LAPORAN
PROGRAM KESEHATAN MENTAL MASYARAKAT Judul
PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA IBU-IBU DUKUH DAWUNG KELURAHAN KARANG MALANG
Oleh :
Randy Noviadi ( 1511411017 ) Intan Riasty Putri ( 1511411090 )
Damar Rinawati ( 1511411094 ) Handika Gusni R ( 1511411144 )
JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
TIM PELAKSANA
1. Nama : Randy Noviadi
Nim : 1511411017
Jurusan : Psikologi Semester : Tujuh
2. Nama : Intan Riasty Putri
Nim :1511411090
Jurusan : Psikologi Semester : Tujuh
3. Nama : Damar Rinawati
Nim : 1511411094
Jurusan : Psikologi Semester : Tujuh
4. Nama : Handika Gusni Rahmulya
Nim : 1511411144
Jurusan : Psikologi Semester : Tujuh
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii RINGKASAN... TIM PELAKSANA... PRAKATA... vii DAFTAR ISI... viii DAFTAR TABEL... x DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang... 1 B. Rumusan Masalah...
C. Tujuan... 8
BAB III METODE KEGIATAN... BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... BAB V KESIMPULAN DAN SARAN... DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan suatu proses yang menakjubkan. Dari bayi lemah yang seluruh hidupnya tergantung pada orang tua, menjadi seorang anak yang pintar berjalan, bicara, pandai dan mandiri. Oleh karena itu, peran orang tua sangat berarti, agar pertumbuhan dan perkembangan anak berjalan normal. Salah satu tugas perkembangan pada anak usia 1–3 tahun adalah menerapkan Toilet training atau belajar buang air pada tempatnya, baik itu buang air kecil (BAK) atau buang air besar (BAB) yang merupakan hasil dari serangkaian pendidikan.
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Beberapa ahli berpendapat toilet training efektif bisa diajarkan pada anak usia mulai dari 18 bulan sampai dengan 3 tahun, karena anak usia 18 bulan memiliki kecakapan bahasa untuk mengerti dan berkomunikasi. Keinginan kuat dari batita adalah menirukan orang tuanya.
melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan air kecil secara mandiri. Pada toilettraining selain melatih batita mengontrol buang air kecil dan besar juga dapat bermanfaat dalam pendidikan seks. Sebab saat batita melakukan kegiatan tersebut disitu batita akan mempelajari anatomi tubuhnya sendiri serta fungsinya. Dalam proses toilet training diharapkan terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan instink batita dalam melakukan buang air besar dan air kecil.
Pada waktu malam, latihan buang air kecil menjadi tidak sempurna atau lengkap sampai usia 4-5 tahun. Di siang hari ngompol dapat juga terjadi terutama pada saat aktivitas bermain menyita penuh perhatian balita, sehingga bila mereka tidak diingatkan maka mereka akan terlambat pergi ke kamar mandi. Pada balita laki-laki, mampu untuk berdiri dan meniru ayahnya setelah diajarkan mengenai toilet training merupakan motivasi yang kuat selama masa prasekolah. Beberapa teknik dianjurkan untuk batita yang koperatif, seperti menggunakan pispot “portable” yang memberikan perasaan aman pada balita atau pispot protable yang berada pada satu tempat dengan kloset yang digunakan sehari-hari. Apabila pispot tidak tersedia, batita dapat duduk atau jongkok diatas toilet dengan bantuan. perkuat toilet training dengan memotivasi balita untuk duduk pada pispot dalam jangka waktu yang relatif lama.
memberikan informasi dna pengetahuan ibu-ibu dukuh Dawung tentang Toilet Training untuk buah hati.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengajarkan kepada anak tentang toilet training yang benar ?
C. Tujuan
Memberikan pelatihan dan pengetahuan tentang cara mengajarkan toilet training yang benar kepada anak.
D. Manfaat
1. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Dukuh Dawung
2. Meningkatkan pengetahuan ibu-ibu Dukuh Dawung tentaang pola asuh yang benar kaitannya dengan ToiletTraining
3. Dengan adanya promosi kesehatan ini anak-anak balita di Dukuh Dawung menjadi lebih mandiri
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian
anatomi tubuhya sendiri serta fungsinya. Toilet trining diharapkan dapat terjadi pengaturan impuls atau rangsangan dan insting anak dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar.
Tujuan toilet training harus ditemukan agar keterampilan toileting yang benar dicapai secara mandiri yaitu menahan diri dimana anak harus dapat mengenali sensasi buang air dan penguasaan diri dari seluruh rangkaian perilaku untuk pergi ke toilet (menuju kamar mandi, melepas pakaian, mengeluarkannya di toilet, membersihkan diri, berpakaian kembali, mengguyur dan mencuci tangan) (Kroeger dan Sorensen ; 2009). 2.2 Teknik-teknik Toilet Training (Menurut Hidayat (2005; 63)
a. Teknk lisan
Merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi kepada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kcil dan buang air besar. Cara ini kadang-kadang merupakan hal biasa yang melakukan oleh orang tua akan tetapi apaibala kita perhatikan teknik lisan ini memunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil dan buang air besar.
b. Teknik Modeling
Merupakan usaha untuk melatih anak dalam melakukan buang air denagn cara meniru atau memberikan contoh. Cara ini juga dapat dilakukan dengan memberikan conoh atau membiasakan buang air kecil dan buang air besar dengan benar
2.3 Faktor Pendukung Suksenya Toilet Training a. Kesiapan Fisik
Dimana kemampun anak secara fisik sudah kuat atau mampu. Hal ini ditujukkan dengan anak mampu duduk atau berdiri sehingga memudahkan anak untuk dapat dilatih buang air kecil dan buang air besar serta mempunyai kemampuan motorik halus seperti membuka celana dan pakaian.
Menurut Subagyo, dkk (2010; 139):
3. Mempunyai motoik kasar duduk dan berjalan
4. Mempunyai kemampuan motorik halus seperti membuka celana dan pakaian.
b. Kesiapan psikologis
Dimana anak membtuhkan suasana yang nyaman agar mampu mengontrol dan konsentrasi dalam merangsang untuk uang air kecil dan buang air besar.
c. Kesiapan Intelektual
Hal ini dapat ditunjukkan apabila anak memahami arti buang air kecil atau buang air besar, anak dapat mengetahi kapan saatnya haru buang air kecil dan buang air besar, kesipan tersebut akan menjadikan diri anak selalu mempunyai kemandirian dalam mengontrol buang air.
d. Kesiapan Orang Tua
Orang Tua dapat mengenali tingkat kesiapan anak dalam berkemih dan defekasi. Tidak mengalami konflik tertentu atau stres keluarga
2.4 Faktor yang Menghambat
Menurut Governments of Sourth Australia (1999): 1. Upaya toilet training dilakukan terlalu dini
2. Orang tua telah menentukan stadart waktu pelaksanaan tanpa memperhatikan perkembangan anak
3. Tekanan dari lingkungan atau orang lain untuk memeksa pelatihan 4. Orang tua berpendapat anak harus mengalami toilet training
sesegara mungkin untuk membuktikan anak keberhasilan anak dan keunggulan anak
5. Perselisihan antara anak dan orang tua dalam menjalani toilet training
6. Memberikan hukuman pada anak yang gagal dalam menyelesaikan proses toilet raining
7. Adanya faktor stres pada anak
2. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang air kecil dan buang air besar dengan benar.
3. Motivasi anak untuk melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci tangan dan kaki sebelum tidur dan cuci muka disaat bangun tidur.
4. Jangan memarahi anak saat anak dalam melakukan toilet training.
BAB III
METODE KEGIATAN
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dari kegiatan promosi kesehatan tentang toilet training ini kami dapat mengetahui sejauh mana ibu-ibu Dukuh Dwaung RT 04 RW 02 memahami tentang toilet training setelah mendapatkan penyuluhan dari kelompok kami. Dari lembar pernyataan dan lembar evaluasi kegiatan yang kami bagikan kami mendapatkan data sebagai berikut:
Pernyataan Responden dengan jawaban (orang)
SP P TP STP
Apakah anda sudah mengerti, apa itu toilet training?
2 8
Apakah anda tau, apa kegunaan dari toilet training bagi perkembangan anak anda?
1 9
Apakah anak anda sudah siap menjalani program toilet training?
1 8 1
Apakah anda sudah tau, apa yang perlu
dilakukan selama toilet training? 2 8
Keterangan :
SP : Sangat Paham
P : Paham
STP : Sangat Tidak Paham
Dari hasil lembar pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa ibu-ibu Dukuh Dawung paham dengan penyuluhan tentang toilet training yang telah kami berikan. Ketika ada materi yang idak dipahami ibu-ibu tak malu untuk bertanya kepada kami.
Berikut daftar pertanyaan dari ibu-ibu dukuh Dawung: 1. Apa
Hasil penilaian dari lembar evaluasi kegiatan toilet tarining, sebagai berikut:
No Pernyataan Responden dengan jawaban (orang)
KS K S B BS
1 Manfaat kegiatan ini bagi saya 3 7
2 Pembicara dalam kegiatan 9 1
3 Gaya komunikasi pembicara 10
4 Alat-alat yang digunakan 7 3
5 Suasana dalam kegiatan 1 9
6 Isi/materi dalam kegiatan 5 5
Keterangan :
KS : Kurang Sekali
K : Kurang
S : Sedang
B : Baik
BS : Baik Sekali
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol melakukan buang air kecil dan buang air besar. Dalam melakukan pelatihan buang air kecil dan besar pada anak membutuhkan persiapan baik secara fisik maupun secara intelektual melalui persiapan tersebut diharapkan anak mampu mengontrol buang air besar dan air kecil secara mandiri. Kegiatan penyuluhan Toilet Training ini dilakukan di dukuh Dawung RT 04 RW 02. Ibu-ibu dukuh Dawung sebagian besar merupakan ibu rumah tangga. Dari observasi kami banyak anak-anak usia balita yang ketika sedang bermain dengan teman-temannya mengompol. Oleh karena itu kami melakukan penyuluhan tentang toilet training di desa tersebut untuk memberikan informasi dan pengetahuan tentang toilet training kepada ibu-ibu dukuh Dawung.
B. SARAN
Kami menyadari bahwa kegiatan promosi kesehatan ini masih perlu dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karenanya kami mengajukan beberapa saran.
1. Saran Teoritis
serta dapat memberikan ide kreatif untuk melakukan Toilet Training pada anak-anak.
2. Saran Praktis
Untuk orang tua khususnya warga dukuh Dawung diharapkan dapat mengajarkan anak-anak tentang Toilet Training dengan baik dan benar sehingga anak-anak dapat lebih mandiri.