NEGERI 1 LUBUK PAKAM T.P. 2015/2016
Oleh :
Muda Hartini Tutur Mangasi Sitorus NIM 4123121040
Program Studi Pendidikan Fisika
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
RIWAYAT HIDUP
Muda Hartini Tutur Mangasi Sitorus dilahirkan di Tanjung Morawa, pada
tanggal 05 Maret 1994. Ayah bernama Lindung Sitorus dan Ibu bernama Eldina
Siregar, anak ketiga dari empat bersaudara. Pada tahun 2000 penulis masuk
Sekolah Dasar SD Negeri No 101878 Tanjung Morawa dan lulus pada tahun
2006. Pada tahun 2006 penulis memasuki Sekolah Menengah Pertama di SMP
Negeri 1 Lubuk Pakam dan lulus pada tahun 2009. Pada tahun 2009 penulis
melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam dan lulus tahun 2012. Pada
tahun 2012, penulis diterima sebagai salah satu mahasiswa di Program Studi
Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan. Pada tahun 2016 bergabung bersama Solidaritas Mahasiswa Peduli
iii
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (PBM) MENGGUNAKAN AUDIOVISUAL TERHADAP KEMAMPUAN
PEMECAHAN MASALAH FISIKA PADA MATERI SUHU DAN KALOR DI KELAS X SEMESTER II SMA
NEGERI 1 LUBUK PAKAM T.P. 2015/2016
Muda Hartini Tutur Mangasi Sitorus (NIM 4123121040)
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika pada materi suhu dan kalor di kelas X Semester II SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.P 2015/2016. Jenis penelitian ini adalah quasi eksperimen. Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa kelas X Semester II SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.P 2015/2016 yang terdiri dari 7 kelas berjumlah 270 siswa. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara cluster random sampling dengan mengambil 2 kelas dari 7 kelas secara acak yaitu kelas X MIA-2 sebagai kelas eksperimen yang berjumlah 37 orang dan kelas X MIA-4 sebagai kelas kontrol yang berjumlah 37 orang. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa adalah tes soal pemecahan masalah bentuk essay dengan jumlah 10 soal, observasi aktivitas, penilaian afektif dan penilaian keterampilan siswa dengan menggunakan lembar observasi yang dilakukan oleh dua observer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada pengaruh model pembelajaran berbasis masalah menggunakan audiovisual terhadap kemampuan pemecahan masalah fisika di kelas X Semester II SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.P 2015/2016.
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala
kasih dan rahmat-Nya yang telah memberikan kesehatan dan hikmat kepada
penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik sesuai dengan waktu
yang telah direncanakan.
Skripsi berjudul ”Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Menggunakan Audiovisual terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika
pada Materi Suhu dan Kalor di Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Lubuk Pakam
T.P. 2015/2016” disusun untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Pendidikan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Medan (UNIMED).
Penyusunan skripsi ini, penulis banyak memperoleh bantuan dari berbagai
pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih
kepada: Bapak Drs. Sehat Simatupang, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi
yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran-saran kepada penulis sejak
awal penelitian sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Ucapan terima
kasih juga disampaikan kepada Bapak Prof. Drs. Motlan, M.Sc.,PhD, Ibu Dr.
Betty M. Turnip, M.Pd dan Mukti Hamjah Harahap, S.Si.,M.Si selaku dosen
penguji yang telah memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana
penelitian sampai selesai penyusunan skripsi ini. Ucapan terima kasih juga
disampaikan kepada Bapak Drs. Rappel Situmorang, M.Si, Bapak Purwanto,
M.Pd selaku validator yang telah memberikan masukan dan saran-saran untuk
melakukan penelitian dan juga ucapan terima kasih kepada Bapak Dr. Asrin Lubis
M.Pd selaku dekan FMIPA, Bapak Henok Siagian, M.Si selaku dosen
pembimbing akademik dan kepada seluruh Bapak dan Ibu dosen beserta Staf
Pegawai Jurusan Fisika FMIPA UNIMED yang sudah membantu penulis.
Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Bapak Ramli Siregar,
M.Si selaku kepala SMA Negeri Lubuk Pakam yang memberikan izin penelitian,
kepada Bapak Sofian Rudolf, S.Pd selaku salah satu guru mata pelajaran Fisika di
v
mendukung serta kepada staff guru dan pegawai SMA Negeri 1 Lubuk Pakam
yang turut membantu selama penelitian.
Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda Lindung
Sitorus dan Ibunda tercinta Eldina Siregar yang telah membimbing dan mendidik
penulis dengan kasih sayang, selalu mendoakan, memberikan nasehat serta
bimbingan selama perkuliahan dan penyusunan skripsi ini, demikian juga kepada
kakak saya tercinta Roma Ria Sitorus S.E, Bertha Kristina Sitorus S.Pd, dan dan
adik saya Jefri Martua Sitorus juga kepada sahabat saya Atika Novianty S.ST dan
Debora Rumapea A.Md yang selalu memberikan semangat bagi penulis.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Reinhard Hutabarat,
Aleksander Sihotang, S.Pd, Julibriana Lumbangaol, S.Pd, Libri Sinaga, Eka
Inomiaty, S.Pd dan teman seperjuangan saya Fisika Dik A 2012 atas kebersamaan
dan semangat yang kita lalui selama empat tahun di UNIMED terkhusus di
masa-masa penyusunan skripsi.
Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian
skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi
maupun tata bahasa untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran pembaca
yang bersifat membangun demi sempurnanya skripsi ini. Akhir kata penulis
mengucapkan terimakasih.
Medan, Januari 2017
Penulis,
Muda Hartini Sitorus
DAFTAR ISI
2.1.2 Pengertian Masalah 10
2.1.3 Kemampuan Pemecahan Masalah 11
2.1.4 Aktivitas Belajar 13
2.1.5 Media Pembelajaran 14
2.1.5.1 Pengertian Media Pembelajaran 14
2.1.5.2. Fungsi dan Manfaat Penggunaan Media Pembelajaran 15 2.1.5.3. Klasifikasi dan Macam-macam Media Pembelajaran 16
2.1.5.4. Prinsip-Prinsip Penggunaan Media 17
2.1.5.5. Media Audiovisual 17
2.1.6 Model Pembelajaran 18
2.1.7 Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) 19 2.1.7.1 Ciri-ciri Khusus Problem Based Learning 19
2.1.7.2 Sintaks Problem Based Learning 20
2.1.7.3 Teori Belajar yang Mendukung Model Problem Based Learning 21 2.1.7.4 Kelebihan dan Kekurangan Problem Based Learning 22
2.1.8 Pembelajaran Konvensional 24
2.1.9 Materi Pembelajaran 25
2.1.10 Penelitian yang Relevan 47
2.2. Kerangka Konseptual 50
vii
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 52
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian 52
3.2.1 Populasi Penelitian 52
3.2.2 Sampel Penelitian 52
3.3 Variabel Penelitian 52
3.3.1 Variabel Bebas 52
3.3.2 Variabel Terikat 52
3.4 Jenis dan Desain Penelitian 53
3.4.1 Jenis Penelitian 53
3.4.2 Desain Penelitian 53
3.5. Prosedur Penelitian 54
3.6. Instrumen Penelitian 56
3.6.1 Observasi Aktivitas 56
3.6.2 Tes Kemampuan Pemecahan Masalah 56
3.7 Uji Coba Instrumen Penelitian 58
3.7.1 Validitas Isi 58
3.8 Teknik Analisis Data 58
3.8.1 Uji Persyaratan Analisis Data 58
3.8.2 Pengujian Hipotesis 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Hasil Penelitian 63
4.1.1 Deskripsi Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 63
4.1.2 Analisa Data Pretes 65
4.1.2.1 Uji Normalitas 65
4.1.2.2 Uji Homogenitas 65
4.1.3 Deskripsi Data Perlakuan Di Kelas Eksperimen dan Kontrol 66
4.1.3.1 Penilaian Observasi Aktivitas 67
4.1.3.2 Penilaian Sikap Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 68 4.1.3.3 Penilaian Keterampilan Kelas Eksperimen 69 4.1.4. Deskripsi Data Postest Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 70
4.1.5. Analisa Data Postest 71
4.1.5.1. Uji Normalitas 71
4.1.5.2. Uji Homogenitas 72
4.1.5.3. Uji Hipotesis 72
4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan 80
5.2 Saran 80
DAFTAR PUSTAKA 82
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Beberapa Jenis Termometer 26
Gambar 2.2 Hubungan Linear Antara Panjang Kolom Raksa X 28
Dan Suhu Dalam Skala Celcius
Gambar 2.3 Skala Celcius Dan Skala Kelvin 29
Gambar 2.4 Skala Fahrenheit Dan Celcius Pada Sebuah Termometer 30
Gambar 2.5 Keping Bimetal 32
Gambar 2.6 Grafik Anomali Air 35
Gambar 2.7 Proses Isobarik 36
Gambar 2.8 Proses Isokhorik 36
Gambar 2.9 Kalorimeter 41
Gambar 2.10 Grafik Pemanasan Dan Pendinginan Lilin 42
Gambar 2.11 Kalor Berpindah Dari Suhu Tinggi Ke Suhu Rendah 43
Gambar 2.12 Partikel-Partikel Pada Ujung Benda Yang Dipanasi 44
Dan Tidak Dipanasi
Gambar 2.13 Konveksi Pada Zat Cair 45
Gambar 3.1 Skema Prosedur Penelitian 55
Gambar 4.1 Diagram Batang Data Pretest Kelas Eksperimen 64
Gambar 4.2 Diagram Batang Data Pretest Kelas Kontrol 64
Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Penilaian Observasi Aktivitas 67
Belajar Kelas Eksperimen dan Kontrol
Gambar 4.4 Diagram Batang Persentase Penilaian Sikap Kelas 68
Eksperimen dan Kelas Kontrol
Gambar 4.5 Diagram Persentase Penilaian Keterampilan 69
Kelas Eksperimen
Gambar 4.6 Diagram Batang Data Postes Kelas Eksperimen 70
ix
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Sintaks Model PBL 20
Tabel 2.2. Koefisien Muai Berbagai Zat Pada Suhu Kamar 32
Tabel 2.3. Kalor Jenis Berbagai Zat 39
Tabel 2.4. Penelitian Yang Relevan 47
Tabel 3.1. Desain Penelitian 53
Tabel 3.2. Indikator Observasi Aktivitas Siswa 56
Tabel 3.3. Kisi-Kisi Tes Hasil Belajar Siswa 57
Tabel 3.4. Kategori Kemampuan Pemecahan Masalah 57
Tabel 4.1. Data Pretest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 63
Tabel 4.2. Uji Normalitas Data Pretest Kelas Eksperimen Dan 65
Kelas Kontrol
Tabel 4.3. Ringkasan Hasil Uji Homogenitas Data Pretest 65
Tabel 4.4. Ringkasan Hasil Perhitungan Kesamaan Rata-Rata Pretest 66
64
Tabel 4.5. Hasil Observasi Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen dan 67
Kontrol
Tabel 4.6. Persentase Penilaian Sikap Kelas Eksperimen dan 68
Kontrol
Tabel 4.7. Data Postest Kelas Eksperimen Dan Kelas Kontrol 70
Tabel 4.8. Uji Normalitas dan Homogenitas Data Postest Kelas 71
Eksperimen Dan Kelas Kontrol
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1 RPP Suhu dan Pemuaian 84
Lampiran 2 LKS Suhu dan Pemuaian 104
Lampiran 3 RPP Kalor, Perubahan Wujud dan Asas Black 107 Lampiran 4 LKS Kalor, Perubahan Wujud, dan Asas Black 124
Lampiran 10 Kisi-Kisi Instrumen Pretest/Posttest 154
Lampiran 11 Instrumen Soal-Soal KPM 167
Lampiran 12 Lembar Wawancara Guru 169
Lampiran 13 Lembar Angket Siswa 170
Lampiran 14 Perhitungan Rata-rata, Varians dan Standar Deviasi 174
Lampiran 15 Uji Normalitas 177
Lampiran 16 Uji Homogenitas 180
Lampiran 17 Pengujian Hipotesis 183
Lampiran 18 Distribusi Hasil Pretest Kelas Eksperimen 187 Lampiran 19 Distribusi Hasil Pretest Kelas Kontrol 189
Lampiran 20 Data Postest Kelas Eksperimen 191
Lampiran 21 Data Postes Kelas Kontrol 193
Lampiran 22 Dokumentasi 195
Lampiran 23 Lembar Distribusi Data Observasi 201 Aktivitas Belajar Kelas Eksperimen
Lampiran 24 Lembar Distribusi Data Observasi 204 Aktivitas Belajar Kelas Kontrol
Lampiran 25 Lembar Penilaian Afektif Kelas Eksperimen 206 Lampiran 26 Lembar Penilaian Afektif Kelas Kontrol 208 Lampiran 27 Daftar Nilai Persentil untuk distribusi f 210 Lampiran 28 Daftar Nilai Persentil untuk distribusi t 212
Lampiran 29 Pengantar Surat Penelitian 213
Lampiran 30 Balasan Surat Penelitian 214
1
Standar proses pendidikan merupakan kebijakan yang sangat penting dan
strategis untuk pemerataan dan peningkatan kualitas pendidikan, hal ini tercantum
pada Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 Bab 1 Pasal 1 Ayat 6 yang
menyatakan bahwa standar proses pendidikan adalah standar nasional pendidikan
yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada suatu satuan pendidikan
untuk mencapai standar kompetensi lulusan. Melalui standar proses pendidikan
setiap guru atau pengelola kelas dapat menentukan bagaimana seharusnya proses
pembelajaran berlangsung agar menghasilkan kualitas pendidikan dengan
pencapaian kemampuan pemecahan masalah yang sesuai dengan standar proses
pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan dalam proses kegiatan belajar
mengajar di sekolah diharapkan memiliki hubungan timbal balik antara guru
dengan siswa. Menurut Sanjaya (2006: 26) Guru sebagai pengelola kelas
sebaiknya melahirkan interaksi belajar mengajar yang baik, untuk itu guru
sebaiknya merencanakan kegiatan pengajarannya secara sistematis dengan
memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajarannya. Melalui
proses kegiatan belajar mengajar yang optimal diharapkan kualitas pendidikan
dapat tercapai dengan baik.
Kenyataannya, pelaksanaan pendidikan di sekolah belum sesuai dengan
harapan di atas. Masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah
lemahnya proses pembelajaran. Menurut Jihad (2012: 12) Pembelajaran adalah
inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang
peranan utama. Dalam proses pembelajaran, baik guru dan siswa bersama−sama
menjadi pelaku terlaksananya tujuan pembelajaran. Namun yang terjadi anak
kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berfikir tetapi guru yang
aktif memberikan informasi dengan menjelaskan materi kemudian memberikan
contoh soal sementara siswa pasif saat proses pembelajaran berlangsung. Proses
2
informasi, otak anak dituntut untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk
menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya, ketika siswa
diberikan soal-soal konsep, mereka tidak mengerti mengerjakan soal tersebut,
siswa juga akan bosan ketika hanya mendengarkan saja. Selain itu, siswa hanya
akan pintar secara teoritis yaitu sesuai yang mereka hafal yang akan berdampak
kepada kemampuan pemecahan masalah siswa, sebagai salah satu contohnya pada
mata pelajaran fisika. Fisika merupakan cabang ilmu pengetahuan alam yang
mempelajari fenomena dan gejala alam secara empiris, logis, sistematis, dan
rasional yang melibatkan proses dan sikap ilmiah. Dalam pelajaran fisika anak
dituntut untuk berfikir tinggi, aktif, dan memahami konsep. Oleh karena itu,
pengajaran untuk mata pelajaran fisika seharusnya menggunakan metode
pembelajaran yang dapat menunjang kemampuan pemecahan masalah fisika yang
sesuai dengan standar proses pendidikan seperti yang telah dikemukakan
sebelumnya.
Masalah yang dihadapi dunia pendidikan tersebut sejalan dengan
informasi dan data yang diperoleh peneliti saat melakukan observasi. Berdasarkan
angket yang dibagikan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Lubuk Pakam, peneliti
mendapat informasi dari 37 siswa kelas X, ada sebanyak 20 orang yang menjawab
guru fisika mengajar di kelas membosankan dan sulit dipahami sehingga
menyebabkan kemampuan pemecahan masalah fisika yang tidak maksimal. Hal
ini dapat dilihat dari informasi yang peneliti dapatkan dari wawancara terhadap
guru fisika bahwasanya kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan
untuk nilai fisika adalah 75, sementara berdasarkan angket yang peneliti bagikan
bahwa dari 37 siswa, terdapat 17 siswa tidak tuntas dalam pelajaran fisika yaitu
mendapat nilai di bawah KKM. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa di
kelas X SMA Negeri 1 Lubuk Pakam hanya 54 % siswa yang tuntas terhadap
pelajaran fisika. Hal ini relevan dengan data yang diperoleh dari angket yang
diberikan kepada 37 siswa. Sebanyak 41 % (15 orang siswa) berpendapat fisika
adalah pelajaran yang sulit dipahami dan membingungkan, 19 % (7 orang siswa)
orang siswa) berpendapat fisika biasa – biasa saja, dan hanya 19 % (7 orang
siswa) yang berpendapat fisika mudah dan menyenangkan. Hal ini tidaklah sesuai
dengan pelaksanaan pendidikan seperti yang diharapkan. Faktor lain yang
menyebabkan rendahnya kemampuan pemecahan masalah siswa berdasarkan
penyebaran wawancara pada salah satu guru adalah metode dan model
pembelajaran fisika kurang bervariasi. Pembelajaran fisika lebih dominan
menggunakan metode ceramah, mencatat, mengerjakan soal dan pembelajaran
hanya berlangsung satu arah. Siswa lebih banyak belajar dengan menerima,
mencatat dan menghafal pelajaran, hal inilah yang membuat siswa kurang senang
belajar fisika, sehingga kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh siswa
tidak maksimal. Padahal siswa-siswi SMA Negeri 1 Lubuk Pakam termasuk
siswa-siswi dengan penyaringan seleksi yang ketat pada waktu penerimaan
mahasiswa baru. Mereka disaring melalui raport, uji akademik jadi mereka
dituntut memiliki kemampuan yang di atas rata-rata. Faktor lainnya berdasarkan
wawancara yang dilakukan adalah tidak semua guru memaksimalkan media yang
disediakan oleh pihak sekolah, padahal semua ruangan kelas difasilitasi dengan
proyektor yang dapat dimanfaatkan guru sebagai media pembelajaran. Hal di atas
sesuai dengan pendapat Slameto (2010: 54) yang mengemukakan bahwa faktor
yang mempengaruhi belajar adalah faktor yang berasal dari dalam individu dan
yang berasal dari luar individu. Faktor yang berasal dari dalam individu salah satu
contohnya adalah kemauan anak tersebut untuk belajar dan faktor yang berasal
dari luar individu seperti guru yang mengajar.
Berdasarkan kenyataan tersebut, perlu diterapkan suatu model
pembelajaran yang sesuai dan mampu meningkatkan kemampuan pemecahan
masalah siswa. Salah satu alternatifnya adalah Model Pembelajaran Berbasis
Masalah (PBM) atau Problem Based Learning (PBL). Model PBL merupakan
pendekatan yang efektif untuk pengajaran proses berfikir tingkat tinggi. Menurut
Arends (2007:43) PBL tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan
informasi dengan jumlah besar kepada siswa akan tetapi PBL dirancang terutama
untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berfikir, keterampilan
4
proses pembelajaran langsung terutama terdiri atas menyajikan informasi kepada
siswa dan memberi contoh keterampilan tertentu dengan cara yang jelas dan
efisien. Pembelajaran berbasis masalah fokusnya bukan hanya pada apa yang
sedang dikerjakan siswa (perilaku siswa), tetapi apa yang sedang difikirkan
(kognisi mereka). Selain model pembelajaran, guru juga membutuhkan media
sebagai salah satu sumber belajar. Media sumber belajar adalah alat bantu yang
berguna dalam proses belajar mengajar. Menurut Djamarah (2013: 13) kesulitan
anak didik memahami konsep dan prinsip tertentu dapat diatasi dengan
menggunakan alat bantu, bahkan alat bantu diakui dapat melahirkan umpan balik
yang baik dari siswa. Pemanfaatan taktik alat bantu yang akseptabel, guru dapat
menggairahkan belajar siswa. Salah satu alat bantu pengajaran adalah berupa
gambar dan video. Menurut Sanjaya (2006: 216) salah satu kriteria pemilihan
bahan pelajaran dalam SPBM adalah bahan pelajaran mengandung isu-isu yang
mengandung konflik yang salah satunya bersumber dari video. Video merupakan
salah satu contoh media pembelajaran audiovisual. Penggunaan media atau alat
bantu audiovisual sangat didukung oleh Dwyer salah satu tokoh aliran Realisme.
Aliran realisme berasumsi bahwa belajar yang sempurna hanya dapat tercapai jika
digunakan bahan-bahan audiovisual yang mendekati realitas. Menurut Miller, dkk
lebih banyak sifat bahan audiovisual yang menyerupai realisasi, makin mudah
terjadi belajar. Karenanya, ada kecenderungan dari pihak guru untuk memberikan
bahan pelajaran sebanyak mungkin dengan memberikan penjelasan yang
mendekati realisasi kehidupan dan pengalaman anak didik (Djmarah, 2013: 47)
Model pembelajaran ini sudah pernah diteliti sebelumnya oleh Supriawan,
dkk (2012) dengan hasil penelitian rata-rata tes kemampuan pemecahan masalah
kelas eksperimen adalah 73,77 sedangkan kelas kontrol adalah 62,76.
Peneliti-peneliti ini sudah membuktikan bahwa ada pengaruh signifikan menggunakan
PBM namun peneliti ini memiliki kelemahan yaitu tidak melakukan pengamatan
terhadap aktivitas siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti lainnya yaitu
Derlina, dkk (2013) dengan model PBM diperoleh hasil postest pada kelas
eksperimen 71,71 sedangkan pada kelas kontrol nilai postest 66,42. Kendala yang
berbasis masalah yang kurang efisien. Banyak aktivitas yang kurang maksimal
dilaksanakan akibat pengalokasian waktu yang tidak tepat. Ada juga peneliti yang
berasal dari Malaysia Aziz, Majed (2014) membuktikan bahwa menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah membawa pengaruh yang signifikan,
dengan model PBM diperoleh hasil 34, 40 % dan hasil postest pada kelas yang
menggunakan pembelajaran konvensional adalah sebesar 33,60 % .
Model PBM ini juga sudah diterapkan oleh Eunike, (2014) dengan hasil
penelitian rata-rata kemampuan pemecahan masalah siswa dengan pembelajaran
berbasis masalah sebesar 75,06 lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran
konvensional sebesar 67,81 dan Roniati (2015) dengan hasil penelitian rata-rata
siswa kelas eksperimen sebesar 75,07 dan kelas kontrol sebesar 68,47.
Peneliti-peneliti ini memiliki kendala saat pengawasan pengerjaan postest terhadap siswa
yang mencontek.
Berdasarkan hasil peneliti ini diketahui bahwa ada pengaruh yang
signifikan antara model pembelajaran PBM terhadap kemampuan pemecahan
masalah Peneliti akan memberikan dan membimbing siswa dalam mengerjakan
embar Kerja Siswa (LKS) yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, Selain itu,
peneliti akan menggunakan media pembelajaran audiovisual dan membuat
rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan pengalokasian waktu seefisien
mungkin sehingga diharapkan kemampuan pemecahan masalah siswa akan lebih
baik.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik mengadakan penelitian dengan
judul : “Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM)
Menggunakan Audiovisual terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah pada Materi Suhu dan Kalor di Kelas X Semester II SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.P. 2015/2016”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka
6
1. Kemampuan pemecahan masalah fisika siswa yang tidak maksimal
dikarenakan pelajaran fisika yang dianggap sulit.
2. Kurangnya penggunaan media pembelajaran.
3. Kurangnya minat siswa untuk belajar fisika.
4. Penggunaan model dan metode pembelajaran yang kurang bervariasi.
1.3 Batasan Masalah
Memperjelas ruang lingkup masalah yang akan diteliti, maka perlu
dijelaskan batasan masalah dalam penelitian, yaitu:
1. Model pembelajaran yang digunakan adalah model pembelajaran berbasis
masalah untuk kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional untuk
kelas kontrol.
2. Subyek penelitian ini adalah kelas X semester II SMA Negeri 1 Lubuk
Pakam T.P. 2015/2016.
3. Materi yang diajarkan adalah materi suhu dan kalor.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi, dan batasan masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah pada materi suhu dan kalor di kelas
X SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.P. 2015/2016?
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah siswa dengan menggunakan
pembelajaran konvensional pada materi suhu dan kalor di kelas X SMA
Negeri 1 Lubuk Pakam T.P. 2015/2016?
3. Bagaimana aktivitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran
berbasis masalah pada materi suhu dan kalor di kelas X SMA Negeri 1
Lubuk Pakam T.P. 2015/2016?
4. Bagaimana aktivitas siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi suhu dan kalor di kelas X SMA Negeri 1 Lubuk
5. Bagaimanakah pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah
siswa pada materi suhu dan kalor di kelas X SMA Negeri 1 Lubuk Pakam
T.P. 2015/2016?
1.5 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi suhu dan
kalor di kelas X SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.P. 2015/2016.
2. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
menggunakan pembelajaran konvensional pada materi suhu dan kalor di
kelas X SMA Negeri 1 Lubuk Pakam T.P. 2015/2016.
3. Untuk mengetahui aktivitas siswa dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah pada materi suhu dan kalor di kelas X SMA
Negeri 1 Lubuk Pakam T.P. 2015/2016.
4. Untuk mengetahui aktivitas siswa dengan menggunakan pembelajaran
konvensional pada materi suhu dan kalor di kelas X SMA Negeri 1 Lubuk
Pakam T.P. 2015/2016.
5. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran berbasis masalah dan
pembelajaran konvensional terhadap kemampuan pemecahan masalah
siswa pada materi suhu dan kalor di kelas X SMA Negeri 1 Lubuk Pakam
T.P. 2015/2016.
1.6 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Sebagai informasi kemampuan pemecahan masalah siswa dengan
menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi suhu dan
kalor di kelas X.
8
1.7 Definisi Operasional
Dalam penelitian ini digunakan istilah-istilah sebagai berikut:
1.
Pemecahan masalah didefinisikan sebagai “setiap perilaku yang,melaluimanipulasi variabel-variabel, menyebabkan kemunculan solusi lebih
dimungkinkan (Margaret, 2012: 151)
2. Model problem based learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah
merupakan suatu pendekatan sekaligus model pembelajaran di mana siswa
diajarkan pembelajaran yang autentik dengan maksud untuk menyusun
pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inquiri dan keterampilan
berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian dan percaya
82
DAFTAR PUSTAKA
Amador, Jose, A., (2006), The Problem Learning Bolton Massachusetts, Anker Publishing Company, INC
Ashlock, Robert dkk, (1983), Guiding Each Child’s Learning of Mathematics, Charles e.merrill publishing Company, Ohio.
Arends, R. I., (2008), Learning to Teach (Belajar untuk Mengajar Jilid II, Ed ke-7, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Arikunto, S., (2010), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Ed Revisi, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Aziz, M, S,, dkk, (2014), The Effects of Problem-Based Learning on Self
Directed Learning Skills among Physics Undergraduates, International Journal of Academic Research in Progressive Education and Development Vol. 3, No. 1.
Bell, J., (2012), Introducing Problrm Base Learning As A Learning Strategy For Masters Students, Practitioner Research In Higher Education. Vol.31, No.9, pp. 1157-1174.
Derlina, Dkk, (2013), Pengruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Pokok Optik Geometri Kelas X Sma St.Yoseph Medan, Jurnal Prosiding Semirata FMIPA Universitas Lampung, 2013
Djamarah, S. B.; Zain, A., (2013), Strategi Belajar Mengajar. PT Rineka Cipta, Jakarta.
Duch, Barbara J., (2001), Problems: A Key Factor in PBL, (Online),
(http://www.udel.edu/pbl/cte/jan95-what.html, diakses 29 Januari 2016). Gagne, Robert M. 1983. Some Issues in the Psycology of Mathematics Instruction.
Journal for Reasearch in Mathematics Education, Vol. 14, No. 1 pg. 7–18 Gredler, Margaret., E, (2012), Learning and Instruction, Kencana, Jakarta
Halliday, D.; Resnick, R., (1999), Fisika Jilid I, Erlangga, Jakarta.
Jihad, A.; Haris, A., (2012), Evaluasi Pembelajaran, Multi Presindo, Yogyakarta. Kanginan, M., (2002), Fisika untuk SMA Kelas X, Erlangga, Jakarta.
Murdiono, M Peningkatan Keterampilan Strategi Matematika Melalui Penerapan Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah.
http://elka10bhsindo.weebly.com/jurnal2.html
Ngalimun, (2012), Strategi dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Yogyakarta.
Rusman, (2012), Model-model Pembelajaran, Rajawali Pers, Jakarta.
Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standard Proses Pendidikan. Kencana, Jakarta.
Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.
Sugiono, (2011), Statistika Untuk Penelitian, Alfabeta, Bandung.
83
Slameto, (2010), Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi, PT Rineka Cipta, Jakarta.
Sudjana, (2005). Metoda Statistika, Ed ke-6, Tarsito Bandung, Bandung.
Trianto, (2010), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progressif, Ed ke-1, Kencana, Jakarta.
Wena, M., (2009). Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer, Suatu Tinjauan Konseptual, Jakarta, Bumi Aksara.
Whitcombe, S. W., (2013), Problem-based learning students’ perceptions of professional knowledge and identity: occupational therapists as ‘knowers’ British Journal Of occupational therapists. Vol. 76, No.1, pp. 37-42.