PENERIMAAN AUDIENS TENTANG PROGRAM TAYANGAN RISING STAR INDONESIA DI RCTI
(Studi Resepsi di Kalangan Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang 2012)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang
Sebagai Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1
Oleh :
Anindya Purnamasari 201110040311102
Dosen Pembimbing :
1. Dra. Frida Kusumastuti M.Si 2. Zen Amiruddin M.Med.Kom
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PERSETUJUAN ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1
1.2 Rumusan Masalah... 6
1.3 Tujuan Penelitian... 6
1.4 Manfaat Penelitian... 7
1.5 Fokus Penelitian... 7
1.6 Tinjauan Pustaka... 8
1.6.1 Masyarakat Informatif ... 8
1.6.2 Audiens ... 9
1.6.3 Studi Resepsi ... 12
1.6.3.1 Audiens dalam Reception Studies ……….. 15
1.6.4 Perkembangan Reality Show di Indonesia ... 15
a. Program Acara Televisi ... 16
b. Reality Show ... 17
c. Talent Show... 18
d. Ajang Pencarian Bakat ... 18
e. Rising Star Indonesia ... 19
1.7 Metode Penelitian ... 20
1.7.1 Pendekatan Penelitian ... 20
1.7.2 Tipe Penelitian ... 20
1.7.3 Waktu dan Tempat Penelitian... 21
1.7.4 Subjek Penelitian ... 21
1.7.5 Teknik Pengumpulan Data... 22
a. Wawancara ... 22
1.7.6 Teknik Analisis Data ... 22
1.8 Uji Keabsahan Data... 23
BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN 2.1 Subjek Penelitian ... 25
2.1.1 Gambaran Umum Ilmu Komunikasi FISIP... 25
2.1.2 Visi Misi dan Tujuan Ilmu Komunikasi... 27
2.1.3 Kurikulum 2012 ... 29
2.1.4 Praktikum 2012 ... 30
2.2 Objek Penelitian ... 32
2.2.1 Rising Star Indonesia... 32
a. Format Acara ... 32
b. Daftar Peserta Rising Star ... 37
BAB III PEMBAHASAN 3.1 Deskripsi Subjek Penelitian... 39
3.2 Pengetahuan Subjek tentang Rising Star Indonesia ... 44
3.3 Motif Subjek Menonton Rising Star Indonesia ... 50
3.4 Resepsi Subjek tentang Rising Star Indonesia... 52
3.5 Resepsi Subjek tentang Kemasan Tayangan Rising Star ... 57
3.5.1 Jenis Tayangan ... 57
3.5.2 Audisi Langsung ... 63
3.5.3 Urutan Acara ...,... 64
3.5.4 Komentar Expert ... 64
3.5.5 Sistem Pemilihan Pemenang... 67
3.5.6 Pengisi Acara ... 69
3.5.7 Host/Pembawa Acara ... 72
3.5.8 Aransemen Lagu... 73
3.6 Kajian Teoritik ... 73
3.7 Analisis Kategorisasi ... 95
BAB IV PENUTUP 4.1 Kesimpulan ... 97
4.2 Saran ... 99
a. Saran Akademis ... 99
b. Saran Praktis ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... xv LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Mata Kuliah Semester 4 Ilmu Komunikasi ... 30
Tabel 2.2 Mata Kuliah Semester 6 Ilmu Komunikasi ... 30
Tabel 2.3 Peserta Rising Star Indonesia ... 37
Tabel 3.1 Daftar Subjek Penelitian ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Data Mahasiswa Ilmu Komunikasi 2012 Lampiran 2 Draft Wawancara
DAFTAR PUSTAKA
BUKU
Bungin, Burhan. 2009. Sosiologi Komunikasi Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Cangara, Hafied. 2010. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Rajawali Press Durham, Meenakshi. Gigi dan Douglas. M. Kellner. 2002. Media and Cultural
Studies: Key Works. Great Britain: Blackwell Publishers
Hardiman,F. Budi. 1993. Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta: Kanisius Herdiansyah, Haris. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif, untuk ilmu-ilmu
sosial. Jakarta: Salemba Humanika
Kriyantono, Rachmat. 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Littlejohn, W. Stephen dan Foss, A. Karen. 2009. Teori Komunikasi. Jakarta: Salemba Humanika
Miles, Mathew B. dan Huberman, A. Michele. 1992. Analisis Data Kualitatif, terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: UI-Press
Moleong, Lexy J. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Moleong, Lexy J. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya
Morissan. 2013. Teori Komunikasi Massa, Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
McQuail, Denis. Teori Komunikasi Massa Edisi 6. Jakarta: Salemba Humanika Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: Rajawali Press
Richard, West dan Lynn H. Turner. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi.Jakarta: Salemba Humanika
INTERNET
Ajat Sudrajat, Jurgen Habermas : Teori Kritis Dengan Paradigma Komunikasi (diakses12 Maret 2015) pukul 08:30 WIB
http://www.scribd.com/doc/210089098/Analisis-Resepsi-Penonton-Masyarakat- Mancasan-Daerah-Yogyakarta-Terhadap-Talkshow-Kick-Andy-Di-Metro-Tv(diakses 01 Desember 2014) pukul 23.35 WIB
https://bersukacitalah.wordpress.com/2011/01/20/tahapan-analisis-data-penelitian-kualitatif/ (diakses 02 Januari 2015) pukul 15.57 WIB
http://adiprakosa.blogspot.com/2007/12/audiens_04.html (diakses 20 Februari 2015) pukul 20.08 WIB
http://dzofar.com/2014/11/07/review-acara-musik-rising-star-indonesia/(diakses 06 Maret 2015) pukul 10.40 WIB
http://diazbonny.blogspot.com/2011/12/reality-show-sebuah-kajian-budaya.html (diakses 06 Maret 2015) pukul 12.56 WIB
REFERENSI JURNAL/SKRIPSI
Adi Tri Nugroho. Mengkaji Khalayak Media dengan Metode Penelitian Skripsi. Jurnal
Hafidz Thaha Indra Maulana (2010) Pemaknaan Audiens Tentang Acara Kuis Televisi Sebagai Media Komunikasi Politik (Studi
Resepsi pada Mahasiswa Ilmu
Komunikasi dan Ilmu Pemerintahan Universitas Muhammadiyah Malang angkatan 2013)
Mawit Noviyanti (2007) Pemaknaan Penonton tentang Program AcaraTalkshow Kick Andy di Metro TV (Studi Resepsi pada Mahasiswa Ilmu Komunikasi UMM)
Mutiara Rizki Amelia (2007) Respon Mahasiswa Komunikasi dan
Penyiaran Islam
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
1 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Media memiliki fungsi dan disfungsi tersendiri bagi khalayaknya. Khalayak secara sadar memilih media mana yang sesuai dengan keinginan dan
kebutuhannya. Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audiens yang luas dan heterogen. Istilah “media massa” memberikan gambaran mengenai alat
komunikasi yang bekerja dalam berbagai skala terbatas hingga dapat mencapai dan melibatkan siapa saja dalam masyarakat dalam skala yang sangat luas. Istilah
media massa mengacu kepada sejumlah media yang telah ada sejak puluhan tahun yang lalu dan tetap digunakan hingga saat ini seperti surat kabar, majalah, film, radio, televisi, dan internet (Morissan, 2013:479). Kelebihan media massa
dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika
pada waktu yang tak terbatas (Nurudin, 2007).
Media massa televisi merupakan suatu sarana yang sangat efektif dalam mempengaruhi pola pikir manusia karena televisi merupakan sebuah media yang
sudah tidak asing lagi. Hampir disetiap rumah ada televisi. Sehingga televisi sebagai media komunikasi memiliki kemampuan untuk mengakses publik hingga
2 pikir, dan tindak individu. Televisi adalah media audio visual yaitu sebuah media
yang tidak hanya bisa didengar saja tetapi juga bisa dilihat gambarnya.
Pesatnya perkembangan televisi di Indonesia membuat banyaknya stasiun
televisi yang menyuguhkan acara-acara menghibur di kala santai. Belakangan ini sering kita jumpai di berbagai stasiun televisi banyak yang menyajikan tayangan talkshow, magazine show dan acara reality show yang disajikan dengan beragam
tema dan tampilan. Dari beberapa program acara reality show yang pernah dan kini tayang di stasiun televisi nasional Indonesia, misalnya saja Indonesia Mencari
Bakat di Trans TV, Indonesia Morning Show, Sarah Sechan, dan The Comment di NET, d’Terong, Mammamia, Akademi Fantasi Indosiar, dan d’academy di
Indosiar, Super Trap, Indonesia Lawak Klub dan On The Spot di Trans 7, Kick
Andy dan Just Alvin di Metro TV, KDI di MNCTV, dan salah satunya RCTI yang merupakan salah satu televisi swasta yang banyak menyuguhkan acara-acara yang
berupa tayangan adopsi dari luar negeri, seperti acara pencarian bakat Indonesian Idol, X-Factor dan Rising Star Indonesia.
Rising Star adalah program acara pencarian bakat bergengsi dan termegah
yang pertama kali di produksi oleh Israel dan ditayangkan perdana di stasiun tv ABC Amerika Serikat yang kemudian di beli oleh televisi Indonesia lalu di tayang
di salah satu stasiun televisi Indonesia yaitu RCTI. Proses audisi dilakukan sejak Juni 2014 dan digelar di 5 kota besar di Indonesia yaitu Jakarta, Surabaya, Bandung, Yogyakarta, dan Medan.Audisi Rising Star terbuka untuk masyarakat
mulai dari usia 13 tahun baik itu untuk kategori solo, duo, band, maupun vocal grup. Awal penayangan perdana acara Rising Star ini sekitar tanggal 28 Agustus
3 Sebelum menghadapi babak kompetisi yang sebenarnya para peserta yang
telah lolos pada tahap audisi awal dibagi menjadi beberapa kelompok yang akan bersaing tiap minggunya. Rising Star merupakan tayangan termegah yang
dihadirkan RCTI untuk masyarakat. Jam tayang untuk acara Rising Star Indonesia ini pada babak live audition hingga final duel yakni setiap hari Kamis dan Jum’at pukul 21.00 WIB. Sedangkan, untuk babak eliminasi Rising Star
Indonesia tayang setiap hari Jum’at saja pukul 21.00 WIB.
Acara pencarian bakat seperti Rising Star Indonesia ini merupakan acara
kesekian yang diadopsi oleh televisi Indonesia RCTI setelah Indonesian Idol dan X-Factor yang lebih dulu sukses menarik perhatian penonton. Rising Star musim pertama di tahun 2014 menghadirkanpeserta dengan beragam musikalitas
diantaranya C N D yang menyuguhkan musik band akustik, Talita, Mega-Mauro dengan konsepnya duo “elektun”, Reyna Qotrunnadapenyanyi solo dengan aliran
blues dan sangat handal bermain keyboard, Bluesmates yang dapat mengubah semua lagu menjadi aliran blues, Sonny Saragih, Indah Nevertari dengan suara rendahnya yang bulat, Evony Arty, Ghaitsa Kenang penyanyi yang free bernyanyi
jika memegang gitar dan Hanin Dhiya gadis berusia 13 tahun yang suaranya
mampu meneduhkan hati.
Audiens memiliki beragam kesukaan terhadap sebuah tayangan di media televisi, karena kebutuhan setiap audiens terhadap sebuah tayangan itupun beragam. Audiens yang menonton acara Rising Star Indonesia adalah masyarakat
yang berasal dari berbagai macam latar belakang yang berbeda-beda. Berasal dari usia, daerah, maupun kesukaan terhadap jenis musik yang berbeda pula. Acara ini
4 panggung super megah dan aplikasi vote yang memudahkan penonton untuk
memilih. Masyarakat sebagai audiens dapat terjun langsung memberikan poin atau suara untuk peserta karena sistem votenya yang memudahkan masyarakat
untuk menentukan yang layak menjadi rising star dan tetap bertahan di ajang tersebut. Tetapi untuk dapat melakukan vote, penonton harus memiliki smartphones android dan mendownload aplikasi Rising Star Indonesia pada
smartphonenya dalam memberikan suara untuk peserta.
Selain dari segi teknologi pemilihan suara yang berbeda dari ajang
pencarian bakat yang lain, peran dewan juri di Rising Star Indonesia juga berbeda dari acara pencarian bakat sebelum-sebelumnya seperti Indonesian Idol dan X-factor Indonesia. Jika dalam kompetisi menyanyi lainnya dewan juri hanya
mengomentari penampilan peserta dan bisa mengeliminasi kontestan sejak audisi, maka expert (sebutan juri untuk Rising Star) tidak memiliki banyak pengaruh
untuk menggugurkan peserta namun mereka tetap dapat memberikan suara kepada peserta dengan point 7% jika juri menyukai penampilan peserta. Kontestan yang sudah lolos sejak audisi pertama akan langsung masuk dalam babak "audisi
langsung" yang akan dipilih oleh pemirsa melalui aplikasi seluler. Kontestan akan lolos ke babak berikutnya jika sudah mendapatkan 70 persen suara dari para
pemirsa sampai layar interaktif raksasa terangkat. Di bawah perolehan suara itu, kontestan akan langsung tereliminasi dan tidak dapat melanjutkan ke babak
selanjutnya.
Audiens dari berbagai macam program yang disuguhkan oleh televisi berasal dari beragam usia. Seperti acara Rising Star Indonesia, acara ini memiliki
5 beragamnya audiens tersebut, mereka sama-sama mampu mereaksi pesan yang
diterimanya dari sebuah tayangan di media televisi.Salah satu kelompok audiens yang menonton acara Rising Star adalah mahasiswa. Mahasiswa merupakan
kelompok audiens (remaja) yang berjumlah banyak dan dapat dengan mudah dibidik oleh media televisi khususnya acara-acara reality show ajang pencarian bakat, tujuannya memang untuk mengeksplore kemampuan dan bakat yang
dimiliki peserta namun dapat juga demi menaikkan angka rating acara dan sebagai kepentingan ekonomi bagi stasiun televisi atau alat pengeruk keuntungan.
Mahasiswa memiliki gaya hidup dengan selera musik yang juga berbeda satu dengan yang lainnya. Seperti yang peneliti amati dikalangan teman-teman peneliti
sendiri yaitu mahasiswa Ilmu Komunikasi 2012. Mahasiswa Ilmu Komunikasi memiliki karakteristik demografis dan psikografis yang beragam. Misalnya saja dari segi hobi, jurusan di universitas, gaya hidup, minat, asal daerah dan lain-lain.
Tanpa audiens sebuah acara tidak akan banyak ditonton bahkan jika acaranya tidak menarik dan tidak mengikuti selera masyarakat maka acara tersebut tidak akan mampu sukses karena audiens merupakan salah satu pangsa keberhasilan
dalam sebuah rating acara televisi. Karena semakin banyak penontonnya maka acara tersebut akan semakin tinggi ratingnya.
Peneliti tertarik untuk meneliti acara Rising Star dibanding acara pencarian bakat yang lain karena bagi peneliti stasiun televisi RCTI merupakan televisi
swasta yang setiap tahun selalu menghadirkan reality show ajang pencarian bakat yang di adopsi dari luar Indonesia dengan format acaranya diminati oleh khalayaknya. Selain itu juga dari pemilihan peserta yang menggunakan vote
6 telepon pintar (android) sehingga memudahkan khalayaknya memilih peserta
yang disukai agar dapat tetap bertahan di Rising Star Indonesia.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka peneliti akan melakukan
penelitian dengan judul “Penerimaan Audiens Tentang Program Tayangan
Rising Star Indonesia di RCTI” (Studi Resepsi dikalangan Mahasiswa Ilmu
Komunikasi UMM 2012)
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan peneliti, maka
rumusan masalah yang dapat di simpulkan adalah :
a. Bagaimana posisi penerimaan mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi
tentang tayangan Rising Star Indonesia di RCTI?
b. Bagaimana karakteristik demografis-psikografis mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi sesuai dengan posisi penerimaan mahasiswa tentang
tayangan Rising Star Indonesia?
1.3 Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah yang dikemukakan dapat di ketahui tujuan dari penelitian ini adalah untuk :
a. Mendeskripsikan posisi penerimaan mahasiswa Ilmu Komunikasi tentang
7 b. Mendeskripsikan karakteristik demografis-psikografis mahasiswa Ilmu
Komunikasi 2012 sesuai dengan posisi penerimaan mahasiswa tentang tayangan Rising Star Indonesia.
1.4 Manfaat Penelitian
Dari tujuan penelitian yang telah dipaparkan di atas, peneliti juga
mengharapkan agar penelitian ini dapat bermanfaatsecara :
a. Manfaat Akademis
Penelitian ini berguna untuk menambah atau memperluas wawasan dan
bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu komunikasi. Serta dapat menjadi referensi pembelajaran ilmu Komunikasi khususnya tentang tentang program tayangan di media massa televisi.
Dapat juga menjadi referensi atau bahan masukan bagi peneliti selanjutnya.
b. Manfaat Praktis
Penelitian ini bermanfaat untuk menambah serta memperluas wawasan dan pengalaman mengenai penerimaan mahasiswa tentang sebuah tayangan
program televisi yang di adopsi dari luar Indonesia.
1.5 Fokus Penelitian
8 Indonesia.Karena tiap individu atau tiap mahasiswa memiliki karakteristik
demografis dan psikografis yang berbeda-beda sehingga dalam penelitian ini diharapkan mampu untuk mengetahui karakteristik mahasiswa dalam penerimaan
tayangan Rising Star Indonesia.
1.6 Tinjauan Pustaka
1.6.1 Masyarakat Informatif
Dalam perjalanannya makhluk hidup pasti mengalami perkembangan dan perubahan, demikian pula yang terjadi terhadap manusia.Ia selalu mengalami
metamorfosa dalam setiap kesempatan. Misalnya saja dari segi mata pencaharian pokok, kita mengenal istilah masyarakat bertani (agraris) yang kemudian berubah
menjadi masyarakat industry, dan berkembang lagi menjadi masyarakat informasi.Sama seperti halnya perubahan dari masa pra-industri menjadi masa industri kemudian menjadi pasca-industri.Perubahan dan perkembangan ini tentu
tidak terjadi begitu saja.Perubahan besar tersebut terjadi akibat kemajuan dan perkembangan teknologi & informasi.
Di atas telah disebutkan mengenai masyarakat informasi, masyarakat
tersebut ada pada abad pasca-indusri, banyak istilah yang diberikan untuk masa ini diantaranya ada yang menyebut dengan istilah abad global, global village, dan
lain-lain.Istilah globalisasi sering kali kita dengar, dan itu sangat berkaitan dengan teknologi informasi.Masyarakat bukan sekedar komunitas informatif tetapi juga
komunikatif.Masyarakat juga harus dilihat sebagai sistem atau tatanan yang terdiri dari sistem-sistem.Yang dimaksud dengan sistem adalah segala macam institusi
9 Habermas berpendapat bahwa kritik hanya akan maju dengan landasan
rasio komunikatif yang dimengerti sebagai praksis komunikasi atau tindakan komunikatif’. Habermas dalam teori perkembangan masyarakat dijelaskan bahwa
masyarakat pada hakikatnya komunikatif dan menentukan perubahan sosial bukanlah semata-mata perkembangan kekuatan-kekuatan produksi ataupun teknologi, melainkan proses belajar dalam dimensi praktis-etis. Teknologi dan
faktor-faktor objektif lain baru bisa mengubah masyarakat kalau masyarakat mengintegrasikannya dalam tindakan komunikatif. (Hardiman, 1993)
Rasionalisasi akan menghasilkan tiga segi. Pertama, reproduksi kultural yang menjamin bahwa dalam situasi-situasi baru yang muncul, tetap ada kelangsungan tradisi dan kohenrensi pengetahuan yang memadai untuk kebutuhan
konsensus dalam praktek sehari-hari. Kedua, integrasi sosial yang menjamin bahwa dalam situasi-situasi yang baru, koordinasi tindakan tetap terpelihara
dengan sarana hubungan antarpribadi yang diatur secara legitim dan kekonstanan identitas-identitas kelompok tetap ada. Ketiga, sosialisasi yang menjamin bahwa dalam situasi-situasi baru, perolehan kemampuan umum untuk bertindak bagi
generasi mendatang tetap terjamin dan penyelarasan sejarah hidup individu dan bentuk kehidupan kolektif tetap terpelihara. Ketiga segi ini memastikan bahwa
situasi-situasi baru dapat dihubungkan dengan apa yang ada di dunia ini melalui tindakan komunikatif. (Hardiman, 1993:230)
1.6.2 Audiens
10 sukarela sesuai dengan harapan. Audiens yang dimaksud dalam komunikasi massa
sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, koran, majalah, maupun jurnal ilmiah. Masing-masing audiens berbeda satu sama lain di
antaranya dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapi pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, setiap individu bisa saling
mereaksi pesan yang diterimanya.
Menurut Hiebert dalam Nurudin, (2007: 105). Audiens dalam komunikasi massa setidaknya memiliki lima karakteristik sebagai berikut.
1. Audiens cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan social di antara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan
berdasarkan seleksi kesadaran.
2. Audiens cenderung besar. Besar disini berarti tersebarke berbagai wilayah
jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini relatif. Sebab ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Tetapi perbedaan ini bukan suatu yang prinsip. Jadi
tak ada ukuran pasti tentang luasnya audiens ini.
3. Audiens cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan
kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada.
4. Audiens cenderung anonym, yakni tidak mengenal satu sama lain.
11 jumlahnya jutaan? Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus
per kasus, tetapi meliputi semua audiens.
5. Audiens secara fisik dipisahkan dari komunikator. Dapat juga dikatakan
audiens dipisahkan oleh ruang dan waktu.
Adapun tipe-tipe audiens terhadap sebuah tayangan media massa televisi
yaitu:
a. Audiens aktif menurut Mark Levy dan Steven Windahl, merujuk pada orientasi sukarela dan selektif oleh khalayak terhadap proses komunikasi.
Hal ini menyatakan bahwa penggunaan media dimotivasi oleh kebutuhan dan tujuan yang didefinisikan oleh khalayak itu sendiri, dan bahwa
parsitipasi aktif dalam proses komunikasi mungkin difasilitasi, dibatasi, atau mempengaruhi kepuasan dan pengaruh yang dihubungkan dengan
eksposur. (Richard, Turner, 2008: 107).
b. Audiens pasif yakni orang yang mudah terpengaruh secara langsung oleh media.
Bagi sebagian besar teori masyarakat massa cenderung untuk menganut
pada konsep audiens pasif karena kemungkinan besar akan banyak meniru apa yang dilihatnya dan menarik perhatiannya. Paradigma audiens aktif berkembang
sebagai reaksi atas berbagai cara kajian atas penonton dengan asumsi yang telah melekat bahwa menonton televisi memiliki karakter pasif dengan makna dan
12 Audiens atau khalayak merupakan produk konteks sosial (yang mengarah
pada kepentingan budaya, pemahaman, dan kebutuhan informasi yang sama) serta respon kepada pola pasokan media pasokan media tertentu. Khalayak kemudian
dapat didefinisikan oleh masyarakat (misalnya jika media dicirikan oleh daya tariknya bagi kelompok umur,gender, keyakinan politik, atau kategori penghasilan tertentu) oleh jenis media atau saluran tertentu yang terlibat (teknologi dan
organisasi yang digabungkan, oleh konten dari pesan (genre, topik, gaya) oleh waktu. (McQuail, 2011:144-145).
1.6.3 Studi Resepsi
Salah satu studi yang mempelajari tentang khalayak adalah reception analysis. Reception analysis mengacu pada studi tentang makna, produksi dan pengalaman khalayak dalam hubungannya berinteraksi dengan teks media.Resepsi
menurut arti bahasa diartikan sebagai menerima, yang diterima bisa berupa informasi, seni, pengalaman atau orang dikutip (dalam Mawit, 2011). Dalam penelitian ini resepsi berkaitan dan berpusat pada sebuah penerimaan tentang
pemahaman sebuah tayangan yang di adopsi dari luar Indonesia yakni dengan memahami bagaimana sebuah tayangan dapat di terima dan di olah oleh audiens.
Teori reception mempunyai argumen bahwa faktor kontekstual mempengaruhi cara khalayak membaca media. Faktor konsektual termasuk
13 berbagai macam faktor yang turut mempengaruhi bagaimana menonton atau
membaca serta menciptakan makna dari teks.
Pemanfaatan teori reception analysis sebagai pendukung dalam kajian
terhadap khalayak sesungguhnya hendak menempatkan khalayak tidak semata pasif namun dilihat sebagai agen kultural (cultural agent) yang memiliki kuasa tersendiri dalam hal menghasilkan makna dari berbagai wacana yang ditawarkan
media. Makna yang diusung media lalu bisa bersifat terbuka atau polysemic dan bahkan bisa ditanggapi secara oposisif oleh khalayak (Fiske, 1987).
Asumsi dasar teori resepsi ini adalah khalayak secara aktif memproduksi makna dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teks-teks sesuai posisi-posisi sosial dan budaya mereka. Faktor pengalaman, pengetahuan dan
motif yang melekat pada khalayak juga dapat menjadi pengaruh dalam penerimaan terhadap teks media.
Menurut Stuart Hall ada tiga bentuk pembacaan antara penulis teks dan pembaca serta bagaimana pesan itu dibaca antara keduanya (Durham,
2002:174-175), yaitu :
1. Dominan Hegemonic Position
Yaitu pembacaan pesan yang lebih mendekati makna sebenarnya seperti
yang ditawarkan oleh media. Pembaca dominan atas teks, secara hipotesis akan terjadi jika baik pembuat ataupun pembaca teks memiliki ideologi yang sama sehingga menyebabkan tidak adanya perbedaan pandangan antara pembuat
14
2. Negotiated Position
Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan produsen tetapi mereka membuat adaptasi dan aturan sesuai dengan konteks dimana mereka
berada.Pembacaan ini terjadi ketika ideologi pembacalah yang lebih berperan dalam menafsirkan dan menegosiasikan teks.
3. Oppositional Position
Yaitu pembaca pesan mengerti makna yang diinginkan oleh produsen, tetapi mereka menolak serta memaknai dengan cara sebaliknya. Pada posisi ini,
ideologi pembaca berlawanan dengan pembuat teks. Pembaca oposisi umumnya ditandai dengan rasa ketidaksukaan dan ketidakcocokan terhadap teks yang
dikonsumsi sehingga pembaca akan menggunakan system budaya dan kepercayaan umum.
Secara sederhana pemikiran Hall juga dapat diartikan bahwa, khalayak
berada dalam posisi dominan ketika ia secara utuh berbagi dan menerima dan mengolah kembali pesan-pesan yang ia baca, pada posisi dominant, pesan yang dimaknai khalayak sesuai dengan hegemonic culture, maka khalayak secara utuh
mengonstruksi pesan dari kelompok dominan. Namun jika khalayak mulai memiliki penolakan diantara penerimaannya atas pesan yang ia dapat dari media maka ia menjadi negotiated, dimana pada satu sisi ia meng’iya’kan hegemonic
culture tapi juga mengembangkan pemikirannya sendiri. Tidak selalu khalayak
akan patuh terhadap hegemonic culture, khalayak bisa saja menolak karena perbedaan pandangan maupun budaya yang ia miliki dengan pesan di media
15 1.6.3.1 Audiens dalam Reception Studies
Dalam kajian reception studies, audiens di asumsikan sebagai individu-individu yang berada di dalam dan menjadi bagian dari budaya
massa. Mahasiswa merupakan audiens dari berbagai macam program tayangan yang ada di televisi.Dalam hal ini tayangan yang diteliti adalah program acara yang di adopsi dari luar Indonesia yaitu Rising Star
Indonesia.
Harold D. Laswell mengemukakan bahwa proses komunikasi terdiri dari
who, says that, in which channel, to whom, with what effect (siapa, mengatakan apa, melalui saluran apa, kepada siapa, dengan efek apa). Teori ini menjelaskan bagaimana televisi sebagai media menyampaikan sebuah pesan (kaitannya dalam
hal ini, sebuah program acara) dari sumber atau komunikator (tim-tim kreatif dalam perusahaan televisi) kepada komunikan (khalayak), dan memunculkan efek
bagi penerimanya.
1.6.4 Perkembangan Reality Show di Indonesia
Tak bisa dipungkiri, dunia media televisi saat ini sedang mengalami perkembangan pesat. Mulai dari kreativitas isi tayangan, hingga ke perkembangan
televisi sebagai industri media. Perkembangan pesat tersebut tidak bisa terlepas dari besarnya pengaruh televisi dalam kehidupan manusia modern.
Hal yang tidak bisa dibantah jika sebagian besar motif menonton televisi
16 menjalankan fungsi hiburan. Terlebih televisi adalah media massa yang
mengutamakan sajian hiburan. Hampir tiga perempat bentuk siaran televisi setiap hari merupakan tayangan hiburan. Walaupun memang ada beberapa televisi yang
lebih mengutamakan fungsi pemberitaan/informasi.
Salah satu bentuk hiburan di media televisi adalah reality show. Mari kita lihat tayangan televisi di Indonesia akhir-akhir ini. Setiap televisi berlomba-lomba
menyajikan paket acara reality show. Walaupun terkadang kesan mengekor atau ikut-ikut terlihat jelas antar stasiun televisi.
Sesuai makna katanya, reality berartikenyataan, show berarti tontonan atau pertunjukan. Dengan demikian, reality show dapat dimaknai sebagai pertunjukan yang bersumber dari kenyataan. Tidak seperti berita yang menyajikan peristiwa
berdasarkan nilai beritanya, reality show memilih adegan tertentu yang dianggap dapat memancing tanggapan tertentu dari pemirsa, berupa tawa, geram, dan takut.
Acara ini membidik tingkah laku orang-orang di lapangan yang asli ataupun yang sengaja didesain oleh pengatur acara (sumber :
http://diazbonny.blogspot.com/2011/12/reality-show-sebuah-kajian-budaya.html).
a. Program Acara Televisi
Televisi memiliki tanggung jawab untuk membuat program acara siaran
yang berkualitas dan layak untuk di konsumsi khalayak.Beragam bentuk program acara ini disesuaikan dengan kebutuhan khalayaknya. Bentuk program acara yang
17 bentuk tayangan Film Televisi (FTV), reality show, talkshow, variety show,
games show, pencarian bakat dan lain-lain.
Pada program produksi siaran televisi di Indonesia pada umumnya
diproduksi oleh stasiun televisi yang bersangkutan.Salah satunya Negara Amerika Serikat.Stasiun televisi di Amerika tidak memproduksi sendiri programnya melainkan mereka hanya membeli atau memesan dari production company yang
biasanya di Indonesia sendiri dikenal dengan production house.Stasiun televisi dapat memilih dengan sesuka hati program yang memiliki nilai jual tinggi kepada
pemasang iklan yang tentunya program yang menarik.Dengan itu, perusahaan produksi acara televisi dapat meraih keuntungan dari produksinya.
Pada dasarnya setiap hari stasiun televisi menyajikan berbagai macam
jenis program acara yang jumlahnya sangat banyak. Program yang ditayangkan pada dasarnya bebas untuk ditayangkan selama program acara itu memiliki nilai
tersendiri di mata audiens dan yang terpenting tidak bertentangan dengan kesusilaan, hukum, dan perilaku yang berlaku.
b. Reality Show
Acara reality show biasanya acara realita yang menggunakan tema seperti persaingan, problema hidup, kehidupan sehari-hari seorang selebritis, pencarian
bakat, pencarian pasangan hidup. Reality show adalah program televisi termuda yang banyak digemari dan sangat populer saat ini, tidak hanya di negara asalnya
18 produk wajib bagi semua stasiun televisi di Indonesia, semua berlomba-lomba
untuk menayangkan program reality show sebagai produk stasiun tersebut.
Sedangkan menurut (widyaningrum dan christiastut, Agustus 2004) reality
show adalah suatu acara yang menampilkan realitas kehidupan seseorang, buka selebritis (orang awam), lalu disiarkan melalui jaringan tv, sehingga dapat dilihat masyarakat. Dimana tidak hanya sekedar mengekspose kehidupan orang, namun
juga sebagai ajang kompetisi bahkan menjahili orang.
c. Talent Show
Acara talent (talenta) atau acara pertunjukan bakat (dalam Mutiara Rizki, 2011) yang menampilkan atau mempertunjukkan keterampilan-keterampilan atau
keahlian seseorang dalam bidang apapun.bakatmenyanyi, menari, akrobat, bertindak, drum, seni bela diri, memainkan alat musik, atau kegiatan lainuntuk menampilkanketerampilan.Contohnya Indonesian Idol yang salah satu kompetisi
menyanyi dan Master Chef Indonesia kompetisi memasak. Contoh lainnya yaitu Rising Star Indonesia yang menjadi objek penelitian yaitu merupakan salah satu
kompetisi menyanyi yang di adaptasi dari Amerika.
d. Ajang Pencarian Bakat
Ajang pencarian bakat adalah salah satu program yang disajikan untuk
mencari orang-orang yang memiliki bakat terpendam dan ingin disalurkan, karena dari hal itu akan membuat seseorang merasa bangga dan memiliki kepercayaan
19 Dewasa ini banyak sekali program tayangan pencarian bakat yang
disajikan televisi diantaranya : Indonesia Mencari Bakat di Trans TV, Nez Academy di NET TV, d’Terong, Mammamia, Akademi Fantasi Indosiar, The
Voice Indonesia dan d’academy di Indosiar, Indonesian Idol Junior dan KDI di MNCTV dan lain-lain. Program yang dibuat dengan objek pesertanya adalah seluruh masyarakat yang tersebar di Indonesia ini memang disajikan untuk
mencari orang-orang yang memiliki bakat terpendam dan ingin disalurkan melalui media televisi.Bagi stasiun televisi sendiri ajang pencarian bakat juga bertujuan
menarik perhatian penonton agar selalu menyaksikan program acara tersebut, dimana acara bergenre reality show marak ditonton oleh pemirsa televisi.
e. Rising Star Indonesia
Rising Star Indonesia adalah acara realitas kompetisi menyanyi dan ajang pencarian bakat Indonesia yang mulai mengudara di stasiun TV RCTI pada
tanggal 28 Agustus 2014.Acara ini diadaptasi dari kompetisi menyanyi Amerika Serikat berjudul Rising Star, yang ditayangkan oleh ABC. Format program ini adalah dengan cara mengajak pemirsa untuk memilih kontestan melalui aplikasi
telepon pintar.
Rising Star Indonesia mulai ditayangkan pada tanggal 28 Agustus 2014,
setelah sebelumnya menggelar audisi di 5 kota besar di Indonesia. Siaran ulang Rising Star Indonesia juga ditayangkan di kanal MNC Music sehari setelah
20 1.7 Metode Penelitian
1.7.1 Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif dimana penelitian ini
menggunakan data deskripstif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Bogdan dan Taylor dalam Moleong, 2000: 3). Penelitian kualitatif dari sisi definisi lainnya dikemukakan bahwa hal itu
merupakan penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan dan perilaku individu atau
sekelompok orang.Penelitian ini menggunakan pendekatan resepsi studies yang bertujuan agar peneliti dapat mengetahui penerimaan mahasiswa tentang tayangan
yang akan diteliti.
1.7.2 Tipe peneltian
Adapun tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
deskriptif, yaitu penelitian yang menggunakan laporan yang berisi kutipan data untuk memberi gambaran penyajian laporan.Data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata dan gambaran. Hal ini disebabkan dengan adanya penerapan
metode kualitatif (Moleong, 2003: 11)
Metode deskriptif ini digunakan peneliti untuk memberikan informasi dan
penjelasan tentang bagaimana sebuah tayangan program seperti Rising Star mendapat tempat di hati pemirsanya dan dapat diterima di masyarakat.Sementara itu jika di lihat tayangan televisi di Indonesia sangat beragam namun tayangan
21 Muhammadiyah Malang.Sehingga penelitian ini menggunakan pendekatan
analisis resepsi.
1.7.3 Waktu dan Tempat Penelitian
Waktu penelitian untuk melakukan penelitian ini yakni terhitung mulai 10 April- 10 Mei 2015. Adapun tempat penelitian ini dilaksanakan di Kota Malang.
1.7.4 Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek adalah mahasiswa. Mahasiswa sebagai penonton yang menonton tayangan Rising Star Indonesia adalah
mahasiswa dan mahasiswi Ilmu Komunikasi angkatan 2012 yang menonton acara Rising Star Indonesia di tahun 2014 lebih dari 5x menonton dalam waktu tayang sejak 28 Agustus - 19 Desember 2014 dan mengetahui tentang sistem vote melalui
aplikasi.
Dalam pencarian subjek penelitian, peneliti menggunakan teknik
purposive sampling. Teknik ini mencakup orang-orang yang diseleksi atas dasar kriteria tertentu yang ditentukan oleh peneliti berdasarkan tujuan riset.
(Kriyantono, 2009:156).
Dari data mahasiswa terdapat 321 mahasiswa Ilmu Komunikasi angkatan 2012 peneliti memilih 10 orang subjek dengan pengambilan kriteria
masing-masing menonton 1x sampai dengan lebih dari 5x menonton acara Rising Star Indonesia dan mengetahui sistem vote menggunakan aplikasi. Subjek bersedia
22 1.7.5 Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diinginkan dalam penelitian ini, maka dilakukan dengan pengumpulan data-data diperoleh dari hasil lapangan.Teknik
pengumpulan data yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah :
a. Wawancara
Metode dengan cara wawancara ini adalah alat pembuktian terhadap keterangan atau informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Wawancara dilakukan bertujuan untuk menggali informasi secara luas terhadap penelitian,
dengan cara melakukan tanya jawab non formal dan secara langsung kepada subjek sebagai sumber (Haris, 2010).
1.7.6 Teknik Analisis Data
Setelah data di dapat selanjutnya dilakukan proses analisis data dari penelitian ini dengan tujuan agar data mentah yang didapat di lapangan
mempunyai arti dan makna guna menjawab permasalahan yang ada dengan menggunakan teknik kualitatif. Data yang telah diperoleh dari hasil wawancara. Kemudian ditranskip berurutan agar tidak ada data yang terlewatkan.
Menganalisis data yang telah diperoleh dari hasil metode yang digunakan.
Penelitian ini menggunakan model analisis dari Miles and Huberman,
yang mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus-menerus sampai tuntas, sehingga
23 a. Reduksi Data
Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis di lapangan. Dengan
demikian reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan data sedemikian rupa sehingga ditarik kesimpulan
sementara.
b. Penyajian Data
Penyajian data merupakan alur penting yang kedua dari kegiatan analisis.
Penelitian membatasi suatu “penyajian” sebagai kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan adanya penarikan kesimpulan atau pengambilan tindakan.
c. Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan data dalam penelitian kualitatif ini dilakukan secara terus menerus selama proses penelitian. Dalam hal ini penelitian berusaha untuk
menganalisis dan mencari makna dari data yang dikumpulkan.Kemuadian barulah ditarik kesimpulan yang bersifat gounded. Dengan kata lain, setiap kesimpulan
yang dibuat senantiasa terus dilakukan verifikasi selama penelitian berlangsung.
1.8 Uji Keabsahan Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
triangulasi sumber data. Triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data tersebut untuk
24 Peneliti menguji setiap sumber informasi dari bukti-bukti temuan untuk
mendukung sebuah tema. Dalam triangulasi sumber, peneliti akan menanyakan pertanyaan yang sama terhadap subjek penelitian yang berbeda, yaitu mahasiswa