PERAN GURU PAI SEBAGAI FASILITATOR DALAM PEMBELAJARAN KEAGAMAAN DI
MTs. MUHAMMADIYAH 1 MALANG
SKRIPSI
Oleh:
ACH. UBAIDILLAH GYMNASTIAR NIM. 201010010311028
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
PERAN GURU PAI SEBAGAI FASILITATOR DALAM PEMBELAJARAN KEAGAMAAN DI
MTs. MUHAMMADIYAH 1 MALANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang Untukmemenuhi salah satu persyaratan
dalam menyelesaikan Program Sarjana Strata Satu (S-1)
Oleh:
ACH. UBAIDILLAH GYMNASTIAR NIM. 201010010311028
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG FAKULTAS AGAMA ISLAM
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ... Error! Bookmark not defined.
HALAMAN PENGESAHAN ... Error! Bookmark not defined.
MOTTO ... Error! Bookmark not defined.
PERSEMBAHAN ... Error! Bookmark not defined.
SURAT PERNYATAAN... v
E. Definisi Operasional ... 9
F. Sistematika Penulisan ... 11
BAB II ... 13
KAJIAN PUSTAKA ... 13
A. Guru Sebagai Fasilitator ... 13
1. Pengertian Guru PAI Sebagai Fasilitator ... 13
2. Pengertian PAI ... 13
3. Pengertian Fasilitator ... 14
4. Pengertian Guru Sebagai Fasilitator ... 14
5. Kompetensi Guru ... 17
6. Tugas Guru ... 19
B. Pembelajaran Keagamaan ... 23
1. Pengertian Pembelajaran Keagamaan ... 23
2. Tujuan Pembelajaran Keagamaan ... 27
3. Strategi Pembelajaran Keagamaan ... 29
BAB III ... 32
METODOLOGI PENELITIAN ... 32
A. Jenis Penelitian ... 32
B. Tempat Penelitian ... 33
C. Informan Penelitian ... 33
D. Teknik Pengumpulan Data ... 33
1. Observasi ... 33
3. Dokumentasi ... 36
E. Analisis Data ... 37
BAB IV ... 40
HASIL PENELITIAN ... 40
A. Penyajian Data ... 40
1. Latar Belakang Objek Penelitian ... 40
2. Visi dan Misi MTs. Muhammadiyah 1 Malang ... 45
3. Sejarah Pembelajaran Keagamaan ... 48
4. Keadaan Guru PAI Sebagai Fasilitator ... 50
5. Keadaan Sara Prasarana ... 52
6. Daftar Guru Dan Karyawan MTs. Muhammadiyah 1 Malang ... 56
B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58
1. Peran Guru PAI Sebagai Fasilitator dalam Pembelajaran Keagamaan ... 58
2. Faktor Pendukung dan Penghambat ... 67
BAB V ... 73
PENUTUP ... 73
A. Kesimpulan ... 73
B. Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA
A.Sauqi & Ngainun N, (2008). Pendidikan Multikultural, konsep dan aplikasi
Jogjakarta: Ar-Ruz Media.
Abdul Malik Karim Amrullah, & Djumransyah, (2007). Pendidikan Islam
Menggali “Tradisi”, Meneguhkan eksistensi, Malang :UIN Press.
Adler Mortimer J, (1962). In Defense of the Philosophy of Education, Chicago: The University of Chicago Press.
Al Attas Sayed Muhammad Al Naquid, (1994). The Concept of Education in Islam: A Framework for an Islamic Philosophy of Education terj. Konsep Pendidikan dalam Islam Bandung: Rajawali Pers.
Arikunto, Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: Rineka Cipta.
Asep Jihad & Suyanto, (2013). Menjadi Guru Profesional, Jakarta: Erlangga Group.
Asri Zainal,( 2010). Micro Teaching Jakarta : Rajawali Prees.
Boang Aisyah dalam Supiana, (2011). Mozaik Pemikiran Islam: Bunga Serampai Pemikiran Pendidikan Indonesia, Jakarta: Ditjen Dikti.
Daradjat Zakiah, (1996). Ilmu Jiwa Agama, Jakarta: Bulan Bintang. Daradjat Zakiah, (2004). Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Darojat Zakiyah, (1987). Kepribadian Guru, Jakarta: Bulan bintang.
Daryanto S.S, (1997). Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, Apolo, Surabaya.
Echols John, (2005). Kamus Populer, Jakarta: Rineke Cipta Media.
Elmubarok Zaim, (2008). Membumikan Pendidikan Nilai Bandung: Alfabeta. Fakih Mansour, (2007). Pendidikan Popular; Membangun Kesadaran Kritis
Yogyakarta: INSISTPress.
Faridi, (2011) “Internalisasi Nilai-Nilai PAI di Sekolah,” Jurnal Progresiva,
Freire Paulo, (2001). Pendidikan Yang Membebaskan, Jakarta: Melibas, Media Lintas Batas.
Gulo Dali, (1982). Kamus Psikologi Bandung: Tonis.
Guru Sebagai Pendidik, diakses pada tanggal 31 oktober 2014 dari
http://www.slideshare.net/ayuNaoman/.
Herdiansyah Haris, (2010). Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, Jakarta: Salemba Humanika.
Idrus Ali, (2009). Manajemen Pendidikan Global, Jakarta: Gaung Persada Press. Indar Djumberansyah, (1994). Filsafat Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama. Jusuf Mudzakir & Abdul Mujib, (2006). Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta:
Kencana Prenada Media.
Keraf Gorys, (1973). Komposisi; Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa. Jakarta: Media Group.
Khozin, (2001). Jejak-Jejak Pendidikan Islam di Insonesia, Malang: UMM Press. Kunandar, (2010). Guru Profesional Implementasi Kuruikulum Tingkat Satuan
Marimba, Ahmad D, (1999). Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Bandung: PT. Al-maarif.
Membangun SDM bangsa melalui pendidikan karakter, diakses pada tanggal20Oktober2014darihttp://www.jurnal.upi.edu/penelitianpedidikan
/view/1399/html.
Moedjiono & J.J. Hasibuan, (1988). Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remadja Karya.
Moleong, Lexy J, (2009). Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Muhaimin Ahmad, (2011). Pendidikan yang membebaskan, Yogyakarta:Ar-Ruzz Media.
Muhajir, (1989). Metode Penelitian Kualitatif, Semarang:
Mukhtar, (2003). Desain Pembelajaran PAI, Jakarta: Misaka Galiza.
Mulkham Abdul Munir, (1993). Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, Yogyakarta: Sipress.
Mulyasa, (2008). Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, (2012). Manajemen Pendidikan Karakter, Jakarta: Bumi Aksara.
Munzier S , & Hery Noer Aly, (2003). Watak Pendidikan Islam Jakarta: Friska Agung Insani.
Rusman, (2012). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru, Jakarta: Rajawali Pers.
Sanjaya Wina, (2010). Strategi Pembelajaran: Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Setyosari Punaji, (2012)Metode Penelitian Pendidikan dan Pengembangan
Jakarta: Kencana Media Group.
Soemanto Wasty, (2006). Pesikologi Pendidikan, Bandung: Bulan Bintang. Sudijono Anas, (2011). Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Nusa Indah. Sugiyono, (2009). Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabet. Suprihatiningrum Jamil, (2013). Guru Profesional Pedoman Kinerja, Kualifikasi
& Kompetensi Guru, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media. Susanto,( 2009). Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Amzah.
Suyadi, (2013). Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter, Bandung:Remaja Rosdakarya.
Syafaat Aat, et al., (2008). Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja: Juvenile Delinquency, Jakarta: Rajawali Pers.
Takdir Ilahi Muhammad, (2012). Revitalisasi Pendidikan Berbasis Moral
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Takdir Muhammad, (2012). Revitalisasi Pendidikan Berbasis Mora,l Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media.
Thoifuri, (1998). Sikap Ikhlas dan Tugas Profesional Guru, Majalah Rindang Depag Prop. Jawa Tengah.
Yadianto, (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia, Bandung: M2s.
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan dalam pengertian yang lebih luas dapat diartikan sebagai
sesuatu proses pembelajaran kepada peserta didik (manusia) dalam upaya
mencerdaskan dan mendewasakan peserta didik tersebut. Sedangkan
pendidikan menurut sebagian besar orang, yaitu berusaha membimbing anak
untuk menyerupai orang dewasa, dalam arti sempit pendidikan adalah
pengajaran yang diselenggarakan umumnya di sekolah sebagai lembaga
pendidikan formal.
Istilah pendidikan adalah terjemahan dari bahasa Yunani pedagogie
yang berarti “pendidikan” dan paedagogia yang berarti “pergaulan dengan
anak-anak”. Sementara itu, orang yang tugasnya membimbing atau yang
mendidik dalam pertumbuhannya agar dapat berdiri sendiri disebut
paedagogos.1 Membahas tentang dunia pendidikan itu tidak bisa lepas dari
pembelajaran. Hal ini sama halnya dengan dunia pendidikan islam yang juga
menerapkan hal yang sama sesuai dengan tujuan pendidikan islam itu sendiri.
Proses pembelajaran merupakan salah satu proses dimana proses belajar
sedang berlangsung, karena di dalamnya terdapat suatu rangkaian interaksi
antara pendidik dan peserta didik dengan berbagai aneka ragam media dan
metode yang digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran itu sendiri.
1
2
Pembelajaran merupakan salah satu sistem intruksional yang mengacu pada
pengertian seperangkat komponen yang bergantung satu sama lain untuk
mencapai tujuan pembelajaran.2
Pendidikan agama atau PAI mempunya peranan yang sangat penting
dalam kehidupan manusia. Karna agama merupakan tata nilai, pedoman,
pembimbing, dan pendororng manusia untuk mencapai hidup yang lebih baik
dan sempurna. Bagi bangsa Indonesia, agama merupakan tenaga penggerak
yang sangat tinggi nilainya bagi pengisian aspirasi-aspirasi bangsa.
Pendidikan agama merupakan kata majemuk yang terdiri dari kata
“pendidikan” dan “agama”. Sedangkan dalam Kamus Umum Bahasa
Indonesia, pendidikan berasal dari kata didik, dengan diberi awal “pe” dan
akhiran “an”, yang berarti “proses pengubahan sikap dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan latihan.”3
Sedangkan
arti mendidik itu sendiri adalah memelihara dan memberi latihan (ajaran)
mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.4 Socrates menegaskan bahwa
pendidikan merupakan proses pengembangan manusia ke arah kearifan
(wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct). Oleh karenanya membangun aspek kognisi, afeksi, dan psikomotor secara seimbang dan
berkesinambungan adalah nilai pendidikan yang paling tinggi.5 Maka dari itu
tujuan pendidikan itu sendiri adalah untuk pembentukan pribadi seseorang
2
Zainal Asri, Micro Teaching (Jakarta : Rajawali Prees, 2010), hal 18
3
Yadianto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, (Bandung: M2s, 1996) hal. 88
4
Ibid.
5
3
yang terwujud dalam kesatuan esensial dengan perilaku dan sikap hidup yang
dimilikinya.
Secara eksplisit desain pendidikan nasional menekankan pentingnya
pendidikan umum namun juga tidak mengesampikan pada aspek pendidikan
agama islam juga, hal ini telah kita jumpai di berbagai sekolah umum atau
negeri itu juga terdapat pendidikan agama, meski tidak sedetail
pembahasannya dibanding dengan lembaga swasta yang kental akan
pendidikan agamanya, baik itu dengan programnya kegiatan belajar
mengajarnya. Maka dari itu apabila di simak bersama, bahwa dalam
pendidikan atau mendidik tidak hanya sebatas mentransfer ilmu saja “transfer
of knowledge”, tetapi juga harus di tanamkan tentang nilai-nilai keagamaan, ini dikarnakan banyak lembaga pendidikan yang hanya fokus pada aspek
perbaikan materi, sehingga menciptakan paradigma bahwa lulusan yang baik
adalah mereka yang hanya menguasai materi-materi yang dituangkan dalam
sebuah kurikulum dan silabus. Akibatnya pendidikan yang ada sekarang ini
tidak sesuai dengan program utama pemerintah dalam dunia pendidikan yang
menjadi salah satu solusi dalam menyikapi permasalahan bangsa, yakni
mengubah atau membentuk peribadi atau watak seseorang agar menjadi lebih
baik, lebih sopan dalam tataran etika maupun estetika maupun perilaku dalam
kehidupan sehari-hari dan tentunya sesuai dengan ajaran islam.
Terlaksananya tujuan hidup manusia merupakan perwujudan
diberlakukannya fungsi dan cita-cita islam dalam kehidupan manusia dan
4
religius. Karena islam adalah agama yang diperuntukan bagi seluruh umat
manusia untuk menyampaikan dan mengajarkan agama islam, Allah
mengutus Rasul-Nya untuk mengajak manusia kepada islam, yakni supaya
masuk dalam islam secara kaffah yaitu baik hatinya, akal, perasaan, perbuatan dan tingkah lakunya dalam keadaan apapun.
Adapun mengenai pengertian pendidikan, banyak sekali para ahli
yang memberi batasannya, tetapi paling tidak, secara umum, pendidikan
berarti suatu proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau
sekelompok orang atau (peserta didik), dalam usaha mendewasakan manusia
(peserta didik) melalui pengajaran dan pelatihan, proses, perbuatan, dan
cara-cara mendidik. Secara-cara khusus, penggunaan istilah pendidikan Islam dalam
konteks ini berarti proses pentrasferan nilai yang dilakukan oleh pendidik,
yang meliputi proses pengubahan sikap dan tingkah laku serta kognitf peserta
didik.6
Sehingga diharapakan hal tersebut bisa di aplikasikan mengenai apa
yang telah dia peroleh dengan optimal dalam kesehariannya oleh peseta didik
dengan memfungsikan dirinya sebagai hamba maupun khalifah fil ardh
dengan tetap berpedoman kepada ajaran islam. Pemikiran pendidikan islam
ini adalah aktivitas pikiran yang teratur dengan menggunakan berbagai
metode. Pendekatan tersebut dipergunakan untuk mengatur, menyelaraskan,
6
5
dan memadukan proses pendidikan dalam sebuah sistem yang integral.7
Berpijak pada pemikiran diatas, bahwa pendidikan islam itu merupakan
serangkaian proses kerja akal dan kalbu yang dilakukan secara
sungguh-sungguh dalam melihat berbagai persoalan yang ada dalam pendidikan agama
islam dan berupaya untuk membangun sebuah paradigma pendidikan yang
mampu menjadi wahana bagi pembinaan dan pengembangan peserta didik
secara paripurna, yaitu tanpa harus melepaskan nilai-nilai Ilahiyah sebagai
warna dan nilai control. Melalui pendekatan inilah dimungkinkan akan
menjadikan pendidikan Islam sebagai sarana yang efektif dalam
mengantarkan peserta didik sebagai insan intelektual dan insan moral secara
kaffah.
Menurut Mansour Fakih mengenai peran guru sebagai fasilitator itu
sendiri di dalam bukunya yang berjudul Pendidikan Popular; Membangun
Kesadaran Kritis, adalah sebagai berikut :
Tugas fasilitator dengan demikian adalah menciptakan aktivitas agar partisipan dapat terlibat langsung dalam proses pendidikan sekaligus terlibat dalam keseluruhan proses (sejak menentukan tujuan sampai dengan mengevaluasi pelaksanaanya). Secara sengaja, fasilitator menggabungkan berbagai unsur pokok dari penyelenggaraan pendidikan agar proses belajar partisipatif menjadi efektif bagi seluruh partisipan melalui proses interaksi antar peserta, juga antara peserta dengan fasilitator.8
7
Abdul Munir Mulkham, Paradigma Intelektual Muslim, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, (Yogyakarta: Sipress, 1993) hal. 184
8
6
Senada dengan penjelasan atau partisipan sebagai fasilitator di atas
kita akan segera berhadapan dengan banyak istilah: simulasi, studi kasus,
ceramah, tanya jawab, curah pendapat, diskusi kelompok, diskusi pleno,
penugasan, demostrasi, peragaan, studi lapangan, permainan peran, dan
sebagainya.9 Apabila hal ini tidak diwujudkan maka nantinya mewujudkan
suasana proses belajar mengajar yang efektif dan effisien, dimana kemudian
akan berdampak pada siswa atau sebuah kolompok peserta didik itu makin
berkurang kemampuan kritis atau pengaruh timbal balik dari hasil penjelasan
pendidik, dan makin semu pula cara menangkap dan menghadapi problem,
dan semakin mendangkal mereka membicarakan problem-problem itu, hal ini
dikarenakan pendidik kurang memberikan rangsangan atau memancing
peserta didik untuk perperan aktif dalam pembelajaran.
Pendidikan menurut Paulo Freire di dalam bukunya, Pendidikan Yang
Membebaskan, sebagai berikut :
Pendidikan adalah tindakan cinta kasih, karena itu juga merupakan tindakan berani. Pendidikan tidak boleh membuat orang yang mau menganilisis realitas menjadi takut, atau takut ditertawakan, sehingga menghindari diskusi yang kreatif.10
Senada dengan pemikiran diatas tentang pemahaman sistem
pendidikan alternatif serta menghindari penerapan yang mentah yang justru
akan bertentangan dengan hakikatnya. Apabila penerapannya tanpa
pemahaman yang lebih jauh akan menghasilkan sikap siswa hanya sebatas
9
Ibid.
10
7
mendengar namun tidak mengenal lebih jauh dari apa yang telah dijelaskan
sehingga tercipta suasana pembelajaran yang kritis di dalam kelas.
Secara umum dapat dikemukakan seperti yang telah dijelaskan diatas,
juga terdapat dua cara dalam memanfaatkan fasilitas dan sumber belajar
dalam menyukseskan peran guru khususnya guru PAI dalam pembelajaran
keagamaan. Pertama, membawa sumber belajar kedalam kelas.dari aneka
ragam macam dan bentuknya sumber belajar dapat digunakan dalam proses
pembelajaran didalam kelas, terutama dalam pembentukan kompetensi dasar
peserta didik. Kedua, membawa kelas ke lapangan di mana sumber belajar
berada. Adakalanya terdapat sumber belajar yang sangat penting dan
menunjang tujuan belajar tetapi tidak dapat dibawa ke dalam kelas karena
mengandung resiko yang cukup tinggi, atau memiliki karakteristik yang tidak
memungkinkan untuk dibawa kedalam kelas.
Berdasarkan pokok pemikiran di atas penulis tertarik untuk meneliti
dan mengangkat ini menjadi skripsi dengan judul “Peran Guru PAI Sebagai Fasilitator Dalam Pembelajaran Keagamaan di MTs Muhammadiyah 1
Malang”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah peran guru PAI sebagai fasilitator untuk menunjang
pembelajaran keagamaan di MTs. Muhammadiyah 1 Malang?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pembelajaran
8 C. Tujuan Penelitian
1. Mendiskripsikan peran guru PAI sebagai fasilitator untuk menunjang
pembelajaran keagamaan di MTs. Muhammadiyah 1 Malang.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat dalam peran
guru PAI sebagai fasilitator untuk menunjang pembelajaran keagamaan
di MTs. Muhammadiyah 1 Malang.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Secara Teoritis : Memberikan sumbangsih khazanah pemikiran bagi lembaga yang diteliti, sebagai bahan tambahan masukan dan
evaluasi dalam meningkatkan mutu pendidikan agama, sehingga
nantinya bisa bermanfaat untuk menciptakan lingkungan yang
religius, yang termasuk salah satunya jujur, baik, toleran antar
sesama siswanya dan pada intinya berakhlakul karimah. Sehingga hal tersebut bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik
dalam lingkungan sekolah maupun lingkungan masyarakat, bangsa
dan negara.
2. Secara Peraktis : Bisa dijadikan bahan refrensi tambahan baik di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Malang secara umum
9 E. Definisi Operasional
1. Peran
“Peranan” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah yang
diperbuat, tugas, hal yang besar pengaruhnya pada suatu peristiwa.11
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun
informal. Perilaku atau cara yang digunakan guru PAI sebagai fasilitator
dalam pembelajaran keagamaan. Berdasarkan pengertian ini peranan atau
perilaku yang dimaksud diatas terdiri dari perencanaan, persiapan, dan
proses. Maka dari itu peranan seharusnya didasarkan pada preskripsi
(ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang
individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi
harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain yang
menyangkut dengan peran tersebut.
2. Guru PAI
“Guru” dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), diartikan sebagai
orang yang pekerjaannya (mata pencahariannya, profesinya) mengajar.12
Guru adalah orang pertama serta orang tua yang mempengaruhi
pembinaan kepribadian anak didik.13 Guru merupakan seseorang yang
memberikan ilmu.14 Maka seorang guru harus memberikan contoh yang
11
Daryanto, S.S Kamus Besar Bahasa Indonesia Lengkap, (Apolo, Surabaya, 1997) hlm 487
12
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai pustaka, 2002) hlm 377
13
Zakiyah Darojat, Kepribadian Guru, (Jakarta, Bulan bintang, 1987), hal 18
14
10
baik, karena guru merupakan figur utama, serta contoh dan teladan bagi
peserta didik. Guru pendidikan agama Islam merupakan sosok yang
sangat berperan penting dalam pendidikan khususnya bidang agama yaitu
dengan menanamkan nilai-nilai religius pada peserta didiknya sesuai
dengan ketentuan syari’at islam.
3. Fasilitator
“Fasilitator” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yaitu
orang yang menyediakan fasilitasi, penyedia di dalam konsep belajar
mandiri, guru dan sekolah tidak lagi menjadi titik pusat kegiatan, tetapi
lebih bersifat sebagai pendukung dan kebutuhan murid.15 Sebagai
fasilitator guru hendaknya dapat meyediakan fasilitas yang
memungkinkan kemudahan kegiatan belajar mengajar.16
4. Pembelajaran Keagamaan
“Pembelajaran Keagamaan” atau pelajaran agama islam, merupakan
pembelajaran yang mengandung pesan untuk membangun kekuatan
iman, kematangan spiritual dan pengetahuan tentang keagamaan itu
sangat penting dimana nanti harapannya bisa diterapkan oleh siswa baik
dalam lingkungan sekolah maupun dalam kehidupan sehari-hari sebagai
suatu amalan sholeh.17 Adapun pembelajaran keagamaan yang dimaksud
dalam penelitian ini merupakan pembelajaran yang bersumber dari
15
Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta : Balai pustaka, 2002) hlm 314
11
agama, yang kemudian ditransfer pada siswa melalui berbagai variasi
metode dan media yang digunakan guna tercapainya pembelajaran yang
efektif dan efisien.
F. Sistematika Penulisan
Agar supaya mempermuda dalam penyajian dan memahami skripsi ini
dengan baik maka penulisan ini di susun sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab ini akan dibahas tentang latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan
sistematika penulisan, yang semuanya dapat menjadi gambaran umum dari
penelitian ini.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Pada bab ini akan dibahas tentang kajian pustaka yang berkenaan
dengan peran guru PAI sebagai fasilitator dalam pembelajaran keagamaan.
BAB III METODE PENELITIAN
Pada bab ini akan dibahas, yang meliputi: jenis penelitian, tempat
penelitian, informan penelitian, teknik pengumpulan data, dan analisis data.
BAB IV HASIL PENELITIAN
Pada bab ini membahas tentang penyajian data dari hasil penelitian
12 BAB V PENUTUP
Pada bab ini berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian