DETEKSI, IDENTIFIKASI,
DAN
ELIMIMSI
Clavibaeter
michigattensis
su
bs
p.
michigmensis
(S
m
it
h)
PENYEBAB PENYAKIT KANKER BAKTERI PADA
TOMAT
YANG DITULARKAN MELALUZ BENIH
ASWALDI
ANWAR
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
ABSTRAK
AS WALDI AN WAR. Deteksi, Idemtifikasi, dm Eliminasi Clavrhacter mrchrganensis subsp. m~chigunensu (Smith) Penyebab Penyakit Kanker Bakteri
pada Tomat yang Ditularkan Melalui Benih. Dibimbing ofeh SATRIYAS ILYAS,
SUDARSONO,
dan RUSMILAH SUSENO.Benih sehat dm varietas resisten merupakan konsep pengendalian peny akit yang sudah lama dicanangkan. Untuk menghasilkan benih yang sehat dibutuhkan manajemen kesehatan benih yang tepat. Karena pertukaran plasma nutfah antar negara rnerupakan kegiatan pemuliaan tanaman y ang m u m dilakukan dalam upaya pengembangan varietas tansman yang misten, manajemen kesehatan h r h un tuk bent h impor dan pertukaran plasma nutfah sangat diperlukan.
Dalam penelitian ini dievaluasi beberapa metode isolasi dm deteksi keberadaan bakteri Clavibacrer michiganensis subsp. michigunensis (Cmrn) pada
lot bemh tomat. Empat medium mi-selektlf, & A m , SCM, mSCM, dm CNS diuji untuk mengsolasi C:mm dari lot benih tomat. Identitas dari koloni yang
diduga Iymm dikonfimasi dengan uji IF, PCR
dan
bioesei seperti uji hipersensitivitas dm uji patogenisitas. Di butuhkan waktu tiga hari untuk menurnbuhkan koloni Cmm pada medium b A N X , tetapi terldu banyak bakteri saprofit ikut m b u h pada medium tersebut. Pada medium SCM, populasi bakteri saprofit lebih sedikit dibandingkan dengan medium lainnya. I d e n t i m i C,'rnmdengan uji IF menggunakan antiserum 9845E-HI dengan pengenceran 11900
membenkan hasil terbaik. Pada uji dengan P C 9 pasangan primer CM3 dan CM4 lebih sensitif dibandingkan pasangan primer CM5 dan CM6. HasiI pengujian hpersentivitas menggunakan daun Mirabilis j a l a p yang berbeda wamauya menunjukkan tidak ada perbedam respon terhadap C'mm. Gejala nekroti k pada daun M. jabpa mulai muncul 6 jam setelah diinokulasi dengan suspensi Cmm.
Pada uji patogenisitas, bibit tomat benunur 2-3 minggu memberikan respon lebih baik dibandingkan bibit berumur 4 minggu. Sedangkan metode inokuIasi pada uji
patogenisitas yang terbaik adalah memotong batang 1 di atas kotiledon dengan gunting yang sebelumnya dicelupkan dalarn suspensi 10 cfdml C h m .
h a puluh dua lot benih tomat komersial Indonesia telah diuji untuk mendeteksi keberadaan Cmm. Tiga lot benih membawa bakteri patogen Cmm,
sementm tiga lot yang lain diduga membawa b&eri Cmm yang non patogenik. Hasil uji hipersentivitas dan uji patogenisitas pada bibit tomat berumur 3 minggu
mmunjukkan kemungkinan k a r isolat-isolat yang berfiasil diisolasi tersebut berkda dengan isolat referens C.'mm 54 2.
Dalam penelitian ini diuji efektivitas minyak cengkeh sebagai bahan alami untuk mengeliminasi (,'mn dari lot benth tomat. Pmih tornat sebelum dibai perlakuan benib diinokulasi secara buatan dengan 10 cWmI Cmm. Perendaman
benh tomat dalam larutan mlnyak cengkeh dengan konsentrasi 0,5% atau dalam air hangat 52 'C masing-masing selama 20 menit mampu mengeliminasi 99%
C,'mm dari lot benih tomat tanpa menurunkan viabilitas dan vigor bemh. Sementara perendaman benih dengan HCl 5% selarna 15 mmit mampu rnengeradlkasi Cmm dari lot b& tomat, tetapi daya berkecambah benih turun
dari 89% menjadi 8%.
ABSTRACT
ASWALDI ANWAR. Detection, Identification, slnd Elimination of Seed- transmitted Bacterial, C'lavthaCtcr michiganensis subsp. michiganensis (Smith)- Causal Agent of Bacterial Canker on Tomato. Under the direction of SATRIYAS ILYAS, SUDARSONO, and RUSMILAH SUSENO.
F
Iealthy seed and resistance variety are the major and old concept in pestmanagement. Effective seed health management is needed in order to produce healthy seed. Since gennplasm exchanges among countries are common practices in piant breeding for resistance variety development, seed health management for
imported seeds and germplasm exchanges is necessary.
Severai isolation and detection methods for Cluvibacfer michigunensis
subsp. michiganensis (Cmm) from tomato seed lots have been evaluated. Four
semi-selective media, Q A N X , SCM, mSCM, and CNS were tested to isolate C,'mm from tomato seed lots. Identity of suspected colonies was c o h e d by IF test, PCR and Bioassays, such as hypersensitivity (HR) and pathogenicity tests. It took only three days to grow the Cmm colonies on b A N X medium but there
were too many growth of saprophytic bacteria accompanying
them.
On SCM medium, the population of saprophytic bacteria was less than that of other media When the IF test was applied for identification of Cmm, the 9845E-HI antisem with 11900 dilution gave the best result. In the PCR test, CM3 and CM4 primer pair was more sensitive than primer CM5 and CM6. There was no different result in the HR test on different colour of Mirahil~s jalapu. Only in 6 hours the necrotic symptom appeared in the treated leave. In the pathogenicity test, tomatos w d h g of 2-3 weeks old responded better than those of 4 weeks old. Cutting the stem 1 cm above the wtyldon with a scissor dipped in I O
'
cfu/ml suspension ofChnl is the best way to get results in the pathogenicity test.
Twenty two tomato seed lots hstnbuted in Indonesia have been detected for the presence of C h m . Three out of twenty two seed lots carried pathogenic Cmm,
while other three seed lots carried non-pathogenic Cmm. Hypersensitivity test on
,I.!. j a l a p and pathogenicity t a t on 3 weeks old tomato &ling indicated that virulence of the C,'mrn isolate from Indonesian tomato seed lots were difference fiom the reference strain C'mm 542.
The effectiven~s of clove oil as an alternative natural plant product to eliminate (7mm from tomato seed lot was evaluated in this research. The seeds were artificially inoculated with 1
o8
cfulml Cmm before treated. Soaking tomato's seed in 0.5% clove oil or in warm water (52'c)
for 20 minutes eliminated morethan
99% Cmm from the seed lot. Meanwhile, soaking the seeds in 5% HCl for 15 minutes eradicated Cmm fiom the seed lot. Germination of the seed lot treated with clove oil was slightly reduced, from 89% to 88%. In contrast, the HCl treatment significantly d u d the germination of the seed lot, from 893'0 to 8%.PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa segala pemyataan dalam disertasi yang berjudul:
Deteksi, Identifikasi, dan Eliminasi Ciavibaetm mielriganensis subsp. michi&nen& (Smith) Penyebab Penyakit Kolnker hkteri pada Tomat yang
Ditularkan Melalui Benih
addah gagasan dan hasil penelitian saya beserta kornisi pembimbing, kecuali
yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. fisertasi ini belurn pernah diaj ukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggj lain.
Semua data dm informasi yang digunakan telah dinyatakan dengan jelas
DETEKSI, IDENTIFIKASI,
DAN
ELIMINASI
Clavibacter
michigattensis
su
bs
p.
michigan
ensis
(Smith)
PENYEBAB PENYAKIT
KANKER
BAKTERI PADA
TQMAT
YANG
DITULARKAN
MELALUI BENIH
ASWALDT
ANWAR
Disertas
i
sebagai salah satu
syaratuntuk memperoleh gelar
Doktor pada
Program
Studi Agronomi
SEKOLAH
PASCASARJANA
INSTITUT
PERTANIAN BOGOR
Judul Disertasi : Deteksi, Identifkasi, dan Eliminasi I'iavtbucter
rnlchiganmrs subsp. mlchiganensrs (Smith) Penyebab
Penyakit Kanker Bakqeri pada Tomat yang Ditularkan Meldui Benih
Narna : Aswddi Anwar
NIM : PO3600002
Komisi Pernbimbing
Dr.
Ir. Satrivas Ilvas. M. S. KetuaDr. Ir. Sudarsom. M.Sc.
Anggota
Ketua Program Studi Agronorni
+
Dr. Ir. Satnyas IIyas, M.S.
Prof Dr. Ir. Rusmilab Suseno, M.Sc. Anggota
RIWAYAT HIDUP
Penulis dil ahirkan di Bukittinggi pada tanggal 9 Februari 1 962 sebagai anak bungsu dari pasangan Anwar Ajazi dan Nur~aena. Pada tahun ajaran 198111982 penulis diterima di Fakuttas Pertanian, Universitas Andalas Padang dan menamatkan kuliahnya di Program Studi Teknolog~ Bemh pada tahun 1986.
Selama dua Mun sejak itu, penulis bekerja s e b a p C.'ounterparl I,'onsullant pada Program Pencetakan Sawah Baru di Propinsi Bengkulu.
Terhitung bulan Maret 1989, penulis diterima sebagai staf pengajar di almamatmya dan pada tahun ajaran 1990i1991 mendapatkan kesempatan untuk
melanjutkan pendidlkan Strata 2 IS?) di KPK IPB-Unand pada program Studi Agronomi dan menyelesaikannya pada tahun 1993. Kesempatan untuk
melanjutkan ke Program Doktor baru diperoleh pada tahun ajaran 20001200 1 di
program Studi Agronomi Program Pascasqana 1PB dengan surnber dana BPPS. Sebelumnya penuiis sempat mengkuti Training di the Center for Plalnt H t o i e c h n o l r ~ ~ Research, Tuskegee University, Alabama, Amenka Serikat selama enam bulan, mulai Desember I996 dm selesai Juui 1 997.
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S WT atas segala karunia- Nya sehmgga k q a ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalarn penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2002 ini adalah kesehatan benih, dengan judul: Deteksi, Identifikasi, dan Eliminasi C'lavrhacter rn~ch~ganen.vrs
subsp. mrchiganensrs (Smith) Peny ebab P a y akit Kanker Bakteri pada Tomat yang Ditularkan Melalui Benih
13lsertasi ini terdiri atas tujuh bab dan sebagian dari tujuh bab tersebut merupakan naskah publrkasi ilrmah yang diajukan ke jumd ilmiah. Bab TI1 bequdul "Evaluasi dan Pengembangan Metode Isolasi dan Identi fi kasi Bakteri
Clavrbacter mrchiganensis subsp. michiganensts pada Lot Benih Tomat"
akan
di terbitkan pada Jurnal Stigma, Universitas Andalas p d a edisi Januari-Maret 2005. Bab IV berjudul "Deteksi Kebaadm Clmrbactcrr mrchigunensts subsp. michigunensis pada Benih Tomat Komersial Indonesia" telah dik~rrmkan untuk dimuat di Jumal Perlindungan Tanaman, Uni versiras Gaj ah Mada Yogy akarta. Bab V berjudul "Minyak Cengkeh dm berbagrll Pcrlakuan Benrh untuk Mengelirmnasi C:lavibuc~er michrganmsis suhp. rn~chlgunemts pa& Bemh Tomat'' sudah dkmmkan untuk dimw di J u m J Mikrobiologr Indonesia, Institut Pertanian Bogor. Sementara laporan singkat bempa New Diseuse Repor1 telah d i t e r b i h di jumal Pluni Ili.w.cie 88:680 edisi luni 2004.
Tcrirna kasih pcnuIis sampaikan kepada Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS., Dr. Ir.
Sudarsono, M.Sc. dan Prof. Dr. Ir. Rusmilah Suseno, M.Sc. atas segala bimbingan dan arahan ymg diberikan sejak dari perenmaan sampai selesainya penulisan disertasi ini. Khusus kepada
Dr.
Ir. Cornelis J . Langerak dm Dr. Jan van der Wolf serta Patricia van der Zouwen di Plant Rescarch Inrernational, Wageningen, Belanda penuiis sampaikan penghargaan atas segala bantuan dm bimbingannya Kepada pmsahaan benihPT.
East West Seed Indonesia di desa Benteng, Purwakarta yang m ~ i l i i sebagian pelaksanaan penelitian ini, dengan segala kerendahan hati penuhs rnenyampaikan rasa terima kaslh. Ungkapan terirna kasih juga penuhs simparkan kepadaIr.
S w o t 0 kserta staf di Direktorat Perbenihan Hortikuttura Departmen Permian, Badan Benih Nasional dm Badan Karantina Pertanian yang telah rnenyediakan data p d u k u n g bagi penulisan disertasiini.
Kepada Ayahanda aimarhum, semoga jasarnu menghant arkan penulis ke jenjang
pendidikan yang tertinggi melqangkan jalan ke ternpat yang layak disisi-Nya Kepada Ibunda dan kakak-kakak serta keponakan tercinta terima kash atas segala dm dan kasih sayangnya Khusus untuk ishi dan anak-anakku tcrcinta, terima kasih atas segala pengorbman dan kctabahannya mendampingi penulis melalui hari-hari suIit dan melelahkan, semoga
h
esok luan caah dan hta dapar melangliah lebih tegar dan bahagia.DAFTAR
IS1
Halaman
...
DAFTARTABEL x
DA FTAR G A MBAR ... xii
PENDAHULUAN
... Latar Belakang 1 ... Tujuan Penelitian 6 PROFIL PERBENIHAN SAYLITRAN INDONESIA Kondisi Perbenihan Sayuran di Indonesia ... 7Pengawasan Mutu Benih Tanaman Sayuran ... 12
Peluang dm Tantangan Bisnis Benih Sayuran di Indonesia ... 15
EVALUASI
DAN
PENGEMBANGAN METODE ISOLASIDAN
IDENTIFIKASI BAKTERI CZuviba-r mkhigamensk subsp michiganensis PADA BENIH TOMAT Abstrak ... 20Abstract ... 21
Pendahuluan ... 22
... Bahan dan Metode 24 ... Hasil 27 Pembahasan ... 35
DETEKSI ClavibateF miehiganemh subsp
.
michi~unensis PADA BENW TOMAT KOMERSIALYANG
BEREDAR
DI INDONESIA Abstrak ... 40Abstract ... 41
Pendahuluan ... 42
Bahan dan Metode ... 43
Hasil ... 48
Pem bahasan ... 55
EFEKTMTAS MINYAK CENGKEH DAN BERBAGAI PERLAKUAN SENW UNTUK MENGELIMINASI Ciavibacfer michkanemis subsp m i c h i g a n e h PADA BENIH TOMAT Abstrak ... 59
Absmct ... 60
Pendahduan . . . 61
Bahan dan Metode ... 63
Iiasil ... 68
Pembahasan ... 74
Hala man
PEMBAEMSAN
UMUM
... 78SMPULAN
DAN
SARAN ... 83DAFTAR
f
USTAKA
... 85Halaman
12. Pengauh berbagai perlakuan benih
secara
fisik dan kimiawi terhadap kecepatan tumbuh relati f benih tomat y ang terin feksi Clavihacfer michiganensis subs p. michiganensis (C'mm) pada dua sistim pengecambahan . . .. .
. . .. . .
..
. . . . 73DAFTAR GAMBAR
Halaman
...
Luas panen beberapa saywan utama Indonesia tahun 1 993-2002.. 7 Persentase luas panen beberapa sayuran utama Indonesia yang diperbanyrtk dengan biji pada tahun 2002 ... 8 Pernenuhan kebutuhan beni h tomat tahun 2000-2002 ... 9 S kerns prosedur Zmmunojiuo~scence slain~ng secara tidak langsung . . 23
Penampakan sel-sel T m m di bawah mikroskop fluoresens (perbesaran
...
I000 x) dengan pengenceran a n t i s m 1 / N O 30 Kekeliruan pengarnatan jalse negative dm.false positive pada IF test.. 30
H a d amplifikasi DNA spesifik Clavihacfer michiganensis stihsp.
m~chjganensi.~ (Cmmj dengan PCR menggunakan pasangan primer
...
CM-5ICM-6 atau pasangan primer CM-3lCM-4. 3 1 Gejala nekrosis pada daun Mirablis jalupu I5 jam setelah diinokulasi dengan isolat bakteri Clavibacier michiganensis subsp.
...
michiganensis 3 3
Kondisi tanaman tomat satu minggu setelah diinokulasi dmgan isolat Cmm. ... 33
Contoh beberaps kernasan benih tomat yang digunakan dalam pengujin keberadaan Crnm di Indonesia ... 44 Isolasi koloni bakteri yang diduga I,'lavibacter michiganensw subsp .
michiganensis (Crnm) dari benih tomat dalm medium SCM, YDC,
dan TSA.. ... 50 HasiI identifkasi isolat bakteri yang diduga C"1avibacfer
mr chiganensis subsp. michiganensis (Cz7rnm) dcngan IF rest, dengm pembesaran1000kali ... 51 Gejala infeksi isolat bakteri yang d i i d e n t i w i posi tif I:'lavibacter michigunensis subsp. mrchiganensis (Cmm) pada uj i patogeni sitas. .... 52
Dam h! rabacum dan M. jalapa yang mmperlrhatkan respon gejala nekrosis terhadap isolat yang dicurigai sebagai C,'lavihacter
michiganensis subsp. michiganen~is (Crnm), masing-masing 6 jam
...
setelah diinokulasi 53
H a i l uji ELISA terhadap isolat ToI-02-S9.. ... 54 Amplifikasi DNA spesifik C,"luvihacter michiganensis subsp.
michiganensrs (Cmm) dengan PCR menggunakan pasangan primer
CM3/CM4 dm ternplat DNA dari isolat bakteri y m g diduga positif Cmm.. ... 55
Pengecambahan bmih tomat pada media kcrtas dengan metode top qf
paper. ... 67
Pengharnbatan pertumbuhan isolat Crnm pada medium TSA dengan
...
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Rekapitulasi Luas Panen, Produksi, Produktivitas dan 9 1 Kebutuhan Benih Sayuran di Indonesia tahun 1993-2002 ...
...
Pernmuhan Kebutuhan Benih Sayum tahun 2000-2002 96 Komposisi bahan penyusun media untuk isolasi dm deteksi 97
Clavibacter michigunensis subsp. michigunensis ...
Komposisi beberapa larutan peny angga yang digunakan dalam
...
penelitian 102
Kadar air benih tomat sebelum dm sesudah diberi perlakuan
...
benih 103
Gejaf a serangan CIavrbucter rn~chiganensi,~ subsp. michigunensis pada daun dm batang tornat ... 1 04
PENDAHULUAN
Latar Behkang
Pengadam benih sayuran unggul yang bermutu merupakan saiah satu kunci keberhasilan peningkatan produksi. Benih sayuran unggul yang disdiakm hmslah secara konsisten lcbih baik dari bcnih yang telah umurn dipakai petani. Jika tidak dernikian maka program pengadam benh tcrscbut
tidak akan bertahan.
Ikwasa ini perm intaan akan benih sayuran y ang berkualitas sernakin mcningkat seiring dengan makin terdidhya petani dm masyarakat konsurncn. Pada tahun 1988, Asandhi dan Sastrosiswojo melaporkan bahwa hanya selutar
5% dari seluruh areal produksi sayuran komersid yang menggunakan benih
b e m u t u dan semuanya berasal dari luar negeri (impor). Kondisi ini mulai
berubah semenjak era %-an. Beberapa perushaan produsen benih rnulai
didirikan, seperti PT. East West Seed Indonesia, PT. Tanindo Subur Pnma, dan Tani Unggul (Lmgga 2002 j. Sementara Perum Sang Hyang Sen yang semula
mandatnya menyediakan benih tanaman pangan lcllususny a padi, j uga mulai meramaikan pasar perbenihan say uran di Indonesia.
Data dari Direktorat Perbenihan Hortlkultura, Dirjen Bina Produksi
Hortikultura (2003) rnmunjukkan bahwa scpanjang tahun I 999 sarnpai dengan akhir 2002, volume impor beberapa benih sayuran mulai menurun, seperti cabai dari 10.20 1 kg pada tahun 1 999 menj adi 5.3 I 3 kg pada Mun 2002.
Bemh tomat yang diimpor sebmyak 12.516 kg pada 1999 turun menjadi 512
kg pada tahun 2002. Kacang panjang yang h l h n y a diimpor sebmyak 12.280 kg pada tahun 1999, pada tahun 2002 jumlahnya menurun menjadi 2.000 kg.
Pada kurun w a k ~ yang sama prduksi kmih sayuran dari permahaan swasta di ddarn negeri, petani penangkar dm Halai Benih Induk mulai menunjukkan pemannya. Pada tahun 1999, telah diproddusi sebanyak 8.027 kg benih cabai di dalarn negeri. Jumlah tersebut meningkat menjadi 35.100 kg pada tahun 2002. h i h tomat diprduksi sebanyak 2.1 12 kg pada tahun 1999
panjang diproduksi sebanyak 47.895 kg pada tahun 1999 dan meningkat menjadi 588.850 kg pada tahun 2002.
Fenomena tersebut di atas menunjukkan bahwa ddam satu dekade saja
telah terjadi perubahan yang cukup d r a ~ s di sektor perbenihan sayuran. Perubahan tersebut tentu saja tidak terlepas dari diterapkannya kaidah pertanian modern oleh para produsen benih ddam negeri. B e h a p a perusahaan b e d bahkan sudah dilengkapi dengan bagian penclitian dm pengembangan
(R&D) yang dengan aktif mernpelajari keinginan konsurnen d m merakrt varietas-varietas baru untuk memenuhi selem pasar (murked-oriented). Warn kurun waktu tersebut telah dihasilkan berbagai varietas saywan ung~wl. Scbagai contoh, sampai dengan tahun 2002 setidaknya sudah dilepas 20
varietas tornat (Deptan 2002 j, baik hibrida maupun open pollmnuted
(OP).
Konsekuensl
d m
impor benih yang telah berlangsung selarna ini dan IaluIintas plasma nutfah untuk perakitan varietas-varieras baru addah semakin besamya kanungkinan terbawanya patogen bersama bed-benih tersebut, karma benih merupakan wahana yang sangat cocok bagi patogen untuk
menyebar melintasi batasan alaminy a (Neergard 197 7, Agrios 1988). Dengan
menempel dipennukaan benih atau berada di dalamnya, patogen dapat
melintasi p u g , atau bahkan lautan luas sekahpun. Ken- h i , disadan atau tidak telah turut menyebarkan bahkan rnemasukkan patogen baru ke
Indonesia.
Sementara itu, dalam perdagangan intemaional, jumlah benih komersial yang melintasi batas antar negara selama dua dekade ini menunjukm
peningkatan y ang t a j m (McGee 1997). Nilai perdagangan benih mencapai sekitar $40-60 milyar per tahun. Lima p m s h benih mulhnasional rnengisi
$ 3-4 milyar atau hmya 4 5 % saja dari paar dunia tersebut (Condon 1997).
Data ini rnernkdan gambaran terbukanya peluang bag1 industri h i h termasuk bag Indonesia. Namun untuk rnengisi peluang pasar tersebut, benih yang d h i l k a n hams memenuhi standar mum h i h intemasional, termasuk kesehatan benihnya.
I3dalarn negeri sendiri, secara alarniah Indonesia diuntungkan dengan
tersebut memberikan pduang untuk memproduksi berbagai macam b e d . Lautan yang membentang diantara pulau-pulau N usantara pada hakekatnya juga batasan dami b a g penyebaran penyalut. Dengan mengeloia lalu lintas
benlh antar pulau dengan pola manajemen yang tepat dapat mengatasi tersebamya patogen dari satu pulau kc pulau lainnya. Keunggulan ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengin sebaik-baiknya untuk menghasilkan
beni h sayuran yang bermutu dan bebas dari patogen tular benih.
Sudah banyak contoh yang diberikan tentang masuknya suatu patogen dari satu negara ke negm lain melalui benih yang sangat merugikan (Neergaard 1 977). Karena itu, McGee ( 1997) menyatakan untuk mencegah perpindahan patogen antar negara dibutuhkau perwan yang jelas dan tegas. Benih yang diperdagangkan antar negara hams diIenghapi dengan sertifikat kesehatan (PIyimnirary ceri$mfe)
dm
ha1 ini telah ditetapkan melaluiInternational Plant Protection Convention pada tahun 195 1.
Bagi Indonesia, perkernbangan ini sudah selayaknya diikuti dengan penanganan asp& kesehatan bwih yang lebih serius.
DI
satu pihak, kita hams melindung sektor pertanian dari masuknya peny&t berbahaya dari Iuar. b pihak lain, dengan jaminan kualitas, termasuk kesehatan benih yang diproduksimaka daya saing produk benih kita akan lebih tinggi. Dengan mernproduksi
sendiri kebutuhan b d , selain melindung sektor pertmian juga menghernat devisa dan membuka lapangan ketja baru.
Dalarn kenyataannya manajemen kesehatan benih khususnya tanaman
saywan belum rnerupakan paket k e b i j a k s m yang ditangani secara serius dalam sistm p a b e d a n d~ Indonesia, Hal ini dapat dilihat dari belurn admya
prosedur pengujian rutin untuk kesehatan be& tanaman sayuran di Balai Pcngawasan dan Sertifikasi
Be&
Tanaman Pangan dm Hortikultura (BPSB TPH j di seluruh Indonesia Walaupun belakangan ini teiab dtempkan sistern akreditasi, aspek kesehatan benih belum tertangani dengan bai k. Bahkan dalam penaapan teknologi pengendalian harna terpadu (PHT) peranan be& belum rnendapat perhatian sung@-sungguh (Suparyono & Nugrrtha 2002).Di negara maju seperti Beianda, menurut Wesseling ( 1 997) tdah
juga telah tercakup pengujian nitin tafiadap kesehatan benih yang telah distandardisasi menurut stmdar internasional. Sebagai sdah safu sistem
monitoring, sejumlah tertentu b& yang telah d i p d a n diuji secara periodik dan dibandingkan dengan hasil pengujian oleh perusahaan b d . Monitoring
ini dilakukan oleh Iembaga independen demi menjamin keakuratan dan kernandman sistem tersebut.
Namun h a s diingat bahwa program perbemhan yang tepat di suatu negara belurn tentu cocok di negam la~n. Supaya efektif, program pert>enihan hams d i s e s d a n dengan tingkat perkembangan dan kemajuan sistem
pertanian
secara
keseluruhan di ncgara bersangkutan. Scring terjadi, penerapan program yang terIalu cangg~h mcndatangkan kckecewaan karena kctidsk mampuan aspek pertanian lainnya rnengrkuti (Douglas 1 980).Karena itu, manajemen kesehatan benih tanaman sayuran sebagai bagian
integrd dari program perbenihan nasiond perlu ditangani lebih serius. Selma ini perhatian yang lebih besar terutama dibetikan kepada beruh tanaman
pangan, walaupun aspek kaehatan benhnya juga klum menenma porsi yang
seharusn ya.
Untuli mendalami persoalan kesehatan benih ini, telah dilaksanakan
penelitian dengan mengambil kasus penyakit kanker bakteri pada benih tomat
yang beredar di Indonesia. Penyakit yang disebabkan oleh C~orynsbacrerium
michigunerne ini sudah sejak lama dikctahui (Bryan 1928; dalam Neergaard 1977 j dan dapat ditularkan mdalui benih (Agarwal & Sinclair 1997, George 1 999 j. S pesiei ini setelah reevaluasi, dinarnakan Clavrbacrer mich~ganensis (Davis et u1. 1984) dan subspesies yang menyebabkan penykt kanker bakteri pada tomat dinamakan C:lavihacter michigancnsrs subsp. mi~>higanensis (Davis
ei ul. 1984, b u w s el a/. 1 998), sclanjumya disingkat C:mrn. Beberapa alasan dalam pengambilan kasus ini mtara lain addah:
+
Tomat merupakan salah satu sayuran penting yang mempunyai nilai ekonornis dan dikonsumsi hampir seluruh m a t manusia.Q Industn benih tomat berpotensi tidak saja untuk pasar domestik tapi juga pasar internasional. Dengan luas a r d tanam di Indonesia sekitar 46 ribu
untuk mmendu kebutuhan dunia dengan luas areal tanam sekitar 2,7
juta Ha (Siernonsma & Piluek 1994) dibutuhkan sekitar 945 ton benih tomat setiap tahun.
*:
+ Belurn ada Iaporan resrni tentang keberadaan C;mm di Indonesia ((:FOP
Prorccrion C-:c~mpendium 2002, Pusat Karantina Pmanian 2002)
sehingga secara peluang bisnis sangat mengunhmgkan bag indushi
bemh. Namun jika dalam rnerakit varietas baru didatangkan tetua dari negara dimana penyakit ini sudah bqanglut, tidak tertutup kmungkinan terbawmya b&eri ini.
*:* Bakteri C h m meru pakan organisme karantina (Quarantine organism) di negara-ncgara Uni Eropa (European Ilnion, 1995) sehingga jika bmih tomat Indonesia disiapkan untuk mengisi pangsa pasar tersebut kepastian keberadaan patogen ini di Indonaia sangat dibutuhkan.
*:
* Benih tomat selarna ini sudah banyak dijadikan objek dalam peneiitian teknologi benih sehingga M-hal yang menyangkut pengujian viabi litas dan vigomya tidak bmasalah. Kondisi ini rnmguntungkan dalam mempelajari penyakt benih dan menggabungkannya dengm aspek
teknologi benih.
Tulisan ini rnerupakan rangkuman dari sduruh rangkaian penelitian yang sudah dilakukan semenjak Juni 2002 dan baakhir pada Januari 2004.
Rangkaian tulisan ini dirnulai dengan suatu pengantar yang memaparkan tentang Profil Perbenihan Sayuran Indonesia pada Bab 11, diihxti dengan percobam awal untuk mengevaluasi dan mengembangkm berbagai metode
cengkch. Upaya ini dijelaskan dcngan rinci pada Bab V. Simpulan dari penditian ini dapat dibaca pada Bat> VII yang didahului dengan suatu Pembahasan Umum pada Bab VI.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mcngumputkan dm membcrikan infomasi mengenai kondisi perbenihan tanaman sayuran di Indonesia khususnya ditinjau
dari kebijaksanaan ddam penangamin kesehatan benih. Peluang dan tantangan
industri benh sayuran juga dianalisis ddarn penelitian h i . Tujuan berikutnya
addah untuk mengembangkan metode isolasi dan identifikasi bakteri C,'mm dari
lot benih tornat. Metode yang dkmbangkan tersebut digunakan untuk mendeteksi keberadaan bakteri Cmm pada lot bmih tomar komasial yang bercdar di Indonesia. Pada bagian terakhir pcnelitian ini diuji bebcrapa metode perlakuan
PROFIL
PERBENIIIAN SAYURAN INDONESIA
Kondisi Perbeniban Sayurtln di Indonmia
Sayuran utamsl Indontsia dan pengadan benihnya
Sayuran u m w Indonesia antara
lain
adalah cabai, k-g panjang, kubis, kentang, bawang, tomat dm mentimu. Cabai, kacang panjang, kubis, tomat,kangkung dan mentimun termasuk sayuran utama yang diperbmyak s e a m genmtif (mag- biji) yang menempati urutan teratas datam luasau
panen. Sementara kentang dan bawang menrpakan sayuran utama yang
umumny a dipbanyak
secara
vegetatif (tidak menggunakan biji).Pada Gambar 1 &pat dilihat bahwa cabai mempunyai Iuas panen tertinggi dan cukup bervariasi sepanjang tahun 1993-2002, sementara tomat reiatif stabil pada kisaran 45-50 ribu hebr. Kecenderungan penuruoao lw pan& talihat
pada kacang panjang sementara kubis, mentimun dan kangkung luhs panmya relatif stabil. Rekapitulasi lengkap luas panen, produksi, produktivitas dan
kebutuhau benih dapat dilihst pada Lampiran I .
C
a
:::
/-/
0
5
Cabaix 140
w
120 -
I
a 100 -
3
8 0 -a
. a 0 . . . . *Kubis K.~mjang
[image:21.612.99.498.429.689.2]Tornat kentimun 20 - -angkung
Pada tahun 2002, dari 583.800 ha patanaman sayuran yang diperbanyak dengan biji di Indonesia, delapan persennya, atau sekrtar 47 ribu ha adalah tomat (Garnbar 2). Untuk memenuhi kebutuhan benih untuk luasan tersebut dibutuhkan
sekitar 1 7.000 kg b e d . Kebutuhan tersebut pada tahun 2002 sebagan besar (+
50%) sudah dapat dipmuhi oleh produsen kruh komasid dalarn negeri (Gambar
3). Tetapi secara kesdumhan dari tahun 2000-2002 pemenuhan kebutuhan benih tersebut hanya selutar 50% dari benih kamersial, selebihnya diperlurakan
menanam benih Rasil produksi sendiri atau drperoleh dari sumber lain yang tidak teridenti fikasi secara resmi.
Dari Gambar 3 juga dapat dilihat bahwa selama 3 tahun tersebut telah terjadi
p e n m a n impor benih tomat yang &up drastis. Impor beruh tomat sekitar 6,5
ron pada tahun 2000, turun menjadi hmya O,5 ton pada tahun 2002. hduga ha1 ini dipengaruhi oleh telah baoperasinya produsen benih berskala bcsar di dalm
negeri .
Cabai 25%
Kubis 1 1 %
I
Total Tersedia
j
Total Tersedia Total Tasedia '!
2000 200 1 2002 Tahun
Gamba 3 . Pemenuhan kebutuhan benih tomat lndonesia tahun 2000-2002.
(Data diolah dan sumber Direktorat Perbenrhan Hortikultura, 2003 j.
Seperti telah disampaikan sebelumnya, sarnpai awal tahun 90-an kebutuhan bmih sayuran unggul bermutu hampir semuanya berasal dari luar negeri (impor). Sebagan besar petani say uran mash menanam benih lokal yang mereka produksi sendiri atau diperoleh dari petani lainnya. Perfiatian pemerintahpun pada saat itu masih terfokus pada upaya swasembada pangan khususnya beras.
Dengan rnmbaihya kondisi perekonornian dan meningkatnya taraf pendidikan masyarakat, konsumsi sayuran makin meningkat. Sementara peluang
ekspor beberapa jenis saywan mulai terbuka Contohnya tomat, sudah mulai diekspor ke Malaysia, Singapura dm Hongkong (Deptan 2002 j. Narnun secara global, menurut Tridjaja dan Iiusharyono (2003) pangsa Aspor sayuran Indonesia
di pasar dunia mas^ kecil yaitu 0,2294,. Dijelaskan bahwa pemintaan dunia
Pengad- benrh saywan unggul di dalam negeri baru dimulai di era 90-an
dengan didirikannya b e k a p a perusahaan produsen benih di ddam negeri seperti PT. East West Seed Indonesia, PT. Benih Prima, PT. Tanindo Subw Prima, Tani UngguI, Surnber Kencono, PT. Bangun Pondok Makmur dan PT. hawan Tani. Sementara itu, Perum Sang Hyang Seri yang pada awalnya memegang mandat untuk memproduksi benih tanaman pangan khususnya padi, pada era 90-an mulai rnerambah bisnis benih sayuran. Beberapa di antara perushaan tersebut taus
berkernbang, dan tidak sedikt pula yang d u n g tkar seperti PT. E3enih Prima di Jawa Barat dan PT. Danau Diatas di Sumatera Barat. Sanentara beberapa perusaham lain tampaknya lebih tertarik s e b a p importir.
Sumarm (2002) rnenyatakan bahwa b e d sayuran asli dataran rendah
seperti kacang panjang, cabai dm tomat telah diproduksi di Indonesia, narnun
varieaas lubrida d a ~ ~ vatietas berkdtas spesifiknya mash harus diimpor, tmtarna cabai merah dan tomat. Lebih Ianjut dijelaskan bahwa perusaham benih skala kecil dm skala menengah hingga perusaham multinational berskala besar
telah beroperasi untuk memproduksi benih komoditi ini, dm penyediaan benih b a g petani dinilai cukup.
Walau perkembangan tersebut cukup pesat selama dekade terakhir, ternyata produksi dari seluruh perusaham yang ada di dalam negeri belum dapat menutupi kebutuhan nasional. Soeroto (2004) menjelaskan bahwa ketersediam b e d sayuran b m u t u varietas unggul sampai dengan tahun 2003 baru mampu memenuhi 2,53% dari total kebutuhan. Namun d&aq beberapa jenis say uran
seperh cabai dan wwi ketersediaan benihnya sudah mencapai 80%. 3mh tomat
ketersediaannya sudah mencapai 70%. Dengan catat an bahwa ketersedlaan ben~h
tersebut juga mencakup bemh yang tasedia melalui impor. Data lengkap ditampilkan pada Lampiran 2.
Kemampuan peny ediaan beni h beberapa sayuran penting seperti cabai,
tomat, kubis dan rnentimun selama tahun 2000-2002 terlihat bervariasi. Seperti dapat dilihat pada Lampiran 2, untuk cabai dan tomat produsen be& dalam negeri tampaknya sud& mulai menggeser dominansi benih impor, sernentara pada rnentirnun jusm terlihat kscenderungan peningkatan benih impor. Khusus untuk
ini menggambarkan bahwa pada dasarnya rnasih t d u k a peluang cukup besar
untuk berbisnis di sektor perbenihan sayuran.
Sementara itu, Balai Penelitian Tanaman Sayuran (Balitsa) di Lembang,
Bdai Benih Induk (BBI) Ngiplksari Yogyakarta, dan beberapa BBI lainnya juga sudah rnenyediakan berbagai jenis benih sayuran. Peranan instansi pemerintah ini, juga beberapa penangkar benih swasta berskala kecif dm menmgah turut
rnembaikan andil dalam mmyediakan benih sayuran bag petani. Namun kondisi
ini tidak sepenuhnya menguntungkan industri p e r k han dalam negeri. Seperti
d i j e l a s h Nugraha (2002) salah satu faktor pmghmbat dalarn sistm perbenihan
kita addah belum terdapat kebijakan yang jeIas mengenai pernilahan peranan
antara sektor swasta dengan pemerintah. Pemerintah bersaing dengan swasta dalam produksi dm distibusi benih komersial. Kedepan, aturan main yang jelas
pcrlu dibuat dm etika bisnis sesama produsen benihpun p d u t m s
dikembangkan.
Regdasi dalam mendomng produksi benih sayuran
Menyadari pentingnya mem bangun suatu sistem perbenihan nasional y ang tangguh, pemerintah sudah rnemulainya dengan "Seed Yeor Campa~gn" pada tahun 1969. Tahun-trthun pertarnrt di era 70-an telah dilahirkan berbaga regulasi
yang pada hdukamya meletakkan landasan yang kokoh bagi suatu sistm perbenrhan nasional. Dalam k u m waktu yang sangat pendeli dilahirkan setidaknya ernpat landasan hukum yang berdampak tqadinya akseierasi
peningkatan produlcsi benih. Keempat peraturan tersebut adalah Peraturan Pernerintah 110.22 tentang pendirian Penun Sang Hyang Scri, Keputusan Presiden RT no. 27 tentang Badan Benih Nasional, Surat Keputusan Menteri Pertanian
no. 174 tentang pembentukan Dinas Pengawasan dm Sertifikasi Benih, dan Surat
Keputusan Menteri Pertanian no. 183 tentang pembentukan Lernbaga Pusat Penefitian Pertanian Cabang Sukamandi. Upaya ini teIah membuahkan hasil dmgan terwujudnya swasernbada h a s pada tahun 1 984. Sayangnya, kondisi tasebut tidak berlangsung lama, karma b e h a p a tahun kernudian impor beras
secara besar-besaran kern bah terpaksa dilakukan.
Berbeda h h y a dengan padi, bisnis benih sayuraa Indonesia muncul dm
konlsi ekonorni dm taraf pendidi kan rnasyarakaf
.
Menurut Udjianto (2002)bisnis benih sayuran telah tumbuh dm berkembang secm alamiah. Petani yang pa& awalnya menanam sayuran secara tradisiond ddam kisaran lahan yang
sempit, perlrthan-lahan bergeser menuju suatu sistem pertanian yang lebih maju.
Beberapa petani maju di sekitar perkotaan mulai menerapkan sistern pertanian
yang lebih modern untuk memenuhi permintam pasac sayuran yang muIai meningkat dan beragam. Kesadaran untuk menanam benih bennutu juga luan tumbuh. Menylkapi hal ini pemerintah membenkan beberapa fasilitas dan kemudahan untuk mendorong pengadaan benrh sayuran ini.
Menurut Surnamo (2002) beberapa h i l i t a s dan kemudahan yang d i b e r i h Pemerintah dalam hd ini Depcmtemen Patanian untuk mendorong dan rnendukung tumbuh dan berkembangnya Perusaham Benih Hodmltura,
termasuk sayuran antara lain adalafi:
Q Kemudahan p e r i n .
Kemudahan pelepasan varietas bagi varietas komersial
*3 Pembetian hak atas pengawasan dan jaminan mutu benih sendiri
<* Kesanpatan memproduksi benih untuk diperdagangkan varietas unggul
yang telah resmi dilepas pemerintah
Q Pembenan palindungan hak atas varietas mili k perusaham 4- Kesempatan berrnitra dengan Bdai Benih Hortikultura
9 Kesernpatan kernitraan BUMNPMDN dengan PMA
*3 Kesempatan kerj asama peneli tian dan pengembangan (R&D) dengan Badan
Litbang Pertanian dan Fakultas Pertanian.
Pengawasan Mutu Benih Tanaman Sayuran
Pengawasan mutu dalam arti luas dewasa ini diartikan sebagai upaya memuaskan pelanggan ba@ setiap produk yang dihasilkan. Dalarn manajernen modern yang memfokuskan perhatian kepada kepuasan pelanggan (cwstomer '.s safrsfacrron), pola pwgendahan
mum
sudah diubah mmjadi manajemen mum.Pengendalian mutu ad& teknik dm kegiatan operasional yang digunakan untuk
1 702 5-2000 y ang disertai d e n p akreditasi oleh Badan Standardisasi Nasional (BSN) memberi pengakuan kepada laboratorium untuk peng&uan secara
internasionid (Soerato 2004). Sampai tahun 2003 sudah ada lima labratorim penguji benth diakreditasi di Indonesia.
Salah satu aspek ddam manajemen mutu benih adalah manajemen kesehatan b d . Manajemen kesehatan be& meliputi beberapa aspek, antara lain adalah: pcegahan infeksi atau kontaminasi benih selama proses pernbentukan benih; pencegahan tqadinya kontaminasi siIang antar Iot benih selama panen, prosesing, pengemasan dm pendistribusian; mengurangi tingkat infeksi atau kontaminasi pada lot benih berpenyakit; tidak mernasukkafi benih terinfeksi ke damah yang mas& bebas atau d a d yang berptensi rnenimbulkm resiko
ledakan peny akit; pengembangan dan pengbrunaan varictas resisten; dan inspeksi lapang produksi dan roguing serta pengenddian penyakit dan gulma (Langerak
2002 1. Dalam proses pengadaan benih saywan di Indonesia lan&ah-langkah
manajemen tersebut rnelibatkan Badan Karantina Pertanian (BKP), Balai
Pengawasan dm Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dm Horhkulturrt (BPSB TPH), dan produsen benih.
Serti fi kasi benih
Program perbenihan nasional selama ini lebih terfokus pada tanaman
pmgan khususnya padi sementara perbenihan sayuran belum be@ dipehatikan Untuk tanaman pangan, khusustlya padi secara formal program sertifikasi telah dimdai sunenjak tahun 1971, yakni dengan diterbitkannya SK Menteri Patanian
no. 1741KptdOrgi41197 1 tentang pemhtukan Dinas Pengawasan dm Sertifikasi Benih. Khusus untuk b i h sayuran, h a m menunggu hampir seperempat abad untlllr program serti fkasinya. Secara formal satifi kasi untuk benih horti kultura tmasuk saywan baru dimulai tahun 1994 dengan diterbitkannya Swat
Keputusan Mmteri Pertanian no. 4681KptslOT.2 1 OW94 tentang Perubahan BPS B menjadi BPSB
TPH.
Sepuluh tahun setelah itu, prosedw sertifikasi k n i h saywandibakukan dengan di terbitkannya Surat Keputusan Dirjen Bina Produksi Hortikultura no. 04/S K.050/3/2004.
lI00.1IKptslKp.150/10/1999 yang dip- dengan Iieputusan Mentan no.
361 IKptsKp. 1 501512002 tentang pembentukan Lembaga Sertifikasi Sistem Mum (LSSM) perusaham beni h swasta b d a k memperoleh serti fikat sertifikasi si stem mutu setelah m e m e n h persyaratan yang ditetapkan oleh LSSM. Sampai tahun
2003 perusaham benih hortikultura y ang telah memperoleh sertifikat serttfikasi sistem mum adalah PT. EWSI, PT. Tanindo dm PT. Fitotek Unggul (Soeroto 2004).
Namun demikian, program sertifikasi juga mash terfokus pada aspek kemurnian, kadar air, viabrlitas dm vigor benih, sementara pengujian kesehatan benih belurn dirnasukkan sebagai pengujian rutin dalam program sertifikasi bmih di Indonesia. Usaha kearah itu, beberapa tahun terakhir sudah rnulai terlihat dengan diadakannya beberapa pelatihan yang diprakarsai oleh Balai Pengembangan Mutu Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (HPMBTPH)
sebuah lernbaga baru yang lahir berdaswkan Surat Keputusan Mentan no. 284/Kpts/OT. 2 1 0/4/2 002.
Pengujiau kesehatan benib dan kegiataa kamntiua
Pengujiau kesehatan benih terutama ditujukan untuk mendeteksi keberadaan
patogen tertentu bersama benih. Menurut Dhingra clan Sinclair ( 1 987) patogen
dapas ditransmisikan melalui benih dengan cam: aj menempel pada permukaan benih b). berada di dalam benih dan c). mengkontminasi lot benih melalui sisa tanaman, dm tanah yang terinfkksi atau menempel pada wadah. Lokasi d m
patogen pad8 benih dapat dijadikan pedornan untuk pengujian kesehatan benih yang akan ddakukan.
Dalarn pandurn mutu benih yang diterbitkan ISTA, pengujian kesehatan benih merupakan salah satu bagran dari standar mum.
Di
hampir seluruh negaramaju, pengujian kesehatan benih sudah rutin dilaksanakan (McGee 1997, Hag
1997). Narnun d~ Indonesia, pengujian
ini
belum merupakan kegiatan rutin. Kegatan pengujian kesehatan benih lebih menonjol dalam kegiatan karantinatumbuhan, twltama dalam m g k a mendapatkan sertifikat kesehatan benih
(phyi~~~anifary c e r t ~ j c a t e ) bag para eksportir dan importir benih. Boleh jadi hal
(2003) bahwa Lndonesia mash terbebas dari OPT penring yang tergolong ddsrang
oleh banyak negm.
Walau secara resmi kegatan ini tidak kgitu menonjol
di
sektor p e r b i h a nNasiond, namun beberapa penrsahaan benih b k a l a ksar sudah mulai peduli
dengan rnasalah ini. Sebagai contoh di PT. EWSI sudah dibangun sebuah labomtorim khusus kesehatan benih yang cukup representatif dm telab mernulai kegatannya pada awal d u n 2000-an (Abnadi Sdeh, komunikasi pbadi). Namun sayangnya sejauh ini belum terjalin kornunikasi dan kqasama yang batk
dengan pihak Karan tina dan Lernbaga terkatt lainny a. Padaha1 jika mengacu pada Pasal 72 ayat 1 dan 3 dari Peraturan Pemerintah RT no. 14 tahun 2002 terbuka peluang bagi laboratoriurn swasta tersebut untuk melaksanakan tindakan karantina di bawah p p ~ ~instansi yang a n berwmg.
Peluang dan Tantangan Bisnis Benih Sayuran di Indonaia
Soeroto (2004) mmjelaskan kebijaksanaan m u m pengembangan
perbenihan hortrkultura membedan kesempatm sepenuhnya bag masyarakat
untuk penyediaan k n i h bermutu meldui pengusaha swasta, penangkar, koperasi dm BUMN. Pemerintah mempunyai tugas penelitian untuk pengembangan
teknolog, pembinaan dan pengawasan. Berangkat dari penjelasan ini, ke depan peranan swasta ddam pengadaan benih sayuran diharapkan m a k i n berkembang.
Peiuang
Data pada Lampiran 1 dan 2 menggambarkan bahwa beberapa jenis sayum masih cukup rendah ketersediaan benihnya. Misalnya buncis, bayam, wortel dm
terung baru tersedia kurang dari sepertiga kebutuhan, sernentara cabai, sawi dan tomat sudah tersedia lebih dari separohnya Diduga sdama ini kebutuhan tersebut dapat ditutupi dari benih yang diprduksi sendiri oleh petani atau dari sumber lain yang tidak terpantau oleh instansi resmi. Kenyataan ini sebenamya dapat dilihat sebagai peluang untuk terus mengembangkan sub sektor p e r b e d m sayumn.
Dengan bpedoman kepada data tersebut dm didukung survgr Iapangan yang benar, beberapa peluang yang tasedia tersebut dapat diraih.
Nusantara peluang untuk manproduksi benih dengan karakterisbk berbeda sangat memunglunkan. Apalagi dengan ditaapkannya otonorni daerah, seharusnya m e m m untuk tumbuh dan berkembangnya industn benih y ang Iebh kompetitif.
Dan seg jumlah, sampai tahun 2003 jumlah perusahaan benih horhkultura yang terdaftar di BPSB hanya 9, pedagan&enyalw 7 1 2, dan penangkar 1.005 (Soeroto
2004). Jrka dibandingkan dengan Negara lain seperti Thailand, India, Taiwan, USA dm Belanda jumlah perusahaan benih hoFtikultura di Indonesia rnasih sangat sedikit . Artinya rnasih terbuka peluang untuk pengembangan usaha disektor
perbenihan hortikultura termasuk penyediaan benih sayuran.
Sementara itu, jika melirik p a w internasional, dda yang hsampaikan Condon (1997) menyrratkan mash terbukanya peluang bisnis perbenihan di tingkat dunia. Berdirinya beberapa perusahaan benih multinasiond beberapa
tahun belakangan ini mencenninkan keyakinan dunia internasional bahwa prospek perbenihan ini &p menjanjikan. Tentu saja peran pernerintah sebagai motifator, regulator dan fasilitator sangat menentukan.
Dewasa ini, di Indonesia terlihat bebempa faktor pendukung pengembangan industr~ benih sayuran ini, antara lain addah:
*:
* Ihberlakukannya
U
ndang-undang no. 29 th 2000 tentang Perlindungan Varietas Tanaman.8 Jurnlah perusahan benih swasta yang aktif rnasih sekitar 10, sementarrt jika dilihat di Amerika Serikat jurnlahnya sekitar 1 50.
8 Kompetisi an tar perusahaan benih belum seberapa keras.Bany ak varietas
unggul lokd yang belum digarap penyediaan beruhnya.
4 3 Berkembangnya usaha on .farm agribisnis hortikultura dan semakin majunya
pola pihr petani sehingga muncul kesadaran tentang pentinpya penanaman
b e d bermutu.
*3 Mumcdnya pas= baru bag1 sayuran orgmik dan sayuran eksotik yang hampir s e l d kcbutuhan b e n h y a mash diimpor.
Tantangan
Soeroto (2004) mencoba menjelaskan M g a i pennasalahan benih sayuran di Indonesia di antarany a adalah : Hasil pernulimn ataupun introduksi y ang telah dilepas rnasih terbatas. Varietas yang telah dilepas ti& dapat bekernbang h e n a kurang rnemenuh selera masyarakat. Sertifikasi benlh dm pengawasan mutu rnasih beIm mernadai b a k s u m k daya manusia maupun teknologi.
Instimsi perbenlhan belum dmanfaatkan m aoptimal dan sumber daya mamisia di bidang perhiban mash tabatas baik jurnlah maupun kualitasnya.
Pennasalahan yang berasal dari luar, seringkah berkaitan dengan kebijakan
pemerintah yang tidak konsisten dan terkesan klebihan. Sebagai contoh, tarif untuk pemaiksaan benih sayuran untuk tujuan ekspor Rp 1.000,- per kg sedangkan benih impor Rp 2.000,- per kg. (BKP 2002). Eiebijakan ini tidak pernah berubah sernenjak t&un 90-an, namun pada tahun 2002 keluar kebijakan baru dengan kenaikan men- 10 kali lipat. Melalui beberapa kah pertemuan BKP dengan para p e n p a h a perbenihan, tarif ini pada akhir 2003 disetujui unhrk direvisi kembali. Contoh lainnya, d a m UU no. 12 tahun 1992, semua benih bina
yang diperdagangkan hams diserti fikasi tanpa memperhatikan skala
kornersiahsasinya
Berkaitan jugs dengan perundangan ini, ada kesan larnbannya pembahasan
dan
penempan dari paaturan yang dibuat, sebagai contoh; pada tahun 1992 teiah diterbitkan UU no. 16 tentang Karantina Hewan, Ikan, dm Tumbuhan. Paaturan Pemerintah tentang Karantina Tumbuhan yang merupakan pedoman pelaksanaan undang-undang tersebut baru ditabitkan sepuIuh tahun kemudian, yaitu PP no. I4 tahun 2002. Undmg-undang Perlindungan Varieras Tanmm yang diundangkan pada tahun 2000, sarnpai saat ini masih sulit penerapannya.Sementafa itu, Nugraha (2000j menyampaikan beberapa faktor penghambat dalam program perbenihan di Indonesia antara lain: adanya kerancuan persepsi mengenai satifikasi benih, OECD Scheme, IS12 Rules; tidak ada kebijakan yang jdas mengenai pernitahan peranan antara sektor swasta dengan pemerintah ddam pdenihan; bebaapa peraman penrndangan terlalu ketat dan kadangkala kontraproduktif; dm efisiensi produksi benih bersertifikat masih rendah.
langsung berpenganrh terhadap permintaan dan penggunaan ben~h, yaitu: a j. Skala
usaha dan modal usaha keciI, sehingga kebutuhan jumlah benih sedikit, atau
cenderung mernilih benih harga murah, bj. I-hrga jual produk dan keuntungan petmi rendah, akibamya petani memillh menggunakan benh yang harganya murah , dan c). Usaha hortikultura Iokasinya tersebar, beberapa di rmtarmya sarana transportasi sdit, sehingga petmi cenderung rnenggunakan benih asaIan,
dan d). Harga benih b u t u produksi perusahaan b d formal masih drrasakan
terlalu mahal oleh petani, sehingga petani mderung menggunakan benih dari hail seleksi patanarnannya sendiri, yang tidak jelas lag generasinya.
Seiain hambatan di ddam negeri, tantangan yang datang dari luar tidak kdah bmitnya. Perusahaan multinasiond ymg sudah mapan dm rnenguasai
pasar dunia bisa rnengancam industri benih dalam negeri. Sementma itu, dengan telah diratifikasinya kesepakatan internasional seperri the General Agreement on Trade and Tarif(GATT) berarti kita hams siap berkompetisi d Jam pasar global.
Sehubungan dmgan ini, issu sertifikat kesehatan (phytosanituiy cerrificaie, disingkat PC) dapat saja digunakan negara tertentu sebagai pengganti batasan tarif
( r a r ~ f i as bam'ers to [rude) atau untuk melindungi komoditas pertaniannya. Maddox (1997) menyatakan bahwa persyaratan PC di beberapa negara kadangkala tidak didasarkan pertimbangan ilmiah dan seringkali tidak adil. Dia mencontohkan, di Mexico sebelum tahun I991 tidak ada persyaratan PC b a g benih saywan yang berasal dari USA, namun pada tahun 1994 p e r a m baru diterapkan yang menymgkut sekitar 60 patogen. Setelah dipelajari di USA,
ternyata sepuluh patogen tidak menyebar melalui benrh, delapan sudah ada di Mexico, dua patogen tidak ada di USA dan delapan lainnya dikend tidak
mempunyai nilai ekonomis sama sekah di selunrh dunia. Pengalaman ini
seharusnya menjadi perhatian dalam mernbangun sub-sektor perbenrhan sayuran
Indonsia yang tidak saja dapat menjamin ketersediaan b e d berrnutu di d d m
negeri, namun juga marnpu mehdungi sekror perranian dari organisme
EVALUASI DAN PENGEMBANGAN
METODE
ISOLASI
DAN IDENTIFIKASI BAKTERI
Clavibacter
michiganensis
su
bsp.
michiganensh
PADA
B
ENIH
TOMA
T*'(Evaluation and developmeat of isolation and identification methods of Clavibader michiganensh subs p. mkkiganensk on tomato seeds)
Beberapa metode isolasi dan identifikasi bakteri Clavihacler
michiganensis subsp, rnichrgunensi,~, diuji dalam penelitian ini. Empat medium semi-selektif, D2ANX, SCM, mSCM, dm CNS telah dievaluasi keefektifannya
&lam mengsolasi Cmm dari lot benih tomat, dilanjutkan dengan
pengembangan bebaapa metode identifikasi bakteri dengan uji IF, PC R, seda bioesei berupa uji hipersensitivitas dan uji patogenisitas. Medium SCM temyata
lebih tepat digunakan dalam proses isolasi bakteri dari lot benih tomat. Sedangkan uj i 1 F dengan antiserum C m m (542) 9845 E-H I dengan pengenceran
1/900 dan PCR dengan primer ClM3/CM4 sangat efektif dalarn mengidentifXasi Cmm. Pengujian hipersensi tivitas menggunakan Mirahilis jalupa dengan warna bunga beheda tidak mempengaruhi keefektifan uji ini. Sedangkan untuk uji
patogenisitas, sebaikny a digunakan bibit tomat berumur 2-3 minggu dengan cam
memotong batang 1 cm di atas kotilsdon dengan gunting yang sebelumnya dicelupkan ke dalam suspensi 1 0
'
cfulml bakteri Cmm .Kata kunci: Kanker bakteri, medium semi-selektif, patogen rular benih.
*'
Bagan dan Disertasi ini telah disubmit sebagai publikasi ilmiah @a Jumal StigmaUniversitas Andalas dan akan di terbitkan pada d i s i Januari-Maret 2005 ( Aswddi Anwr.
Abstract
Methods of isolation and identification of rlavihacter michigunensis subsp. rnichiganenris (Cmrn) in tomato seeds have been evaluated.
Effectiveness of four semi-selective media (D2ANX, SCM, mSCM, and CNS j to isolate Cmrn fiom tomato seed was tested. Identity of suspected C m m colonies
was confirmed by IF tesl, amplification of C:irtm specific DNA using PCR and bioassay. Results of the experiment showed suspected C;mm colonies started to
grow after 3 days on &ANX medium. However, colonies of other saprophyhc bacteria also grew on thls medium. On SCM medium, Cymm colonies were easily
identified 8.7 days after plating and fewer colonies of other saprophytic bacteria grew on this medium. Identification of (7mm cells by I]<' test using Cmm (542)
9845E-H1 specific antiserum (11900 dilution) gave the best result. Amplification of Cmm specific DNA by PCR using two sets of specific primers
(CM3/CM4 and CM5/CM6) showed ody CM31CM4 primer set produced
positive results. Bioassay using leaves of various cultivars of Mlrabtlis jalapa resulted in hypersensitive response (HR) in less than 6 hours afier l'mm inoculation. Moreover, reliable pathogenicity test was obtained by growing tomato seedlings for 2-3 weeks and cutting the epicotyl 1 cm above cotyledons
with scissor previously dipped in 10 cfu/ml Cmm suspension.
Dengan semakin berkembangnya perdagangan benih antar n e g q
kemunglunan tersebarnya patogen bersarna b e d komasial menjadi semakm
besar. Hal tersebut perlu diantisipasi dengan tersedianya metode deteksi yang mudah, peka dan akurat untuk rnencegah importasi b e d teiinfeksi patogen (Neergaard 1977, McGee 1997, Mag 1997).
Ciavibacter michiganemls subsp. michiganensis (C.'mm) merupakan
bakteri Gram positif (Klement et a/. 1990) penyebab penyakit kanker bakteri pa& tanaman tomat. Cmm merupakan salah satu baktai patogen yang dapat ditularkan lewat beni h (seedhome pathogen) dm infeksi C m m dilaporkan sangat merugkan dalam budidaya tomat (Neergaard 1977, Agnos 1988, Chang el al.
1993 j, lmportasi benih tomat yang terinfestasi Cmm dilarang oleh berbagai negara (Klag 1997, McGee 1997). Kemampuan untuk rnelakukan isolasi dan identi&asi Cmm pada benlh tomat dengan metode yang efektif dan akurat dapat membantu rnengatasi pemmdhan penyebaran C h m Iewat h i h komersial
yang membawa patogen ini.
Masalah yang dihadapi dalam isolasi dm identifikasi Cmm pada benih
tomat adalah pertumbuhan koloni balaeri yang lambat dan morfologi koloni y ang sulit dibedakan dengan bakteri sapro fit lainnya. Jika ekstrak dari benih tomat yang rnembawa C h m ditumbuhkan pada medium yang umum unhrk
isolasi bakteri seperti NBY, maka koloni bakteri C'mm ~nenjadi sdit dikenali
karma kebanyakan bakteri saprofit mempunyai warna koloni yang hampir sama
dengan koloni C'mm dan pertumbuhan bakteri saprofit lain tersebut lebh cepat dibandingkan I h m ( F m i & Schaad 1988). Isolasi r m m urnumnya mernbutuhkan penggunaan medium semi-selektif yang dapat menumbuhkan I Ymm dm menghambat petkernbangan koloni bakteri sapro fit lain. Berbagai media yang disarankan untuk isolasi Crnm antam lain medium D2 ANX, medium
CNS, medium SCM atau medium mSCM (Gross & Vidaver 1979, Fatmi &
Schaad 1988, Alvarez er al. 1993, Vidaver & Davis 1997 j.
Berbagat mefode identifikasi yang tersedia unhrk baktai Cmm antara lain:
technique), amplifiasi potongan DNA spesifik dengan tekmk PCR atau
repetitwe sequence hosed (rep)-PCR genomrc finger printing. Uji
immunofluoresens (TF rest) maupakan salah satu teknik mikroskopi
imunofluoresens yang didasarkan pada kmmpuan dari senyawa fluoresens untuk membentuk konjugat dengan a n t i w (Lelliott & Stead 1987, van Vaerenbergh & Chauveau 1987, de Boer 1940, Franken ei ul. 1993). Deteksi C'mm dengan teknik PCR dilaporkan sensitif, cepat dan efektif (Sambrook el al.
1989, Dreier el al. 1995, Santos ef al. 1997, Louws ef a/. 1998).
Namun demikian diingatkan oleh Dreier et al. (1995), pengujian dengan PCR tidak dapat memberikan infomsi tentang viabilitas dari patogen. Karena itu pengujian yang -at, sensitif, dan s p a i f 3 ini dapat ditujukan sebagai tambahan informasi dari metode deteksi yang dilakukan.
Dijelaskan oleh Lelliott & Stead (1987), pada IF lest, ketika penghubung antibodi (conjugated