1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Banyaknya bermunculan mall-mall menyebabkan orang senang untuk
berbelanja disana karena dirasa harga yang relatif murah dan kualitas barang
yang cukup baik. Sejak melangkahkan kaki pertama di mall, keluarga sudah
dibanjiri dengan berbagai informasi barang yang menarik. Berangkat
berencana hanya makan. Pulang bawa baju dan kenyang. Ketika berada di
mall, hati keluarga seperti kena hipnotis. Biasanya keluarga lebih mudah
tergoda untuk membeli barang yang berumur pendek (fast moving consumer
good) seperti baju, makanan, sepatu, dan sebagainya. Sedangkan barang yang
berumur panjang (durable goods) seperti sepeda motor, mobil, rumah pasti
melibatkan waktu panjang bagi keluarga untuk membelinya (Semuel, 2007).
Berbelanja merupakan sutau aktivitas yang menyenangkan bagi
banyak orang dan tidak terbatas pada kaum perempuan maupun kaum
laki-laki. Diantara motivasi berbelanja adalah untuk pemenuhan kebutuhan dan
perolehan informasi. Namun seiring dengan mulai berubahnya makna
berbelanja saat ini, turut pula merubah motivasi berbelanja seseorang.
Berbelanja dianggap sebagai kegiatan mengahabiskan uang untuk
menghilangkan kebosanan dan mencari kesenangan belaka. Individu
melakukan pembelian tanpa memperdulikan apakah barang-barang yang
dikonsumsi benar-benar dibutuhkan atau tidak. Kompas (2010, 1 November)
sebuah survei yang dilakukan oleh Harris Interactive and the National
Endowment for Financial Education menyatakan bahwa 80% orang Amerika
mengaku telah membuat pembelian secara impulsif, entah itu untuk belanja
dirinya sendiri maupun keluarga. Dari jumlah tersebut, dua pertiganya
mengatakan bahwa mereka menyesali pembelian tersebut.
Sifat manusia cenderung konsumtif, yang berarti bahwa konsumen
selalu mengkonsumsi produk atau jasa sepanjang waktu. Perilaku konsumtif
ini muncul selain dikarenakan untuk pemenuhan kebutuhan yang sangat
2
pasar, bahkan adapula hanya sekedar untuk menjadi pusat perhatian orang
lain. Konsumen bersedia melakukan transaksi membeli barang dan jasa
karena adanya macam-macam dorongan. Dorongan tersebut dapat bersifat
rasional/emosional yang termasuk dorongan rasional antara lain termasuk
yang sesuai dengan kualitas barang atau produk yang sesuai dengan
keinginan dan pelayanan yang memuaskan serta mendesak kebutuhan.
Dorongan emosional antara lain keinginan memelihara status sosial, meniru
orang lain, keinginan melindungi dari suatu yang mengkhawatirkan.
Pemenuhan kebutuhan sangat penting artinya untuk mengantarkan
individu pada kehidupan yang selaras dengan lingkungannya. Dalam usaha
untuk mencapai keselarasan tersebut, biasanya seseorang mengembangkan
suatu pola perilaku tertentu, dimana pada masing-masing kelompok sangatlah
beragam. Berkaitan dengan usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya itulah
kemudian manusia berusaha menempuh berbagai cara. Adanya kemajuan
teknologi secara implisit menyebabkan hasrat konsumtif dan daya beli juga
bertambah. Gejala konsumtivisme yang terbawa dari hasil pembangunan juga
menghasilkan kesenjangan antara bertambahnya produk konsumsi dalam
segala bentuk atau bertambah luasnya persepsi tentang kebutuhan yang
sebenarnya, dengan daya beli untuk memenuhi kebutuhan tersebut.
Pengkonsumsian produk kemudian dilakukan semata-mata untuk memuaskan
keinginannya. Keadaan ini akan mempengaruhi perilaku membeli konsumen
selanjutnya.
Indonesia merupakan negara berkembang yang menjadi target
potensial dalam pemasaran produk, baik dari industri lokal maupun
internasional. Agar industri tersebut menuai kesuksesan di Indonesia, maka
perlu mempelajari karakter unik yang dimiliki konsumen Indonesia. Karakter
unik dalam hal ini adalah perilaku konsumen yang memiliki ciri khas
tersendiri dibandingkan dengan sebagian besar konsumen lain. Menurut
Irawan (2007), konsumen Indonesia memiliki sepuluh karakter unik, yaitu
berfikir jangka pendek, tidak terencana, suka berkumpul, gagap teknologi,
berorientasi pada konteks, suka merk luar negeri, religius, gengsi, kuat di
3
besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned. Biasanya suka
bertindak last minute. Jika berbelanja, mereka sering menjadi impulsive
buyer. Ini pernah terjadi pada banyak orang yang mengaku menyesal setelah
berbelanja suatu barang yang dikarenakan hanya ingin mengikuti mode
bahkan hanya untuk sekedar pamer. Hal tersebut sesuai dengan karakteristik
konsumen Indonesia yaitu suka berkumpul dan berfikir jangka pendek serta
melakukan pembelian tidak terencana (impulsive buying). Antara news (2011,
21 Juni) menguraikan hasil studi tren pebelanja yang dilakukan oleh Nielsen
selama Desember 2010 sampai Januari 2011 menunjukkan bahwa pebelanja
di kota-kota besar Indonesia semakin impulsif dalam melakukan pembelian.
Selain itu, studi yang dilakukan oleh Nielsen juga menunjukkan bahwa lebih
dari separuh pebelanja selalu pergi ke tempat yang sama untuk berbelanja dan
85% diantaranya memilih tempat yang terdekat dengan rumah mereka.
Selain dari fakta artikel yang disebutkan di atas, dapat juga kita lihat
di kalangan mahasiswa seperti adanya mahasiswa yang mengeluh karena
mereka mengalami tak terkendalinya pengeluaran mereka sehingga uang
mereka mudah habis yang disebabkan oleh belanja yang mereka lakukan
tanpa rencana sebelumnya. Pembelian yang tidak direncanakan atau yang
disebut dengan istilah impulsive buying atau bagi beberapa pemasar yang
menyebutnya sebagai pembelian tidak terencana merupakan bagian dari pola
pembelian konsumen (Schiffman dan Kanuk, 2004) dan menyatakan sebagai
pembelian yang tidak direncanakan (Loudon dan Bitta, 1993). Tidak
terencana berarti kegiatan untuk menghabiskan uang yang tidak terkontrol
dan kebanyakan pada barang-barang yang tidak diperlukan oleh konsumen.
Pembelian impulsif sendiri dapat dijelaskan sebagai pembelian secara
spontan dan sering tanpa perencanaan, diwarnai dorongan kuat untuk
membeli yang muncul secara tiba-tiba dan seringkali sulit ditahan. Hal itu
diiringi oleh perasaan menyenangkan serta penuh gairah. Pembelian impulsif
dianggap sebagai perilaku membeli yang “irasional”, karena meskipun
menyadari sebelumnya akan adanya kemungkinan merasakan penyesalan di
4
secara tidak terencana (produk impulsif) kebanyakan adalah produk dengan
harga murah yang tidak terduga (Semuel, 2005).
Perilaku pembelian impulsif dapat dipahami sebagai suatu proses
pengambilan keputusan dimana pelanggan hanya melibatkan sedikit proses
kognitif tetapi juga biasanya menunjukkan tingkat emosi yang tinggi.
Pembelian impulsif dilakukan tanpa direncanakan dan tanpa membuat suatu
evaluasi kebutuhan. Pembelian impulsif sering terjadi dalam situasi dengan
stimulasi yang kuat (Omar; Assael dalam Esch dkk, 2003). Pernyataan ini
didukung dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Kollat dan Willett (1969), mereka juga menggunakan istilah impulse buying
(pembelian impulsif) yang sama dengan unplanned purchased (pembelian tak
terencana). Sejalan dengan hal itu, pembelian impulsif juga seringkali
dihubungkan dengan pembelian yang dilakukan secara tiba-tiba dan tidak
direncanakan, dilakukan di tempat kejadian, dan disertai timbulnya dorongan
yang besar serta perasaan senang dan bergairah (Rook dalam Verplanken dan
Herabadi, 2001).
Meskipun tidak terencana merupakan ciri khas dari pembelian
impulsif, tapi tidak semua pembelian tidak terencana merupakan pembelian
impulsif. Pembelian impulsif terjadi ketika konsumen mengalami perasaan
tiba-tiba, sering merasakan perasaan yang sangat kuat dan berkeras hati
terhadap dorongan emosional untuk membeli sesuatu dengan segera
(Arnould, Linda, & George, 2002). Hal ini sesuai dengan hasil penelitian
yang dilakukan oleh Hatane Semuel, hasil penelitian menunjukan bahwa
terdapat perbedaan pengaruh stimulus antara format media offline dengan
media online terhadap respon emosi dan kecenderungan perilaku pembelian
impulsif. Ditemukan bahwa stimulus dari format media online memberikan
dampak respon emosi dan kecenderungan perilaku pembelian impulsif yang
lebih kuat. Hasil temuan lainnya menunjukan bahwa respon emosi
mempunyai dampak positif secara langsung terhadap kecenderungan perilaku
pembelian impulsif. Selain itu sumber daya yang dikeluarkan dapat
merupakan mediasi positif antara respon emosi dengan orientasi belanja
5
kenyamanan merupakan mediasi positif antara sumber daya yang dikeluarkan
dengan kecenderungan perilaku pembelian impulsif, sedangkan orientasi
belanja rekreasi merupakan mediasi negatif.
Pembeli impulsif lebih mungkin untuk mengalami pengalaman
membeli secara spontan, lebih terkesan secara tiba-tiba, dan tidak berencana
untuk membeli sebelumnya (Rook dan Fisher dalam Peck dan Terry, 2006).
Terdapat beberapa penelitian yang telah dilakukan mengenai pembelian yang
tidak direncanakan ini. Du Pont Inc (dalam Engel et al., 1995) misalnya,
menyatakan bahwa sebesar 61% responden tidak merencanakan sebelumnya
pembelian terhadap produk kecantikan. Selain itu studi yang dijalankan oleh
POPAI (Point-of-Purchase Advertising Institute, Engelwood, N. J., dalam
Engel et al., 1995) memperlihatkan bahwa setengah lebih dari semua
pembelian di pasar swalayan sepenuhnya tidak direncanakan - dibuat tanpa
merek atau produk spesifik dalam benak. Total 52,6% dari pembelian di toko
makanan “tidak direncanakan secara spesifik”. Serta dinyatakan bahwa dua
dari settiap tiga pembelian di pasar swalayan merupakan pembelian
berdasarkan impuls (dorongan hati). Hasil studi lain menemukan bahwa
sebanyak 39% pembelian di toko swalayan dan 67% pembelian di toko
sandang pangan tidak direncanakan (dalam Mowen & Minor, 2002).
Pembelian yang tidak terencana tidak membatasi pada produk atau
latar toko eceran tertentu. Termasuk pada saat seorang penjual menawarkan
suatu produk kepada calon konsumen. Dimana sebenarnya produk tersebut
terkadang tidak terpikirkan oleh konsumen sebelumnya. Barang-barang yang
dibeli secara tidak terencana (produk impulsif) kebanyakan adalah produk
dengan harga murah yang tidak terduga. Saat ini terdapat beraneka ragam
produk impulsif dipasaran yang mempengaruhi sikap seseorang terhadap pola
pembelian dan pemenuhan kebutuhan yang semakin meningkat. Menurut
Hatane (2005) produk impulsif kebanyakan adalah produk-produk baru,
contohnya produk dengan harga murah yang tidak terduga.
Selanjutnya pengaturan lingkungan fisik toko yang baik dapat
meningkatkan pembelian yang tidak direncanakan atau pembelian impulsif.
6
untuk mengatur dan menaruh barang dagangan. Pengaturan barang menurut
produk yang paling diinginkan para retailer untuk dijual pada konsumen,
menggambarkan bagaimana lingkungan fisik dapat mempengaruhi perilaku
konsumen yang mengubah keyakinan dan perasaan konsumen. Menurut
Sutisna (2002), para peneliti telah menemukan bahwa stimuli seperti warna,
suara, cahaya, cuaca dan pengaturan ruang dari orang dan obyek lain
mempengaruhi perilaku konsumen. Kesemuanya akan mempengaruhi
persepsi konsumen melalui mekanisme penglihatan, pendengaran,
penciuman, dan sentuhan. Sutisna menambahkan bahwa tata letak rak
pajangan (aspek display) di dalam toko akan mempengaruhi perilaku
pengunjung. Penempatan item produk secara berkesibambungan berdasarkan
kategori produk akan juga mempengaruhi perilaku konsumen (Sutisna, 2002).
Pemajangan dan pengaturan berbagai macam produk yang ditata sedemikian
rupa apiknya akan mampu menarik perhatian pengunjung yang datang.
Sebagai contoh, agar mencolok, produk biasanya ditata dekat pintu masuk
atau meletakkan produk setinggi pandangan mata.
Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Samosir (2009) dengan
judul “Analisis Pengaruh antara Layout (tata letak) terhadap Pembelian
Impulsif pada Outlet Indomaret Jamin Ginting Medan”, diketahui adanya
pengaruh yang positif dan signifikan dari variabel layout terhadap pembelian
impulsif dengan persamaan regresi Y = 2,936 + 0,370 X + e dan nilai
koefisien determinasi sebesar 0,765 yang berarti pengaruh layout terhadap
pembelian impulsif adalah sebesar 76,5%.
Hal yang berkaitan dengan lingkungan toko di atas juga didukung
oleh penelitian Hatane (2005) yang telah melakukan penelitian persamaan
koefisien estimasi stadar mengenai “Respons Lingkungan Berbelanja sebagai
Simulus Pembelian Tidak Terencana pada Toko Serba Ada (Toserba)
Carefour Surabaya”. Dari hasil penelitiannya terlihat bahwa variabel respons
lingkungan dominance (perasaan yang direspons konsumen saat
mengendalikan atau dikendalikan oleh lingkungan) koefisien regresinya
bernilai positif (dengan nilai statistik t = 7,50) dan sangat signifikan (nilai t >
7
Dalam menghadapi konsumen yang cenderung melakukan impulsive
buying maka industri/produsen harus menjalankan pelayanan yang lebih
fleksibel. Untuk strategi pemasaran, kegiatan promosi penjualan oleh pihak
perusahaan harus mampu membangkitkan rasa keingin-tahuan konsumen
akan produk yang ditawarkan dan kemudian juga dapat memancing hasrat
mereka untuk membeli produk-produk tersebut. Hal ini didukung oleh
penelitian Hatane (2006) tentang “Bentuk Format Media Iklan sebagai
Stimulus Respon Emosi dan Kecenderungan Perilaku Pembelian Impulsif”,
dalam penlitian ini didapatkan hasil yang menunjukkan adanya perbedaan
pengaruh stimulus antara media iklan offline dengan media iklan online.
Media iklan online dengan audiovisual dan teks gambar yang ada, memiliki
pengaruh stimulus yang lebih kuat secara total terhadap respon emosi
maupun kecenderungan perilaku pembelian impulsif, karena calon konsumen
membutuhkan informasi yang lebih lengkap mengenai produk yang diingini.
Temuan Semuel ini berikutnya adalah orientasi belanja, kenyamanan
rekreasi, memiliki peran mediasi antara emosi dan kecenderungan perilaku
pembelian impulsif sehingga seseorang dalam berperilaku sebagai pembeli
online, tidak hanya dipengaruhi oleh respon emosi secara langsung namun
juga terdapat proses kognitif melalui orientasi belanja yang dimilikinya.
Selain itu, tidak ada pengaruh umur, uang belanja bulanan, maupun jenis
kelamin terhadap perilaku pembelian impulsif pembeli offline yang hanya
menggunakan iklan brosur.
Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti mengangkat judul studi
tentang faktor-faktor yang mempengaruhi impulsive buying.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam
penelitian ini faktor manakah yang dominan yang mempengaruhi impulsive
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan adalah untuk mengetahui faktor yang dominan mempengaruhi
impulsive buying berdasarkan urutannya dan mendapatkan bukti empirik
faktor yang dominan mempengaruhi impulsive buying.
D. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis
Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat pada pengembangan
ilmu psikologi khususnya psikologi konsumen.
2. Secara Praktis
Diharapkan dari hasil penelitian ini nantinya dapat memberikan informasi
dan masukan tentang faktor apakah yang dominan diantara faktor-faktor
STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPULSIVE BUYING
SKRIPSI
OLEH:
RINI MEGA WARDANI 06810012
FAKULTAS PSIKOLOGI
LEMBAR PERSETUJUAN
1. Judul Skripsi : Studi tentang faktor-faktor yang mempengaruhi
impulsive buying
2. Nama Peneliti : Rini Mega Wardani
3. NIM : 06810012
4. Fakultas : Psikologi
5. Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
6. Waktu Penelitian : 13 Juni 2011 – 18 Juni 2011
7. Tanggal Ujian : 12 Agustus 2011
Malang, 22 Agustus 2011
Pembimbing I Pembimbing II
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi Studi tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying
Skripsi telah diuji oleh Dewan Penguji
Tanggal : 12 Agustus 2011
Dewan Penguji
Ketua Penguji : Dra. Djudiyah, M.Si _______________
Anggota Penguji : 1. Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si _______________
2. Drs. Tulus Winarsunu, M.Si _______________
3. Tri Muji Ingarianti, S.Psi, M.Psi _______________
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
SURAT PERNYATAAN Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : Rini Mega Wardani
NIM : 06810012
Fakultas/Jurusan : PSIKOLOGI
Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang
Menyatakan bahwa skripsi/karya ilmiah yang berjudul :
“Studi tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying ”
1. Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali
dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah
disebutkan sumbernya.
2. Hasil tulisan karya ilmiah/skripsi dari penelitian saya lakukan merupakan
Hak bebas Royalti non eksklusif, apabila digunakan sebagai sumber
pustaka.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai
dengan undang-undang yang berlaku.
Malang, 22 Agustus 2011
Mengetahui,
Ketua Program Studi Yang Menyatakan,
KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat
dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul
“Studi tentang Faktor-faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying”. Shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan, suri tauladan Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa umat Islam dari kegelapan menuju cahaya Islam.
Skripsi ini merupakan salah satu syarat akademik untuk menyelesaikan studi
pada Fakultas/jurusan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.
Dalam mengerjakan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan kendala, namun
atas bimbingan, masukan dan dorongan dari berbagai pihak maka penulisan skripsi
ini dapat terselesaikan.
Pada kesempatan ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada:.
1. Bapak Drs. Tulus Winarsunu, M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Ibu Dra. Djudiyah, M.Si selaku Dosen Pembimbing I atas kesempatan yang
telah diberikan dan telah membimbing, memberikan masukan, serta
kontribusi kepakaran beliau hingga terselesaikannya skripsi ini.
3. Bapak Zakarija Achmat, S.Psi, M.Si selaku Dosen Pembimbing II yang telah
banyak memberikan bimbingan, memberikan masukan, serta kontribusi
kepakaran beliau hingga terselesaikannya skripsi ini.
4. Bapak M. Salis Yuniardi, S.Psi, M.Psi selaku dosen wali yang telah
mendukung dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga
selesainya skripsi ini.
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi terima kasih untuk bantuan dan dukungan
dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Mama, Kakak dan keluarga tercinta di Banjarmasin yang merupakan sumber
semangat dan dukungan tiada akhir baik moril maupun materil serta doa yang
tiada henti untuk penulis.
7. Special thanks to my “DR”, you and your support be a important part in my
8. Teman-teman angkatan 2006 khususnya Kelas F (Wibi, Eki, Mba Selly, Mba
Ritna, Gerry, Puput, Clara, Nia, Shelly, Nisa, Dina, Iid, Yayie, Fitri, Dewi,
Hamka, Yoga) dan Lily yang selalu memberi semangat sehingga penulis
terdorong untuk menyelesaikan skripsi ini.
9. Penghuni Kost Puri Kharisma Putri Eksklusif, khususnya: Ka Pipit, Ka Dara,
Mimi, Putsan, Lidya, Dian yang selalu memberi semangat kepada penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
10.Semua pihak yang tidak disebutkan satu persatu, yang telah banyak memberi
bantuan pada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari tiada satupun karya manusia yang sempurna, sehingga
kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski
demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi peneliti
khususnya dan pembaca pada umumnya.
Wassalammualaikum Wr. Wb.
Malang, 22 Agustus 2011
Penulis
Rini Mega Wardani
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
INTISARI ... x
ABSTRAKSI ... xi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9
A. Pengertian Impulsive Buying ... 9
B. Karakteristik Impulsive Buying ... 12
C. Elemen Impulsive Buying ... 12
D. Tipe-tipe Impulsive Buying ... 13
E. Faktor-faktor yang mempengaruhi Impulsive Buying... 14
BAB III METODE PENELITIAN ... 15
A. Rancangan Penelitian ... 15
B. Variabel Penelitian ... 15
C. Definisi Operasional ... 16
D. Populasi dan Sampel ... 17
E. Jenis Data dan Instrumen Penelitian ... 18
F. Prosedur Penelitian ... 23
G. Validitas dan Reliabilitas ... 24
H. Metode Analisa Data ... 29
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 30
B. Analisis Data ... 31
C. Pembahasan ... 31
BAB V PENUTUP ... 38
A. Kesimpulan ... 38
B. Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 40
DAFTAR TABEL
Nomer Tabel Halaman
Tabel 3.1 : Skor untuk jawaban pernyataan pada Skala Likert ... 19
Tabel 3.2 : Blue Print Impulsive Buying ... 21
Tabel 3.3 : Blue Print Impulsive Buying setelah Try Out ... 21
Tabel 3.4 : Skor untuk jawaban pernyataan pada Skala Guttman ... 22
Tabel 3.5 : Blue Print Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying ... 23
Tabel 3.6 : Blue Print Faktor yang Mempengaruhi Impulsive buying setelah Try Out ... ... 23
Tabel 3.7 : Uji Validitas Skala Likert ... 27
Tabel 3.8 : Uji Validitas Skala Guttman ... 27
Tabel 3.9 : Uji Reliabilitas Keseluruhan ... 29
Tabel 4.1 : Tabel Kecenderungan Impulsive Buying ... 30
Tabel 4.2 : Kecenderungan Impulsive Buying berdasarkan Jenis Kelamin... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Pengantar dan Petunjuk Pengisian Skala, Skala Impulsive Buying dan Skala Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying
a. Pengantar & Petunjuk Pengisian Skala I ... 44
b. Skala Impulsive Buying ... ... 45
c. Pengantar & Petunjuk Pengisian Skala II ... 48
d. Skala Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying ... 49
Lampiran 2. Data dan Hasil Uji Coba Skala Impulsive Buying a. Data Uji Coba Skala Impulsive Buying ... 52
b. Hasil Uji Coba Skala Impulsive Buying ... 58
Lampiran 3. Data dan Hasil Uji Coba Skala Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying a. Data Uji Coba Skala Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying ... ... 68
b. Hasil Uji Coba Skala Faktor yang Mempengaruhi Impulsive Buying ... ... 72
Lampiran 4. Data dan Hasil Analisis Data Penelitian a. Data Screening ... 79
b. Data Hasil Screening ... 91
DAFTAR PUSTAKA
Alma, B. (2009). Manajemen pemasaran dan pemasaran jasa. Bandung: Alfabeta.
Arikunto, S. (2006). Prosedur penelitian suatu pendekatan praktis (Edisi VI). Jakarta: Rineka Cipta.
Assael, H. (1984). Consumer behavior and marketing action. (second Edition). New York University. Kent Publishing Company. Boston, Massachussetts.
Azwar, S. (2008). Reliabilitas dan validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2007). Sikap manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
_______. (2007). Penyusunan skala psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Chaplin, J.P. (2006). Kamus lengkap psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Cobb, C. J., & hoyer, W. D. (1986). A planned versus impulse purchase behavior. Journal of retailing. Volume 62,Winter. Diakses tanggal 23 Desember 2011.
Engel, J.F., Blackwell, R.D., & Miniard, P.W. (1995). Perilaku konsumen – Jilid 2 (Edisi keenam). Jakarta Barat: Binarupa Aksara.
Ferrinadewi, E. (2008). Merek & psikologi konsumen implikasi pada strategi pemasaran. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Harmadini, F. 1 November 2010. Lima trik menghindari belanja secara impulsif. http://kompasfemale.google.com
Hawkins, D., Best, R., & Coney, K. (2004). Consumer behavior – building marketing strategy. United States. Mc. GrawHill.
Kerlinger, Fred N. (2004). Asas-asas penelitian behavioral. Yogyakarta: UGM Press.
Kollat, D. T., & Willet, R. P. 1969. Is impulse purchasing really a useful concept for marketing decisions?. (Online). Diakses tanggal 23 Desember 2011 melalui http://www.jsfor.org/pss/1248750.
Kotler, P. & Amstrong, G. (2003). Dasar-dasar pemasaran. Jakarta: Indeks Kelompok Gramedia.
Loudon L. David & Bitta Delia J. Albert. (1979). Consumer behavior concepts and applications. United States of America. Mc. GrawHill.
Mowen, J.C. (2002). Perilaku konsumen – Jilid 1 (Edisi kelima). Jakarta: Erlangga.
Panggabean, R. 21 Juni 2011. Pebelanja indonesia makin impulsif. http://antaraNews.google.com
Poerwanti, E. (1998). Dimensi-dimensi riset ilmiah. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang Press.
Rakhmat, J. (2009). Psikologi komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya..
Rook, W. D. (1987). The buying impulse. Journal of Consumer Research, 14 September.
Semuel, H., (2007). Pengaruh stimulus media iklan, uang saku, usia dan gender terhadap kecenderungan perilaku pembelian impulsif. (Studi kasus produk
pariwisata). (Online). Diakses tanggal 16 Desember 2011 melalui
http://www.petra.ac.id/-puslit/journals/pdf.php?Publisherd ID= MAR07020104.
_______. 20 September 2006. Bentuk format media iklan sebagai stimulus respon
emosi dan kecenderungan perilaku pembelian impulsif. Disertasi.
(www.prasetya.brawijaya.ac.id).
________. September 2005. Respon lingkungan berbelanja sebagai stimulus pembelian tidak terencana pada toko serba ada (Toserba). Vol 7/No.2. (http://puslit.petra.ac.id).
Setiadi, N. J. (2008). Perilaku konsumen konsep dan implikasi untuk strategi dan penelitian pemasaran. Jakarta: Prenada Media Group.
Solomon, M.R. (1999). Consumet behavior – buying, having and being. New Jersey: Prentice Hall.
Stanton, W.J. – Alih Bahasa: Lamato. Y., (1985). Prinsip Pemasaran. Jakarta: Erlangga.
Sugiyono. (2008). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Swastha, B. & Irawan. (2001). Manajemen pemasaran modern. Yogyakarta: Liberty.
Syah, M. (2007). Psikologi belajar. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Winardi. (1991). Marketing dan perilaku konsumen. Bandung: Refika Aditama.
Winarsunu, T. (2006). Statistik dalam penelitian psikologi dan pendidikan. Malang: UMM Press.