• Tidak ada hasil yang ditemukan

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JOMBANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JOMBANG"

Copied!
334
0
0

Teks penuh

(1)

KABUPATEN JOMBANG

2000 - 2010

BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN JOMBANG

2011

(2)

BUPATI JOMBANG

SAMBUTAN

BUPATI JOMBANG

Syukur alhamdulillah atas segala rahmat dan hidayah Allah SWT, publikasi Produk

Domestik Regional Broto (PDRB) Kabupaten Jombang tahun 2010 dapat diterbitkan.

Dengan tersusunnya publikasi PDRB ini kita dapat mengetahui perkembangan potensi

ekonomi Kabupaten Jombang secara komprehensif. Di samping itu dalam publikasi PDRB ini

juga memuat informasi mengenai sektor-sektor strategis yang selanjutnya diharapkan dapat

menjadi acuan dalam perencanaan pembangunan daerah.

Akhirnya, marilah kita tingkatkan kerja sama dan produktivitas semua sektor untuk

memacu pembangunan pada tahun-tahun beikutnya guna menuju hari esok yang lebih cerah,

sejahtera lahir dan batin.

Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan petunjuk dan bimbinganNya

kepada kita sekalian dalam melanjutkan tugas-tugas pengabdian kita semua.

Jombang, Oktober 2011

BUPATI JOMBANG

(3)

Jl. Airlangga 46, Jombang, Telp. 0321- 861485

KATA PENGANTAR

Data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Jombang semakin penting

dan dirasakan manfaatnya untuk salah satu bahan evaluasi dan perencanaan pembangunan.

Saat ini, pihak pihak yang berkepentingan dengan data PDRB bukan hanya pemerintah

dengan berbagai jajarannya, namun juga dari masyarakat akademis, peneliti sosial dan

ekonomi, serta berbagai pihak swasta. Oleh karena itu ketersediaan datanya setiap tahun

menjadi perhatian serius bagi BPS Kabupaten Jombang.

Data tahun 2010 merupakan angka sangat sementara karena beberapa data dasar yang

digunakan masih dalam bentuk angka sementara, namun data tahun sebelumnya merupakan

angka yang sudah direvisi. Angka sementara ini akan direvisi pada terbitan tahun mendatang.

Angka PDRB sebagaimana biasa disajikan menurut perhitungan atas dasar harga

berlaku maupun atas harga konstan 2000. Sedangkan untuk keperluan analisis sederhana,

disusun pula tabel-tabel yang berisikan angka persentase maupun indeks-indeks tertentu yang

lazim digunakan dalam penyajian angka PDRB. Demikian juga konsep/definisi yang

digunakan dicantumkan agar para pemakai data dapat memanfaatkan sebaik mungkin isi

publikasi ini, dan seterusnya berdasarkan angka-angka yang tersaji dapat memahami uraian

ringkas yang diberikan.

Saran dan kritik, untuk meningkatkan mutu perhitungan dan penyajian PDRB pada

masa mendatang, dari para pengguna data sangat kami harapkan. Terima kasih ditujukan

kepada semua pihak yang telah membantu penerbitan publikasi ini, terutama kepada para

kontributor data mentah (

raw data

) dari instansi pemerintah maupun swasta.

Jombang, Oktober 2011

Kepala BPS Kabupaten Jombang

Ir. PATRIS SAYOGYO, MM

NIP

: 19610410 199003 1 001

(4)

DAFTAR ISI

Sambutan Bupati Jombang

iii

Kata Pengantar

iv

Daftar Isi

v

Daftar Tabel

vii

DaftarTabel-Tabel Pokok

viii

BAB I PENDAHULUAN1

1.1.

Latar Belakang

1

1.2.

Maksud dan Tujuan

1

1.3.

PDRB dalam Siklus Kegiatan Ekonomi

2

1.4.

Kegunaan Produk Domestik Regional Bruto

3

BAB KONSEP DAN DEFINISI4

2.1. Umum

5

2.2. Struktur Penyajian PDR

10

2.3. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku

16

2.4. Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan

18

2.5 .Cara Penyajian dan Angka Indeks

21

BAB III URAIAN SEKTORAL23

3.1.Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan

23

3.2.Sektor Pertambangan dan Penggalian

26

3.3.Sektor Industri Pengolahan

26

3.4.Sektor Listrik, Gas dan Air

27

3.5.Sektor Bangunan

28

3.6.Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran28

3.7.Sektor Angkutan dan Komunikasi

30

3.8.Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

33

(5)

BAB IV PERGESERAN TAHUN DASAR

38

4.1.Latar Belakang Pergeseran Tahun Dasar

38

4.2.Kemungkinan Perbedaan Besaran PDRB Antar Dua Tahun Dasar

39

4.3.Alasan Pemilihan Tahun 2000 Sebagai Tahun Dasar

39

BAB V ULASAN SINGKAT

40

5.1.Pendahuluan

40

5.2.Pertumbuhan Ekonomi Kita

45

5.3.Struktur Ekonomi Kita

48

5.4.Prediksi 2011

50

(6)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel U-1

Trend PDRB Kabupaten Jombang, 2000 – 2010

43

Tabel U-2

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Jombang, 2000 – 2010

45

Tabel U-3

Laju Pertumbuhan Sektoral Kabupaten Jombang, 2005 – 2010

46

Tabel U-4

Empat Sektor Dominan dalam Struktur Ekonomi Kab. Jombang, 2001 – 2010

48

(7)

DAFTAR TABEL – TABEL POKOK

Tabel 01

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Juta Rupiah) 53

Tabel 02

Produk DomestikRegional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Juta Rupiah) 55

Tabel 03

Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Persen) 57

Tabel 04

Distribusi Persentase PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Persen ) 59

Tabel 05

Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Angka Indeks) 61

Tabel 06

Indeks Berantai PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000, Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Angka Indeks) 63

Tabel 07

Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Persen) 65

Tabel 08

Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Angka Indeks) 67

Tabel 09

Indeks Perkembangan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Angka Indeks) 69

Tabel 10

Indeks Harga Implisit PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kabupaten Jombang,

2000 – 2010 (Angka Indeks) 71

Tabel 11

Inflasi Sektoral PDRB Kabupaten Jombang, 2000-2009 (Persen) 73

Tabel 12

Agregat Pendapatan Regional dan Pendapatan Perkapita Kabupaten Jombang,

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar.1

Susunan Agregat Pendapatan Nasional

9

Gambar.2

Trend PDRB Kab Jombang 2000-2010

44

Gambar.3

Laju Pertumbuhan Ekonomi Kab Jombang, 2000-2010

47

(9)

1.1 Latar Belakang

Salah satu sasaran pembangunan nasional adalah tercapainya tingkat pertumbuhan

ekonomi yang cukup tinggi dan berkesinambungan. Untuk mencapai tingkat pertumbuhan

dengan struktur ekonomi yang diharapkan, maka pembangunan perlu direncanakan dengan

baik dan hasil pembangunan harus terus diamati. Perencanaan pembangunan dan pengamatan

terhadap hasil-hasilnya akan dapat dilakukan dengan lebih baik dan terarah apabila

dilandaskan pada data statistik yang baik dan cermat.

Dalam kaitan ini statistik Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten

Jombang perlu disusun karena merupakan salah satu alat yang cukup handal untuk

perencanaan dan evaluasi hasil pembangunan secara makro. Dengan tersedianya data PDRB

dari tahun ke tahun, para pembuat kebijaksanaan ekonomi di Kabupaten Jombang akan

mampu menentukan sasaran pembangunan yang tepat pada kurun waktu tertentu.

1.2 Maksud dan Tujuan

Dalam perencanaan ekonomi suatu wilayah pada umumnya kita dihadapkan pada

dua hal pokok yaitu

:

1.

Bagaimana mengusahakan agar pembangunan ekonomi dapat

meningkatkan pendapatan masyarakat secara mantap.

2.

Bagaimana mengusahakan agar pendapatan tersebut dapat

(10)

Permasalahan tersebut tentu saja tidak mudah dijawab. Akan tetapi dengan adanya data

statistik PDRB barangkali kita agak terbantu dalam melakukan perencanaan maupun evaluasi

pembangunan ekonomi, sebab paling tidak dengan data PDRB kita dapat memperoleh

gambaran mengenai

:

1.

Laju pertumbuhan perekonomian suatu daerah, baik secara

menyeluruh maupun sektoral.

2.

Tingkat kemakmuran suatu daerah melalui besarnya

pendapatan per kapita. Dalam hal ini lebih lengkap dengan

tersedianya data PDRB daerah lain sebagai pembanding.

3.

Kenaikan atau penurunan kemampuan daya beli masyarakat

dengan melihat besarnya tingkat inflasi atau deflasi.

4.

Potensi suatu daerah dengan melihat struktur perekonomian

yang ada.

1.3 PDRB dalam Siklus Kegiatan Ekonomi

Kegiatan ekonomi secara garis besarnya dapat dikelompokkan kedalam kegiatan

memproduksi dan kegiatan mengkonsumsi barang dan jasa. Unit-unit produksi memproduksi

barang dan jasa, dan dari kegiatan memproduksi ini timbul pendapatan yang diterima oleh

faktor-faktor produksi yang telah dimiliki oleh berbagai golongan dalam masyarakat,

sehingga dari pendapatan ini masyarakat akan membeli barang dan jasa baik untuk keperluan

konsumsi maupun investasi.

Dengan demikian, maka nilai produk akhir dari barang dan jasa yang diproduksi

(product) akan sama dengan pendapatan yang diterima oleh golongan-golongan dalam

masyarakat (income), dan akan sama pula dengan jumlah pengeluaran oleh berbagai golongan

dalam masyarakat (expenditure).

Karena itu maka Regional Product (Produk Regional), Regional Income (Pendapatan

Regional), dan Regional Expenditure (Pengeluaran Regional), sebenarnya sama. Hanya cara

melihatnya saja yang berbeda

:

(11)

1.

Kalau ditinjau dari segi produksi, Produk Regional adalah

merupakan jumlah nilai produk akhir atau nilai tambah dari

barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi

yang dimiliki oleh penduduk wilayah itu dalam jangka

waktu tertentu.

2.

Atau kalau ditinjau dari segi pendapatan, Pendapatan

Regional adalah merupakan jumlah pendapatan atau balas

jasa yang diterima oleh faktor poroduksi yang dimiliki oleh

penduduk wilayah itu yang ikut serta dalam proses produksi

dalam jangka waktu tertentu.

3.

Atau apabila ditinjau dari segi pengeluaran, Pengeluaran

Regional adalah merupakan jumlah pengeluaran konsumsi

rumahtangga dan lembaga swasta yang tidak mencari

untung, konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap

perubahan stok dan ekspor neto suatu daerah dalam jangka

waktu tertentu..

1.4 Kegunaan Produk Domestik Regional Bruto

Produk Domestik Regional Bruto yang disajikan dengan harga konstan akan bisa

menggambarkan tingkat pertumbuhan ekonomi di daerah itu, dan apabila ini dibagi dengan

jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan produk perkapita. Jika PDRB

dibagi dengan jumlah penduduk akan mencerminkan tingkat perkembangan pendapatan

perkapita yang dapat digunakan sebagai indikator untuk membandingkan tingkat kemakmuran

materiil suatu daerah terhadap daerah lain.

Penyajian atas dasar harga konstan bersama-sama dengan harga yang berlaku antara

lain dapat dipakai sebagai indikator untuk melihat tingkat inflasi atau deflasi yang terjadi.

Penyajian PDRB secara sektoral dapat memperlihatkan struktur ekonomi di wilayah itu. Bila

angka PDRB dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja, atau jumlah input yang digunakan,

akan dapat menggambarkan tingkat produktifitas secara sektoral maupun menyeluruh.

(12)

Penyajian dalam bentuk input-output dapat menggambarkan hubungan fungsional

antara sektor satu dengan sektor lain, dan bagaimana kenaikan output suatu sektor

mempengaruhi secara langsung maupun tidak langsung kepada sektor-sektor lain.

Penyajian dalam bentuk neraca Regional akan dapat digambarkan bagaimana barang

dan jasa itu diproduksi, dikonsumsi, diinvestasikan maupun diekspor, dan bagaimana

sumber-sumber pembiayaan terhadap konsumsi, investasi maupun ekspor/impor. Dari sekedar uraian

diatas dapat disimpulkan, bahwa angka-angka yang disajikan oleh PDRB dapat

menggambarkan kondisi ekonomi yang terjadi, baik mengenai struktur ekonomi dimasa lalu,

keadaan yang sedang berjalan maupun kemungkinan-kemungkinan dimasa yang akan datang.

Dengan demikian PDRB berfungsi sebagai

:

1.

Indikator tingkat pertumbuhan ekonomi

2.

Indikator tingkat pertumbuhan income per kapita

3.

Indikator tingkat kemakmuran

4.

Indikator tingkat inflasi dan deflasi

5.

Indikator struktur perekonomian

6.

Indikator hubungan antar sektor

Oleh karena itu angka PDRB akan sangat berguna bagi para ahli yang bergerak dibidang

perencanaan ekonomi, jangka pendek maupun jangka panjang, dan lain-lain kebijaksanaan

ekonomi, baik pemerintah maupun swasta.

(13)

2.1 U m u m

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Pasar

Angka Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Pasar ini dapat diperoleh

dengan menjumlahkan nilai tambah (value added) yang timbul dari seluruh sektor

perekonomian di wilayah.itu

Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Harga Pasar

Perbedaan antara konsep neto dan konsep bruto diatas, ialah karena pada konsep

bruto, penyusutan masih termasuk didalamnya, sedang pada konsep neto ini komponen

penyusutan sudah dikeluarkan. Jadi Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Pasar

dikurangi penyusutan akan diperoleh Produk Domestik Regional Neto atas dasar Harga

Pasar.

Penyusutan yang dimaksud disini ialah nilai susutnya (ausnya) barang-barang

tersebut yang ikut serta dalam proses produksi. Jika nilai susutnya barang-barang modal dari

seluruh sektor ekonomi dijumlahkan, maka hasilnya merupakan penyusutan yang dimaksud di

atas.

(14)

Produk Domestik Regional Neto Atas Dasar Biaya Faktor

Perbedaan antara konsep biaya faktor dan konsep harga pasar diatas, ialah karena

adanya pajak tidak langsung yang dipungut Pemerintah dan subsidi yang diberikan oleh

Pemerintah kepada unit-unit produksi. Pajak tidak langsung ini meliputi pajak penjualan, bea

ekspor/impor, bea cukai, ipeda dan lain-lain pajak, kecuali pajak pendapatan dan pajak

perseroan. Pajak tidak langsung ini oleh unit-unit produksi dibebankan pada biaya produksi

atau pada pembeli, sehingga pajak tidak langsung berakibat menaikkan harga barang.

Jadi pajak tidak langsung dan subsidi mempunyai pengaruh yang sama terhadap

harga barang-barang, hanya yang satu berpengaruh menaikkan sedang yang lainnya

menurunkan, sehingga kalau pajak tidak langsung dikurangi subsidi akan diperoleh pajak

tikak langsung neto. Jika Produk Domestik Regional Neto atas dasar Harga Pasar dikurangi

dengan pajak tidak langsung neto ini, maka hasilnya akan berupa Produk Domestik Regional

Neto atas dasar Biaya Faktor.

Pendapatan Regional

Dari konsep-konsep yang diterangkan diatas dapat diketahui, bahwa Produk

Domestik Regional Neto atas dasar Biaya faktor itu sebenarnya merupakan jumlah balas jasa

faktor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi di daerah itu.

Dengan demikian Produk Domestik Regional Neto atas dasar Biaya Faktor

merupakan jumlah dari pendapatan yang berupa upah/gaji, bunga, sewa tanah dan keuntungan

yang timbul (income originated), atau merupakan pendapatan yang berasal (income

originated) dari daerah tersebut.

Pendapatan yang dihasilkan tadi, tidak seluruhnya menjadi pendapatan penduduk di

wilayah itu, sebab ada sebagian pendapatan yang diterima oleh penduduk yang tinggal di

wilayah lain, misalnya suatu perusahaan yang modalnya dimiliki oleh orang luar, tetapi

perusahaan tadi beroperasi di daerah tersebut, maka dengan sendirinya keuntungan

perusahaan itu sebagian akan menjadi milik orang luar yaitu milik orang yang mempunyai

(15)

modal tadi. Sebaliknya kalau ada penduduk daerah ini yang menanamkan modalnya di luar

daerah tersebut, maka sebagian keuntungan akan menjadi pendapatan dari pemilik modal tadi.

Produk Domestik Regional Neto atas dasar Biaya Faktor dikurangi dengan

pendapatan yang mengalir ke dalam tadi, maka hasilnya akan merupakan Produk Regional

Neto, yaitu merupakan jumlah pendapatan yang benar-benar diterima (income receipt) oleh

seluruh penduduk yang tinggal di daerah itu.

Produk Regional inilah yang merupakan Pendapatan Regional daerah tersebut. Bila

pendapatan regional ini dibagi dengan jumlah seluruh penduduk yang tinggal di daerah itu,

maka hasilnya merupakan pendapatan perkapita penduduk di daerah tersebut.

Personal Income

Personal Income (Pendapatan Orang Seorang) adalah merupakan pendapatan yang

diterima oleh rumahtangga. Kalau kita memperhatikan konsep Pendapatan Regional maupun

Pendapatan Perkapita Penduduk seperti tersebut diatas, maka sebenarnya tidak semua

Pendapatan Regional tersebut diterima oleh rumahtangga, karena harus dipotong pajak

pendapatan (corporate income taxes), keuntungan yang tidak dibagikan (undistributed

profits), dan iuran kesejahteraan sosial (social security contributions).

Sebaliknya pendapatan tersebut harus ditambah dengan transfer yang diterima oleh

rumahtangga dan bunga neto atas hutang pemerintah. Jadi kalau Pendapatan Regional

dikurangi pajak pendapatan, keuntungan yang tidak dibagikan dan iuran kesejahteraan sosial,

kemudian ditambah dengan transfer yang diterima oleh rumahtangga dan bunga neto atas

hutang pemerintah, maka akan diperoleh Personal Income.

(16)

Disposable Income

Apabila Pendapatan Orang-Seorang (personal income) tersebut dikurangi dengan

pajak rumahtangga dan transfer yang dibayar oleh rumahtangga, maka akan diperoleh

Pendapatan yang Benar-benar Siap Dibelanjakan (Disposable Income).

Dari uraian-uraian tersebut diatas, maka dapat disusun Agregat Pendapatan Regional

sebagai berikut

:

1.Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Pasar

Dikurangi

:

Penyusutan

Sama dengan:

2.Produk Domestik Regional Neto atas dasar Harga Pasar

Dikurangi

:

Pajak tak langsung

Sama dengan:

3.Produk Domestik Regional Neto atas dasar Biaya Faktor

Ditambah

:

Pendapatan yang masuk dari luar daerah/luar Negeri

Dikurangi

:

Pendapatan yang mengalir keluar daerah/luar

Negeri

Sama dengan:

4.Pendapatan Regional

Dikurangi

:

Pajak Pendapatan

Keuntungan yang tidak dibagikan

Iuran kesejahteraan sosial

Ditambah

:

Transfer yang diterima oleh rumahtangga

Bunga neto atas hutang pemerintah

Sama dengan:

5.Pendapatan Orang-Seorang (Personal Income)

Dikurangi

:

Pajak rumahtangga

Transfer yang dibayar oleh rumahtangga

Sama dengan:

6.Pendapatan Yang Siap Dibelanjakan (Disposable Income)

Disposable Income inilah yang merupakan pendapatan yang benar-benar dapat digunakan dan

dinikmati oleh rumah-tangga. Untuk lebih jelasnya, maka susunan Agregat Pendapatan

Regional dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(17)

Biaya Antara :

Bibit, pupuk, obat-obatan, bahan

baku,bahan penolong, listrik, jasa

perbaikan alat-alat, sewa bangunan

dan mesin, jasa lain-lain dan

sebagainya ( tidak termasuk

pembelian barang modal )

Upah dan Gaji

Pajak rumah tangga,

sewa tanah, royalti

Transfer oleh Rumah Tangga

Bunga Modal

Keuntungan

( deviden dan laba ditahan )

Pendapatan netto dari luar daerah /

luar negeri

Penyusutan

Pajak Tidak Langsung Netto

Pajak pendapatan perusahaan,

Keuntungan yang tidak dibagikan,

Iuran kesejahteraan sosial

Transfer yang diterima rumah tangga

PR

N

b

ia

y

a

f

a

k

to

r

(p

e

n

d

a

p

a

ta

n

r

e

g

io

n

a

l

)

Pe

n

d

a

p

a

ta

n

o

ra

n

g

s

e

o

ra

n

g

(Pe

rs

o

n

a

l

In

c

o

m

e

)

Pe

n

d

a

p

a

ta

n

s

ia

p

d

ib

e

la

n

ja

k

a

n

(

D

is

p

o

sa

b

le

In

c

o

m

e

)

Gambar. 1

SUSUNAN AGREGAT PENDAPATAN NASIONAL

T

o

ta

l

O

u

tp

u

t

PD

R

B

h

a

rg

a

p

a

sa

r

PD

R

N

h

a

rg

a

p

a

sa

r

PD

R

N

b

ia

y

a

f

a

k

to

r

(18)

2.2 Struktur Penyajian PDRB

Untuk dapat memberi gambaran sampai seberapa jauh peranan masing-masing sektor

ekonomi memberikan andil dalam berproduksi, atau sampai seberapa jauh peranan

faktor-faktor produksi berpartisipasi dalam proses produksi, atau bagaimana komposisi penggunaan

produk-produk yang dihasilkan tadi, maka PDRB dapat disajikan dalam 3 bentuk penyajian

tabulasi

:

PDRB menurut lapangan usaha (by industrial origins)

PDRB menurut andilnya faktor-faktor produksi

PDRB menurut jenis penggunaan (by type of expenditure)

Namun untuk keperlan PDRB Kabupaten Jombang, mengingat berbagai kendala yang ada,

maka diputuskan hanya menyajikan PDRB menurut lapangan usaha saja.

PDRB menurut Lapangan Usaha

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang peranan

masing-masing sektor dalam memberikan andilnya pada PDRB. Dalam hal ini ada 9 sektor, yaitu

:

1.

Sektor Pertanian, Peternakan, Perikanan dan Kehutanan

2.

Sektor Pertambangan dan Penggalaian

3.

Sektor Industri Pengolahan

4.

Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

5.

Sektor Bangunan

6.

Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

7.

Sektor Pengangkutan dan Komunikasi

8.

Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

9.

Sektor Jasa-jasa

Sedang penjelasan tentang makna dan cakupan masing-masing sektor beserta sumber datanya

akan diuraikan dalam bab III dari buku ini

(19)

PDRB menurut Andilnya Faktor-Faktor Produksi

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberikan gambaran tentang peranan

masing-masing faktor produksi dalam memberikan andil pada PDRB. Karena itu disajikan balas jasa

yang diterima oleh masing-masing faktor produksi yaitu dalam bentuk upah/gaji, sewa tanah,

bunga dan keuntungan.

Adanya unit-unit produksi yang faktor produksinya sekaligus dimiliki sendiri oleh

produsen seperti: petani, pelukis dan pekerja profesional lainnya, maka terlalu sukar untuk

memisahkan nilai tambahnya dalam komponen-komponen faktor-faktor pendapatan, sehingga

perlu ditambahkan satu perincian lagi untuk menampung hal seperti ini, yaitu pendapatan

usaha perorangan (non corporated enterprices). Dengan demikian maka item-item yang

disajikan menjadi

:

1.

Upah/Gaji (Compensation of employees)

2.

Pendapatan dari usaha perorangan (Income from non

corporate enterprices)

3.

Sewa Tanah (Rental Income)

4.

Keuntungan (Corporated Profit)

5.

Bunga neto (Net Interest)

Untuk dapat sekedar memberi gambaran tentang apa-apa yang tercakup dalam masing-masing

item tersebut, di bawah ini akan diuraikan secara singkat.

Upah/Gaji

Yang tercakup disini ialah balas jasa faktor produksi buruh/pegawai yang meliputi

:

Upah dan gaji baik berupa uang maupun berupa barang,

sebelum dipotong pajak upah, dana pensiun, asuransi

kesehatan.

Pembayaran yang berbentuk hadiah, premi, bonus dan

segala macam tunjangan lainnya.

Social

security

contributions,

meliputi

pembayaran

kontribusi yang dilakukan oleh pengusaha untuk keperluan

pegawai-pegawainya, misalnya untuk dana asuransi, dana

kesehatan dan pensiun, dan sebagainya.

(20)

Pendapatan Usaha Perorangan

Yang tercakup disini ialah pendapatan yang ditimbulkan oleh unit-unit produksi yang

tidak berbentuk perusahaan, misalnya petani, dokter, pedagang kecil, tukang cukur dan

sebagainya. Dan biasanya faktor produksinya tidak dibeli dari luar tetapi dimiliki oleh

unit-unit produksi itu sendiri, maka pendapatan yang ditimbulkan sukar dipisahkan menjadi

komponen-komponen balas jasa faktor produksinya, sehingga nilai tambahnya dikeluarkan

dalam bentuk gabungan dalam item ini.

Sewa Tanah

Yang tercakup disini ialah pendapatan yang ditimbulkan oleh

:

Ikut sertanya faktor produksi tanah dalam proses produksi.

Dengan tidak memperhatikan/melihat untuk apa tanah itu

digunakan (apakah untuk pertanian, perikanan atau untuk

bangunan), maka sewa yang timbul dimasukkan dalam

rental income ini.

Pemilikan atas hak patent, hak cipta (copyright), merk

dagang dan sebangsanya dimasukkan juga dalam item ini.

Keuntungan

Yang tercakup disini ialah keuntungan perusahaan sebelum dipotong pajak

perusahaan dan pajak langsung lainnya, dan sebelum dibagikan sebagai deviden.

Bunga Neto

Bunga neto mencakup bunga atas piutang maupun surat-surat berharga lainnya yang

diterima oleh penduduk maupun pemerintah, dikurangi bunga atas hutang pemerintah kepada

penduduk jika hutang tersebut dipakai untuk konsumsi pemerintah , misalnya untuk

membiayai perang. Karena dipakai untuk konsumsi, berarti uang ini tidak ikut serta dalam

proses produksi, sehingga bunganya bukanlah balas jasa faktor produksi. Oleh karena

Pendapatan Regional merupakan balas jasa faktor produksi, maka bunga yang dekimian

bukan bagian dari Pendapatan Regional maka harus dikeluarkan dari Pendapatan Regional,

dan untuk selanjutnya dianggap sebagai transfer. Selain itu perlu diadakan imputasi atas

(21)

bunga dari uang-uang penduduk yang disimpan sebagai tanggungan di

perusahaan-perusahaan , sebagai asuransi jiwa, sebagai dana pensiun, dan seterusnya.

PDRB menurut Penggunaan ( by type of expenditure ) .

Penyajian dalam bentuk ini dapat memberi gambaran, bagaimana barang dan jasa

yang diproduksi itu digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Untuk keperluan

ini maka barang dan jasa itu dikelompokkan menurut penggunaannya dalam masyarakat,

misalnya digunakan untuk keperluan konsumsi rumah tangga dan lembaga swata yang tidak

mencari untung (private consumption expendi-tures), ditanam sebagai barang modal (fixed

capital formation), sedang yang tidak digunakan pada tahun laporan akan disimpan sebagai

stock (increase in stock ) atau digunakan sebagai ekspor neto. Sehingga nantinya

penyajiannya akan berbentuk

:

1.

Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga.

2.

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta yang Tidak

Mencari Untung.

3.

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

4.

Pembentukan Modal Tetap

5.

Perubahan Stok

6.

Ekspor Neto

Dan untuk sekedar memberi gambaran tentang apa-apa yang tercakup dalam item-item di

atas, maka di bawah ini akan diuraikan secara singkat.

Pengeluaran Konsumsi Rumah tangga.

Pengeluaran Konsumsi rumah tangga mencakup pengeluaran yang dilakukan oleh

rumah tangga untuk membeli barang-barang jadi baru dan jasa tanpa melihat durability dari

barang dan jasa itu,kemudian dikurangi penjualan dari barang bekas neto

(penjualan-pembelian barang bekas neto), dengan mengecualikan pengeluaran yang bersifat transfer,

pembelian tanah dan rumah. Perkecualian ini dilakukan sebab transfer akan dihitung sebagai

pengeluaran pada konsumen yang menerima transfer tadi sedang pengeluaran untuk tanah dan

rumah dimasukkan dalam item pembentukan modal (capital formation).

(22)

Pengeluaran Konsumsi Lembaga Swasta yang Tidak Mencari Untung

Lembaga Swasta yang Tidak Mencari Untung meliputi panti asuhan, panti wredha,

sekolah, yayasan masjid dan sebagainya. Yang tercakup dalam item ini ialah pengeluaran

rutin yang dilakukan oleh lembaga-lembaga ini. Pengeluaran yang dilakukan untuk pembelian

barang-barang modal akan dimasukkan dalam item pembentukan modal tetap. Pengeluaran

konsumsi rumahtangga lembaga swasta yang tidak mencari untung ini disebut juga Private

Comsumption Expenditure).

Pengeluaran Konsumsi Pemerintah

Item ini mencakup pengeluaran rutin untuk pembelian barang dan jasa dari pihak lain

yang dilakukan oleh pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, kemudian

dikurangi hasil penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh Pemerintah. Pengeluaran rutin

di sini meliputi pembayaran upah dan gaji kepada pegawai-pegawai pemerintah, belanja

barang, biaya-biaya pemeliharaan dan biaya-biaya rutin lain. Termasuk juga pengeluaran

belanja modal untuk keperluan militer. Belanja modal untuk keperluan sipil misalnya

pembelian mobil, mesin, pembuatan gedung, jalan, jembatan dan sebagainya akan

dimasukkan dalam pembentukan modal tetap, sedang pembelian seperti di atas, tetapi untuk

keperluan militer dimasukkan dalam Pengeluaran Konsumsi Pemerintah juga. Pengeluaran

Rutin tersebut harus dikurangi dengan hasil penjualan barang dan jasa yang dilakukan oleh

Pemerintah, misalnya penjualan buku-buku terbitan departemen-departemen, penjualan bibit

padi dan telur dari pusat pembibitan milik pemerintah dan sebagainya.

Pembentukan Modal Tetap

Pembentukan Modal Tetap (Gross Fixed Capital Formation) ditambah Perubahan

Stok (Increase in stock) biasanya disebut Gross Capital Formation, sebab keduanya memang

merupakan perubahan jumlah stock barang, baik barang-barang yang sudah ditanam maupun

yang masih disimpan. Hanya untuk memudahkan penghitungannya, kedua item ini perlu

dipisahkan.

Apa yang tercakup dalam perubahan stok akan dibicarakan kemudian, sedang yang

masuk dalam pembentukan modal tetap mencakup besarnya modal yang ditanam selama satu

tahun, baik oleh pemerintah, swasta, lembaga swasta yang tidak mencari untung maupun

(23)

rumahtangga (terbatas pada tanah dan rumah), dikurangi dengan jumlah penjualan

barang-barang modal bekas selama tahun sama. Yang tercakup dalam barang-barang modal tetap (durable

procedure goods) umurnya lebih dari satu tahun, misalnya tanah, rumah, gedung, jalan,

jembatan, dam, mesin, alat transport, dan sebagainya.Selain itu yang termasuk juga dalam

pembentukan modal tetap adalah pembelian/penambahan ternak yang dipelihara untuk

diambil susunya, tenaganya, bulunya, dan sebagainya. Sedang pembelian/penambahan ternak

yang dipelihara untuk diambil dagingnya (dipotong) akan dimasukkan dalam pembentukan

modal stok.Dalam item ini termasuk pengeluaran untuk penanaman hutan baru, serta

perkebunan tanaman keras yang baru bisa dipetik hasilnya setelah berumur lebih dari satu

tahun.

Perubahan Stok

Perubahan stok ialah barang-barang yang dproduksi maupun yang diimpor pada

tahun itu, tapi belum sempat dipakai sampai akhir tahun, sehingga masih disimpan sebagai

stok. Stok yang disimpan ini meliputi barang-barang mentah yang belum sempat diproses

menjadi barang lain, barang yang masih dalam proses (work in process) dan barang-barang

jadi yang belum sempat dijual. Seperti yang disebutkan di atas termasuk juga dalam increase

in stock ini ialah penambahan ternak yang dipelihara untuk dipotong.

Ekspor Neto

Ekspor Neto disini berarti selisih antara ekspor dan impor dari barang dan jasa.

Ekspor barang dan jasa meliputi ekspor barang-barang yang dijual keluar negeri, di mana

termasuk di dalamnya barang-barang dagangan (merchandise), jasa transport, asuransi dan

jasa-jasa lain. Begitu pula untuk impor termasuk barang-barang dagangan, jasa-jasa lain yang

dibeli dari luar negeri. Juga termasuk dalam ekspor dan impor disini ialah

pengeluaran/pemasukan barang yang bersifat pemberian/hadiah ke/dari negara negara lain dan

barang-barang yang diekspor/impor dengan dibiayai oleh uang yang diperoleh dari transfer

antar negara. Tetapi kalau pengeluaran/pemasukan barang yang bersifat hadiah/pemberian ini

dimaksud untuk keperluan militer tidak termasuk dalam item Ekspor/Impor ini.

(24)

2.3 Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku.

Untuk melakukan penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku ada empat metode

yang dipakai, yaitu

:

Pendekatan dari segi produksi (productions approac)

Pendekatan dari segi pendapatan (income approach)

Pendekatan dari segi pengeluaran (expenditure approach)

Metode Alokasi (allocation method)

Pendekatan Produksi

Pendekatan dengan cara ini dilakukan untuk mendapat Nilai Tambah Bruto (Gross

Value Added) dapat diperoleh dengan menghitung nilai Output dikurangi dengan Biaya

Antara (Intermediate Consumption). Yang dimaksud dengan Output adalah nilai barang dan

jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di daerah tersebut dalam satu periode tertentu

(biasanya satu tahun). Dan yang dimaksud dengan Biaya-biaya Antara (Intermediate

Consumption) adalah barang-barang tidak tahan lama (umur pemakaiannya kurang dari satu

tahun atau habis dalam satu kali pemakaian) dan jasa-jasa pihak lain yang digunakan dalam

proses produksi. Jadi, apabila nilai output dikurangi dengan biaya-biaya antara, maka akan

diperoleh Nilai Tambah Bruto yang terdiri dari biaya faktor produksi (upah/gaji, bunga neto,

sewa tanah, keuntungan), penyusutan barang modal dan pajak tak langsung neto.

Nilai output biasanya digunakan data sekunder dari Instansi yang bersangkutan.

Sedangkan biaya antara diperoleh dari hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR).

Penghitungan dengan pendekatan produksi ini biasanya digunakan untuk sektor pertanian,

industri, gas, air minum, pertambangan dan sebagainya.

(25)

Pendekatan Pendapatan

Pendekatan dengan cara ini dapat dilakukan dengan secara langsung menjumlahkan

pendapatan, yaitu jumlah balas jasa faktor produksi berupa upah/gaji, bunga neto, sewa tanah

dan keuntungan, sehingga diperoleh Produk Domestik Regional Neto atas dasar Biaya Faktor.

Untuk memperoleh Produk Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Pasar, harus ditambah

dengan penyusutan dan pajak tak langsung neto.

Penghitungan dengan pendekatan pendapatan (income approach) ini biasanya

digunakan untuk kegiatan yang sulit dihitung dengan pendekatan produksi, seperti sektor

pemerintah dan jasa yang usahanya tidak mencari untung (non profit)

Pendekatan Pengeluaran

Pendekatan dengan cara ini digunakan untuk menghitung nilai barang dan jasa yang

digunakan oleh berbagai golongan dalam masyarakat. Barang dan jasa yang diproduksi oleh

unit-unit produksi akan digunakan untuk keperluan konsumsi, pembentukan modal (investasi)

dan ekspor.

Barang-barang yang digunakan ini ada yang berasal dari produksi dalam daerah

(domestik) dan yang berasal dari luar daerah/impor. Karena yang dihitung hanya nilai barang

dan jasa yang berasal dari produksi domestik saja, maka dari komponen biaya diatas perlu

dikurangi dengan nilai impor sehingga komponen nilai ekspor di atas akan menjadi nilai

ekspor neto. Apabila nilai konsumsi (konsumsi rumahtangga, pemerintah dan yayasan sosial),

nilai pembentukan modal dan ekspor neto dijumlahkan, maka akan diperoleh nilai Produk

Domestik Regional Bruto atas dasar Harga Pasar.

Metode Alokasi

Kadang-kadang data yang tersedia tidak memungkinkan menggunakan ketiga

metode diatas, hingga terpaksa dipakai metode alokasi. Hal ini dapat terjadi misalnya suatu

(26)

unit produksi yang mempunyai kantor pusat dan kantor cabang. Kantor pusat berada di

wilayah lain, sedang kantor cabang berada di daerah tersebut. Sering kali kantor cabang ini

tidak bisa membuat neraca untung rugi, sebab neracanya dibuat di kantor pusat, hingga tidak

dapat diketahui berapa keuntungan yang diperoleh dari kantor cabang ini. Padahal keuntungan

adalah salah satu komponen dari nilai tambah sehingga karena keuntungan tidak diketahui,

maka nilai tambahnya tidak dapat dihitung. Untuk bisa menghitung hal-hal yang demikian

maka digunakan alokasi, yaitu dengan jalan mengalokasikan angka-angka secara terpusat

dengan memakai indikator-indikator yang sekiranya dapat menunjukkan peranan cabang yang

berada di daerah itu terhadap kantor pusatnya. Indikator itu dapat berupa volume kerja,

jumlah karyawan, jumlah penduduk dan lain-lain.

Metode alokasi ini merupakan metode pendekatan tidak langsung, sedang yang lain

merupakan metode langsung. Dengan menggunakan metode langsung akan dapat dihasilkan

angka-angka yang bisa menggambarkan karakteristik yang lebih mendekati kenyataan bila

dibandingkan dengan angka-angka yang diperoleh dari metode yang tidak langsung . Oleh

karena itu sejauh mungkin digunakan metode langsung, dan bila hal ini tidak mungkin, baru

ditempuh peng-hitungan dengan metode tidak langsung ini.

2.4 Metode Penghitungan PDRB Atas Dasar Harga Konstan 2000

PDRB yang masih memuat faktor inflasi di dalamnya merupakan Pendapatan PDRB

atas dasar harga berlaku (at current prices), sedang bila faktor inflasi sudah dieleminasi akan

merupakan PDRB atas dasar harga konstan (at constant prices).

Secara konsepual, nilai atas dasar harga konstan juga mencerminkan kuantum

produksi tahun berjalan yang dinilai dengan harga pada tahun dasar. Dan secara metodologis

suatu nilai atas dasar hargga konstan dapat diperoleh dengan metode revaluasi, ekstrapolasi

dan deflasi.

Revaluasi

(27)

pada tahun dasar pula. Dalam praktek, sangat sulit melakukan revaluasi terhadap biaya antara

yang digunakan, karena mencakup komponen biaya antara yang sangat banyak, disamping

data harga yang tersedia tidak dapat memenuhi semua keperluan tersebut. Oleh karena itu,

biaya antara atas dasar harga konstan biasanya diperoleh dari perkalian antara output atas

dasar harga konstan masing-masing tahun dengan ratio biaya antara terhadap output pada

tahun dasar.

Ekstrapolasi

Cara ini diperoleh dengan mengekstrapolasi nilai tambah pada tahun dasar dengan

menggunakan indeks kuantum dari barang-barang yang diproduksi. Bila terdapat kesulitan

dalam memperoleh indeks kuantum dapat dipakai indikator lain yang ada hubungannya

dengan indeks kuantum produksi tersebut, misalnya indeks tenaga kerja di bidang itu, indeks

kuantum dari input yang dipakai dan sebagainya.

Ekstrapolasi dapat juga dilakukan terhadap output atas dasar harga konstan,

kemudian dengan menggunakan ratio tetap nilai tambah terhadap output akan diperoleh

perkiraan nilai tambah atas dasar harga konstan.

Deflasi

Cara ini diperoleh dengan mendeflate nilai tambah atas dasar harga yang berlaku

dengan indeks harga dari barang-barang yang bersangkutan. Indeks harga disini dapat dipakai

indeks harga perdagangan besar, harga produsen maupun harga eceran tergantung mana yang

lebih cocok.

Selain daripada tiga metode dasar tersebut diatas, ada empat pendekatan untuk

menghitung nilai tambah sektoral atas dasar harga konstan, tiga diantaranya didasarkan pada

pendekatan produksi yang dipakai untuk penghitungan nilai tambah dan yang satunya

didasarkan pada pendekatan pendapatan. Empat pendekatan tersebut adalah sebagai berikut

:

(28)

Deflasi Ganda

Deflasi ganda dilakukan apabila atas dasar harga konstan dihitung secara terpisah

dari input antara atas dasar harga konstan. Nilai tambah atas dasar harga konstan merupakan

selisih antara output dan input antara atas dasar harga konstan. Untuk menghitung output dan

input antara atas dasar harga konstan itu dapat dipakai salah satu atau kombinasi dari metode

dasar tersebut diatas. Perlu diperhatikan bahwa istilah deflasi yang digunakan disini adalah

dalam arti yang lebih luas.

Ekstrapolasi Langsung Terhadap Nilai Tambah

Ekstrapolasi dari nilai tambah sektoral dapat dilakukan dengan menggunakan

perkiraan-perkiraan dari penghitungan output atas dasar harga konstan (yang didasarkan pada

metode revaluasi, ekstrapolasi atar deflasi ) atau dapat secara langsung menggunakan indeks

produksi yang sesuai, atau tingkat pertumbuhan riil yang lalu dari outoput, input antara atau

nilai tambah kemudian dikalikan dengan nilai tambah sektoral tahun dasar. Secara implisit

pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa output atas dasar harga konstan berubah sejalan

dengan input atas dasar harga konstan atau rasio input antara riil boleh dikatakan tetap.

Asumsi itu akan cocok bila perubahan teknologi dari sektor yang bersangkutan relatif kecil.

Dalam beberapa hal pendekatan ini akan lebih mudah bila digunakan dalam jangka pendek

atau bila rasio input antara adalah kecil.

Deflasi Langsung Terhadap Nilai Tambah

Deflasi dari nilai tambah sektoral dilakukan dengan menggunakan indeks harga

implisit dari output atau secara langsung menggunakan indeks harga produksi yang sesuai,

kemudian dijadikan angka pembagi terhadap nilai tambah sektoral atas dasar harga berlaku.

Secara implisit pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa inflasi yang terjadi pada output

dianggap sama dengan inflasi pada input antara. Asumsi ini akan lebih mudah bila digunakan

dalam jangka pendek atau bela rasio input antara adalah kecil.

Deflasi Komponen Pendapatan

Komponen-komponen pendapatan dari nilai tambah pada dasarnya erat kaitannya

dengan tenaga kerja, modal dan manajemen. Karena khususnya keuntungan berkaitan dengan

(29)

manajemen maka perubahan kualitas tenaga kerja dan modal akan menyebabkan

kesulitan-kesulitan, pendekatan ini hanya digunakan untuk sektor-sektor dimana tiga pendekatan diatas

tidak mungkin digunakan karena tidak tersedianya data dasar atau indeks output yang sesuai.

Pendekatan ini akan lebih cocok bila nilai tambah terutama terdiri dari kompensasi tenaga

kerja dan penyusutan.

2.5 Cara Penyajian dan Angka Indeks

Agregat-agregat PDRB secara seri selalu disajikan dalam dua bentuk, yaitu atas

dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan, seperti yang telah diuraikan di atas.

1.

Pada penyajian atas dasar harga yang berlaku, semua

agregat PDRB dinilai atas dasar harga yang berlaku pada

masing-masing tahunnya, baik pada saat menilai produksi

dan biaya antara maupun pada penilaian komponen nilai

tambah.

2.

Pada Penyajian atas dasar harga konstan suatu tahun dasar

semua agregat PDRB dinilai atas dasar harga tetap yang

terjadi pada tahun dasar, sehingga perkembangan agregat

PDRB dari tahun ke tahun semata-mata karena

perkembangan riil dan bukan pengaruh kenaikan harga.

Agregat-agregat PDRB juga disajikan dalam bentuk angka indeks perkembangan,

laju pertumbuhan dan indeks implisit, yang masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut

:

1.

Indeks perkembangan, diperoleh dengan membagi

nilai-nilai pada masing-masing dengan nilai-nilai pada tahun dasar,

dikalikan 100

2.

Angka laju pertumbuhan, diperoleh dengan membagi nilai

pada masing-masing tahun dengan nilai pada tahun

sebelumnya, dikalikan 100. Jadi di sini tahun sebelumnya

selalau dianggap 100. Indeks ini menunjukkan tingkat

perkembangan agregat pendapatan regional untuk

masing-masing tahun dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

(30)

3.

Indeks implisit, diperoleh dengan membagi nilai atas dasar

harga yang berlaku dengan nilai atas dasar harga konstan

untuk masing-masing tahunnya, dikalikan 100. Indeks ini

menunjukkan tingkat perkembangan harga dari agregat

pendapatan regional terhadap harga pada tahun dasar.

Selanjutnya bila dari indeks implisit ini dibuatkan indeks

berantainya, akan terlihat tingkat perkembangan harga

setiap tahun terhadap tahun sebelumnya.

(31)

Uraian sektoral yang disajikan dalam Bab III ini mencakup ruang lingkup dan

definisi dari masing-masing sektor dan sub sektor, kemudian cara-cara penghitungan nilai

tambah, baik atas dasar harga yang berlaku maupun atas dasar harga konstan 2000, serta

sumber datanya.

3.1 Sektor Pertanian

Tanaman Bahan Makanan

Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman bahan makanan seperti padi, jagung,

ketela pohon, ketela rambat, kacang kedele, sayur-sayuran, buah-buahan, kentang, kacang

hijau, tanaman pangan lainnya, dan hasil produk ikutannya. Termasuk pula disini hasil dari

pengolahan yang dilakukan secara sederhana oleh petani yang bersangkutan seperti beras

tumbuk, gaplek, dan sagu.

Data produksi diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) dan Dinas Pertanian

Tanaman Pangan Kabupaten Jombang, sedangkan data harga seluruhnya bersumber pada data

harga yang dikumpulkan oleh BPS Kabupaten Jombang.

Nilai tambah bruto atas dasar harga yang berlaku diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu

mengalikan terlebih dahulu setiap kuantum produksi dengan masing-masing hargannya, kemudian hasilnya

dikurangi dengan biaya antara atas dasar harga yang berlaku pada setiap tahun. Biaya antara tersebut diperoleh

dengan menggunakan rasio biaya antara terhadap output hasil Survei Khusus Pendapatan Regional (SKPR).

Nilai tambah atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan cara revaluasi, yaitu mengalikan produksi pada

masing-masing tahun dengan harga pada tahun 2000, kemudian dikurangkan dengan biaya antara atas dasar

harga konstan 2000.

(32)

Tanaman Perkebunan

Tanaman Perkebunan Rakyat

Sub sektor ini mencakup komoditi tanaman perkebunan yang diusahakan oleh rakyat

seperti jumbu mente, kelapa, kopi, kapok, kapas, tebu, tembakau dan cengkeh. Cakupan

tersebut termasuk produk ikutannya dan hasil-hasil pengolahan sederhana seperti minyak

kelapa rakyat, tembakau olahan, kopi olahan dan teh olahan.

Data produksi diperoleh dari Dinas Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Jombang

sedangkan data harga oleh BPS Propinsi Jawa Timur dan Dinas Perkebunan Daerah Propinsi

Jawa Timur.

Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung dengan cara pendekatan

produksi. Rasio biaya antara serta rasio margin perdagangan dan biaya transpor yang

digunakan diperoleh dari Tabel Input-Output Indonesia 2000.Sedang nilai tambah atas dasar

harga konstan 2000 diperoleh dengan cara revaluasi, sama seperti yang dilakukan pada

tanaman bahan makanan.

Tanaman Perkebunan Besar

Sub sektor ini mencakup kegiatan yang memproduksi komoditi perkebunan yang

diusahakan oleh perusahaan perkebunan besar. Komoditi yang dicakup di antaranya karet,

teh, kopi, kakao, minyak sawit, inti sawit tebu, rami, serat manila dan sebagainya.

Cara penghitungan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku maupun konstan

2000 sama seperti pada tanaman perkebunan rakyat.

Peternakan dan Hasil-hasilnya

Sub Sektor ini mencakup produksi ternak besar, ternak kecil, unggas maupun hasil

ternak, seperti sapi, kerbau, babi, kambing, domba, telur, susu segar, serta hasil pemotongan

ternak. Produksi ternak diperkirakan sama dengan jumlah ternak yang dipotong, ditambah

(33)

perubahan stok populasi ternak dan ekspor ternak netto. Data mengenai jumlah ternak yang

dipotong, populasi ternak, produksi susu dan telur serta banyaknya ternak yang keluar masuk

wilayah Kabupaten Jombang diperoleh dari Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten

Jombang, sedangkan data harga ternak diperoleh dari laporan harga produsen BPS Kabupaten

Jombang

.

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan harga konstan 2000 dihitung dengan cara

pendekatan produksi, yaitu mengalikan terlebih dahulu kuantum produksi setiap jenis ternak

dengan harganya, kemudian dikurangi biaya antara masing-masing komoditi yang diperoleh

dari Survei Khusus Pendapatan Regional.

Kehutanan

Subsektor kehutanan mencakup penebangan kayu, pengambilan hasil hutan lainnya

dan perburuan. Kegiatan penebangan kayu menghasilkan kayu gelondongan, kayu bakar,

arang dan bambu. Sedangkan pengambilan hasil hutan lainnya misalnya, rotan, damar,kulit

kayu, kopal, nipah, nibung, akar-akaran dan sebagainya. Hasil perburuan binatang liar seperti

babi rusa, penyu, buaya, ular, madu dan lain-lain termasuk juga subsektor ini.

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung berdasarkan

perkalian antara rasio nilai tambah terhadap outputnya.

Perikanan

Subsektor ini mencakup semua hasil dari kegiatan perikanan laut, perairan umum,

tambak, kolam, sawah dan keramba, serta pengolahan sederhana (pengeringan dan

penggaraman ikan). Data mengenai produksi, dan nilai produksi diperoleh dari laporan Dinas

Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang. Sedang penghitungan nilai tambah bruto

dilakukan dengan mengalikan rasio nilai tambah bruto terhadap output. Di mana Rasio nilai

tambah diperoleh dari survei khusus.

(34)

3.2 Sektor Pertambangan dan Penggalian

Sektor ini mencakup minyak mentah dan gas bumi, yodium, bijih mangan, belerang,

serta segala jenis hasil penggalian.

Output sektor pertambangan dan penggalian merupakan perkalian antara produksi

dengan harga masing-masing, yang apabila dikurangi dengan biaya antara diperoleh nilai

tambah bruto atas dasar harga berlaku, sedangkan nilai tambah bruto penggalian atas dasar

harga konstan adalah output penggalian (menggunakan cara revaluasi) dikurangi biaya antara

atas dasar harga konstan 2000.

3.3 Sektor Industri Pengolahan

Berbeda dengan publikasi sebelumnya, mulai PDRB 1993 Sektor Industri

Pengolahan bukan lagi dibagi menjadi subsektor Industri Besar, Sedang dan Kecil, tetapi

menurut ketentuan Klasisifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI) dalam dua digit. Dengan

demikian akan kita dapati 9 subsektor sebagai berikut

:

1.

Makanan, minuman dan tembakau

2.

Tekstil, barang kulit dan alas kaki

3.

Barang kayu dan hasil hutan lainnya

4.

Kertas dan barang cetakan

5.

Pupuk, kimia dan barang dari karet

6.

Semen dan barang galian dari logam

7.

Logam dasar, besi dan baja

8.

Alat angkutan, mesin dan peralatannya

9.

Barang lainnya

Ruang lingkup dan metode penghitungan nilai tambah bruto sektor ini bersumber

dari survei tahunan BPS Kabupaten Jombang serta didukung data produksi dari

Disperindagkop Kabupaten Jombang.

(35)

Output Sektor Industri diperoleh dengan cara pendekatan produksi yaitu dengan

mengalikan rata-rata output per tenaga kerja dengan jumlah tenaga kerja yang bekerja di

sektor ini. Sedangkan nilai tambah diperoleh dengan cara mengalikan persentase nilai tambah

terhadap output berdasarkan Survei Khusus Pendapatan Regional. Selanjutnya perhitungan

atas dasar Harga Konstan 2000 dilakukan dengan cara Revaluasi.

3.4 Sektor Listrik, Gas dan Air Bersih

Data produksi yang disajikan dalam publikasi ini adalah data resmi dari PT PLN

(Persero) dan Perusahaan Daerah Air Minum. Output masing-masing sub sektor mencakup

semua produksi yang dihasilkan dari berbagai kegiatan sesuai dengan ruang lingkup dan

definisinya.

Listrik

Sub Sektor ini mencakup semua kegiatan kelistrikan, baik yang diusahakan oleh PT PLN

(Persero) maupun non PLN. Data produksi, harga dan biaya antara sub sektor ini diperoleh

dari PT PLN (Persero). Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian produksi

dengan harga yang berlaku pada masing-masing tahun, sedangkan output atas dasar harga

konstan 2000, diperoleh dengan cara revaluasi.

Gas

Subsektor ini jelas tidak ada dan tidak pernah ada di Kabupaten Jombang.

Air Minum

Subsektor ini mencakup air minum yang diusahakan oleh Perusahaan Air Minum

saja. Data Produksi, harga dan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan air minum

diperoleh dari laporan Perusahaan Daerah Air Minum Kabupaten Jombang yang dikumpulkan

oleh BPS Kabupaten Jombang. Output atas dasar harga berlaku diperoleh dari perkalian

produksi dan harga yang berlaku pada masing-masing tahun. Sedang penghitungan nilai

(36)

tambah atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara yang sama seperti pada

Subsektor Listrik.

3.5 Sektor Bangunan

Sektor bangunan mencakup semua kegiatan pembangunan fisik konstruksi, baik

berupa gedung, jalan, jembatan, terminal, pelabuhan, dam, irigasi, eksploitasi minyak bumi

maupun jaringan listrik, gas, air, telepon dan sebagainya. Nilai tambah bruto dihitung dengan

menggunakan pendekatan produksi. Output diperoleh dari penjumlahan nilai pembangunan

prasarana fisik yang dibiayai dari APBN, pembangunan-pembangunan yang dilakukan

Pengembang, Perumnas serta yang dilakukan oleh swadaya masyarakat murni, sedangkan

persentase nilai tambah diperoleh dari survei khusus.Output atas dasar harga konstan

diperoleh dengan cara deflasi, sebagai deflatornya adalah Indeks Harga Perdagangan Besar

(IHPB) Bahan Bangunan dan Konstruksi.

3.6 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Perdagangan Besar dan Eceran

Perhitungan nilai tambah sub sektor perdagangan dilakukan dengan pendekatan arus

barang (commodity flow) yaitu dengan menghitung besarnya nilai konoditi pertanian,

pertambangan dan penggalian, industri serta komoditi yang diperdagangkan. Dari nilai

komoditi yang diperdagangkan, diturunkan nilai margin yang merupakan output perdagangan

yang selanjutnya dipakai untuk menghitung nilai tambahnya. Rasio besarnya barang-barang

yang diperdagangkan, margin perdagangan dan persentase nilai tambah didasarkan pada data

hasil penyusunan tabel Input-Output Indonesia 2000 serta survei khusus. Nilai Produksi bruto

atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan mengalikan rasio-rasio diatas dengan output

atas dasar harga konstan 2000 dari sektor-sektor pertanian, pertambangan dan penggalian,

industri serta impor. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan konstan 2000 dihitung

berdasarkan perkalian antara rasio nilai tambah terhadap outputnya.

(37)

H o t e l

Sub sektor ini mencakup semua hotel, baik berbintang (di Kabupaten Jombang tidak

ada) maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung

dengan cara mengalikan jumlah malam tamu dan tarifnya diperoleh dari BPS Kabupaten

Jombang, sedangkan persentase nilai tambah diperoleh dari Survei Khusus Pendapatan

Regional yang dlakukan oleh BPS Kabupaten Jombang.

Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung

berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah terhadap outputnya.

Restoran

Karena belum tersedia data restoran secara lengkap, maka output dari sub sektor ini

dipeloleh dari perkalian antara jumlah tenaga kerja yang bekerja di restoran dari hasil Sensus

Penduduk tahun 2000 dan SUPAS 2005 beserta pertumbuhannya dengan output pertenaga

kerja dari hasil survei khusus pendapatan regional. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar

harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan indeks harga konsumen makanan jadi dan

minuman sebagai deflator.

3.7 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Sektor ini mencakup kegiatan pengangkutan umum untuk barang dan penumpang,

baik melalui darat , laut, dan udara. Termasuk jasa penunjang angkutan dan komunikasi. Dan

untuk Kabupaten Jombang sudah diketahui bahwa angkutan laut dan udara tidak ada,

sehingga tidak perlu ditampilkan di bawah ini.

Angkutan Kereta Api

Nilai tambah Bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang

diperoleh dari Laporan Tahunan PT KAI. Sedang nilai tambah bruto atas dasar harga konstan

2000 dihitung dengan cara ekstrapolasi dengan menggunakan indeks produksi gabungan

tertimbang penumpang dan ton-km barang yang diangkut.

(38)

Angkutan Jalan Raya

Sub sektor ini meliputi kegiatan pengangkutan barang dan penumpang yang

dilakukan oleh perusahaan angkutan umum, baik bermotor ataupun tidak bermotor, seperti

bis, truk, taksi, becak, dokar, dan sebagainya.

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dengan menggunakan metode

pendekatan produksi yang didasarkan pada data jumlah armada angkutan umum barang dan

penumpang wajib uji dan hasil survei khusus pendapatan regional angkutan yang dilakukan

setiap tahun, sedangkan untuk data jenis kendaraan tidak bermotor diperoleh dari Dinas

Pendapatan Daerah dan berbagai survei. Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000

dihitung dengan cara revaluasi.

Jasa Penunjang Angkutan

Meliputi kegiatan pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang sifatnya menunjang

dan berkaitan dengan kegiatan pengangkutan, keagenan barang dan penumpang, ekspedisi,

bongkar muat, penyimpanan dan pergudangan serta jasa penunjang lainnya.

Terminal dan Perparkiran

Mencakup kegiatan pemberian pelayanan dan pengaturan lalu lintas kendaraan /

armada yang membongkar atau mengisi muatan, baik barang maupun penumpang, seperti

kegiatan terminal dan parkir serta pelabuhan laut. Di Kabupaten Jombang hanya kegiatan

perparkiran saja yang ada, karena terminal masuk dalam kegiatan pemerintahan umum.

Selanjutnya untuk kegiatan perparkiran tersebut digunakan persentase dari angkutan darat

sebagai estimasi outputnya, sedang untuk struktur inputnya diperoleh dari survei khusus.

Bongkar Muat

Kegiatan bongkar muat mencakup pemberian pelayanan bongkar muat angkutan

barang melalui laut dan darat.

(39)

Keagenan

Kegiatan keagenan mencakup pelayanan keagenan barang dan penumpang yang

diberikan kepada usaha angkutan, baik angkutan darat maupun laut. Output dihitung dengan

menggunakan rasio yang diperoleh dari Tabel Input Output Indonesia 2000 terhadap nilai

output seluruh jenis angkutan. Struktur biaya diperoleh dari survei khusus. Penghitungan nilai

tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara deflasi memakai indeks

harga konsumen komponen biaya transpor

Pergudangan

Kegiatan pergudangan mencakup pemberian jasa penyimpanan barang, dalam suatu

bangunan ataupun dilapangan terbuka. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dan atas

dasar harga konstan 2000 diperoleh dengan menggunakan rasio tertentu terhadap angkutan

laut.

Komunikasi

Kegiatan yang dicakup adalah jasa pos, giro dan telekomunikasi dan jasa penunjang

komunikasi.

Pos dan Giro

Meliputi kegiatan pemberian jasa pos dan giro seperti pengiriman surat, wesel, paket,

jasa giro, jasa tabungan dan sebagainya. Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku

didasarkan pada data produksi dan struktur biaya yang diperoleh dari Laporan Keuangan PT

Pos Indonesia (Persero) Cabang Jombang.

Perkiraan nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dilakukan dengan cara

ekstrapolasi, menggunakan indeks gabungan dari jumlah surat yang dikirim, jumlah uang

yang digirokan.

(40)

Telekomunikasi

Mencakup kegiatan pemberian jasa dalam hal pemakaian hubungan telepon, telegrap,

dan teleks. Nilai tambah bruto atas dasar harga berlaku dihitung berdasarkan data yang

bersumber dari Laporan Tahunan PT Telkom (Persero)

Nilai tambah bruto atas dasar harga konstan 2000 dihitung dengan menggunakan

indeks produksi gabungan tertimbang yang meliputi jumlah menit lokal / interlokal dan

banyaknya pemegang telepon.

Jasa penunjang Komunikasi

Kegiatan sub sektor ini mencakup pemberian jasa dan penyediaan fasilitas yang

sifatnya menunjang komunikasi seperti wartel, warpostel, radio pager dan telepon seluler.

3.8 Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan

Sektor ini meliputi kegiatan perbankan, lembaga keuangan bukan bank, sewa bangunan dan

jasa perusahaan.

Bank

Angka nilai tambah bruto sub sektor Bank atas dasar harga berlaku diperoleh dari

Bank Indonesia. Dalam PDRB seri terbaru ini, nilai tambah bruto yang ditimbulkan dari

kegiatan Bank Indonesia tidak mencakup pembayaran bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI)

dan pinjaman dari luar negeri, karena hal itu merupakan kebijaksanaan moneter yang bukan

merupakan kegiatan komersil perbankan, sedangkan PDRB seri lama masih mencakup kedua

jenis bunga tersebut.

Gambar

Tabel  2: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000
Tabel  2: PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO ATAS DASAR HARGA KONSTAN 2000
Tabel  3: DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA BERLAKU
Tabel  4: DISTRIBUSI PERSENTASE PDRB ATAS DASAR HARGA KONSTAN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan mengucapkan puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga skripsi yang berjudul: “Peningkatan Kontrol

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi dengan judul “Penampilan Reproduksi Induk Ikan Baung (Hemibagrus nemurus Blkr) dengan Pemberian Pakan Buatan yang Ditambahkan

Implementasi Script adalah tahap setelah pembuatan level game selesai di buat dimana dalam tahap ini digunakan untuk menjalankan obyek yang sudah dibuat sebelumnya

Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh bid-ask spread, market value dan variance return terhadap holding period saham secara parsial maupun simultan pada saham

Kemudian menurut hasil dan analisis koefisien determinasi yang telah dilakukan, menunjukan nilai R Square sebesar 0,888 atau 88% artinya bahwa besarnya pengaruh

Bab II berisi Tinjauan Pustaka yang di dalamnya menguraikan tentang Tinjauan Umum Perjanjian Utang-piutang yang meliputi Pengertian Perjanjian Utang-piutang, Pihak dalam

Rumah susun (rusun) Bangunan gedung bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang terbagi dalam bagian-bagian yang distrukturkan secara fungsional dalam arah

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan laporan Tugas Akhir yang berjudul “Pengaruh Pemanasan Pada