• Tidak ada hasil yang ditemukan

Stripteas dalam kajian hukum islam dan hukum pidana Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Stripteas dalam kajian hukum islam dan hukum pidana Indonesia"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

STRIPTEAS DALAM KAJIAN

HUKUM ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperolah Gelar Sarjana Hukum Islam (SHI)

Oleh :

Siti Zulfah NIM : 104045101564

KOSENTRASI KEPIDANAAN ISLAM

PROGRAM STUDI JINAYAH SIYASAH

FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

(2)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi berjudul STRIPTEAS DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA telah diujikan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada 10 Juni 2008. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam (SHI) pada Program Jinayah Siyasah (Pidana Islam).

Jakarta 10 Juni 2008 Mengesahkan,

Dekan Fakultas Syariah dan Hukum

Prof.DR.H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM

(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya campur sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan inayahnya serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Yang telah menyelamatkan perempuan dari martabat rendah pada martabat yang tinggi.

Skripsi ini di susun dalam rangka memenuhi tugas persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Hukum Islam pada Fakultas Syariah dan Hukum, Program Studi Jinayah Siyasah, Kosentrasi Kepidanaan Islam UIN ”Syarif Hidayatullah” Jakarta.

Penulis menyadari bahwa keberhasilan dalam menyusun skripsi ini adalh berkat bimbingan, bantuan dan saran-saran dari berbagai pihak. Oleh krena itu, dari lubuk hati yang paling dalam penulis menyampaikan rasa terima kasih tak terhingga kepada yang terhormat :

1. Bpk. Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri “Syarif Hidayatullah” Jakarta.

(5)

3. Bpk. Asmawi, M.Ag, Ketua Program Studi Jinayah Siyasah dan Ibu Sri Hidayati, M. Ag, Sekertaris Program Studi Jinayah Siyasah Universitas Islam Negeri “Syarif Hidayatullah” Jakarta.

4. Bpk. H. Zubir Laini, SH. Selaku Pembimbing I dan Ibu Sri Hidayati, M.Ag. Selaku Pembimbing II yang telah membimbing penulis dengan sepenuh hati, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh dosen dan Civitas Akademik Universitas Islam Negeri “Syarif Hidayatullah” Jakarta yang telah memberikan ilmu dan layanan akademis dengan baik dan propesional.

6. Kepada abi, Djarkasih H Zaeni dan umi, Sumaeti H Suditha beserta Semua keluarga yang telah mendukung dan membantu baik moril maupun materil sehingga skripsi ini dapat terwujud.

Isi skripsi ni sepenuhnya menjadi tanggung jawab penulis, dan penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu keritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan.

Jakarta, 11 Juni 2008

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perubahan kondisi sosial yang begitu cepat juga berimplikasi pada persepsi setiap individu di dalam masyarakat. Percepatan arus teknologi dan informasi juga menuntut setiap individu untuk merespon setiap informasi baru yang datang, sehingga kemampuan berwawasan dan berilmu pengetahuan menjadi sangat penting. Dalam situasi inilah maka kompetisi di semua bidang hidup modern menjadi terbuka dan membutuhkan profesionalitas yang memadai. Mungkin, bagi laki-laki partisipasi pada wilayah publik seperti ini tidak akan menimbulkan masalah yang serius kecuali yang berkaitan dengan profesionalitas mereka. Sementara bagi perempuan, tidak selamanya partisipasi ini bisa dilakukan tanpa menimbulkan masalah di kemudian hari.1

Sejalan dengan kemajuan-kemajuan yang telah diraih peradaban manusia, muncul pula berbagai problematika sebagai dampak dari kemajuan tersebut. Tidak jarang masalah yang muncul merupakan masalah-masalah yang berbeda dari masalah-masalah- masalah-masalah yang pernah terjadi sebelumnya

1

Achmad Djunaidi dan Thobieb al-Asyar, Khadijah Sosok Perempuan Karier Sukses,

(7)

atau bahkan merupakan masalah-masalah yang benar-benar baru yang membutuhkan jawaban atau penyelesaian baru pula.

Secara historis terjadinya perubahan-perubahan tersebut disebabkan terutama akibat pengaruh dari modernisme Barat.2

Stripteas merupakan suatu masalah baru yang sangat besar karena stripteas pada dasarnya merusak kehidupan manusia. stripteas adalah sebuah perbuatan yang memamerkan aurat yang digelar atau di pertontonkan secara langsung kepada orang lain yang dapat merangsang nafsu syahwat manusia, dari mulai aksi yang “biasa-biasa” dan sampai telanjang ditengah hiburan khusus (diskotik, klab, dll). Sekalipun perbuatan ini disenangi oleh manusia ataupun perbuatan ini dilakukan hanya seorang tanpa merugikan orang lain. Demikian juga dengan stripteas yang berbau seks, perbuatan yang mutlak dilarang siapapun yang melakukannya, walaupun mereka melakukan itu dengan senang. Banyak yang menganggap bahwa stripteas adalah sebuah seni yang sangat indah karena mempertontonkan gerakan yang sangat erotis tanpa busana. Di dalam Islam seni mendapat tempat yang istimewa, dan hampir seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Namun demikian seni dalam Islam harus lebih diarahkan

2

(8)

kepada timbulnya akhlak yang lembut dan tidak mengarah kepada timbulnya rangsangan syahwat dan kemungkaran.3

Islam sebagai “way of life” yang mengatur berbagai aspek kehidupan manusia, ditantang untuk bisa mengantisipasi dan mengarahkan gerak dan perubahan tersebut agar sesuai dengan syari’at. Oleh karena itu hukum Islam dihadapkan pada masalah-masalah yang krusial yaitu sanggupkah hukum Islam dan hukum pidana indonesia memberikan jawaban secara tepat terhadap setiap permasalahan yang muncul sejalan dengan gerak dan perubahan ini.

Allah Azza wa Jalla memerintahkan kepada kaum wanita agar menutup aurat, karena mengandung hikmah yang sangat besar yaitu agar kemaksiatan tidak timbul dalam masyarakat, karena timbulnya kemaksiatan itu banyak disebabkan oleh kaum wanita yang suka menampakkan auratnya. Misalnya terjadi perkosaan, perzinahan, pembantaian, yang disebabkan timbulnya syahwat laki-laki karena kebahenolan wanita dengan lekukan tubuhnya.4

Manusia dilahirkan dalam keadaan telanjang sebagaimana Nabi Adam As, juga diciptakan Allah bertelanjang bulat. Bayi yang dilahirkan dalam keadaan telanjang belum menjadi permasalahan karena auratnya belum mengandung hawa nafsu, sedangkan ketika Nabi Adam As diciptakan belum ada manusia lainnya, maka Nabi Adam As belum mempunyai fungsi dan berarti. Setelah Siti Hawa diciptakan, maka beliau merupakan istri ( pasangan) Nabi

3

Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam, 2001, Cet. Sembila, h.129.

4

(9)

Adam As. Ini berarti pula, bahwa hidup mereka terbatas dalam satu jiwa bertubuh dua. Sehingga walaupun keduanya masih terbuka auratnya telah menjadi persoalan, karena keduanya adalah pasangan suami istri.

Setelah Adam dan Hawa ditempatkan disurga maka Allah menyuruh mereka menutup aurat. Perintah ini menunjukan bahwa surga merupakan tempat yang suci bersih dan harus dihuni oleh orang-orang bersih pula. Telanjang adalah lambang ketidaksucian. Permasalahan aurat, ternyata sudah dibicarakan ketika manusia menampak di dunia ini. Hal ini menunjukan menutup aurat adalah faktor yang sangat penting dalam konteks keselamatan perjalanan manusia dalam upaya menjumpai sang kholik. Disinilah pentingnya busana sebagai penutup aurat.5

Bagaimanapun, stripteas adalah permasalahan yang sangat rumit, karena berkaitan dengan semua aspek yang ada dalam kehidupan masyarakat. Persoalannya adalah stripteas secara terus menerus mengintensifkan merosotnya moral masyarakat dan generasi muda serta tingginya praktek prostitusi.

Dengan demikian stripteas secara nyata menimbulkan dampak yang sangat signifikan dalam merosotnya nilai moral masyarakat. Oleh karena itu agama Islam diturunkan untuk menjaga moralitas masyarakat luas. Dalam menyikapi hal diatas, Al-Qur’an telah menggariskan kepada umat manusia agar tidak terjerumus dalam pornoisme, menjadi budak seks atau penggemar seks.

5

(10)

Berangkat dari hidayah, tujuan, landasan etika dan moral dalam hukum Positif dan hukum Islam, penulis tertarik untuk menggali yang berkaitan dengan masalah stipteas dalam upaya menyadarkan kita semua dari bahaya stiepteas yang semakin meresahkan dalam kaitannya dengan kehidupan masyarakat dan agama sehingga masalah-masalah yang ditimbulkan stipteas dapat sedikit teratasi oleh kita semua yang berbekal pada penetahuan tentang hal tersebut diatas berdasarkan hukum Positif dan hukum Islam yang sudah ada. Oleh karena itu skripsi ini penulis tuangkan dalam karya ilmiah yang berjudul : “STRIPTEAS DALAM KAJIAN HUKUM ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA”.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini penulis akan membatasi permasalahan pada penyelidikan tentang “Stripteas Dalam Kajian Hukum Islam dan Hukum Pidana Indonesia” namun hal-hal yang mendukung tema tersebut akan ditelusuri untuk memperjelas pembahasan.

Dari pembatasan tema diatas dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Apakah yang di maksud dengan stripteas, dan apa saja faktor-faktor terjadinya stripteas?

2. Apakah terdapat unsur-unsur pidana pada stripteas?

3. Serta bagaimana ancaman hukum Islam dan hukum pidana Indonesia terhadap pelaku stripteas?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

(11)

1. Untuk mengetahui pengertian dan faktor-faktor terjadinya stripteas. 2. Untuk mengetahui unsur-unsur pidana pada stripteas.

3. Untuk mengetahui ancaman hukum Islam dan hukum pidana Indonesia terhadap pelaku stripteas.

D. Review Pustaka

Sudah banyak penelitian yang mengkaji mengenai isu yang berkaitan dengan praktek atau tindakan pornografi dan pornoaksi yang dilakukan para wanita

Buku yang berjudul Tindak Pidana Mengenai Kesopanan merupakan salah satunya yang ditulis oleh Drs. Adami Chazawi, SH, memaparkan bahwa Tindak pidana kesopanan dibentuk untuk melindungi kepentingan hukum terhadap rasa kesopanan masyarakat. Kehidupan sosial manusia dalam pergaulan sesamanya selain dilandasi oleh norma-norma hukum yang mengikat secara hukum, juga dilandasi oleh norma-norma pergaulan. Mempertontonkan bagian tubuh tertentu yang sensual dan bergoyang erotis dimuka umum atau stripteas adalah sebuah kejahatan seksual.6

Buku yang berjudul Pornografi dan Pornoaksi di Tinjau dari hukum Islam merupakan buku yang sangat berkaitan dengan masalah stripteas yang

ditulis oleh Neng Djubaedah, SH. M.H, dalam buku ini, Neng Djubaedah mengatakan dalam bukunya bahwa meskipun masalah stripteas belum menjadi

6

(12)

isu yang mengemuka di berbagai masyarakat. Akan tetapi stripteas ini telah masuk di dalam RUU PP walaupun belum di amandemen. Membahas soal stripteas dalam tinjauan hukum Islam, sejak abad ketujuh Masehi, perbuatan tersebut sudah dilarang secara tegas, karena teramat jelas kemudhorotannya. Namun masih ada pendapat bahwa hukum Islam, khususnya pidana Islam, tidak sesuai dengan Hak asasi Manusia.7

Buku yang ditulis oleh Sigit Astono, S.kar, M.Hum. dkk, yaitu Apresiasi Seni juga mengungkapkan bahwa Tari adalah bahasa gerak dan merupakan alat

berekspresi serta berkomunikasi yang universal. Sebagai tolak ukur karena sifat seni adalah luwes dan lentur. Apabila ada yang berpendapat bahwa stripteas adalah seni, maka salah. Karena stripteas sebuah gerakan yang sangat erotis, lincah dan penuh gairah dengan cara mengikat birahi setiap insan.8

Sedangkan buku yang berjudul Masa Remaja Penuh Sensasi yang ditulis oleh Haqiqi Alif, mengungkapka bahwa industri hiburan menjadi salah satu yang mempengaruhi moral. Adapun fungsi hiburan pada umumnya adalah untuk menghilangkan stress, bersantai bersama keluarga serta untuk menambah wawasan dan memperluas cakrawala pengetahuan. Tapi faktanya tempat-tempat

7

. Neng Djubaidah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam, Bogor, Kencana, 2003, Cet Pertama.

8

(13)

hiburan pada saat ini menjadi rusak oleh disediakanya penari-penari bugil atau stripteas dan tempat hiburan itu berubah menjadi tempat maksiat.9

Senada dengan Haqiqi Alif bahwa Remaja Gaul Kebablasan ditulis oleh Faruq Al Farabi, mengatakan Gerakan-gerakan erotis yang menghasilkan gairah dengan tidak menggunakan busana telah jauh dari norma kesopanan, apalagi di nilai dari sudut Islam. Acara-acara yang menyediakan stripteas di diskotik, pub dan night club semakin marak dan sementara itu muncul komitmen kuat terhadap moral, mereka menutupi itu dengan seni.10

Prof Huzaemah T. Yanggo, mengemukakan lewat bukunya yang berjudul Fiqh Perempuan Kontemporer bahwa permasalahan aurat, ternyata sudah dibicarakan ketika manusia menampak di dunia ini. Hal ini menunjukan menutup aurat adalah faktor yang sangat penting dalam konteks keselamatan perjalanan manusia dalam upaya menjumpai sang kholik. Disinilah pentingnya busana sebagai penutup aurat. Padahal calon penghuni surga adalah orang-orang yang suci, orang suci adalah orang yang bisa menjaga auratnya (tidak telanjang).11

Namun meskipun telah banyak penelitian yang membahas mengenai praktek pornografi dan pornoaksi secara umum dan praktek stripteas secara khusus belum ada penelitian yang membahas tentang stripteas dalam hukum Islam dan Hukum Pidana Indonesia. Oleh sebab itu saya akan mencoba mengkaji stripteas lebih jelas dan tegas dalam perspektif hukum Islam dan Pidana Indonesia.

9

. Haqiqi Alif, Masa Remaja Penuh Sensasi, Juombang, Lintas Media.

10

. Faruq Al-Farabi, Remaja Gaul Kebablasan, Jombang, Lintas Media.

11

(14)

E. Metode Penulisan

Untuk memenuhi target dari skripsi ini, tipe yang akan digunakan dalam menjalani skripsi ini adalah kualitatif, sedangkan metode yang akan dilakukan dalam penelitian ini adalah : penelitian kepustakaan (Library Research) yaitu mengumpulkan dan menelaah dari beberapa literatur berupa buku-buku ilmiah dan sumber-sumber lain yang ada kaitanya dengan masalah yang akan dibahas selanjutnya.

Sedangkan teknik yang digunakan dalam menyusun skripsi ini, penulis memakai acuan dari “Pedoman Penulisan Skripsi, yang di terbitkan oleh fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2008”.

F. Sistematika Penulisan

Agar penulis skripsi ini terarah dan mudah dibahas, maka penulis mensistemalisirkan pembahasan skripsi ini ke dalam bab. Sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari: Latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Kajian Umum Stripteas, yang terdiri dari : Pengertian dan sejarah munculnya stripteas, faktor-faktor terjadinya stripteas, pelaku stripteas.

(15)

BAB IV : Stripteas dalam Kajian Hukum Islam dan Hukum Pidana

Indonesia, terdiri dari : Unsur-unsur terjadinya Stripteas, Stripteas dalam kajian hukum Islam dan hukum pidana Indonesia, ancaman stripteas dalam hukum Islam dan hukum pidana Indonesia.

(16)

BAB II

KAJIAN UMUM STRIPTEAS

A. Pengertian Dan Sejarah Munculnya Stripteas

1. Pengertian Stripteas

Kata stripteas berasal dari bahasa inggris, strip artinya menelanjangi sedangkan teas artinya menggoda. Dan kata Tari adalah gerakan badan, tangan dsb yang berirama dan biasanya diiringi dengan musik. Secara langsung arti stripteas adalah gerakan tubuh tanpa menggunakan pakaian atau telanjang dengan tujuan menggoda.12

Sedangkan dalam kamus Bahasa Indonesia, kata stripteas di kenal dengan pengertian yang sederhana yaitu penari bugil atau penari yang menari tanpa menggunakan pakaian dengan melenggokkan seluruh badan dengan goyangan yang sangat erotis untuk membangkitkan nafsu birahi yang melihatnya terutama laki-laki.13

Adapun pengertian stripteas adalah suatu penggambaran aksi gerakan lenggokan, liukan tubuh yang tidak sengaja atau sengaja untuk memancing bangkitnya nafsu seksual seseorang. Stripteas pada awalnya adalah aksi-aksi

12

I , Markus, Kamus Lengkap Bahasa Inggris, Surabaya, Arkola, 2005, Cet Kelima, h. 277.

13

(17)

objek seksual yang dipertontonkan secara langsung dari seseorang kepada orang lain, sehingga menimbulkan histeria seksual di masyarakat.14

Para seniman menanggap bahwa stripteas adalah sebuah seni yang sangat indah karena mempertontonkan gerakan yang sangat erotis tanpa busana. Di dalam Islam seni mendapat tempat yang istimewa, dan hampir seluruh aspek ajaran Islam mengandung unsur seni. Namun demikian seni dalam Islam harus lebih diarahkan kepada timbulnya akhlak yang lembut dan tidak mengarah kepada timbulnya rangsangan syahwat dan kemungkaran.15

Menurut Neng Djubaidah bahwa tarian stripteas dapat dikatakan sebagai pornoaksi, karena pengertian stripteas adalah pertunjukkan tarian yang dilakukan oleh perempuan dengan gerakan antara lain menanggalkan pakaiannya satu persatu dihadapan penonton atau dapat juga berarti tarian telanjang16

Ada sebagian masyarakat menganggap stripteas adalah sebuah perbuatan berupa gerakan tubuh yang erotis dan seksual baik yang dilakukan sendiri atau bersama-sama dengan tujuan untuk membengkitkan nafsu birahi orang.

Berdasarkan definisi-definisi diatas, maka penulis dapat menarik sebuah kesimpulan bahwa stripteas adalah sebuah perbuatan yang

14

Burhan Bungin, Pornomedia Konstruksi Sosial, Teknologi Telematika dan perayaan Seks di media Massa, Bogor, Kencana, 2003, Cet. Pertama, h.155.

15

Departemen Agama RI, Pendidikan Agama Islam, Jakarta, Direktorat Jendral Pembinaan Agama Islam, 2001, Cet. Sembilan, h.129.

16

(18)

memamerkan aurat yang digelar atau di pertontonkan secara langsung kepada orang lain yang dapat merangsang nafsu syahwat manusia., dari mulai aksi yang “biasa-biasa” dan sampai telanjang ditengah hiburan khusus (diskotik,klab,dll).

2. Sejarah Munculnya Stripteas

Sejarah tari sejak beberapa waktu lalu sudah mulai menentang formalisme, estetika serta pendangan terhadap tari sebagai hiburan dan selingan. Tari sudah dianggap sebagai bentuk seni yang ekspresionistis yang menjembatani reaksi jiwa seseorang dengan konflik dan problem dunia modern.

(19)

yang terkait akan pola perasaan, pikiran dan tindakan. Berdasarkan pemahaman ini tari adalah ekspresi jiwa manusia yang diungkapkan dengan gerak-gerak ritmis dan indah.

Definisi tari dapat dijabarkan sebagai visualisasi sebuah ekspresi dalam geraka yang berisi pesan-pesan terhadap kenyataan yang tetap tinggal dibenak penonton setelah pertunjukan selesai. Tari dapat dikatakan sebagai ekspresi seni menciptakan image-image gerang yang membuat penonton lebih sensitif terhadap realitas tari akan memberikan pengalaman yang berguna untuk memperkaya peranan dan pertumbuhan seseorang baik bagi seniman maupun penikmat.

Kegiatan berkesenian atau seni adalah salah satu kebutuhan atau tuntutan kehidupan masyarakat, baik masyarakat itu sebagai masyarakat penikmat atau masyarakat yang memandang seni sebagai medium aktualisasi diri, dapat pula seni dipandang sebagai naluri artistik. Dengan demikian seni merupakan pengungkapan pengalaman pribadi manusia yang mencoba menangkap esensi realitas seni yang dihadapi. Realitas seni dalam kehidupan manusia dapat berwujud, bunyi, bentuk, gerakan sebagai sarana ekspresi estetik. Melalui perwujudan seni ini digelar pengalaman manusia dengan berbagai aspeknya.17

Tarian mulai menunjukan bentuk berbeda. Bolvin, seorang laki-laki yang berkebangsaan perancis, yang berbintang sagitarius, membuat karya

17

(20)

yang berjudul La Danse, Une Histoire a Ma Facon (Tari, Sebuah Sejarah Menurut Caraku Sendiri).

Kemudian beralih ke abad ke-16, ketika seni tari bergaya geometis sedang tenar. Kini yang muncul adalah sebuah tarian dimana tarian tersebut disajikan untuk seorang raja. Dimana tarian yang disajikan adalah tari stripteas. Stripteas adalah tarian dari amerika, banyak yang menggemari tarian tersebut karena menggunakan gaya yang sangat erotis tanpa busana dan menggoda.

Kisah kemudian beralih ke 1892 di jerman, di sebuah pesta tanpa sengaja seorang penari melepaskan gaunya dengan alasan gaunya telalu panjang dan melebihi panggung. Kemudian penari tersebut menarik beberapa laki-laki untuk menemaninya menari di atas panggung dengan goyangan yang sangat erotis dan lengkuk tubuh yang molek pun dikeluarkan. Sebagai tarian penggoda yang sudah dilakukan oleh para selir untuk merangsang Sultan atau sang Raja. Dan sampai sekarang di bagian barat masih banyak menggunakan stripteas untuk berbagai kesempatan tertentu seperti pada pesta perkawinan, kelahiran bayi, festival dalam komunitas tertentu, dan acara-acara lainnya. Bahkan meraja rela, stripteas di sajikan untuk acara pemakaman. Dan seorang stripteas tidak memerlukan “costume” yang sepesial untuk dipakai.

(21)

dalam kehidupan sosial di negara timur terpengaruh oleh negara-negara barat ;

1. Penjajah dari eropa telah membawa gaya kebarat-baratan mereka mempengaruhi timur, yang mana di dalam beberapa negara telah menghancurkan garis pemisah tradisional antara laki-laki dan wanita pertemaanya menjadi bercampur baur di dalam kehidupan sosialnya.

2. Telah tumbuhnya Nigh Club sebagai tempat orang-orang mencari hiburan. 3. Tanpa keraguan, seoarng penari mengunakan hal-hal yang pribadi sebagai alat

untuk menggoda.

Mengkaji dari perwujudan stripteas, stripteas merupakan salah satu diantaranya dimana tubuh manusia sebagai medianya, dalam bentuk penyajian tari ditopang oleh berbagai elemen.

Kualitas kedalaman rasa sangat menentukan dalam stripteas, yang sifatnya relatif, hasilnya berbeda-beda pada masing-masing individu. Hal ini dapat terjadi karena keindahan hanya dapat ditemukan pada orang-orang yang mempunyai pengalaman mengenali wujud bermakna dalam suatu getaran dan rangsangan keindahan tubuh.

Kematangan dalam stripteas ditentukan oleh pengalaman estetis dalam mencerna stripteasyang dikaitkan dengan tolak ukur :

1. Dapat memberi kepuasan 2. Berharga dalam dirinya sendiri

(22)

Bagi penari penggoda yang seperti menggeliat di atas panggung sepanjang pertunjukan, mereka jelas tidak mengerti tentang latar belakang kebudayaan ini, atau memang ia tidak peduli. Ini adalah tarian pergaulan, diciptakan untuk keluarga dan teman-teman untuk merayakan suka cita saat berkumpul bersama-sama.18

B. Faktor-faktor Terjadinya Stripteas

Menelusuri latar belakang penyebab terjadinya stripteas sangat sulit, karena permasalahan yang melingkupinya sangat kompleks, dan saling erat berkaitanya dari sebab yang satu ke sebab yang lainnya. Namun secara garis besar dapat dibedakan, antara lain :

Faktor Moral atau Akhlak merupakan faktor yang paling utama dalam

terjadinya stripteas karena adanya demoralisasi atau rendahnya faktor moral.19 Faktor Ekonomi merupakan faktor kedua terjadinya stripteas adanya

kemiskinan dan keinginan untuk meraih kemewahan hidup, dengan cara jalan pintas dan mudah. Tanpa harus memiliki ketrampilan khusus, walau kenyataannya mereka buta huruf, pendidikan rendah, berpikiran pendek, sehingga menghalalkan stripteas sebagai pilihan pekerjaannya. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan Nurul Anggraini, para pekerja stripteas umumnya melakukan pekerjaannya disebabkan oleh tekanan ekonomi yang tidak teratasi. Dengan kata lain, mereka mempunyai masalah tanggungan

18

http://members.tripod.com//Bobezani/budaya.htm.

19

(23)

ekonomi yang berat. Seperti janda-janda muda yang ditinggal cerai suaminya dan harus menghidupi anak-anaknya yang masih kecil. Karena desakan ekonomi yang tak tertanggungkan yang kemudian menjadi sebab ia mudah tergoda untuk menjadi stripteas.20

Faktor Biologis dimana adanya nafsu seks yang abnormal dan tidak

terintegrasi dalam keperibadian, yang merasa puas apabila mengadakan relasi seks dengan berekspresi, atau karena kejenuhan yang ada dalam dirinya.

Faktor Sosiologis disini Melakukan Urbanisasi, karena mereka

menginginkan perbaikan nasib dan ajakan dari temannya yang sudah lebih dahulu terjun kedunia stripteas.21

Faktor Psikologis juga salah satu faktor terjadinya stripteas adanya pengalaman traumatis (luka jiwa), shok, mental, dan rasa ingin balas dendam yang diakibatkan oleh hal-hal seperti : kegagalan dalam perkawinan, dimadu, dinodai sama pacarnya yang kemudian ditinggal begitu saja.22

Faktor Pekerjaan yang Menggiurkan Pekerjaan stripteas adalah

pekerjaan yang sangat menggiurkan karena dapat mendulang uang tanpa peduli soal keterpurukan moral dan akhlak apalagi menghiraukan efek negatif yang akan ditimbulkan dari pekerjaan tersebut.23

20

(24)

Faktor Kebebasan Berekspresi Persoalan kebebasan berekspersi dalam

dunia seni adalah wacana yang terus berkembang dari masa ke masa, terutama ketika kebebasan berekspresi itu menyentuh wilayah seksualitas, stripteas. Tetapi kebablasan berekspresi ini bukan sudah menjadi pemandangan yang umum yang terjadi pada keseharian kita.

Faktor Hukum Yang Lemah Karena belum di amandemennya

undang-undang yang berkaitan dengan stripteas, maka stripteas akan terus ada dan bahkan akan berkembang karena belum ada hukum yang mengaturnya (Azaz Legalitas).

Faktor Keluarga24 dimana rumah tangga berantakan, yang terus-menerus dipenuhi konflik yang serius, sehingga membuat pecah keharmonisan dalam keluarga dan membuat anggota keluarga tidak betah tinggal di rumah, Penolakan orang tua dimana ada pasangan suami istri yang tidak pernah bisa memikul tanggung jawab sebagai orang tua. Dengan alasan anak dianggap sebagai beban dan menganggap anak Cuma menghalang-halangi kebebasan dalam meniti karir orang tua. Maka si anak menanamkan dendam kebencian terhadap orang tua dan akhirnya mereka mau hidup dengan caranya sendiri dan kesenangan sendiri dan Pengaruh buruk dari orang tua, tindakan a susila oleh bapak yang merupakan kepala rumah tangga, seperti

24

(25)

main perempuan, berjudi serta mabuk-mabukan. Yang pada akhirnya si anak ikut-ikutan melakukan tindakan a susila seperti stripteas.

C. Pelaku Stripteas

Diskotik, klub malam atau pub dan tempat karaoke sudah dikenal sejak zaman dahulu, bahkan zaman penjajahan. Tempat ini sudah diketahui sebagai tempat maksiat. Diskotik bukan saja tempat ajojing atau disko tapi juga tempat untuk memamerkan aurat bahkan transaksi seks. tempat tersebut dikenal pula sebagai tempat mabuk-mabukan dan transaksi narkoba. Diskotik tak beda jauh dengan rumah-rumah bordir yang menyediakan wanita-wanita penjajah tubuh yang menawarkan kenikmatan sesaat dengan imbalan uang.25

Gerakan-gerakan erotis yang menghasilkan gairah dengan tidak menggunakan busana telah jauh dari norma kesopanan, apalagi di nilai dari sudut Islam. Acara-acara yang menyediakan stripteas di diskotik, pub dan night club semakin marak dan sementara itu muncul komitmen kuat terhadap moral, mereka menutupi itu dengan seni.26

Pelaku adalah orang atau badan hukum yang bergerak di bidang stripteas yang bertujuan atau mengakibatkan timbulnya nafsu birahi, yang menimbulkan rasa yang menjijikan, yang memuakan, yang memalukan baik menurut perorang atau masyarakat bagi yang melihatnya.

25

Faruq Al-Farabi, Remaja Gaul Kebablasan, Jombang, Lintas Media, h. 135.

26

(26)

Industri hiburan menjadi salah satu yang mempengaruhi moral. Adapun fungsi hiburan pada umumnya adalah untuk menghilangkan stress, bersantai bersama keluarga serta untuk menambah wawasan dan memperluas cakrawala pengetahuan. Tapi faktanya tempat-tempat hiburan pada saat ini menjadi rusak oleh disediakanya penari-penari bugil atau stripteas dan tempat hiburan itu berubah menjadi tempat maksiat.27

Lokalisasi memberikan kesan bahwa stripteas dipertahankan atau dibiarkan tetap ada, khususnya dengan adanya pemberian perlindungan terhadap mereka yang mencari keuntungan dari stripteas (para EO, Manager, diskotik, pub, nigh club, hotel dan sejenisnya)28 adalah pelaku stripteas karena tidak mungkin stripteas dapat beraktifitas bahkan berkembang tanpa adanya pertahanan. Bukan stripteas saja yang akan dikenakan ancaman hukuman, tetapi mereka-mereka pun akan dikenakan hukuman yang setimpal dengan perbuatanya.

27

Haqiqi Alif, Masa Remaja Penuh Sensasi, Juombang, Lintas Media, h. 142.

28

(27)

BAB III

KONSEKUENSI TIMBULNYA STRIPTEAS

A. Dampak Sosial Stripteas

Yang menjadi persoalan stripteas adalah dampak dari stripteas itu sendiri dimana stripteas dapat merusak tatanan kehidupan berkeluarganya terutama orang tua yang bertanggung jawab dalam mendidik anak-anaknya, dengan adanya stripteas pun ini menyebabkan rusaknya moral di dalam masyarakat, dapat menyebabkan rusaknya keturunan serta kehormatan wanita dan keluarga di dalam masyarakat. Stripteas kemungkinan besar bisa membahayakan ketentraman negara beserta masyarakatnya. Karena akan selalu semakin berkembang dengan pola penanganan tertentu oleh sindikat yang teratur rapi.

(28)

banyak dilakukan, meskipun bukan satu-satunya penyebab terjadinya perkosaan dan perzinahan. Namun peristiwa kejahatan perkosaan dan perzinahan dalam masyarakat tidak dapat dipisahkan dari situasi moral pada umumnya, ia biasanya timbul karena kebablasan.

Pemerintah merupakan yang menjadi tumpuhan warganya tapi kenapa pemerintah tidak memberikan respon terhadap lokalisasi padahal lokalisasi memberikan kesan bahwa stripteas dipertahankan atau dibiarkan tetap ada, khususnya dengan adanya pemberian perlindungan terhadap mereka yang mencari keuntungan dari stripteas (para EO, Manager, diskotik, pub, nigh club, hotel dan sejenisnya).29

Terjerumus Dalam Kemaksiatan Seksual (Onani) merupakan dampak dari Stripteas yang mengeksploitasi seks secara vulgar akan menjadi rangsangan nafsu seks yang memang sudah mengkobar-kobar. Onani merupakan suatu bentuk rangsangan yang dilakukan dengan sengaja pada diri sendiri untuk memperoleh kepuasaan erotik. Rangsangan tidak hanya bersifat teknik (berkaitan dengan sentuhan atau rabaan), melainkan juga berkaitan dengan psikis. Onani sering juga disebut “masturbasi”. Masturbasi berasal dari kata latin, mastur yang berarti “tangan” dan batio yang berarti “menodai”. Masturbasi dari asal-usul katanya berarti “menodai diri sendiri dengan tangan”. Dari sini diperoleh pengertian, masturbasi adalah pemuas kebutuhan seksual terhadap diri sendiri dengan

29

(29)

menggunakan tangan. Bahkan para psikolog sering juga menyebutkan dengan nama monoseks, yaitu kepuasan seks oleh diri sendiri. Para ulama di kalangan ummat Islam sering menyebutkan dengan istimma.30 Mereka menganggap bahwa onani itu lebih baik dari pada zina, tak heran jika perilaku ini kian menggejala di kalangan remaja. Kebiasaan onani pada masyarakat terutama remaja adalah fenomena yang layak dicermati. Umumnya masyarakat sadar, bahwa perbuatan tersebut tidak baik. Namun merekapun merasa kesulitan untuk menghentikannya. Mereka bingung, kebiasaan itu tidak mudah dihilangkan terlebih lagi belum adanya tempat penyaluran yang layak. Polling majalah “hai” yang dimuat pada edisi No.12 Thn. XXVIII 22-28 Maret 2004 menunjukan, bahwa 85,6% remaja pernah masturbasi, sedangkan 14,4% mengaku nggak pernah. Lalu, apa pendorong terbesar mereka melakukan onani? Terbukti, 39 suara karena melihat perempuan berdandan sexy dan 36 suara dorongan nafsu, sisanya karena iseng.

Terperangkap Dalam Penjara Ketagihan yang Merusak. Ternyata yang menjadikan ketigahan bukan hanya narkoba yang mengandung zat adiksi, stripteas juga membuat penikmatnya ketagihan atau kecanduan. Hasil polling majalah “hai” menyebutkan, 69 orang mengaku penasaran untuk melihat yang lebih seru. Dari penasaran itulah yang muncul keinginan untuk terus melihat, melihat dan melihat lagi. Akhirnya ia pun ketagihan terhadap yang berbau sek.31 Masyarakat yang hidupnya selalu dirantai birahi, suka menghayal, berfantasi

30

Abu Al-Ghifari, Remaja Korban Mode, Bandung Mujahid Press, 2003, Cet Pertama, h.87.

31

(30)

seksual, serta waktu dalam hidupnya akan terbuang tercuma untuk sesuatu yang tidak prodiktif, bahkan dapat bersifat destruktif alias dapat merusak diri dan masa depannya.

Terhempas Dalam Lembah Pergaulan Bebas (Freesex) salah satu dampak dari stripteas, pergaulan bebas atau seks bebas di kalangan masyarakat terutama remaja merupakan penomena yang sudah terjadi sejak lama. Gaya pacaran remaja sekarang sudah tak lagi nyerempet-nyerempet ke hubungan terlarang layaknya suami istri, tapi banyak diantara mereka yang malah sudah melakukannya. Perilaku yang diadopsi dari perilaku remaja barat ini seolah-olah mendapat pembenaran media. Terbukti setiap hari tayangan mengenai freesex dan freelove menjadi tema utama sebagian besar film dan sinetron yang ditayangkan televisi. Akibatnya, para remaja beranggapan seks bebas adalah hal yang lumrah di era modern ini. Padahal seks bebas bukan saja merusak martabat manusia, tapi juga dengan sengaja mensejajarkan diri dengan binatang. Salah satu pendorong maraknya seks bebas dikalangan masyarakat adalah pengaruh stripteas. Ini tidak diingkari, kasus-kasus seks bebas dikalangan masyarakat banyak yang menunjukkan hal itu. Bukan resiko yang menjadi pertimbangan, tetapi kesenangan dan kenikmatan yang hanya sesaatlah yang mereka buru. Yang lebih memperihatinkan, para pelaku fereesex sama sekali tidak merasa bersalah atas tindakannya itu. 32 Stripteas ada kaitannya dengan praktek seks bebas.

32

(31)

Homoseksual, Lesbian, Hubungan Dengan Hewan adalah dampak stripteas menurut neng Djubaidah dalam bukunya yang berjudul Pornografi dan Pornoaksi istilah homo dari bahasa yunani yang artinya sama. Istilah ini pertama-tama diperkenalkan di Eropa menjelang akhir abad ke-19. untuk lebih tepatnya, jika homoseksual itu laki-laki maka sebutanya gay. Rasa ketakutan atau kebencian terhadap kaum gay disebut homofebia. Jika penderita homoseksual tersebut perempuan maka sebutannya lesbian. Jika seseorang dapat melakukan hubungan seksual dengan sesama jenis maupun lawan jenis, sebutannya biseksual.33 Masyarakat menganggap bahwa stripteas dapat menyebabkan terjadinya hubungan homoseksual ataupun lesbian. Hal ini disebabkan oleh adanya dorongan seksual yang tidak terkendali sehingga melepaskan hasrat seksualnya (syahwatnya) kepada orang sejenis yang penting tersalurkan. Akibatnya, sekalipun semula dirinya merasa menyimpang, tetapi lama-kelamaan dirinya menikmati hubungan seksual yang sejenis itu yaitu dengan cara homoseksual dan lesbian.34 Ternyata akibat stripteas tidak hanya mengakibatkan adanya perzinahan antara manusia dengan manusia, baik sejenis maupun lawan jenis, tetapi juga dapat mengakibatkan terjadinya hubungan seksual yang

33

Ajeng Dianawati, Pengetahuan Populer Remaja Pendidikan Seks Untuk Remaja, Jakarta, Kawan Pustaka, 2003, Cet Pertama, h. 76

34

(32)

menyimpang dari segi kemanusiaan yaitu hubungan seksual antar manusia dan hewan.35

Kehamilan yang Tidak Diinginkan dan Aborsi merupakan dampak stripteas, aborsi bukanlah bentuk penyimpangan seksual, melainkan proses pembantalan kehidupan dan pemusnahan janin dari rahim si wanita. Tetapi aborsi sangat erat kaitannya dengan freesex dikalangan masyarakat terutama remaja yang menyebabkan orang hamil dan melakukan aborsi. Akibatnya kehamilan pra nikah yang disertai dengan aborsi meningkat pesat. Bayangkan saja, karena menurut survei, telah diperkirakan sekitar 1.000.000 (satu juta) kasus aborsi terjadi di Indonesia. Dari data ini ternyata 50% dilakukan oleh mereka yang belum menikah akibat habis menonton sebuah adegan-adegan yang membangkitka nafsu birahinya salah satunya habis melihat stripteas.36

B. Upaya Penanggulangan Stripteas

Melihat banyaknya dan makin maraknya stripteas di indonesia, maka perlu diadakan dan dipikirkan cara penanggulangannya menurut pendapat dari berbagai referensi yang antara lain :

1. Pendidikan Moral

Cara ini menurut Yasraf Amir Piliang dalam bukunya Terkurung Diantara Realitas-realitas Semu.

35

Neng Djubaidah, Pornografi dan Pornoaksi Ditinjau Dari Hukum Islam, Bogor, Kencana, 2003, Cet Pertama, h. 153

36

(33)

Moral atau moralitas, dalam hal ini haruslah dilihat dalam arti yang sempit dan arti yang luas. Pengertian dalam arti yang luas, moral tidak lain merupakan pedoman bagaimana harus hidup. Sedangkan dalam arti yang sempit, moral identik dengan kesusilaan, yaitu sopan santun dalam prilaku seksual.37

Moralitas dipakai untuk menilai baik buruknya seseorang. Moral merupakan pedoman prilaku manusia supaya ia bisa berbuat hal-hal yang baik dan menghindarkan diri dari hal-hal yang tidak baik.

Keperihatinan masyarakat dan kaum pendidik menjurus pada perlunya dilakukan perubahan mendasar tehadap pola kependidikan yang berlangsung. Setidaknya, diperlukan upaya mempertegas orientasi pendidikan moral dan religius. Pemberlakuan UU No. 2 Tahun 1989 Tentang Pendidikan Nasional telah 19 tahun berjalan, ternyata hanya menghasilkan generasi yang memiliki kecerdasan otak tapi miskin keimanan dan moralitas.

Di tengah-tengah masyarakat, pelanggaran moral cendrung menjadi suatu yang tidak lagi ditabukan. Tabu sebenarnya mempunyai peranan yang sangat penting, tabu memberikan rambu mengenai apa yang “pantas, kurang pantas dan tidak pantas” untuk dilihat, dipertontonkan serta dilakukan.38

37

Franz Magnis Suseno, Etika Dasar : Masalah-masalah Pokok Filsafat Moral, Yogyakarta, Kanisius, 1987, h. 14.

38

(34)

Sementara para pemuka agama yang menjadi panutan semestinya lebih banyak terlibat ke dalam konflik kepentingan tersebut.

Dalam upaya membenahi itu semua, harus dilakukan melalui pendekatan pendidikan. Pemerintah harus berani melakukan pembenahan total terhadap orientasi pembinaan kependidikan yang terjadi saat ini. Antara lain dengan memberikan penekanan pada pendidikan moral dan agama.

Stripteas adalah bukti dari kesalahan orientasi pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan selama ini lebih berorientasi kepada fisik dan seputar kebutuhan perut saja, sedangkan pembangunan moral tampak tidak banyak mendapat perhatian. Akibatnya dari kesalahan itu masyarakat Indonesia kini menjadi terlalu matrealistik, yang dipikirkan hanya urusan dunia saja, sementara urusan akhirat terpinggirkan.

2. Kembali Pada Nilai-nilai Spiritual

Cara ini menurut Badriatul Muchlisin Asti dalam bukunya Remaja Dirantai Birahi : Kupas Tuntas Pornografi dalam Perspektif Islam.

(35)

Islam mengajarkan agar menjaga diri dan keluarga dari siksaan api neraka, firman Allah Swt dalam Al-Qur’an :

.

Artinya ;

“Hai orang-orang yng beriman, periharalah dirimu dan keluarga dari siksa api neraka…..” (Qs. At-Tahrim : 6 )

Maksud memelihara diri dan keluarga dari api neraka adalah menjaga jangan sampai melakukan maksiat dan dosa. Dalam konteks ini, para orang tua juga wajib membimbing dan mengontrol anak-anaknya dalam kehidupan seksualnya. Kebanyakan dari mereka mengetahui masalah-masalah seksual dari obrolan sesama teman sebaya, sementara bimbingan dari orang tua sangat kurang. Hal ini menyebabkan para remaja kehilangan arah untuk menentukan mana yang baik dan mana yang buruk.

Peranan ilmu jiwa dan ilmu agama dalam membimbing, mendidik dan membangun anak, tidak boleh diabaikan oleh orang tua, agar pengelolaan anak tersebut dilakukan dengan sebaik-baiknya.

(36)

yang berkenaan dengan stripteas menghindari mereka untuk mengenakan pakaian yang dapat membangkitkan gairah birahi, mengarahkan mereka untuk memahami budi pekerti agar menjadi orang yang berkepribadian. Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan cara menyediakan buku-buku yang berisikan ajaran agama, menghindarkan mereka dari kesendirian agar tidak mengalami kehilangan keseimbangan.

Disamping itu, dalam Islam juga terdapat suatu ajaran untuk melaksanakan amar ma’ruf nahyi munkar. Ini termaktub dalam Al-Qur’an surat Ali Imron ayat 104 :

Artinya :

“Dan hendaklah ada diantara kamu golongan ummat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah pada yang munkar…”

Maka, mulai sekarang tanamkan tekad untuk mulai mengkaji Islam, mengamalkan sedikit demi sedikit dengan penuh kesungguhan dan keihlasan, dan mulai meninggalkan secara total budaya-budaya jahiliyah yang merusak moral.

(37)

3. Memberlakukan Sanksi

Cara ini menurut Andi Andjo Soetjipto dalam makalahnya Pornografi dan penegakkan Hukum.

Pemerintah hendaknya bersikap tegas terhadap pelaku tindak pidana stripteas dengan cara mencegah, menolak dan menghentikannya sesuai dengan kemampuan dan wewenang yang dimiliki.

Banyak para aparat hukum yang tidak tegas terhadap pemberantasan tindak pidana stripteas. Para aparat hukum seakan-akan menutup mata, hati dan telinga mereka hanya untuk mendapatkan sejumlah uang dan iming-iming lainnya, agar pelaku tindak pidana stripteas tidak dikenai sanksi. Hal ini menunjukkan bahwa adanya ketidaksesuaian para aparat hukum dalam mengenai kasusu stripteas ini. 39

Maka dari itu, hendaklah para aparat hukum segera meninggalkan perbutannya itu agar kondisi masyarakat di Indonesia ini lebih bisa terarah dan lebih baik, sehingga mereka dapat mencapai dan meraih cita-cita yang mereka inginkan. Dan juga kepada aparat hukum hendaklah memberikan sanksi yang setimpal terhadap pelaku tindak pidana stripteas sesuai hukum yang berlaku di Indonesia.

39

(38)

4. Penutupan Lokalisasi

(39)

BAB IV

STRIPTEAS DALAM KAJIAN

HUKUM ISLAM DAN HUKUM PIDANA INDONESIA

A. Unsur-unsur Pidana Pada Stripteas Dalam Hukum Islam Dan Hukum

Pidana Indonesia.

1. Unsur-unsur Pidana Pada Stripteas Dalam Kajian Hukum Islam.

Pengertian jarimah dapat mengisyaratkan bahwa larangan-larangan atas perbuatan-perbuatan yang termasuk kategori jarimah berasal dari ketentuan-ketentuan (nash-nash) syara’ artinya perbuatan-perbuatan manusia dapat dikategorikan sebagai jinayah jika perbuatan-perbuatan tersebut di ancamkan hukuman terhadapnya.40

Karena perintah-perintah dan larangan-larangan tersebut datang dari syara’ maka perintah-perintah dan larangan-larangan itu hanya ditunjukan kepada orang yang berakal sehat dan dapat memahami pembebanan (taklifi) sebab pembebanan itu artinya penggilan (khitab) dan orang yang tidak dapat memahami seperti hewan dan benda-benda mati, tidak mungkin menjadi objek panggilan tersebut. Bahkan orang yang dapat memahami pokok panggilan, tetapi tidak mengetahui perincian-perinciannya, apakah berupa suruhan atau larangan, apakah akan membawa pahala atau siksa, seperti

40

(40)

halnya anak kecil dan orang yang tidak waras maka keduanya dipersamakan dengan hewan dan benda-benda mati lainnya. Oleh kaerena itu sulit di beri pembebanan karena untuk dapat memahami pembebanan tersebut, bukan saja diperlukan pengertiannya terhadap pokok panggilan, tetapi juga diperlukan pengertiannya terhadap perincian-perinciannya.

Menurut Abdul Qadir Audah bahwa unsur-unsur jarimah secara umum adalah:41

1. Unsur Formal

Adanya nash (ketentuan) yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang di sertai ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatan. Unsur ini juga biasa disebut dengan “Rukun Syar’I”

2. Unsur Material

Adanya unsur perbuatan yang membentuk jarimah baik berupa melakukan perbuatan yang dilarang atau meninggalkan perbuatan yang di haruskan. Unsur ini juga biasa disebut dengan “Rukun Maddi”

3. Unsur Moral

Pelaku kejahatan adalah orang yang yang dapat menerima khitab atau dapat memahami taklif, sehingga mereka dapat dituntut atas kejahatan yang mereka lakukan. Unsur ini biasa disebut dengan “Rukun Abadi”

Di samping unsur umum yang harus dipenuhi dalam setiap jarimah atau jinayat, tetapi juga ada unsur khusus yang harus dipenuhi di setiap

41

(41)

jarimah atau jinayat untuk dikenakan hukuman, dimana unsur tersebut terdapat pada setiap perumusan jarimah atau jinayat yang dilakukan, misalnya pada jarimah perkosaan, di dalam perumusan jarimah perkosaan mengandung unsur yaitu “ancaman, kekerasan, pemaksaan”, unsur ini disebut unsur khusus.

Selain itu pula di dalam redaksi lain menjelaskan secara jelas bahwa untuk menentukan suatu hukuman terhadap suatu tindakan dalam hukum Islam, diperlukan unsur normatif dan moral sebagai berikut :

1. Secara yurudis normatif di satu aspek harus didasari oleh suatu dalil yang menentukan larangan terhadap perilaku tertentu dan diancm dengan hukuman. Aspek lainnya secara yuridis normatif mempunyai unsur materiil, yaitu sikap diperintahkan oleh Allah Swt.

2. Unsur Moral, yaitu kesanggupan seseorang untuk menerima sesuatu yang secara nyata mempunyai nilai yang dapat dipertanggung jawabkan. Dalam hal ini disebutkan mukallaf. Mukallaf adalah orang Islam yang baligh dan berakal sehat.42

Dari uraian diatas dapat disimpulakn bahwa stripteas dapat digolongkan kepada “Jarimah” karena unsur-unsur jarimah terpenuhi oleh stripteas dari unsur formal, unsur materiil dan unsur moral.

42

(42)

2. Unsur-unsur Pidana Pada Stripteas Dalam Kajian Hukum Pidana

Indonesia.

Pengertian hukum pidana menurut Prof.Dok. W.L.G LEMAIRE ialah : “Hukum pidana itu terdiri dari norma-norma yang berisikan

keharusan-keharusan dan larangan-larangan (oleh pembuat Undang-undang) telah

dikaitkan dengan suatu sanksi berupa hukuman, yakni suatu penderitaan yang

bersifat khusus. Dengan demikian dapat juga dikatakan, bahwa hukum

pidana itu merupakan suatu sistem norma-norma yang menentukan terhadap

tindakan-tindakan yang mana (hal melakukan sesuatu atau tidak melakukan

sesuatu di mana terdapat suatu keharusan untuk melakukan sesuatu) dan

dalam keadaan-keadaan bagaimana hukuman itu dapat dijatuhkan, serta

hukum yang bagaimana yang dapat dijatuhkan bagi tindakan-tindakan

tersebut”. 43

Profesor Mr W.F.C van HATTUM telah merumuskan hukum pidana positif sebagai berikut :

“Suatu keseluruhan dari asas-asas dan peraturan-peraturan yang diakui oleh

Negara atau suatu masyarakat hukum umum lainnya. Dimana mereka

sebagai pemelihara dari ketertiban hukum umum telah melarang

dilakukannya tindakan-tindakan yang bersifat melanggar hukum dan telah

43

(43)

mengaitkan pelanggaran terhadap peraturan-peraturannya dengan suatu

penderitaan yang bersifat khusus berupa hukuman”.44

Hukum pidana adalah hukum mengenai delik yang diancam dengan hukum pidana. Dengn kata lain, “Serangkaian peraturan yang mengatur masalah tindak pidana dan hukumanya”.45

Menurut Profesor SIMON hukum pidana itu dapat dibagi menjadi hukum pidana dalam arti objektif dan hukum pidana dalam arti subjektif.

Hukum pidana dalam arti objektif adalah hukum pidana yang berlaku atau yang juga disebut sebagai hukum positif atau ius poenale. Hukum pidana dalam arti subjektif mempunyai dua pengertian yaitu :

a. Hak dari negara dan alat kekuasaannya untuk menghukum, yakni hak yang mereka peroleh dari peraturan-peraturan yang telah ditentukan oleh hukum pidana dalam arti objektif.

b. Hak dari negara untuk mengkaitkan pelanggaran terhadap peraturan-peraturan dengan hukuman.

Hukum pidana dalam arti subjektif diatas juga disebut sebagai ius puniendi.46

Sarjana hukum Indonesia merumuskan beberapa unsur-unsur hukum pidana, yaitu :

44

Ibid, h. 3

45

Marpaung, Leden, Asas Hukum Pidana Islam, Jakarta, Sinar Grafindo, 2006.

46

(44)

a. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat. b. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

c. Peraturan itu bersifat memaksa.

d. Sanksi terhadap pelanggaran peraturan adalah tegas.

Unsur-unsur perbuatan pidana dapat dibedakan menjadi dua bagian yaitu dari sudut teoritis dan dari sudut undang-undang. Maksud dari teoritis adalah berdasarkan dari pendapat para ahli hukum, yang tercermin pada bunyi rumusannya. Sedangkan dari sudut UU unsur-unsur perbuatan pidana adalah bagaimana kenyataan perbuatan pidana itu dirumuskan menjadi perbuatan pidana tertentu dalam pasal-pasal tertentu perundang-undangan yang ada. 1. Unsur Perbuatan Pidana Menurut Beberapa Teoritis

Menurut Moeljatmo perbuatan pidana adalah perbuatan manusia saja yang boleh dilarang, yang dilarang adalah aturan hukum serta ancaman (diancam) dengan pidana menggambarkan bahwa tidak mesti perbuatan itu dalam kenyataannya benar-benar dipidana.

Menurut R.Tresna perbuatan pidana terdiri dari : c. Perbuatan manusia

d. Yang bertentangan dengan peraturan perundang-undangan Jadi, unsur-unsur perbuatan pidana :

a. Kelakuan manusia b. Diancam dengan pidana

(45)

Dapat dilihat bahwa unsur-unsur dari tiga batasan penganut paham dualisme tersebut, tidak ada perbedaan, ialah bahwa perbuatan pidana itu adalah : perbuatan manusia yang dilarang, dimuat dalam UU, dan diancam dipidana bagi yang melakukannya. Dari unsur-unsur yang ada jelas terlihat bahwa unsur-unsur tersebut tidak menyangkut diri si pembuat atau di pidananya pembuat, semata-mata mengenai perbuatannya.

Pendapat penganut paham monoisme ialah dari batasan yang dibuat jonkers dapat dirinci unsur-unsur perbuatan pidana adalah :

a. Perbuatan b. Melawan hukum c. Kesalahan

d. Dipertanggung jawabkan

Schravendijk dalam batasan yang dibuatnya secara panjang lebar itu, jika dirinci terdapat unsur-unsur sebagai berikut :

a. Kelakuan

b. Bertentangan dengan hukum c. Diancam dengan hukuman d. Dilakukan dengan orang e. Kesalahan

(46)

memisahkan antara unsur-unsur mengenai perbuatanya dengan unsur yang mengenai diri orangnya.

2. Unsur Rumusan Perbuatan Pidana Dalam UU

Dari rumusan perbuatan pidana tertentu dalam KUHP itu, maka dapat diketahui adanya 8 unsur perbuatan pidana, yaitu :

1. Unsur Tingkah Laku

Tingkah laku dalam perbuatan pidana terdiri dari tingkah laku aktif atau positif (handelen), juga dapat disebutkan perbuatan materill dan tingkah laku pasif dan negatif.

Tingkah laku aktif adalah suatu bentuk tingkah laku yang untuk mewujudkannya atau melakukannya diperlukan wujud gerak atau gerakan-gerakan dari tubuh atau bagian dari tubuh, misalnya mengambil (362) atau memalsukan (268). Sedangkan tingkah laku pasif adalah berupa tingkah laku yang membiarkan pertolongan (531), membiarkan ( 304), meninggalkan (308), tidak segera memberitahuan (164), tidak datang (522).

2. Unsur Sifat Melawan Hukum

(47)

3. Unsur Kesalahan

Kesalahan adalah unsur mengenai keadaan atau gambaran batin orang sebelum atau pada saat memulai perbuatan, karena itu unsur ini selalu melekat pada diri pelaku dan bersifat subjektif. Dalam hal ini berbeda dengan unsur melawan hukum yang dapat bersifat objektif dan dapat bersifat subjektif, bergantung pada redaksi rumusan dan sudut pandang terhadap rumusan perbuatan pidana tersebut.

Istilah kesalahan adalah pengertian hukum yang tidak sama dengan pengertin harfiah kesalahan dalam hukum pidana adalah berhubungan dengan pertanggung jawaban atau mengandung beban pertanggung jawab pidana yang terdiri dari kesengajaan (dolus) atau kelalaian (culpa).

4. Unsur Akibat Konstitutif

Unsur akibat konstitutif ini terdapat pada :

a. Perbuatan pidana materill atau perbuatan pidana dimana akibat menjadi syarat selesainya perbuatan pidana.

b. Perbuatan pidana yang mengandung unsur akibat sebagai syarat pemberatan pidana.

c. Perbuatan pidana dimana akibat merupakan syarat dipidanannya pembuat.

(48)

tidak timbul, maka perbuatan pidananya tidak terjadi, yang terjadi hanyalah percobaannya.

5. Unsur Keadaan yang Menyertai

Unsur keadaan yang menyertai, adalah unsur perbuatan pidana yang berupa semua keadaan yang ada berlaku dalam mana perbuataan dilakukan. Rumusnya mengenai cara melakukan perbuatan, cara untuk dapat dilakukannya perbuatan, objek perbuatan pidana, subjek perbuatan pidana, tempat dilakukannya perbuatan pidana, dan mengenai waktu dilakukannya perbuatan pidana.

6. Unsur Syarat Tambahan Untuk Dapatnya Dituntut Pidana

Unsur ini hanya terdapat pada perbuatan pidana aduan. Perbuatan pidana aduan adalah perbuatan pidana yang hanya dapat dituntut pidana jika adanya pengaduan dari yang berhak mengadu. 7. Unsur Tambahan Untuk Memperberat Pidana

Unsur ini adalah berupa alasan untuk memperberatnya pidana, dan bukan unsur syarat untuk terjadinya atau syarat selesainya perbuatan pidana sebagaimana pada perbuatan pidana materiil.

8. Unsur Syarat Tambahan Untuk Dapatnya Dipidana

(49)

Dari 8 unsur itu diantaranya dua unsur yakni kesalahan dan melawab hukum adalah termasuk unsur subjektif, sedangkan selebihnya berupa unsur objektif.47

Menurut pandangan RUU PP, bahwa stripteas termasuk tindak pidana yang ada hukumanya, karena stripteas memiliki unsur-unsur pidana, unsur subjektif dan unsur objektif terpenuhi, sebagai berikut :

1. Unsur Objektif

Setiap orang yang dimuka umum/di suatu tempat yang dapat dilihat oleh umum :

a. Mempertontonkan alat kelamin b. Melakukan aktivitas seksual c. Melakukan hubungan seks d. Gerakan

e. Tarian erotis 2. Unsur Subjektif

Mengeksploitasi daya tarik seksual pada bagian tubuh, aktifitas seksual dengan gerakan yang erotis.48

47

Prof.Moeljatno,SH, Asas-asas Hukum Pidana, Jakarta, PT. Rineka Cipta, 2002. Cet Ketujuh

48

(50)

Menurut Kitab Undang-undang Hukum Pidana, seorang dapat dipersalahkan telah melakukan suatu tindak pidana apabila orang tersebut telah terbukti memenuhi unsur-unsur dari tindak pidana yang bersangkutan seperti yang dirumuskan di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana sudah jelas bahwa stripteas tidak termasuk hukum pidana karena tidak memenuhi unsur-unsur yang subjektif maupun unsur-unsur objektif.

B. Stripteas Dalam Kajian Hukum Islam dan Hukum Pidana Indonesia.

1. Stripteas Dalam Kajian Hukum Islam

Islam menghargai kebebasaan seseorang untuk berekspresi, namun dalam koridor Islam. Juga naluri bahwa setiap manusia memiliki naluri seksual, namun mengarahnya supaya disalurkan dalam cara-cara melalui syariat. Islam sebagai mabda (ediologi) memiliki cara yang khas, untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi manusia tanpa menelantarkan kebutuhannya yang lain, dan juga mengabaikan kebutuhan manusia lain dalam masyarakat.

Seorangpun dalam wilayah Islam yang mengumbar aurat, kecuali dalam hal-hal yang dibenarkan syariat. Islam juga memberikan tuntutan hidup dan aturan bermasyarakat yang akan menjaga agar setiap orang memahami tujuan hidup shahih serta tolak ukur kebahagian yang hakiki.49

49

(51)

Kalau di kaji dari hukum Islam, hukum Islam melarang perbuatan yang pada dasarnya merusak kehidupan manusia, sekalipun perbuatan itu disenangi oleh manusia ataupun perbuatan itu dilakukan hanya seorang tanpa merugikan orang lain, seperti orang yang minum-minuman yang memabukan (khamer), dalam pandangan Islam orang itu tetap dilarang, karena merusak akal yang seharusnya harus di pelihara, walaupun ia membeli minuman dengan uangnya sendiri dan diminum dirumahnya sendiri tanpa mengganggu orang lain. Demikian juga dengan seks diluar nikah (zinah), perbuatan-perbuatan tersebut mutlak dilarang siapapun yang melakukannya, walaupun mereka melakukan itu dengan suka sama suka.50

Dengan demikian hukum Islam adalah agama yang memberikan pandangan hidup kepada manusia secara menyeluruh, meliputi segala aspek kehidupannya menuju tercapainya kebahagian hidup jasmani dan rohani yang baik dalam kehidupan individunya, maupun dalam kehidupan masyarakat. Secara umum, yang tujuannya menciptakan hukum (syar’i) dalam menetapkan hukum-hukumnya adalah kemaslahatan dan kepentingan serta kehidupan manusia seluruhnya, baik dalam kehidupan didunia yang fana (sementara) ini, maupun kehidupan akhirat yang baka (kekal). Tujuan hukum yang demikian dapat kita tangkap mengenai stripteas dalam surat An-Nur ayat 31 Allah SWT Berfirman :

50

(52)

Artinya ;

(53)

suami mereka, atau saudara-saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara lelaki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau wanita Islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinya agar diketahui perhiasaan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Alla SWT, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur:30-31)

Syariat Islam pun mewajibkan menutup aurat sebagai syarat utama berpakaian yang Islami. Penegasan tersebut terdapat dalam ayat-ayat Al-Qur’an, serta didukung oleh beberapa hadist yang berkaitan dengan masalah stripteas, sabda Nabi mengatakan :

“ Abdullah bin yazid berceruta kepada kami, ia berkata : disamping Al-Shadafi dan Abu Abdurrahman Al-Hubuli berkata : kami mendengarAbdullah bin Amr berkata saya mendengar Rasulullah bersabda : ‘kelak diakhir umatku (akhir zaman) akan ada sejumlah laki-laki yang menaiki pelana mirip seperti tokoh ; mereka turun (singgah) telanjang ; kepada laki-laki tersebut ditutupi serban besar, persis seperti punuk unta berleher panjang yang kurus. Kutuklah istri mereka tersebut, sebab mereka adalah perempuan terkutuk. Seandainya diumat kami ada umat lain, tentu istrimu meniru istri mereka sebagaimana istri-istri umat sebelum kamu menirumu.’ (HR. Ahmad dalam musnadnya, kitab musnad Al-Musnad Al-Mukhtsirin Min Al-Shahabah, bab musnad Bin Abdillah bin Amer Al-Ash Nomor,6787)51

Tuntunan tersebut diatas merupakan bagian dari esensi ajaran Islam. Ia menempati kedudukan terhormat dalam Islam. Tidaklah sempurna keimanan seorang muslim, kecuali ia menghiasi diri dengan akhlak Islam tersebut dan mengosongkan diri dari perbuatan tercela.

Akhlak juga merupakan pondasi bagi terbentuknya masyarakat Islami yaitu suatu gambaran masyarakat yang menentang keras dan mengharamkan segala prilaku bejat, mengumbar aurat, kemaksiatan dan ketidak sopanan

51

(54)

lainnya. Dan menjadikannya termasuk dosa-dosa besar bahkan Al-Qur’an menempati akhlak dan kesopanan sebagai ciri bagi orang yang beriman dan bertawakal. Tidak akan selamat dari azab Allah SWT, orang-orang yang kesehariannya mengumbar kemaksiatan.52

Terbentuknya masyarakat yang berlandasan pada moral yang tinggi adalah suatu keniscayaan dan akhlak adalah bagian penting dari menopang bangunan masyarakat bermoral itu. Untuk itu penampilan perempuan menjdi perkara penting.53

Jadi, masyarakat yang bermoral adalah masyarakat yang menjunjung tinggi akhlakul karimah. Bukan masyarakat yang senang dengan kemaksiatan. Bukan pula masyarakat yang mengagung-agungkan budaya jahiliyah ala barat, seperti mengumbar aurat wanita dan ketidak sopanan lainnya. Tapi, masyarakat yang diatur dengan tatakrama dan nilai-nilai luhur yang tinggi. Hal ini sesuai dengan maksud diutusnya Rasulullah Saw ketengah-tengah manusia yaitu memperbaiki akhlak.

Stripteas berkaitan dengan gerak tubuh yang erotis atau sensual dari perempuan untuk membangkitkan nafsu birahi baik lawan jenis maupun sejenis, dampak dampak yang ditimbulkan pun hampir menjalar kesemua aspek kehidupan masyarakat secara universal. Hal yang demikian ini sangat bertentangan sekali dengan tujuan hukum Islam.

52Sabili

, No 18. th XIII, 23 Maret 2006. h.21

53

(55)

Kalau kita pelajari dengan seksama ketetapan Allah SWT dan Rasul-Nya yang terdapat dalam kitab Al-Qur’an dan Hadis yang shahih kita akan segera mengetahuii hukum Islam.54

Dalam pembahasan stripteas, perlu kita perhatikan uraian dalam kitab-kitab ushul fiqh mengenai Dharuriyat Al-khams (lima prinsif dasar) dalam agama yang harus dijaga dan dipelihara.55 Secara umum sering dirumuskan bahwasanya tujuan hukum Islam adalah kebahagian hidup di dunia ini dan akhirat kelak, dengan jalan mengambil (segala) yang bermanfaat dan mencegah atau menolak yang madharat, yaitu yang tidak berguna bagi hidup dan bagi kehidupan.

Dengan kata lain, tujuan hukum Islam adalah kemaslahatan kehidupan manusia, baik rohani maupun jasmani, individu dan sosial. Kemaslahatan ini tidak hanya untuk di dunia saja, tetapi juga yang kekal di akhirat kelak.

Hukum Islam bertujuan untuk mewujudkan kebahagian yang hakiki, semua yang menjadi kepentingan hidup manusia dapat dibagi menjadi tiga : yaitu kepentingan primer atau pokok (Al-Dharuruyat). Yang dimaksud dengan kelompok Al-Dharuruyat adalah memelihara kebutuhan-kebutuhan yang bersifat esensial (primer) bagi kehidupan manusia. Kehidupan primer itu adalah memelihara agama, jiwa, akal, keturunan dan harta.

54

M. Daud Ali, Hukum Islam : Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum di Indonesia, (Jakarta : PT. Raja Grafindo, 2004) Cet. Ke-XI,h. 61

55

(56)

Dengan dasar dan konsep tujuan hukum Islam, disinilah penulis ingin mengulas stripteas kaitannya dengan tujuan hukum Islam, yaitu :

1. Stripteas di Kaitkan dengan Memelihara Agama.

Pemeliharaan agama merupakan tujuan hukum Islam yang pertama. adalah karena agama merupakan pedoman hidup manusia, dan didalam agama Islam selain komponen-komponen aqidah yang merupakan pegangan hidup setiap muslim, terdapat juga syari’ah yang merupakan jalan seorang muslim yang baik. Baik dalam hubungan dengan Tuhannya maupun berhubungan dengan manusia lain dan dalam masyarakat. Karena itulah maka hukum Islam wajib melindungi agama.

Stripteas sangat sekali bertentangan dengan tujuan hukum Islam, yang mana syari’at Islam pada umumnya mencegah melakukan sesuatu yang terlarang, yang menyangkut kehidupan masyarakat, dan perbuatan ini (stripteas) telah mengingkari pokok-pokok agama yang seharusnya mudah diketahui oleh pemeluknya.

(57)

Artinya ;

“Janganlah engkau mendekati Zina karena ia adalah perbuatan yang

keji”

Untuk menegakan agama manusia diperintahkan beriman kepada Allah Swt, kepada Rasul, kepada Malaikat, kepada hari akhir, menegakan dua kalimat syahadat serta melakukan ibadah yang pokok dan lainnya. Islam adalah agama yang menjaga kesucian hati manusia, terutama dalam hal yang bersifat seksual, ini terjadi bukti yang kuat, betapa Islam adalah agama (dien) yang memelihara fitrah manusia, yang selalu menjaga kesucian. Sejarah telah membuktikan bahwa stripteas dimanapun dibelahan dunia ini secara nyata telah menghancurkan.

2. Stripteas di Kaitkan dengan Memelihara Jiwa.

Pemeliharaan jiwa merupakan tujuan hidup hukum Islam. Kaitan stripteas dengan memelihara jiwa adalah tubuh tanpa jiwa adalah mati, dan orang yang berjiwa akan merasakan mati. Sebagaimana yang telah difirmankan Allah Swt

ﺔﻘﻧاذ

ﺲ ﻧ

آ

تﻮ ا

Artinya ;

(58)

Keberadaan jiwa seorang akan dapat diketahui melalui sikap, perilaku atau penampilannya, yang dengan fenomena itu seorang dapat dinilai atau ditafsirkan bahwa kondisi kejiwaan atau rohaniah dalam keadaan baik, sehat dan benar atau tidak.

Jiwa yang berada dalam tubuh manusia adalah amanah yang wajib dipelihara, karena jiwa setiap orang berbeda dalam kekuasaan Tuhan, jiwa yang suci dapat membangun harga diri, keluarga dan keturunan harus dijaga, dipelihara bahkan diperjuangkan. Tidak datang dengan sendirinya dan tidak sekedar dengan ritual saja. Lebih dari itu iman telah menuntut dan membuat jiwa yang suci sehingga selaras dengan perbuatan (jasmani). Kewajiban memelihara jiwa ditentukan oleh Allah Swt melalui larangan-larangan dan perbuatan yang dapat mengakibatkan rusaknya jiwa yang suci. Dalam menentukan langkah, tubuh biasanya selalu disertai dengan jiwa, antara lain dengan langkah yang mempersilahkan tubuh untuk tidak melakukan stripteas juga selalu disertai jiwa. Apabila jiwa telah dirasuki oleh nilai-nilai bertentangan dengan ini tujuan hukum Islam, nilai-nilai hidup dan kehidupan yang stripteas, yang bertujuan tidak untuk mendapatkan ridha Allah, maka tubuhpun melangkah tanpa jiwa yang tidak disadari aqidah, syariah dan akhlak yang diridhai Allah.

3. Stripteas di Kaitkan dengan Memelihara Akal.

(59)

Allah, alam semesta dan dirinya sendiri. Dengan akalnya manusia dapat mengembangkan pengetahuan dan teknologi. Tanpa akal, manusia tidak mungkin pula menjadi pelaku dan pelaksana hukum Islam penggunaan itu harus diarahkan pada hal-hal atau sesuatu yang bermanfaat bagi kepentingan hidup manusia, tidak untuk hal-hal merugikan. Dan untuk memelihara akal maka hukum Islam melarang setiap perbuatan yang dapat merusakan akal manusia.

Adapun kaitan stripteas dengan memelihara akal kerena stripteas kalau kita lihat secara patologis dapat merusak akalnya dalam perkembangan pribadi yang menyebabkan seseorang jadi budak nafsu, suka berbohong, suka menghayal, sampai orientasi masa depan.

Sedangkan Islam tidak menginginkan umatnya seperti itu. Dan untuk memelihara akal yang diciptakan Allah khusus bagi manusia, diharuskan berbuat segala untuk menjaga keberadaanya dan meningkatkan kualitasnya dengan cara menuntut ilmu. Segala sesuatu itu adalah perbuatan baik yang diperintahkan oleh Allah. Dalam hal ini manusia untuk dituntut untuk menuntut ilmu tanpa batas usia dan tidak memperhitungkan jarak dan tempat. Sebagaimana yang telah disabdakan oleh nabi yang populer :

ﱢ آ

ﺔﻀْﻳﺮ

ْ ا

ﺐ ﻃ

(60)

“Mencari ilmu itu wajib diwajibkan oleh setiap muslim”

Sebaliknya manusia dilarang berbuat sesuatu yang dapat menghilangkan akal. Segala perbuatan yang mengarahkan kepada kerusakan akal dan perbuatan buruk, karena dilarang syara’ (seperti akibat stripteas) dan wajib menghukum setiap perbuatan yang dapat merusak akal manusia.

4. Stripteas di kaitkan dengan Memelihara Keturunan.

Tujuan dan pemeliharaan hukum Islam agar kemurnian darah dapat dijaga dan kelanjutan umat dapat dijaga pula dan diteruskan, merupakan tujuan hukum Islam. Hal ini tercermin dalam hubungan darah dan menjadi syara’ untuk saling mewarisi (QS, 4 :23), dan larangan berzina (QS, 17:32), perlu diketahui dalam hubungan ini bahwa dalam Al-Qur’an. Ayat-ayat hukum mengenai kedua bagian hukum Islam ini diatur lebih rinci dan pasti dibandingkan dengan ayat-ayat hukum lainnya. Maksudnya adalah agar pemeliharaan dan kelanjutan keturunan dapat berlangsung dengan sebaik-baiknya. Adapun kaitanya dengan stripteas dengan memelihara keturunan sangat jelas, karena stripteas mengakibatkna terjadinya tindakan kriminal diantaranya adalah pemerkosaan, perzinahan, yang dapat merusak terjadinya keturunan.

(61)

Pembedaan harta adalah tujuan kelima hukum Islam, menurut agama Islam. Harta adalah pemberian Tuhan kepada manusia agar manusia dapat mempertahankan hidup dan melangsungkan kehidupannya oleh karena itu, hukum islam melindungi hak manusia untuk memperoleh harta dengan cara-cara yang halal dan sah serta melindungi kepentingan harta seseorang, masyarakat dan negara. Misalnya dari penipuan (QS, 4:29), pengelapan (QS, 4:58), perampasan (QS, 5:33), pencurian (QS, 5:38), dan kejahatan lain terhadap harta orang lain peralihan harta seseorang setelah ia meninggal dunia pun diatur secara rinci oleh hukum Islam agar peralihan itu dapat berlangsung dengan baik dan adil berdasarkan fungsi dan tangung jawab seseorang dalam kehidupan rumah tangga dan masyarakat (QS, 4:7,11,12,176 dan lain-lain).

Kepemilikan manusia adalah kepemilikan yang bersifat perwalian (amanat). Islam mengakui hak-hak individual manusia yang menganugrahkan kepada mereka. Manusia diperintahkan kepada Allah untuk berusaha mendapatkan harta, memelihara, menyelamatkannya, menggunakanya, memanfaatkannya serta mempertanggung jawabkan dihadapan pemilik mutlaknya Allah Swt.

(62)

Adapun kaitanya stripteas dalam pemeliharaan harta adalah karena, harta yang diperoleh melalui bisnis stripteas adalah haram, karena stripteas perbuatan yang mendorong pelakunya maupun orang lain untuk berbuat perzinahan.

Perlu kita ketahui ajaran Islam menegaskan bahwa

1. Setiap Cara yang dapat merugikan atau yang dapat mencelakakan diri sendiri atau orang lain dilarang oleh agama.

2. Setiap usaha yang didalamnya muatan-muatan kemaksiatan dilarang oleh agama.

3. Setiap usaha yang mendatangkan dosa dan maksiat kepada Allah juga dilarang oleh agama.

4. Setiap bentuk perbuatan dosa yang mendatangkan penghasilan, maka penghasilan itu haram hukumnya.

Firman Allah menegaskan :

Artinya ;

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling harta sesamamu

dengan jalan bathil”.

Gambar

Grafika, 1994, Cet Pertama. h. 43

Referensi

Dokumen terkait

Telah disetujui oleh pembimbing untuk dipertahankan di depan Tim Penguji Karya Tulis Ilmiah dengan judul “ASUHAN KERAWATAN PADA KLIEN DENGAN GANGGUAN SSITEM

Hasil dari strategi yang dilakukan oleh Kelompok Kiwang Kreatif dengan mengidentifikasi dan potensi wilayah melalui pemberian pelatihan dan penyuluhan, selanjutnya menyusun

Ekstrak kayu manis dengan pelarut heksana, 100 % dapat menghambat karena pelarut heksana merupakan pelarut yang paling dominan untuk mengekstrak minyak yang terkandung dalam

Ketika perusahaan-perusahaan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah melakukan right issue ternyata return saham tidak mengalami peningkatan yang signifikan pada saat

Rancang bangun Antena Heksacula Binomial Unidireksional pada proyek akhir ini mengikuti prosedur diagram alir seperti di bawah ini yang diharapkan akan menghasilkan suatu

Jualan lebih luas merupakan motif yang ketiga yang sebagian besar informan yang membuat mereka bergabung dengan komunitas facebook Pekanbaru Jual Beli Online

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi neck painseperti faktor lingkungan pekerjaan yang terdiri dari tata letak ruangan, suhu ruangan, pencahayaan.Selain itu juga

Hasil penelitian variabel kualitas situs website berpengaruh positif terhadap niat beli secara tidak langsung melalui kepercayaan pada situs belanja online