• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah.

Letak geografis Negara Republik Indonesia yang terdiri dari wilayah permukaan bumi meliputi dari 17.504 pulau besar dan pulau kecil, 6000 pulau tidak berpenghuni yang terbentang sepanjang 3.977 mil, terletak di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik, dan jika semua daratannya dijadikan satu maka luas negara Indonesia seluas 1,9 juta mil.1

Oleh karena itu, Indonesia disebut juga sebagai negara kepulauan yang lautnya berbatasan langsung dengan negara tetangga, sehingga diperlukan pengawasan pengangkutan barang yang diangkut melalui laut di daerah pabean untuk menghindari penyelundupan dengan modus pengangkutan antar pulau, khususnya barang-barang tertentu.2

Ditambah lagi dengan jumlah penduduk Indonesia yang sangat banyak dimana jumlah penduduk Indonesia adalah 237.641.326 jiwa menurut data resmi sensus penduduk tahun 2010 yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS), sementara menurut data dari Departemen Dalam Negeri menyebutkan, jumlah penduduk Indonesia terhitung sejak akhir tahun 2010 mencapai 259.940.857 jiwa. Jumlah ini terdiri atas 132.240.055 laki-laki dan 127.700.802 perempuan. Metode yang digunakan kedua lembaga ini untuk mencatat jumlah penduduk Indonesia berbeda, karena Badan Pusat

1

Anonim. Wikipedia Indonesia .http://id.wikipedia.org. Diakses tanggal 27 Januari 2015. 2

(2)

Statistik menggunakan metode sensus, sedangkan Departemen Dalam Negeri menggunakan data kependudukan seperti KTP dan Kartu Keluarga.3

Menurut data pertumbuhan penduduk Indonesia yang dikeluarkan oleh Bank Dunia, yakni 1.21% per tahun, maka jumlah penduduk Indonesia tahun 2015 ini akan menjadi 252.370.792 jiwa. Apabila pertumbuhan penduduk seperti ini terus berlanjut, maka pada tahun 2025 jumlah penduduk Indonesia akan menembus angka 300 juta jiwa. Sekarang saja, menurut data resmi Pemerintah, jumlah penduduk miskin mencapai lebih dari 28 juta jiwa. Hal ini belum termasuk rakyat yang hampir miskin, bisa jauh lebih banyak lagi jumlahnya.

Ini tentunya menjadi suatu tantangan yang sangat berat dimasa depan jika tidak segera dikendalikan maka diperkirakan jumlah penduduk Indonesia bisa mencapai 300 juta jiwa pada tahun 2025. Jika sumber daya manusianya tidak ditingkatkan bisa menjadi beban yang menghambat pertumbuhan ekonomi. Masalah lahan, pangan, energi dan ketersediaan lapangan pekerjaan merupakan masalah yang harus ditanggung pemerintah.

Sekitar 50.000 kapal laut per tahun melintas di Selat Malaka wilayah Republik Indonesia yang melakukan seperempat perdagangan dunia atau melintasi Daerah Pabean Negara Republik Indonesia.4Sementara itu yang dimaksud dengan Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat, perairan dan ruang udara di atasnya, serta

tempat-3

Jumlah Penduduk Indonesia. http://www.ariwahyudi.com. Diakses tanggal 27 Januari 2015

4

(3)

tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landasan kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan.5

Tindak pidana penyelundupan menjadi masalah yang serius dalam pelaksanaan perekonomian negara, hal ini disebabkan karena apabila penyelundupan semakin meningkat dengan berbagai bentuk baik secara fisik, maupun secara administratif, akan menyebabkan semakin banyak uang negara yang tidak terpungut sehingga akan menghambat baik itu target yang ditetapkan negara melalui pungutan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang setiap tahunnya di harapkan meningkat.

Sementara itu yang dimaksud dengan penyelundupan fisik adalah tidak mempergunakan dokumen-dokumen untuk melindungi barang-barangnya. Perbuatan tersebut bertujuan untuk menghindarkan diri dari segala kewajiban atau larangan yang telah ditetapkan dalam Undang-Undang ini serta tidak dilindungi oleh dokumen resmi atau memakai dokumen palsu. Penyelundupan ini memberikan keterangan yang salah tentang jumlah, jenis atau harga barang-barang dalam pemberitahuan impor.

Sedangkan penyelundupan administrasi adalah merupakan penyelundupan yang dilakukan seakan-akan barang tersebut dilindungi oleh dokumen yang diperlukan, jadi dipergunakan dokumen yang tidak sesuai dengan barang yang dilindunginya atau memberi dokumen palsu.

5

(4)

Penyelundupan ini memberikan keterangan yang salah tentang jumlah, jenis atau harga barang-barang dalam pemberitahuan impor

Penyelundupan adalah masalah yang komplek bagi Pemerintah Indonesia, terutama sebagai negara yang sedang membangun, karena merupakan gangguan yang dapat menyangkut sendi bangsa yaitu ideologi, politik, ekonomi, sosial, pertahanan dan keamanan.6Penyelundupan adalah salah satu jenis kejahatan yang sangat membahayakan perekonomian negara, apalagi Negara Indonesia harus mewujudkan cita-cita yang terdapat dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yaitu memajukan kesejahteraan umum. Masalah pemberantasan penyelundupan tetap akan menjadi bahan pembicaraan yang menarik dikalangan para penegak hukum, oleh karena itu masalah ini menjadi salah satu sasaran pokok dalam pelaksanaan tugas para penegak hukum dan beberapa instansi yang memiliki kewenangan dan pengawasan atas pelaksanaan impor dan ekspor barang.7

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun Anggaran 2015, salah satu pendapatan negara berasal dari pemungutan Bea dan Cukai, untuk itu penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan sangat perlu diperhatikan karena tindak pidana ini sangat berpengaruh terhadap pembangunan nasional terutama di bidang perekonomian.

6

Direktorat Jendral Bea dan Cukai. 1995. Pertumbuhan dan perkembangan Bea dan Cukai Dari Masa ke Masa–Jilid II. Jakarta. Penerbit Yayasan Bina Ceria. Hal 60.

7

(5)

Berbagai penyelundupan terjadi di Indonesia termasuk penyelundupan pakaian bekas. Penyelundupan pakaian bekas (ballpressed) ada yang terjadi dalam frekuensi tinggi sehingga hampir setiap saat dapat dibaca dan didengar dari media massa. Maraknya penyelundupan pakaian bekas (ballpressed) di Indonesia karena terpuruknya perekonomian Indonesia. Perekonomian yang terpuruk sungguh menyulitkan rakyat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga rakyat demi memenuhi kebutuhan ekonomi, urusan sandang pangan pun jadi nomor dua. Dari segi ekonomi pakaian bekas yang dikirim dari negara luar tersebut lebih murah harganya.

Hakekat daripada penyelundupan (smuggling) adalah menghindari bea

masuk atau keluar, sesuatu yang diwajibkan kepada setiap orang yang melintasi

garis pabean Negara Indonesia dengan membawa barang-barang yang dikenakan

bea masuk atau keluar. Oleh karena itu, penyelundupan yang terjadi di Indonesia

masih sangat sulit untuk ditanggulangi secara penuh, selain karena keadaan

geografis Indonesia, keterbatasan pengawasan, kebutuhan negara yang kompleks

juga banyak dipengaruhi oleh faktor sumber daya alam dan sumber daya

manusia. Selain itu faktor lainnya adalah pelaku penyelundupan melakukan

kegiatan penyelundupan untuk menghindari sistem kepabeanan yang rumit dan

membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan melakukan penyelundupan

tersebut para pelaku penyelundupan dapat melakukan efisiensi waktu dan biaya

namun juga dengan resiko yang besar pula.

(6)

nasional secara keseluruhan. Oleh karena itu, pemerintah bertekad memberantas praktek pakaian bekas impor ilegal tersebut sampai tuntas.

Sebagaimana diketahui bahwa pemasukan terbesar kepada kas Negara adalah dari pendapatan pajak dan termasuk di dalamnya adalah bea masuk dan cukai yang dikelola oleh Direktorat Jendral Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dalam tugas dan fungsinya bukan hanya melakukan pemungutan bea masuk, cukai dan pungutan-pungutan lainnya, tetapi juga melaksanakan fungsi pengawasan serta penegakan hukum yaitu pencegahan dan pemberantasan tindak pidana penyelundupan.

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak Surabaya merupakan Wilayah kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jawa Timur 1 yang beralamat di Jalan Perak Timur, Nomor 498 yang merupakan Ibukota Provinsi Jawa Timur, tepatnya di Selat Madura sebelah Utara kota Surabaya adalah salah satu yang mana melakukan usaha-usaha pemberantasan tindak pidana penyelundupan pakaian bekas impor. Berkaitan dengan fungsi pencegahan dan pemberantasan tindak pidana penyelundupan maka peranan pengawasan dan pencegahan sangat besar bagi pejabat-pejabat di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai khususnya Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Tanjung Perak Surabaya dalam mengungkap berbagai tindak pelanggaran dan modus operandinya.

(7)

Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan dengan ancaman sanksi yang tegas untuk dalam rangka kegiatan impor barang sebagaimana diatur dalam Pasal 102 Undang-undang Perubahan atas Undang-undang Kepabeanan yang menyatakan bahwa:

Setiap orang yang:

a. Mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifest sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7A ayat (2).

b. Membongkar barang impor di luar kawasan pabean atau tempat lain tanpa izin kepala kantor pabean.

c. Membongkar barang impor yang tidak tercantum dalam pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud Pasal 7A ayat (3). d. Membongkar atau menimbun barang impor yang masih

dalam pengawasan pabean di tempat selain tempat tujuan yang ditentukan dan/ atau diizinkan.

e. Menyembunyikan barang impor secara melawan hukum.

f. Mengeluarkan barang impor yang belum diselesaikan kewajiban pabeannya dari kawasan pabean atau diberi tempat penimbunan berikat atau dari tempat lain di bawah pengawasan pabean tanpa persetujuan pejabat bea dan cukai yang mengakibatkan tidak terpenuhinya pungutan Negara berdasarkan Undang-Undang ini. g. Mengangkut barang impor dari tempat penimbunan sementara atau

tempat penimbunan berikat yang tidak sampai ke kantor pabean tujuan dan tidak dapat membuktikan bahwa hal tersebut diluar kemampuannya.

h. Dengan sengaja memberitahukan jenis dan/ atau jumlah barang impor dalam pemberitahuan pabean secara salah, dipidana melakukan penyelundupan di bidang impor dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 50.000.000.00 (lima puluh juta rupiah) dan paling banyak Rp. 5.000.000.000.00 (lima miliar rupiah).

Mengangkut barang impor yang tidak tercantum dalam manifest sebagaimana dimaksud dalam pasal 7A ayat (2) menegaskan bahwa :

(8)

Sementara itu membongkar barang impor yang tidak tercantum dalam pemberitahuan pabean sebagaimana dimaksud Pasal 7A ayat (3) menegaskan bahwa :

“Pengangkut yang sarana pengangkutnya datang dari luar daerah pabean atau datang dari dalam daerah pabean dengan mengangkut barang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib menyerahkan pemberitahuan pabean mengenai barang yang diangkutnya sebelum melakukan pembongkaran”.

Tindak pidana penyelundupan yang dilakukan oleh segelintir atau sekelompok kecil orang-orang yang tidak bertanggung jawab, semata-mata dilakukan hanya untuk mencari keuntungan diri sendiri atau kelompoknya, sementara pelaku yang bersangkutan tidak memikirkan dampaknya yang sangat luas dan berat bagi perekonomian bangsa, di samping keamanan dan stabilitas nasional akan terganggu.8

Hal ini disebabkan masih banyaknya golongan yang kurang mampu yang terdapat di negara ini. Masalah ini tentunya menjadi surga bagi para penyelundup pakaian bekas impor untuk menjual barang yang boleh dibilang sudah tidak layak untuk dipakai tersebut dijual di Indonesia. Bahkan ketentuan larangan pakaian bekas impor sudah sejak tanggal 18 Januari Tahun 1982 melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Perdagangan dan Koperasi (Mendagkop) Nomor 28 Tahun 1982 karena pakaian bekas impor merupakan kegiatan yang ilegal.9Hal ini sesuai di dalam Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan (Kepmenperindag) dalam pasal 3 menegaskan bahwa, barang yang di impor harus dalam keadaan baru, akan tetapi

8Ibid

. Hal 26. 9

(9)

meskipun adanya peraturan-peraturan tersebut masih dapat masuknya pakaian bekas tersebut ke Indonesia.10

Dapat kita ambil kesimpulan bahwa kegiatan ini melanggar etika bisnis yang merugikan negara dalam sektor pajak. Buktinya kasus penyelundupan pakaian bekas impor ke Indonesia di tahun 2014 meningkat 100% dibandingkan tahun 2013. Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai pada tahun 2013 jumlah tangkapan penyelundupan hanya 11 kasus sedangkan pada tahun 2014 mencapai 22 kasus.11

Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai menyebutkan hasil tangkapan upaya penyelundupan pakaian bekas di dalam negeri selama tahun 2013 : a. 1 kali tangkapan di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea dan Cukai

Sumatera Utara dengan jumlah 208 karung.

b. 6 kali tangkapan di Kantor Wilayah Khusus Kepulauan Riau dengan jumlah 9.675 karung.

c. 2 kali tangkapan di Kantor Pelayanan Utama Tipe B Batam dengan jumlah 486 karung.

d. 1 kali tangkapan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Nunukan dengan jumlah 1 karung.

10

Keputusan Menteri Perindustrian dan Perdagangan No.229/MPP/Kep/7/1997 Tentang Ketentuan Umum dibidang Impor.

11

(10)

e. 1 kali tangkapan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean C Teluk Nibung dengan jumlah tangkapan 153 karung.12

Jumlah tangkapannya sebesar 10.523 karung. Sementara kasus tangkapan di tahun 2014 jauh lebih tinggi yaitu 22 kasus. Namun dari jumlah karung yang berhasil disita jauh lebih sedikit dibandingkan tahun 2013 lalu, antara lain :

a. 1 kali tangkapan di Kantor Wilayah Direktorat Jendral Bea dan Cukai Nangroe Aceh Darussalam 280 karung.

b. 12 tangkapan di Kepulauan Riau sebanyak 7.486 karung. c. 1 kali tangkapan di Tarakan sebanyak 108 karung.

d. 5 kali tangkapan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe Madya Pabean Belawan 211 karung.

e. 1 kali tangkapan di Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai Tipe A3 Bitung sebanyak 2.300 karung.

f. 1 kali tangkapan di Kantor Pelayanan Utama Tipe B Batam sebanyak 22 karung.

g. 1 kali tangkapan oleh Direktorat Jenderal Penindakan dan Penyidikan sebanyak 95 karung.13

Totalnya 10.502 karung, turun dibandingkan tahun 2013 lalu sebesar 10.523 karung. Jumlah kasus tangkapan paling besar ada di Kepulauan Riau sebanyak 18 kali selama kurun waktu 2013 hingga 2014.

(11)

Daerah Bandung ada Cimol yang merupakan singkatan dari Cibadak Mall, tentu saja ini bukan mall sesungguhnya, cibadak adalah sebuah ruas jalan di Kota Kembang, dimana pedagang-pedagang semua jenis pakaian bertebaran di emperan-emperan toko. Harga murah, kualitas juga tidak kalah dengan produk garmen di toko atau bahkan factory outlet.14

Tidak hanya di Bandung, di kota Manado ada istilah yang dikenal dengan “Cabo”,yang merupakan singkatan dari “Cakar Bongkar”,berbeda dengan cimol, di pasar cabo, produk garmennya hampir semua berasal dari Negara Korea Selatan, di pasar ini masyarakat dengan bebas memilih produk mana yang di sukai. Celana jins, celana pendek, kaos sampai kemeja berbagai model bisa dibeli dari harga Rp 5.000.00 (lima ribu rupiah) sampai yang paling mahal Rp 25.000.00 (dua puluh lima ribu rupiah) per buah.

Barang-barang ini berasal dari negara-negara seperti Taiwan, Singapura, Hongkong, Jepang dan Korea Selatan, barang-barang di tempat ini modelnya bisa bersaing dengan produk yang sering di temui di mall-mall kelas atas dengan harga yang murah.

Kemudian di Kota Jakarta ada yang namanya Pasar Ular, di pasar yang terletak di Jalan Plumpang Raya, Koja, Jakarta Utara, berbagai barang bermerek dijual dengan harga jauh lebih rendah dari harga pasaran, tempatnya tidak mewah, layaknya pusat penjualan barang mahal karena letaknya tidak jauh dari Kali Sunter dan hanya berbentuk lorong sepanjang 100 meter. Namun di sini sejumlah barang seperti, celana, kaos, kemeja,

14

(12)

sepatu, tas, jaket dan aksesorisbrandeddijual dengan harga murah. Untuk pakaian anak hingga dewasa, harga yang ditawarkan mulai dari Rp. 10.000.00 (sepuluh ribu rupiah) hingga Rp. 350.000.00 (tiga ratus lima puluh ribu rupiah). Bahkan di Yogjakarta, ada sebuah festival tahunan khusus untuk pakaian bekas impor yang tentu saja setiap penyelenggaraannya selalu disesaki oleh masyarakat luas, di Jawa sendiri, pasar seperti ini akrab dengan

nama“Ngawul”.

Sementara di Pulau Dewata, Bali juga banyak yang menjual pakaian bekas impor, seperti di toko-toko di sepanjang Jalan Hayam Wuruk, terdapat empat toko yang khusus menjual pakaian bekas impor, dan di Jalan Raya Sesetan yang jumlahnya juga cukup banyak yang menjual pakaian bekas impor.

(13)

Kenyataannya pakaian bekas impor meski murah dalam kondisi fisiknya belum tentu baik karena memiliki cacat barang tidak sesuai dengan kondisi baru dan pakaian bekas yang di impor belum tentu aman digunakan, karena disinyalir adanya kuman atau penyakit dari sisa pemakai negara asal.

Direktorat Jenderal Standardisasi dan Perlindungan Konsumen (Dirjen SPK)

sudah mengadakan tes lab (laboratorium) terhadap beberapa pakaian bekas

impor memang ternyata mengandung bakteri atau virus-virus yang berbahaya

bagi konsumen dan kemudian yang menjadi masalah selanjutnya adalah terganggunya produktivitas industri tekstil dan produk tekstil dalam negeri, padahal di Indonesia sendiri terdapat daerah penghasil tekstil dan garmen terbesar tepatnya di Propinsi Jawa Barat.

Dengan banyaknya pakaian bekas impor dipasaran, maka produksi tekstil yang dibuat di dalam negeri tidak laku karena selisih harganya yang cukup jauh karena produk-produk garmen dalam negeri dijual dengan harga mahal, padahal kualitas serta model kurang menarik, hal seperti ini mungkin

(14)

Impornya. Meski demikian, impor tersebut masih terus berlangsung dengan cara diselundupkan. Beberapa negara Asia pakaian bekas sudah tidak diperbolehkan untuk dijual kembali karena dapat menimbulkan masalah kesehatan. Selain alasan kesehatan pakaian bekas itu sendiri kurang terlihat layak untuk dipakai.

Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis menyadari pentingnya permasalahan tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas impor ini untuk di bahas, maka penulis tertarik untuk membahasnya lebih rinci lagi dalam skripsi yang berjudul : “PENEGAKAN HUKUM

TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya) B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis merumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana upaya penegakan hukum terjadinya tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya ?

(15)

C. Tujuan Penelitian

Ditinjau dari rumusan permasalahan diatas, maka yang menjadi tujuan dari penulisan hukum ini adalah :

1. Untuk mengetahui upaya penegakan hukum terjadinya tindak pidana yang berkaitan dengan penyelundupan pakaian bekas dari luar negeri di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Aparat Penegak Hukum Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk kepentingan-kepentingan sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini dapat berguna bagi pengembangan dan penelitian lebih lanjut terhadap penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri.

2. Manfaat Praktis a) Bagi Penulis

(16)

salah satu syarat untuk menyandang gelar kesarjanaan S1 (Strata Satu) di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

b) Bagi Masyarakat

Penelitian ini dapat memberikan informasi serta penambahan pengetahuan bagi masyarakat mengenai perbuatan penyelundupan pakaian bekas dari luar negeri adalah suatu tindak pidana dan pakaian bekas dari luar negeri sangat berbahaya karena mengandung kuman dan bakteri yang akan membawa penyakit bagi tubuh.

c) Bagi Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya.

Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk meningkatkan pengawasan dan pencegahan terhadap tindak pidana penyelundupan pakaian bekas dari luar negeri di wilayah hukum Direktorat Jenderal Bea dan Cukai di Surabaya, serta dapat menjadi tambahan informasi bagi Pejabat terkait kendala-kendala dalam penindakan tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri, sehingga dalam hal ini di harapkan pejabat terkait mampu mengatasi kendala-kendala tersebut, sekaligus menyelesaikan tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri dengan sebaik-baiknya.

d) Bagi Akademisi

(17)

pidana. Khususnya dalam tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri.

E. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi petugas Bea dan Cukai mengenai penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan khususnya dalam pemberantasan tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri.

F. Metode Penelitian

Untuk memperoleh data-data valid yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini, maka penulis menggunakan metode sebagai berikut : 1. Metode Pendekatan

Metode pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah metode pendekatan yuridis sosiologis (sosio legal research) yang merupakan penelitian hukum yang menggunakan data sekunder sebagai data awalnya, yang kemudian dilanjutkan dengan data primer atau data lapangan.

2. Penentuan Lokasi

(18)

mengingat daerah Surabaya berdekatan langsung dengan pelabuhan dan sebagai instansi yang memiliki kewenangan dalam hal pengawasan ekspor dan impor serta penulis juga ingin mendapatkan berbagai informasi yang berhubungan dengan permasalahan penyelundupan pakaian bekas dari luar negeri tersebut. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 beralamat di Jalan Perak Timur Nomor 498 Kota Surabaya.

3. Sumber Data a. Data Primer

(19)

peraturan perundang-undangan, seperti Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 54/M-DAG/PER/10 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor, dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan topik atau permasalahan yang diteliti oleh penulis.

b. Data Sekunder

Data Sekunder merupakan data yang diperoleh dari kajian kepustakaan dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang Kepabeanan, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan, Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 54/M-DAG/PER/10 Tahun 2009 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.

c. Data Tersier

Jenis data yang diperoleh dari Ensiklopedia, Jurnal Hukum, Kamus Hukum dan Kamus Bahasa Indonesia yang terkait dengan masalah yang dibahas oleh penulis.

4. Metode Pengumpulan Data

(20)

a. Wawancara atau interview yaitu suatu cara untuk mendapatkan dan mengumpulkan data melalui tanya jawab dan dialog atau diskusi langsung dengan pihak yang dianggap mengetahui banyak tentang tujuan penelitian :

a) Wawancara dengan pejabat Bea dan Cukai sebanyak 2 orang (1) Bapak Muhammad Syahirul Alim selaku Kepala Seksi

Penindakan dan Penyidikan Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya.

(2) Bapak Nutriwan Cahyono Putro, S.E. selaku Kepala Subseksi Penyidikan dan Barang Hasil Penindakan Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya.

(21)

5. Teknik Analisis Data

Dari hasil penelitian yang telah terkumpul, seperti yang diperoleh dari lapangan dan data kepustakaan, maka penulis selanjutnya menganalisa data tersebut secara deskriptif kualitatif yaitu data-data yang telah diproses akan dianalisa dan digambarkan sedemikian rupa sehingga diperoleh sesuai kesimpulan.

G. Rencana Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang isi penulisan tugas akhir ini, maka sistematika penulisan hukum di bagi 4 (empat) bab, dan masing-masing terdiri atas sub-sub bab. Adapun bab-bab tersebut sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN

Dalam bab ini penulis memaparkan mengenai gambaran awal tentang penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, kegunaan penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(22)

Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya yang telah di tentukan oleh peraturan perundang-undangan.

BAB III PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini penulis akan membahas hasil penelitian yang akan diuraikan tentang gambaran lokasi penelitian dan penegakan hukum terhadap tindak pidana penyelundupan yang berkaitan dengan pakaian bekas dari luar negeri di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya.

BAB IV PENUTUP

(23)

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung

Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)

PENULISAN HUKUM

Oleh:

ALAMSYAH YUSUF

201110110311140

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

(24)

PENULISAN HUKUM

PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung

Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar kesarjanaan

dalam bidang Ilmu Hukum

Oleh:

ALAMSYAH YUSUF

201110110311140

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

FAKULTAS HUKUM

(25)
(26)
(27)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“PENEGAKAN HUKUM TERHADAP TINDAK PIDANA

PENYELUNDUPAN PAKAIAN BEKAS DARI LUAR NEGERI (Studi Pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya)

Penulisan ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh dalam menyelesaikan jenjang pendidikan Strata Satu (S-1) Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dan dorongan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu izinkan penulis menyampaiakan rasa terima kasih kepada :

1. Kepada kedua orang tua saya Bapak H. Suparman S.H dan Ibu Hj. Nur Intan dan Saudara-saudara saya yang senantiasa memanjatkan doa kepada Allah SWT dan menjadi motivasi dalam hidup penulis untuk tetap bersikap mental positif.

2. Bapak Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang.

3. Bapak Dr. sulardi S.H., M.Si, selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Mokh. Najih., S.H., M.Si., selaku Dosen Pembimbing Pertama, atas waktu, kesabaran serta saran-sarannya yang telah mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir dan banyak memberikan bantuan dalam kelancaran penulisan tugas akhir.

5. Bapak Wasis Suprayitno., S.H., M.,Si selaku Dosen Pembimbing Kedua atas waktu, kesabaran serta saran-sarannya yang telah mendorong penulis untuk segera menyelesaikan tugas akhir dan banyak memberikan bantuan dalam kelancaran penulisan tugas akhir.

(28)

mampu menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

7. Seluruh dosen pengajar, pejabat laboratorium dan para staff Tata usaha Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan membantu dalam menyelesaikan studi di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

8. Bapak Indra Gautama Sukiman selaku Pejabat Pengganti Kepala Kantor Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya, Bapak Muhammad Munif, S.E., M.M. selaku Kepala Seksi PLI (Penyuluhan dan Layanan Informasi) Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya, Bapak Muhammad Syahirul Alim, selaku Kepala Seksi Penindakan dan Penyidikan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya beserta seluruh Petugas Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya yang telah banyak membantu memberikan informasi dalam penulisan skripsi ini.

9. Teman-teman Fakultas Hukum Angkatan 2011 yang selalu mengisi, memotivasi dan memberikan dukungan ditengah kesibukan menjadi mahasiswa tingkat akhir.

10. Pihak-pihak lain yang terlibat dan telah membantu dalam penulisan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam pembuatan skripsi ini penulis melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak sengaja. Semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb

Malang, 31 Agustus 2015

(29)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Cover / Sampul Dalam ...ii

Lembar Pengesahan ...iii

Lembar Pengesahan Majelis ...iv

Surat Pernyataan Penulisan Hukum Bukan Hasil Plagiat ...v

Ungkapan Pribadi / Motto ...vi

Abstraksi ...vii

Abstract ...viii

Kata Pengantar ...ix

Daftar Isi...xi

Data Tabel ...xv

Data Lampiran...xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...14

C. Tujuan Penelitian ...15

D. Manfaat Penelitian ...15

1. Manfaat Teoritis ...15

2. Manfaat Praktis...15

E. Kegunaan Penelitian...17

F. Metode Penelitian...17

1. Metode Pendekatan...17

2. Penentuan Lokasi...17

(30)

4. Metode Pengumpulan Data ...19

5. Teknik Analisis Data ...21

G. Rencana Sistematika Penulisan...21

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Tentang Penegakan Hukum ...23

B. Tinjauan Tentang Tindak Pidana Penyelundupan...31

1. Tinjauan Tindak Pidana ...31

2. Tinjauan Tindak Pidana Penyelundupan...38

C. Tinjauan Tentang Pakaian Bekas Dari Luar Negeri ...47

D. Tinjauan Tentang Faktor-Faktor Penyelundupan Pakaian Bekas Impor di Indonesia ...52

1. Faktor Geografis ...52

2. Kondisi Industri Dalam Negeri...54

3. Kelebihan Produksi ...55

4. Transportasi ...56

5. Peraturan ...57

6. Mentalitas ...60

7. Masyarakat...61

E. Tinjauan Tentang Dampak-Dampak Penyelundupan Pakaian Bekas Impor di Indonesia ...63

1. Terhadap Pendapatan Negara ...63

2. Perkembangan Industri Dalam Negeri ...65

3. Terhadap Pembangunan...67

(31)

5. Stabilitas Nasional ...70

6. Gangguan Kesehatan ...71

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ...75

1. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak..75

2. Visi dan Misi ...77

3. Tugas Pokok ...77

4. Struktur Organisasi ...79

5. Sumber Daya Manusia (SDM) Aparatur ...83

B. Upaya Penegakan Hukum Terjadinya Tindak Pidana Penyelundupan Pakaian Bekas Dari Luar Negeri di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya...85

1. Prosedur Impor Barang Dari Negeri...88

2. Karakteristik Barang Yang Boleh di impor ...90

3. Data Kasus Penyelundupan Pakaian Bekas dari Luar Negeri di Wilayah Bea dan Cukai Tanjung Perak Surabaya ...92

4. Analisis Kasus Penyelundupan Pakaian Bekas dari Luar Negeri di Wilayah Bea Cukai Tanjung Perak Surabaya ...93

(32)

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan ...111

B. Saran...113

Daftar Pustaka ...115

Index...118

(33)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Tugas

Lampiran 2. Surat Izin Observasi/ Mencari Data dari Universitas Muhammadiyah Malang Lampiran 3. Surat izin Observasi/ Mencari Data

dari Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Tanjung Perak, Jawa Timur 1 Kota Surabaya

(34)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

Adam Chazawi. 2002. Pelajaran Hukum Pidana bagian 1. Jakarta. Penerbit PT. Raja Grafindo Persada.

C.S.T. Kansil dan Christie S.T. Kansil. 2004. Pokok-pokok Hukum Pidana. Jakarta. Penerbit Pradnya Paramita.

Direktorat Jendral Bea dan Cukai. 1995. Pertumbuhan dan perkembangan Bea dan Cukai Dari Masa ke Masa Jilid II. Jakarta. Penerbit Yayasan Bina Ceria.

Hassan Sadly dan Jhon Echol. 1997. Kamus Bahasa Inggris - Indonesia. Jakarta. Penerbit PT.Gramedia.

Leden Marpaung. 1991.Tindak Pidana Penyelundupan Masalah dan Pemecahan. Jakarta. Penerbit Gramedia Pustaka Utama.

P.A.F Lamintang, 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung. Penerbit Citra Aditya Bakti.

Raharjo Satjipto. 2002. Sosiologi Hukum Perkembangan, Metode dan Pilihan Masalah. Surakarta. Muhammadiyah Unifersity Press.

Roeslan Saleh. 1983. Perbuatan Pidana dan Pertanggung jawaban Pidana : Dua Pengertian Dasar dalam Hukum Pidana. Jakarta. Penerbit Aksara. Siswanto Sunarso. 2005. Wawasan Penegakan Hukum di Indonesia. Bandung.

Penerbit PT Citra Aditya Bakti.

(35)

Soufnir Chibro. 1992. Pengaruh Tindak Pidana Penyelundupan Terhadap Pembangunan. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika.

Teguh Prasetyo. 2011. Hukum Pidana Edisi Revisi. Jakarta. Penerbit Raja Grafindo Persada.

Tongat. 2012. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia dalam Perspektif Pembaharuan. Malang. Penerbit UMM Press.

Wiryono projodikoro .2003. Tindak-tindak Pidana Tertentu Di Indonesia. Bandung. Penerbit PT. Refika Aditama.

Wiryono Projodikoro. 2002. Asas-asas Hukum Pidana di Indonesia. Jakarta. Penerbit PT.Eresco.

Zainuddin Ali. 2006.Filsafat Hukum. Jakarta. Penerbit Sinar Grafika.

Internet :

Kasus Penyelundupan Pakaian Bekas Impor Melonjak 100%, http://m.detik.com, di akses tanggal 28 Januari 2015.

Pasar Impor Pakaian Bekas Menghitung Hari, http://www.jokowinomics.com, diakses tanggal 28 Januari 2015.

Industri Tekstil Terkena Dampak, http://www.republika.co.id, diakses tanggal 18 April 2015

(36)

Perundang-undangan :

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 tentang Kepabeanan.

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 Tentang Perdagangan

Peraturan Menteri Perdagangan Nomor : 54/M-DAG/PER/10/2009 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.

Keputusan Menteri Perdagangan dan Koperasi Nomor 28/KP/I/1982 Tentang Ketentuan Umum di Bidang Impor.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam kesempatan ini penulis juga mencoba meneliti upaya untuk meningkatkan aktifitas penguasaan materi akord dalam tingkat melalui alat musik keyboard dan gitar dengan

Apabila pemenang lelang urutan pertama yang telah ditetapkan sebagai Penyedia mengundurkan diri dan atau tidak bersedia, maka yang akan ditetapkan sebagai Penyedia dapat

• Aspek lingkungan didefinisikan adalah elemen dari aktifitas organisasi, produk dan jasa yang.. dapat berinteraksi

MP RENCANA PROGRAM INVESTASI INFRASTRUKTUR JANGKA MENENGAH (RPI2JM) BIDANG CIPTA KARYA TAHUN 2016 - 2020 SATUAN KERJA : Pembinaan dan Pengembangan Kawasan Permukiman.

1. Mengetahui aliran daya secara cepat, dengan menggunakan komunikasi data yang cepat dan akurat. Mengetahui secara langsung jumlah beban pelanggan, sehingga dapat

1. Daerah adalah Kabupaten Bekasi. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas

Dengan demikian untuk pemeriksaan MRI brain potongan axial T1 jika ingin mendapatkan kualitas citra dengan nilai SNR yang tinggi dan nilai noise yang rendah maka

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan selama kurun waktu 2008-2012 dapat disimpulkan sebagai berikut : adanya fluktuasi bedah sterilisasi pada anjing di