi emosional yang dapat

mereka nyatakan secara leluasa, kemarahan merupakan salah satu

(40)

intens dibandingkan kemarahan seorang wanita, sebab bagi wanita

ungkapan kemarahan merupakan sesuatu yang berlebihan.

b. Pria kurang memiliki hasrat untuk merawat

Pria tidak biasa dengan spontan memberi sesuatu dan memberikan

perhatian terhadap keadaan orang lain. Misalnya ketika seorang

wanita secara spontan akan bertindak bila suami atau anak-anaknya

sakit, seorang pria seringkali tidak bertindak seperti tindakan

wanita.

c. Harga diri seorang pria tergantung dari pekerjaannya

Walaupun saat ini banyak kita jumpai wanita yang mengejar karier,

namun dalam satu hal tetap saja mereka ada perbedaan mendasar

dengan pria. Sebagian besar pria merasa hancur dan tidak berharga

bila mereka gagal dalam karier atau mengalami kemunduran dalam

keuangan. Sedangkan wanita akan lebih mengalami kepuasan

hidup bila ia berhasil dalam hubungannya dengan sesama.

Perasaan berharga dari seorang pria lebih terkait pada keadaan

keriernya sehingga dapat dikatakan pekerjaan memberikan harga

diri bagi seorang pria.

d. Secara verbal pria kurang ekspresif dibandingkan wanita

Pria seringkali lebih dapat menahan ataupun memendam emosi

mereka, sedangkan wanita cenderung lebih mudah

mengekspresikan emosi mereka. Pria lebih sering memendam

(41)

23

Prastiti, 2005 ). Pria sulit mengenali dan menyatakan perasaan.

Mereka biasanya hanya menyatakan perasaan pada wanita saat

awal hubungan, bila masa pacaran lewat mereka akan kembali

pada bentuk lamanya yang tidak terbuka.

e. Pria memiliki kebutuhan lebih besar terhadap kekuasaan

Adanya kebiasaan yang memberikan pria sebagai pihak yang

memegang kekuasaan, menyebabkan pria mengalami kesulitan

dalam hubungan dimana mereka merasakan dirinya sebagai pihak

yang kalah kuasa.

f. Terhadap perkawinannya, pria lebih tergantung dan lebih peka.

Pria tidak memiliki banyak sumber untuk mendapatkan dukungan

emosional dibandingkan wanita sehingga dukungan dari pasangan

sangat dibutuhkan dan mereka kecewa bila tidak mendapatkannya.

g. Kebanyakan pria lebih banyak berorientasi makro daripada mikro,

pria cenderung lebih suka bertanggung jawab dengan cara

menganggap tugas itu sebagai suatu masalah untuk dipecahkan

dengan cara mereka sendiri.

3. Perbedaan pandangan mengenai pekerjaan antara pria dan wanita

Sawitri ( dalam Sutanto, 1984 ) mengatakan bahwa bagi pria

nomor satu dalam hidupnya adalah bekerja karena adanya ambisi

pribadi untuk meraih suatu status dalam pekerjaannya. Selain itu

pekerjaan merupakan suatu hal ya ng sangat mereka inginkan dan yang

(42)

hidupnya dengan bekerja sampai ia pensiun ( dalam Prastiti, 2005 ).

Sedangkan untuk wanita pada umumnya motivasi wanita lndonesia

bekerja adalah karena adanya motivasi ekonomi dan spiritual (

Mukmin, 1980 ). Wanita memandang pekerjaan hanya sebagai hal

sampingan sedangkan pria memandang pekerjaan sebagai hal pokok,

bahkan mereka mengidentikkan diri dengan pekerjaan. Pekerjaan

memberikan status dan kepuasan tersendiri bagi pria.

4. Perbedaan pandangan mengenai pensiun pada pria dan wanita

Bagi pria yang menganggap pekerjaan merupakan hal

terpenting dalam hidup mereka, pensiun dirasakan sebagai beban dan

biasanya mereka kurang dapat menyesuaiakan diri dengan baik

terhadap perubahan peran yang dijumpai setelah pensiun. Selain itu,

pria juga hanya mempunyai sedikit sumber pengganti yang

menghasilkan sarana yang diperolehnya dari pekerjaannya dulu (

Hurlock, 1997 ).

Sedangkan bagi wanita, pekerjaan bukanlah merupakan

satu-satunya cara untuk meraih jati dirinya. Walaupun saat ini banyak kita

jumpai wanita karier, namun keluarga tetap menjadi fokus utama

mereka. Sehingga datangnya masa pensiun tidak membawa perubahan

yang cukup besar dalam perkembangan harga diri mereka, sebab

banyak hal yang masih dapat mereka lakukan di rumah maupun diluar

rumah. Wanita tidak mengalami perubahan peran secara radikal selain

(43)

25

dukungan sehingga pensiun kurang menimbulkan trauma. Selain itu,

lebih sedikit wanita yang memegang jabatan eksekutif sehingga

mereka tidak merasa kehilangan prestise ( Hurlock, 1997 ). Wanita

seringkali selalu membawa tanggung jawab keluarga mereka ke dunia

kerja sehingga ketika pensiun tidak memberikan sumbangan yang

cukup besar bagi perkembangan harga diri wanita, karena kebutuhan

harga diri bukanlah tujuan utama mereka untuk bekerja.

Dari uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa jenis kelamin

merupakan pengkategorisasian seks secara biologis yang terungkap dari

identitas diri sebagai pria dan wanita. Pria dan wanita memiliki perbedaan

baik dalam hal fisik maupun psikis. Dalam bidang pekerjaan pria dan

wanita memiliki pandangan yang berbeda sehingga pensiun juga

memberikan dampak yang berbeda pada mereka.

E. PERBEDAAN KECEMASAN MENGHADAPI PENSIUN ANTARA

PRIA DAN WANITA

Keadaan pensiun merupakan suatu hal yang akan dilalui oleh setiap

orang yang bekerja baik itu pada pegawai pria dan wanita. Adapun pensiun itu

sendiri mempunyai arti pengunduran diri seseorang dalam pekerjaannya,

kehidupan afektif, bisnis, atau profesi yang menandai akhir dari perioda kerja.

Datangnya pensiun akan membawa beberapa permasalahan seperti

permasalahan kebutuhan ekonomi, kehilangan status, perasaan tidak berguna,

(44)

tersebut dapat direspon secara baik oleh individu ataupun dapat direspon

secara tidak baik yang mengarah kepada gejala kecemasan.

Kecemasan itu sendiri menurut Lazarus ( dalam Prastiti, 2005) adalah

reaksi individu terhadap masalah yang dihadapi dan ditandai dengan adanya

kegelisahan, kebingungan, ketakutan dan kekhawatiran. Seberapa besar

tingkat kecemasan seseorang dapat mengarah kepada suatu gangguan yang

serius dengan ditandainya adanya perasaan khawatir, gelisah, kurang percaya

diri, merasa tidak mampu, tidak sanggup menyelesaikan masalah, rendah diri

dan perasaan-perasaan lain yang tidak menyena ngkan ( Hurlock, 1996 ).

Gejala-gelaja tersebut di atas dapat diklasifikasikan dalam 3 komponen

kecemasan menurut Mahler ( dalam Prastiti, 2005 ) yaitu gejala emosional,

komponen kognitif, komponen psikologis. Kecemasan yang dialami oleh

seseorang dapat dilihat dari tingkatannya yaitu kecemasan pada taraf normal

dan kecemasan pada taraf neurotik. (Jersild dalam Prastiti, 2005 ). Kecemasan

pada taraf normal terjadi apabila individu menyadari konflik-konflik yang

terjadi dalam dirinya yang meyebabkan dia merasa cemas. Sedangkan

kecemasan tahap neurotik, individu tidak menyadari adanya konflik-konfik

dalam dirinya, dan tidak menyadari pula mengapa ia merasa cemas seperti itu,

kemudian pada umumnya mereka akan menggunakan mekanisme pertahan

diri secara tidak disadarinya.

Munculnya suatu gejala kecemasan terkait dengan suatu keadaan atau

permasalahan yang mengganggu seseorang. Seperti yang telah dikemukakan

(45)

27

kehilangan status, perasaan tidak berguna, dan masalah perasaan kesepian

dapat membawa seseorang ke dalam keadaan yang serba membingungkan

yang dapat mengarah ke dalam suatu gelaja kecemasan. Hal tersebut

dikarenakan setiap orang mempunyai respon yang berbeda-beda dalam

menanggapi suatu permasalahan yang berkaitan dengan pekerjaan. Respon

yang berbeda-beda berkaitan dengan diri individu yang masing- masing yang

melekat pada diri mereka seperti halnya perbedaan jenis kelamin yaitu pria

dan wanita yang mempunyai cir i-ciri fisik dan psikologis yang berbeda satu

sama lain.

Dalam hal perbedaan secara psikologis dalam merespon suatu

permasalahan menjelang masa pensiun, pria cenderung lebih rentan

mengalami gangguan kecemasan dikarenakan pria mempunyai harga diri

tinggi dalam pekerjaannya. Sebagian besar pria akan merasa hancur dan tidak

berharga apabila mereka gagal dalam karier atau mengalami kemunduran

dalam keuangan. Selain itu kebutuhan akan kekuasaan sangat mendominasi

pria yang tercermin dalam pekerjaannya. Mereka akan merasakan lost of

power apabila memasuki masa pensiun. Hal ini lebih besar pengaruhnya pada

orang-orang yang menduduki jabatan tinggi ataupun tingkat kesejahteraan

yang baik. Sedangkan pada wanita, datangnya masa pensiun lebih dapat

diatasi oleh wanita. Bagi wanita pekerjaan bukanlah satu-satunya cara untuk

meraih jati diri karena fokus yang utama adalah keluarga. Wanita seringkali

selalu membawa tanggung jawab keluarga mereka ke dunia kerja sehingga

(46)

perkembangan harga diri wanita, karena kebutuhan harga diri bukanlah tujuan

utama mereka bekerja.

Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa kecemasan seringkali

disebabkan oleh berbagai macam persoalan hidup dan pada masa datangnya

pensiun tersebut terdapat beberapa permasalahan yang dapat direspon secara

positif maupun negatif dari individu. Respon yang berbeda-beda tersebut

berkaitan dengan perbedaan jenis kelamin yang melekat pada diri individu

yaitu pria dan wanita. Dengan berbagai macam sifat yang melekat pada diri

pria dan wanita, respon terhadap permasalahan yang nantinya datang pada

masa pensiun akan berbeda pada pria dan wanita.

F. Hipotesis

Hipotesis yang ingin dibuktikan adalah :

(47)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

A. VARIABEL PENELITIAN

1. Variabel Tergantung : Kecemasan menghadapi pensiun

2. Variabel Bebas : Pria dan Wanita

B. DEFINISI OPERASIONAL

1. Kecemasan menghadapi pensiun

Kecemasan menghadapi pensiun merupakan suatu reaksi

seseorang terhadap kejadian yang akan dilaluinya yaitu aktivitas

pengunduran diri dari pekerjaannya dan kehidupan afektifnya yang

menandai akhir periode kerja. Aktivitas yang akan dilaluinya tersebut

dirasakan sebagai permasalahan kebutuhan ekonomi, permasalahan

kehilangan status, perasaan tidak berguna, dan perasaan kesepian yang

dihadapi dengan adanya reaksi fisik, emosi, dan kognitif.

Kecemasan menghadapi pensiun diungkap dengan

menggunakan skala kecemasan menghadapi pensiun dari Prastiti (

2005 ) yang terdiri dari 36 item pernyataan dan adapun aspek yang

diukur meliputi:

a. Aspek emosional, yaitu perasaan khawatir, tegang, gelisah.

b. Aspek kognitif , yaitu perilaku sulit berkonsentrasi, pelupa, pikiran

(48)

c. Aspek fisik yaitu keadaan fisik seperti jantung berdebar, gangguan

tidur, sesak nafas.

Skor yang tinggi dalam skala kecemasan menunjukkan

kecemasan yang dihadapi dalam masa pensiun tinggi sedangkan skor

rendah menunjukkan kecemasan yang rendah dalam menghadapi masa

pensiun.

2. Pria dan Wanita

Subjek penelitian dibedakan menurut jenis kelaminnya yaitu pria

dan wanita berdasarkan laporan yang diberikan subyek pada skala

kecemasan.

C. SUBJEK PENELITIAN

Dalam penelitian ini digunakan teknik pengambilan subjek dengan

purposive sampling dimana pengambilan subjek berdasarkan ciri-ciri atau

karakteristik yang dianggap sesuai untuk penelitian ini yaitu :

1. Lokasi

Subjek dalam penelitian ini bertempat kerja di Instalasi Farmasi

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta.

2. Karakteristik Pekerjaan

Subjek dalam penelitian ini adalah pegawai yang bekerja di Instalasi

Farmasi Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta.

(49)

31

Subjek dalam penelitian ini berusia berkisar mendekati 56

tahun. Usia pensiun adalah 56 tahun dan umur 65 tahun untuk

karyawan pegawai diluar bidang pendidikan atau non edukatif ( Perpu

no. 32, 1979 ). Pemilihan usia 40- 59 tahun juga didasarkan oleh

pendapat Hurlock ( 1997 ) bahwa pada usia 40-59 tahun, seseorang

akan memasuki usia madya. Pada usia tersebut pria dan wanita

diharuskan untuk melakukan penyesuaian diri pada banyak aspek

kehidupan. Penyesuaian itu antara lain penyesuaian terhadap

perubahan fisik dan kesehatan, dimana fisik mulai melemah sehingga

harus memerlukan bantuan orang lain, penyesuaian terhadap status

ekonomi yang berubah ( income ) akibat datangnya masa pensiun,

penyesuaian terhadap minat karena harus mengembangkan kegiatan

baru sebagai pengisi waktu luang yang semakin bertambah setelah

pensiun.

4. Masa Kerja

Masa kerja atau jabatan yang diperoleh pada subjek berkaitan dengan

kisaran usia yang telah ditentukan diatas yaitu 40-59 tahun yang mana

rata-rata pada usia tersebut masuk ke dalam masa jabatan diatas 15

tahun.

D. METODE DAN ALAT PENGUMPULAN DATA

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode skala.

Menurut Azwar ( 2000 ) metode skala menggunakan daftar pertanyaan

(50)

kepada subyek penelitian dan subyek tersebut diminta unt uk memberikan

jawaban atas pendapatnya terhadap pernyataan tersebut.

1. Alat ukur

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah Skala

Kecemasan menghadapi pensiun dari Prastiti ( 2005 ). Uji validitas

skala penelitian menggunakan validitas isi dengan proffesional

judgement. Skala tersebut berjumlah 36 item yang akan kembali

diuji tingkat reliabilitasnya oleh peneliti. Berikut distribusi sebaran

36 item kecemasan menghadapi pensiun :

Tabel 1

SEBARAN BUTIR SKALA KECEMASAN

Aspek Kecema San Aspek Pensiun

AFEKTIF KOGNITIF FISIOLOGIS TOTAL

(51)

33

2. Pemberian Skor

Dalam skala ini disediakan 4 macam jawaban yaitu :

SS : Sangat Setuju

S : Setuju

TS : Tidak Setuju

STS : Sangat Tidak Setuju

Untuk pernyataan yang bersifat favorable : SS diberi nilai 4 , S

diberi nilai 3, TS diberi nilai 2, dan STS diberi nilai 1. Sebaliknya

untuk pernyataan yang bersifat unfavorable : SS diberi nilai 1, S

diberi nilai 2, TS diberi nilai 3, dan STS diberi nilai 4.

E. VALIDITAS DAN RELIABILITAS

Skala yang akan digunakan dalam penelitian harus memenuhi persyaratan

pengujian validitas dan reliabilitas.

1. Validitas

Validitas berarti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu

alat ukur dalam melakukan fungsi ukur nya. Suatu alat ukur dapat

dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila alat tersebut

mampu menjalankan fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang

sesuai dengan maksud dilakukannya penelitian tersebut.

Validitas skala menggunakan validitas isi dimana validitas isi

(52)

keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur atau sejauhmana

isi tes mencerminkan ciri atribut yang hendak diukur ( Aswar, 2000).

Validitas isi skala kecemasan menghadapi pensiun

menggunakan analisis rasional atau professional judgement yang

sudah dilakukan oleh Dosen Pembimbing skripsi Prastiti ( 2005 ).

Blue-print yang telah disusun telah sesuai dengan batasan domain

ukur yang telah ditetapkan dan mengandung aspek-aspek yang

bersangkutan.

2. Seleksi Item

Seleksi item dilakukan untuk melihat sejauh mana item- item

tersebut dapat membedakan antara individu atau kelompok individu

yang mempunyai dan yang tidak mempunyai atribut yang hendak

diukur ( Azwar, 2000 ). Pengujian daya beda item sudah dilakukan

oleh Prastiti ( 2005 ) dengan komputasi koefisien korelasi antara

distribusi skor item dengan distribusi skor skala yang menghasilkan

koefisien korelasi item total yang dibuat parameter daya beda item

dengan menggunakan program SPSS for windows versi 13.

Hasil seleksi item oleh Prastiti ( 2005 ) dari 72 item yang diuji

cobakan memperoleh korelasi item total berkisar antara 0,0730 sampai

0,8235 dengan jumlah subjek uji coba 52 orang.

Seleksi item akan dilakukan untuk kedua kalinya dengan

didasarkan pada batasan rix > 0,20. Sehingga item yang memiliki

(53)

35

dalam skala penelitian. Sedangkan item dengan rix < 0,20 dianggap

buruk karena dapat diinterpretasikan sebagai item yang memiliki daya

diskriminasi rendah sehingga tidak dimasukkan dalam item yang akan

digunakan dalam penelitian ( Azwar, 2002 ). Seleksi item dilakukan

dengan menggunakan program SPSSfor windows 13.

3. Reliabilitas

Reliabilitas suatu alat ukur menunjukkan pada suatu

pengertian bahwa alat ukur tersebut cukup dapat dipercaya untuk

digunakan sebagai alat pengumpul data. Reliabel mengandung

pengertian dapat dipercaya atau dapat diandalkan.

Reliabilitas alat tes kecemasan menghadapi pensiun yang di

uji oleh Prastiti ( 2005 ) menghasilkan koefisien Alpha sebesar 0,9610

dari 36 item yang diuji. Namun peneliti melakukan analisis item dan

reliabilitas item kembali terhadap 36 item yang dipakai dalam

penelitian dengan alasan bahwa skala yang dipakai dalam penelitian

haruslah reliabel dan dapat dipercaya sehingga analisis item untuk

kedua kalinya akan dilakukan.

Reliabilitas tes ini diukur dengan pendekatan konsistensi

internal yang didasarkan pada data dari sekali pengenaan skala pada

sekelompok subyek ( single trial administration ). Penghitungan

kembali koefisien reliabilitasnya dilakukan menggunakan teknik

koefisien Alpha Cronbrach, karena akan memberikan harga yang sama

(54)

ada kemungkinan bahwa reliabilitas uji yang sebenarnya akan lebih

tinggi daripada koefisien yang didapatkan ( Azwar, 1996 ).

Rumus Koefisien Alpha Belah dua :

a

=

Reliabilitas dinyatakan dalam koefisien reliabilitas (rxx’) yang

angkanya berada dalam rentang 0 sampai 1,00. Semakin tinggi

koefisien reliabilitas mendekati angka 1,00 berarti semakin tinggi

reliabilitas dan sebaliknya semakin rendah mendekati angka 0 berarti

semakin rendah reliabilitas. Berikut interpretasi nilai r koefisien alpha

( Arikunto, 1989 ) dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 2

Interpretasi Nilai rxx, Koefisien Alpha

0,80-1,00 Sangat tinggi

0,60-0,799 Tinggi

0,40-0,599 Cukup

0,20-0,39 Rendah

(55)

37

F. METODE ANALISIS DATA

1. Pengujian Hipotesis Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yaitu membedakan rata-rata

mean dua kelompok subjek berdasarkan jenis kelamin dalam hal

kecemasan menghadapi pensiun, maka menggunakan pengujian t-test

(56)

38 A. Orientasi Kancah

Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto terletak di

Jl. Abdul Rahman Saleh no. 22-24, Jakarta Pusat, dan berada dibawah

lindungan Departmen Pertahanan dan Keamanan Nasional, Direktorat

Kesehatan Angkatan Darat.

Jumlah keseluruhan karyawan di rumah sakit tersebut

berjumlah 3500 orang lebih karyawan tetap dan mempunyai 567

karyawan honorer. Di Instalasi Farmasi Rumah Sakit tersebut terdapat

156 orang karyawan tetap dimana peneliti mengambil responden yang

berjumlah 60 orang yang terdiri dari 30 orang pria dan 30 orang wanita

dari 78 orang yang akan menghadapi masa pensiun.

B. Persiapan Penelitian

1. Persiapan Penelitian

Persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan penelitian ini

adalah persiapan administrasi alat ukur yang berupa permohonan izin

penelitian untuk pengambilan data di Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta. Permohonan izin

dilaksanakan pada tanggal 3 Desember 2007 dan setujui oleh Dekan

Fakultas Psikologi. Surat keterangan penelitian dapat dilihat pada

(57)

39

Pelaksanaan penelitian dilakukan pada tanggal 10 -11

Desember 2007 di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto

Jakarta. Pembagian skala kecemasan menghadapi pensiun untuk proses

seleksi item akan diisi oleh subjek, data yang diterima kemudian akan

dilakukan 2 kali analisis yaitu yang pertama analisis reliabilitas untuk

mengalisis item dan yang kedua analisis data penelitian. Skala

kecemasan menghadapi pensiun terdiri dari 36 item yang mempunyai

4 alternatif jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan

Sangat Tidak Setuju.

2. Seleksi Item

Skala kecemasan menghadapi pensiun dibagikan kepada 60

subjek pada hari pertama yaitu 10 Desember 2007 bertempat di Rumah

Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta.

Hasil uji daya beda item skala kecemasan menghadapi pensiun

dengan jumlah item berjumlah 36 item, mempunyai indeks

diskriminasi item yang baik dengan kisaran 0,329-0,660. Sehingga

semua item pada skala kecemasan menghadapi pensiun diikut sertakan

pada penelitian.

a. Reliabilitas

Skala kecemasan menghadapi pensiun yang di ujicobakan

kembali menghasilkan nilai koefisien reliabilitas sebesar 0,928.

(58)

digunakan dalam penelitian. Secara lengkap data seleksi item dan

hasil pengujian reliabilitas skala ini dapat dilihat pada lampiran 2.

C. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada hari kedua yaitu

pada tanggal 10 Desember 2007 bertempat di Rumah Sakit Pusat

Angkatan Darat Gatot Subroto Jakarta.

Peneliti membagikan skala kepada subjek dengan rata-rata waktu

pengerjaan selama 15 menit. Setelah selesai subjek diminta untuk

menyerahkan skala kepada peneliti. Peneliti memeriksa skala tersebut

untuk memastikan subjek telah menjawab seluruh item.

Jumlah skala yang dirancang untuk dibagikan kepada subjek

adalah sebanyak 60 buah dengan pembagian 30 buah untuk subjek pria

dan 30 buah untuk subjek wanita. Jumlah item yang dipakai adalah

sebanyak 36 item. Data skala kecemasan menghadapi pensiun dapat dilihat

pada lampiran 3.

D. Hasil Penelitian

1. Karakteristik Subjek

Data penelitian menampilkan karakteristik subjek berdasarkan

jenjang usia dan jenis kelamin dengan jumlah total 60 orang subjek

(59)

41

Tabel 3

Karakteristik Subjek

Frekuensi Presentase(%) 1.Usia

2.Jenis Kelamin Pria

Pada Tabel 3 menunjukkan bahwa dalam karateristik

berdasarkan usia, subjek mempunyai rentang usia antara 50 tahun

sampai dengan 55 tahun dengan jumlah usia terbanyak berada dalam

rentang usia 54 tahun dan 55 tahun tahun yaitu 26,6% dan 33,3 %.

Usia 50 dan 51 tahun mempunyai presentase sebesar 5% dari jumlah

subjek, sedangkan usia 52 dan 53 tahun mendapatkan prosentase

sebesar 15 % dari jumlah subjek. Berdasarkan karakteristik jenis

kelamin, terdapat 50% subjek pria dan 50% subjek wanita.

2. Kategorisasi Skor

Penentuan kategori skor skala kecemasan menghadapi pensiun

dilakukan dengan kategori jenjang berdasarkan standart deviasi dan

mean teoritik. Penggunaan kategori jenjang bertujuan menempatkan

subjek ke dalam kelompok yang terpisah secara berjenjang menurut

(60)

yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga kategori, yaitu :

rendah, sedang, dan tinggi ( Azwar, 1999 ). Adapun normanya adalah

sebagai berikut :

Tabel 4

Kategori Nilai Jenjang tiga ( Azwar, 1999 )

x < ( µ - 1,0 s )

( µ - 1,0 s ) = x < ( µ + 1,0 s )

( µ + 1,0 s ) = x Keterangan :

§ µ = rata-rata teoritis, yaitu rata-rata teoritis dari skor maksimum dan skor minimun

§ s = standar deviasi,yaitu luas jarak sebaran yang dibagi kedalam 6 satuan deviasi standar.

Bila dimasukkan ke dalam hitungan angkanya adalah sebagai berikut :

§ X minimum = 36 X 1 = 36

§ X maximum = 36 X 4 = 144

§ Range = 144-36 = 108

§ SD (s) = 108/6 = 18

§ µ = 144 + 36 = 180 = 90 2 2

Berdasarkan norma tersebut, maka diperoleh kategori respon

(61)

43

Tabel 5

Kategori Skor Skala Kecemasan Menghadapi Pensiun

Rentang Nilai Kategori Jenis Kelamin

Pria Wanita

dalam skor kecemasan menghadapi pensiun yang ‘sedang’ dengan

jumlah subjek 60 orang. Skor kecemasan yang sedang tersebut

berbeda antara pria dan wanita dimana pria mempunyai prosentase

yang lebih tinggi dari pada prosentase skor pada wanita. Yaitu yaitu

86,6% untuk kelompok pria dan 83,3% untuk kelompok wanita.Dari

Hanya 10% dari kelompok subjek laki- laki berada dalam skor ‘rendah’

sedangkan pada kelompok wanita terdapat 13,3% yang mempunyai

skor rendah. Skor tinggi pada kelompok pria mempunyai presentase

yang sama dengan kelompok wanita yaitu sebanyak 3 %.

3. Hasil Uji Asumsi

a) Uji Normalitas

Uji Normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah

distribusi sebaran variabel kecemasan menghadapi pensiun

mengikuti distribusi normal. Pengambilan keputusan didasarkan

(62)

§ jika probabilitas ( p ) > 0,05 maka distribusi populasi normal.

§ Sebaliknya jika ( p ) < 0,05 maka distribusi populasi tidak

normal.

Berikut hasil uji normalitas pada skala kecemasan

mengahdapi pensiun dengan menggunakan Uji One-Sample

Kolmogorov-Smirnov Test :

1.) Hasil uji normalitas menunjukkan bahwa distribusi skor

kecemasan menghadapi pensiun mempunyai probabilitas ( p ) =

0,752. Hal ini berarti bahwa distribusi data variabel kecemasan

menhadapi pensiun adalah normal karena nilai probabilitas

diatas 0.05 (0,752 > 0,05 ).

b) Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah

sampel-sampel dalam penelitian berasal dari populasi yang

memiliki varians yang sama. Pengambilan keputusan didasarkan

pada kriteria sebagai berikut:

§ jika ( p ) > 0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi

yang memiliki varians yang sama.

§ jika ( p ) < 0,05 maka dinyatakan data berasal dari populasi

yang mempunyai varians yang tidak sama.

Berikut hasil uji homogenitas dengan menggunakan Levene Test :

1.) Berdasarkan hasil uji homogenitas, skala kecemasan

(63)

45

Hal ini berarti data berasal dari populasi yang mempunyai

varians yang sama, atau dengan kata lain homogen karena

memiliki ( p ) > 0,05.

4. Uji Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini menggunakan t-test untuk

perbedaan jenis kelamin. Penghitungan menggunakan program

komputer SPSS for Windows versi 12.0 dengan taraf signifikansi

menggunakan uji dua ekor.

Tabel 6

Ringkasan Hasil Uji Hipotesis ( Independent Sample t – Test )

berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin

§SD: Besarnya standar deviasi

§ t : Hasil perhitungan uji t

§ Sig. of t Test : Signifikansi statistik dari t-Test

Berdasarkan ringkasan hasil uji hipotesis kecemasan

menghadapi pensiun dalam Tabel 5 dapat diinterpretasikan sebagai

(64)

1.) Rata-rata skor kecemasan menghadapi pensiun pada subjek

laki- laki adalah 88,80 (SD = 10.55); mean skor pada subjek

wanita adalah 82,20 (S D =11.44) Dengan taraf signifikansi

0.05, tampak bahwa t hitung (df = 58) dengan Equal variance

assumed adalah 2.323, p = 0,024 ( p < 0,05 ). Hal ini

menunjukkan perbedaan yang signifikan diantara kedua subjek.

Subjek laki- laki mempunyai rata-rata skor kecemasan

menghadapi pensiun yang lebih tinggi daripada subjek wanita.

Grafik 1

Perbedaan MEAN kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan wanita

88.8

Berdasarkan hasil uji analisis yang dilakukan pada keseluruhan

skala diperoleh hasil sebagai berikut :

1. Hipotesis : “Ada perbedaan kecemasan menghadapi pensiun pada pria

dan wanita”.

Dari penghitungan uji t-test dengan menggunakan program

SPSS for windows versi 13.0. didapatkan hasil t hitung sebesar 2.323

(65)

47

menunj ukkan bahwa ada perbedaan antara pria dan wanita dalam

kecemasan menghadapi pensiun.

Berdasarkan kategorisasi nilai menunjukkan bahwa antara pria

dan wanita mempunyai skor yang sama sama besar pada tingkatan

sedang yaitu sebanyak (86,6%) untuk pria dan (83,3%) untuk wanita.

Skor yang sedang dalam hal kecemasan menghadapi pensiun antara

pria dan wanita dapat disebabkan karena karakteristik subjek sebagai

pegawai negeri sipil dimana di lingkungan kerja sebagai pegawai

negeri faktor jaminan hari tua meskipun dirasakan masih sedikit

namun dijamin oleh pemerintah.

Dari kedua penjabaran diatas dapat diperoleh hasil penelitian

yaitu terdapat perbedaan kecemasan antara pria dan wanita dalam hal

kecemasan menghadapi pensiun. Perbedaan tersebut ditunjukkan

dengan hasil rata-rata skor pria yang lebih besar daripada wanita.

Perbedaan kecemasan menghadapi pensiun antara pria dan

wanita menunjukkan bahwa pekerjaan mempunyai arti yang sangat

penting bagi pria. Menurut pendapat Shaevitz, ( dalam Prastiti, 2005 )

juga menunjukkan bahwa sebagian besar pria menunjukkan perasaan

hancur dan tidak berharga apabila pria mengalami kemunduran karier

dan keuangan. Sedangkan wanita akan lebih mengalami kepuasan

hidup bila ia berhasil dalam hubungannya dengan sesama.

Perbedaan kecemasan antara pria dan wanita juga dapat terjadi

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5
+3

Referensi

Dokumen terkait

Sebelumnya, Andam (2003) menyatakan bahwa perkembangan perusahaan e-commerce memiliki beberapa tantangan tersendiri, diantaranya adalah 1) jaringan internet yang tergolong

Bertitik tolak pada kenyataan ini, maka skripsi ini dimaksudkan untuk menghadirkan butir-butir inspirasi semangat hidup dan pelayanan Santo Damian de Veuster yang relevan

Geseran kimia pada 5,0-20,0 ppm (Vollhardt dan Schore, 2014) menunjukan sinyal dari atom C metil (alkil primer), hal ini sudah sesuai dengan hasil penelitian bahwa pada

KERETA API INDONESIA DIVISI REGIONAL II DI SUMATERA BARAT TAHUN 2016” ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri dan saya tidak

Sehingga tujuan penelitian ini yaitu meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan hasil belajar IPA tentang energi melalui model pembelajaran inkuiri terbim- bing

(2) Rangkaian kegiatan pra-Musrenbang Jangka Menengah Daerah, meliputi penyampaian, pembahasan dan penyepakatan rancangan awal RPJM Daerah, dilaksanakan oleh Bappeda serta diikuti

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan metode pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan penumpang

Pilihlah tempat yang datar, tetapi jika Anda ingin meningkatkan porsi latihan dan jumlah push up , Anda dapat memilih posisi di mana posisi kaki lebih tinggi dari