• Tidak ada hasil yang ditemukan

Produksi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M)Dengan Perlakuan Setek Dan Auksin

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Produksi Tanaman Stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M)Dengan Perlakuan Setek Dan Auksin"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Produksi Tanaman Stevia (

Stevia rebaudiana

Bertoni M)

Dengan Perlakuan Setek Dan Auksin

Lisa Mawarni

Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian USU

ABSTRACT

The objective of this experiment is to investigate the influence of length of cuttings as the stevia plant material and concentration levels of IBA (indolyl-3-butyric acid) that are used to the production of stevia plant. Used two-factor factorial design arranged in randomized block design with 3 replications. The first factor is the length of cuttings that is 3 cm, 5 cm, 7 cm and 9 cm. The second factor is the concentration of IBA were 0, 300 ppm and 600 ppm.

Statistical analysis showed that differences in length of cuttings significantly affected plant height, leaf number and leaf dry weight. IBA concentration level was significantly different only on the number of roots. While the interaction of the two showed significant differences on plant height and leaf dry weight. Production of the stevia leaf dry weight was best obtained in treatment 5 cm long cuttings with IBA concentration of 600 ppm.

Keywords: stevia, the length of cuttings, Indolyl-3-butyric acid

Pendahuluan

Salah satu tanaman yang dapat menghasilkan pemanis alami adalah stevia (Stevia rebaudiana Bertoni M), yakni dari ekstrak daunnya. Di daerah asalnya Paraguay Amerika Selatan, penduduk asli (Indian) telah lama menggunakan tanaman ini sebagai bahan pemanis dan obat (Liz,1984). Tanaman ini termasuk suku Astereacea, tanaman tahunan, berbentuk perdu basah dengan tinggi 60-80 cm dan bercabang banyak. Tanaman stevia adalah tanaman hari pendek yang akan cepat berbunga bila panjang hari kurang dari 12 jam. Di Indonesia stevia tumbuh pada ketinggian antara 800-1500 m dpl, suhu udara 20-24oC, curah hujan 1500 - 3000 mm/tahun (Wardhana, 1986;

Wikipedia, 2008). Jenis tanah tempat asal tumbuhnya adalah terra-rosa dan latosol yang keduanya berkandungan fosfat rendah (Kawatani et.al, 1973). Stevia di Indonesia berasal dari Jepang dan Korea (Anonimus, 2008)

(2)

(gula tebu) bersifat rendah kalori dan non karsiogenik (Tjasadihardja, 1982 ; Atmawinata dkk, 1984). Sehingga tanaman ini dikenal dengan nama daun gula. Penelitian medis juga menunjukkan manfaat dari stevia dalam mengobati obesitas, tekanan darah, mencegah dan melawan diabetes, dan memiliki sifat anti-virus. Stevia lazim berfungsi sebagai pemanis alami untuk orang diet karbohidrat. Namun keengganan beberapa negara menggunakan stevia sebagai pemanis alami yang aman dicurigai ada unsur melindungi bisnis aspartam. Saat ini, rebiana merupakan nama dagang paten untuk gula stevia. Merupakan kerjasama The Coca-Cola Company dan Cargill, sebagai bahan aditif makanan di USA sejak 2009. Sementara di Jepang sudah lama digunakan. Stevia lebih manis dari pada pemanis merek Equal. Hanya terasa sedikit pahit bila terlalu banyak (Maiti and Purohit, 2008)

Dirjen Perkebunan pada tahun 1984 pernah memproyeksikan bila produksi stevia sebesar 2000 kg daun kering/tahun/ha dengan kandungan pemanis 3 - 7 % maka produksi 1 hektar stevia/tahun dapat menggantikan 2,5 – 6 ha tebu.

Masalah yang menyangkut budidaya tanaman ini diantaranya adalah perbanyakan. Perbanyakan tanaman stevia dapat dilakukan dengan biji, setek batang, pembelahan rumpun dan kultur jaringan (Farida, 1986). Perbanyakan dengan setek menjadi penting untuk mempertahankan klon unggul secara mudah dan sederhana, apabila bahan tanaman terbatas. Tirtoboma (1983) mengemukakan bahan tanaman yang terbaik untuk bahan setek adalah bagian pucuk sepanjang 4-6 ruas dengan tidak dirompes dan potongan batang dicelupkan terlebih dahulu ke dalam

larutan IBA 600 ppm. Di lapangan, setek yang berasal dari 4 sampai 6 ruas akan membentuk pertanaman yang sangat bervariasi. Maka perlu diteliti panjang setek yang terbaik dalam ukuran sentimeter sehingga menjamin pertanaman yang lebih seragam.

Dalam penyetekan tanaman stevia diperlukan kelembaban dan suhu yang tinggi yakni antara 87-97 % dan suhu 25-29 oC sehingga dilakukan penutupan dengan sungkup plastik dan naungan (Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1982)

Persoalan paling utama dalam penyetekan adalah terbentuknya akar. Makin banyak akar yang terbentuk maka bibit yang diperoleh makin kuat (Harjadi, 1983).

(3)

lain sehingga lebih bertahan lama (Salisbury & Ross, 1978).

Sehubungan dengan hal-hal di atas perlu diketahui pengaruh panjang setek dan konsentrasi IBA serta interaksi keduanya terhadap produksi tanaman stevia dimana produksi stevia umumnya dalam bentuk daun kering.

Bahan dan Metode

Percobaan dilakukan di Desa Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang dengan ketinggian tempat 950 m dpl. Bahan tanaman yang digunakan berupa setek cabang stevia klon BPP 72 dengan ukuran sesuai perlakuan, IBA, tanah berupa top soil : pupuk kandang ayam = 3:1, Urea, TSP dan Z, polibag ukuran 28 x 20 cm (terlipat) dan pestisida Curater 3 G dan Dithane M-45. Alat yang digunakan alat-alat pertanian, sungkup plastik, alat tulis, gelas ukur, oven Memmert Tipe B 30, timbangan digital.

Percobaan ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) faktorial dengan dua faktor. Faktor pertama adalah panjang setek yaitu 3 cm, 5 cm, 7 cm dan 9 cm. Faktor kedua adalah konsentrasi IBA yaitu 0, 300 ppm dan 600 ppm. Potongan setek-setek diikat secukupnya kemudian dicelupkan bagian pangkalnya sesuai perlakuan selama 10 menit lalu dicelupkan sesaat pada larutan Dithane M-45 2 g/l air.

Ulangan ada 3 dimana tiap ulangan digunakan 3 polibag. Sehingga secara keseluruhan ada 12 x 3 x 3 = 108 polibag yang seluruhnya menjadi sampel yang diletakkan dalam sungkup. Pada hari ke-14 setelah tanam sungkup dibuka selama 2 jam pada pagi hari. Selanjutnya 4 jam pada hari ke-15, 6 jam pada hari ke-16 dan 8 jam pada hari ke-17. Mulai hari ke-18 sungkup dibuka seterusnya. Panen dilakukan saat

pertanaman 25% berbunga yang terjadi pada hari ke-50 setelah tanam atau hari ke-32 sejak sungkup dibuka. Parameter yang diamati adalah jumlah

cabang/tanaman, jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman

dan berat kering daun (g/plot) setelah dioven 70oC selama 24 jam. Analisis data dengan uji F dilanjutkan uji jarak Duncan.

Hasil dan Pembahasan

Hasil pengamatan jumlah

cabang/tanaman, jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman,

berat kering daun (g/plot) dapat dilihat pada Tabel 1 berikut.

Hasil analisis statistik dari data menunjukkan bahwa perbedaan panjang setek berpengaruh nyata terhadap semua parameter. Tingkat konsentrasi IBA hanya berbeda nyata terhadap jumlah akar. Sedangkan interaksi keduanya menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman dan berat kering daun.

(4)

Tabel 1. Pengaruh panjang setek dan konsentrasi IBA terhadap rata-rata tinggi tanaman umur 28 hari (cm), jumlah daun/tanaman, jumlah akar/tanaman, berat kering daun (g/plot)

Perlakuan Tinggi

Keterangan : Notasi yang berbeda pada satu kolom menunjukkan perbedaan yang nyata pada taraf 5 %

Tinggi tanaman dari panjang setek 5 cm ternyata menjadi tidak berbeda nyata dengan tinggi tanaman yang berasal dari 7 cm dan 9 cm pada saat menjelang berbunga (28 hari). Artinya, dengan menggunakan panjang setek 5 cm pada akhirnya tinggi tanaman sama dengan panjang setek 7 dan 9 cm. Sehingga dapat disarankan penggunaan setek cukup 5 cm saja untuk menghemat bahan tanaman. Dari 4 sampai 6 ruas teratas bisa diperoleh setidaknya 2 setek.

Jumlah daun dan berat kering daun pada panjang setek 3 cm berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Jadi dapat dikatakan adanya hubungan antara tinggi tanaman, jumlah daun dan berat kering daun. Seperti yang disebutkan

Buana dan Gunadi (1985) bahwa pada umumnya sampai batas tertentu makin tinggi tanaman, makin banyak jumlah daun sehingga makin tinggi pula berat kering daun.

Tingkat konsentrasi IBA ternyata hanya menambah jumlah akar atau pertumbuhan ke bawah tetapi tidak mempengaruhi secara nyata pertumbuhan bagian atas tanaman. Heddy (1996) menyebutkan konsentrasi auksin yang merangsang pertumbuhan akar akan sangat rendah untuk merangsang pertumbuhan batang demikian pula sebaliknya. Perlakuan terbaik adalah konsentrasi IBA sebesar 600 ppm.

Interaksi antara perlakuan panjang setek dan konsentrasi IBA menunjukkan adanya perbedaan yang nyata terhadap tinggi tanaman dan jumlah akar. Dapat dilihat pula bahwa perlakuan a2b2 adalah perlakuan kombinasi yang terbaik. Hal ini disebabkan panjang setek 5 cm adalah yang terbaik dan perlakuan konsentrasi IBA 600 ppm adalah yang terbaik.

(5)

Kesimpulan dan Saran

Produksi stevia yakni berat kering daun yang terbaik diperoleh pada perlakuan panjang setek 5 cm dengan konsentrasi IBA 600 ppm. Maka dapat disarankan penggunaan setek cukup 5 cm saja untuk menghemat bahan tanaman. Dari 4 sampai 6 ruas teratas bisa diperoleh setidaknya 2 setek.

Daftar Pustaka

Atmawinata ,O, Tamzil Muhammad, Darnoko dan Soewarno T. Soekarto. 1984. Tingkat

Manisnya Gula Stevia Terhadap Sukrose, Menara Perkebunan 52(2): 52-56

Balai Informasi Pertanian Ciawi, 1982. Mengenal Pemanis Alami Stevia rebaudiana Bertoni M.

Buana, L dan DH.Goenadi, 1985. Studi Tentang Korelasi Antara Pertumbuhan Dan Produksi Tanaman Stevia, Menara Perkebunan 53(3):68-71

Dirjen Perkebunan Jakarta, 1984. Program Peningkatan Produksi Stevia di Masa Mendatang , Bahan untuk pertemuan Teknis Penelitian dan Pengembangan Stevia di Bogor

Farida, 1986. Menanam Stevia Manis,Trubus No.196/Thn.XVII 1 Maret 1986

Hartmann,HT and Dale E.Kester, 1983. Plant Propagation Principles and Practices, Prentice-Hall, Inc. Englewood Cliffs, New Jersey.

Harjadi, S.S. 1983. Pengantar Agronomi, Penerbit Gramedia Jakarta

Heddy, S. 1986. Hormon Tumbuhan, Penerbit Rajawali Jakarta

Kawatani, T.Kaneki and Tanase T. 1973. Cultivation of Stevia rebaudiana Bertoni M., Japan Journal Tropical Agriculture 17(2): 125-130

Liz, 1984. Stevia atau Cae-he-he, Intisari Juni 1984

Maiti, RK and S.S. Purohit . 2008. Stevia a miracle plant for human health, Agrobios India

Salisbury, FB and Cleon W.Ross. 1978. Plant Physiology, Wadsworth PublishingCompany, Inc, Balmont, California

Tirtoboma . 1983. Konsep Pemikiran Tentang Budidaya Tanaman Stevia rebaudiana

Bertoni M. Pertemuan regular Staf Peneliti dan Teknis BPP Bogor, 4 Juni 1983

Tjasadihardja. 1982. Stevia rebaudiana Bertoni M, Sumber Daya Pemanis Baru, BPP Bogor Ceramah N0.13/1982.

Rochiman, K dan S.Setyati Harjadi. 1973. Pembiakan Vegetatif, Pengantar Agronomi Fakultas Pertanian IPB

Wardhana. 1986. Stevia Sumber Bahan Pemanis Alami, Asri No.43: 1-31 Oktober 1986

Gambar

Tabel 1. Pengaruh panjang setek dan konsentrasi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

EAHAN DAN HETODE.. KESIMPULAN DAN

[r]

dan pupuk kandang sapi terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman stevia (Stevia rebaudiana Bertonii M), menunujukkan bahwa perlakuan yang diberikanmampu meningkatkan semua

Sukamto dkk 2010 memaparkan bahwa, tanaman garut Maranta arundinacea menghasilkan stomata yang lebih besar dan panjang serta daun yang lebih tebal setelah diberi

Pada kurva pertumbuhan jumlah daun terlihat bahwa tanaman stevia yang disemprot trace elements 3 hari sekali dan 6 hari sekali mempunyai hasil yang sama dengan kontrol

Segala puja dan puji syukur penulis limpahkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah

Tanaman kedelai memiliki sistem perakaran yang terdiri dari akar tunggang yang terbentuk dari calon akar, sejumlah akar sekunder yang tersusun dalam empat barisan sepanjang