• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN

SKRIPSI

DHIMAS GOBANG PUJANGGA

09810104

FAKULTAS PSIKOLOGI

(2)

TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Muhammadiyah Malang sebagai Salah Satu Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

DHIMAS GOBANG PUJANGGA

09810104

FAKULTAS PSIKOLOGI

(3)

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI

TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN

Yang disiapkan dan disusun oleh:

Nama : Dhimas Gobang Pujangga

Nim : 09810104

Fakultas : Psikologi

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Waktu Penelitian : 29 Mei – 9 Juni 2015

Skripsi ini telah diuji oleh dewan penguji pada tanggal 28 Agustus 2015. Dewan Penguji:

Ketua penguji : Hudaniah, S. Psi., M. Si. ( )

Anggota penguji : Tri Muji Ingarianti, M. Psi. ( )

Susanti Prasetyaningrum, M.Psi ( )

Istiqomah, S.Psi., M.Si ( )

Pembimbing I Pembimbing II

Hudaniah, S. Psi., M. Si. Tri Muji Ingarianti, M. Psi.

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Dhimas Gobang Pujangga

Nim : 09810104

Fakultas / Jurusan : Psikologi

PerguruanTinggi : Universitas Muhammadiyah Malang Menyatakan bahwa skripsi / karya ilmiah yang berjudul :

“ Tujuan Hidup Remaja Pelaku Kenakalan “

Adalah bukan karya orang lain baik sebagian maupun keseluruhan kecuali dalam bentuk kutipan yang digunakan dalam naskah ini dan telah disebutkan sumbernya. Hasil skripsi / karya ilmiah dari penelitian yang saya lakukan merupakan hak bebas

royalty noneksekutif, apabila digunakan sebagai sumber pustaka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan apabila pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia mendapat sanksi sesuai dengan undang-undang yang berlaku.

Mengetahui, Malang, 12 Agustus 2015

Ketua Program Studi Yang Menyatakan,

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah- Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan Judul ”Tujuan Hidup Remaja Pelaku Kenakalan “ sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana psikologi di Universitas Muhammadiyah Malang.

Dalam proses penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan arahan serta bantuan yang bermanfaat dari berbagai pihak. Maka dari itu, dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – besarnya kepada :

1. Dra. Tri Dayakisni, M. Si. Selaku dekan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Hudaniah, S.Psi, M.Si selaku sebagai Pembimbing I yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat berguna, hingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Tri Muji Ingarianti, M.Psi selaku Pembimbing II yang juga telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan arahan yang sangat bermanfaat bagi skripsi ini.

4. Siti Suminarti Fasikhah, Dra. M.Si dan Adhyatman Prabowo, S.Psi., M.Psi selaku dosen wali yang selalu memotivasi dan memberi pengarahan sejak awal perkuliahan hingga selesainya skripsi ini serta dosen–dosen Fakultas Psikologi yang telah membimbing dan memberi ilmu.

5. Pihak–pihak sekolah terkait yang telah membantu penulis menyebar skala kepada murid – murid nya untuk pelaksanaan pengumpulan data.

6. Bapak, Ibu dan Kakakku yang tak pernah henti memberikan dukungan, doa dan kasih sayang sehingga penulis memiliki motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

7. Teman–teman kost Pondok Harapan Indah blok H no 178 yang selalu memberi semangat dan motivasi untuk menyelesaikan skripsi.

8. Winda Ayu Bestari, Bifi Abdul Malik dan Diny Norahmasari yang membantu penulis untuk menyelesaikan proses skripsi ini serta memberikan dukungan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman–teman angkatan 2009 khususnya kelas B yang selalu memberikan semangat sehingga penulis lebih termotivasi untuk menyelesaiakan skrispsi ini. 10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah banyak

(6)

Penulis menyadari masih ada kurangnya pada karya tulis yang berupa skripsi ini, sehingga kritik dan saran demi perbaikan karya skripsi ini sangat penulis harapkan. Meski demikian, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi khususnya dan pembaca pada umumnya.

Malang, 12 Agustus 2015 Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman Sampul ... i

Halaman Judul... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Surat Pernyataan... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... viii

Daftar Lampiran ... ix

Abstrak... 1

Pendahuluan ... 2

Landasan teori ... 5

Metode Penelitian ... 8

Hasil Penelitian ... 12

Diskusi ... 14

Simpulan dan Implikasi ... 17

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Kategori Kenakalan Remaja ... 10 Tabel 2. Identifikasi Subjek ... 12 Tabel 3. Perhitungan T-score tujuan hidup secara keseluruhan ... 12 Tabel 4. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan

berdasarkan rentang usia remaja ... 13 Tabel 5. Perhitungan T-score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan

berdasarkan jenis kelamin ... 13 Tabel 6. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan

berdasarkan asal sekolah... 13 Tabel 7. Perhitungan T- score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan

berdasarkan pekerjaan orang tua ... 14 Tabel 8. Perhitungan T-score tujuan hidup remaja pelaku kenakalan

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Skrining Remaja ... 21

Skala ... 24

Blueprint skala ... 28

Data rekapitulasi... 29

Validitas skala ... 51

Reliabilitas skala ... 52

Analisis data ... 53

(10)

TUJUAN HIDUP REMAJA PELAKU KENAKALAN

Dhimas Gobang Pujangga

Fakultas Psikologi, Universitas Muhammadiyah Malang

gobangpujangga@gmail.com

Kenakalan remaja semakin memprihatinkan dari waktu ke waktu. Hal ini dapat terjadi karena kurangnya pemahaman terhadap tujuan hidup. Tujuan hidup adalah sesuatu yang menjadi pilihan memberi nilai khusus, serta dijadikan tujuan dalam hidup remaja. Tujuan hidup mempunyai peranan yang sangat penting untuk mendapatkan kebermaknaan hidup.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tentang gambaran-gambaran tujuan hidup remaja pelaku kenakalan. Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data menggunakan screening kategori kenakalan remaja dan skala yang telah distandarisasikan yaitu PIL (Purpose in Life) Test. Subjek yang digunakan adalah remaja yang berumur 16-21 tahun. Hasil penelitian diperoleh dari 349 subjek yang telah di teliti menunjukan bahwa 202 subjek memiliki tujuan hidup yang rendah dan 147 subjek memiliki tujuan hidup yang tinggi.

Kata Kunci : Tujuan Hidup, Remaja Pelaku Kenakalan.

Juvenile delinquency has become increasingly serious over time. This can occur because of a lack of understanding of the purpose of life. The purpose of life is something that is a choice to give a special value as well as a goal in life. The purpose of life has a very important role to get the meaningfulness of life. The purpose of this research is to know about the images of life goals delinquency juvenile offenders. The method used is the method of data collection using screening categories of juvenile delinquency and scale standardized tests that PIL (Purpose In Life) Test. Subjects used were adolescents aged 16-21 years. The results were obtained from 349 subjects who have researched showed that 202 subjects had lower life goals and 147 subjects had a higher purpose in life.

(11)

Kenakalan pada anak merupakan sebuah perilaku yang sering kali di keluhkan oleh orang tua ataupun keluarga. Anak dikatakan nakal ketika ia melakukan suatu perilaku yang melanggar dari norma aturan yang berlaku dalam suatu lingkungan. Masa remaja tidak hanya menyangkut perubahan tubuh, namun juga mencakup perubahan psikologis (mengenai pengembangan kepribadian, pencarian identitas diri, nilai-nilai pribadi, komitmen, harapan, dan keinginan). Remaja merupakan masa peralihan antara masa awal anak dan masa awal dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 22 tahun. Pada masa remaja memang masa dimana seseorang bisa berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak.

Kenakalan remaja saat ini memang sangat perlu untuk diperhatikan secara khusus bagi orang tua. Banyak kasus-kasus remaja yang terjadi dari kenakalan remaja ringan hingga kenakalan remaja yang tinggi. Sehingga berdampak merugikan pada dirinya sendiri.

Kenakalan tentunya bisa saja dihindari jika remaja sendiri mempunyai tujuan dalam hidupnya hingga berfikiran memaknai hidup secara tinggi, sehingga terjadi dorongan keinginan untuk merubah diri menjadi lebih baik dan menjadikan kondisi yang nyaman hingga remaja tersebut tidak melakukan prilaku yang menyimpang hingga disebut kenakalan remaja.

Hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI 2007) menunjukkan jumlah remaja di Indonesia mencapai 30 % dari jumlah penduduk, jadi sekitar 1,2 juta jiwa. Hal ini tentunya dapat menjadi asset bangsa jika remaja dapat menunjukkan potensi diri yang positif namun sebaliknya akan menjadi petaka jika remaja tersebut menunjukkan perilaku yang negatif bahkan sampai terlibat dalam kenakalan remaja.(Bkkbn.go.id, 2011).

Akan tetapi fakta yang ada dalam kenyataanya seperti dikutip dari beberapa media pemberitaan dari tahun ke tahun yakni:

Tulungagung,-186 pelajar di Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, disinyalir pernah menjalin hubungan seks bebas sebelum pernikahan. Perilaku terkuak dari hasil temuan Lembaga Peduli Anak (LPA) Tulungagung. Dari total responden 19.279 siswa, terungkap, sebanyak 186 siswa di daerah tersebut pernah melakukan hubungan seks bebas pra nikah. Responden yang diambil LPA meliputi pelajar di jenjang pendidikan tingkat SMP, MTs, SMA dan MA. "Kita akan sampaikan data tentang anak sekolah yang pernah melakukan hubungan seks bebas ini kepada Komisi Perlindungan Anak (KPA)," ujar Winny Isnaini, SSi, Direktur LPA Tulungagung (News.detik.com, 2007).

(12)

Tulungagung,-Satuan Pamong Praja (Satpol PP) Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, menggelar razia pelajar bolos di sejumlah warung kopi maupun kafe remang-remang yang ada di sekitar wilayah kota setempat, Rabu. Kepala Satpol PP Tulungagung Soeroto mengatakan, razia yang mereka gelar mulai pukul 10.00 WIB hingga 13.00 WIB tersebut setidaknya berhasil menemukan tujuh pelajar bolos yang semuanya masih mengenakan seragam sekolah. (Antarajatim.com, 2012).

Tulungagung,-Satuan Reserse Narkoba Polres Tulungagung, Jawa Timur, Minggu, menangkap tiga pemuda, dua di antaranya masih di bawah umur, dalam sebuah operasi penggerebekan sindikat pengedar narkoba jenis dobel-L (LL) di kalangan pelajar setempat. Tiga pemuda yang tertangkap tangan mengedaran psikotropika itu masing-masing berinisial IN (17), MRF (15), serta MBA (18). Remaja asal Kecamatan Ngunut dan Kalidawir diringkus unit buru sergap Satreskoba Polres Tulungagung saat melakukan transaksi dengan sejumlah remaja lain yang sengaja diumpan sebagai pembeli. (Antarajatim.com, 2014).

Tulungagung,-angka kenakalan remaja semakin meningkat, dari perilaku menyimpang sampai tindakan kriminalitas. Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur mengamankan sedikitnya lima pelajar SMP dan SMA yang kedapatan pesta minuman keras (miras). Kelima remaja yang rata-rata masih di bawah 17 tahun tersebut sempat diamankan di Kantor Satpol PP Tulungagung. (Antarajatim.com, 2014).

Istilah kenakalan remaja (juvenil delinquency) mengacu pada suatu yang luas, dari tingkah laku yang tidak bisa diterima secara sosial, pelanggaran status hingga tindakan kriminal. Kenakalan remaja merupakan gejala sakit (patologis) secara sosial pada remaja yang disebabkan oleh satu bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka mengembangkan bentuk tingkah laku yang menyimpang. Kartono (1988 ) mengatakan remaja yang nakal itu disebut pula sebagai anak cacat sosial. Mereka menderita cacat mental disebabkan oleh pengaruh sosial yang ada ditengah masyarakat, sehingga perilaku mereka dinilai oleh masyarakat sebagai suatu kelainan dan disebut “kenakalan”.

Untuk mengetahui latar belakang perilaku menyimpang perlu membedakan adanya perilaku menyimpang yang tidak disengaja dan yang disengaja, diantaranya karena si pelaku kurang memahami aturan-aturan yang ada. Sedangkan perilaku yang menyimpang yang disengaja, bukan karena si pelaku tidak mengetahui aturan. Hal yang relevan untuk memahami bentuk perilaku tersebut, adalah mengapa seseorang melakukan penyimpangan, sedangkan ia tahu apa yang dilakukan melanggar aturan.

(13)

Menurut bentuknya, Sunarwiyati dalam Sarwirini (2011) membagi kenakalan anak dan remaja ke dalam tiga tingkatan: (1) Kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, (2) Kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin, (3) Kenakalan khusus seperti penyalah gunaan narkotika, hubungan seks di luar nikah, pemerkosaan dan lain-lain.

Untuk melakukannya penyimpangan tersebut tentunya ada penyebabnya. Adapun penyebab kenakalan remaja antara lain: identitas negatif, kontrol diri rendah, usia , jenis kelamin, harapan yang rendah, niai nilai rendah, pengawasan rendah dari orang tua, dukungan yang rendah dari orang tua, penerapan disiplin tidak efektif, pengaruh buruk dari teman sebaya, status sosial ekonomi rendah, pengaruh kualitas lingkungan dan tempat tinggal yang buruk (Santrock, 2011).

Semua orang tentunya memiliki tujuan dalam hidupnya atau hal yang ingin kita capai dalam hidup. Semakin cepat kita mengetahui apa yang kita capai dalam hidup kita, akan semakin cepat pula kita memulai usaha untuk meraih tujuan tersebut. Oleh karena itu, sangat penting kita mengetahui apa yang ingin kita capai dalam hidup kita semenjak kita masih berusia remaja.

Bagi pelaku kenakalan remaja sangatlah penting memiliki tujuan hidup untuk melanjutkan kehidupannya agar mereka tidak mengulang melakukan penyimpangan prilakunya. Tujuan hidup sangat bermanfaat bagi kita secara personal, kita bisa mengkonsep, merangkai pola pola hidup serta menata hidup kita untuk terus selalu berkembang jauh lebih baik, hingga menjadikan kita sebagai manusia berkualitas. Tujuan hidup pula yang memberikan panduan dan kerangka berpikir untuk mengambil keputusan–keputusan penting dalam hidup kita. Menurut aristoteles tujuan terakhir manusia adalah meraih kebahagiaan. Hill, (2010) juga bependapat bahwa memiliki tujuan hidup memberikan satu landasan dan arah bagi kehidupan, dan menyebabkan meningkatnya kebahagiaan.

Banyak penelitian sebelumnya yang memaparkan gambaran-gambaran tentang tujuan hidup pada remaja yang diukur dengan (PIL test) Purpose In life Test antara lain:

Menurut penelitian Nandy, Ghosh, Adhikari, (2012) hilangnya makna hidup biasanya tercermin melalui rendah skor PIL test. Pada penelitian ini telah menunjukkan hubungan yang kuat antara tujuan hidup yang rendah atau makna skor hidup dan perilaku menyimpang seperti gangguan kejiwaan, kenakalan, kecanduan narkoba dan alkohol.

(14)

Hasil penelitian yang dilakukan Molasso, (2006) yang mengeksplorasi dari 354 mahasiswi perguruan tinggi dirancang untuk menentukan apakah ada hubungan antara aktivitas siswa di kampus perguruan tinggi dan tujuan hidupnya, dengan menggunakan model yang didasarkan pada psikolog Viktor Frankl, penelitian telah menunjukkan bahwa memiliki rasa tujuan hidup atau makna dalam hidup adalah prediktor kuat dan konsisten kesejahteraan psikologis.

Penilitian yang dilakukan Winanda, (2013) dari 50 subjek rentang usia adalah remaja (10-21 tahun) laki-laki dan perempuan yang telah putus sekolah. Menunjukan terdapat skor tinggi pada aspek “tujuan hidup” yakni 40 subjek dan memiliki skor rendah di aspek “kepantasan hidup” berjumlah 33. Dan ditinjau dari pendidikan terakhir (SD , SMP) yang ditempuh terdapat perbedaan tujuan hidup. Kemudian ditinjau dari rentang usia, remaja akhir memiliki tujuan hidup yang tinggi dari pada remaja awal.

Melihat hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, banyak gambaran tentang kebermaknaan hidup dan tujuan hidup pada remaja. Dengan pembahasan yang jelas seperti diatas, penelitian ini bertujuan ingin mengetahui gambaran tentang tujuan hidup (purpose in life) khususnya bagi remaja pelaku kenakalan di Tulungagung.

Manfaat yang diperoleh dari penelitian tersebut mempunyai dua manfaat: Manfaat praktis yang hasil penelitianya diharapkan bisa memberi masukan dan dorongan untuk meraih tujuan hidup bagi remaja pelaku kenakalan di Kabupaten Tulungagung. Manfaat teoritis yaitu hasil ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan khususnya bidang Psikologi yang berkaitan dengan pencarian tujuan hidup remaja pelaku kenakalan.

Tujuan Hidup

Tujuan hidup adalah aspek terpenting dalam makna hidup atau bisa disebut juga aspek yang membangun kebermaknaan hidup. Makna hidup adalah suatu yang luas dan dimana tujuan hidup ada didalamnya. Sebenarnya makna dan tujuan hidup bisa dibedakan artianya, makna hidup adalah pandangan manusia untuk memaknai hidupnya secara luas dan bersifat subjektif. Kemudian tujuan hidup bersifat lebih objektif dan lebih kongkrit. Jadi bisa dibedakan apa arti makna hidup dan tujuan hidup akan tetapi makna dan tujuan hidup itu memang sangat erat sekali kaitanya.

Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan (the purpose in life). Tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi. Mengingat antara makna hidup dan tujuan hidup tidak dapat dipisahkan. Makna hidup bermula dari sebuah visi kehidupan, harapan dan tujuan hidup merupakan alasan kenapa individu harus tetap hidup (Bastaman, 2007).

(15)

makna hidup seseorang. Aspek-aspek yang digunakan untuk mengukur tinggi-rendahnya makna hidup tersebut, antara lain :

1. Tujuan hidup, yaitu sesuatu yang menjadi pilihan, memberi nilai khusus serta dijadikan tujuandalam hidupnya.

2. Kepuasan hidup, yaitu penilaian seseorang terhadap hidupnya, sejauhmana ia bisa menikmati dan merasakan kepuasan dalam hidup dan aktivitas-aktivitas yang dijalaninya.

3. Kebebasan, yaitu perasaan mampu mengendalikan kebebasan hidupnya secara bertanggung jawab.

4. Sikap terhadap kematian, yaitu bagaimana seseorang berpandangan dan kesiapannya menghadapi kematian. Orang yang memiliki makna hidup akan membekali diri dengan berbuat kebaikan, sehingga dalam memandang kematian akan merasa siap untuk menghadapinya.

5. Pikiran tentang bunuh diri, yaitu bagaimana pemikiran seseorang tentang masalah bunuh diri. Bagi orang yang mempunyai makna hidup akan berusaha menghindari keinginan untuk melakukan bunuh diri atau bahkan tidak pernah memikirkannya.

6. Kepantasan hidup, pandangan seseorang tentang hidupnya, apakah ia merasa bahwa sesuatu yang dialaminya pantas atau tidak.

Menurut Bastaman (2005) faktor-faktor untuk menemukan kebermaknaan hidup atau yang disebut “Panca Cara Temukan Makna” yaitu :

1. Pemahaman pribadi, dengan mengenali kelebihan-kelebihan dan kelemahan-kelemahan diri secara objektif, baik yang potensial maupun yang sudah teraktualisasi.

2. Bertindak positif, dengan cara membiasakan diri melakukan tindakan-tindakan yang baik dan bermanfaatsehingga akan memberikan dampak positif pula terhadap perkembangan pribadi dan kehidupan sosial.

3. Pengakraban hubungan, dengan membina hubungan yang akrab dengan orang lain sehingga dihayati sebagai hubungan yang dekat, mendalam, saling percaya dan saling memahami.

4. Nilai-nilai kreatif, bekerja dan berkarya serta melaksanakkan tugas dengan keterlibatan dan tanggung jawab penuh pada pekerjaan. Intinya cara menemukan makna hidup bukan dari pekerjaanya, melainkan sikap dan cara kerja yang mencerminkan keterlibatan pribadi pada pekerjaan.

5. Nilai-nilai penghayatan, dengan cara mencoba memahami, meyakini dan menghayati berbagai nilai yang ada dalam kehidupan, seperti kebenaran, keindahan, kasih sayang, kebajikan dan keimanan.

6. Nilai-nilai bersikap, dengan cara bersikap iklas dan tawakal jika dihadapkan dengan suatu masalah atau keadaan buruk yang tidak dapat dihindari.

7. Ibadah, dengan cara melaksanakan perintah tuhan dan mencegah diri dari melakukan hal-hal yang dilarang –nya menurut ketentuan agama.

(16)

dihadapkan pada suatu penderitaan dan menyadari bahwa ada hikmah di balik penderitaan serta mencintai dan menerima cinta.

Karakteristik Makna Hidup menurut Frankl (Bastaman, 1996) ada beberapa karakteristik dari makna hidup, yaitu:

1. Sifatnya unik dan personal artinya apa yang dianggap bermakna dan penting bagi individu belum tentu menjadi sesuatu yang bermakna dan penting bagi individu lain.

2. Makna hidup sifatnya konkrit dan spesifik maksudnya, dapat dapat ditemukan dalam pengalaman dan kehidupan nyata sehari-hari. Tidak selalu dalam renungan-renungan filosofis.

3. Makna hidup bersifat memberi pedoman dan arah terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan sehingga makna hidup seakan-akan menantang (chalenging) dan mengundang (inviting) individu untuk memenuhinya.

Kemudian menurut Crumbaugh & Maholick (Koeswara, 1987) yang dimana tokoh yang menciptakan (PIL) testpurpose in lifetest, mengatakan kekurangan makna hidup bisa menjadi sebab maupun akibat kondisi depresi, baik dari kekurangan makna maupun kondisi depresi yang bisa ditimbulkan oleh penyebab-penyebab lain.

Makna hidup harus dicari dan ditemukan, ketidak berhasilan menemukan makna hidup akan juga berdampak pada diri individu. Menurut Frankl (Bastaman, 2005) menjelaskan bahwa hidup tidak bermakna bukanlah suatu penyakit, melainkan semacam kondisi kehidupan manusia yang dapat menjelmakan gangguan, antara lain:

1. Neurosis, di tandai dengan gejala bosan, hampa, putus asa, kehilangan minat dan inisiatif, kehilangan arti dan tujuan hidup, gairah kerja menurun.

2. Sikap Totaliter ditandai dengan senantiasa berbuat sesuatu karena orang-orang lain mengharapkannya berbuat seperti itu dan mereka bersedia menaatinya. 3. Gaya hidup konformitas, ditandai oleh perbuatan yang semata-mata karena orang

lain melakukannya, mudah sekali terbawa arus situasi.

Remaja Pelaku Kenakalan

Masa remaja tidak hanya menyangkut perubahan tubuh, namun juga mencakup perubahan psikologis (mengenai pengembangan kepribadian, pencarian identitas diri, nilai-nilai pribadi, komitmen, harapan, dan keinginan). Remaja merupakan masa peralihan antara masa awal anak dan masa awal dewasa yang berjalan antara umur 11 tahun sampai 21 tahun. Pada masa remaja memang masa dimana seseorang bisa berpikir lebih abstrak dibandingkan dengan anak-anak.

Menurut pendapat Monks, ( 2006) rentang waktu usia remaja, yaitu : 1. Remaja awal (12-15 tahun)

2. Remaja pertengahan (15-18 tahun) 3. Remaja akhir (18-21 tahun)

(17)

Kenakalan remaja merupakan keadaan dimana seorang remaja melakukan penyimpangan perilaku hingga melanggar hukum yang ada, baik hukum masyarakat dan hukum Negara. Dari sikap atau perilaku yang menyimpang tentunya ada faktor yang menyebabkan atas perilaku tersebut, Penyebab kenakalan menurut remaja (Santrock, 2011) antara lain; identitas negatif, kontrol diri rendah, usia , jenis kelamin, harapan yang rendah, niai nilai rendah, pengawasan rendah dari orang tua, dukungan yang rendah dari orang tua, penerapan disiplin tidak efektif, pengaruh buruk dari teman sebaya, status sosial ekonomi rendah, pengaruh kualitas lingkungan dan tempat tinggal yang buruk.

Adanya kenakalan remaja, tentunya juga yang mendasari prilaku menyimpangnya, Turner dan Helms (1987) berpendapat bahwa faktor-faktor terjadinya kenakalan remaja, antara lain: (1) kondisi keluarga yang berantakan (broken home). (2) kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua. (3) status sosial ekonomi orang tua rendah. (4) penerapan kondisi keluarga yang tidak tepat. Kemudian juga menurut pendapat Alboukordi, Nazari, Nouri, Sangdeh, (2012) bahwa tekanan dalam struktur keluarga dan afiliasi dengan rekan-rekanmemiliki peran penting dalam fenomena kenakalan.

Remaja pelaku kenakalan merupakan remaja yang cacat dimata sosial, mereka melakukan kenakalan seolah mereka melakukan perilaku perilaku yang biasa saja, sementara masyarakat lingkunganya menganggap perilaku tersebut adalah prilaku penyimpangan, karena sudah melawan dengan norma yang ada, seringkali remaja tidak memikirkan dampak personal dari perilaku menyimpang mereka sendiri, adapun dampak yang ada antara lain:

1. Menjadi pribadi dan mempunyai akhlak yang buruk yang sulit di ubah karena menjadi kebiasaan.

2. Dikucilkan oleh banyak orang hingga kehadirannya tidak diharapkan lagi pada orang - orang sekitar.

3. Merasa terasingkan hingga merasa sedih dan menjadikan orang yang pembenci disekitar lingkungan mereka.

4. Keluarga harus menanggung malu akan perilaku menyimpang tersebut.

5. Tidak menutup kemungkinan terjangkit penyakit akibat pergaulan yang bebas. 6. Masa depannya hancur berantakan tanpa ada waktu untuk memperbaiki 7. Kriminalitas bisa menjadi salah satu akibat dari kenakalan

Bagiamana tujuan hidup remaja pelaku kenakalan di Indonesia sendiri tampaknya masih sangat terbatas penelitiannya. Oleh karena itu, menjadi sebuah alasan pula untuk mengadakan penelitian ini. Selanjutnya, atas pertimbangan kelengkapan definisi dan keluasan cakupan, penelitian ini menggunakan aspek-aspek dari tujuan hidup.

METODE PENELITIAN

Rancangan Penelitian

(18)

metode statistika dan dengan menggambarkan mengenai kekhususan suatu objek dari hasil survey penelitian. Jenis data yang digunakan adalah data interval. Jenis data interval adalah data yang mempunyai ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama. Jarak itu berpedoman pada ukuran tertentu misalnya nilai rata-rata (mean), bilangan kelipatan atau nilai lainnya yang disepakati. (Sugiyono, 2014).

Variable yang digunakan dalam penelitian ini adalah variable tunggal. Adapun yang menjadi variable adalah tujuan hidup remaja pelaku kenakalan.

Subjek Penelitian

Karakteristik subjek penilitian ini adalah remaja yang berusia 16-21. Remaja yang melakukakan penyimpangan perilaku yang melewati norma-norma masyarakat atau yang sudah melanggar aturan hukum yang telah ada hingga disebut remaja nakal. Dalam penelitian ini jumlah subjek adalah tak terhingga, dikatakan tak terhingga karena tidak pasti jumlahnya maka peneliti tidak mungkin melakukan sensus terhadapnya, karena itu harus dilakukan sampling. Adapun pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Nonprobability Sampling yaitu dengan teknik

sampling Kuota. Sampling Kuotayaitu teknik menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan (Sugiyono, 2014).

Peneliti menentukan subjek dengan menggunakan screening tentang remaja pelaku kenakalan, hingga mendapatkan subjek yang dibutuhkan dalam penelitian yaitu remaja yang pernah melakukan kenakalan. Sedangkan penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini menurut Isaac dan Michael, untuk tingkat kesalahan 5% adalah 349 subjek (Sugiyono, 2014).

Variabel dan Instrumen Penelitian

Untuk mengetahui remaja melakukan tindakan kenakalan maka peneliti mengidentifikasi, peneliti menggunakan screening remaja pelaku kenakalan, yang berisikan dengan perilaku-perilaku kenakalan yang dilakukan remaja dan mengkategorikan dengan tingkat kenakalan remaja pelaku kenakalan tersebut.

(19)

Tabel 1. Kategori Kenakalan Remaja

Kategori Indikator Bentuk perilaku

Ringan Merugikan diri sendiri mengumpat bahkan berkata kotor, suka

keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit

Sedang Merugikan orang lain merokok, mencontek, menghina guru, mengendarai mobil tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa izin.

Tinggi Menimbulkan korban secara fisik

berkelahi, mencuri, mengkonsumsi alkohol, penyalah gunaan narkotika, berkelahi dengan senjata tajam dan senjata api, seks bebas, pemerkosaan dan lain-lain

Variable dalam penelitian ini adalah variable tunggal yaitu tujuan hidup remaja pelaku kenakalan. Tentunya makna hidup dan tujuan hidup sangat erat sekali kaitannya. Makna hidup adalah hal-hal yang dianggap sangat penting dan berharga serta memberikan nilai khusus bagi seseorang, sehingga layak dijadikan tujuan dalam kehidupan. Tujuan hidup, yakni hal-hal yang perlu dicapai dan dipenuhi, yang bisa di ungkap dengan menggunakan skala tujuan hidup.

Skala Purpose in life terdiri dari 6 aspek yang dikemukakan oleh Menurut Crumbaugh & Maholick dalam (Koeswara, 1987)menciptakan The Purpose in Life Test(PIL) Test.Berdasar pandanganFrankl tentang pengalaman dalam menemukan makna hidup, yang dapat dipakai untuk mengukur seberapa tinggi makna hidup seseorang, yaitu : Tujuan hidup,Kepuasan hidup,Kebebasan,Sikap terhadap kematian, Pikiran tentang bunuh diri,Kepantasan hidup.

Instrument penelitian ini adalah PIL test.Alat tes ini berupa skala sikap (attitude scale) yang khusus dirancang untuk mengungkap respon-respon yang diyakini berkaitan dengan berapa tinggi individu yang mengalami hidupnya bermakna atau bermaksud.PIL dirancang sehingga masing masing itemnya menjadi skala dalam skala. Skala dalam peneleitian ini adalah skala semantic defferensial. Skala yang juga digunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan ganda maupun

check list, tetapi tersusun dalam satu garis kontinum yang jawabanya “sangat positif” terletak pada bagian kanan garis, dan jawaban yang “sangat negatif” terletak dalam bagian kiri garis, atau sebaliknya. (Sugiyono, 2014).

Skala ini mirip dengan skala likert, tetapi kutub-kutubnya atau ujung-ujungnya kuantitatif (quantitative extremes) masing-masing item PIL test ditetapkan oleh kalimat-kalimat kualitatif (sangat jemu-sangat bersemangat) yang dipandang identik dengan ujung-ujung kuantitatif sikap. (Koeswara, 1987).

(20)

masing masing subjek dihitung dengan menjumlahkan nilai yang diperoleh dari setiap item. Skor dapat berkisar antara 20 sampai 140.

Contoh item :

Saya biasanya : 1 2 3 4 5 6 7

Bosan Netral Atusias

Pada PIL tes, dengan menggunakan tingkat kesalahan penelitian sebesar 5% atau

α=0,05 dan jumlah sample sebanyak 349 sample maka r tabelnya 0,113 sedangkan indeks validitasnya bergerak antara 0,163 - 0,637. Kemudian Reliabilitasnya dengan menggunakan Cronbach alpha yaitu 0,696. Hal ini dapat disimpulkan bahwa instrument tujuan hidup yang dipakai dalam penelitian ini reliabel jika dibandingkan dengan syarat crobanch alpha yaitu 0,6 atau 60% (Sugiyono, 2014). Pada penelitian ini menggunakan try out terpakai sehingga data hanya diambil satu kali saja.

Prosedur dan Analisa Data

Prosedur penelitian diawali dengan menyusun screening pelaku kenakalan remaja dibuat berdasarkan kategori masalah pada remaja pelaku kenakalan. Setelah itu peneliti memilih daerah tersebut karena (1) peneliti dapat menghemat waktu dan biaya (2) mudah untuk medapatkan data yang diperlukan (3) tersedianya sampel secara mudah didapat untuk penelitian ini. Kemudian menyusun instrument penelitian berupa skala PIL test, yang disusun dari teori Crumbaugh & Maholick dalam (Koeswara, 1987) untuk membuat skala tujuan hidup. Kemudian pada tahap pra lapangan peneliti menyusun rancangan dan usulan penelitian yang berisikan latar belakang, kajian pustaka, rancangan pengumpulan data, dan rancangan prosedur analisa data. Selanjutnya dilakukan penyebaran angket dan skala untuk try outdi Kabupaten Tulungagung dan peneliti juga memberikan instruksi kepada subjek dengan bahasa yang mudah dimengerti sekaligus memberikan kuisioner dan skala tersebut. Peneliti menggunakan metode try out terpakai, dimana skala hanya disebarkan satu kali kemudian dilakukan uji validitas, reliabilitas, dan analisa.

Screening remaja pelaku kenakalan dan PIL ini dilakukan selama bulan Mei - Juni 2015 (SMA 1 PGRI Tulungagung, SMA 4 PGRI Tulungagung, SMAN 1 Kauman Tulungagung).Dengan menyebar screening dan skala tanggal 29 mei – 9 juni dengan jumlah total skala yang disebar sebanyak 380 skala, kemudian berhasil kembali dengan 360 skala dan 349 skala yang bisa dianalisis

(21)

HASIL PENELITIAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dengan populasi remaja di Kabupaten Tulungagung yang tak terhingga peneliti mengambil sampel dari beberapa sekolah di Tulungagung diantaranya adalah : SMA swasta dan SMA Negeri di Tulungagung, dimana meneliti tentang tujuan hidup remaja pelaku kenakalan di Kabupaten Tulungagung mendapatkan identitas subjek sebagai berikut :

Tabel 2.Identifikasi subjek

Jenis Kelamin Perempuan Laki-Laki

133 38 216 62 349

Rentang Usia Remaja umur 16-18 tahun

Kenakalan Rendah Sedang Tinggi

86 25 212 61 51 14 349

Tabel 3. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan secara keseluruhan

Kategori Frekuensi (n) Prosentase

Tinggi 147 42%

Rendah 202 58%

Total 349 100%

(22)

telah memiliki tujuan hidup yang tinggi, sedangkan yang mempunyai tujuan hidup yang rendah sejumlah 202 subjek atau sebesar 58 %.

Tabel 4. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan berdasarkan rentang usia remaja

Kategori

Rentang Usia Remaja Total

Frekuensi (n) Remaja umur 16-18 tahun Remaja umur 19-21 tahun

Frekuensi (n) Prosentase Frekuensi (n) Prosentase

Tinggi 53 45% 94 41%

349

Rendah 64 55% 138 59%

Total 117 100% 232 100%

Melihat tabel diatas subjek dengan rentang usia remaja pertengahan 16-18 tahunmayoritas memiliki tujuan hidup rendah sebanyak 64 subjek atau 55 % demikian pula dengan remaja berumur 19-21 tahun mayoritas memiliki tujuan hidup rendah sebesar 138 subjek atau 59 %.

Tabel 5. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan berdasarkan jenis kelamin.

Frekuensi (n) Prosentase Frekuensi (n) Prosentase

Tinggi 64 48% 83 38%

349

Rendah 69 52% 133 62%

Total 133 100% 216 100%

Melihat dari tabel diatas ditemukan dalam kategori perempuan 69 subjek atau 52% dari total jumlah kategori perempuan sebanyak 133 mempunyai tujuan hidup yang rendah. Kemudian pada kategori laki-laki mendapatkan hasil 133 subjek atau 62% dari total jumlah kategori laki-laki mempunyai tujuan hidup yang rendah.

(23)

Bila melihat hasil dari tabel diatas ditemukan tujuan hidup remaja pelaku kenakalan berdasarkan asal sekolah, diperoleh hasil 27 subjek dengan prosentase 64% dari sekolah SMA Swasta 1 memiliki tujuan hidup yang rendah, kemudian 60 subjek dengan prosentase 56% dari sekolah SMA Swasta 2 memliki tujuan hidup yang rendah dan dari SMA Negeri 115 subjek dengan prosentase 58% juga memiliki tujuan hidup yang rendah.

Tabel 7. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan berdasarkan pekerjaan orang tua

Kategori

Pekerjaan Orang Tua Total

Frekuensi (n) Wiraswasta Pegawai Negeri Sipil (PNS)

Frekuensi (n) Prosentase Frekuensi (n) Prosentase

Tinggi 79 42% 68 42%

349

Rendah 108 58% 94 58%

Total 187 100% 162 100%

Melihat table diatas tujuan hidup kategori pekerjaan orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta 108 subjek atau 58% dari jumlah total kategori pekerjaan orang tua yang bekerja sebagai wiraswasta memiliki tujuan hidup yang rendah. Kemudian 94 subjek dengan prosentase 58 % dari jumlah total kategori pekerjaan orang tua yang bekerja sebagai PNS juga memiliki tujuan hidup yang rendah.

Tabel 8. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan berdasarkan pernah berurusan dengan pihak berwajib.

Kategori

Berurusan dengan Pihak Berwajib

Total Frekuensi (n)

Pernah Tidak Pernah

Frekuensi (n) Prosentase Frekuensi (n) Prosentase

Tinggi 5 28% 142 43%

349

Rendah 13 72% 189 57%

Total 18 100% 331 100%

Melihat tabel diatas tujuan hidup kategori yang pernah berurusan dengan pihak berwajib 13 subjek atau 72% dari jumlah total kategori remaja yang pernah berurusan dengan pihak berwajib memiliki tujuan hidup yang rendah. Kemudian 189 subjek dengan prosentase 57% dari jumlah total kategori remaja yang tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib juga memiliki tujuan hidup yang rendah.

DISKUSI

(24)

Menurut Crumbaugh & Maholick (Koeswara, 1987), kekurangan tujuan hidup atau kebermaknaan hidup yang rendah bisa menjadi sebab maupun akibat kondisi depresi, baik dari kekurangan makna maupun kondisi depresi yang bisa ditimbulkan oleh penyebab-penyebab lain. Depresi yang dialami individu sebagai contoh menunjuk kepada situasi bila individu menghadapi makna yang melimpah, tetapi individu tersebut tidak mampu mengarahkan dirinya kepada makna-makna tertentu yang pasti, serta ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri dan mengatasi masalah-masalah personalnya secara efisien. Sementara itu, individu yang kekurangan makna bisa mengalami depresi karena dia hanyut dalam arus pengalaman yang tidak terorganisasi.

Maka dari itu, Crumbaugh merancang kuantifikasi konsep makna hidup berdasarkan pandangan Frankl tentang pengalaman dalam menemukan makna hidup, yang terdiri dari : tujuan hidup, kepuasan hidup, kebebasan berkehendak, sikap terhadap kematian, pikiran tentang bunuh diri, dan kepantasan hidup.

Jika tujuan hidup ditinjau dari rentang usia remaja, ditemukan bahwa remaja pertengahan (16-18 tahun) dan remaja akhir (19-21 tahun) memiliki tujuan hidup yang rendah.Akan tetapi dilihat dari prosentasenya menunjukan bahwa remaja umur 16-18 tahun memiliki tujuan hidup yang tinggi sedangkan remaja umur 19-21 tahun memiliki tujuan hidup yang rendah.Maka hasil dari penelitian ini dapat dijelaskan bahwa remaja yang berumur 18-21 tahun belum bisamemaksimalkan kemampuan berfikir secara abstrak melalui perkembangan kognitifnya.

Tujuan hidup ditinjau dari asal sekolah, ditemukan bahwa remaja pelaku kenakalan yang bersekolah di SMA negeri maupun swasta menunjukan tujuan hidup yang sama-sama rendah, akan tetapi dilihat dari prosentasenya SMA Swasta 2 memiliki tujuan hidup yang tinggi, kemudian SMA Negeri memiliki tujuan hidup yang rendah dan SMA Swasta 1 memiliki tujuan hidup yang paling rendah. Hal ini menunjukan bahwa pendidikan dalam sekolah sangat membantu untuk menemukan tujuan hidup.Karena pendidikan moral dan akhlak juga sangat berpengaruh terhadap remaja untuk selalu berpikiran positif dan bertindak positif.Hasil penelitian King (2006) menunjukkan bahwa suasana hati yang positif dapat mempengaruhi tujuan hidup. Artinya ketika orang berpikir postif tentunya mengalami perasaan yang tenang dan nyaman juga akan mempengaruhi perilaku-perilakunya, kemudian dari perilakunya memungkinkan individu untuk menemukan makna dan tujuan hidup. Maka dapat dijelaskan bahwa lingkungan sekitar, tingkatan pendidikan,aturan sekolah, pendidikan yang diajarkan disekolah berperan penting untuk meraih kebermaknaan hidup dan tujuan hidup.

(25)

mempedulikan pendidikan, arahan serta bimbingan untuk subjek.Rendahnya tujuan hidup ini juga tidak terlepas dari pola asuh orang tua, dimana pola asuh tipe permisif (Hurlock,1978) yakni pola asuh orang tua yang didalamnya terdapat aspek-aspek kontrol yang sangat longgar. Berdampak pada karakteristik anak menjadi kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, sering bolos, harga diri rendah dan sering bermasalah dengan teman.Kemudian Mappiere (1982) mengatakan bahwa kebutuhan yang paling terpenting bagi remaja adalah kebutuhan akan pengakuan, perhatian, dan kasih sayang. Tidak terpenuhinya kebutuhan tersebut akan meyebabkan hambatan akan meraih kebermaknaan hidupnya.

Sedangkan tujuan hidup ditinjau dari jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, ditemukan hasil tujuan hidup yang sama-sama rendah.Akan tetapi dilihat dari prosentase ditemukan bahwa perempuan memiliki tujuan hidup yang tinggi sedangkan laki-laki mendapatkan hasil yang rendah.Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan Beutel dan Marini (1995) yang menemukan bahwa remaja perempuan lebih mungkin dibandingkan laki-laki untuk menunjukkan pentingnya menemukan tujuan dan makna dalam hidup. Rendahnya tujuan hidup initidak terlepas dari pengaruhlingkungan yang buruk, pengaruh teman sebaya yang negatif, konsep diri, hingga aktifitas keseharian yang buruk menyebabkan rendahnya tujuan hidup.

Jika tujuan hidup di tinjau dari pernah dan tidaknya subjek berurusan dengan pihak berwajib pada remaja pelaku kenakalan, ditemukan bahwa tidak ada perbedaan subjek yang pernah berurusan dengan pihak berwajib dan tidak pernah berurusan dengan pihak berwajib, hasilnya memiliki tujuan hidup yang sama-sama rendahnya. Akan tetapi jika dilihat dari prosentasenya menunjukan yang mendominasi pernah berurusan dengan pihak berwajib adalah remaja dengan tujuan hidup yang rendah, seperti membolos sekolah dan tertangkap satpol PP, tawuran antar sekolah atau pelajar hingga berkelahi. Hal ini dikarenakan bahwa subjek belum bisa membiasakan diri untuk berpikir positif, bertindak positif danbelum bisa menerapkan nilai-nilai bersikap dengan baik yang mematuhi aturan Negara maupun aturan masyarakat, tanpa merugikan diri sendiri dan orang lain. Penelitian (Sayles, 1994), mendapatkan hasil rendahnya tujuan hidup adalah remaja yang nakal dan antisosial. Kemudian penelitian yang dilakukan (Waisberg & Porter, 1994) mendapatkan hasil remaja yang sering mengkonsumsialkohol menyebabkan individu tidak bisa memaknai kehidupanya. Artinya penyimpangan perilaku atau kenakalan membuat rendah makna dan tujuan hidup individu tersebut.

(26)

Dengan kebermaknaan hidup, remaja pelaku kenakalan diasumsikan dapat mengambil sikap yang tepat sehingga pengalaman-pengalaman tragis itu dapat berkurang, bahkan dapat menimbulkan makna yang lebih berarti. Dari peristiwa tersebut dapat mengalir berkah dan pelajaran berharga yang justru membantu proses kematangan dan memberi sumbangan bagi kebaikan di masa mendatang.

SIMPULAN DAN IMPLIKASI

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa tujuan hidup remaja pelaku kenakalan di Kabupaten Tulungagung memiliki tujuan hidup yang rendah. Hal ini menunjukan bahwa subjek tidak mampu mengarahkan dirinya kepada makna-makna tertentu yang pasti, serta ketidakmampuan individu untuk menyesuaikan diri dan mengatasi masalah-masalah personalnya secara efisien.

Dengan demikian, dengan adanya tujuan hidup yang tinggi, maka akan tercapai pula kebermaknaan hidup, sedengakan bila tujuan hidup rendah, maka akan menghayati kehidupan yang tidak bermakna. Dengan kata lain tujuan hiduplah yang mempunyai peranan yang sangat penting untuk membangun atau membentuk kehidupan yang bermakna.

Sedangkan implikasi atau saran yang dapat peneliti berikan diantaranya adalah : 1. Bagi orang tua para remaja pelaku kenakalan, seharusnya memberikan

pengawasan lebih terhadap kegiatan-kegiatan anaknya dan menerapkan pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan anak, berpikir realistis akan kepentingan anak dan tidak berharap berlebihan yang melampaui kemampuan anak.

2. Bagi para guru atau pendidik di sekolah disarankan untuk lebih menekankan pendidikan moral dan pendidikan akhlak, disarankan untuk mengadakan kegiatan ekstrakulikuler dari sekolah yang sesuai dengan bakat masing-masing remaja pelaku kenakalan, hingga remaja tersebut bisa menemukan kebermaknaan hidup. 3. Bagi peneliti selanjutnya disarankan dengan teknik pengambilan datanya

(27)

REFERENSI

Alboukordi S., Nazari A.M., Nouri .R., Sangdeh J.K. (2012). Predictive Factors for Juvenile Delinquency: The Role of Family Structure, Parental Monitoring and Delinquent Peers. International Journal of Criminology and Sociological Theory, Vol. 5, No.1, 770-777

Bastaman, H. D. (1996). Meraih Hidup Bermakna. Jakarta : Paramadina.

Bastaman, H.D. (2005) integrasi psikologi dengan islam menuju psikologi islami.Yogyakarta: Pustaka Pelajar dan Yayasan Insan Kamil.

Bastaman, H. D. (2007). Logoterapi: Psikologi untuk menemukan makna hidup dan meraih hidup bermakna. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Beutel, A., & Marini, M. (1995).Gender and values.American Sociological Review, 60, 436 -448.

Fenomena kenakalan remaja di Indonesia.(9 februari 2011). ntb.bkkbn.go.id

diakses:http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=673&ContentTypeId =0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897

Francis, L. J., & Burton, L. (1994).The influence of personal prayer on purpose in life among catholic adolescents.The Journal ofBeliefs and Values, 15(2), 6–9. Halama, P. (2009). The PIL test in a Slovak sample: internal Consistency and Factor

Structure. The International Forum for Logotherapy. 32, 84-88

Hill, P.L., Burrow A.L, O’Dell A.C and Meghan .A. (2010).Thornton. The Journal of Positive Psychology.Vol. 5, No. 6 , 466–473.

Hurlock. E. B. (1978), Perkembangan Anak. PT. Gelora Aksara Pratama. Penerbit Erlangga.

King, L. A., Hicks, J. A., Krull, J. L., & Del Gaiso, A. K. (2006). Positive affect and the experience of meaning in life. Journal of Personality and Social Psychology, 90, 179–196.

Koeswara, E. (1987). Psikologi eksistensial, suatu pengantar. Bandung: Rosda Offset

Monks. F. J (2006), Psikologi perkembangan. Pengantar dalam berbagai bagiannya.Universitas gadjah mada press. Yogyakarta.

(28)

diakses: http://news.detik.com/surabaya/read/2007/05/25/185505/785347/468/survei-lpa-seks-bebas-dilakukan-186-pelajar-di-tulungagung.

Nandy .S., Ghosh .M.C., Adhikari .S., (2012), International Journal of Scientific and Research Publications, Volume 2, Issue 9, September 2012 1 ISSN 2250-3153.

Santrock J.W (2011.) Masa perkembangan anak.Jakarta:Penerbit salemba Humanika.

Sarwirini, (2011). Kenakalan anak (juvenile delinquency): Kausalitas dan upaya penanggulangannya. Prespektif.Volume XVI No. 4 Tahun 2011 Edisi September.244-25.

Sarwono. S. W. (2013), Psikologi Remaja. PT.Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Sayles, M. L. (1994). Adolescents’purpose in life and engagement in risky behaviors: Differences by gender and ethnicity (Doctoral dissertation. University of North Carolinaat Greensboro, 1994).Dissertation Abstracts International, 55,

09A 2727.

Soekanto S. (1988) Sosiologi Penyimpangan, Rajawali, Jakarta. Diakses: http://www.google.co.id/search?hl=id&q=sosiologi+keluarga&meta=, 1985 Perubahan Sosial, Rajawali, Jakarta.

Sugiyono, (2014). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. bandung: Alfabeta.

Sujarwoko, D.H. (21 Maret 2012).Satpol PP Tulungagung Razia Pelajar Bolos.diakses: http://www.antarajatim.com/lihat/berita/84688/satpol-pp-tulungagung-razia-pelajar-bolos.

Sujarwoko, D.H. (05 Januari2014).Tiga Pelajar Tulungagung Edarkan Narkoba Ditangkap.diakses:

http://www.antarajatim.net/lihat/berita/124418/tiga-pelajar-tulungagung-edarkan-narkoba-ditangkap.

Sujarwoko, D.H. (20 Juni 2014 ). Tulungagung Amankan Pelajar Pesta Miras Oplosan. Diakses : http://www.antarajatim.com/lihat3/berita/135390/satpol-tulungagung-amankan-pelajar-pesta-miras-oplosan.

Turner, J.S dan Helms, D. B. (1987).Life span development.USA : Holt. Reinchart and Winston, Internal Edition

Mappiare. A. (1982) Psikologi Remaja Surabaya : Usaha Nasional.

Molasso W.R, (2006) Exploring Frankl's Purpose in Life with College Students,

(29)

Winanda R.F, (2013). ”purpose in life remaja putus sekolah”.Universitas muhammadiyah malang.

Video Perkelahian SMP Tulungagung Beredar. (28 Oktober 2011). Tulungagung: surabayapagi. diakses: http://www.surabayapagi.com/index.php?read=Video-Perkelahian-SMP-Tulungagung

Beredar;3b1ca0a43b79bdfd9f9305b812982962e1da6758793aea53e1101b54f 67d3fc3.

(30)
(31)

Lampiran 1. Screening remaja

Pengantar

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya Dhimas Gobang Pujangga mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang akan mengadakan penelitian untuk memenuhi salah satu persyartan wajib dalam menyelesaikan program sarjana. Oleh karena itu saya mengharapkan bantuan dari saudara/i untuk membantu memberikan informasi sebagai data penelitian dalam bentuk mengisi skrining/angket.

Perlu diketahui bahwa dalam pengisian angket ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ilmiah dan tidak digunakan untuk maksud tertentu. Oleh karena itu, Saudara/i tidak perlu ragu-ragu untuk memberikan informasi melalui jawaban atas pernyataan yang disediakan. Jawablah dengan jujur dan sesuai kenyataan sebenarnya. Sebagai peneliti saya memegang etika penelitian guna menjamin kerahasiaan jawaban yang saudara/i berikan. Atas partisipasi dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

instruksi

1. Isilah Identitas Saudara/i terlebih dahulu

2. Pilihlah pernyataan yang sesuai dengan diri anda dengan memberikan tanda silang (X), pada jawaban 1 sampai dengan 20. Jika anda merasa kurang tepat anda bisa mengganti jawaban anda dengan memberikan tanda lingkar pada jawaban yang salah, setelah itu silang kembali jawaban yang menurut anda benar.

3. Isilah pernyataan sebanyak-banyaknya

(32)

Kuisioner Screening Remaja

Nama : Jenis kelamin :

Umur :

Berilah tanda silang (X) pada pernyataan dibawah ini. Jawaban boleh lebih dari satu atau sebanyak-banyaknya, sesuai dengan keadaan anda yang sebenarnya.

Di bawah ini, adalah situasi yang saya alami dan saya lakukan di lingkungan saya : a. Membolos sekolah.

b. Belajar diperpustakaan.

c. Mengajak teman belajar bersama. d. Kesulitan belajar pada bidang tertentu. e. Percobaan bunuh diri.

f. Pergi ke perpustakaan bersama teman.

g. Berkelahi atau bertengkar dengan teman sekolah.

h. Minum minuman keras tahap awal/pertengahan/kecanduan alkohol. (*) i. Mencontek teman.

j. Mencuri.

k. Berkelahi antar sekolah.

l. Kesulitan belajar karena gangguan keluarga. m. Mempunyai prestasi disekolah.

n. Tidak mengerjakan tugas atau PR (pekerjaan rumah). o. Berkelahi dengan memakai senjata tajam dan senjata api. p. Melakukan tindak asusila.

q. Suka berorganisasi.

r. Penyalahgunaan narkotika. s. Melakukan tindakan kriminal.

t. Semuanya tidak pernah saya lakukan.

(33)

Kunci jawaban kategori masalah

a. kenakalan ringan b. -

c. -

d. kenakalan ringan e. kenakalan berat f. -

g. ringan

h. awal=ringan, pertengahan=sedang, kecanduan= tinggi i. kenakalan ringan

j. kenakalan sedang k. kenakalan sedang l. kenakalan sedang m. -

n. kenakalan ringan o. kenakalan berat p. kenakalan sedang q. -

(34)

Lampiran 2. Skala

Pengantar

Dalam rangka penyelesaian tugas akhir, saya Dhimas Gobang Pujangga mahasiswa Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang akan mengadakan penelitian untuk memenuhi salah satu persyartan wajib dalam menyelesaikan program sarjana. Oleh karena itu saya mengharapkan bantuan dari saudara/i untuk membantu memberikan informasi sebagai data penelitian dalam bentuk mengisi skala.

Perlu diketahui bahwa dalam pengisian skala ini hanya digunakan untuk kepentingan penelitian ilmiah dan tidak digunakan untuk maksud tertentu. Oleh karena itu, Saudara/i tidak perlu ragu-ragu untuk memberikan informasi melalui jawaban atas pernyataan yang disediakan. Jawablah dengan jujur dan sesuai kenyataan sebenarnya. Sebagai peneliti saya memegang etika penelitian guna menjamin kerahasiaan jawaban yang saudara/i berikan. Atas partisipasi dan bantuannya saya ucapkan terima kasih.

Peneliti

Dhimas Gobang Pujangga

Instruksi

1. Setiap pernyataan lingkari salah satu nomor yang ada, tiap nomor berisikan : angka 1 adalah angka tidak favorit. ,angka 4 adalah netral. Sedangkan angka 7 adalah angka yang paling favorit yang ada dalam diri anda.

2. Lingkarilah semua pernyataan dan jangan ada satu pun yang terlewatkan.

3. Jawablah dengan jujur sesuai dengan kondisi dan keadaan yang anda alami atau rasakan.

(35)

Identitas

Nama / Inisial : ………..

Jenis Kelamin : L / P

Usia : ……….. tahun

Sekolah / tidak sekolah : ………. Pekerjaan orang tua : ……….

Pernah berurusan dengan pihak berwajib : YA / TIDAK

Skala tujuan hidup

1. Saya biasanya :

Bosan 1 2 3 4 5 6 7 antusias

2. Bagi saya hidup tampak :

Sepenuhnya 1 2 3 4 5 6 7 selalu

……… berisi rutinitas……… ..menarik

3. Dalam hidup saya memiliki :

Tidak ada tujuan 1 2 3 4 5 6 7 ada tujuan

yang jelas

.

4. Eksistensi pribadi saya adalah :

Sepenuhnya tidak 1 2 3 4 5 6 7 penuh

……… ………berarti tanpa tujuan ……… …… … tujuan & ……… ……… … arti

5. Setiap hari adalah :

Sama saja 1 2 3 4 5 6 7 ada yang

(36)

6. Jika saya bisa memilih, saya akan :

8. Dalam mencapai tujuan hidup, saya telah :

. Tidak membuat 1 2 3 4 5 6 7 berkembang

10. Jika meninggal hari ini, maka hidup saya telah :

. Tidak berharga 1 2 3 4 5 6 7 sangat

berharga

11. Dalam pemikiran hidup saya, saya :

Seringkali heran 1 2 3 4 5 6 7 selalu

12. Saya melihat dunia dalam hidup, bahwa dunia :

(37)

14. Dalam kebebasan memilih, saya percaya bahwa :

15. Jika memandang akan kematian, saya :

Tidak bersiap-siap 1 2 3 4 5 6 7 mempersiap

19. Dalam menghadapi tugas saya sehari-hari :

Menyakitkan & itu pengalaman 1 2 3 4 5 6 7 sumber ……… . yang membosankan……… ……… kesenangan ……… ……… … & kepuasan

20. Saya telah menemukan :

Tak ada misi & 1 2 3 4 5 6 7 tujuan hidup ……… tujuan hidup ……… ……….. yang

memuaskan

………. .

Penskoran :

Jumlahkan seluruh total skor anda yang telah dilingkari dan tulis skor anda disini ……

(38)

Lampiran 3. Blue Print Skala

Aspek Item

Tujuan hidup 3,4,7,8,11,12,17,20

Kepuasan hidup 1,2,5,6,9,19

Kebebasan 13,14,18

Sikap terhadap kematian 15

Pikiran tentang bunuh diri 16

(39)

Lampiran 4. Data rekapitulasi

10 Rendah Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

11 Rendah Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

12 Tinggi Remaja_akhir P Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

13 Rendah Remaja_Pert engahan P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

14 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

15 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

16 Tinggi Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

17 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Pernah rendah

18 Tinggi Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

19 Tinggi Remaja_Pert engahan P Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

20 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

21 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

22 Tinggi Remaja_Pert engahan P Wirasw ast a SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah rendah

23 Tinggi Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

(40)

26 Rendah Remaja_akhir P Wirasw ast a SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah rendah

27 Rendah Remaja_Pert engahan P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Pernah sedang

28 Tinggi Remaja_akhir P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

29 Tinggi Remaja_Pert engahan P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

30 Tinggi Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah t inggi

31 Tinggi Remaja_Pert engahan P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

32 Rendah Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

33 Rendah Remaja_Pert engahan P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

34 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah rendah

35 Rendah Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

36 Rendah Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

37 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

38 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

39 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

40 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

41 Tinggi Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

42 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

43 Tinggi Remaja_Pert engahan L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

44 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

45 Tinggi Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

46 Tinggi Remaja_Pert engahan L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

47 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

48 Tinggi Remaja_Pert engahan L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

49 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

50 Rendah Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

51 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

(41)

55 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

56 Rendah Remaja_Pert engahan P PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah rendah

57 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

58 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

59 Rendah Remaja_akhir P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

60 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

61 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

62 Rendah Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

63 Tinggi Remaja_Pert engahan P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

64 Tinggi Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

65 Rendah Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

66 Tinggi Remaja_Pert engahan P Wirasw ast a SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah rendah

67 Tinggi Remaja_Pert engahan P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

68 Tinggi Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

69 Rendah Remaja_Pert engahan P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Pernah rendah

70 Tinggi Remaja_Pert engahan P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

71 Tinggi Remaja_Pert engahan P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

72 Tinggi Remaja_Pert engahan P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

73 Tinggi Remaja_akhir P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

74 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

75 Tinggi Remaja_Pert engahan P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Pernah rendah

76 Tinggi Remaja_akhir P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah rendah

77 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

78 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

79 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

80 Rendah Remaja_akhir P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

81 Tinggi Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

82 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

(42)

86 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

87 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

88 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Pernah sedang

89 Rendah Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Pernah sedang

90 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

91 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

92 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

93 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

94 Rendah Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

95 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

96 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

97 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

98 Tinggi Remaja_akhir P PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

99 Rendah Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

100 Tinggi Remaja_akhir L Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah rendah

101 Tinggi Remaja_Pert engahan P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah t inggi

102 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

103 Tinggi Remaja_Pert engahan L PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

104 Tinggi Remaja_Pert engahan L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah t inggi

105 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

106 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah t inggi

107 Rendah Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

108 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

109 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

110 Rendah Remaja_akhir P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Pernah sedang

111 Rendah Remaja_Pert engahan P PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

112 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

113 Tinggi Remaja_Pert engahan L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

114 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Pernah sedang

115 Rendah Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

(43)

119 Tinggi Remaja_akhir P Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Pernah sedang

120 Tinggi Remaja_Pert engahan P PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

121 Tinggi Remaja_akhir P Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

122 Rendah Remaja_Pert engahan P PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Pernah sedang

123 Tinggi Remaja_akhir P Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

124 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah rendah

125 Rendah Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

126 Tinggi Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

127 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

128 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

129 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Pernah sedang

130 Tinggi Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

131 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Pernah sedang

132 Tinggi Remaja_akhir L Wirasw ast a SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

133 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Pernah sedang

134 Rendah Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

135 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

136 Rendah Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah t inggi

137 Rendah Remaja_Pert engahan L PNS SM A 1 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

138 Rendah Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

139 Rendah Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

140 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah t inggi

141 Rendah Remaja_akhir L Wirasw ast a SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

142 Tinggi Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

143 Tinggi Remaja_Pert engahan L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah rendah

144 Tinggi Remaja_akhir L PNS SM A 4 PGRI Tulungagung Tidak Pernah sedang

145 Rendah Remaja_akhir L PNS SM AN 1 Kauman Tulungagung Pernah sedang

146 Tinggi Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah t inggi

147 Tinggi Remaja_akhir L Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah sedang

148 Rendah Remaja_akhir P Wirasw ast a SM AN 1 Kauman Tulungagung Tidak Pernah t inggi

Gambar

Tabel 1. Kategori Kenakalan Remaja .........................................................
Tabel 1. Kategori Kenakalan Remaja
Tabel 2.Identifikasi subjek
Tabel 4. Perhitungan T-skor tujuan hidup remaja pelaku kenakalan berdasarkan rentang usia remaja
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian tentang Analisis sistem informasi Pengawas Keamanan dan Kesehatan Makan pada Dinas Kesehatan Kota Bandar Lampung akan mempermudah pihak Dinas

Dari Tabel 3 terlihat bahwa untuk memaksimalkan hasil pengembangan pada Program Studi “X” dengan keterbatasan dana yang ada, maka dalam setahun dilakukan 30

Sanitasi merupaka suatu usaha kesehatan masyarakat yang menitikberatkan pada penguasaan terhadap berbagai faktor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan

Kegawatan pernafasan atau respiratory distress pada bayi baru lahir merupakan masalah yang dapat menyebabkan henti nafas bahkan kematian,. sehingga dapat

Pendidikan Karakter menurut Syeikh Ibnu Atha’illah adalah usaha untuk menanamkan nilai-nilai agama dalam perjalanan hidup seseorang untuk menjadi pribadi yang baik

PETA SIMILARITAS KOTA DI PROVINSI JAWA TENGAH MENGGUNAKAN SELF-ORGANIZING MAPS (SOM) sebagai syarat untuk.. mencapai gelar strata satu Program Studi Informatika

Judul skripsi ini adalah “ PERSAUDARAAN SEJATI SUSTER MISI FRANSISKANES SANTO ANTONIUS DALAM TERANG SPIRITUALITAS SANTO FRANSISKUS ASISI ”. Judul ini dipilih berdasarkan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu seperti dijelaskan pada tabel 1.2 tersebut menunjukkan bahwa terjadi kontradiksi antara peneliti satu dengan